Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Global Volume V No.

1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DESA TERINTEGRASI


Syarif Hidayat1, Sofwandi Noor2
Ilmu Komputer, Universitas Subang

syarif.hidayat.kudo@gmail .com1, sofnoor@gmail .com2

Abstrak

Kebijakan Pemerintah Pusat dengan mengalokasikan anggaran cukup besar untuk Desa
perlu disingkapi dengan baik sehingga kebijakan tersebut bisa memberikan manfaat dan
kemakmuran untuk masyarakat desa. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontibusi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan membantu dalam tatakelola desa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah RUP yang merupakan metode
pengembangan perangkat lunak yang sudah teruji dan banyak digunakan dalam pengembangan
sistem informasi. Hasil dari penelitian ini berupa aplikasi yang dikelompokan untuk mengelola
profile desa, administrasi kependudukan, dan pertanahan.

Kata Kunci : Tata Kelola Desa, Rational Unified Process

Pendahuluan
Latar Belakang
Penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara itu terjadi pada lingkungan
kehidupan antar bangsa yang semakin terbuka, dimana nilai-nilai universal di segala bidang
(pendidikan,ekonomi dan perdagangan, politik, kemanusiaan, dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup) saling berkaitan secara kompleks.
Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat dengan potensi pemanfaatannya
secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi
dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan
kecenderungan global tersebut akan membawa kita ke dalam jurang digital divide, yaitu
keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Oleh
karena itu kebijakan e-goverment harus mampu mendorong terciptanya masyarakat informasi.
Pemerintah Daerah harus berupaya untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dan meningkatkan kemampuan, mengelola, serta mendistribusikan informasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu perlu segera meningkatkan proses
transformasi menuju e-goverment. Melalui proses transformasi tersebut diharapkan dapat
mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-
sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang
memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan
akses kesemua informasi yang harus tersedia. Dengan demikian seluruh pihak yang
berkepentingan dapat setiap saat memanfaatkan informasi secara optimal.
Sistem Informasi Desa Terintegrasi adalah aplikasi yang akan digunakan untuk mengelola
dan menyajikan data-data yang berkaitan dengan pelayanan, potensi dan pertanahan Desa
secara online, baik internet maupun intranet.

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian Pengembangan Sistem Informasi Desa
Terintegrasi adalah:

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
1
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
1. Tersedianya aplikasi Sistem Informasi Desa Terintegrasi yang menyediakan mekanisme
pengumpulan dan pembaharuan data Potensi Desa untuk menjamin informasi yang aktual.
2. Membantu pihak Pemerintah Daerah dalam menentukan arah kebijakan pembangunan
Desa.

Kajian Pustaka
Pengertian Desa & Pemerintah Desa
Ada beberapa terminologi yang terkait dengan Desa dan Pemerintah Desa menurut UU
Nomor 6 Tahun 2014, yaitu sebagai berikut:
1) Pengertian Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia [1].
2) Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengacu pada UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 18 dinyatakan bahwa Kewenangan Desa
meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa
Pengertian Sistem Informasi
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
sasaran tertentu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu sistem merupakan
elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu memiliki komponen-
komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment),
penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process) dan sasaran
(objective) dan tujuan (goal). Selengkapnya karakteristik tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Komponen Sistem (System Components)


Komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu sub sistem atau
bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem baik besar maupun kecil, selalu mengandung
komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat
dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem
secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu yang lebih besar yang disebut
supra system.

2. Batas Sistem (System Boundary)


Batas sistem merupakan daerah-daerah yang membatasi antara satu sistem dengan
sistem lainnya dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem
dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menujukkan ruang lingkup (scope)
dari sistem tersebut.

3. Lingkungan Luar Sistem (System Environment)


Lingkungan luar sistem dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang
mempengaruhi operasi sistem yang dapat bersifat menguntungkan dan dapat pula
merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari
Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi
Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
2
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
sistem yang harus dijaga dan dipelihara. Sedangkan yang merugikan harus ditahan dan
dikendalikan, karena akan mengganggu kelangsungan hidup sistem.

4. Penghubung Sistem (System Interprest)


Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu sub sistem dengan
subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya
mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lainnya. Dengan penghubung akan terjadi
interaksi antar subsistem, sehingga membentuk satu kesatuan.

5. Masukan Sistem (System Input)


Masukan adalah suatu energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).
Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat
beroperasi. Contoh maintenance input di dalam sistem komputer adalah program, yang
digunakan untuk mengoperasikan komputer. Sedangkan signal input ada energi yang
diproses untuk mendapatkan keluaran. Contoh signal input di dalam sistem komputer
adalah data, yang dapat diolah menjadi Informasi.

6. Keluaran Sistem (System Output)


Keluaran (Output) merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan
menjadi keluaran yang berguna.
7. Pengolah Sistem (System Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai
pengolahnya, yang bertugas untuk merubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran Sistem (System Objective)


Suatu sistem pasti memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective). Suatu operasi
sistem akan berguna dan berhasil apabila mencapai sasaran atau tujuannya. Sasaran sistem
sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan
sistem.

Metode Pengembangan
Metodologi pengembangan perangkat lunak adalah sekumpulan prosedur yang sistematik dan
berurutan serta teknik-teknik yang digunakan dalam melakukan pengembangan perangkat lunak
atau sistem. Penggunaan metodologi ini berdasarkan pada best practices di
pemerintahan/perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri.
Model proses pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi menggunakan model RUP
(Rational Unified Process) seperti ditunjukan dalam gambar berikut:

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
3
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

Gambar 1. Rational Unified Process


1. Inception Phase
Pada fase pertama ini, dibentuk sebuah tim yang terdiri dari para key user dan
developer. Keterlibatan pengguna sangat penting untuk memastikan sistem akan dapat
memberikan solusi sesuai kebutuhan. Tugas utama dari tim ini adalah mendefinisikan serta
mengidentifikasi ruang lingkup pada high-level requirements, proses bisnis, konfirmasi
cakupan dari proyek dan indikator keberhasilan pekerjaan. Selain itu juga pada phase ini
akan dilakukan analysa terhadap existing system.

2. Elaboration Phase
Pada tahap ini akan dilakukan analisa lebih mendalam dari setiap requirement yang
didapat, sehingga dapat dicari suatu solusi untuk mengatasi suatu problem yang ada.
Kemudian tim dapat mendefinisikan bisnis proses yang baru dan mengidentifikasi batasan-
batasan teknis. Selain itu, pada tahap ini akan dilakukan identifikasi lebih detil pada setiap
requirement. Pekerjaan tim adalah membuat spesifikasi teknis dan alur data dari
requirement yang ada. Aktifitas ini akan dilakukan beberapa kali dengan sistem design
prototyping.
Pada fase Elaboration Phase yang perlu diperhatikan adalah persiapan pengadaan
peralatan sistem yang menyangkut:
1. Perangkat Keras Komputer dan Server
2. Perangkat Keras untuk Data Center dan Jaringan LAN/WAN (Hardware)
3. Perangkat Jaringan Lokal Area Network
4. Perangkat Keras dan Lunak Keamanan Jaringan Komputer

3. Construction Phase
Pada tahap ini akan dilakukan pembangunan sistem berdasarkan dokumen design
yang dihasilkan, dan mengintegrasikannya dengan sistem yang sudah berjalan. Konstruksi
aplikasi akan dilakukan mengikuti standar pengembangan yang sudah dibuat

4. Transition Phase
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem untuk memastikan bahwa
fungsionalitas yang dibuat sudah memenuhi requirement dan design. Integration Test
Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi
Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
4
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
dilakukan untuk keseluruhan fungsionalitas pada sistem agar memenuhi standar kualitas
yang sudah ditentukan.Tim bertanggung jawab untuk membuat metodologi pengujian dan
melaksanakan beta-test.Aplikasi yang teruji dengan baik diikuti dengan User Acceptance
Test yang menyatakan penyerahan aplikasi. Pada tahap ini akan berfokuspada bug fixing,
training ke user pengguna, dan migrasi data dari aplikasi lama ke aplikasi yang baru.

Hasil Pekerjaan: metodologi pengujian, surat serah terima pekerjaan

Core Process Workflows dibagi menjadi 6 "engineering workflows”, yaitu:


1. Business Modeling Workflow
2. Requirements Workflow
3. Analysis & Design Workflow
4. Implementation Workflow
5. Test Workflow
6. Deployment Workflow

SedangkanCore Supporting Workflows dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:


1. Project Management
2. Configuration & Change Management
3. Environment

Business Modeling
Dalam Business Modelingakan dilakukan beberapa aktifitas seperti Assess Business
Status, Identify Business Process, sampai dengan Refine Roles and Responsibilities. Aktifitas
ini dilakukan untuk memahami bisnis proses yang diperlukan untuk pengembangan Sistem
Informasi Desa Terintegrasi.
Konsultasi dengan pihak Instansi Pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan
gambaran yang lebih detail tentang bisnis proses yang berjalan.

Requirements
Tujuan dari Requirement Workflow adalah untuk mendapat gambaran detil tentang sistem
yang harus dikembangkan agar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tahapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam pengembangan sebuah perangkat
lunak. Kesalahan dalam menangkap/memahami kebutuhan (requirement) pengguna bisa
berakibat fatal terhadap produk yang dihasilkan.

Analysis and Design


Tujuan dari Analysis & Design Workflow adalah untuk menunjukan bagaimana sistem
akan direalisasikan dalam tahap implementasi. Sistem yang akan dibangun harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memenuhi semua requirement yang sudah didefinisikan, dan
strukturnya harus mudah diubah jika ada perubahan requirement.
Model yang dihasilkan selama Analysis & Design, harus menggambarkan abstraksi dari
source code atau dengan kata lain merupakan sebuah “blueprint” yang menceritakan
bagaimana struktur dari source program dan bagaimana source program ditulis. Selain
perancangan aplikasi/komponen, dalam tahapan ini akan dilakukan perancangan database
menggunakan E-R diagram.

Implementation
Pada Implementation Workflow,programmer akan membuat sebuah code program yang
mengacu pada diagram yang sudah didefinisikan dalam tahapan perancangan (design).
Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi
Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
5
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
Pengujian per-unit atau disebut dengan unit test juga akan dilakukan untuk mendeteksi
kesalahan (error) setiap unit/komponen. Pengujian ini meliputi Screen Test (pengujian
tampilan aplikasi), Functionality Test, Validity, dll.
Jika semua unit/komponen telah divalidasi maka tahap berikutnya adalah mengintegrasikan
masing-masing komponen menjadi sebuah sub-sistem yang kemudian diintegrasikan menjadi
sebuah sistem.Jika semua pengujian unit telah dilakukan maka pengujian integrasi diperlukan
untuk modul-modul yang terkait.
Produk yang dihasilkan dalam tahapan ini meliputi Code Program (Source Program) dan
Test Result.

Pengujian (Test)
Pengujian merupakan tahapan yang sangat penting dalam pengembangan perangkat
lunak. Tujuan pengujian perangkat lunak diantaranya adalah:
Untuk memverifikasi interaksi antara obyek dan integrasi seluruh komponen dari
perangkat lunak.
Untuk memverifikasi dan menyakinkan bahwa semua requirement telah
diimplemantasikan dan produk yang dihasilkan sesuai dengan requirement.

Dalam pengujian UAT (User Acceptance Test) harus ditentukan test criteria dan
prosedur pengujian sebagai acuan untuk menentukan bagaimana pengujian dilakukan dan
apakriteria yang menentukan sebuah pengujian dikatakan berhasil.

Deployment
Apabila pengembangan dan pengujian sudah dilakukan, maka sistem akan di-deploy di
Operasional Server. Tim pengembang akanmelakukan instalasi perangkat lunak di operasional
server.

Hasil Dan Pembahasan


Gambaran Umum Sistem
Sistem Informasi Desa Terintegrasi adalah aplikasi yang berbasis WEB, dimana data akan
disimpan dalam satu titik yang disebut server. Dengan system ini maka pengelolaan data akan
menjadi lebih mudah dan integritas menjadi lebih baik. Gambaran dari system ini adalah sbb:

Gambar 2 : Architecture System


Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi
Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
6
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
Pengguna (user) dari aplikasi ini dapat dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 1 : Karakteristik Pengguna

Platform dasar dari aplikasi ini adalah Web Based System, dimana dengan system ini
memungkinkan penggunaan yang luas, tanpa ada kebutuhan setting aplikasi di sisi klien.
 Platform Server Site (Server Pusat / Server Lokal)
Perangkat lunak yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Linux atau Windows 2000 Server sebagai platform Operating System
2. Apache Server sebagai Web Server
3. MySQL Sebagai Database Management System (DBMS).

 Platform Client Site


Perangkat lunak yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Windows 98/2000/XP atau Linux sebagai Operating System.
2. Microsoft Internet Explorer/ Firefox atau yang lainnya sebagai Web Browser.
Fitur Aplikasi
Sistem Informasi Desa Terintegrasi yang dikembangkan terdiri dari 3 modul utama yaitu,
Profile Desa, Administrasi & Kependudukan, Pertanahan, seperti ditunjukan dalam gambar
berikut:

Gambar 3 : Overview Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Modul Administrasi & Kependudukan
Modul Administrasi & Kependudukan digunakan untuk membantu pihak Desa dalam
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pelayanan surat ijin yang
dikeluarkan Desa, seperti surat menikah, surat keterangan pindah, dll.

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
7
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
Fitur dari modul Administrasi & Kependudukan adalah:
1) Memiliki fasilitas pengelolaan data kependudukan yang ada disetiap Desa yang bisa di
sesuaikan dengan data yang ada di Dinas Kependudukan.
2) Memiliki fasilitas pengelolaan data pelayanan persuratan, seperti surat pindah, surat
kematian, surat kelahiran, surat keterangan domisili, surat keterangan usaha, dsbnya.

Gambar 4 : Form Entry Layanan Persuratan

Gambar 5 : Form Daftar Penduduk

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
8
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

Gambar 6 : Form Otoritas Pengguna

Modul Profile Desa


Data merupakan bagian yang sangat penting dalam mendukung proses pembangunan baik
ditingkat pusat maupun daerah, termasuk desa/kelurahan. Untuk itu maka Kementerian Dalam
Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang
“Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil desa dan kelurahan”.
Dalam Permendagri ini diatur mekanisme dan instrumen yang menjadi acuan dalam
penyusunan data base suatu desa. Dengan disusunnya data Profile Desa & Kelurahan
diharapkan bisa mengetahui gambaran potensi dan tingkat perkembangan desa/kelurahan yang
akurat, komprehensif dan integral. Selain itu data profil desa dan kelurahan perlu
didayagunakan untuk mendorong perkembangan desa dan kelurahan swadaya dan swakarya
menjadi desa dan kelurahan swasembada.
Secara umum, dalam penyusunan data profil desa dan kelurahan meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) penyiapan instrumen pengumpulan data,
2) penyiapan kelompok kerja profil desa dan kelurahan,
3) pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data,
4) Publikasi data profil desa dan kelurahan.

Selanjutnya dalam pendayagunaan data profil desa dan kelurahan diarahkan pada
pemanfaatan data sebagai data dasar bersama pelaku pembangunan desa dan kelurahan dalam
mendukung perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan
pelestarian kebijakan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan
masyarakat, pelayanan publik, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
desa dan kelurahan, lembaga kemasyarakatan serta penataan wilayah adminstrasi
pemerintahan.
Data profil desa dan kelurahan yang tersedia di setiap pusat data diharapkan dapat
dipergunakan dalam:
1) Penetapan prioritas pembangunan.
Sesuai karakteristik potensi unggulan desa yang tergambar dalam profil desa dan
kelurahan dapat menjadi dasar penetapan prioritas pembangunan di desa, seperti desa

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
9
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
home industri, desa nelayan, desa persawahan, desa wisata, desa perkebunan, desa hutan
dan sebagainya.
2) Penentuan kawasan pengembangan desa.
Salah satu hasil pendataan profil desa dan kelurahan adalah diketahuinya tipologi desa
yang diperoleh dari hasil pengolahan data primer tentang potensi sumber daya alam. Sesuai
dengan tipologi desa itulah dapat ditentukan kawasan pengembangan potensi desa ke
depan. Desa yang mempunyai tipologi yang sama dapat terapkan pembangunan yang
berbasis kawasan.
3) Pengembangan instrumen perencanaan pembangunan.
Adanya tipologi desa juga akan membantu unit kerja lain di luar Pemerintah Desa
untuk merumuskan instrumen perencanaan program pembangunan yang diarahkan kepada
masyarakat menjadi lebih tepat sasaran dan komprehensif.
Setiap unit kerja pemerintah sebagai user atau pengguna data profil desa dan
kelurahan bebas untuk memanfaatkan data profil dalam mengembangkan program kerja
masing-masing.
4) Pengembangan model pembangunan berdasarkan pendekatan partisipatif.
Data profil desa dan kelurahan yang disusun oleh masyarakat dan pemerintahan desa
selain memuat segala potensi yang dimiliki masyarakat dan desa, juga memuat
permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Dengan menggunakan data profil desa dan
kelurahan, berarti masyarakat telah sejak awal dikutsertakan dalam proses perencanaan
pembangunan, khususnya dalam menjaring aspirasi. Lebih dari itu, menjadikan data yang
bersumber dari masyarakat juga akan menghargai apa yang disampaikan secara tertulis
oleh masyarakat. Hal ini tentunya akan mendorong masyarakat untuk semakin berinisiatif
dan berkreasi guna mewujudkan desa sesuai yang diinginkan.
5) Pengembangan model kerjasama aparat dan masyarakat dalam pembangunan desa.
Dengan tersusunnya data profil desa dan kelurahan dengan sendirinya aparat
pemerintah akan mengetahui kondisi riil dari masyarakat. Kondisi riil tersebut akan
menjadi acuan bagi pemerintah dalam bertindak dan mencari solusi atas permasalahan
yang ada. Dengan demikian adanya data ini diharapkan terjalin kerjasama yang baik antara
aparat dan masyarakat terutama dalam merencanakan pembangunan desa.

Modul Profile Desa terdiri dari beberapa Sub Modul sebagai berikut:
1) Keadaan Umum Wilayah,
2) Potensi Desa,
3) Kelembagaan,
4) Kemasyarakatan,
5) Perhubungan & Komunikasi,
6) Data Kesehatan dan

1) Keadaan Umum Wilayah


Sub Modul ini digunakan untuk pencatatan data Batas Wilayah Desa/Kelurahan, Luas
Wilayah, Curah Hujan, Topografi Atau Bentang Lahan, Lahan Kritis dan Terlantar,
Kesuburan Tanah seperti ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
10
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

Gambar 7 : Sub Menu Keadaan Umum Wilayah

Gambar 8 : Form Struktur Batas Wilayah

2) Potensi Desa
Sub Modul ini digunakan untuk pencatatan data Industri Besar & Kecil, Data Pariwisata,
Pertambangan & Galian, Pertanian & Perkebunan, Data Peternakan, Data Perikanan seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 9 : Sub Menu Potensi Desa

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
11
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

Gambar 10 : Struktur Menu Data Pertanian & Perkebunan

3) Kelembagaan
Sub Modul ini digunakan untuk pencatatan data Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga
Pemerintahan, dan Data Politik seperti ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

Gambar11 : Sub Menu Kelembagaan

Gambar 12 : Struktur Menu Lembaga Pemerintahan

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
12
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

4) Kemasyarakatan
Sub Modul ini terdiri dari 4 Menu yaituKeamanan & Ketertiban, Sumber Daya
Manusia, Ekonomi Masyarakat, Data Kemasyarakatan seperti ditunjukkan dalam gambar
berikut ini:

Gambar 13 : Sub Menu Kemasyarakatan

Gambar 14 : Struktur Menu Keamanan & Ketertiban

5) Perhubungan & Komunikasi


Sub Modul ini digunakan untuk pengelolaan data Prasarana Perhubungan Darat,
Prasarana Perhubungan Darat, Sarana Transportasi, dan Sarana Telepon.

Gambar 15 : Struktur Menu Perhubungan & Komunikasi

Modul Pertanahan Desa


Pendataan Tanah Desa merupakan bagian yang sangat penting. Menurut data yang ada,
tanah yang sudah terdaftar di Indonesia ± 30% saja atau sekitar 30 juta bidang tanah. Minimnya
bukti kepemilikan atas tanah ini menjadi salah satu penyebab minimnya proses pendaftaran
hak atas tanah.

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
13
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395
Modul Pertanahan Desa memiliki fitur sbb:
1) Mengelola data tanah desa baik tanah perorangan maupun tanah desa/negara yang dikenal
dengan Buku C.
2) Mengelola perubahan kepemilikan sehingga history kepemilikan yang diakibatkan adanya
jual beli, hibah, dsbnya bisa tercatat dengan baik.
3) Mengelola Data Pajak Tanah baik Perorangan maupun Tanah Desa/Negara.

Berikut ini adalah beberapa contoh tampilan aplikasi:

Gambar 16 : Form Pengelolaan Data Tanah

Gambar 17 : Form Perubahan Kepemilikan Tanah

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
14
Jurnal Global Volume V No. 1 / September / 2018
ISSN : 2086-7395

Gambar 18 : Form Pengelolaan Data Pajak

Simpulan
Hasil dari penelitian yang dilakukan ini telah menghasilkan sebuah perangkat lunak yang
masih bersifat prototype. Untuk dapat diimplementasikan, apa yang disampaikan dalam
penelitian ini tentunya masih perlu ada penyesuaian sesuai dengan kondisi desa tersebut.
Semoga apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini bisa memberikan manfaat buat
pemerintah desa maupun masyarakat dan Universitas Subang.

Daftar Pustaka
[1] Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
[2] Jogiyanto, “Sistem Teknologi Informasi, Oktober 2008

Pengembangan Sistem Informasi Desa Terintegrasi


Syarif Hidayat, Sofwandi Noor
15

Anda mungkin juga menyukai