FILSAFAT PATRISTIK
Oleh:
FAKULTAS FILSAFAT
YOGYAKARTA
1
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya yang dilimpahk
an kepada kami. Sehingga kami dapat meyusunan makalah ini dengan baik. Makal
ah yang berjudul Filsafat Patristik disusun dalam rangka memenuhi salah satu tug
as mata kuliah Filsafat Barat Pra-Modern yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Arma
idi Armawi, M. Si. dan Ibu Sri Yulita Pramulia Panani, S.Fil., M.Phil.
Makalah ini berisi tentang hal-hal Filsafat Patristik Meski telah disusun se
cara maksimal, namun kami dengan sadar bahwa kami bukanlah manusia yang be
rdiri dengan kesempurnaan. Karenannya kami mengharap penuh atas kritik dan sa
ran yang membangun dari Bapak dan Ibu.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu teman-te
man mahasiswa lain dalam memamahi Filsafat Barat Pra-Modern yang dalam
makalah ini membahas tentang Patristik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Filsafat Patristik 5
2.2 Kaum Apologit 5
2.3 Arius dan Athanasius 6
2.4 Aliran Gnostik 6
2.5 Agustinus 7
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “apologit” berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti “pemb
elaan”. Dalam penggunaan selanjutnya istilah apologia dipakai secara teknis untu
k aktivitas membela iman Kristen. Orang Kristen berupaya memberikan penjelasa
n serta jawaban dan kritik terhadap kesalahpahaman pihak luar. Akitivitas yang su
dah dimulai para Rasul ini diteruskan di sepanjang sejarah gereja. Sebagian Bapa
gereja berusaha memberikan pembelaan terhadap para pengajar sesat maupun pem
erintah romawi yang menganiaya orang-orang Kristen. Merekalah yang mendapat
sebutan kaum Apologit, misalnya Justin Martyr, Clement dan Agustinus.
5
2.3. Arius dan Athanasius
Arius
Arius mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. Yang dimaksudkan denga
n penggunaan kata “Allah” adalah hanya Allah Bapa. Allah adalah mutlak transen
dental dan mutlak kekal. Dengan demikian segala sesuatu yang berada di samping
Allah yang transenden ini mestinya telah diciptakan, dan itu berarti bahwa Ia dicip
takan dari sesuatu yang tidak ada.
Arius sama seperti para apologis sebelumnya yaitu Ireneus dan Tertualinus,
menganut pendapat bahwa Allah sejak kekal senantiasa bersama-sama dengan Fir
man dan Hikmat-nya. Tetapi bagi Arius kedual hal ini memiliki sangkut paut deng
an keberadaan Allah dan bukan dengan pribadi kedua atau ketiga dari Trinitas. Ke
satuan Bapa dan Anak itu secara subtansial menurut Arius, tidak ada. Arius menja
dikan Kristus semacam setengah-Allah (demigod) yang memiliki kedekatan lebih
dengan Allah daripada kedekatan ciptaan yang lain dengan Allah.
Athanasius
Konflik dengan Arius serta Arianisme dan beberapa Kaisar Romawi bertur
ut-turut membentuk perjalanan karier Athanasius. Pada 325, tatkala berumur 27 ta
hun, Athanasius mulai menunjukkan ketokohannya dalam menentang kaum Arian
sebagai seorang diakon dan pembantu Uskup Aleksander dari Aleksandria selama
berlangsungnya Konsili Nicea I. Kaisar Romawi Konstantinus Agung menyelengg
arakan konsili itu pada Mei–Agustus 325 untuk membahas pendapat Arius bahwa
Putra Allah, Yesus dari Nazaret, memiliki hakikat yang berbeda dari Allah Bapak.
Tiga tahun seusai konsili, Athanasius menggantikan mentornya sebagai Uskup Ag
ung Aleksandria. Selain berkonflik dengan kaum Arian (termasuk para rohaniwan
6
Arian yang berkuasa dan berpengaruh dipimpin Eusebius dari Nikomedia), ia juga
bertikai dengan Kaisar Konstantinus
1. Adanya dua kubu antara asas dari segala yang baik yaitu roh dan asas dari seg
ala yang jahat yaitu benda.
2. Adanya penciptaan disebabkan oleh sesuatu yang bersifat rohani, tetapi bukan
Allah melainkan sesuatu yang disebut demiourgos.
3. Gnostisisme menetapkan posisi pengetahuan (rohaniah) sebagai hal yang dap
at disebut tujuan tertinggi, sedangkan iman adalah pondasinya.
2.5. Agustinus
7
t yang dominan terhadap Khatolik dan Protestan. Stuart Hampshire dalam introdu
ksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan bahwa filsafat adalahsuatu kegiata
pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru
jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-pemikiran sebelu
mnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Agustinus perlu dibicarak
an terlebih dulu. Mungkin saja pemikir itu merupakan latar belakang pemikiran A
gustinus.
8
adaban modern. Sejak zaman Agustinuslah orang Barat lebihmemiliki sifat introsp
ektif.
Karya Agustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya i
tu muncul disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadi
an ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa
perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-d
ewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apak
ah tidak salah pilih dengan agama Kristen. Karena banyak yang memilih agama K
risten kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadiorang yang ragu k
arena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam se
msta ini. Untuk menjawab masalah itu Agustinus menulis The City of God. Buku
itu berisi tidak hanya penolakan ataskeraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga
mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian ora
ng-orang pada Abad Kedua puluh sekarang.
Buku The City of God dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pert
ama yaitu jilid 1-10 membicarakan tanggungjawab Kristen terhadap perpecahan R
omawi, sifat-sifat imperialistis, tidak pernahnyaRomawi memperhatikan masyarak
at taklukannya. Bagian kedua yaitu jilid 11-12 membicarakan asal-usul manusia, d
unia Tuhan dan dunia Setan. Mengenai siksa neraka Agustinus mengatakan bahwa
ia bersifat kekal. Origenberpendapat bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak
akan kekal dineraka, Agustinus menolak pendapat ini. Kalau pendapat Origen ben
ar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian kata Agustinus.
9
BAB II
3.1 Kesimpulan
Filsafat Barat Abad Pertengahan juga dapat dikatakan sebagai “abad gela
p” karena tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehing
ga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk berpikir dan mengemban
gkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Filsafat Patristik telah melawati beberapa masa, yaitu Kaum Apologit,
Arius, Anthanasius, Aliran Gnostik, dan Agustinus.
3.2 Saran
Cukup banyak sumber yang membahas tentang Filsafat Patristik, maka seharusny
a menggunakan berbagai sumber rujukan dalam mempelajarinya agar pembahasan
materi menjadi lebih jelas dan lengkap.
10
DAFTAR PUSTAKA
Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. 1989. Semarang: BPK Gunu
ng Mulia.
11