Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES BELAJAR MENGAJAR 2


MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL LEARNING

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Heny Sulistyaningrum,M.Pd

Nama Anggota Kelompok 14 :


1. Candra Murtia (1104160002)
2. Yuniar Astiyani (1104160010)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan kasih karunia - Nya, sehingga pada penyusunan makalah dengan judul
“Model Pembelajaran Experiential Learning”. Sebagai bahan pembelajaran
dengan harapan dapat diterima dan di pahami secara bersama.
Makalah ini dibuat guna memenuhi Tugas yang diberikan oleh Ibu Dr. Hj
Heny Sulistyaningrum, M.Pd Dosen mata kuliah Proses Belajar Mengajar 2.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, dan
dibeberapa bagian masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang
membangun untuk sepurnanya makalah ini sangat kami nantikan. Kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, penulis menyampaikan
terimakasih yang tulus, dan mudah - mudahan makalah ini ada manfaatnya, amin.

Tuban, 29 Maret 2018

Kelompok 14

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan ............. ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
2.1 Pengertian Model Pembelajaran ................................................ 2
2.2 Pembelajaran Experiential Learning .......................................... 3
2.3 Konsep Model Experiential Learning ........................................ 6
2.4 Prosedur Model Experiential Learning ...................................... 8
2.5 Kelebihan & Kelemahan Experiential Learning ........................ 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................... 12
LAMPIRAN ....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Disitulah letak
pentingnya manusia sebagai makhluk yang berpikir untuk terus belajar, baik itu
belajar secara kelembagaan formal maupun belajar dari pengalaman yang pernah
dan akan dialami.
Tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan
materi dengan menghapal fakta - fakta yang tersaji dalam bentuk informai atau
materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses
belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kagiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan tansfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Proses pembelajaran seperti apa yang dapat menciptakan suatu proses
belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat
mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam
terhadap apa yang telah dipelajarinya? Alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk menjawab permasalahan diatas salah satunya adalah dengan
menggunakan model EXPERIENTIAL LEARNING.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian pembelajaran Experiential Learning?
2. Apa konsep model pembelajaran Experiential Learning?
3. Bagaimana prosedur pembelajaran Experiential Learning?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Experiential Learning
2. Untuk mengetahui konsep model pembeljaran Experiental Learning
3. Untuk mengetahui prosedur Pembelajaran Experiential Learning

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pembungkus proses pembelajaran yang di
dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan prosedur yang sistematis sebagai pedoman
pembelajaran. Menurut Joyce dalam Al-Tabany (2014: 23), menyatakan bahwa:
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pola dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-
lain. Sedangkan menurut Joyce dalam Rusman (2012: 133). Menyatakan bahwa:
Model pembelajaran merupakan suatu acuan prosedur yang akan digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan - bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.
Selanjutnya, Soekamto dalam Al-Tabany (2014: 24) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran, yaitu: kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar-
mengajar. Komalasari (2015:57) menyebutkan “model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang dilakukan
dengan prosedur yang sistematis sebagai pedoman pembelajaran guna mencapai
tujuan belajar tertentu dengan menggunakan perangkatperangkat pembelajaran
sebagai alat bantunya. Penggunaan model pembelajaran tergambar secara rapih

2
dari awal sampai akhir pembelajaran dengan mengusung beberapa metode yang
tepat di dalamnya.
2.2 Pembelajaran Experiential Learning
Experiential learning merupakan sebuah model holistic dari proses
pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan
istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience
(pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya
dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun
behaviorisme (Kolb, 1984). Experiential learning memiliki makna yang berbeda-
beda, namun mengacu kepada satu pemikiran. Menurut Association for
Experiential Education (AEE), experiential learning merupakan falsafah dan
metodologi dimana pendidik terlibat langsung dalam memotivasi peserta didik
dan refleksi difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan
keterampilan. Experiential learning mendorong siswa dalam aktivitasnya untuk
berpikir lebih banyak, mengeksplor, bertanya, membuat keputusan, dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Pembelajaran dengan model experiential learning mulai diperkenalkan
pada tahun 1984 oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul “ Experiential
Learning, experience as the source of learning and development”. Experiential
learning mendefinisikan belajar sebagai “proses bagaimana pengetahuan
diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh
kombinasi pemahaman dan mentransformasikan pengalaman” (Kolb 1984: 41).
Gagasan tersebut akhirnya berdampak sangat luas pada perancangan dan
pengembangan model pembelajaran seumur hidup (lifelong learning models).
Pada perkembangannya saat ini, menjamurlah lembaga - lembaga pelatihan dan
pendidikan yang menggunakan experiential learning sebagai metode utama
pembelajaran bahkan sampai pada kurikulum pokoknya.
Experiential learning itu adalah proses belajar, proses perubahan yang
menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Experiential
learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui
suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Experiential learning

3
berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu (David A. Kolb
1984). Experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada siswa
yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa orang-orang belajar terbaik itu
dari pengalaman. Dan untuk pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif,
harus menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan
observasi dan eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindakan. Apabila
proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru,
sikap baru atau bahkan cara berpikir baru.
Jadi, experiential learning adalah suatu bentuk kesengajaan yang tidak
disengaja (unconsencious awareness). Contohnya, ketika siswa dihadapkan pada
game Spider Web atau jaring laba - laba. Tugas kelompok adalah menyeberang
jaring yang lubangnya pas dengan badan kita, namun tidak ada satu orangpun
yang boleh menyentuh jaring tersebut. Tugas yang diberikan tidak akan berhasil
dilakukan secara individual karena sudah diciptakan untuk dikerjakan bersama.
Untuk mencapai kerjasama yang baik, pasti akan timbul yang namanya
komunikasi antar anggota kelompok. Lalu muncullah secara alami orang yang
yang berpotensi menjadi seorang inisiator, leader, komunikator, ataupun karakter -
karakter lainnya.
Sedangkan menurut Huda (2013: 172) menyatakan bahwa: model
experiential learning mengedepankan dua pendekatan yang saling berkaitan
dalam memahami pengalaman yaitu pengalaman konkret dan konseptualisasi
abstrak serta dua pendekatan dalam mengubah pengalaman berupa observasi
reflektif dan eksperimentasi aktif.
Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2015: 225) Ada 4 tahap
pembelajaran experiential learning pada siswa, yaitu:
1) Tahapan pengalaman nyata (concreate)
Pada tahap ini siswa belum memiliki kesadaran tentang hakikat
dari suatu peristiwa. Siswa hanya dapat merasakan kejadian tersebut dan
belum memahami serta menjelaskan mengapa dan bagaimana peristiwa itu
terjadi.

4
2) Tahap observasi refleksi (observation and reflection)
Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialami. Dimulai dengan
mencari jawaban dan memikirkan kejadian yang ada di sekitarnya. Siswa
mengembangkan pertanyaan mengapa dan bagaimana peristiwa tersebut
terjadi.
Dalam proses refleksi seseorang akan berusaha memahami apa
yang terjadi atau apa yang dialaminya.
3) Tahap konseptualisasi (forming abstrac concept)
Pada tahap ini siswa diberikan kebebasan untuk melakukan
pengamatan dilanjutkan dengan merumuskan atau konseptualisasi terhadap
hasil pengamatan.
Konseptualisasi merupakan proses pemahaman prinsip - prinsip
yang mendasari pengalaman yang dialami serta prakiraan kemungkinan
aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain (baru).
4) Tahap implementasi (testing in new situation)
Pada tahap ini siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep -
konsep, teori - teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Siswa
mempraktekkan pengalaman yang didapatnya.
Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata
kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya
tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali
sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep
abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau
perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan
sebagai proses penemuan (finding out). Sedangkan proses konseptualisasi
dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking action).
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar
efektif, seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan (Nasution dalam
Baharudin dan Esa, 2007: 167)

5
2.3 Konsep Model Experiential Learning
Model experiential learning merupakan model pembelajaran melalui
pengalaman siswa. Model experiential learning memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengalami keberhasilan dengan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka,
keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan dan bagaimana
mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami.
Experiential Learning Theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar
model pembelajaran experiential learning dikembangkan oleh David Kolb sekitar
awal tahun 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran
yang holistik dalam proses belajar. Dalam experiential learning, pengalaman
mempunyai peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang
membedakan ELT dari teori - teori belajar lainnya. istilah ‘experiential’ di sini
untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan
kognisi lebih daripada afektif. Dan teori belajar behavior yang menghilangkan
peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam Baharuddin dan
Esa, 2007: 165)
Model experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar
yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning
menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, menurut Mel Siberman (2014: 10) mengemukakan bahwa
model experiential adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan kongkret yang
membuat mereka mampu untuk mengalami apa yang tengah mereka pelajari dan
kesempatan untuk merefleksikan kegiatan tersebut.
Sedangkan menurut Huda (2013: 172) menyatakan bahwa model
experiential learning mengedepankan dua pendekatan yang saling berkaitan dalam
memahami pengalaman yaitu pengalaman kongkret dan konseptualisasi abstrak

6
serta dua pendekatan dalam mengubah pengalaman berupa observasi reflektif dan
eksperimentasi aktif.
Experiential Learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk
mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami
perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan
dari model ini adalah untuk memengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu :
1) Mengubah struktur siswa
2) Mengubah sikap siswa
Mengubah sikap siswa dalam hal ini adalah agar sikap siswa menjadi aktif.
3) Memperluas keterampilan - keterampilan siswa yang telah ada
Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi secara
keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada,
maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Experiential Learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri
siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan
yang ingin dicapai dan model belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil
tersebut dapat meningkatkan tanggungjawab siswa terhadap perilaku belajarnya
dan mereka akan merasa dapat mengontrol perilaku mereka.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan
siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek
yang membekas pada siswa.
Model experiential learning memberi kesempatan kepada siswa untuk
memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-
keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan dan bagaimana cara mereka
membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda
dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan
hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.
Experiential learning adalah salah satu proses dimana siswa
mengonstruksi atau menyusun pengetahuan, keterampilan dan nilai dari
pengalaman langsung.

7
2.4 Prosedur Model Experiential Learning
Model pembelajaran semacam ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan - kegiatan belajar secara aktif. Lebih lanjut, Hamalik
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangkat
atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman
sesungguhnya yang dirancang oleh guru (Hamalik,2001) Cara ini mengarahkan
para siswa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan
secara aktif dan personal, dibandingan bila mereka hanya membaca suatu materi
atau konsep. Dengan demikian, belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat
pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu
membimbing dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan model
experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya
sendiri (Depdiknas, 2002). Seperti halnya model pembelajaran lainnya, dalam
menerapakan model experiental learning guru harus memperbaiki prosedur agar
pembelajarannya berjalan dengan baik. Hamalik (2001 : 213), mengungkapkan
beberapa langkah - langkah pembelajaran experiental learning adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
a) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar
yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil
tertentu.
b) Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa.
2. Tahap Inti (Kegiatan Inti pada Eksplorasi dan Elaborasi)
a) Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok, dalam
kelompok-kelompok kecil atau keseluruhan kelompok di dalam
belajar berdasarkan pengalaman.
b) Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa
mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti.
Contohnya : di dalam kelompok kecil, siswa membuat mobil-mobilan

8
dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan
cara membuat mobil-mobilan.
c) Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia,
membuat keputusan sendiri, menerima konsekuen berdasarkan
keputusan tersebut.
3. Tahap Akhir (Kegiatan Penutup)
Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali tentang
apa yang dialami sehubung dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas
pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang
nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa model pembelajaran experiential
learning lebih menekankan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan
berdampak pada hasil belajar siswa. Pembelajaran berlangsung dengan cara siswa
berperan langsung dengan melihat pengalaman siswa. Siswa bebas untuk
menyampaikan pendapat selama pembelajaran berlangsung, dan guru berperan
sebagai fasilitator lalu siswa yang menjalankan perintah dari guru. Model
experiential learning tidak hanya berpusat pada hasil belajar, namun juga
memerhatikan proses belajar siswa yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan
aktivitas siswa di dalam kelas berbeda-beda juga.
Selain beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran
experiental learning, guru juga harus memperhatikan metode belajar melalui
pengalaman ini, yaitu meliputi tiga hal di bawah ini.
1. Strategi belajar melalui pengalaman berpusat pada siswa dan berorientasi
pada aktivitas.
2. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah proses belajar,
dan bukan hasil belajar.
3. Guru dapat menggunakan strategi ini dengan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.

9
2.5 Kelebihan dan Kelemahan Experiential Learning
Model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing, begitu juga dengan model pembelajaran experiential learning. Kolb
dalam Mel Siberman (2014: 43) model experiential learning memiliki kelemahan
dan kelebihan dalam hal proses pelaksanaannya.
1. Kelebihan
Pada model experiential learning hasilnya dapat dirasakan bahwa
pembelajaran lewat pengalaman lebih efektif dan dapat mencapai tujuan secara
maksimal.
2. Kelemahan
Kelemahan model experiential learning terletak pada bagaimana Kolb
menjelaskan teori ini masih terlalu luas cakupannya dan tidak dapat dimengerti
dengan mudah.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran experiential learning merupakan model
pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna,
dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Experintial Learning adalah
proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media
belajar atau pembelajaran.
Model experiential learning merupakan model pembelajaran melalui
pengalaman siswa. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran yang
holistik dalam proses belajar. Model experiential learning adalah suatu model
proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar. Experiential earning
menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam
belajarnya. Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa.
langkah - langkah pembelajaran experiental learning adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
a) Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar
yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.
b) Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa.
2. Tahap Inti (Kegiatan Inti pada Eksplorasi dan Elaborasi)
a) Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok.
b) Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata.
c) Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia.
3. Tahap Akhir (Kegiatan Penutup)
Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan kembali tentang
apa yang dialami sehubung dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas
pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang
nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.

11
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang Experiential Learning ini
sebagai calon guru agar menjadi lebih tahu secara mendalam tentang Model
Pembelajaran Experiential Learning dan peranannya dalam matematika ataupun
dalam penerapannya dalam dunia mengajar, tidak hanya sekedar tahu tentang
artinya saja yang sekarang sudah dikenali secara umum.

12
LAMPIRAN
Skenario Pembelajaran Experiential Learning
1. Mata Pelajaran = Matematika
2. Sasaran = Siswa SMP kelas VIII
3. Durasi = 2 × 35 menit
4. Materi Pembelajaran = Bangun Ruang (Jaring - Jaring)
5. Tujuan Pembelajaran = Melalui latihan ini siswa dapat mengetahui
bagaimana pembelajaran itu berdasarkan pengalaman.
6. Pengantar = Siswa SMP kelas VIII diharapkan memahami dan
menguasai materi tentang Bangun Ruang yang berdasarkan dari pengalaman
mereka masing-masing.
7. Sinopsis = Pembelajaran ini diawali dengan memperkenalkan
macam-macam Bangun Ruang, kemudian siswa mempraktekkan bagaimana
membuat jaring-jaring dari macam – macam bangun Ruang dengan
membentuk kelompok terlebih dahulu.
8. Setting = Ruang kelas : Terdiri dari meja dan kursi guru,
meja dan kursi siswa
9. Properti = Kertas, Gunting Penggaris, Pensil, Kertas Manila
10. Talent = Guru dan siswa kelas VIII
11. Naskah
a. Kegiatan Persiapan
 Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar
yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil
tertentu.
 Guru memberikan rangsangan dan motivasi kepada siswa.
b. Kegiatan Inti
 Siswa dapat bekerja secara individual atau kelompok, dalam
kelompok-kelompok kecil atau keseluruhan kelompok di dalam
belajar berdasarkan pengalaman.
 Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa
mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti.

13
 Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia,
membuat keputusan sendiri, menerima konsekuen berdasarkan
keputusan tersebut.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup, keseluruhan siswa menceritakan
kembali tentang apa yang dialami sehubung dengan mata pelajaran
tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa
dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas
bermacam-macam pengalaman tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA
Albyjmahfudz.blogspot.co.id/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html
aprileopgsd.wordpress.com
http://www.romadhon-byar.com/2012/09/model-pembelajaran-experiental-
psikologi.html#ixzz2PHmshYMO
http://albyjmahfudz.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-experiential.html
http://kumpulansoal-ujian-nasional.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-
pendukung-experiential.html
www.jejakpendidikan.com/2017/03/model-pembelajaran-experiential-
learning.html

15

Anda mungkin juga menyukai