Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Mulia Wati Nur Iman
2. Ardi Wirawan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi
Model-model Pembelajaran Berbasis Active Learning.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dr.
Edi Susanto, M.Pd.I., yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah
ini, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita
semua. Kami juga sangat berharap semoga pembaca dapat memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini agar penulis dapat memperbaikinya pada makalah-
makalah berikutnya.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Pembelajaran......................................................................... 3
B. Prinsip Pembelajaran Aktif (Active Learning).......................................... 4
C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Aktif ( Active Learning )....... 6
D. Implementasi Model-model Pembelajaran Berbasis Active Learning
dalam Pembelajaran................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran menjadi suatu materi yang harus dikuasi oleh
setiap pendidik, pembelajaran yang dilakukan di setiap sekolah, madrasah
bahkan sampai perguruan tinggipun dibutuhkan metode yang tepat dan
bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya pendidikan agama
Islam.
Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah
bagaimana siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam belajar. Tidak
jarang ditemukan bahwa pembelajaran di sekolah terkesan ibarat seorang yang
menuangkan air2 dari ceret ke gelas. Air ditempatkan begitu saja hingga di
gelas, bahkan ada yang sudah tumpah tetap diisi, lalu air itu diminum.1
Sebagian orang menganggap bahwa proses belajar-mengajar dianggap
aktif bila siswanya banyak melakukan gerakan seperti yang terlihat pada
kegiatan pengajaran taman kanak-kanak atau pada proses pengajaran di
laboratorium, atau pada proses pengajaran olahraga. Jadi suatu proses
pengajaran di sini dianggap oleh orang itu aktif bila siswa aktif secara fisik.
Ini adalah anggapan yang kurang tepat. Akan tetapi indikator yang paling
utama yang menandai siswa dalam suatu proses pengajaran ialah bila siswa
selalu mengikuti proses pengajaran langkah demi langkah secara psikis.2
Pembelajaran yang menggunakan Teacher Centered memberi
kesempatan kepada siswa untuk membericarakan hal-hal lain yang terlepas
dari masalah pelajaran3, hal inilah yang menjadikan pembelajaran menjadi
kurang efektif. Dalam pembelajaran aktif akan menjadikan siswa berpikir satu
sama lain untuk mengeluarkan pendapat dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
1
Uno, Hamzah B., and Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM,
(Jakarta : Bumi Aksara , 2013), hal. 75.
2
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya
Offset , 2003), hal. 145.
3
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta , 2011), hal. 81.
1
Ada beberapa aspek yang melatar belakangi berkembangnya konsep
pembelajaran “active learning”. Salah satu aspek yang cukup dikenal melatar
belakangi pentingnya pengembangan model pembelajaran ”active learning”
adalah ajaran Konfusius di China lebih dari 2400 tahun yang silam, yang
menyatakan bahwa: yang saya dengar, saya lupa; yang saya lihat, saya ingat;
dan yang saya lakukan, saya paham. Untuk tujuan pembelajaran di kelas,
Silberman (2006) memodifikasi dan memperluas ketiga pernyataan sederhana
dalam ajaran konfusius di atas menjadi apa yang disebut paham belajar aktif,
sebagai berikut: What I hear, I forget; What I see, I remember a litle; What I
hear, see and ask questions abaut or discuss with someone else, I begin to
Understand; What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill;
What I teach to another, I master.4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pembelajaran aktif (active learning)?
2. Sebutkan prinsip pembelajaran aktif (active learning)?
3. Sebutkan kelebihan dan kekurangan pembelajaran aktif ( active learning
)?
4. Bagaimana implementasi model-model pembelajaran berbasis active
learning dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran aktif (active learning).
2. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran aktif (active learning).
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran aktif ( active
learning).
3. Untuk mengetahui implementasi model-model pembelajaran berbasis
active learning dalam pembelajaran.
4
Silberman, Mel., Active Learning: 101 Srategies to Teach Any Subject, (A Simon &
Schuster Needham Heights: Massachusetts, 1996), hal. 1
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti merekalah yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat
siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas yang membangun kerja
kelompok, dan dalam waktu yang sangat singkat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran aktif ( active learning ) adalah suatu model pembelajaran
yang membuat siswa menjadi aktif. Siswa diajak menyelesaikan
masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
4
membantu para peserta didik agar pesan tersebut mudah diterima. Cara
pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu peserta didik
dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua, siswa menyebutkan
kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya.
2. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam
proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil
belajar yang dicapai peserta didik tidak maksimal. Stimulus belajar
yang diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian
dan motivasi dari peserta didik. Perhatian dan motivasi belajar
peserta didik tidak akan lama bertahan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
3. Respon yang dipelajari
Keterlibatan siswa atau respon siswa terhadap stimulus yang
meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partsipasi kegiatan belajar
seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberkan
guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih
diri dalam menguasai informasi yang diberikan.
4. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar
sepserti nilai, pengakuan prestasi pesrta didik, Persetujuan pendapat
siswa, hadiah merupakan faktor penguatan dari luar. Sedangkan
penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan
siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai kebutuhan.
5. Pemakaian dan Pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat
meningkatkan kemampuan pesrta didik untuk memindahkan apa yang
sudah dipelajari kepada situasi yang lain yang serpa pada masa
mendatang. Peserta didik dihadapkan pada situasi baru yang menuntut
5
pemecahan melalui informasi yang dimilikinya.
8
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran Aktif Dalam Kurikulum,(Jakarta : Prestasi
Pustaka Raya, 2013), hal. 2.
9
Bonwell, C.C., Active Learning: Creating excitement in the classroom, (Center
forTeaching and Learning, St. Louis College of Pharmacy, 1995), hal. 109.
6
1. True or False (Benar atau Salah)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif yang mengajak siswa
untuk terlibat ke dalam materi secara langsung. Metode ini meminta
kepada siswa untuk menyatakan benar atau salah atas pernyataan yang
ditulis oleh guru pada masing-masing kartu.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :
a. Guru membuat list pernyataan yang berhubungan dengan materi
pelajaran, separohnya benar dan separohnya lagi salah. Masing-
masing pernyataan ditulis pada selembar kertas yang berbeda. Jumlah
lembar pernyataan disesuaikan dengan jumlah siswa.
b. Guru memberi setiap siswa satu kertas kemudian mereka diminta
untuk menentukan benar atau salah pernyataan tersebut. Selanjutnya
guru menjelaskan bahwa masing-masing dari mereka bebas
menggunakan cara apa saja untuk menentukan jawaban.
c. Setelah selesai, guru meminta siswa membaca masing-masing
pernyataan dan meminta jawaban dari mereka benar atau salah.
d. Guru memberi masukan untuk setiap jawaban dan menegaskan bahwa
yang dilakukan oleh siswa adalah bekerja bersama.
e. Guru menekankan kepada siswa bahwa kerja sama dalam kelompok
akan membantu kelas.
2. Guided Teaching (Pembelajaran Terbimbing)
Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa atau untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta
kepada siswa untuk membandingkan antara jawaban mereka dengan
materi yang telah disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk
mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.
b. Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua
atau dalam kelompok kecil.
7
c. Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian
guru mencatat jawaban-jawaban mereka.
d. Guru menyampaikan poin-poin utama dari materi, kemudian meminta
siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang
telah disampaikan. Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang dapat
memperluas bahasan materi.
3. Card Sort (Cari Kawan)
Metode ini merupakan aktifitas kolaboratif yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang objek
atau mereview informasi. Metode ini meminta kepada masing-masing
kelompok siswa untuk mempresentasikan isi kartu yang ada di
kelompoknya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a. Guru membagi kertas yang berisi informasi kepada setiap siswa.
b. Guru meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas
untuk menemukan kartu yang kategorinya sama.
c. Guru meminta siswa mempresentasikan kategori masing-masing di
depan kelas.
d. Guru memberikan poin-poin penting terkait dengan bahan materi
4. The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
Metode ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan
untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya
serta manfaat sinergi. Metode ini meminta kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan dari guru secara individual, kemudian melakukan sharing
bersama seorang siswa di sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a. Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang
menuntut perenungan dan pemikiran.
b. Guru meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
secara individual.
8
c. Setelah selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling
bertukar jawaban dan membahasnya.
d. Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru
atas pertanyaan dan memperbaiki jawaban indiviual mereka.
e. Kemudian guru membandingkan jawaban-jawaban mereka
5. Rotating Roles (Permainan Bergilir)
Metode ini merupakan aktifitas yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih kecakapan dalam bermain peran terhadap
situasi kehidupan nyata. Metode ini meminta kepada siswa untuk
membuat skenario kehidupan yang nyata berkaitan dengan materi yang
sedang didiskusikan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari tiga siswa.
b. Guru memerintahkan setiap kelompok membuat tiga skenario
kehidupan nyata yang berkaitan dengan topik diskusi.
c. Kemudian guru meminta satu anggota dari setiap kelompok untuk
menyampaikan skenario kepada kelompok lain. Selanjutnya, setiap
tim mempunyai kesempatan untuk latihan peran utama, dan dalam
skenario tersebut guru konsentrasi pada identifikasi pelaku utama
dalam penggunaan konsep dan kecakapan serta bagaimana
pengembangannya.
d. Setelah selesai, guru mengumpulkan seluruh kelompok untuk diskusi
umum dari poin-poin belajar skenario dan nilai aktifitas di dalamnya
9
tingkat keberhasilan pembelajaran, faktor kehandalan kepemimpinan kepala
sekolah, keunggulan siswa,kemampuan guru dalam mengembangkan
kurikulum dan memanfaatkan sumber belajar, Di antara model pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara lebih komprehensif dan
yang masih efektif digunakan sampai sekarang adalah model pembelajaran
active learning dan pembelajaran terpadu.Model tersebut, secara implisit
maupun eksplisit, telah digariskan Departemen Pendidikan. Implementasi
model mengajar Active Learning didefinisikan sebagai pelaksanaan dalam
praktek nyata atau Putting to work. Pengertian implemntasi dalam pengertian
ini adalah pelaksanaan model poembelajaran Active Learning yang menuntut
activitas siswa dengan kadar yang tinggi dalam melakkukan kegiatan-
kegiatan belajar. Kegiatan ini meliputi Perumusan tujuan, penetapan isi
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, termasuk peggunaan alat, media
dan sumber sebagaimana dimuat dalam recana pembelajaran.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu model
pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif. Siswa diajak
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang mereka
miliki dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
Di antara model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa secara lebih komprehensif dan yang masih efektif digunakan
sampai sekarang adalah model pembelajaran active learning dan
pembelajaran terpadu.Model tersebut, secara implisit maupun eksplisit,
telah digariskan Departemen Agama RI. Implementasi model mengajar
Active Learning didefinisikan sebagai pelaksanaan dalam praktek nyata
atau Putting to work.
B. Saran
Pembelajaran aktif sangat membantu guru untuk menjadikan anak
didik lebih memahami secara komprehensif (menyeluruh) tidak hanya segi
normatif saja akan tetapi fakta serta manisfestasinya bisa langsung dilihat dan
diperhatikan dalam pengamatan bukan hanya sebagai pengetahuan (kognitif)
saja akan tetapi terlihat dari sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik)
siswa setelah mempelajari materi
11
DAFTAR PUSTAKA
Nana Sudjana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Silberman, Mel. 1996. Active Learning: 101 Srategies to Teach Any Subject. A
Simon & Schuster Needham Heights: Massachusetts.
Uno, Hamzah B., and Nurdin Mohamad. 2013. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta : Bumi Aksara.
12