Anda di halaman 1dari 8

1.

Hubungan Angular cheilitis dengan kurangnya dvo

Peningkatan frekuensi angular cheilitis dikaitkan dengan peningkatan penggunaan gigi

tiruan yang ditambah dengan kehilangan ketinggian vertical adalah penyebab utama karena

diasumsikan bahwa penutupan rahang yang berlebihan akan menghasilkan lipatan dalam di

sudut mulut di mana air liur cenderung terkumpul dan kulit kemudian menjadi maserasi,

pecah-pecah dan terinfeksi sekunder dan tedapat koloni Candida dan beberapa spesies bakteri

seperti Staphylococcus aurous. Kebersihan mulut yang buruk, resorbsi alveolar yang cukup

parah, dan penurunan tinggi vertical oklusi pada wajah dapat menyebabkan aktifnya koloni

Candida yang dapat menyebabkan timbulnya angular cheilitis diantara lansia yang mengarah

pada defisiensi nutrisi dan berkurangnya kualitas hidup (Sharmila and Nuraldhiman, 2015).

Akibat dimensi vertikal terlalu tinggi :

a. dapat menyebabkan trauma pada daerah penyangga gigi tiruan

b. penambahan tinggi wajah bagian bawah

c. cheek biting

d. kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara

e. terdapat rasa sakit dan clicking pada sendi temporomandibular

f. otot otot muka terasa tegang

g. penambahan volume dari rongga mulut (cubical space of the oral cavity)

h. resorpsi tulang

Akibat dimensi vertikal terlalu rendah :

a. terdapat trauma pada daerah penyangga gigi tiruan, namun tidak separah

apabila dimensi vertikal terlalu tinggi


b. kurangnya tinggi wajah

c. dapat menimbulkan angular chelitis karena ujung bibir terlipat

d. kesulitan menelan

e. terdapat rasa sakit dan clicking pada sendi temporomandibular biasanya

diikuti oleh sakit kepala dan neuralgia

f. terdapat kesan ukuran bibir yang berkurang, vermillion border berkurang

g. menimbulkan obstruksi pada pembukaan Eustachian tube akibat peninggian

palatum yang disebabkan oleh peninggian letak lidah dan mandibula

h. kehilangan tonus otot

i. sudut mulut menjadi turun

j. berkurangnya volume dari rongga mulut

2. Beda oklusi sentrik dan relasi sentrik

- Oklusi sentrik : kontak penuh yang ditentukan pada saat pasien menutup mulut dengan

posisi gigi berkontak dengan gigi lawannya

Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula

dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam

fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang

diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah

berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan

antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat

mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara

terbatas ke lateral.

3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB

digerakkan ke anterior

4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB

digerakkan ke lateral.

- Relasi sentrik : hubungan paling posterior dari mandibular dan maksila pada dimensi

vertikal yang telah ditentukan, dimana dalam posisi ini gerakan lateral dapat dilakukan, dan

kondilus berada dalam posisi antero posterior terhadap fossa gleinoidalis

3. Alat pengukuran relasi sentrik

Ada beberapa metode dalam menentukan keadaan pasien dalam relasi sentrik,

yaitu :

1. Metode fungsional chew in

a. metode needle house : menggunakan oklusal rim dengan 4 jarum metal yang akan

membuat jejak apabila mandibular digerakan

b. Metode Peterson : menggunakan campuran dari plaster dan coburundum yang

ditempatkan pada parit yang telah dibuat pada oklusal rim, pergerakan dari

mandibular akan meninggalkan bekas kurva pada campuran plaster dan coburundum

tadi
c. Metode Meyers : menggunakan soft wax pada oklusal rim dan tin foil yang telah

diberikan lubrikan untuk membuat suatu bekas pergerakan yang dilakukan

mandibular

2. metode excursi, dengan menggunakan gothic arch tracer

a. Extraoral tracing (height tracer)

b. Intraoral tracing (intraoral balancer dan s-aghotic arch tracer)

3. Metode terminal hinge axis

4. Metode dengan memanaskan salah satu dari oklusal rim

5. Metode dengan menggunakan lapisan wax lunak yang diberikan pada bagian oklusal dari

oklusal rim

6. Menggunakan cone lunak yang terbuat dari wax yang ditempatkan pada bagian bawah

basis trial denture

7. Cara aktif/fungsional

a. Instruksikan pasien untuk merelaksasikan mandibulanya sementara operator

menggerakan mandibular pasien kearah atas dan belakang hingga pasien

merasakan kontak oklusi pertama pada bagian posterior

b. Metode nucleus walkhoff, yaitu pasien diinstruksikan untuk mengangkat dan

meletakan ujung lidahnya pada posisi paling atas dan belakang mulut beritahu pasien

untuk memajukan rahang atasnya dibandingkan mandibulanya dalam keadaan bagian

posterior berkontak, dan bantuan tekanan ringan dari operator pada daerah dagu

c. Menengadahkan pasien dengan bantuan kursi agar terdapat bantuan gravitasi untuk

meretrudkan posisi mandibular.


Penentuan relasi sentrik pada pasien dengan kasus single denture

Sebelum dilakukan penentuan posisi relasi sentrik maka harus diperhatikan keadaan gigi

yang masih ada pada rahang, perhatikan bagaimana keadaan giginya, karena pada kebanyak kasus

pasien yang kehilangan seluruh gigi hanya pada satu rahang maka gigi antagonisnya dapat

mengalami malposisi seperti ekstrusi, dan tipping, solusinya adalah dengan melakukan

pengaturan pada bidang oklusinya terlebih dahulu.

Setelah diketahui bagian gigi yang dapat menghalangi proses penentuan relasi rahang

maka dilakukan proses seperti oklusal grinding, pada gigi yang ekstrusi, agar bisa kembali sesuai

dengan bidang oklusal, oklusal grinding dilakukan apabila masih bisa ditoleransi, selanjutnya yaitu

dengan perawatan ortho pada gigi yang tipping dan ekstraksi pada gigi yang sama sekali tidak bisa

dilakukan perawatan.
Setelah dilakukan penyesuaian bidang oklusal, barulah dilakukan penentuan posisi relasi

sentrik pasien dengan metode yang ada, terutama menggunakan metode aktif yang fungsional

setelah sebelumnya pasien telah dilatih untuk memposisikan mandibulanya pada posisi relasi

sentrik.

Pada penentuan posisi relasi sentrik yang menggunakan metode excursi menggunakan

gothic arch tracing, yaitu sebuah alat berbentuk panah yang diletakan pada lengkung yang

berlawanan, apabila menggunakan metode ini, gigi yang ada dapat menimbulkan halangan dalam

penempatan alat, maka perlu digunanakan check bites (rekaman gigitan) agar didapatkan bidang

yang sesuai, alat ini terdiri dari 2 ujung apeks, ujung yang tajam dan yang tumpul, apabila titik

yang telah ditentukan telah berada tepat pada bagian bawah apeks yang tajam maka tercapailah

posisi relasi sentrik dari pasien.


4. Gambaran klinis maloklusi pseudo kelas iii

Maloklusi ini dihasilkan dari pergerakan ke depan mandibula ketika penutupan rahang

sehingga disebut juga maloklusi Klas III ‘postural’ atau ‘habitual’. Mandibula pada

maloklusi ini bergerak pada anterior fossa glenoid akibat kontak prematur dari gigi.

Maloklusi ini merupakan maloklusi Klas III tetapi dengan relasi skeletal Klas I dan bukan

merupakan maloklusi Klas III sesungguhnya. Kelainan gigitan silang anterior yang ada

merupakan kelainan dental.

a. Hubungan rahang kelas I dan III ringan

b. Hubungan incive maksila dan mandibula edge to edge pada relasi sentrik tetapi

pada saat oklusi sentrik terdapat crossbite : hal ini disebabkan karena pergerakan

mandibula kedepan untuk menghindari kontak premature antara incisive maksila

dan mandibula saat gigi menutup. Saat relasi sentrik diperoleh overjet yang normal

atau posisi insisivus yang edge to edge.

c. Saat posisi istirahat profil wajah terlihat normal, tetapi saat oklusi sentrik profil

wajah terlihat datar atau cekung dengan posisi bibir bawah terletak lebih depan

disbanding bibir atas.

d. Terjadinya gigitan terbalik habitual dari seluruh gigi anterior, tanpa kelainan

skeletal, dan dihasilkan dari pergeseran fungsional mandibula saat menutup.

e. Maksila biasanya sempit dan pendek sementara mandibula lebar, sehingga dapat

terjadi crossbite posterior.

f. Gigi-geligi pada maksila sering berjejal sedangkan gigi-geligi pada mandibula

sering diastema.
g. Pertumbuhan vertikal yang berlebihan akan meningkatkan ruang intermaksiler

sehingga dapat terjadi anterior open bite. Pada beberapa pasien dapat juga terjadi

deep overbite.

Anda mungkin juga menyukai