Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENERAPAN KONSEP DAN PRINSIP GELOMBANG BUNYI DAN


CAHAYA DALAM TEKNOLOGI
(KD 3.10)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fisika Sekolah 2 yang diampu oleh :

Drs. Unang Purwana, M.Pd.

Disusun Oleh:

Zhenk Eka Mahendra 1701965

Dewi Ratna Aprianti 170

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
proseduran berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah dan menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi

C. Indikator
1. Memahami karakterisitk bunyi berdasarkan medium perambatannya
2. Memahami karakteristik bunyi berdasarkan frekuensinya
3. Menghitung cepat rambat gelombang bunyi pada dawai
4. Menjelaskan sumber bunyi
5. Menjelaskan resonansi
6. Menghitung frekuensi pada efek Doppler
7. Memahami daya dan intensitas bunyi
8. Mengidentifikasi karakteristik intensitas gelombang bunyi
9. Mengidentifikasi karakteristik taraf intensitas gelombang bunyi
10. Menganalisis pemanfaatan gelombang bunyi dalam teknologi
D. Materi Pokok
Karakteristik gelombang bunyi
Cepat rambat gelombang bunyi
Azas Doppler
Fenomena dawai dan pipa organa
Intensitas dan taraf intensitas

E. Bagan Materi

ZAT PADAT

MEDIUM ZAT CAIR

GAS

DAWAI
VEKTOR
SUMBER BUNYI TERBUKA

PIPA ORGANA

EFEK DOPPLER TERTUTUP

INTENSITAS DAN
TARAF
INTENSITAS
F. Uraian
1. Karakteristik Bunyi Berdasarkan Mediumnya
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanik yaitu gelombang yang di dalam
perambatannya memerlukan medium perantara. Di udara, laju bunyi bertambah
terhadap temperatur. Pada suhu 20˚C besarnya sekitar 343 m/s.
Gelombang bunyi juga termasuk gelombang longitudinal, gelombang yang terjadi
berupa rapatan dan renggangan. Medium perantara gelombang bunyi bisa berupa
gas, cair atau padat.
Gelombang bunyi tidak dapat merambat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan
perambatan gelombang bunyi di dalam zat padat lebih cepat dibanding di dalam
gas atau udara. Hal ini disebabkan oleh jarak antar molekul dalam zat padat lebih
pendek dibandingkan pada zat cair dan gas sehingga perpindahan energi kinetik
lebih cepat terjadi.
2. Karakteristik Gelombang Bunyi Berdasarkan Frekuensinya
Gelombang bunyi berdasarkan daya pendengaran manusia dibedakan menjadi
menjadi tiga, yaitu audio/bunyi, infrasonik dan ultrasonik.
a. Audio yaitu daerah gelombang bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia
yang memiliki frekuensi berkisar antara 20 hingga 20.000 Hz.
b. Infrasonik yaitu gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz.
c. Ultrasonik yaitu gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz.
Baik gelombang infrasonik maupun ultrasonik tidak dapat didengar oleh telinga
manusia.
3. Mengukur Cepat Rambat Bunyi
Bunyi bergerak pada kecepatan berbeda-beda pada tiap media yang
dilaluinya. Pada media gas udara, cepat rambat bunyi tergantung pada kerapatan

𝛾𝑃𝑎
𝑣=√
𝜌

dimana : v = Cepat rambat bunyi (m/s)


γ = Rasio panas spesifik (untuk udara = 1,41)
Pa = Tekanan atmosfir (Pascal)
ρ = Kerapatan (Kg/m3)
Pada media padat bergantung pada modulus elastisitas dan kerapatan,

𝐸
𝑣=√
𝜌

dimana : E = Modulus young (N/m2)


ρ = Kerapatan (Kg/m3)
Sedangkan pada media cair bergantung pada modulus bulk dan kerapatan.

𝐾
𝑣=√
𝜌

dimana : K = Modulus bulk (N/m2)


𝜌= Kerapatan (Kg/m3)
Karena bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
a. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan
partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi
merambat paling cepat pada zat padat. Tabel 2.2 disajikan beberapa
kecepatan bunyi dalam material tertentu.

Tabel Cepat rambat bunyi pada berbagai material [Hemond, 1983]

Material Kecepatan bunyi (ft/s) Kecepatan bunyi (m/s)

Udara 1,1 335

Timah 3,7 1128

Air 4,5 1385

Beton 10,2 3109

Kayu 11,1 3417

Kaca 15,5 4771

Baja 16 4925
b. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin
cepat bunyi merambat. Hubungan ini dapat dirumuskan kedalam
persamaan matematis (v = v0 + 0,6.t) dimana v0 adalah cepat rambat pada
suhu nol derajat dan t adalah suhu medium. Besar kecilnya cepat rambat
bunyi pada suatu medium sangat tergantung pada temperatur medium
tersebut (Beranek & L’ver, 1992).

4. Cepat Rambat Gelombang Pada Dawai


Percobaan Melde dilakukan untuk menentukan cepat rambat gelombang pada
dawai. Alat yang digunakan disebut sonometer. Melde menemukan bahwa cepat
rambat gelombang pada dawai sebanding dengan akar gaya tegangan tali dan
berbanding terbalik dengan akar massa persatuan panjang dawai. Perhatikan
gambar berikut :

Pada salah satu unjung tangkai garpu tala diikatkan erat-erat sehelai kawat
halus tersebut ditumpu pada sebuah katrol dan ujung kawat diberi beban. Garpu
tala digetarkan dengan electromagnet secara terus menerus hingga amplitudo
yang ditimbulkan oleh garpu tala sama dengan kostan.

𝐹
𝑣=√
𝜇

𝑚 𝜌𝑉 𝜌(𝐴𝐿)
𝜇= = =
𝐿 𝐿 𝐿

𝐹
𝑣=√
𝜌𝐴

Keterangan:

v =cepat rambat (m/s) m = massa tali (kg)


F = gaya tegangan pada tali (N) A = luas Penampang (m2)

µ = massa persatuan panjang tali (kg/m) V = volume (m3)

L = panjang tali (m) ρ = massa jenis dawai (kg/m 3)

5. Sumber Bunyi
Gelombang bunyi yang sering kita dengar sehari-hari dihasilkan oleh sesuatu yang
bergetar yang disebut sumber bunyi. Beberapa sumber bunyi yang kita kenal misalnya gitar,
suling, biola, terompet, dan lain-lain. Pada saat bergetar, sumber bunyi ini juga akan
menggetarkan udara di sekelilingnya dan kemudia udara mentransmisikan getaran tersebut
dalam bentuk gelombang longitudinal.
a. Dawai
Alat musik seperti gitar atau biola menggunakan dawai sebagai alat getar.
Nada yang dihasilkan oleh senar gitar dapat diubah-ubah dengan cara menekan
senar pada posisi tertentu. Satu senar dapat menghasilkan berbagai frekuensi
resonansi dengan pola gelombang seperti tampak pada gambar.

1) Nada dasar f0 (harmonik pertama)


1
𝑙 = 2 𝜆0 atau 𝜆0 = 2𝑙
𝑣 𝑣
𝑓0 = =
𝜆0 2𝑙
2) Nada atas pertama f1 (harmonik kedua)
𝜆1 = 𝑙
𝑣 𝑣
𝑓1 = =
𝜆1 𝑙
3) Nada atas kedua f2 (harmonik ketiga)
3
𝑙= 𝜆
2 2
𝑣 3𝑣
𝑓2 = =
𝜆2 2 𝑙

Perbandingan frkuensi alami tersebut dapat ditulis menjadi


𝑓𝑜: 𝑓1: 𝑓2: … = 1: 2: 3
b. Pipa Organa
Seruling dan terompet merupakan contoh sumber bunyi berupa kolom udara.
Sumber bunyi yang menggunakan kolom udara sebagai sumber getarnya disebut juga
pipa organa.Pipa organa dibedakan menjadi dua, yaitu pipa organa terbuka dan pipa
organa tertutup.

Pada pipa organa terbuka bagian ujungnya terbuka. Nada dasar pipa organa
terbuka (f0) bersesuaian dengan pola sebuah perut pada bagian ujung dan sebuah simpul
pada bagian tengahnya.

1) Nada dasar f0 (harmonik pertama)


1
𝑙 = 2 𝜆0 atau 𝜆0 = 2𝑙
𝑣 𝑣
𝑓0 = =
𝜆0 2𝑙
2) Nada atas pertama f1 (harmonik kedua)
𝜆1 = 𝑙
𝑣 𝑣
𝑓1 = =
𝜆1 𝑙
3) Nada atas kedua f2 (harmonik ketiga)
3
𝑙= 𝜆
2 2
𝑣 3𝑣
𝑓2 = =
𝜆2 2 𝑙

Perbandingan frekuensi alami tersebut dapat ditulis menjadi


f0 : f1 : f2 : ... = 1 : 2 : 3

Sebuah pipa organa tertutup jika ditiup juga akan menghasilkan frekuensi nada dengan
pola-pola gelombang yang dapat dilihat pada

1) Nada dasar f0 (harmonik pertama)


1
𝑙 = 4 𝜆0 atau 𝜆0 = 4𝑙
𝑣 𝑣
𝑓0 = =
𝜆0 4𝑙
2) Nada atas pertama f1 (harmonik kedua)
4
𝜆1 = 𝑙
3
𝑣 3𝑣
𝑓1 = =
𝜆1 4 𝑙
3) Nada atas kedua f2 (harmonik ketiga)
5
𝑙= 𝜆
4 2
𝑣 5𝑣
𝑓2 = =
𝜆2 4 𝑙
Perbandingan frekuensi alami tersebut dapat ditulis menjadi
f0 : f1 : f2 : ... = 1 : 3 : 5

6. Azas Doppler

Jika kita berdiri di pinggir jalan kemudian melintas sebuah mobil ambulans dengan sirine
yang berbunyi, kita akan mendengar frekuensi sirine yang relatif lebih tinggi dari frekuensi
sirine yang sebenarnya. Sebaliknya frekuensi sirine akan terdengar lebih rendah ketika
ambulans bergerak menjauhi kita. Peristiwa naik-turunnya frekuensi bunyi semacam ini
disebut efek Doppler.

Gambar diunduh dari https://harsonsite.files.wordpress.com/2017/03/modul-gelombang-


bunyi.pdf
Dari Gambar pertama Sumber bunyi dan pendengar saling mendekati, maka
frekuensi yang terdengar lebih besar daripada frekuensi sumber bunyi. Gambar
kedua Sumber bunyi dan pendengar saling menjauhi, maka frekuensi yang
terdengar lebih kecil daripada frekuensi sumber bunyi. Peristiwa ini dinamakan
efek Doppler,
𝑣 ± 𝑣𝑝
𝑓𝑝 = x𝑓
𝑣 ± 𝑣𝑠 𝑠

Keterangan : fp = frekuensi pendengar (Hz)

fs = frekuensi sumber bunyi (Hz)

vp = kecepatan pendengar (m/s)


vs = kecepatan sumber bunyi (m/s)

v = cepat rambat udara (340 m/s)


8. Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam
suatu daerah per satuan luas . Intensitas bunyi dalam arah tertentu di suatu titik
adalah laju energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan dalam arah tersebut
melewati satu-satuan luasan yang tegak lurus arah tersebut di titik bersangkutan.
Untuk tujuan praktis dalam dalam pengendalian kebisingan lingkungan, tingkat
tekanan bunyi sama dengan tingkat intensitas bunyi (Doelle, 1972).

𝑊
𝐼=
𝐴

Untuk intensitas suatu bunyi di suatu titik berjarak r dari sumber:

𝑊
𝐼=
4𝜋𝑟 2

dimana : I = Intensitas bunyi (W/m2)

W = Daya akustik (Watt)

A = Luas area yang ditembus tegak lurus oleh


gelombang bunyi (m2)
Ambang batas pendengaran manusia, yaitu nilai minimum intensitas daya bunyi
yang dapat dideteksi telinga manusia, adalah 10-6 W/cm2. Tingkat tekanan bunyi
beberapa macam bising dan bunyi tertentu ditunjukkan dalam tabel.
Tabel Skala intensitas Kebisingan

Jenis Bising/Bunyi Desibel Kriteria


Jet tinggal landas, meriam,
100-130 Menulikan
mesin, uap, halilintar, band rock.

Bising lalu lintas, peluit polisi,


80-100 Sangat keras
knalpot truk.

Kantor yang bising, radio pada


60-80 Keras
umumnya, perusahaan.

Percakapan pada umumnya,


40-60 Sedang
radio perlahan, rumah bising.

Kantor pribadi, ruang tenang,


20-40 Lemah
percakapan yang tenang.

Gemirisik daun, bisikan, nafas


< 20 Sangat lemah
manusia.

9. Taraf Intensitas Bunyi


Ketinggian bunyi berhubungan dengan besaran fisika yang dapat diukur, yaitu
intensitas gelombang. Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah
gelombang per satuan waktu melalui satuan luas. Karena energi per satuan waktu
adalah daya intensitas mempunyai satuan daya per satuan luas (watt/meter2).
Telingan manusia dapat medeteksi bunyi dengan intensitas serendah 10 -12
W/m2 dan setinggi 1 W/m2 bila lebih tinggi lagi akan menyakitkan). Karena
hubungan antara sensasi subyektif dari kenyaringan dan besaran fisika terukur
“intensitas”, maka intensitas bunyi dinyatakan dengan skala logaritmik. Maka
untuk mengukur Taraf Intensitas bunyi (TI) didefinisikan sebagai berikut :
𝐼
𝑇𝐼 = 10 log
𝐼𝑜
Apabila terdapat n buah sumber bunyi identik yang memiliki taraf intensitas
TI, maka taraf intensitas total TItotal adalah
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑇𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 10 log
𝐼𝑜
𝑛𝐼 𝐼 𝐼
= 10 log = 10 log ( ) 𝑛 = 10 log + 10 log 𝑛
𝐼𝑜 𝐼𝑜 𝐼𝑜
𝑇𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑇𝐼 + 10 log 𝑛
Apabila taraf intensitas bunyi di suatu titik yang berjarak r1 dari sumber
bunyi adalah TI dan yang berjarak r2 adalah TI2, maka

𝑟
TI2 = TI1 – 20 log𝑟2
1

Keterangan : TI = Taraf Intensitas Bunyi (dB)

n = Banyaknya sumber bunyi

r = Jarak suatu titik dari sumber bunyi (m)


10. Pelayangan
Pada saat dua buah gelombang bunyi yang memiliki amplitudo yang sama dan
merambat dalam arah yang sama, namun memiliki frekuensi yang berbeda
sedikit, maka bunyi akan terdengar keras dan lemah secara bergantian. Peristiwa
ini disebut pelayangan bunyi.

Banyaknya pelemahan dan penguatan bunyi yang terjadi dalam satu detik
disebut frekuensi layangan bunyi yang besarnya sama dengan selisih antara dua
gelombang bunyi yang berinterferensi tersebut. Besarnya frekuensi layangan
bunyi dapat dinyatakan dalam persamaan :
𝑓𝑛 = 𝑁 = |𝑓1 − 𝑓2 |
Keterangan : fn = frekuensi layangan bunyi (Hz)
N = banyaknya layangan bunyi tiap detiknya
f1 dan f2 = frekuensi gelombang bunyi yang berinterferensi (Hz)
11. Penerapan Gelombang Bunyi Di dalam teknologi
1. Mengukur kedalaman laut
Untuk mengetahui kedalaman laut yang dangkal mungkin dapat menggunakan tali
atau tambang. Tali yang telah diberi tanda satuan dimasukan ke laut kemudian dapat
diketahui kedalamannya. Akan tetapi apabila untuk mengukur kedalaman laut dalam akan
susah jika hanya menggunakan tambang. Untuk itu digunakan peristiwa cepat rambat bunyi
yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur kedalaman laut. Metode ini mulai muncul sejak
terjadi perang dunia. Para serdadu menggukur kedalaman laut untuk mencari kapal yang
karam. Metode yang telah ada sampai saat ini ada dua macam yaitu:

a. Batu duga(memasukan batu ke dalam laut)


Yaitu sistem pengukuran dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi bandul
pemberat yang massanya berkisar 25-75 kg. Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum
fisika tentang perambatan dan pemantulan bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan
dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata
1600 meter per detik sampai membentur dasar laut. Setelah membentur dasar laut bunyi
dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang
di dasar kapal.

Jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan
sebagai kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak
dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar
laut.

b. Gema suara
yaitu metode pengukuran dasar laut dengan menggunakan alat gema suara yaitu Echo
sounder (sonar) dan Hidrofon. Echo Sounder adalah alat pengirim suara, sedangkan hidrofon
adalah penerima gema suara. Dasar perhitungan kedalaman laut dengan gema adalah cepat
rambat bunyi dalam air yaitu 1500 m/detik.

Rumus yang digunakan untuk mengukur kedalaman laut:

X = ( X x V) : 2

Keterangan :

X = kedalaman laut (meter)


t = waktu yang dibutuhkan untuk menerima kembali gema suara setelah ditembakkan echo
sounder

v = cepat rambat suara dalam air

2. Sonar
Prinsip kerja sonar berdasarkan prinsip pemantulan gelombang ultrasonik. Alat ini
diperkenalkan pertama kali oleh Paul Langenvin, seorang ilmuwan dari Prancis pada tahun
1914. Pada saat itu Paul dan pembantunya membuat alat yang dapat mengirim pancaran kuat
gelombang bunyi berfrekuensi tinggi (ultrasonik) melalui air. Pada dasarnya SONAR
memiliki dua bagian alat yang memancarkan gelombang ultrasonik yang disebut transmiter
(emiter) dan alat yang dapat mendeteksi datangnya gelombang pantul (gema) yang disebut
sensor (reciver). Gelombang ultrasonik dipancarkan oleh transmiter (pemancar) yang
diarahkan ke sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali dan ditangkap oleh pesawat
penerima (reciver). Dengan mengukur waktu yang diperlukan dari gelombang dipancarkan
sampai gelombang diterima lagi, maka dapat diketahui jarak yang ditentukan. Untuk
mengukur kedalaman laut, SONAR diletakkan di bawah kapal. Dengan pancaran ultrasonik
diarahkan lurus ke dasar laut, dalamnya air dapat dihitung dari panjang waktu antara
pancaran yang turun dan naik setelah digemakan.

3. Hidropon
Hidropon adalah transduser energi suara ke energi listrik yang digunakan di dalam air
atau zat cair. Jadi terjadi pergantian energi suara ke energi listrik. Untuk mengukur
kedalaman dasar laut, teknik gema suara digunakan dengan cara merambatkan gelombang
suara dari bawah kapal yang dipantulkan dengan alat perekam(hidropon) yang diletakkan di
dasar lautan. Jika dasar laut bertekstur kasar maka pemantulan gelombang akan cepat, akan
tetapi bila dasar lautan bertekstur lembek, apakah mempengaruhi kecepatan gelombang atau
tidak? Hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Jika terbukti tekstur tanah mempengaruhi kecepatan
gelombang maka kemungkinan, hasil pengukuran kedalaman laut di tanah liat dan batuan
yang seharusnya berkedalaman sama,bisa jadi dalam pengukuran menjadi berbeda.

Alat hidropon juga kemungkinan bisa digunakan untuk mencari gunung api bawah
laut ataupun palung laut. Jika seharusnya dititik A memiliki laut yang dalam, tetapi dalam
pengukuran menjadi dangkal kemungkinan di titik tersebut terdapat gunung api bawah laut.
Namun sebaliknya jika dititik B seharusnya berlaut dangkal, tetapi dalam pengukuran
hidropon tercatat hasil yang dalam, berarti kemungkinan di daerah tersebut terdapat palung
laut yang dalam.

Prinsip kerja hidropon saling berkaitan dengan prinsip kerja Echo Sounder (Sonar). Echo
sounder berfungsi mengirim gelombang bunyi sedangkan hidropon berfungsi sebagai
penangkap gelombang bunyi.

4. Medis
Alat kedokteran, misalnya pada pemeriksaan USG (ultrasonografi). Sebagai contoh,
scaning ultrasonic dilakukan dengan menggerak-gerakan probe di sekitar kulit perut ibu yang
hamil akan menampilkan gambar sebuah janin di layar monitor. Dengan mengamati gambar
janin, dokter dapat memonitor pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan janin. Tidak
seperti pemeriksaan dengan sinar X, pemeriksaan ultrasonik adalah aman (tak berisiko), baik
bagi ibu maupun janinnya karena pemerikasaan atau pengujian dengan ultrasonic tidak
merusak material yang dilewati, maka disebutlah pengujian ultrasonic adalah pengujian tak
merusak (non destructive testing, disingkat NDT). Tehnik scanning ultrasonic juga digunakan
untuk memeriksa hati (apakah ada indikasi kanker hati atau tidak) dan otak.

Pembuatan perangkat ultrasound untuk menghilangkan jaringan otak yang rusak tanpa
harus melakukan operasi bedah otak. Dengan cara ini, pasien tidak perlu menjalani
pembedahan otak yang berisiko tinggi. Penghilangan jaringan otak yang rusak bisa dilakukan
tanpa harus memotong dan menjahit kulit kepala atau sampai melubangi tengkorak kepala.

5. Pencitraan Medis
Bunyi ultrasonik digunakan dalam bidang kedokteran dengan menggunakan teknik pulsa-
gema. Teknik ini hampir sama dengan sonar. Pulsa bunyi dengan frekuensi tinggi diarahkan
ke tubuh, dan pantulannya dari batas atau pertemuan antara organ-organ dan struktur lainnya
dan luka dalam tubuh kemudian dideteksi. Dengan menggunakan teknik ini, tumor dan
pertumbuhan abnormal lainnya, atau gumpalan fluida dapat dilihat. Selain itu juga dapat
digunakan untuk memeriksa kerja katup jantung dan perkembangan janin dalam kandungan.
Informasi mengenai berbagai organ tubuh seperti otot, jantung, hati, dan ginjal bisa diketahui.

Frekuensi yang digunakan pada diagnosis dengan gelombang ultrasonik antara 1 sampai
10 MHz, laju gelombang bunyi pada jaringan tubuh manusia sekitar 1.540 m/s, sehingga
panjang gelombangnya adalah:

λ = v/f = (1.540 m/s) / (106 s-1) = 1,5 × 10-3 = 1,5 mm.


Panjang gelombang ini merupakan batas benda yang paling kecil yang dapat
dideteksi. Makin tinggi frekuensi, makin banyak gelombang yang diserap tubuh, dan pantulan
dari bagian yang lebih dalam dari tubuh akan hilang.

Pencitraan medis dengan menggunakan bunyi ultrasonik merupakan kemajuan yang


penting dalam dunia kedokteran. Metode ini dapat menggantikan prosedur lain yang berisiko,
menyakitkan, dan mahal. Cara ini dianggap tidak berbahaya.

6. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.


Pemanfaatan resonansi pada alat musik seperti seruling, kendang, gitar,beduk dan lainnya.

Semua alat musik, baik alat musik yang dipetik, digesek atau ditiup sangat bergantung
pada gelombang berdiri untuk menghasilkan alunan musik yang begitu indah. Misalnya kita
tinjau alat musik petik seperti gitar. Ketika dawai alias senar gitar dipetik maka dihasilkan
gelombang berdiri pada senar tersebut. Selanjutnya gelombang berdiri pada senar
menggetarkan udara disekitarnya sehingga dihasilkan gelombang bunyi. gelombang bunyi ini
kemudian bergentayangan hingga nyasar di telinga kita dan dirasakan oleh telinga kita
sebagai alunan nada atau musik. gaelombang yang terdapat dalam gelombang bunyi dawai
adalah gelombang berdiri.

Perlu diketahui bahwa gelombang berdiri tidak hanya dialami oleh tali alias dawai alias senar
saja tetapi juga oleh kolom udara sebagaimana terjadi pada banyak alat musik tiup seperti
seruling, terompet dan lain-lain

7. Mendeteksi retak-retak pada struktur logam


Untuk mendeteksi retak dalam struktur logam atau beton digunakan scanning ultrasonic
inilah yang digunakan untuk memeriksa retak-retak tersembunyi pada bagian-bagian pesawat
terbang, yang nanti bisa membahayakan penerbangan pesawat. Dalam pemerikasaan rutin,
bagian-bagian penting dari pesawat di-scaning secara ultrasonic. Jika ada retakan dalam
logam, pantulan ultrasonic dari retakan akan dapat dideteksi. Retakan ini kemudian diperiksa
dan segera diatasi sebelum pesawat diperkenankan terbang.

8. Microphone
Siapa yang tidak kenal dengan Piranti Musik yang satu ini ”Microphone” adalah suatu
alat yang bsia mengubah getaran bunyi menjadi getaran Listrik dan hasilnya akan kita
dengar pada speaker melalui Proses suatu alat yaitu Sound system atau amplifier.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno, 1988, Gelombang Dan Optik, Seri Fisika Dasar Jilid 2, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
https://www.academia.edu/29335341/makalah_fisika_aplikasi_gelombang_bunyi.d
ocx
Budikase, E, dkk, 1987. Fisika Untuk SMU . Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai