Anda di halaman 1dari 12

EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Pembelajaran Sosial Emosional
Dosen Pengampu: Dra. Sri Sami Asih, M.Kes.

Disusun Oleh:

Kelompok 7
Rombel 7

1. Riyanti Eka Lestari (2398010869)


2. Rizka Akhlish Lusyana (2398010932)
3. Rizki Dwi Anindita (2398010863)

PENDIDIKAN PROFESI GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2024

i
PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada
Dra. Sri Sami Asih, M.Kes. selaku Dosen Mata Kuliah Pembelajaran Sosial Emosional,
dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk
penyusuanan makalah ini yang berjudul “Experiential Learning untuk Pembelajaran
Sosia Emosional”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari
kesalahan baik dari segi materi, sistematika, maupun bahasanya. Kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, 19 Maret 2024

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


PRAKATA............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 2
TUJUAN ............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Pengertian Experiential Learning .................................................................................... 3
B. Tahap-Tahap Model Experiential Learning ..................................................................... 4
C. Pengertian Gaya Belajar Experiential Learning .............................................................. 5
D. Macam-Macam Gaya Belajar Experiential Learning ...................................................... 6
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 8
A. Simpulan .......................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan bagian yang tidak akan pernah bisa lepas dari dunia pendidikan.
Keberhasilan proses belajar sangat dipengaruhi oleh gaya belajar yang dipilih. Kemajuan
zaman membuat keragaman gaya belajar dalam dunia pendidikan semakin bervariasi. Hal
ini menjadi tanggung jawab seorang pendidik dalam menentukan metode gaya belajar yang
cocok bagi anak didiknya. Keterlibatan penuh peserta didik dalam proses belajar dapat
dicapai dengan melalui pendekatan pembelajaran aktif dan bukan pembelajaran pasif.
Artinya, peserta didik harus terlibat secara langsung dan aktif dalam proses belajar.
Namun, keterlibatan peserta didik tidak cukup hanya sekedar menerima informasi secara
visual maupun lisan tetapi harus disertai dengan menerima, berpartisipasi dan melakukan
atau mengerjakan langsung. Belajar aktif membantu peserta didik untuk menyerap apa
yang mereka dengar dan lihat untuk latihan kelompok kompleks dimana peserta didik
menerapkan materi yang ada pada “kehidupan nyata” situasi atau masalah baru.
Tujuan dari belajar sendiri bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi
dengan menghapal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Tetapi lebih jauh daripada itu, orientasi sesungguhnya dari proses belajar yaitu
memberikan pengalaman untuk jangka waktu panjang kepada peserta didik. Dengan
konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Melalui
pembelajaran secara aktif, proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk
kegiatan dimana siswa menerima dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari
guru ke peserta didik.
Banyaknya ragam gaya belajar dengan pendekatan belajar aktif, model Experiental
Learning Kolbs dianggap yang paling efektif untuk diterapkan di dunia pendidikan. Model
Experiental Learning Kolbs digunakan dan direkomendasikan dalam berbagai disiplin
ilmu. Dalam bentuk yang paling sederhana, experiental learning atau pengalaman belajar
memiliki makna belajar melalui pengalaman langsung yang kita lakukan atau learning by
doing. Dengan adanya sebuah kegiatan yang dilakukan langsung dalam proses belajar
maka peserta didik akan lebih mudah mendapatkan manfaat pembelajaran tersebut karena
adanya keterlibatan emosional, kognitif dan juga motorik secara bersamaan dalam proses
belajar.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari experiential learning untuk pembelajaran sosial emosional ?
2. Apa saja tahap-tahap model experiential learning untuk pembelajaran sosial
emosional ?
3. Apa yang dimaksud dari gaya belajar experiential learning untuk pembelajaran sosial
emosional?
4. Apa saja gaya belajar experiential learning untuk pembelajaran sosial emosional?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari experiential learning untuk pembelajaran sosial
emosional
2. Mengetahui tahap-tahap model experiential learning untuk pembelajaran sosial
emosional
3. Mengetahui pengertian dari gaya belajar experiential learning untuk pembelajaran
sosial emosional
4. Mengetahui macam-macam gaya belajar experiential learning untuk pembelajaran
sosial emosional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Experiential Learning


Experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan
pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Experiential learning adalah
pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan
makna dari pengalaman langsung. Experiential Learninng Theory kemudian menjadi dasar
model pembelajaran experiential learning yang menekankan pada sebuah model
pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Pengalaman kemudian mempunyai peran
sentral dalam proses belajar. Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal
tahun 1980-an. Dalam teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana
pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan dianggap sebagai
perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.
David Kolb (dalam Fathurrohman 2015: 128) mendefinisikan belajar sebagai proses
bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan
diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan mentrasnformasikan pengalaman.
Fathurrohman (2015: 129) menyatakan bahwa Experiential Learning adalah proses belajar,
proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau
pembelajaran bukan hanya materi yang bersumber dari buku atau pendidik.
Pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses
pembuatan makna dari pengalaman langsung. Belajar dari pengalaman mencakup
keterkaitan antara berbuat dan berpikir. Experiential Learning sebagai metode yang
membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata,
sehingga dengan pengalaman nyata tersebut peserta didik dapat mengingat dan memahami
informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa Experiential
Learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui
pengalamannya secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika
pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Experiential Learning memberikan
pembelajar wawasan pengetahuan konsep-konsep dan pengalaman nyata yang akan
membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata.
3
B. Tahap-Tahap Model Experiential Learning
Experiential Learning memberikan pembelajar wawasan pengetahuan konsep-
konsep dan pengalaman nyata yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-
penugasan nyata.
1) Tahap pengamalan nyata (Concrete Experience)
Merupakan tahap paling awal, yakni seseorang mengalami sesuatu peristiwa
sebagaimana adanya (hanya merasakan, melihat, dan menceritakan kembali peristiwa
itu). Dalam tahap ini seseorang belum memiliki kesadaran tentang hakikat peristiwa
tersebut, apa yang sesungguhnya terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Di tahap ini
pembelajaran disediakan stimulus yang mendorong mereka melakukan sebuah
aktivitas. Aktivitas ini bisa dari suatu pengalaman yang pernah dialami sebelumnya
baik formal maupun informal ataupun situasi yang realistik. Aktivitas yang disediakan
bisa didalam ataupun di luar kelas dan dikerjakkan oleh pribadi ataupun kelompok
2) Tahap Observasi Reflektif (Reflection Observation)
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban,
melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana peristiwa
terjadi, dan mengapa terjadi. Di tahap ini peserta didik mengamati pengalaman dari
aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan pancaindera. Selanjutnya peserta
didik merefleksikan pengalamannya, dari hasil refleksi ini mereka menarik pelajaran.
Hal ini, proses refleksi akan terjadi bila guru mampu mendorong peserta didik untuk
mendeskripsikan kembali pengalaman yang diperolehnya, mengkomunikasikan
kembali dan belajar dari pengalaman tersebut.
3) Tahap Konseptualisasi (Abstract Conseptualization)
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan
suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian. Di
tahap pembentukan konsep, pembelajar mulai mengkonseptualisasi, suatu teori dari
pengalaman yang diperoleh dan mengintegrasikan dengan pengalaman sebelumnya.
Pada fase ini dapat ditentukan apakah terjadi pemahaman baru atau proses belajar pada
diri pembelajar atau tidak. Jika terjadi proses belajar, maka a) peserta didik akan
mampu mengungkapkan aturan-aturan umum untuk mendeskripsikan pengalaman
tersebut; b) peserta didik mengungkapkan teori yang ada untuk menarik kesimpulan
terhadap pengalaman yang diperoleh; c) peserta didik mampu menerapkan teori untuk
menjelaskan pengalaman tersebut
4) Tahap Percobaan Aktif (Active Experimentation)
4
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu
mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata. Pada dasarnya, tahap-tahap
tersebut berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar, (begitu saja terjadi). Di
tahap ini, peserta didik mencoba merencanakan bagaimana menguji keampuhan teori.
Pada tahap ini peserta didik mencoba melakukan percobaan untuk membuktikann
berdasarkan pengalaman baru sebagai keterlaksanaan dari materi yang telah di pahami
dari tahap Abstract Conseptualization. Tahap ini peserta didik melakukan percobaan
secara berkelompok maupun individu. Pada tahap ini akan terjadi proses
kebermaknaan yang diperoleh peserta didik yang dapat diterapkan pada pengalaman
atau situasi yang baru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaraan Experiential
Learning merupakan model pembelajaraan yang memperhatikan dan menitikberatkan pada
pengalaman yang akan dialami dan dipelajari oleh peserta didik. Dengan terlibatnya
langsung dalam proses belajar dan menkontruksikan sendiri pengalaman-pengalaman yang
didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.
C. Pengertian Gaya Belajar Experiential Learning
Gaya belajar adalah pilihan-pilihan siswa dalam berpikir yang berhubungan dengan
orang lain dan tipe-tipe khusus dari pengalaman dan lingkungan ruang kelas. Pengertian
gaya belajar menurut Nasution (2005:94) adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh
seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan
memecahkan soal. Tidak semua individu mengikuti cara yang sama. Gaya belajar
berkaitan erat dengan pribadi individu yang dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat
perkembangannya. Gaya belajar berbeda dengan strategi belajar yang didefinisikan
sebagai merencanakan tindakan memperoleh penerimaan dari pengetahuan keterampilan
atau sikap melalui belajar atau pengalaman. Gaya belajar merupakan cara yang dilakukan
karena kebiasaan (misalnya dalam struktur dan cara otomatis tentang belajar), sedangkan
strategi adalah usaha sadar memperlakukan situasi khusus mendapatkan bagian
kekurangan kekurangan dari gaya misal model belajar berpengalaman (Experiential
Learning).
Penggunaan model gaya belajar Experiential Learning didasarkan pada pemikiran
bahwa : a) pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara langsung
dalam pengalaman belajar. Individu akan lebih merasa bermakna apabila apa yang
dipelajarinya dapat terlibat secara langsung dalam sebuah aktivitas belajar, b)adanya
perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai. Setiap individu
5
memiliki gaya belajar yang disukainya yang berbeda dengan individu yang lain, c) ide-ide
dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam
pemerolehan bahan ajar. Individu secara spontan dapat menemukan ide-ide dan prinsip
karena mereka belajar secara langsung, d)komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik
ketika mereka mengambil tanggungjawab dalam proses belajar mereka sendiri. Individu
memiliki keyakinan dalam belajarnya sebagai akibat dari pengalaman langsung, e) belajar
pada hakekatnya melalui suatu proses. Proses merupakan hal yang penting dalam belajar
daripada hasil, karena inidividu memiliki makna dari belajarnya.
D. Macam-Macam Gaya Belajar Experiential Learning
experiential learning memperhatikan perbedaan atau keunikan yang dimiliki siswa,
karenanya gaya belajar ini memiliki tujuan untuk mengakomodasi perbedaan dan keunikan
yang dimiliki masing-masing individu. Dengan mengamati inventori gaya belajar (learning
style inventory) yang dikembangkan masing-masing siswa, Kolb dalam Baharudin dan
Wahyuni (2012:168) mengklasifikasikan gaya belajar seseorang menjadi empat kategori
sebagai berikut:
1. Converger.
Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking
and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui konseptualisasi
abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif. Tipe siswa ini lebih suka
belajar jika menghadapi soal yang mempunyai jawaban tertentu. Orang dengan tipe ini
tidak emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Mereka tertarik
pada ilmu pengetahuan alam dan teknik.
2. Diverger.
Gaya belajar diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling
and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar
melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan kedalam
pengamatan reflektif. Tipe siswa ini memandang sesuatu dari berbagai segi dan
kemudian menghubungkannya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Orang dengan tipe
ini lebih suka berhubungan dengan manusia. mereka lebih suka mendalami bahasa,
kesusastraan, sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
3. Assimilation.
Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati
(thinking and watching), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman
melalui konseptualisasi secara abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan
6
reflektif. Tipe siswa ini lebih tertarik pada konsep-konsep yang abstrak. Orang dengan
tipe ini tidak terlalu memperhatikan penerapan praksis dari ide-ide mereka. Bidang studi
yang diminati adalah bidang keilmuan dan matematika.
4. Accomodator.
Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling
and doing), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui menghayati
sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke eksperimentasi aktif.
Tipe ini berminat pada penngembangan konsep-konsep. Orang dengan tipe ini berminat
pada hal-hal yang konkret dan eksperimen. Bidang studi yang sesuai untuk tipe ini
adalah lapangan usaha dan teknik sedangkan pekerjaan yang sesuai antara lain
penjualan dan pemasaran.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan
pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Experiential learning adalah
pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan
makna dari pengalaman langsung. Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa Experiential Learning adalah suatu proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-
nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential Learning
memberikan pembelajar wawasan pengetahuan konsep-konsep dan pengalaman nyata
yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan nyata. Tahapan dalam
penerapan experiential learning adalah tahap pengalaman nyata, tahap observasi reflektif,
tahap konseptualisasi dan tahap percobaan aktif.
Penggunaan model gaya belajar Experiential Learning didasarkan pada pemikiran
bahwa : a) pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara langsung
dalam pengalaman belajar. Individu akan lebih merasa bermakna apabila apa yang
dipelajarinya dapat terlibat secara langsung dalam sebuah aktivitas belajar, b)adanya
perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang disukai. Setiap individu
memiliki gaya belajar yang disukainya yang berbeda dengan individu yang lain, c) ide-ide
dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih efektif dalam
pemerolehan bahan ajar. Individu secara spontan dapat menemukan ide-ide dan prinsip
karena mereka belajar secara langsung, d)komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik
ketika mereka mengambil tanggungjawab dalam proses belajar mereka sendiri.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah kami.

8
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin dan Wahyuni. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- Ruzz
Media
Gunadi, G., Prasetyo, T., Kurniasari, D., & Muhdiyati, I. (2023). Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan Metode Experiential Learning pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 6(1), 35–43.
Kolb, D. A., Boyatzis, R. E., & Mainemnelis, C. (2000). Experiential Learning Theory:
Previous Research and New Directions. In R. J. Sternberg & L. F. Zhang (Eds.),
Perspectives on cognitive, learning, and thinking styles. Marwah, NJ: Lawrence
Erlbaum.
Mori, J., Tuasikal, S., & Pautina, M. R. (2022). Irfani: jurnal pendidikan islam Bimbingan
Kelompok Experiential Learning dan Dampaknya Terhadap Kemampuan Komunikasi
Interpesonal. 18.
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung :
Bumi Aksara.

iv

Anda mungkin juga menyukai