Anda di halaman 1dari 9

KONSEP FRANCHISING

Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini


telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian
Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia terhadap
munculnya peluang usaha waralaba sangat signifikan. Animo ini terefleksi pada dua cermin
yakni : jumlah pembeli waralaba dan jumlah peluang usaha (business opportunity) yang
terkonversi menjadi waralaba.
Sistem waralaba mulai di Indonesia dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya
dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada
tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu franchisee tidak
sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar
waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu
teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee.
Dengan melihat di negara-negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba
berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang.
1.
DEFINISI
Franchise adalah suatu system distribusi dimana pemlik bisnis yang semi mandiri
(terwaralaba) membayar iuran dan royalty kepada induk perusahaan pewaralaba untuk
mendapatkan hak menggunakan merek dagang, menjual barang atau jasanya, dan sering kali
menggunakan format dan system bisnisnya.
Menurut David J.Kaufmann definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan
distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil(franchisee) yang digaransi dengan
membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi
yang mapan dibawah asistensi franchisor
Menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak
atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang
diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada
usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.
Menurut dictionary of business terms
1. Suatu izin yang diberikan oleh sebuah prusahaan (franshisor) kepada seorang atau kepada
suatu perusahaan (franchisee) untuk mengoperasikan suatu retail, makanan atau supermarket
dimana pihak franchisee setuju untuk menggunakan milik franchisor berupa nama, produk,
servis, promosi, penjualan, distribusi, metode untuk display dll company support.
2. Hak untuk memasarkan barang-barang atau jasa perusahaan (co’s goods and services)
dalam suatu wilayah tertentu, hak tersebut telah diberikan oleh perusahaan kepada seorang
individu, kelompok individu, kelompok marketing, pengecer atau grosir.
3. Franchise adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses
dengan usahawan yang relative baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling
menguntungkan, khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung
kepada konsumen.
2.
SEJARAH PERKEMBANGAN
Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen
dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data
Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima franchise di Indonesia.
Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para
penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok
sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal
itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil ditandai dengan perseteruan
para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan
yang sangat pesat.
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen
mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General
Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor
franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di
Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris
franchise dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an.
Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise rumah makan siap saji. Kecenderungan ini
dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restaurant cepat sajinya. Pada
tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk
memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka
untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan
membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya,
sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang
kemudian dikenal menjadi franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula
disebut sebagai franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian
pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan franchise digemari sebagai suatu sistem
bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di
AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya franchise dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya
Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis franchise tidak mengenal
diskriminasi.Pemilik franchise (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya
berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA
KONSEP FRANCHISE
Menurut Blake & Associates (Blake, 1996), kata franchise berasal dari bahasa Perancis
kuno yang berarti bebas. Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai hak utama atau
kebebasan (Sewu, 2004, p. 15).
Menurut Queen (1 993:4-5) franchise adalah kegiatan pemberian lisensi dari pemegang
usaha (franchisor) kepada pembeli merek usaha (franchisee) untuk berusaha dibawah nama
dagang franchisor berdasarkan kon trak dan pembayaran royalti.
European Code of Ethics for Franchising memberikan definisi franchise sebagai berikut
(European Code of Ethics for Franchising, 1992, p. 3): “Franchise adalah sistem pemasaran
barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerjasama tertutup dan terus
menerus antara pelaku-pelaku independent (maksudnya franchisor dan individual franchisee)
dan terpisah baik secara legal (hukum) dan keuangan, dimana franchisor memberikan hak
pada individual franchisee, dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya
sesuai dengan konsep dari franchisor” ( Sewu, 2004, p. 5-6).
Menurut Winarto (1995, p. 19) Waralaba atau franchise adalah hubungan kemitraan
yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam usaha
tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha penyediaan
produk dan jasa langsung kepada konsumen.

Jenis/Bentuk Franchise
Menurut Mohammad Su’ud ( 1994:4445) bahwa dalam praktek franchise terdiri dari empat
bentuk:
1. Product Franchise
Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise hanya bertindak mendistribusikan produk
dari petnernya dengan pembatasan areal.
2. Processing or Manufacturing Frinchise
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan
menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek franchisor.
Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.
Suatu bentuk franchise dimana PT Ramako Gerbangmas membeli dari master franchise yang
mengeloia Mc Donald‘s di Indonesia yang hanya memberi know how pada PT Ramako
Gerbangmas tersebut untuk menjalankan waralaba Mc Donald’s.
3. Bussiness Format atau System Franchise
Franchisor memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, seperti yang
dilakukan oleh Mc Donald’s dengan membuat variasi produknya dalam bentuk paket.
4. Group Trading Franchise
Bentuk franchise yang menunjuk pada pemberian hak mengelola toko-toko grosir maupun
pengecer yang dilakukan toko serba ada.
Menurut International Franchise Association (IFA) berkedudukan di Washington DC,
merupakan organisasi Franchise International yang beranggotakan negara-negara di dunia,
ada empat jenis franchise yang mendasar yang biasa digunakan di Amerika Serikat, yaitu:
1. Product Franchise
Produsen menggunakan produk franchise untuk mengatur bagaimana cara pedagang eceran
menjual produk yang dihasilkan oleh produsen. Produsen memberikan hak kepada pemilik
toko untuk mendistribusikan barang-barang milik pabrik dan mengijinkan pemilik toko untuk
menggunakan nama dan merek dagang pabrik. Pemilik toko harus membayar biaya atau
membeli persediaan minimum sebagai timbal balik dari hak-hak ini. Contohnya, toko ban
yang menjual produk dari franchisor, menggunakan nama dagang, serta metode pemasaran
yang ditetapkan oleh franchisor.
2. Manufacturing Franchises
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat
suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan
merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan
minuman.
3. Business Oportunity Ventures
Bentuk ini secara khusus mengharuskan pemilik bisnis untuk membeli dan mendistribusikan
produk-produk dari suatu perusahaan tertentu. Perusahaan harus menyediakan pelanggan atau
rekening bagi pemilik bisnis, dan sebagai timbal baliknya pemilik bisnis harus membayarkan
suatu biaya atau prestasi sebagai kompensasinya. Contohnya, pengusahaan mesin-mesin
penjualan otomatis atau distributorship.
4. Business Format Franchising
Ini merupakan bentuk franchising yang paling populer di dalam praktek. Melalui pendekatan
ini, perusahaan menyediakan suatu metode yang telah terbukti untuk mengoperasikan bisnis
bagi pemilik bisnis dengan menggunakan nama dan merek dagang dari perusahaan.
Umumnya perusahaan menyediakan sejumlah bantuan tertentu bagi pemilik bisnis membayar
sejumlah biaya atau royalti. Kadang-kadang, perusahaan juga mengaharuskan pemilik bisnis
untuk membeli persediaan dari perusahaan.

Keunggulan dan Kelemahan Sistem Franchise


Franchising juga merupakan strategi perluasan dari suatu usaha yang telah berhasil dan ingin
bermitra dengan pihak ketiga yang serasi, yang ingin berusaha, dan memiliki usaha sendiri.
Sistem franchise ini mempunyai keunggulan-keunggulan dan juga kerugian-kerugian.
Keunggulannya adalah:
“As practiced in retailing, franchising offers franchisees the advantage of starting up a new
business quickly based on a proven trademark and formula of doing business, as opposed to
having to build a new business and brand from scratch.”
“Seperti dalam praktek retailing, franchising menawarkan keuntungan untuk memulai suatu
bisnis baru dengan cepat berdasar pada suatu merek dagang yang telah terbukti bisnisnya,
tidak sama seperti dengan membangun suatu merek dan bisnis baru dari awal mula.” Selain
itu menurut Rachmadi
keunggulan lainnya dari sistem franchise bagi franchisee, antara lain:
1. Pihak franchisor memiliki akses pada permodalan dan berbagi biaya dengan franchisee
dengan resiko yang relatif lebih rendah.
2. Pihak franchisee mendapat kesempatan untuk memasuki sebuah bisnis dengan cara cepat
dan biaya lebih rendah dengan produk atau jasa yang telah teruji dan terbukti kredibilitas
mereknya.
1. Lebih dari itu, franchisee secara berkala menerima bantuan manajerial dalam hal pemilihan
lokasi bisnis, desain fasilitas, prosedur operasi, pembelian, dan pemasaran (Rachmadi, 2007,
p. 7-8)
2. Sedangkan kerugian sistem franchise bagi franchisee adalah:
1. Sistem franchise tidak memberikan kebebasan penuh kepada franchisee karena franchisee
terikat perjanjian dan harus mengikuti sistem dan metode yang telah dibuat oleh franchisor.
2. Sistem franchise bukan jaminan akan keberhasilan, menggunakan merek terkenal belum
tentu akan sukses bila tidak diimbangi dengan kecermatan dan kehati-hatian franchisee dalam
memilih usaha dan mempunyai komitmen dan harus bekerja keras serta tekun.
3. Franchisee harus bisa bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dalam hubungannya
dengan franchisor. (Sukandar, 2004, p. 67)
4. Tidak semua janji franchisor diterima oleh franchisee.
5. Masih adanya ketidakamanan dalam suatu franchise, karena franchisor dapat memutuskan
atau tidak memperbaharui perjanjian. (Rachmadi, 2007,p. 9)
Perkembangan minat masyarakat terhadap investasi dibidang bisnis, secara tidak langsung
mendorong pertumbuhan franchise yang ada di Indonesia juga semakin meningkat. Beragam
jenis penawaran investasi melalui kemitraan (franchise) mendapatkan respon yang cukup
baik dari para calon investor. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya berbagai macam
produk maupun jasa di pasaran yang saat ini lebih banyak ditawarkan dengan sistem
franchise.
Menjalankan bisnis franchise memang sangat menggiurkan. Selain keuntungan yang
dijanjikan cukup besar, peluang bisnis franchise masih terbuka lebar dikembangkan dengan
manajemen yang benar-benar matang. Sehingga sebagai peluang bisnis, franchise memiliki
banyak kelebihan dibandingkan dengan bisnis non kemitraan. Beberapa keunggulan pola
kemitraan diantaranya masalah permodalan yang cukup jelas, dukungan sistem dan
manajemen yang sudah mantap, serta dukungan media pemasaran yang juga tak kalah
menarik. Tidaklah heran bila saat ini banyak calon investor yang tertarik menjalankan bisnis
franchise, karena pada dasarnya franchise menjadi salah satu alternatif bagi para pemula
untuk memulai bisnis dengan mudah.
Meskipun demikian untuk bisa sukses menjalankan bisnis franchise tidaklah semudah yang
kita bayangkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para pelaku usaha baik yang
menawarkan sistem kemitraan (franchisor), calon investor, maupun franchisee (yang
membeli kemitraan) sebelum mereka menjalankan usaha.
Apa saja persiapan yang perlu diperhatikan?
Pertama,siapkan diri Anda untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebelum menjadi seorang
franchisor, calon investor, maupun franchisee, sebaiknya ubahlah pola pikir Anda yang
sebelumnya terbiasa menjadi seorang karyawan, beralih ke mindset (pola pikir) seorang
entrepreneur yang berani mengambil tantangan sebagai peluang. Siapkah Anda menjadi
seorang wirausaha?
Kedua,
pelajari segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan franchise sebelum
Anda membuka kemitraan atau bergabung dengan kemitraan yang ditawarkan franchisor.
Sebut saja waralaba harus memenuhi 6 kriteria menurut pp no 42 tahun 2007 yang berisi
tentang enam kriteria bisnis franchise atau waralaba beserta persyaratan dalam membuat
prospektus penawarannya.
Ketiga,tingkatkan kemampuan Anda untuk berinteraksi dan membina hubungan baik dengan
banyak orang. Menjadi seorang pengusaha menuntut Anda untuk selalu berkomunikasi dan
bernegosiasi dengan berbagai pihak. Misalnya saja ketika mendelegasikan tugas kepada
karyawan, membangun jaringan bisnis dengan calon investor, atau berkomunikasi langsung
dengan para supplier dan konsumen.
Keempat,siapkan modal usaha yang cukup. Menjadi seorang franchisor maupun franchisee
tentunya membutuhkan modal usaha yang cukup besar. Tidak hanya modal awal untuk
memulai usaha saja yang perlu disiapkan, namun setidaknya Anda memiliki dana cadangan
untuk mencukupi biaya operasional selama perjalanan usaha. Sebab, sebagian besar
franchisor dan franchisee yang mengalami kegagalan adalah mereka yang kekurangan modal
ketika berada di tengah perjalanan bisnisnya.
Kelima,jadilah orang yang ahli sebelum akhirnya menjalankan franchise. Saat ini banyak
franchisor dan franchisee yang menjalankan bisnis franchise dengan sistem coba-coba, dan
bisa dipastikan hasilnya pun tidak dapat optimal. Sehingga tidak sedikit jumlah franchisor
dan franchisee yang akhirnya menutup usahanya, karena belum siap menghadapi segala
hambatan yang muncul di tengah perjalanan usaha.
Sukses menjalankan bisnis franchise tentunya menjadi impian bagi semua franchisor maupun
franchisee. Karena itu sebelum terjun di bisnis franchise, sebaiknya bekali diri Anda dengan
beberapa persiapan yang telah kita bahas.
7 Kunci Sukses Mengembangkan Bisnis Franchise
Memutuskan untuk mengembangkan maupun membeli sebuah bisnis franchise ternyata
tidaklah seinstan yang kita bayangkan selama ini. Banyak kendala dan hambatan yang sering
muncul di tengah perjalanan usaha, sehingga satu demi satu pelaku bisnis franchise mulai
berguguran sebelum mencapai kesuksesannya. Tentu kondisi seperti ini tidak ingin Anda
alami bukan? Karena itu sebelum memutuskan terjun di bisnis franchise, persiapkan mental,
modal dan dukungan manajerial secara matang agar bisnis Anda tidak layu sebelum
berkembang.
Kira-kira faktor apa saja yang mendorong perkembangan bisnis franchise, mari kita simak
bersama 7 kunci sukses mengembangkan bisnis franchiseyang bisa mengantarkan bisnis
Anda menjadi semakin besar dan menguntungkan.
1. Profil dan kinerja franchise
Pertama, buatlah visi dan misi perusahaan besar yang dapat mengantarkan bisnis Anda
menuju kesuksesan. Selanjutnya lakukan seleksi calon franchisee secara ketat untuk
mencapai visi dan misi tersebut. Sebab, kinerja para franchisee di lapangan menjadi salah
satu tolak ukur keberhasilan kinerja Anda sebagai seorang franchisor. Semakin banyak
jumlah franchisee Anda yang berhasil menjalankan usahanya, maka semakin besar pula
penilaian positif dari masyarakat terhadap profil dan kinerja franchise yang Anda tawarkan.
2. Merek
Merek menjadi modal utama seorang pelaku bisnis franchise untuk mengembangkan
usahanya dalam bentuk kemitraan. Untuk itu wajib bagi Anda untuk merancang, membangun
kualitas merek, dan menjaga citra baik merek
tersebut di depan masyarakat luas. Sebab, keberadaan merek menjadi faktor penting bagi
bisnis Anda untuk memikat para konsumen maupun calon franchisee yang tertarik bermitra
dengan Anda.
3. Sistem franchise
Selain keberadaan merek, faktor penting lainnya adalah membangun sebuah sistem. Sebelum
menawarkannya kepada calon franchisee, sebaiknya ciptakan sistem kemitraan yang benar-
benar solid dan tahan banting terhadap tantangan serta persaingan pasar yang semakin pesat.
Sehingga bisnis franchise yang Anda jalankan tidak tumbang di tengah jalan, dan jumlah
mitra yang dimiliki juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
4. Franchise support
Setelah sistem mulai berjalan lancar, selanjutnya tugas utama franchisor adalah memberikan
dukungan penuh kepada para mitranya. Dukungan yang diberikan kepada para franchisee
menjadi salah satu strategi bagi Anda untuk meningkatkan loyalitas mereka terhadap peluang
bisnis franchise masih terbuka lebar yang dijalankan. Tidak hanya support awal saja yang
wajib diberikan seorang franchisor kepada franchiseenya, namun juga support lanjutan
selama kerjasama kemitraan tersebut masih berjalan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati kedua belah pihak.
5. Konsumen
Kepuasan konsumen menjadi fokus utama bagi para franchisor maupun franchisee dalam
menjalankan usaha kemitraan. Karena itu, upayakan untuk menjaga kualitas produk atau jasa
yang ditawarkan agar tingkat kepuasan yang didapatkan konsumen juga ikut terjaga. Bila
tingkat kepuasan konsumen meningkat maka peluang yang Anda ciptakan untuk membawa
bisnis tersebut menuju kesuksesan semakin terbuka lebar.
6. Penampilan franchisor
Tidak hanya calon franchisee saja yang perlu diseleksi, dalam memilih franchisor pun kita
juga butuh kehati-hatian agar tidak salah pilih dalam berinvestasi. Pilihlah franchisor yang
benar-benar handal, memiliki dukungan manajerial yang cukup matang, serta memenuhi
semua kewajibannya terhadap para mitra dengan baik.
7. Hubungan kerjasama yang baik
Terakhir, faktor pendorong yang paling penting adalah terciptanya hubungan kerjasama yang
baik antara franchisor dan franchiseenya. Setelah kesepakatan kerjasama franchise telah
terjalin, maka secara tidak langsung Anda berada dalam sebuah keluarga besar, dimana antar
anggota keluarganya memiliki kewajiban untuk saling membantu agar bisnis yang dijalankan
bisa mencapai sukses bersama.
9 KESALAHAN
Munculnya beragam penawaran investasi dalam bentuk bisnis franchise, memudahkan para
pemula untuk mulai terjun ke dalam dunia usaha. Dengan berinvestasi pada sebuah franchise,
para pemula dapat menjalankan usaha dengan pendampingan dari para franchisor. Kondisi
inilah yang membuat berbagai peluang bisnis franchise masih terbuka lebar, sehingga para
franchisor baru maupun lama saling berlomba menawarkan beragam investasi franchise
kepada masyarakat luas yang ingin memulai berbisnis.
Meskipun begitu, sebagai pemula yang ingin menekuni bisnis franchise sebaiknya Anda tidak
asal memilih investasi bisnis yang ditawarkan. Tak jarang perusahaan-perusahaan yang
menyelenggarakan kemitraan membuat beberapa kesalahan dalam menjalankan bisnisnya.
Dan akibatnya banyak bisnis franchise yang tumbang ditengah jalan sebelum mencapai
kesuksesannya. Karena itu untuk mengantisipasi resiko bisnis yang mungkin muncul dari
kesalahan para franchisor, mari kita pelajari bersama bank yang perlu kita hindari.
Pertama,
tidak memiliki dana yang cukup besar untuk mendukung perkembangan bisnis franchisee.
Pada kenyataannya tidak semua franchisor memiliki dana segar untuk mengembangkan bisnis
mereka. Sehingga pengelolaan dan pertumbuhan bisnis harus terhambat karena kurangnya
dana segar, dan pada akhirnya bisnis tersebut hanya akan tenggelam di tengah persaingan
bisnis franchise lainnya.
Kedua,
memilih partner bisnis yang salah. Kesalahan yang sering dilakukan para franchisor adalah
tidak selektif dalam memilih partner bisnis atau calon franchisee. Sehingga banyak investor
yang sama sekali belum mengerti tentang bisnis, dan belum memiliki pengalaman di dunia
franchise bergabung dengan sebuah kemitraan. Akibatnya fokus franchisor untuk
mengembangkan bisnisnya hanya akan terpecah, dan waktunya hanya tersita untuk
mendampingi para mitranya.
Ketiga,
pertumbuhan yang terlalu cepat. Tidak selamanya pertumbuhan bisnis yang terlalu cepat
memberikan kesuksesan bagi pelaku usahanya. Bila persiapan kita belum matang dan
dukungan manajemen belum bisa maksimal, maka pertumbuhan jumlah franchisee yang
semakin besar hanya akan mempersulit posisi Anda sebagai franchisor. Karena masing-
masing franchisee membutuhkan pendampingan dan pengontrolan rutin dari franchisornya.
Keempat,
belum memiliki cukup pengalaman di bisnis kemitraan. Tidak hanya calon franchisee saja
yang masih belum berpengalaman di bisnis franchise, banyak franchisor baru yang
menawarkan kerjasama kemitraan dengan sistem coba-coba. Sehingga kemitraan yang
ditawarkan belum siap bersaing dengan franchisor lain dan tidak dapat bertahan lama di
tengah persaingan yang ada.
Kelima,
pemberian bekal training SDM dan SOP yang belum matang. Para calon franchisee
membutuhkan pelatihan SDM dan SOP yang benar-benar matang sebelum mereka
menjalankan bisnisnya. Namun pada kenyataannya sampai hari ini masih banyak franchisor
yang belum memberikan bekal tersebut secara optimal kepada para franchisee, sehingga
kualitas produk yang ditawarkan antar mitra terkadang tidak sama. Dan berpengaruh kurang
bagus terhadap citra franchise yang ditawarkan.
Keenam,
menawarkan konsep yang belum terbukti. Kebanyakan franchisor terdorong
menyelenggarakan kemitraan untuk mengembangkan bisnisnya dengan waktu yang relatif
singkat. Motivasi inilah yang sering membuat franchisor melakukan kesalahan, karena
mereka hanya fokus mengembangkan bisnisnya tanpa memikirkan konsep bisnis dengan
matang. Sehingga ROI (Return of Investment) yang dijanjikan masih belum bisa dibuktikan
oleh para mitranya.
Ketujuh,
franchisee tidak memiliki dukungan dana operasional yang besar. Kebanyakan fanchisee
hanya memiliki dana sebesar investasi yang diminta para franchisor, selebihnya mereka
menggantungkan segala kebutuhan bisnisnya dari dukungan para franchisor. Pastinya pola
seperti ini menjadi salah satu kesalahan besar para pelaku bisnis franchise, karena
bagaimanapun juga franchisee memerlukan cadangan dana untuk memenuhi segala
kebutuhan operasional bisnisnya.
Kedelapan,
komunikasi yang tidak efektif antara franchisor dan franchisee. Meskipun franchisor sudah
mempercayakan bisnisnya untuk dijalankan para mitra, namun sebagai pemilik brand wajib
memonitori perkembangan mitra mereka. Biasanya komunikasi franchisor dan franchisee
rutin dilakukan pada awal perjanjian kerjasama, setelah itu franchisor dan franchisee jarang
berkomunikasi kembali. Terutama bagi para mitra yang memiliki lokasi cukup jauh dari
franchisornya, sehingga masing-masing pihak tidak mengetahui perkembangan informasi
terbaru dari bisnis yang dijalankannya.
Kesembilan,
tidak memiliki sistem support ditiap wilayah. Pada dasarnya tidak semua franchisor memiliki
sistem support (seperti pemegang master franchise) ditiap-tiap daerah. Jadi para franchisee
yang berlokasi cukup jauh dengan franchisornya sering tidak terkontrol dan kesulitan dalam
mendapatkan support bisnis. Tidaklah heran bila banyak franchisee yang memutuskan
kerjasama di tengah perjalanan, karena mereka tidak mendapatkan bantuan dari franchisor
ketika mengalami kendala dalam menjalankan kemitraan.
Kiat Sukses Menjadi Mitra (Franchisee) yang Ideal
Dalam sistem franchise (waralaba) keberadaan seorang mitra tentunya menjadi salah satu
kebutuhan utama selain modal usaha. Bahkan bisa dikatakan keberhasilan bisnis franchise
tidak terlepas dari kiprah dan dukungan para mitra yang bergabung dibawahnya. Hal itulah
yang membuat sebagian besar franchisor melakukan seleksi cukup ketat dalam memilih calon
mitra, karena mereka tidak menginginkan brand miliknya tercoreng akibat perilaku mitra
yang kurang bertanggungjawab.
Memutuskan untuk membeli bisnis franchise bukan berarti melimpahkan semua tanggung
jawab kepada franchisor. Karena sebagai mitra Anda pun memiliki kewajiban penuh untuk
mengembangkan bisnis tersebut. Berhasil tidaknya bisnis franchise yang dijalankan di setiap
lokasi tergantung oleh franchiseenya. Sehingga Anda sebagai seorang franchisee diwajibkan
untuk mengikuti sistem kemitraan yang telah disepakati dan menjaga nama baik brand yang
ditawarkan.
Lalu, bagaimana menjadi mitra bisnis franchise yang ideal
 Untuk menjadi franchise yang sukses, sebaiknya mulailah dengan menyukai peluang
bisnis yang akan Anda geluti. Bagaimanapun juga keberadaan passion atau kecintaan kita
terhadap suatu bidang akan memudahkan langkah kita untuk menjalankan bisnis tersebut
secara optimal. Jika dari awal franchisee sudah menyukai bidang tersebut, maka secara
tidak langsung
mereka akan merasa memiliki bisnis tersebut. Sehingga kemungkinan untuk
meninggalkan tanggung jawab di tengah perjalanan semakin kecil.
 Memberikan peran aktif bagi bisnis franchise yang dijalankan. Meskipun Anda menjadi
mitra dari seorang franchisor yang memberikan dukungan dengan total, namun tidak
seharusnya Anda menjadi mitra yang pasif dan sangat tergantung dengan franchisor Anda.
Karena Anda juga memiliki tugas yang sama untuk mengenalkan dan mengembangkan
bisnis tersebut di pasaran. Jadi tidak hanya menginvestasikan sejumlah dana saja, namun
juga memberikan tenaga dan pikiran Anda untuk mengembangkan bisnis franchise yang
dijalankan.
 Mengikuti sistem franchisee yang berlaku. Sebagai seorang franchisee, sudah sewajarnya
bila Anda mematuhi dan mengikuti segala sistem yang telah ditetapkan franchisor dalam
perjanjian kemitraan. Sehingga kerjasama yang terjalin dapat berjalan baik, tanpa ada
perselisihan antara franchisee dan franchisornya.
 Meningkatkan ilmu dan skill di dunia usaha. Sebagai seorang mitra Anda dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan kemampuan luas di bisnis tersebut. Hal ini penting, karena
Anda membutuhkan strategi-strategi jitu untuk mengembangkan bisnis sekaligus
membangun image atau citra baik dari merek yang ditawarkan.
Setelah membahas beberapa tips bisnis yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang
franchisee ideal, diharapkan dapat memberikan manfaat para pembaca yang tertarik
dengan dunia franchise. Jadilah franchisee yang ideal dan jadilah pelaku bisnis yang
benar-benar handal. Mulailah dari yang kecil, mulailah dari yang mudah, dan mulailah
dari sekarang!!!
KESIMPULAN
1. Bentuk franchise yang merupakan bisnis instant banyak diminati oleh pengusaha Indonesia
karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa keuntungan dari bentuk franchise itu sendiri
seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh franchisor.
2. Bisnis franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya sehingga dapat lebih
bertahan dari ancaman pasar.
3. Terjadinya pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi budaya modern membantu
suksesnya bisnis franchise makanan.
4. Motivasi membeli makanan asing / baru secara keseluruhan sangat tinggi, namun loyalitas
merk rendah. Konsumen makanansangat peka terhadap perubahan mutu dan harga.
5. Menu bisnis franchise makanan menjangkau konsumen segala umur dengan berbagai paket
menu untuk anak dan dewasa.
6. Kelas sosial tidak menjadi penghambat bagi keberhasilan pertumbuhan bisnis franchise
makanan karena bisnis franchise makanan sudah membagi sendiri segmen pasarnya, seperti
fine dining restaurant untuk kelas menengah atas, sedangkan fast food restaurant untuk kelas
menengah bawah.
7. Bisnis franchise makanan mengantisipasi perubahan gaya hidup. Gaya hidup pasangan
muda yang suami istri bekerja, tingkat persaingan didunia kerja yang tinggi menyebabkan
tingkat stress tinggi, demikian pula tingkat stress anak yang tinggi akan membutuhkan
suasana makan diluar, selain itu kecenderungan didunia kerja adalah makan siang diluar
sambil melakukan negosiasi bagi calon mitra kerjanya.
8. Faktor kepribadian yang mulai terbuka terhadap makanan asing membantu keberhasilan
bisnis franchise makanan.
9. Sumber daya manusia dengan keahlian yang dibutuhkan banyak tersedia, program
pelatihan dari franchisor secara rutin, mendorong tingginya pertumbuhan bisnis franchise
makanan.
10. Yang menjadi penghambat majunya pertumbuhan bisnis franchise makanan di Indonesia
adalah kemampuan manajerial yang rendah, lalai atau kurang komitmen. Walaupun
franchisor memberikan bantuan pengelolaan namun statusnya sebagai konsultan sedangkan
franchisee sebagai pelaksana yang dituntut kerja keras.
Secara keseluruhan kondisi yang ada di Indonesia sangat menunjang keberhasilan bisnis
franchise makanan.
LITERATUR
Rachmadi, Bambang.N, Dr. 2007. Franchising. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ekotama, Soryono. 2012. Sepuluh Rahasia Bisnis Franchise. Jakarta: Gramedia Pestaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai