Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk yang
senantiasa mengalami perubahan atau change over time. Sejak dari masa konsepsi hingga
meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah
perkembangan tingkah laku.
Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan –kemungkinan atau
kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang
di berikan oleh lingkungaan tergantung kepada individu yang bersangkutan, sekalipun
pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat di ingkari bahwa peranan
lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini
dapat dikemukakan sebagai berikut ;
1. Apa Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku?
2. Apa Saja Aliran Psikologi Tingkah Laku?
3. Jelaskan Pendekatan Psikologi Tingkah Laku?
4. Bagaimana Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ;
1. Menjelaskan Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku.
2. Menjelaskan Aliran Psikologi Tingkah Laku
3. Menjelaskan Pendekatan Psikologi Tingkah Laku.
4. Menjelaskan Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku.
BAB II

PEMBAHASAN

PSIKOLOGI TINGKAH LAKU

A. Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku


Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Secara oprasional
tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari
luar subjek tersebut. Sedangkan menurut Ensiklopedi Amerika, tingkah laku adalah suatu
aksi reaksi organisme terhadap lingkungan. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang
dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan rangsangan. Menurut Ribert Kwick (1974)
tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dapat dipelajari. Secara umum prilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi
individu dengan lingkungan sebagai monivestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.
Menurut Drs. Sunaryo M.Kes tingkah laku adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Jadi,
Psikologi Perilaku mempelajari bagaimana mengembangkan perilaku hidup organisme dalam
menanggapi kondisi tertentu. Pengkondisian klasik dan operan mendefinisikan Perilaku
Psikologi. Psikologi perilaku didasarkan pada teori bahwa perilaku semua dipelajari melalui
pengkondisian. Perilaku Psikologi, juga dikenal sebagai behaviorisme, berpendapat bahwa
semua perilaku yang diperoleh oleh interaksi dengan lingkungan, melalui dua jenis utama
conditioning, operant conditioning dan pengkondisian klasik. Perilaku psikolog berteori
bahwa semua perilaku dapat dipelajari dan dinilai tanpa mempertimbangkan keadaan mental
internal. Tingkah laku mempunyai beberapa dimensi, yaitu:
1. fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya.
2. ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial)
dimana perilaku itu terjadi.
3. waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan
datang
B. Aliran Psikologi Tingkah Laku
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Adapun Penganut psikologi
tingkah laku, yaitu :
1. Teori Belajar Thorn Dike
Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan
eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar, yaitu :
a. Hukum Akibat (Law of effect) menyatakan bahwa tercapainya keadaan yang memuaskan
akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon. Maksudnya, bila respon terhadap
stimulus menimbulkan sesuatu yang menimbulkan sesuatu yang memuaskan (mengenakkan)
maka bila stimulus itu muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih cepat, tepat,
dan intens.
b. Hukum Latihan (Law of axercise) menyatakan bahwa respons terhadap stimulus dapat
diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan implikasi bahwa
pratik , khususnya pengulangan dalam pelajaran adalah penting dilakukan.
c. Hukum Kesiapan (Law of readiness) mengajarkan bahwa dalam memberikan respons
subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam
pengajaran, baik dalam pengajaran fisik maupun mental dan intelek
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

2. Teori Belajar Skinner


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Dari eksperimen yang dilakukan
B.F. Skinner menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.

3. Teori Belajar Ausubel


Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “ pengatur
kemajuan belajar” (advance organizer), didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang
mewadai (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarksn kepada siswa. Ausubel percaya
bahwa advance organizer dapat memberikan 3 macam mamfaat yaitu:
a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari
oleh siswa.
b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang
dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa.
c. Mampu membantu siswa untu k memahami bahan belajar secara lebih mudah.

4. Teori Belajar Gagne


Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki belajar. Dalam
penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk menguji
penerapan teorinya. Gagne menyatakan belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Gagne
mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar. Kedelapan fese yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
a. Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar
akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan
memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka
atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
b. Fase Pengenalan
Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian
instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang
relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku
teks.
c. Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima
pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu di
ubah kedalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam
memori siswa.
d. Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice),
elaborasi atau lain-lainnya.
e. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka-
panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa
yang telah dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
f. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana
informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi baru
merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan memintapara siswa
untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.
g. Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang
tampak.
h. Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan
apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
5. Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan
atau conditioning. Dalam hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar
dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan
rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai
terhadap hasil pekerjaannya.

6. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini
bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama
guru.

7. Aliran Latihan Mental


Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa struktur otak
manusia terdiri atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat, maka harus dilatih dengan
beban, makin banyak latihan dan beban yang makin berat,maka otot atau otak itu makin kuat
pula, oleh karna itu jika anak atau siswa ingin pandai, maka ia harus dilatih otaknya dengan
cara banyak berlatih memahamidan mengerjakan soal-soal yang benar, makin sukar materi
itu makin pandai pula anak tersebut. Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-
materi pelajaran yang sulit, sehingga orang sedikit yang bersekolah karna tidak kuat untuk
mengikutinya. Disamping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan kesadaran akan pentingya
sekolah.
C. Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi
dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan neurobiologis
Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan
kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses biologis. Penemuan-
penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara
aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa
takut dan marah, pada hewan dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di
daerah tertentu yang jauh di bagian dalam otak. Dari berbagai penelitian dikatakan, tindakan
manusia yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai kemungkinan untuk di perinci dan
diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
Menurut Sukadji 1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya didasarkan
neurobiologi kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia. oleh karena itu
dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji fenomena-fenomena psikologi.
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf.
Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik
dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari
perilaku dan proses mental.
2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus
yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan
Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.
Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli,
seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran. Menurut Watson jika psikologi ingin
diakui sebagai ilmu maka data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan dapat diukur.
Pendekatan ini adalah "angkatan kedua" dalam psikologi, sesudah psikoanalisis. Mazhab ini
lahir di amerika, ketika metode ilmiah dipercaya sebagai satu-satunya cara mengetahui
perilaku yang dapat diandalkan (Rakhmat,2003). Behaviorisme adalah pendekatan yang
sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep diri,eksperimen,
sosialisasi, kontrol sosial,serta ganjaran dan hukuman. Berbeda dengan psikoanalisis yang
melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan bawah sadar mereka, behaviorisme
(perilaku) menganailis perilaku manusia hanya berdasarkan perilaku yang tampak dan dapt
diukur.
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar,
manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena
itu, manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Pendekatan ini juga berpendirian bahwa
manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Perilaku adalah hasil pengalaman
dan perilaku digerakkan atau dimotivasikan oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan (Rakhmat,1994). Pendekatan ini juga
disebut psikologi Stimulus-Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak
mempertimbangkan pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Sukadji,
pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan kesadaran penuh.
Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri, seorang peneliti hanya bisa
melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang sedang anda alami.
3. Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana
individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi
stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses
mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang. Pendekatan kognitif adalah
pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab
mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif
pribadinya sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.
4. Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku
banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan
sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan. Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis
adalah bahwa tindakan manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa
motif-motif yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang
terhadap perilakunya. Dalam pandangan psikoanalis, kepribadian manusia merupakan
interaksi antara id,ego, superego.
5. Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu
karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan
dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran
atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan
fenomena tentang dirinya.
6. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludes (manusia bermain).
Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang unik. Tidak akan ada satu
manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama. Pendekatan ini berpendapat manusia
bukan hanya sekedar wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari
makna, baik makna kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat
diberikannya kepada lingkungan. Carl Rogers mengatakan, "kecenderungan batiniah manusia
ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional
dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri". aktualisasi
diri adalah mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Psikologi humanistik menekankan kreativitas, vitalitas emosi, eutentisitas, dan pencarian
makna diatas kepuasan materi. Pendekatan ini merupakan penampakan sosial dari upaya kita
untuk membina hati dan tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak (Rakhmat, 2003).
Psikologi humanistik bertumpu pada tiga dasar pijakan, yaitu :
a.) keunikan manusia
b.) pentingnya nilai dan makna
c.) kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.
Jadi, pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh kekuatan luar yang tidak dapat
di kontrolnya, tetapi manusia adlah pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan
mampu mengubah dunia di sekelilingnya.

D. Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku


Psikologi Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara, diantaranya dengan
memperhatikan, mengayati, menerangkan apa yang terjadi dalam proses kejiwaan. Akan
tetapi tidak ada cara tertentu untuk digunakan dalam semua keadaan karena proses kejiwaan
itu sendiri itu tidak pernah sama. Sewaktu waktu ia dapat berubah sehingga tidak mungkin
membagi-baginya, apalagi hendak memasukan kejiwaan itu kedalam golongan –golongan
tertentu
Cara yang dipergunakan untuk anak-anak ada persamaannya dengan cara yang
dipergunakan untuk orang dewas. Penyelidikan terhadap anak anak harus lebih hati hati
dilakukan karena adanya perbedaan antara kewajiban anak dengan kewajiban orang dewasa.
Ada beberapa metode para ahli untuk cara penyelidikan diantaranya adalah:
1. Metode Pengamatan (observasi)
Bila ingin mempelajari tingkah laku seorang anak, misalnya bagaimana ia bermain, kita
harus mengamati anak dari kejauhan tanpa diketahui oleh anak tersebut. Kita dapat mencatat
tingkah laku yang kelihatan. Hendaknya pekerjaan mencatat itu dilakukan dengan teliti dan
dicatat secepat-cepatnya. Pengamatan dapat ditujukan kepada anak terus menerus, atau
ditujukan ke beberapa anak seca.ra bergantian. Menurut Clara dan William Stern, peneliti itu
harus tepat waktu bekerjanya (secara kronologis), kemudian menyediakan daftar yang
memuat initi kata, nomor halaman disusun menurut abjad . semua anjuran itu dimaksudkan
agar sewaktu-waktu orang mudah menemukan catatan itu jika diperlukan kemudian hari.
2. Metode Eksperimen dan Tes
Penelitian terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alasan nya pertama karena anak-
anak sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya. Alasan kedua
karena sukar diketahui dengan jelas apa yang dimaksud oleh anak tersebut.
a. Eksperimen
Penggunaan eksperimen terhadap anak–anak hanya terbatas pada penyelidikan yang
dapat diamati dengan alat indera karena gejala-gejala yang bersifat rohaniyah masih sangat
samar-samar. Dalam hal ini ada pula bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa ,
rindu, dsb. Agar sukar diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu suasan yang dibuat-buat.
Walaupun eksperimen banyak kelemahannnya, eksperimen tetap bermanfaat digunakan
karena selain kelemahan itu ia memiliki kelebihan lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti
karena peristiwanya dapat diulang-ulang.
b. Menggunakan Tes
Dua orang ilmuan berasal dari bangsa perancis yang benama Alfred Binet dan Simon,
telah memperkenalkan tes skala inteligensi yang pertama pada tahun 1905. Skala Binet
melontarkan 54 pertanyaan, masing-masing 5 pertanyaan untuk tingkat usia tertentu; yaitu
jenjang pertanyaan yang paling mudah untuk usia 3 tahun, pertanyaan yang paling sukar
untuk usia 15 tahun. Pengukuran kecerdasan dengan menggunakan tes Binet Simon
diperkenalkan oleh L.M. terman dalam bukunya, the measurement of intelligence, pada tahun
1916. Kemudian Terman dan M.A. Merril melakukan penyempurnaan yang kedua kalinya
pada tahun 1937. Dari hasil penyempurnaan itu mendapat lima tingkat kecerdasan, yaitu;
sangat bodoh, bodoh, normal, pandai dan cerdas
3. Metode Klinis
Metode klinis suatu bentuk penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak ialah
dengan cara mengamat-ngamati, mengajak bercakap-cakap, dan Tanya jawab. Penggunaan
metode klinis merupakan gabungan dari eksperimen dan observasi. Pelaksanaan nya dengan
cara mengamat-ngamati atas pertimbangan bahwa anak itu sendiri belum mampu untuk
mengungkapkan isi pikirannya dan perasaannya dengan bahsa ynag lancar. Cara untuk
memudahkan Tanya jawab dalam pelaksanaannya menggunakan daftar pertanyaan yang
berisi bermacam-macam pertanyaan yang member petunjuk kepada isi si peneliti tentang pa
saja yang harus diperhatikan. Seorang ilmuan berasal dari bangsa perancis yang bernama
Prof. JeanPiget menggunakan metode klinis untuk meneliti cara berfikir dan perkembangan
bahasa anak-anak. Metode-metode observasi, klinis, eksperimen termasuk metode langsung
karena metode itu dapat langsung memperoleh informasi dan data-data dari sumbernya.
4. Metode Pengumpulan
a. Angket
Bentuk angket berupa daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk
mendapatkan data-data dan informasi dari objek yang akan dipelajari. Daftar pertanyaan itu
disampaikan kepada anak (responden) untuk memperoleh data dan informasi. Kemudian
melakukan pengolahan dan analisis terhadap data-data ynag terkumpul. Dengan angket ini
kadang kadang mengalami hambatan karena anak itu sendiri belum menyadari akan
manfaatnya bagi dunia pendidikan dimasa mendatang
b. Biografi
Jiwa anak dapat dipelajari dan dipahami dengan riwayat hidupnya, baik yang mereka
tulis sendiri maupun yang dituliskan dengan orang lain mengenai dirinyakedua karya itu
dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu. Riwayat hidup yang ditulis
sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan autobiografi. Riwayat hidup uang ditulis
oleh orang lain dinamakan biografi. Kedua riwayat itu menjadi sumber yang berharga untuk
mendapatkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk meneliti kejiwaan anak yang sedang
diselidiki.
c. Buku harian
Menyelidiki jiwa anak dengan melalui buku hariannya. Biasanya anak pubertas suka
menulis buku hariannya. Buku itu sangat bermanfaat ntuk mengungkapkan kejiwaannya.
Dalam hal ini kita harus hati-hati dalam mempelajarinya, karena tidak memberikan kesan
kesan umum dan anak yang suka membuat buku harian untuk jangka waktu yang lama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Tingkah laku
timbul apabila ada sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi, yakni disebut dengan
rangsangan. Menurut Ribert Kwick (1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Jadi, Psikologi Perilaku
mempelajari bagaimana mengembangkan perilaku hidup organisme dalam menanggapi
kondisi tertentu.
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi
dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu: Pendekatan neurobiologis, Pendekatan perilaku
(Behaviorisme), Pendekatan kognitif, Pendekatan psikoanalisa, Pendekatan fenomenologi,
Pendekatan Humanistik.
Psikologi Tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara, diantaranya dengan
memperhatikan, menghayati, menerangkan apa yang terjadi dalam proses kejiwaan.
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Adapun Penganut psikologi
tingkah laku, yaitu : Teori Belajar Thorn Dike, Teori Belajar Skinner, Teori Belajar Ausubel,
Teori Pavlov , Aliran Latihan Mental, Teori Baruda, dan Teori Belajar Gagne.
B. Saran
Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah karena manusia tidak sempurna.
Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini
banyak terdapat kesalahan dan jauh dari sempurna kami selaku penulis meminta kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain ke depannya. Atas saran
perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka penulis mengucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai