Anda di halaman 1dari 25

3.

2 Strategi Pelaksanaan
3.2.2 Penerimaan Pasien Baru
3.2.2.1 Latar Belakang
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri keperawatan profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga lain dengan memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya (Suyanto,
2008). Menurut Nursalam (2017), keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan
profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien,
mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan
sebagai tuntunan utama.
Kontribusi pelayanan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan yang dilakukan
di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau proses
tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen
merupakan suatu pelayanan keperawatan dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian,
motivasi dan pengendalian (Nursalam, 2002). Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan kemampuan teknis, hubungan antar manusia,
konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu
mendapat prioritas keperawatan yang utama dalam pengembangan keperawatan
dimasa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terj adi.
Penerimaan pasien baru adalah proses interaksi dengan pasien, keluarga dan
petugas lain dalam kegiatan serah terima pasien yang baru masuk di ruang perawatan
(Suarli, 2010), penerimaan pasien baru dapat dimulai dengan adanya upaya
perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak masuk sampai pasien
pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan sesuai standar maka akan
menurunkan mutu kualitas pelayanan yang akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan
pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Penerapan penerimaan pasien baru di ruang Bedah Edelweis RSUD Dr.Soetomo
sudah dilakukan tetapi terdapat hal yang belum dilakukan seperti belum membawa
media leaflet atau booklet yang berisi informasi yang akan dijelaskan saat penerimaaan
pasien baru, misal dalam hal orientasi ruangan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib
RS.
3.2.2.2 Masalah
Penyampaian informasi saat penerimaan pasien baru, seringkali hanya secara
lisan tanpa menggunakan media seperti leaflet maupun welcome book mengenai hak
dan kewajiban pasien serta tata tertib dan informasi mengenai orientasi tempat dan
pelayanan.
3.2.2.3 Target
Penerimaan pasien baru dapat berjalan dengan optimal melalui perbaikan format
penerimaan pasien baru yang disampaikan serta dipergunakannya media (leaflet atau
booklet) untuk menunjang orientasi dan informasi terkait penerimaan pasien baru
secara maksimal.
3.2.2.4 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru
b) Menyusun teknik penerimaan pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan ruang Bedah Edelweis RSUD Dr.Soetomo
c) Persiapan format dan media penerimaan pasien baru
d) Persiapan nursingkit
2) Proses
a) Melakukan penerimaan pasien baru bersama dengan Kepala Ruang, Perawat
Pelaksana, Perawat Associate.
b) Perkenalan dan orientasi ruangan, penjelasan peraturan rumah sakit, penjelasan
tentang hak dan kewajiban
c) Perawat Associate melakukan pemeriksaan fisik
d) Memberikan leaflet atau welcome book bagi pasien dan keluarga
e) Memberikan kartu pengunjung bagi pasien dan keluarga
3) Hasil
a) Perawat mampu melakukan penerimaan pasien baru sesuai dengan alur
penerimaan pasien baru
b) Mensosialisasikan ulang pelaksanaan penerimaan pasien baru yang benar
c) Melaksanakan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai dengan format
yang ada
d) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat primer selaku
penanggungjawab penerimaan pasien baru
e) Adanya leaflet atau welcome book bagi pasien dan keluarga
f) Adanya kartu penunggu bagi keluarga
3.2.2.5 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam penerimaan pasien baru sesuai standar di
Ruang Bedah Edelweis RSUD dr.Soetomo.
2) Tujuan Khusus
a) Menyusun perencanaan penerimaan pasien baru dan bekerja sama dengan
perawat.
b) Menyusun SOP penerimaan pasien baru.
c) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru.
d) Mengevaluasi hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru.
e) Menyusun media leaflet atau welcome book untuk membantu orientasi pasien
atau keluarga serta informasi tentang pelayanan RS.
3.2.2.6 Program Kerja
1) Rencana Strategi
a) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru
b) Menentukan materi penerimaan pasien baru
c) Membuat media (booklet atau leaflet) informasi penerimaan pasien baru
d) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
e) Melaksanakan penerimaan pasien baru
2) Pengorganisasian
a) Penanggung Jawab : Alif Arditia Yuda, S.Kep
b) Waktu : 11-23 Maret 2019
c) Role Play : Rabu, 13 Maret 2019
3.2.3 Ronde Keperawatan
3.2.3.1 Latar Belakang
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model asuhan keperawatan
professional (MAKP) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan keperawatan yang berguna
untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan masukan kepada
perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan. Kozier et al (2011) menyatakan
bahwa ronde keperawatan adalah suatu prosedur dua atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan
pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatam pada pasien untuk
mendiskusikan masalah keperawtannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan
yang telah diterima pasien
Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam memulai banyak
perubahan dalam askpek perawatan, terutama meningkatkan komunikasi di antara
anggota tim terkait interaksi antar perawat (Aitken et al 2010). Ronde keperawatan
juga berguna dalam pengembangan praktik klinis, evidence based care, dan
pemahaman pasien terhadap kondisi yang mereka alami (Close & Castldine 2005).
Ronde keperawatan adalah suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan
keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi, rehabilitasi medik). Selain
dapat menyelesaikan masalah keperawatan pasien, ronde keperawatan juga merupakan
suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Dari kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasikan konsep
teori secara langsung pada kasus yang nyata. Dengan dilakukannya ronde keperawatan
yang berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan
untuk lebih berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara professional.
Adanya pelaksanaan ronde keperawatan ini, juga akan memperlihatkan kemampuan
perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna untuk
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Bedah Edelweis pada 04 Maret
2019, didapatkan bahwa ronde keperawatan terakhir dilaksanakan pada tahun 2016.
3.2.3.2 Masalah
1) Ronde keperawatan terakhir dilakukan pada tahun 2016
2) Adanya keterbatasan waktu dan jumlah tenaga kesehatan untuk melakukan
ronde keperawatan
3) Tidak ada tim khusus untuk ronde keperawatan
4) Jarangnya dilakukan ronde keperawatan membuat beberapa perawat
kurang paham tentang pentingnya ronde keperawatan
3.2.3.3 Kriteria Klien
1) Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2) Klien dengan kasus baru atau langka
3.2.3.4 Tujuan
1) Tujuan umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde keperawatan.
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
3.2.3.5 Target
Ronde keperawatan dapat berjalan dengan baik.
3.2.3.6 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan tim ronde keperawatan
b) Menyusun teknik ronde keperawatan
c) Menyusun proposal resume pasien
2) Proses
a) Membuka kegiatan ronde keperawatan
b) Menyampaikan resume pasien
c) Melakukan validasi ke pasien
d) Melakukan diskusi dengan dokter, ahli gizi, dan perawat konselor
e) Memberikan rekomendasi dan saran
3) Hasil
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
3.2.3.7 Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
b) Menentukan pembentukan tim ronde keperawatan
c) Melaksanakan sosialisasi kepada perawat terutama tim ronde keperawatan
d) Menentukan peserta ronde keperawatan dan memberikan informed consent
pada pasien atau keluarga pasien
e) Menentukan jadwal pelaksanaan ronde keperawatan
f) Melaksanakan penerimaan ronde keperawatan
2) Pengorganisasian
a) Penanggung jawab : Ainun Sa’ananiyah, S.Kep
b) Waktu : Tanggal 11-23 Maret 2019
c) Role Play : Senin, 18 Maret 2019
3.2.4 Supervisi Keperawatan
3.2.4.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan seiring dengan
berjalannya waktu semakin meningkat, sehingga setiap profesi diwajibkan untuk
berusaha meningkatkan kinerja diberbagai kebutuhan pelayanan kesehatan
professional untuk tetap dapat diakui keberadaannya. Selain fasilitas-fasilitas
penunjang pelayanan yang baik, profesi perawat diharapkan masyarakat dapat selalu
meningkatkan diri guna memiliki atau menjadi sumber daya manusia yang bermutu,
memiliki standar pelayanan prima, dan pelayanan yang berkualitas (Nursalam, 2017).
Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi
standar yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
manajemen keperawatan dan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan. Kunci keberhasilan supervisi yaitu 3F, yaitu Fair, Feedback, dan Follow
Up. Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan kesehatan di
rumah sakit (Nursalam, 2017).
Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Bedah Edelweis adalah supervisi
keperawatan sudah terjadwal namun tidak terlaksana karena kesibukan masing-masing
perawat. Supervisi keperawatan di Ruang Bedah Edelweis dilakukan secara informal
dan dilakukan setiap saat oleh kepala ruangan, wakil kepala ruangan dan perawat
lainnya yang didelegasikan untuk mengawasi kinerja perawat. Kepala ruangan dan
wakilnya pada saat tertentu ikut terjun secara langsung dalam tindakan keperawatan
pada pasien. Kepala ruangan langsung atau pada saat morning report menyampaikan
pada peda penanggung jawab untuk segera ditinjaklanjuti hasil dari supervisi yang
sudah dilakukan.
3.2.4.2 Masalah
1) Supervisi keperawatan terjadwal namun tidak terlaksana karena kesibukan masing-
masing perawat.
2) Ruangan belum memiliki format baku SOP dan dokumentasi supervise
keperawatan.
3.2.4.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, diharapkan Ruang Bedah
Edelweis RSUD Dr. Soetomo Surabaya mampu menerapkan supervisi dalam
lingkup tanggung jawab, terutama dalam melakukan supervisi terhadap perawat
primer dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
2) Tujuan khusus
a) Mampu menyusun, melaksanakan, atau menetapkan tujuan supervise
b) Mampu mempersiapkan instrumen tindakan keperawatan
c) Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan
d) Mampu memberikan masukan terhadap staf
e) Mampu memberikan follow up hasil supervisi terhadap staf
f) Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi.
3.2.4.4 Target
Supervisi dapat dipertahankan dengan baik di Ruang Bedah Edelweis RSUD
Dr.Soetomo dan kegiatan pengawasan serta pembinaan yang dilakukan dapat berjalan
secara berkesinambungan serta terjadwal. Supervisi yang dilakukan dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan terhadap pasien.
3.2.4.5 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggung jawab supervise
b) Menyusun konsep supervisi keperawatan
c) Menentukan materi supervisi
2) Proses
a) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan supervisor
b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
3) Hasil
a) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal
b) Supervisor mengevaluasi hasil supervise
c) Supervisor memberikan reward/ feed back pada PP dan PA.
3.2.4.6 Rencana Strategi
1) Mengajukan proposal pelaksanaan supervise
2) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan
3) Merevisi konsep supervisi keperawatan
4) Menentukan materi supervisi keperawatan
5) Merevisi format supervise
6) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan
7) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
3.2.4.7 Pengorganisasian
1) Penanggung Jawab : Elyta Zuliyanti, S.Kep
2) Waktu :Tanggal 11-23 Maret 2019
3) Role play : Jumat, 15 Maret 2019
3.2.5 Timbang Terima
3.2.5.1 LatarBelakang
Profesionalisme dalam keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan
peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun
dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan
efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima pasien (Nursalam,
2017).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat yang berdinas saat
itu (Primary Nursing) kepada perawat penanggungjawab yang akan bertugas secara
tertulis dan lisan (Nursalam, 2017).
Timbang terimadi Ruang Bedah Edelweis RSUD Dr. Soetomo dihadiri oleh
perawat yang bertugas dan dipimpin oleh kepala ruangan kecuali untuk shift sore ke
malam tanpa kehadiran kepala ruangan. Timbang terima dilakukan setiap pergantian
shift di depan ners station. Timbang terima didahului dengan pembukaan oleh kepala
ruang atau didelegasikan kepada ketua tim kemudian memimpin berdoa dan ketua tim
dipersilahkan mengoperkan pasiennya kepada perawat yang dinas shift berikutnya.
Laporan yang dibacakan pada timbang terima berupa identitas pasien, nomor bed
pasien, diagnosa medis, keadaan umum, keluhan utama, data obyektif maupun
subyektif, masalah keperawatan, intervensi baik mandiri maupun kolaborasi. Pada saat
timbang terima antara perawat membahas setiap masalah keperawatan yang ada pada
pasien, kemudian dilanjutkan validasi ke pasien secara bersama-sama.
Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya. Hal
ini dilakukan untuk perbaikan pada masa yang akan datang sehingga timbang
terima menjadi bagian penting dalam menggali permasalahan pasien sehari-hari.

Background

Riwayat keperawatan
Assessment: KU, TTV,
GCS, Skala nyeri,
Jesiko Jatuh, ROS
Recomendation:
tingkatkan yang
sudah, dilanjutkan,
stop, modifikasi,
strategi barn
Gambar 3.2 Alur Timbang Terima (Nursalam, 2017)
3.2.5.2 Masalah
Pelaksaanaan timbang terima belum optimal, khususnya dari shif sore ke
malam maupun saat hari libur, dalam artian pada waktu tersebut kurang sesuai
dengan protap yang ada.
3.2.5.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan pasien dapat dan
dipertahankan pada setiap shift.
2) Tujuan khusus
a) Mengoptimalkan timbang terima setiap shift
b) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
c) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
d) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
shift berikutnya.
e) Menyusun rencanakerja sesuai MK untuk shift berikutnya
f) Mendokumentasikan evaluasi secara lengkap
3.2.5.4 Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan mempertahankan alur
dan proses timbang terima yang telah baik dalam pelaksanaannya.
3.2.5.5 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggung j awab timbang terima
b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf keperawatan
c) Menentukan materi timbang terima
d) Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam timbang terima
e) PP dan PA melaksanakan tugas sesuai dengan wewenang masing- masing
2) Proses
a) Melakukan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan pada setiap pergantian shift
b) Timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan atau Primary Nurse
c) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas dan yang akan
dinas
d) Timbang terima dilaksanakan didepan nurse station dengan pelaporan tiap
pasien maksimal 3 menit
e) Menjelaskan masalah yang berfokus pada masalah keperawatan
3) Hasil
a) Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai konsep SBAR
b) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
c) Dapat meningkatkan kemampuan dan komunikasi antar perawat
d) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungj awab antar perawat
e) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan.
3.2.5.6 Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menentukan penanggung jawab timbang terima
b) Menyusun format/protap timbang terima serta petunjuk teknis pengisiannya
c) Menyiapkan kasus kelolaan yang akan digunakan untuk timbang terima
d) Mengatur jadwal pelaksanaan timbang terima
e) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
f) Melaksanakan timbang terima bersama dengan ketua tim dan staf keperawatan
g) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
h) Dipimpin oleh Kepala Ruangan atau Primary Nurse sebagai penanggungjawab
shift
i) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas
j) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, atau
menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan pasien
k) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien, rencana tindakan
dan perkembangan kesehatan pasien pada konsep SBAR
l) Perawat, mahasiswa yang berdinas atau yang akan berdinas melakukan validasi
ke pasien
m) Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima pasien.
2) Pengorganisasian
a) Penanggungjawab : Cholilatul Zuhriya, S. Kep
b) Waktu : Tanggal 11-23 Maret 2019
c) Roleplay : Kamis,, 14 Maret 2019
3.2.6 Sentralisasi Obat
3.2.6.1 Latar belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
merupakan suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada
harus bersifat kondusif dengan belajar banyak langkah-langkah kongkrit dalam
pelaksanaanya. Salah satunya adalah pengelolaan sentralisasi obat. Obat
merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses kesembuhan
pasien. Pengecekan terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu
peran perawat, perlu dilakukan suatu pola atau alur yang sistematis sehingga
resiko kerugian baik secara material maupun secara non material dapat
dieliminasi. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuat membuat petunjuk
astrategi persiapan sentrlisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan dan
membuat tunjuk teknis peyelenggaraan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi
yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
Dalam pemberian obat diperlukan ketepatan waktu, dosis, cara dan tempat
pemberian obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat
dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah dikembangkan
di Bedah Edelweis RSUD Dr.Soetomo. Pengawasan terhadap penggunaan obat
oral maupun parenteral merupakan salah satu tugas perawat karena penggunaan
obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian bagi pasien.
Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi
jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain
yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan dapat menimbulkan kerugian pada pasien
secara ekonomi. Sehingga diperlukan suatu cara yang sistematis sehingga
penggunaan obat dapat diberikan tepat waktu.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan pelaksanaan sentralisasi obat di
Bedah Edelweis RSUD Dr. Soetomo akan diterapkan sentralisasi obat oral
maupun parenteral oleh mahasiswa program praktik manajemen keperawatan
Fakultas Keperawatan UNAIR.
3.2.6.2 Masalah
Tidak ditemukan masalah.
3.2.6.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang sentralisasi
obat
b) Mampu mengelola obat pasien
c) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
d) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat
3.2.6.4 Target
Pelaksanaan serah terima obat dapat berjalan dengan optimal dan legal.
3.2.6.5 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat pasien baru
b) Menyusun teknik sentralisasi obat pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan Bedah Edelweis RSUD Dr. Soetomo
2) Proses
Melakukan sentralisasi obat bersama dengan farmasi, pasien atau keluarga dan
dokter.
3.2.6.6 Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah koordinator ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staff yang ditunjuk.
b) Menyusun proposal sentralisasi obat
c) Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerjasama dengan perawat, dokter,
dan farmasi
d) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat
2) Pengorganisasian
a) Penanggung jawab : Alif Arditia Yuda, S. Kep
b) Waktu : 11- 23 Maret 2019
c) Role Play : Rabu, 20 Maret 2019
3.2.7 Discharge Planning
3.2.7.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sistem pemberian pelayanan
kesehatan, dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep
multidisiplin. Kolaborasi multidisiplin yang baik antara medis, perawat, gizi,
fisioterapi, farmasi, dan penunjang diharapkan mampu memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat (Haryati, 2008 dalam Jurnal Nursing Studies, 2012).
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyi konstribusi
besar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan merupakan ujung tombak
pelayanan di rumah sakit karena perawat mempunyai waktu terlama dalam
berinteraksi dengan pasien dan keluarga. Salah satu kegiatan yang laksanakan
perawat yaitu kegiatan discharge planning (perencanaan pulang pasien)
(Rusmita, 2010).
Perawat dapat membantu klien yang mengharapkan kesembuhannya
dengan mempersiapkan mereka untuk merencanakan pulang dari rumah sakit dan
kembali ke rumah mereka masing-masing. Salah satu bentuk peran perawat yang
harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat perencanaan pulang (discharge
planning). Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan komponen yang
penting dari program keperawatan pasien yang dimulai segera setelah pasien
masuk rumah sakit. Perencanaan klien pulang bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya yang diperlukan
untuk rehabilitasi lanjut. Dengan adanya discharge planning, klien diharapkan
dapat mempertahankan kesehatan dan membantu untuk lebih mempertanggung
jawabkan kesehatan klien secara mandiri (Nursalam, 2017).
Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planning, dan sebagai
discharge planner perawat menentukan keadaan pasien dengan melakukan
pemeriksaan klinis dan didukung pemeriksaan penunjang lain untuk
mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, sehingga perawat dapat
melakukan tindakan lanjutan sebelum pasien pulang berupa pemberian
pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada klien pada saat
perencanaan pulang, biasanya bertujuan agar klien dan keluarga mampu
mengenali tanda bahaya dan mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian
perawatan di rumah (Nursalam, 2017).
Berdasarkan wawancara dan observasi di Ruang Bedah Edelweis RSUD
Dr. Soetomo didapatkan bahwa Discharge planning sudah dilakukan kepada
pasien-pasien yang akan pulang, namun hanya dilakukan secara lisan dan tidak
mencakup aspek discharge planning yang meliputi penjelasan penyakit dalam
sebuah lembar balik sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah
diberikan oleh para perawat. Beberapa kendala yang dapat terjadi saat discharge
planning yaitu pelaksanaan yang kurang optimal karena beban kerja perawat
dimana SDM yang tidak sesuai denga mobilisasi pasien yang ada di ruangan.
Format Discharge Planning keperawatan sudah ada dengan isi sesuai dengan
standart yaitu Identitas klien, tanggal kontrol, aturan diit, obat, perawatan luka di
rumah, aktivitas dan istirahat, perawatan umum, dan hasil pemeriksaan yang
dibawa pulang.
3.2.7.2 Masalah
Tidak tersedianya leaflet tentang tindakan keperawatan pada saat pasien
pulang sehingga discharge planning dilakukan secara lisan.
3.2.7.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan semua perawat
di ruang Bedah Edelweis dan mahasiswa mampu melaksanakan discharge
planning dengan benar dan optimal.
2) Tujuan khusus
a) Adanya pemberian leaflet dan penjelasan tentang isi leaflet yang diberikan pada
klien yang akan pulang.
b) Menjelaskan HE Discharge Planning dengan menggunakan lembar balik
Discharge Planning
c) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning secara khusus pada form
dokumentasi discharge planning.
3.2.7.4 Target
Terdapat leaflet, form discharge planning, dan lembar balik discharge planning.
3.2.7.5 Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggungjawab Discharge planning
b) Menyusun proposal discharge planning dan dikoordinasikan dengan
pembimbing klinik dan akademik
c) Menetapkan pasien dalam role play discharge planning
d) Pengorganisasian peran
e) Menyiapkan dan menyusun media dalam pelaksanaan discharge planning
2) Proses
a) Melakukan discharge planning bersama bersama dengan tim pelaksana roleplay
b) Persiapan discharge planning disiapkan oleh PP dibantu PA dan dikoreksi oleh
KARU
c) Discharge planning dilakukan oleh PP dan PA di ruangan kamar pasien
3) Hasil
a) Terdokumentasinya pelaksanaan klien pulang oleh perawat
b) Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga
3.2.7.6 Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menentukan penanggung jawab discharge planning
b) Menentukan materi discharge planning
c) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning
d) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
e) Melaksanakan discharge planning
2) Pengorganisasian
a) Penanggung jawab : Fauziyah Maulidiyah, S. Kep
b) Waktu : 11-23 Maret 2019
c) Role Play : Selas, 19 Maret 2019
3.2.8 Dokumentasi Keperawatan
3.2.8.1 Latar Belakang
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen autentik dalam
pencatatan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan
manajemen asuhan keperawatan professional. Komponen penting dalam
pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan, serta standar asuhan
keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam pengumpulan informasi yang
relevan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan. Manfaat dan
pentingnya dokumentasi keperawatan antara lain dari segi hukum, karena semua
catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai
hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif,
dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau perawat, sehingga perlu
dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan yang dapat
menimbulkan intrepetasi yang salah (Nursalam, 2017).
Dokumentasi keperawatan memiliki peran dimana sebagai alat
komunikasi pada tingkat sistem kesehatan, dokumentasi keperawatan sebagai
praktik kompetensi perawat yang menginformasikan dan menjaga standar praktik
dalam melawan hukum. Dokumentasi keperawatan sebagai standar dokumentasi
keperawatan yang memfasilitasi standar komunikasi atau bahasa klinik,
menginformasikan health human resource strategy melawan hukum dan
menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan. Standar
dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang riwayat klien.
Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat perawat (nursing
accountability) untuk melindungi klien (Hannah, et al, 2015). Segi mutu (kualitas
pelayanan), pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah pasien serta untuk
mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga memungkinkan
perawat untuk mengetahui adanya masalah baru secara dini (Nursalam, 2017).
Dokumentasi merupakan aspek legal dari tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien yang berfungsi sebagai tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap tuntutan hukum. Pada era yang semakin maju, masyarakat
semakin sadar terhadap hukum, sehingga hal tersebut memiliki peluang adanya
tuntutan hukum terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Dokumentasi
keperawatan ini dilakukan sebagai salah satu bukti legal dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah tersebut yaitu perlu dijalankan atau diterapkan standar
dokumentasi keperawatan yang telah tersedia agar dapat digunakan sebagai bukti
legal serta media pembelajaran bagi mahasiswa yang melakukan praktik profesi.
Kelengkapan dokumentasi keperawatan sebagai cerminan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan mempunyai efektifitas dan efisiensi.
3.2.8.2 Masalah
Sistem pendokumentasian yang berlaku di Ruang Bedah Edelweis sudah
berjalan baik, yang terbaru pendokumentasian Early Warning Score (EWS)
memerlukan ketelitian dalam menuliskan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital,
pada kondisi tertentu juga diharuskan melakukan monitoring tanda-tanda vital
tiap 15 menit, peda pelaksanaannya biasanya mengikutsertakan peran atau
bantuan dari mahasiswa. Sehingga secara keseluruhan bisa disimpulkan tidak ada
masalah.
3.2.8.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktika manajemen dapat dilakukan penerapan dokumentasi
keperawatan dengan baik dan benar.
2) Tujuan khusus
a) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap
b) Mendokumentasikan proses pengkajian keperawatan
c) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
d) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
e) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
f) Mendokumentasikan pengelolan logistik dan obat
g) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan perencanaan
pulang
h) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
i) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan mutu meliputi
pengkajian nyeri, risiko jatuh, risiko dekubitus dan aspek yang lain pada saat
timbang terima dan dituliskan pada masing-masing dokumen klien.
3.2.8.4 Target
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan benar, lengkap, dan teratur.
3.2.8.5 Evaluasi
1) Struktur
Menyiapkan dokumentasi klien dalam satu paket yang lengkap
2) Proses
a) Dokumentasi klien dilakukan secara bertahap sesaat setelah melakukan
tindakan keperawatan
b) Melakukan dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi keperawatan secara jelas
3) Hasil
Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada dokumen
klien lengkap.
3.2.8.6 Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menyusun format pengkajian untuk kelompok mahasiswa yang nantinya akan
menjadi media dokumentasi perawatan klien kelolaan
b) Melakukan pengkajian mutu secara berkala
c) Melakukan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
d) Melakukan pendokumentasian secara lengkap dan akurat dalam dokumentasi
keperawatan mahasiswa terhadap klien kelolaan
e) Melakukan pendokumentasian dengan menerapkan Standard Nursing
Language (SNL)
2) Pengorganisasian
a) Penanggung jawab : Andi Budrah Benazhir Anggy, S.Kep
b) Waktu : 11-23 Maret 2019
3.2.9 Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit
3.2.9.1 Latar Belakang
Di masa lalu penatalaksanaan kesehatan lebih banyak berorientasi pada
usaha kuratif atau pengobatan pada penyakit yang di derita. Dalam keadaan yang
diperlukan penderita akan di rawat dirumah sakit, kemudian dipulangkan setelah
sembuh, dan apabila kambuh akan dibawa kembali ke rumah sakit. Demikian
siklus itu akan terjadi terus menerus, sampai kemudian disadari bahwa untuk
memelihara kesehatan bukan hanya usaha kuratif yang perlu dilakukan tapi
rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan ddi rumah
sakit hanya sebagian kecil dari rangkaian usaha memelihara kesehatan.
Efektifitas suatu pengobatan bukan hanya di perankan oleh pelayanan dan
petugas kesehatan, tetapi juga perlu kerja sama dengan penderita dan keluarga
serta di dukung oleh lingkungan untuk menunjuang pemeliharaan kesehatan.
Maka dari itu perlu adanya kerja sama yang positif antara petugas kesehatan
dengan penderita dan keluarga. Penderita dan keluarga perlu memiliki
pengetahuan tentang seputar penyakit, serta mau dan mampu berpartisipasi secara
positif, hal ini akan membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat pada
umumnya.
Perlu dilakukan usaha preventif atau pencegahan untuk mengurangi angka
terjadinya suatu penyakit. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berusaha
mengembangkan pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit
tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, Promosi kesehatan di Rumah
Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan
pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan
dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
Berdasarkan wawancara dan observasi di ruang Bedah Edelweis RSUD
Dr. Soetomo didapatkan bahwa pada ruangan Bedah Edelweis sudah melakukan
PKRS, baik dilakukan oleh perawat ruangan atau lebih sering dilakukan oleh
mahasiswa praktek di ruang Bedah Edelweis. Berdasarkan pengkajian pada 04
Maret 2019 didapatkan diagnosa medis penyakit tertinggi di ruang Bedah
Edelweis adalah Ca mammae serta banyak diantara pasien dan keluarga kurang
memahami bagaimana memilah sampah medis dan non medis. Maka dari itu
kelompok memilih untuk membuat penyuluhan tentang pemeriksaan SADARI
serta tata cara mencuci tangan dan pemilahan sampah medis non medis.
3.2.9.2 Masalah
Pasien dan keluarga di Ruang Bedah Edelweis belum memahami factor
resik ca mammae,serta kurang memahami bagaimana memilah sampah medis dan
non medis.
3.2.9.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan semua perawat
di Ruang Bedah Edelweis dan mahasiswa dapat melaksanakan PKRS tentang
pemeriksaan SADARI, tata cara mencuci tangan dan pemilahan sampah
medis non medis.
2) Tujuan khusus
a) Perawat dan Mahasiswa di Ruang Bedah Edelweis mampu melaksanakan
PKRS secara berkala.
b) Pasien dan keluarga mampu memahami tentang pemeriksaan SADARI,
tata cara mencuci tangan dan pemilahan sampah medis non medis.
c) Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang pemeriksaan
SADARI, tata cara mencuci tangan dan pemilahan sampah medis non
medis.
3.2.9.4 Target
PKRS dapat berjalan secara rutin dan optimal.
3.2.9.5 Evaluasi
1) Struktur
a) Kontrak waktu dengan pasien satu hari sebelum pelaksanaan PKRS
b) Koordinasi dengan pembimbng klinik dan akademik
c) Menyusun SAP, leaflet, dan ppt
d) Menentukan tempat pelaksanaan PKRS
2) Proses
a) Melakukan evaluasi keaktifan selama PKRS
b) Mendokumentasikan pelaksanaan PKRS
c) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan SAP
d) Mengorganisasikan sesuai dengan job description
3) Hasil
a) Jumlah peserta yang hadir minimal 10 orang
b) Evaluasi keikutsertaan pasien dari awal sampai akhir
c) Ketepatan waktu acara
d) Peserta memahami materi PKRS
3.2.9.6 Program kerja
1) Rencana strategis
a) Menentukan penanggung jawab PKRS
b) Menentukan Materi PKRS
c) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek PKRS
d) Menentukan j adwal pel aksanaan PKRS
e) Melaksanakan PKRS
2) Pengorganisasian
a) Penanggung Jawab: Eka Fitriyah Rohmah, S.Kep
b) Waktu : 11-23 Maret 2019
c) PKRS : Rabu, 13 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai