Anda di halaman 1dari 10

ORGANOLOGI I

Oleh :
Nama : Arlina Setyoningtyas
NIM : B1A017150
Rombongan : C2
Kelompok :3
Asisten : Salma Fauzia

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang
sama, serta mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang
mendukung pertumbuhan pada tumbuhan. Tumbuhan berpembuluh matang dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan
(Kimball, 1992). Struktur tubuh tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya terdiri atas
organ pokok yaitu akar, batang dan daun. Organ tersusun oleh beberapa jaringan, dan
jaringan disusun oleh beberapa sel yang mempunyai bentuk, struktur, serta fungsi
yang sama (Taryono, 1995).
Fungsi jaringan bermacam-macam. Fungsi jaringan tumbuhan ditentukan
oleh letak, struktur serta zat yang dikandungnya. Misalnya jaringan meristem
memiliki fungsi untuk melindungi bagian tumbuhan yang berada didalamnya karena
jaringan ini terletak dibagian paling luar dengan struktur yang keras karena
mengandung senyawa kitin dan lignin (Taryono, 1995). Jaringan meristem terdapat
pada ujung akar, ujung batnag, dan kambium. Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan
ada tiga macam yaitu meristem apikal, meristem lateral dan meristem interkalar
(Waluyo, 2006).
Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda
atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen. Jaringan terdiri dari jaringan
muda atau meristem, jaringan dasar atau parenkim, sklerenkim, xilem dan floem
(Kimball, 1992). Jaringan yang aktif memperbanyak diri dan tidak memiliki fungsi
khusus disebut jaringan meristematik, sementara jaringan yang telah mantap dengan
fungsinya disebut jaringan tetap atau permanen (Soeprapto, 1994).

I. TUJUAN
Tujuan praktikum acara Histologi I yaitu:
1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dan derivatnya, antara
lain sel silika, sel gabus, stomata, dan trikomata.
2. Mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim), antara lain aerenkim dan
aktinenkim.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara histologi I diantaranya
mikroskop, object glass, cover glass, pipet tetes, jarum preparat, dan silet.
Bahan-bahan yang digunakan adalah irisan membujur batang tebu
(Saccharum officinarum), irisan membujur daun sosongkokan (Rhoeo discolor),
irisan membujur daun jagung (Zea mays), irisan melintang daun kumis kucing
(Orthosiphon stamineus), irisan membujur daun durian (Durio zibethinus), irisan
melintang petiolus bunga tasbih (Canna sp), dan akuades.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara histologi I antara lain:


1. Irisan membujur batang tebu (Saccharum officinarum), daun sosongkokan
(Rhoeo discolor), daun jagung (Zea mays), dan daun durian (Durio zibethinus)
dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet. Irisan diletakkan di atas
kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca penutup.
2. Preparat Saccharum officinarum, Rhoeo discolor, dan Zea mays diamati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, sedangkan preparat Durio
zibethinus diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
3. Irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dan petiolus
bunga tasbih (Canna sp) dibuat setipis mungkin dengan menggunakan silet.
Irisan diletakkan di atas kaca benda, ditetesi akuades, dan ditutup dengan kaca
penutup.
4. Preparat Orthosiphon stamineus dan Canna sp diamati dibawah mikroskop
dengan perbesaran 400x.
5. Semua preparat diamati, letak sel silika dan sel gabus diperhatikan, bentuk sel
epidermis diamati, bentuk sel penutup pada stoma diamati, bentuk dan tipe
trikoma diamati.
6. Bentuk dan susunan sel-sel parenkim diamati.
7. Semua preparat kemudian digambar dan diberi keterangan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Keterangan :
1
1. Sel silica
2. Sel gabus
2 3. Sel epidermis
3

Gambar 3.1. Ø B. Epidermis batang Saccharum officinarum (Tebu) Perbesaran


400 X
Keterangan :
1 1. Sel penutup bentuk halter
2
2. Sel tetangga
3. Epidermis
3
4. Porus
Tipe Stroma : Gramine
4

Gambar 3.2. Ø B. Daun Zea mays L. (Jagung) Perbesaran 400 X


Keterangan :
1. Porus
2. Sel penutup bentuk ginjal
1 3. Epidermis
2 4. Sel tetangga
Tipe Stroma : Amaryllidaceae
3

Gambar 3.3. Ø B. Epidermis daun Rhoeo discolor (Sekongkokan) Perbesaran 400


X
Keterangan :
1 1. Trikomata
2 2. Epidermis atas
3. Jaringan palisade
3 4. Jaringan spons
5. Epidermis bawah
4 Tipe trikoma : Glanduler

Gambar 3.4. Ø B. Daun Orthosipon Stamineus (Kumis Kucing) Perbesaran 400 X


Keterangan :
1. Trikoma bentuk sisik
1
2. Trikoma bentuk bintang

2 Tipe trikoma : Non glanduler

Gambar 3.5. Irisan Epidermis bawah daun Durio Zibethinus (Durian)


Perbesaran 100 X
Keterangan :
1. Aktinenkim
1
2. Aerenkim

Gambar 3.6. Ø L. Tangkai daun Canna sp. (Bunga Tasbih) Perbesaran 400 X
B. Pembahasan

Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis dan


jaringan parenkim. Jaringan permanen merupakan jaringan yang telah mengalami
deferensiasi. Umumnya jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya pun
relatif permanen serta rongga selnya besar (Taryono, 1995). Jaringan pelindung
(epidermis) merupakan jaringan yang menutupi permukaan organ tubuh
tumbuhan. Jaringan ini berfungsi melindungi jaringan yang ada disebelah
dalamnya. Jaringan ini tidak terdapat klorofil kecuali pada daerah sekitar stomata.
Jaringan dasar tersusun atas sel-sel parenkim yang membentuk suatu
jaringan yang sederhana pada tumbuhan yang menempati tempat disebelah dalam
jaringan epidermis. Jaringan parenkim terdiri atas sel-sel hidup, letak selnya
renggang sehingga terdapat rongga antar interseluler. Jaringan parenkim yang
terdiri atas jaringan tiang dan jaringan spons berfungsi sebagai tempat terjadinya
proses fotosintesis dan tempat menyimpan cadangan makanan (Pratiwi, 2000).
Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi
permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Berdasarkan ontogeninya,
epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm. Epidermis
berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan. Berdasarkan
fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti
stomata dan trikomata. Setiap jenis tumbuhan mempunyai struktur sel epidermis
yang berbeda. (P.S & Herkules, 2017).
Derivat epidermis adalah alat tambahan pada epidermis yang berasal
dari epidermis itu sendiri. Derivat epidermis antara lain adalah stomata, trikomata,
sel silika, dan sel gabus. Di antara sel-sel epidermis, kecuali epidermis akar,
terdapat stoma (jamak: stomata). Stoma terdiri dari satu porus atau celah dan dua
sel penutup yang mengapitnya. Stoma berperan penting dalam proses respirasi
dan transpirasi tumbuhan (Rustaman, 2017). Beberapa tipe stomata yang terdapat
pada tumbuhan yaitu tipe anomositik, tipe diasitik, tipe parasitik, tipe aktinositik,
tipe siklositik (Woelaningsih, 1988).
Trikoma (jamak: trikomata) adalah tonjolan epidermis yang terdiri dari
satu atau lebih sel yang terdapat pada organ tumbuhan selain akar. Sel-sel trikoma
dapat mengadakan penebalan sekunder (Rustaman,2017). Trikoma dibagi menjadi
dua jenis yaitu trikoma non glandular (tidak menghasilkan sekret) dan trikoma
glandular (menghasilkan sekret). Trikoma glandular, menyimpan dan
mengeluarkan berbagai metabolit sekunder seperti flavonoid, monoterpena, atau
lakton sesquiterpene dan didistribusikan secara luas di permukaan daun serta
dapat berkontribusi secara signifikan untuk pertahanan terhadap beragam biotik
dan tantangan lingkungan. chome di banyak spesies. Selain itu, dengan
meningkatkan reflektansi permukaan, mereka berkontribusi untuk mengurangi
intersepsi radiasi matahari dan dengan demikian meningkatkan ketahanan
terhadap ketersediaan air yang rendah (Li, et al., 2017). Fungsi trikoma ialah
untuk mengurangi penguapan, mengurangi gangguan hewan, meneruskan
rangsang, mengeluarkan madu untuk menarik serangga, membantu penyerbukan,
mencegah gangguan serangga yang akan merusak biji, menyerap air, serta untuk
memanjat (Mulyani, 2006).
Diantara sel-sel epidermis yang memanjang, di sebelah atas tulang
daun, terdapat sel silika dan sel gabus yang sering kali berturut-turut dibentuk
dalam pasangan. Sel silika yang berkembang mengandung badan silika yang
berupa massa silika yang isotropik dan ditengahnya berupa granula renik. Sel
gabus dindingnya mengandung suberin dan sering mengandung bahan organik
yang padat. Distribusinya menyebabkan pengerasan pada kulit batang (Mulyani,
2006).
Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar, daging, daun,
daging buah dan endosperm. Parenkim asimilasi berfungsi sebagai pembuat zat
makanan yang diproses dari fotosintesis di daun. Parenkim penimbun berfungsi
dalam menyimpan cadangan makanan berupa hasil fotosintesis. Parenkim air
berfungsi sebagai tempat menyimpan air pada tumbuhan xerofit atau epifit untuk
menghadapi kemarau. Parenkim udara disebut sebagai aerenkim bertugas
menyimpan udara dalam kantung besarnya. Parenkim pengangkut bertugas
mengangkut sari makanan hasil proses fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan
(Wilkins, 1989). Fungsi utama sel parenkim sebagai tempat cadangan makanan
serta sebagai jaringan penyokong (Prawiro, 1997).
Epidermis batang Saccharum officinarum dari Poaceae memiliki stoma
yaitu sel silika dan sel gabus. Berdasarkan referensi, pada Gramineae atau
Poaceae di antara sel-sel epidermis yang memanjang, di sebelah atas tulang daun,
terdapat sel pendek yang terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel silika dan sel gabus
(Mulyani, 2006). Daun Zea mays dari Poaceae memiliki stoma bertipe Graminae.
Stomata dengan tipe gramineae memiliki ciri-ciri sel penutup berbentuk halter,
arah membukanya sel penutup sejajar dengan permukaan epidermis
(Dwijoseputro, 1984). Epidermis daun Rhoeo discolor bertipe stoma yaitu
Amaryllidaceae. Stomata tipe ini mempunyai sel penutup jika dilihat dari atas
berbentuk ginjal. Dinding punggung tipis, dinding perut lebih tebal, dinding atas
dan bawah terjadi penebalan kutikula, serta sel-sel tetangga berbatasan dengan
sel penutup (Fahn, 1992).
Daun Orthosiphon stamineus memiliki tipe trikoma glandular. Trikoma
glandular memiliki sel kelenjar yang dapat mengeluarkan zat seperi garam , gula,
dan terpen. Epidermis bawah daun Durio zibethinus bertipe trikoma non
glandular. Rambut uniselular sederhana atau multiselular uniseriat, yang tidak
memipih, umum dijumpai pada Lauraceae, Moraceae, Triticium, Hordeum,
Pelargonium, dan Gossypium (Mulyani, 2006). Parenkim pada petiolus Canna sp
adalah aktinenkim dan aerenkim. Parenkim bintang (aktinenkim) dinamakan
sesuai bentuknya yang menyerupai bintang karena bersegi lima menjuntai atau
lebih. (Syamsuni, 2009).
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Epidermis batang tebu (Saccharum officinarum) memiliki stoma yaitu sel
silika dan sel gabus. Daun jagung (Zea mays) memiliki stoma bertipe
Graminae. Epidermis daun sosongkokan (Rhoeo discolor) memiliki tipe
stoma Amaryllidaceae. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
memiliki tipe trikoma yaitu glandular. Epidermis bawah daun durian (Durio
zibethinus) bertipe trikoma non glandular
2. Parenkim pada petiolus bunga tasbih (Canna sp) adalah aktinenkim dan
aerenkim. Aktinenkim adalah parenkim bercabang-cabang seperti bintang,
sedangkan aerenkim ialah parenkim penyimpan udara.

B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah dalam pembuatan preparat harus harus
setipis mungkin agar terlihar dibawah mikroskop.

DAFTAR REFERENSI
Dwijoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Fahn, A., 1992. Anatomi Tumbuhan. Ketiga ed. Yogyakarta : UGM Press.
Kimball, J. W., 1992. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Li, S., Tosens, T., Harley, P. C., Jiang, Y., Kanagendran, A., Grosberg, M., et al.,
2017. Glandular trichomes as a barrier against atmospheric oxidative stress:
Relationships with ozone uptake, leaf damage, and emission of LOX products
across a diverse set of species. Journal of Plant and Cell Environment, pp
1263-1277.
Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.
P.S, W. D., & Herkules., 2017. Analisis Struktur Stomata Pada Daun Beberapa
Tumbuhan Hidrofit Sebagai Materi Bahan Ajar Mata Kuliah Anatomi
Tumbuhan. Jurnal Biosains, pp 156-161.
Pratiwi., 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Rustaman, N. dkk., 2017. Petunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Soeprapto., 1994. Biologi Jilid I. Semarang: Universitas Diponegoro Press.
Syamsuni., 2009. Diktat Anatomi Tumbuhan. Indramayu : Universitas Wiralodra.
Taryono., 1995. Macam-macam Jaringan Tumbuhan. PT. Tiga Serangkai.
Waluyo, J., 2006. Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember Press.
Wilkins, M. B., 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bina Aksara.
Woelaningsih, S., 1988. Diktat Penuntun Praktikum Botani Dasar: Histologi.
Yogyakarta : Lab. Anatomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada.

Anda mungkin juga menyukai