Anda di halaman 1dari 35

Clinical Science Session

HIPERTENSI
Disusun oleh:

Nadya Devindra Windityasari 130112170577

Preseptor :
Dani Ferdian, dr., MKM.
Herry Hermawan Aziz, dr

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

BAGIAN KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN

BANDUNG

2019
A. Identitas Pasien
 Nama : Tn. J
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 45 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Pungkur Gang Pegadaian No 123-18C RT 05 RW 05
 NO. HP : 08122475xxxx
 Pendidikan : Tamat SMP
 Pekerjaan : Driver GOJEK
 Status : Sudah Menikah
 Suku : Sunda
 Pemeriksaan : 18 Desember 2018
 Kunjungan rumah : 18 dan 19 Desember 2018

B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri belakang kepala
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang sejak 6 jam sebelum
masuk puskesmas, saat bangun tidur. Nyeri muncul secara tiba-tiba dan menetap. Pasien
mengeluhkan nyeri kepalanya seperti tertekan benda berat dan diikat di kepala bagian
belakang dan menjalar ke leher sampai kedua bahu. Pasien mengatakan nyeri di angka 6
dengan skala nyeri 1-10. Keluhan memberat jika pasien melakukan aktivitas sehari-hari
(contoh: bekerja, berdiri). Keluhan menjadi ringan jika pasien beristirahat, memijat
kepala, dikerok, dan minum bodrex. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama,
pasien tidak ingat persisnya berapa kali (lebih dari 2 kali). Biasanya keluhan muncul
ketika pasien sedang banyak pikiran, kelelahan, atau setelah pasien mengkonsumsi
makanan luar (jajanan) dalam jumlah banyak di hari sebelumnya. Keluhan terakhir kali
muncul pada bulan September lalu.

2
3

Nyeri kepala dirasa tidak berdenyut. Nyeri di daerah mata ataupun pelipis dan
keluhan hidung berair disangkal. Gejala tidak timbul dengan rangsang cahaya ataupun
suara bising. Keluhan tidak disertai penurunan kesadaran, muntah, lemah anggota gerak
sebelah dan rasa baal. Riwayat demam, batuk, pilek dan penurunan berat badan sebelum
munculnya nyeri kepala tidak ada. Riwayat benturan di kepala atau leher disangkal.
Nyeri kepala tidak disertai dengan pandangan kabur. Tidak terdapat adanya keluhan
nyeri dada, sesak, mudah lelah saat beraktivitas, bengkak di anggota tubuh. Pasien
menyangkal adanya keluhan sering lapar, haus, dan buang air kecil. Keluhan kesemutan,
dan luka pada kaki juga disangkal.

Pasien makan tiga kali sehari. Pasien tidak pernah sarapan. Pasien hampir selalu
makan siang di warung makan istrinya. Istri pasien menggunakan bahan penyedap
dalam memasak. Pasien mengaku sering mengkonsumsi jajanan yang asin dan pedas
seperti bakso, cireng, batagor dan lain sebagainya. Konsumsi alkohol dan kopi disangkal
oleh pasien. Pasien mengaku merokok dan menghabiskan rata-rata 12 batang dalam satu
hari. Semenjak berprofesi sebagai driver gojek, yaitu selama dua tahun, pasin sudah
berhenti dari olahraga rutinnya, bulutangkis. Hal ini disebabkan karena jadwal bulu
tangkis pasien tidak sesuai dengan jadwal bekerjanya.

Pasien akhir-akhir ini merasakan stress karena memikirkan permasalahan


ekonomi. Pasien ingin memindahkan keluarganya ke kampungnya di Kuningan agar
keluarganya tinggal di rumah yang layak dan tidak menumpang mertua, namun istri
pasien tidak setuju. Pasien berusaha untuk maklum, walaupun merasa kecewa terhadap
diri sendiri yang masih belum bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga. Keluarga
pasien suka mengingatkan pasien untuk berhenti merokok dan mengurangi makanan-
makanan yang dianggap keluarga pasien menyebababkan darah tinggi, seperti jengkol
dan daun singkong.

Riwayat penyakit dan pengobatan terdahulu

Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak ±3 tahun yang lalu, dengan tekanan darah
tertinggi 210/150 mmHg. Pasien pertama kali memeriksakan diri di Kuningan karena
4

keluhan nyeri kepala. Pasien mengaku tidak kontrol darah tinggi dengan rutin dan tidak
mengetahui kegiatan Prolanis dari Puskesmas. Pasien hanya datang ke puskesmas dan
meminum obat jika merasakan nyeri kepala.

Pasien pernah mengonsumsi amlodipin yang diminum setiap malam sebelum tidur
dan captopril. Pasien tidak mengetahui bahwa meminum obat harus dilakukan secara
rutin. Pasien rutin mengkonsumsi obat herbal seperti nutri benecol, hemaviton cardio.

Riwayat alergi dan pembedahan tidak ada. Riwayat penyakit gula darah, asma di
keluarga dan pasien disangkal.

Riwayat Keluarga

1. Genogram
Keluarga Tn. J, 45 th, 18 Desember 2018

2. Bentuk keluarga
Keluarga inti (nuclear family)
3. Tahapan siklus hidup keluarga
Keluarga dengan Anak Remaja
4. Family map
a. Pasien menikah pada tahun 1998
5

b. Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Rumah pasien pemberian mertua
dan terletak di samping rumah mertua.
c. Pasien bekerja sebagai Driver GOJEK
d. Istri pasien bekerja sebagai wiraswasta (pedagang), membuka warung nasi dengan
mertua pasien
e. Ketiga anak pasien masih duduk di bangku sekolah, yaitu kelas 2 SMK, kelas 1
SMP, dan kelas 2 SD
f. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anaknya baik. Walaupun hidup pas-
pasan, pasien dan keluarganya tetap merasa senang. Keluarga pasien merasa sudah
puas dengan kerja keras pasien, walaupun pasien masih merasa belum memberikan
rumah yang layak bagi keluarganya.
g. Sumber penghasilan berasal dari pasien dan istrinya. Setiap hari pendapatan pasien
tidak menentu, rata-rata pasien mendapatkan uang Rp 300.000,00 dan istrinya Rp
150.000,00. Untuk keperluan sehari-hari dirasa cukup.
h. Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes, dan asma di keluarga pasien.

5. APGAR
No. Pernyataan Selalu Kadang Tidak
pernah

Saya puas karena saya dapat kembali pada


1 2
keluarga saya jika saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas


2 2
serta membagi masalah dengan saya

Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan


3 mendukung keinginan saya melaksanakan kegiatan 2
dan ataupun arah hidup yang baru

4 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya


2
menyatakan rasa kasih sayang dan menanggapi
6

emosi

Saya puas dengan cara-cara keluarga saya


5 2
membagi waktu bersama

SKOR APGAR: 10 (Highly Functional Family)

6. SCREEM
Aspek Keterangan

Social Pasien mengaku nyaman dan sering bersosialisasi dengan tetangga.

Culture Pasien bersuku Sunda. Pasien dan keluarga menyukai makanan yang pedas dan asin.

Pasien dan keluarga beragama Islam dan taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Pasien
Religion
rutin mengikuti pengajian.

Economy Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dirasa cukup.

Pendidikan pasien adalah tamat SMP. Pasien kurang paham mengenai penyakitnya dan
Education memiliki kesadaran yang kurang tentang kesehatannya. Keluarga pasien juga memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai penyakit hipertensi tersebut.

Puskesmas Pasundan berjarak 700 m dari rumah pasien. Pasien membutuhkan waktu
Medical selama 10 menit dengan berjalan kaki. Pasien dan seluruh anggota keluarga pasien
terdaftar sebagai peserta BPJS PBI.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Kesadaran : compos mentis
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Tanda-tanda vital
7

- Tekanan darah : 160/90 mmHg


- Nadi : 89x/menit
- Respirasi : 21x/menit
- Suhu : 37,0°C
 Status gizi
- Berat badan : 72 kg
- Tinggi badan : 1,67 cm
- Indeks massa tubuh : 25,81 kg/m2 (obesitas)
 Kepala
- Bentuk : simetris
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Hidung : deformitas (-), sekret (-), allergic salute (-), pernafasan cuping
hidung (-)
- Telinga : deformitas (-/-), sekret (-/-)
- Mulut : tonsil T1-T1

 Leher
- KGB tidak teraba membesar
- tiroid tidak teraba membesar
- JVP tidak meningkat
- Deviasi trakea (-)

 Thorax
- Bentuk dan gerak simetris
- Cor: ictus cordis tidak teraba dan tampak di LMCS V, kardiomegali (-), S1 S2
reguler
- Pulmo: VBS ka=ki, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen
- Cembung, lembut
- BU (+) normal
8

- Hepar dan lien tidak teraba


- Ascites (-)
 Ekstremitas
- Deformitas (-), Edema (-)
- Akral hangat
- CRT <2”

D. Diagnosis Banding
1. Hipertensi primer stage II tidak terkontrol, disertai dengan obesitas
2. Hipertensi primer stage II tidak terkontrol, disertai dengan obesitas dan
dislipidemia

E. Usulan Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menegakkan diagnosis, melihat komplikasi ,dan faktor risiko dari
Hipertensi
 Profil lipid
 Ureum, kreatinin
2. Pemeriksaan fungsi jantung
Pemeriksaan EKG bertujuan untuk melihat kompliaksi

F. Faktor Risiko
1. Klien
 Laki-laki
 Usia 45 tahun
 Bekerja sebagai driver GOJEK
 Kurangnya pengetahuan akan penyakit yang diderita (Hipertensi, Obesitas)
 Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan yang sehat
9

 Sering jajan di luar yang pedas, asin, goreng-gorengan, dan mengandung


bahan penyedap
 Pasien tidak pernah olahraga
 Merokok
 Pasien memiliki beban pikiran mengenai rumah yang terlalu sempit
2. Keluarga
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan yang sehat
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit Hipertensi, obesitas
 Istri pasien memasak dengan bumbu penyedap
3. Lingkungan
 Banyak pedagang jajanan di sekitar rumah pasien
 Rumah yang berada di daerah padat kumuh
 Sumber air yang dekat dengan sungai yang tercemar

G. Diagnosis Holistik
1. Personal
 Alasan : berobat untuk keluhan nyeri belakang kepala
 Khawatiran : takut darah tingginya “kambuh”
 Harapan : keluhan nyeri kepala dapat hilang dan mendapat obat penurun
darah tinggi, sehingga pasien bisa lanjut bekerja
2. Klinik
Hipertensi primer stage II tidak terkontrol disertai dengan obesitas
3. Risiko Internal
 Laki-laki
 Usia 45 tahun
 Kurangnya pengetahuan akan penyakit yang diderita (Hipertensi, Obesitas)
 Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan yang sehat
 Sering jajan di luar yang pedas, asin, goreng-gorengan, dan mengandung
bahan penyedap
10

 Pasien tidak pernah olahraga


 Merokok
 Pasien memiliki beban pikiran mengenai rumah yang terlalu sempit
4. Risiko Eksternal
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pola makan yang sehat
 Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit Hipertensi, obesitas
 Banyak pedagang jajanan di sekitar rumah pasien
 Istri pasien memasak dengan bumbu penyedap

H. Terapi
1. Non Farmakologis
 Edukasi penyakit hipertensi, dimana penyakit tersebut tidak bisa sembuh,
tetapi bisa dikontrol
 Istirahat yang cukup
 Pola makan yang baik dengan cari kurangi asupan garam & makanan
berlemak tinggi, perbanyak makan sayuran & buah-buahan
 Mengurangi atau berhenti merokok
 Olahraga aerobik teratur (e.g. jalan kaki min 20-30 menit/hari, selama 3-5
hari/minggu)
 Wajib kontrol rutin
 Perbanyak aktivitas yang disenangi untuk mengurangi stres
 Mengurangi makan-makanan goreng-gorengan, jajanan, yang banyak
penyedap rasa
 Mengajak pasien untuk mengikuti program PROLANIS
2. Farmakologis
 Amlodipin 5 mg, 1x1, pagi/malam
 Parasetamol 1000 mg, 3x1

I. Prognosis
11

 Quo ad vitam : ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

J. Rencana Pemeliharaan Kesehatan

No. Nama Status Skrinning Konseling Imu- Kemo-


Kesehatan nisasi profila
ksis
1. Tn. J, 45 Hipertensi BMI, tekanan darah, Gula Pola makan sehat dan - -
tahun Stage II, darah, profil lipid, asam nutrisi seimbang, aktivitas
obesitas, dan urat, fungsi paru, fisik, PHBS, edukasi
perokok pemeriksaan gigi, visus, penyebab hipertensi dan
fungsi jantung (EKG) PTM lainnya,
pemberhentian konsumsi
rokok, edukasi penurunan
berat badan
2. Ny. S, 46 Sehat BMI, tekanan darah, gula Pola makan sehat dan - -
tahun darah, profil lipid, asam nutrisi seimbang, aktivitas
urat, fungsi paru, SADARI, fisik, PHBS, cara SADARI,
pap smear, fungsi jantung edukasi penyebab hipertensi
(EKG) dan PTM lainnya, edukasi
paparan asap rokok
3. An. Y, 17 Sehat TD, BMI, NAPZA, Pola makan, aktivitas fisik,
tahun pemeriksaan gigi, visus, substance abuse, edukasi
pemeriksaan paru, paparan asap rokok,
pemeriksaan jantung kesehatan reproduksi,
edukasi mengenai hipertensi
dan PTM lainnya
4. An. J, 12 Sehat TD, BMI, SADARI, Pola makan, aktivitas fisik,
tahun NAPZA, pemeriksaan gigi, PHBS, substance abuse,
visus, pemeriksaan paru, edukasi paparan asap rokok,
pemeriksaan jantung kesehatan reproduksi, cara
SADARI, edukasi
mengenai hipertensi dan
PTM lainnya
5. An. A, 7 Sehat TD, BMI, NAPZA, Pola makan, aktivitas fisik,
12

tahun pemeriksaan gigi, visus, PHBS, substance abuse,


pemeriksaan paru, edukasi paparan asap rokok,
pemeriksaan jantung kesehatan reproduksi,

K. Penatalaksanaan Gizi
1. Analisis Gizi
 Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi: Obesitas
 Obat-obatan yang biasa dikonsumsi: nutri benecol, hemaviton cardio
 Riwayat penyakit di keluarga: Tidak ada
 Penurunan BB dalam 6 bulan/2 minggu terakhir: Tidak ada
 Keluhan pencernaan menetap >2 minggu: Tidak ada
 Kapasitas fungsional: Tidak ada disfungsi
 Aktivitas fisik: Ringan
 Analisis asupan makanan:
 Dibandingkan dengan keadaan sehat: Tidak ada perubahan asupan
 Konsistensi: makanan biasa/padat
2. 24 Food Recall
No. Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan Jumlah (kkal)
1. 06.30 Cemilan Gehu 1 35
Pisang goreng 1 68
Teh manis 1 55
2. 12.30 Cemilan Batagor 174
3. 15.00 Makan berat Sayur kacang merah 225
Martabak telor 203
Nasi 270
4. 19.00 Makan berat Sayur kacang merah 225
Tempe goreng 34
Nasi 270
Total Kalori 1559
13

3. Terapi Gizi
 Total kalori
Kebutuhan Kalori Basal berdasarkan Haris Benedict (BMR)
BBI x (25 atau 30) = 60.3 x 30 = 1809 kkal
Kebutuhan kalori harian
o 1809 kkal + (20% x 1890) + (5% dari BMR) = 2.080,35 kkal
o Karena pasien obesitas, maka kalori hariannya dikurangi 500 kalori
untuk penurunan 0,5 kg per minggu hingga berat badan ideal
dicapai
2.080,35 kkal – 500 kkal = 1.580,35 kkal
 Komposisi :
o Karbohidrat (45%), protein (40%), lemak (15%)
o Makanan yang dianjurkan: Karbohidrat (Nasi, kentang), protein
hewani (telur, ikan, ayam), protein nabati (tahu, tempe), sayur (wortel,
bayam), buah (semangka, pepaya)
o Makanan yang tidak dianjurkan:
 Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
 Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin).
 Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
 Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
 Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
14

 Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,


tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium.
 Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
 Jenis nutrien spesifik : vitamin dan mineral
 Konsistensi yang dianjurkan : Biasa (padat)
 Pengolahan yang dianjurkan : Direbus /dikukus/digoreng dengan
minyak tidak lebih dari 2x pakai, tidak pedas
 Cara pemberian : Oral
 Frekuensi yang dianjurkan : 3x makan berat dan 2x cemilan
 Penjabaran pola makan
No. Waktu Jenis Makanan Jumlah URT Besar Kalori
(kkal)
1. 07.00 Nasi 1,5 porsi 202,5
Sayur Bayam 1 mangkok 79
Tahu kukus 2 porsi 188
2. 10.00 Semangka 100 gram 30
3. 12.00 Nasi 1,5 porsi 202,5
Dada ayam rebus 200 gram 300
Sayur bayam 1 mangkok 79
4. 16.00 Semangka 100 gram 30
5. 18.00 Nasi 1,5 porsi 202,5
Tahu kukus 2 porsi 188
Sayur asam 1 mangkok 80
Total 1581,5

L. Rancangan Aktivitas Fisik dan Olahraga


Pemberian konseling/penyuluhan
 Pengertian, jenis, manfaat aktivitas fisik dan olahraga
15

 Cara melakukan olahraga yang benar (persiapan, pemanasan, latihan inti,


pendinginan)
a. Frekuensi : 3x dalam seminggu
b. Intensitas : sedang
c. Tipe : aerobik disertai dengan weight training
d. Time : 30-60 menit/hari
e. Contoh :
 Aerobik : jalan cepat, jogging, senam
 Weight training : jalan sembari membawa air mineral sebagai barbel

M. Home Visit
1. Alasan dilakukan home visit
- Membangun hubungan dengan pasien
- Mencari faktor risiko terjadinya penyakit
- Mengumpulkan data tentang latar belakang kehidupan dan psikodinamika
keluarga pasien
- Lebih mengenal lingkungan hidup pasien sehari hari
- Follow up kondisi kesehatan psien
- Edukasi pasien dan keluarga

2. Demografi
16

3. Lingkungan tempat tinggal


 Kepemilikan rumah : Kontrak
 Daerah perumahan : Padat bersih

*pada saat sungai meluap, air di sumur menjadi keruh, pasien akan meminta sumber
air bersih dari tetangga
17

4. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan

5. Lingkungan pekerjaan
 Anggota keluarga yang bekerja : Kepala keluarga Tn. J (Driver GOJEK)
dan Ny. S (Wiraswasta)
 Risiko kesehatan dalam pekerjaannya :

6. Interpretasi hasil kunjungan rumah


 Rumah berada di lingkungan padat kumuh

 Ventilasi dan pencahayaan cukup baik

 Rumah pasien sempit namun bertingkat. Tingkat 1 terdiri atas ruang tamu
sekaligus ruang keluarga. Tingkat 2 terdiri atas 1 kamar. Rumah bersih
dan rapi.

 Dapur dan kamar mandi menumpang di rumah mertua. Kamar mandi dan
dapur dalam keadaan baik.
18

 Sumber air untuk mandi, mencuci, dan minum berasal dari sumur.
Sebelum digunakan untuk minum air dimasak terlebih dahulu. Sumber air
dekat dengan sumber pencemaran (sungai). Jika sungai meluap, air di
sumur menjadi keruh sehingga pasien harus meminta air ke tetangga.

 Tempat sampah ada di depan rumah dan setiap pagi ada petugas yang
mengambil. Rumah pasien jauh dari tempat penampungan sampah.

 Akses terhadap sarana kesehatan baik


Pembahasan
HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.1
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi
maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.2
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi sistolik dan
distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg,
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140
mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali
daripada normotensi.4,5
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90
mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Klasifikasi prehipertensi

19
20

bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi.
Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga,
menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau
bersama-sama obat farmakologi.5
Masih banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan
jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari
berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. 1

B. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di
kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab
yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi
sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat
diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.6

1. Hipertensi primer (essensial)


Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95%
dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi
untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang
tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun
temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik
memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila
ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan
poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak
karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium,
tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi
21

kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
angiotensinogen.7

2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel
1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.7 Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat
pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi
komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
hipertensi sekunder.8

Tabel 1. Penyebab Hipertensi Sekunder


Penyakit Obat Obat
1. Penyakit ginjal kronis 1. Kortikosteroid, ACTH
2. Hiperaldosteronisme primer 2. Estrogen (biasanya pil KB dengan
3. Penyakit renovaskular kadar estrogen tinggi)
4. Sindroma Cushing 3. NSAID, cox-2 inhibitor
5. Pheochromocytoma 4. Fenilpropanolamine dan analog
6. Koarktasi aorta 5. Cyclosporin dan tacrolimus
7. Penyakit tiroid atau paratiroid 6. Eritropoetin
7. Sibutramin
8. Antidepresan (terutama
venlafaxine)

.
22

C. Klasifikasi Hipertensi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation, and
Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut World Health Organization (WHO) dan
International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG).2

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC

Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) dan


International Society of Hypertension Working Group (ISHWG)
23

Selain itu terdapat hipertensi krisis, yaitu tekanan darah sistolik >180 mmHg
atau diastolic >120 mmHg. Ketika terdapat kerusakan organ target disebut sebagai
hipertensi emergensi, jika tidak disebut sebagai hipertensi urgensi.9
Sedangkan, American Heart Association mengeluarkan kriteria baru, dimana
seseorang dikatakan hipertensi stage I jika tekanan darah sistol ≥130 dan tekanan
darah diastol ≥80.

D. Faktor Risiko Hipertensi


1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena
hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika 50an dan 60an.10
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada
orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami
pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai
faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.11

b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.12
24

c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.13

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,
risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari.
Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari
pada mereka yang tidak merokok.5
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap
melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.13

b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.15
25

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan


diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan
darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya
rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari
setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.4,13
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan
natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat
menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.16

c. Konsumsi Lemak Jenuh


Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan
risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan
konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
menurunkan tekanan darah.16

d. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol


Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak
memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum
sedikit.16
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei
menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun
diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.13
26

e. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air.12
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 %
memiliki berat badan lebih.13

f. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.13

g. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres
sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan
stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang
dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.13

E. Patogenesis Hipertensi
27

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi


dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari
arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi
sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai
dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal.14

F. Gejala Klinis Hipertensi


Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun
berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan
darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.10

G. Diagnosis Hipertensi
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya
penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.8
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda
klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat.
28

Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor
alat dan tempat pengukuran.8
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,
perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan
faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan
fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit,
kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.14

H. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.13

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:


1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan
berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.10
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi
asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan
sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah
rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.13
29

2. Olahraga dan aktifitas fisik


Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi.
Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat
menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun.13
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan
mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu
diingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan
hipertensi.15

3. Perubahan pola makan


Menerapkan pola makan : DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension). Prinsip
DASH diet adalah pola makan gizi seimbang yang tinggi serealia utuh, sayur dan
buah; protein rendah lemak dalam jumlah sedang; serta lemak, gula, dan natrium
dalam jumlah sedikit.
 Makan sayur, buah-buahan, dan biji-bijian
 Termasuk produk susu bebas lemak atau rendah lemak, ikan, unggas, kacang-
kacangan, dan minyak sayur
 Membatasi makanan yang tinggi lemak jenuh, seperti daging berlemak,
produk susu penuh lemak, dan minyak tropis seperti kelapa, inti sawit, dan
minyak sawit
 Membatasi minuman dan gula manis17
Konsumsi natrium perhari dibatasi menjadi 2300 mg atau hingga 1500 mg, untuk
mempermudah dikonversikan ke dalam takaran sehari-hari. Dimana ½ sendok teh
adalah 1200 mg natrium, 1 sendok the 2400 gram natrium, dan 1 sendok teh soda kue
adalah 1000 mg natrium.

4. Menghilangkan stress
30

Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan
stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin
sehari-hari dapat meringankan beban stres.

2. Penatalaksanaan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 818:
- ACE Inhibitor (ACEI)
- Angiotensin receptor
- Thiazide diuretic
- Calcium channel blocker

Adapun Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC 8 dapat dilihat pada bagan di
bawah
31

Bagan 1. Algoritma tata laksana hipertensi menurut JNC 8


32

Bagan 2. Algoritma tata laksana hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia
33
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi. Info Datin .
2014May17;:1–2.
2. Kusmana D. 2009. Hipertensi : definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan fisik.
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI. Cermin Dunia Kedokteran.
161-7.
3. Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Essensial. Dalam : Sudoyo WA, et al. Buku Ajar
ilmu Penyakit dalam Jilid 1. Edisi ke-4. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta.
4. Cheung BWY. 2010. Dalam : Cheung BMY. 2012. Nice new hypertension
guidelines. World Journal of Hypertension 2 (5): 45-9.
5. Basile J. 2012. Hypertension 2012: what will the JNC 8 Guideline look like?.
Annual primary care Kiawah conference Carolina. South carolina.
6. Irmalita, et al. 2009. Standar pelayanan medik RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita. Pusat Jantung Nasional. Jakarta.
7. The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure. 1997. The seventh report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Arch
Intern Med 157: 2413-45.
8. Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit hipertensi. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan. Jakarta.
9. AHA. https://www.heart.org/-/media/data-import/downloadables/hypertension-
guideline-highlights-flyer-ucm_497841.pdf
10. Hajjar I, Kotchen TA. 2003. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And
Control Of Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA 290:199-206.
Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit hipertensi. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan.

34
35

11. Chobaniam AV et al. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA
289:2560-2572. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit
hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat kesehatan Departemen kesehatan.
12. Dosh SA. 2001. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.
J.Fam Pract 50:707-712. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk
penyakit hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen kesehatan.
13. Oparil S et al. 2003. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 139:761776
14. Price, S. A., & Lorraine M. W. 1994. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 4. Jakarta: EGC.
15. CHEP. 2012. (Canadian Hypertension Education program) Canadian recomendation
for the management of hypertension. 2012. Canada.
16. Mancia G, Laurent S, et al.2009. Reappraisal of European guidelines on
hypertension management: a European Society of Hypertension Task Force
document Giuseppe. Journal of Hypertension 2009, 27:000–000
17. Dash Eating Plan [Internet]. National Heart, Lung, and Blood Institute. U.S.
Department of Health and Human Services; [cited 2018Dec26]. Available from:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/dash-eating-plan
18. James PA, Ortiz E, et al. 2014 evidence-based guideline for the management of
high blood pressure in adults: (JNC8). JAMA. 2014

Anda mungkin juga menyukai