HIPERTENSI
Disusun oleh:
Preseptor :
Dani Ferdian, dr., MKM.
Herry Hermawan Aziz, dr
BANDUNG
2019
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 45 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pungkur Gang Pegadaian No 123-18C RT 05 RW 05
NO. HP : 08122475xxxx
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Driver GOJEK
Status : Sudah Menikah
Suku : Sunda
Pemeriksaan : 18 Desember 2018
Kunjungan rumah : 18 dan 19 Desember 2018
B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri belakang kepala
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala bagian belakang sejak 6 jam sebelum
masuk puskesmas, saat bangun tidur. Nyeri muncul secara tiba-tiba dan menetap. Pasien
mengeluhkan nyeri kepalanya seperti tertekan benda berat dan diikat di kepala bagian
belakang dan menjalar ke leher sampai kedua bahu. Pasien mengatakan nyeri di angka 6
dengan skala nyeri 1-10. Keluhan memberat jika pasien melakukan aktivitas sehari-hari
(contoh: bekerja, berdiri). Keluhan menjadi ringan jika pasien beristirahat, memijat
kepala, dikerok, dan minum bodrex. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama,
pasien tidak ingat persisnya berapa kali (lebih dari 2 kali). Biasanya keluhan muncul
ketika pasien sedang banyak pikiran, kelelahan, atau setelah pasien mengkonsumsi
makanan luar (jajanan) dalam jumlah banyak di hari sebelumnya. Keluhan terakhir kali
muncul pada bulan September lalu.
2
3
Nyeri kepala dirasa tidak berdenyut. Nyeri di daerah mata ataupun pelipis dan
keluhan hidung berair disangkal. Gejala tidak timbul dengan rangsang cahaya ataupun
suara bising. Keluhan tidak disertai penurunan kesadaran, muntah, lemah anggota gerak
sebelah dan rasa baal. Riwayat demam, batuk, pilek dan penurunan berat badan sebelum
munculnya nyeri kepala tidak ada. Riwayat benturan di kepala atau leher disangkal.
Nyeri kepala tidak disertai dengan pandangan kabur. Tidak terdapat adanya keluhan
nyeri dada, sesak, mudah lelah saat beraktivitas, bengkak di anggota tubuh. Pasien
menyangkal adanya keluhan sering lapar, haus, dan buang air kecil. Keluhan kesemutan,
dan luka pada kaki juga disangkal.
Pasien makan tiga kali sehari. Pasien tidak pernah sarapan. Pasien hampir selalu
makan siang di warung makan istrinya. Istri pasien menggunakan bahan penyedap
dalam memasak. Pasien mengaku sering mengkonsumsi jajanan yang asin dan pedas
seperti bakso, cireng, batagor dan lain sebagainya. Konsumsi alkohol dan kopi disangkal
oleh pasien. Pasien mengaku merokok dan menghabiskan rata-rata 12 batang dalam satu
hari. Semenjak berprofesi sebagai driver gojek, yaitu selama dua tahun, pasin sudah
berhenti dari olahraga rutinnya, bulutangkis. Hal ini disebabkan karena jadwal bulu
tangkis pasien tidak sesuai dengan jadwal bekerjanya.
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak ±3 tahun yang lalu, dengan tekanan darah
tertinggi 210/150 mmHg. Pasien pertama kali memeriksakan diri di Kuningan karena
4
keluhan nyeri kepala. Pasien mengaku tidak kontrol darah tinggi dengan rutin dan tidak
mengetahui kegiatan Prolanis dari Puskesmas. Pasien hanya datang ke puskesmas dan
meminum obat jika merasakan nyeri kepala.
Pasien pernah mengonsumsi amlodipin yang diminum setiap malam sebelum tidur
dan captopril. Pasien tidak mengetahui bahwa meminum obat harus dilakukan secara
rutin. Pasien rutin mengkonsumsi obat herbal seperti nutri benecol, hemaviton cardio.
Riwayat alergi dan pembedahan tidak ada. Riwayat penyakit gula darah, asma di
keluarga dan pasien disangkal.
Riwayat Keluarga
1. Genogram
Keluarga Tn. J, 45 th, 18 Desember 2018
2. Bentuk keluarga
Keluarga inti (nuclear family)
3. Tahapan siklus hidup keluarga
Keluarga dengan Anak Remaja
4. Family map
a. Pasien menikah pada tahun 1998
5
b. Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Rumah pasien pemberian mertua
dan terletak di samping rumah mertua.
c. Pasien bekerja sebagai Driver GOJEK
d. Istri pasien bekerja sebagai wiraswasta (pedagang), membuka warung nasi dengan
mertua pasien
e. Ketiga anak pasien masih duduk di bangku sekolah, yaitu kelas 2 SMK, kelas 1
SMP, dan kelas 2 SD
f. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anaknya baik. Walaupun hidup pas-
pasan, pasien dan keluarganya tetap merasa senang. Keluarga pasien merasa sudah
puas dengan kerja keras pasien, walaupun pasien masih merasa belum memberikan
rumah yang layak bagi keluarganya.
g. Sumber penghasilan berasal dari pasien dan istrinya. Setiap hari pendapatan pasien
tidak menentu, rata-rata pasien mendapatkan uang Rp 300.000,00 dan istrinya Rp
150.000,00. Untuk keperluan sehari-hari dirasa cukup.
h. Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes, dan asma di keluarga pasien.
5. APGAR
No. Pernyataan Selalu Kadang Tidak
pernah
emosi
6. SCREEM
Aspek Keterangan
Culture Pasien bersuku Sunda. Pasien dan keluarga menyukai makanan yang pedas dan asin.
Pasien dan keluarga beragama Islam dan taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Pasien
Religion
rutin mengikuti pengajian.
Pendidikan pasien adalah tamat SMP. Pasien kurang paham mengenai penyakitnya dan
Education memiliki kesadaran yang kurang tentang kesehatannya. Keluarga pasien juga memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai penyakit hipertensi tersebut.
Puskesmas Pasundan berjarak 700 m dari rumah pasien. Pasien membutuhkan waktu
Medical selama 10 menit dengan berjalan kaki. Pasien dan seluruh anggota keluarga pasien
terdaftar sebagai peserta BPJS PBI.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Tanda-tanda vital
7
Leher
- KGB tidak teraba membesar
- tiroid tidak teraba membesar
- JVP tidak meningkat
- Deviasi trakea (-)
Thorax
- Bentuk dan gerak simetris
- Cor: ictus cordis tidak teraba dan tampak di LMCS V, kardiomegali (-), S1 S2
reguler
- Pulmo: VBS ka=ki, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
- Cembung, lembut
- BU (+) normal
8
D. Diagnosis Banding
1. Hipertensi primer stage II tidak terkontrol, disertai dengan obesitas
2. Hipertensi primer stage II tidak terkontrol, disertai dengan obesitas dan
dislipidemia
F. Faktor Risiko
1. Klien
Laki-laki
Usia 45 tahun
Bekerja sebagai driver GOJEK
Kurangnya pengetahuan akan penyakit yang diderita (Hipertensi, Obesitas)
Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan yang sehat
9
G. Diagnosis Holistik
1. Personal
Alasan : berobat untuk keluhan nyeri belakang kepala
Khawatiran : takut darah tingginya “kambuh”
Harapan : keluhan nyeri kepala dapat hilang dan mendapat obat penurun
darah tinggi, sehingga pasien bisa lanjut bekerja
2. Klinik
Hipertensi primer stage II tidak terkontrol disertai dengan obesitas
3. Risiko Internal
Laki-laki
Usia 45 tahun
Kurangnya pengetahuan akan penyakit yang diderita (Hipertensi, Obesitas)
Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan yang sehat
Sering jajan di luar yang pedas, asin, goreng-gorengan, dan mengandung
bahan penyedap
10
H. Terapi
1. Non Farmakologis
Edukasi penyakit hipertensi, dimana penyakit tersebut tidak bisa sembuh,
tetapi bisa dikontrol
Istirahat yang cukup
Pola makan yang baik dengan cari kurangi asupan garam & makanan
berlemak tinggi, perbanyak makan sayuran & buah-buahan
Mengurangi atau berhenti merokok
Olahraga aerobik teratur (e.g. jalan kaki min 20-30 menit/hari, selama 3-5
hari/minggu)
Wajib kontrol rutin
Perbanyak aktivitas yang disenangi untuk mengurangi stres
Mengurangi makan-makanan goreng-gorengan, jajanan, yang banyak
penyedap rasa
Mengajak pasien untuk mengikuti program PROLANIS
2. Farmakologis
Amlodipin 5 mg, 1x1, pagi/malam
Parasetamol 1000 mg, 3x1
I. Prognosis
11
K. Penatalaksanaan Gizi
1. Analisis Gizi
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi: Obesitas
Obat-obatan yang biasa dikonsumsi: nutri benecol, hemaviton cardio
Riwayat penyakit di keluarga: Tidak ada
Penurunan BB dalam 6 bulan/2 minggu terakhir: Tidak ada
Keluhan pencernaan menetap >2 minggu: Tidak ada
Kapasitas fungsional: Tidak ada disfungsi
Aktivitas fisik: Ringan
Analisis asupan makanan:
Dibandingkan dengan keadaan sehat: Tidak ada perubahan asupan
Konsistensi: makanan biasa/padat
2. 24 Food Recall
No. Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan Jumlah (kkal)
1. 06.30 Cemilan Gehu 1 35
Pisang goreng 1 68
Teh manis 1 55
2. 12.30 Cemilan Batagor 174
3. 15.00 Makan berat Sayur kacang merah 225
Martabak telor 203
Nasi 270
4. 19.00 Makan berat Sayur kacang merah 225
Tempe goreng 34
Nasi 270
Total Kalori 1559
13
3. Terapi Gizi
Total kalori
Kebutuhan Kalori Basal berdasarkan Haris Benedict (BMR)
BBI x (25 atau 30) = 60.3 x 30 = 1809 kkal
Kebutuhan kalori harian
o 1809 kkal + (20% x 1890) + (5% dari BMR) = 2.080,35 kkal
o Karena pasien obesitas, maka kalori hariannya dikurangi 500 kalori
untuk penurunan 0,5 kg per minggu hingga berat badan ideal
dicapai
2.080,35 kkal – 500 kkal = 1.580,35 kkal
Komposisi :
o Karbohidrat (45%), protein (40%), lemak (15%)
o Makanan yang dianjurkan: Karbohidrat (Nasi, kentang), protein
hewani (telur, ikan, ayam), protein nabati (tahu, tempe), sayur (wortel,
bayam), buah (semangka, pepaya)
o Makanan yang tidak dianjurkan:
Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru,
minyak kelapa, gajih).
Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin).
Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
14
M. Home Visit
1. Alasan dilakukan home visit
- Membangun hubungan dengan pasien
- Mencari faktor risiko terjadinya penyakit
- Mengumpulkan data tentang latar belakang kehidupan dan psikodinamika
keluarga pasien
- Lebih mengenal lingkungan hidup pasien sehari hari
- Follow up kondisi kesehatan psien
- Edukasi pasien dan keluarga
2. Demografi
16
*pada saat sungai meluap, air di sumur menjadi keruh, pasien akan meminta sumber
air bersih dari tetangga
17
5. Lingkungan pekerjaan
Anggota keluarga yang bekerja : Kepala keluarga Tn. J (Driver GOJEK)
dan Ny. S (Wiraswasta)
Risiko kesehatan dalam pekerjaannya :
Rumah pasien sempit namun bertingkat. Tingkat 1 terdiri atas ruang tamu
sekaligus ruang keluarga. Tingkat 2 terdiri atas 1 kamar. Rumah bersih
dan rapi.
Dapur dan kamar mandi menumpang di rumah mertua. Kamar mandi dan
dapur dalam keadaan baik.
18
Sumber air untuk mandi, mencuci, dan minum berasal dari sumur.
Sebelum digunakan untuk minum air dimasak terlebih dahulu. Sumber air
dekat dengan sumber pencemaran (sungai). Jika sungai meluap, air di
sumur menjadi keruh sehingga pasien harus meminta air ke tetangga.
Tempat sampah ada di depan rumah dan setiap pagi ada petugas yang
mengambil. Rumah pasien jauh dari tempat penampungan sampah.
A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di
Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.1
Hipertensi merupakan “silent killer” (pembunuh diam-diam) yang secara luas
dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan meningkatnya
tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat meningkatkan faktor risiko
munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal. Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi
maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke.2
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi sistolik dan
distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita dengan
tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg,
sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga kali
terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang 140
mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali
daripada normotensi.4,5
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 140/90
mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Klasifikasi prehipertensi
19
20
bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan risiko terjadinya hipertensi.
Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga,
menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau
bersama-sama obat farmakologi.5
Masih banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan
jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari
berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat
diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. 1
B. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di
kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab
yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi
sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat
diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.6
kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
angiotensinogen.7
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel
1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.7 Obat-obat
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat
pada tabel 1. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati / mengoreksi kondisi
komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan
hipertensi sekunder.8
.
22
C. Klasifikasi Hipertensi
Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation, and
Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan
derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut World Health Organization (WHO) dan
International Society Of Hypertension Working Group (ISHWG).2
Selain itu terdapat hipertensi krisis, yaitu tekanan darah sistolik >180 mmHg
atau diastolic >120 mmHg. Ketika terdapat kerusakan organ target disebut sebagai
hipertensi emergensi, jika tidak disebut sebagai hipertensi urgensi.9
Sedangkan, American Heart Association mengeluarkan kriteria baru, dimana
seseorang dikatakan hipertensi stage I jika tekanan darah sistol ≥130 dan tekanan
darah diastol ≥80.
b. Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat
18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.12
24
c. Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama
pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung
meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.13
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam
yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.15
25
e. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan
tubuh menahan natrium dan air.12
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 %
memiliki berat badan lebih.13
f. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.13
g. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres
sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan
stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang
dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.13
E. Patogenesis Hipertensi
27
G. Diagnosis Hipertensi
Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler, beratnya
penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan
pengobatan.8
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda
klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat.
28
Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor
alat dan tempat pengukuran.8
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi,
perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan
faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan
fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit,
kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.14
H. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang
sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan
nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada sebagian
penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi.13
4. Menghilangkan stress
30
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan
stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin
sehari-hari dapat meringankan beban stres.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 818:
- ACE Inhibitor (ACEI)
- Angiotensin receptor
- Thiazide diuretic
- Calcium channel blocker
Adapun Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC 8 dapat dilihat pada bagan di
bawah
31
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi. Info Datin .
2014May17;:1–2.
2. Kusmana D. 2009. Hipertensi : definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan fisik.
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI. Cermin Dunia Kedokteran.
161-7.
3. Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Essensial. Dalam : Sudoyo WA, et al. Buku Ajar
ilmu Penyakit dalam Jilid 1. Edisi ke-4. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta.
4. Cheung BWY. 2010. Dalam : Cheung BMY. 2012. Nice new hypertension
guidelines. World Journal of Hypertension 2 (5): 45-9.
5. Basile J. 2012. Hypertension 2012: what will the JNC 8 Guideline look like?.
Annual primary care Kiawah conference Carolina. South carolina.
6. Irmalita, et al. 2009. Standar pelayanan medik RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita. Pusat Jantung Nasional. Jakarta.
7. The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure. 1997. The seventh report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Arch
Intern Med 157: 2413-45.
8. Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit hipertensi. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan. Jakarta.
9. AHA. https://www.heart.org/-/media/data-import/downloadables/hypertension-
guideline-highlights-flyer-ucm_497841.pdf
10. Hajjar I, Kotchen TA. 2003. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And
Control Of Hypertension In The United States, 1998 – 2000. JAMA 290:199-206.
Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit hipertensi. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan.
34
35
11. Chobaniam AV et al. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA
289:2560-2572. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk penyakit
hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat kesehatan Departemen kesehatan.
12. Dosh SA. 2001. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.
J.Fam Pract 50:707-712. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk
penyakit hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat kesehatan Departemen kesehatan.
13. Oparil S et al. 2003. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 139:761776
14. Price, S. A., & Lorraine M. W. 1994. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 4. Jakarta: EGC.
15. CHEP. 2012. (Canadian Hypertension Education program) Canadian recomendation
for the management of hypertension. 2012. Canada.
16. Mancia G, Laurent S, et al.2009. Reappraisal of European guidelines on
hypertension management: a European Society of Hypertension Task Force
document Giuseppe. Journal of Hypertension 2009, 27:000–000
17. Dash Eating Plan [Internet]. National Heart, Lung, and Blood Institute. U.S.
Department of Health and Human Services; [cited 2018Dec26]. Available from:
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/dash-eating-plan
18. James PA, Ortiz E, et al. 2014 evidence-based guideline for the management of
high blood pressure in adults: (JNC8). JAMA. 2014