Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FILSAFAT BARAT PRA-MODERN

FILSAFAT PATRISTIK

Mata Kuliah : Filsafat Barat Pra-Modern

Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Armaidi Armawi, M. Si

Sri Yulita Pramulia Panani, S.Fil., M.Phil

Oleh:

Mirza Dias Samudra (18/426778/FI/04483)

Muhammad Faisal Aziz (18/426780/FI/04485)

Rido Tri Putra (18/423589/FI/04447)

Yusuf Eko Prasetyo (18/429668/FI/04579)

FAKULTAS FILSAFAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya yang dilimpahk
an kepada kami. Sehingga kami dapat meyusunan makalah ini dengan baik. Makal
ah yang berjudul Filsafat Patristik disusun dalam rangka memenuhi salah satu tug
as mata kuliah Filsafat Barat Pra-Modern yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Arma
idi Armawi, M. Si. dan Ibu Sri Yulita Pramulia Panani, S.Fil., M.Phil.

Makalah ini berisi tentang hal-hal Filsafat Patristik Meski telah disusun se
cara maksimal, namun kami dengan sadar bahwa kami bukanlah manusia yang be
rdiri dengan kesempurnaan. Karenannya kami mengharap penuh atas kritik dan sa
ran yang membangun dari Bapak dan Ibu.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu teman-te
man mahasiswa lain dalam memamahi Filsafat Barat Pra-Modern yang dalam
makalah ini membahas tentang Patristik.

Demikian apa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan ma


nfaat.

Yogyakarta, 18 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Filsafat Patristik 5
2.2 Kaum Apologit 5
2.3 Arius dan Athanasius 6
2.4 Aliran Gnostik 6
2.5 Agustinus 7
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Filsafat merupakan suatu pembahasan yang tidak akan pernah berakhir
sampai kapanpun itu, hal ini menyebabkan ketertarikan untuk membahas dan
mengkajinya lebih dalam. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan, tanpa
kehadiran filsafat berbagai teori yang ada di dalam disiplin ilmu tidak akan pernah
terlahir. Filsafat adalah pengetahuan tersendiri yang berbeda dengan pengetahuan
yang lain. Oleh karena itu, filsafat harus dipelajari dengan cara yang berbeda pula.
Bila pengetahuan yang lain dapat dipelajari lewat penelitian di laboratorium, maka
filsafat hanya bisa dipelajari dengan akal yang sehat dan penalaran yang tajam.
Filsafat memiliki banyak objek kajian dari masam ke masa. Mulai dari filsafat
Yunani yang terdiri dari masa Yunani Kuno dan masa Yunani Klasik. Kemudian
filsafat Barat abad pertengahan yang terdri dari masa Patristik, masa Skolastik,
dan masa peralihan. Di dalam makalah ini pemakalah akan membahasa mengenai
filsafat pada masa Patristik atau filsafat Patristik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dapat dirumuskan sebagai be
rikut.
(1) Bagaimanakah Filsafat Barat Pada Abad Pertengahan?
(2) Apakah pengertian dari filsafat Patristik dan bagaimana sejarah Patristik?
(3) Bagaimanakah filsafat di zaman Patristik?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan yang dicapai dalam penul
isan sebagai berikut.
(1) Mengetahui Filsafat Barat Abad Pertengahan.
(2) Mengetahui pengertian Patristik dan bagaimanakah sejarah Patristik.
(3) Mengetahui filsafat di zaman Patristik.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Filsafat Patristik

Filsafat Patristik berlangsung pada abad pertengahan. Istilah patristik sendi


ri berasal dari bahasa latin yaitu “pater” yang berarti “Bapa Gereja”. Yang pada ak
hirnya para pemikirnya bisa disebut dengan para pater. Filsafat yang dicirikan den
gan pemikiran kristiani yang juga dikarenakan pemikir-pemikir filsafat ini berasal
dari gereja Kristiani. Mereka berfilsafat demi kepentingan gereja dalam menghada
pi filsafat Yunani kuno. Beberapa para pater abad awal memandang bahwa filsafat
yunani kuno adalah hanya sebuah hasil pemikiran manusia semata. Mereka berpen
dapat bahwa setelah mendapat wahyu dari Allah maka mempelajari filsafat Yunani
yang non-Kristen dan Yahudi adalah sia-sia bahkan berhaya karena mengancam k
emurnian iman. Yang sebagai penganut paham ini adalah Tertulianus (160 - 222).
Namun, adapula para pater yang lain yang menganggap bahwa mempelajari filsaf
at Yunani adalah sebagai persiapan menuju injil. Yang sebagai penganut paham ini
seperti: Yustinus Martir (abad kedua? – 165), Basilius Agung (330-379). Filsafat p
atristik ini melandaskan pemikirannya kepada kitab injil (wahyu).

2.2. Kaum Apologit

Istilah “apologit” berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti “pemb
elaan”. Dalam penggunaan selanjutnya istilah apologia dipakai secara teknis untu
k aktivitas membela iman Kristen. Orang Kristen berupaya memberikan penjelasa
n serta jawaban dan kritik terhadap kesalahpahaman pihak luar. Akitivitas yang su
dah dimulai para Rasul ini diteruskan di sepanjang sejarah gereja. Sebagian Bapa
gereja berusaha memberikan pembelaan terhadap para pengajar sesat maupun pem
erintah romawi yang menganiaya orang-orang Kristen. Merekalah yang mendapat
sebutan kaum Apologit, misalnya Justin Martyr, Clement dan Agustinus.

5
2.3. Arius dan Athanasius

Arius

Arius mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah. Yang dimaksudkan denga
n penggunaan kata “Allah” adalah hanya Allah Bapa. Allah adalah mutlak transen
dental dan mutlak kekal. Dengan demikian segala sesuatu yang berada di samping
Allah yang transenden ini mestinya telah diciptakan, dan itu berarti bahwa Ia dicip
takan dari sesuatu yang tidak ada.

Arius sama seperti para apologis sebelumnya yaitu Ireneus dan Tertualinus,
menganut pendapat bahwa Allah sejak kekal senantiasa bersama-sama dengan Fir
man dan Hikmat-nya. Tetapi bagi Arius kedual hal ini memiliki sangkut paut deng
an keberadaan Allah dan bukan dengan pribadi kedua atau ketiga dari Trinitas. Ke
satuan Bapa dan Anak itu secara subtansial menurut Arius, tidak ada. Arius menja
dikan Kristus semacam setengah-Allah (demigod) yang memiliki kedekatan lebih
dengan Allah daripada kedekatan ciptaan yang lain dengan Allah.

Athanasius

Athanasius Apostolik adalah seorang Teolog Kristen, Bapa Gereja, pembel


a utama paham Tritunggal melawan Arianisme, dan seorang pemimpin Mesir yan
g terkemuka pada abad ke-4. Ia dikenal juga sebagai Athanasius Contra Mundum
atau Athanasius Melawan Dunia.

Konflik dengan Arius serta Arianisme dan beberapa Kaisar Romawi bertur
ut-turut membentuk perjalanan karier Athanasius. Pada 325, tatkala berumur 27 ta
hun, Athanasius mulai menunjukkan ketokohannya dalam menentang kaum Arian
sebagai seorang diakon dan pembantu Uskup Aleksander dari Aleksandria selama
berlangsungnya Konsili Nicea I. Kaisar Romawi Konstantinus Agung menyelengg
arakan konsili itu pada Mei–Agustus 325 untuk membahas pendapat Arius bahwa
Putra Allah, Yesus dari Nazaret, memiliki hakikat yang berbeda dari Allah Bapak.
Tiga tahun seusai konsili, Athanasius menggantikan mentornya sebagai Uskup Ag
ung Aleksandria. Selain berkonflik dengan kaum Arian (termasuk para rohaniwan

6
Arian yang berkuasa dan berpengaruh dipimpin Eusebius dari Nikomedia), ia juga
bertikai dengan Kaisar Konstantinus

2.4. Aliran Gnostik

Usaha dalam mendamaikan pemikiran agama Kristen dan pemikiran Yuna


ni terdapat dalam sebuah aliran yang dinamakan Gnostik. Usaha ini bekerja denga
n cara mengambil masing-masing unsur baik dari pihak pemikiran Yunani maupun
agama Kristen dan menjadikannya sistem baru.

Dikarenakan sistem baru yang dihasilkan adalah hasil dari penggabungan,


maka timbullah sistem yang sebenarnya juga merusak agama Kristen secara mend
asar dari dalam. Terlebih lagi ada pula subaliran dari aliran Gnostik itu sendiri sehi
ngga dapat memperparah kerusakan agama Kristen.

Gnostisisme dimasukkan sebagai cabang dari agama Kristen, tetapi ada ju


ga teori yang menyatakan bahwa asal sistem Gnostik ada beberapa abad terlebih d
ahulu sebelum era Kristen, dengan kata lain sebelum kelahiran Yesus.

Alasan yang dapat masuk akal mungkin dikarenakan Gnostisisme tidak me


miliki unsur alaminya. Gnostisisme merupakan penggabungan dari banyak sistem
kepercayaan. Corak pemikiran yang terdapat pada aliran Gnostik adalah sebagai b
erikut:

1. Adanya dua kubu antara asas dari segala yang baik yaitu roh dan asas dari seg
ala yang jahat yaitu benda.
2. Adanya penciptaan disebabkan oleh sesuatu yang bersifat rohani, tetapi bukan
Allah melainkan sesuatu yang disebut demiourgos.
3. Gnostisisme menetapkan posisi pengetahuan (rohaniah) sebagai hal yang dap
at disebut tujuan tertinggi, sedangkan iman adalah pondasinya.

2.5. Agustinus

Agustinus mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah filsafat. Mungkin p


enamaan Abad Agustinus (The Age of Agustine) seperti yang telah ditulis oleh Ma
yer dalam bukunya disebabkan oleh Agustinus telah meletakkan dasar-dasar bagi
pemikiran Abad Pertengahan mengadaptasikan Platonisme dengan idea-idea Krist
en. Ia memberikan formulasi yang sistematis tentang Filsafat Kristen, suatu filsafa

7
t yang dominan terhadap Khatolik dan Protestan. Stuart Hampshire dalam introdu
ksi bukunya, The Age of Reason, menyatakan bahwa filsafat adalahsuatu kegiata
pikir manusia yang bersinambung. Pikiran seorang tokoh pada masa tertentu baru
jelas dipahami setelah melihat hubungannya dengan pemikiran-pemikiran sebelu
mnya. Kalau demikian, maka beberapa pemikir sebelum Agustinus perlu dibicarak
an terlebih dulu. Mungkin saja pemikir itu merupakan latar belakang pemikiran A
gustinus.

Agustinus lahir di Tagasta, Numidia (sekarang Algeria). Pada 13 Nopembe


r 354. Tatkala berumur 11 tahun, ia dikirim kesekolah Madaurus. Lingkungan itu t
elah mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya. Tahun 369-370 dihabisk
annya dirumah sebagai penganggur, tetapi suatu bacaan tentang Cicero pada buku
nya Hortensius, telah membimbingnya kefilsafat. Pada Tahun 388 ia mengabdikan
seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani pengikut-pengikutnya, kemudian ia m
enjual seluruh warisan dan uang hasil penjualannya tersebut dikasihkan kepada fa
kir-miskin.

Pada tahun 395-396, ia habiskan menjadi seorang Uskup di Hippo. Tahun t


erakhir hidup-hidupnya adalah tahun-tahun peperangan bagi imperium Romawi. P
ada bulan 28 Agustus 430 ia meninggal dunia dalam kesucian dankemiskinan yan
g memang sudah lama dijalaninya.

Filsafat Agustinus merupakan sumber atau reformasi yang dilakukan oleh


Protestan, khususnya kepada Luther, Zwingli, dan Calvin. Kutukannya kepada sek
s, pujianya kepada kehidupa pertapa, pandangannya tentangdosa asal, semuanya i
ni merupakan faktor yang memberikan kondisi untuk wujud pandangan-pandanga
n Abad Pertengahan.

Filsafatnya tentang sejarah berpengaruh terhadap gerakan-gerakan agama


dan pada pemikiran sekular. Dalam pertarungan berbagai ideologi politik sekarang,
ada kesamaan dalam keabsolutan, dalam dogmatisme, dan juga dalam fanatisme.
Paham toesentris pada Agustinus menghasilkan suatu revolusi dalam pemikiran or
ang Barat. Anggapannya yang meremehkan kepentingan duniawi, kebenciannya t
erhadap teori-teori kealaman,imannya kepada Tuhan tetap merupakan bagaian per

8
adaban modern. Sejak zaman Agustinuslah orang Barat lebihmemiliki sifat introsp
ektif.

Karya Agustinus yang paling berpengaruh adalah The City of God. Karya i
tu muncul disebabkan oleh adanya perampasan Roma oleh pasukan Alarik. Kejadi
an ini memiliki konsekuensi yang besar. Banyak orang Roma menganggap bahwa
perampasan itu terjadi karena ketidak patuhan orang-orang Roma kepada Dewa-d
ewa lama dan penerimaan mereka terhadap agama Kristen. Mereka juga ragu apak
ah tidak salah pilih dengan agama Kristen. Karena banyak yang memilih agama K
risten kemudian melakukan praktek kafir, sebagian lain menjadiorang yang ragu k
arena merasa Tuhan yang mereka sembah tidak mempunyai kekuatan atas alam se
msta ini. Untuk menjawab masalah itu Agustinus menulis The City of God. Buku
itu berisi tidak hanya penolakan ataskeraguan yang tersebar ketika itu, tetapi juga
mengetengahkan suatu sejarah filsafat yang sistematis yang menarik perhatian ora
ng-orang pada Abad Kedua puluh sekarang.

Agustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus sejarah le


bih dari itu; ia merupakankejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi sebenarnya sejara
h juga mempunyai suatu permulaan dan suatu akhir. Permualaannya adalah saat k
ejatuhan manusia, dan akhirnya adalah kemenangan Tuhan mengatasi kejahatan. F
ilsafat sejarah seperti ini adalah Dilsafat Sejarah dibimbing oleh Toelogi. Sejarah t
idak dapat dijelaskan denganmemperhitungkan faktor-faktor ekonomi, sosial, polit
ik, sejarah dapat dipahami melaluihukum-hukum Tuhan.

Buku The City of God dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Bagian pert
ama yaitu jilid 1-10 membicarakan tanggungjawab Kristen terhadap perpecahan R
omawi, sifat-sifat imperialistis, tidak pernahnyaRomawi memperhatikan masyarak
at taklukannya. Bagian kedua yaitu jilid 11-12 membicarakan asal-usul manusia, d
unia Tuhan dan dunia Setan. Mengenai siksa neraka Agustinus mengatakan bahwa
ia bersifat kekal. Origenberpendapat bahwa orang, bagaimanapun jeleknya, tidak
akan kekal dineraka, Agustinus menolak pendapat ini. Kalau pendapat Origen ben
ar, mengapa tidak berlaku bagi Setan? Demikian kata Agustinus.

9
BAB II

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan isi pembahasan masalah pada bab sebelumnya, penyusun dap


at menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

 Filsafat Barat Abad Pertengahan juga dapat dikatakan sebagai “abad gela
p” karena tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehing
ga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk berpikir dan mengemban
gkan potensi yang terdapat dalam dirinya.
 Filsafat Patristik telah melawati beberapa masa, yaitu Kaum Apologit,
Arius, Anthanasius, Aliran Gnostik, dan Agustinus.

3.2 Saran

Berdasarkan isi pembahasan masalah pada bab sebelumnya, penulis


memberikan saran sebagai berikut:

Cukup banyak sumber yang membahas tentang Filsafat Patristik, maka seharusny
a menggunakan berbagai sumber rujukan dalam mempelajarinya agar pembahasan
materi menjadi lebih jelas dan lengkap.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. 1989. Semarang: BPK Gunu
ng Mulia.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I. 2005. Kanisius: Yogyakarta.

Syadali, Ahmad. Filsafat Umum 1997. Pustaka Setia: Bandung

Prof. K.Bertenes. Ringkasan Sejarah Filsafat.1988. Kanisius: Yogyakarta

Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. 2007. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai