Anda di halaman 1dari 26

Latar Belakang – POSISI OPERATOR

Gangguan muskuloskeletal yang meliputi tulang belakang bagian atas dan bawah, bahu, dan
pergelangan tangan merupakan faktor risiko pada profesi dokter gigi. Sejumlah faktor teknis seperti
dental unit, lampu kerja dan peralatan lain yang digunakan tidak ergonomis dan faktor non teknis
antara lain cara dan posisi saat merawat pasien serta life style dokter gigi merupakan risiko yang
berperan penting untuk terjadinya gangguan musculoskeletal pada dokter gigi. Memperbaiki faktor
risiko teknis dan non teknis dapat dilakukan untuk mencegah gangguan musculoskeletal pada dokter
gigi. Faktor teknis antara lain, posisi berdiri saat merawat pasien, diperbaiki dengan posisi duduk,
peralatan (dental unit, meja, lampu kerja) yang ergonomis. Kerja tim antara dokter gigi dan asisten
yang terlatih menangani peralatan dikenal dengan four-handed dentistry, sehingga dokter gigi hanya
konsentrasi pada perawatan pasien saja. Faktor non teknis seperti ada jeda waktu antara satu pasien
dengan pasien lain agar dapat mengistirahatkan otot, serta ruangan praktek yang luas perlu
diperhatikan. Beberapa upaya pencegahan yang tidak berhubungan dengan peralatan yang digunakan
memegang peran penting guna mengurangi timbulnya gangguan muskuloskeletal pada dokter gigi
(Andayasari L. dan Anorital, 2012). Posisi pasien pada waktu operator melakukan pemeriksaan
mempengaruhi kemampuan operator untuk dapat bekerja secara nyaman dan efisien.Operator bisa
bekerja dalam posisi berdiri atau dalam posisi duduk.Namun harus diakui bahwa posisi kerja yang
paling baik adalah dalam posisi duduk, untuk mana jenis kursi dental yang digunakan harus
mendukung. Posisi operator dan pasien yang tepat akan mengurangi kemungkinan timbulnya nyeri
pada punggung operator dan tercapainya efisiensi kerja. Secara umum jenis pekerjaan dokter gigi
ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan terhadap
pasien.Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau
berdiri membungkuk dalam waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter gigi yang
berpraktik sering mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan tulang
punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan musculoskeletal yang berupa nyeri
punggung bagian bawah (lower back pain). Kebanyakan gangguan muskuloskeletal terjadi karena
dokter gigi secara tanpa sadar berada pada posisi tubuh yang kurang mendukung saat merawat pasien.
Saat melakukan preparasi gigi atau mencabut gigi misalnya, kadang-kadang dokter gigi membungkuk
ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh
gerakan tersebut dilakukan berkalikali dalam jangka waktu yang panjang.Hal inilah yang dapat
menyebabkan sindroma musculoskeletal.Walaupun bekerja dengan postur netral dapat mencegah atau
mengurangi sindroma muskuloskeletal, kebanyakan dokter gigi tidak menyadari pentingnya manfaat
sistem ergonomis dengan posisi yang baik saat merawat pasien.Postur yang baik dan benar
membutuhkan peralatan yang baik juga, misalnya bentuk kursi operator yang ergonomik dapat
mendukung tulang punggung pada posisi yang baik (Andayasari dan Anorital, 2012). Oleh karen itu
seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami tujuan mempelajari
ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan
akan terhindar dari musculoskeletal disorders (MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi
dapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja.
Tujuan umum dari ergonomik ini adalah:
 Mengurangi resiko cedera
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Meningkatkan kualitas hidup

1
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Intraoral  adanya plak


Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan  adanya staining pada gigi
terhadap: f. Rontgen foto
1. Pemeriksaan terhadap gigi, antara lain: Dengan rontgen foto dapat diketahui
a. Gigi yang hilang adanya:
b. Keadaan gigi yang tinggal:  kualitas tulang pendukung dari gigi
 gigi yang mudah terkena karies penyangga
 banyaknya tumpatan pada gigi  gigi-gigi impaksi , sisa-sisa akar
 mobility gigi  kista
 elongasi  kelainan periapikal
 malposisi  resorbsi tulang
c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi  sclerosis (penebalan tulang)
gigi atas dengan gigi bawah. Dibagi 2. Pemeriksaan terhadap mukosa / jaringan
menjadi klas I, II, dan III Angle. lunak yang menutupi tulang alveolar, seperti:
d. Adanya overclosed occlusion pada gigi a. Inflamasi
depan, dapat disebabkan, antara lain b. Bergerak/tidak bergerak.
karena c. Konsistensi jaringan keras/lunak
 angular cheilosis 3. Adanya torus
 disfungsi dari TMJ Letak torus pada palatum disebut torus
 spasme otot-otot kunyah palatines sedangkan pada mandibula disebut
e. Oral hygiene meliputi torus mandibula Torus merupakan salah satu
 adanya kalkulus variasi normal dari rongga mulut.
 adanya gigi yang karies 4. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi
 adanya peradangan pada jaringan 5. Pemeriksaan terhadap frenulum
lunak, misalnya : gingivitis,
periodontitis, ulkus
B. Macam-macam Posisi Operator
1. Posisi Operator RA Anterior

2
5. Arah pandang. Melihat lurus ke bawah menuju
mulut pasien.
Posisi operator jam 9

2. Macam-macam posisi operator dan co


operator pada pemeriksaanrahang atas
posterior sisi bukal palatal
A. Right handed
1. Posisi Operator. Duduk mengarah ke bagian
1. Posisi operator jam 10-11 kepala pasien. Midline dari operator segaris
dengan mulut pasien.
2. Posisi kaki. Terdapat 2 pilihan yaitu: (1)
kedua kaki terbuka ke kursi pasien, (2) kaki
dibawah headrest dari kursi pasien. Pilihan ke
1 adalah posisi netral yang dianjurkan, namun
bila tidak nyaman dapat memilih pilihan 2.
3. Posisi Lengan. Untuk mencapai mulut pasien,
bagian bawah lengan kanan kira-kira sejajar
1. Posisi operator. Duduk pada sebelah kanan
dengan bahu pasien. Pergelangan tangan kiri
headrest; midline dari operator berada pada
berada dekat mata kanan pasien.
bagian pelipis pasien.
4. Posisi tangan. Letakkan tangan kiri pada area
2. Posisi kaki. Kedua kaki membuka ke arah
tulang pipi sebelah kanan. Ujung jari tangan
headrest.
kanan mengarah ke gigi premolar mandibula
3. Posisi lengan. Untuk mencapai mulut pasien,
sebelah kanan.
tangan kanan memegang mulut pasien.
5. Arah pandang. Melihat lurus ke bawah
Sedangkan tangan kirimemegang hidung
menuju mulut pasien.
maupun dahi pasien
I. Posisi co operator
4. Posisi tangan. Sandarkan tangan kiri pada
tulang pipi sebelah kiri pasien. Tumpu ujung
jari tagan kanan pada gigi premolar pada
sekstan posterior mandibula kiri.

3
Pada right handed ini area co
operator berada pada jam 2-4.
2. Left Handed
Posisi operator jam 2-1

1. Posisi Operator. Duduk mengarah


ke bagian kepala pasien. Midline
dari operator segaris dengan mulut
pasien.
2. Posisi kaki. Terdapat 2 pilihan

 Posisi operator. Duduk pada sebelah yaitu: (1) kedua kaki terbuka ke

kiri headrest; midline dari operator kursi pasien, (2) kaki dibawah

berada pada bagian pelipis pasien. headrest dari kursi pasien. Pilihan

 Posisi kaki. Kedua kaki membuka ke ke 1 adalah posisi netral yang

arah headrest. dianjurkan, namun bila tidak

 Posisi lengan. Untuk mencapai mulut nyaman dapat memilih pilihan 2.

pasien, tangan kiri memegang mulut 3. Posisi Lengan. Untuk mencapai

pasien. Sedangkan tangan kanan mulut pasien, bagian bawah lengan

memegang hidung maupun dahi kiri kira-kira sejajar dengan bahu

pasien pasien. Pergelangan tangan kanan

 Posisi tangan. Sandarkan tangan berada dekat mata kanan pasien.

kanan pada tulang pipi sebelah kiri 4. Posisi tangan. Letakkan tangan

pasien. Tumpu ujung jari tangan kiri kanan pada area tulang pipi

pada gigi premolar pada sekstan sebelah kairi. Ujung jari tangan

posterior mandibula kanan. kiri mengarah ke gigi premolar

 Arah pandang. Melihat lurus ke mandibula sebelah kiri.

bawah menuju mulut pasien. 5. Arah pandang. Melihat lurus ke


bawah menuju mulut pasien.

I. Posisi operator jam 3

II. Posisi co operator


Pada left handed posisi co operator
berada pada -jam 8-10
4
3. Sekstan anterior mandibula ( lingual
jauh dari operator ) 4. Posisi Operator dan Asisten pada
Operator : posisi jam 12 Pemeriksaan Rahang Bawah Posterior
Iluminasi : langsung dan tidak langsung Posisi pasien pada perawatan rahang kiri bawah
Visibilitas : langsung dan tidak langsung harus berbaring di kursi dengan posisi kursi 30
Retraksi : mirror digunakan untuk menahan dari bidang horizontal.Sedangkan untuk rahang
lidah kanan bawah, pasien berbaring dengan sudut 40
Finger rest : intra oral dari bidang horizontal.

Posisi untuk pemeriksaan mandibula


kuadran kiri RB

Sektan anterior mandibula (lingual sekitar


operator)
Operator : posisi depan
Iliminasi : langsung dan tidak langsung
Posisi untuk pemeriksaan mandibula
Visibilitas : langsung dan tidak langsung
kuadran kanan RB
Retraksi : mirror menahan lidah
Posisi operator bervariasi tergantung pada
Finger rest : intra oral
sisi mana instrumentasi dilakukan.Posisi

5
operator dikaitakan dengan arah jarum
jam.
1. Untuk operator dengan tangan kanan
(right handed dentist) :
a. Posisi Operator pada jam 9, asisten
duduk pada jam 3 dan meja instrument
pada jam 2
a. Posisi Operator pada Jam 3, asisten
duduk pada jam 9 dan meja instrument
pada 10
b. Posisi Operator pada jam 2 -1, asisten
duduk pada jam 8 dan meja instrument
pada jam 9

b. Posisi Operator pada jam 10-11,


asisten duduk pada jam 4 dan meja
instrument pada jam 3.
2. Untuk operator dengan tangan kidal (left
handed dentist)

LATAR BEAKANG
Kesehatan rongga mulut sangat penting untuk kesehatan secara umum dan mempengaruhi kualitas
hidup.Agar rongga mulut tetap sehat maka perlu menjaga kebersihan mulut itu sendiri.Cara melihat
bersih tidaknya rongga mulut tersebut dengan melihat ada atau tidaknya plak dan kalkulus dalam
rongga mulut.
Plak adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang dapat menempel pada permukaan gigi
atau permukaan jaringan keras lainnya dalam rongga mulut, misalnya gigi tiruan dan restorasi gigi.
Bila plak tersebut tidak dibersihkan, lama kelamaan plak akan terkalsifikasi dan menjadi kalkulus.
Cara melihat kebersihan mulut adalah dengan cara melakukan kontrol plak. Kontrol plak
merupakan pembersihan plak gigi secara regular sera pencegahan akumulasinya pada permukaan gigi
dan gingival. Dengan penghambatan penumpukan plak maka juga dapat menghambat terbentuknya
kalkulus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam kontrol plak yaitu dengan menggosok gigi,
pembersihan interdental gigi, kontrol plak secara kimiawi dengan obat kumur serta kunjungan rutin ke
dokter gigi.
Saat ini banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana cara melakukan kontrol plak
dengan benar. Misalnya dalam menggosok gigi, mereka banyak yang tidak tahu mengenai berapa
banyak frekueksi yang dianjurkan dalam menggosok gigi sehari, bagai mana teknik ataupun cara

6
menyikat gigi dengan benar, serta bagaimana cara memilih sikat gigi yang benar dan berapa lama
jangka pemakaian sikat gigi tersebut.
Sama halnya dengan sikat gigi, masyarakat juga masih belum memahami bahwa obat kumur juga
dapat mengurangi jumlah plak dalam rongga mulut.Kontrol plak yang lain yaitu kunjungan ke dokter
gigi. Kebiasaan masyarakat mengunjungi dokter gigi adlah pada saat gigi mereka sudah
sakit.Seharusnya mereka mendatangi dokter gigi secara rutin, minimal setiap 6 bulan sekali walaupun
pasa saat itu tidak mengalami adanya keluhan.
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi, Mekanisme terjadinya dan Patogenitas Plak Gigi
Plak gigi memegang peran penting dalam menyebabkan terjadinya karies (Pinatih,
2014).Plak merupakan lengketan yang beisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk
pada semua permukaan gigi (Kidd, et.al, 1999). Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna,
mengandung bakteri, melekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk di dalam mulut dan
bila bercampur dengan gula yang ada dalam makanan yang kita makan, akan membentuk asam.
Asam ini akan berada dalam mulut dalam jangka waktu yang lama, karena gula hasil
fermentasi membuat plak menjadi lebih melekat. Asam akan menyerang enamel. Setelah
enamel rusak, proses ini akan meluas merusak bagian dalam gigi. Plak dapat terbentuk kapan
saja, meskipun gigi sudah dibersihkan (Hamsar, 2006).Lokasi plak biasanya terdapat pada
daerah proksimal, permukaan supragingiva yang licin (bukal, palatinal, lingual), permukaan
subgingival dan pit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-


beda(Pinatih, 2014). Proses pembentukan plak diawali oleh deposisi pelikel pada permukaan
gigi. Pelikel merupakan suatu lapisan glikoprotein yang berasal dari saliva, dan merupakan
bagian dari lapisan biologis yang dapat melindungi permukaan gigi dari difusi ion asam ke
gigi.
Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah streptococcus
mutans, streptococcus sanguis, streptococcus mitis dan streptococcus salivarius serta beberapa
stain lainnya.Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces.
Mikroorganisme menepel di gigi bersama plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme
sebesar (70%) dan bahan antar sel (30%) (Pinatih, 2014).Hampir 70% plak terdiri dari
mikrobial dan sisa-sia produk ekstraselular dari bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein
(Manson dan Eley, 1993).
Akibat adanya karbohidrat, terutama sukrosa, kolonisasi bakteri ini membentuk
polisakarida intraseluser dan ekstraseluler yang berperan dalam perlekatan, pembentukan, dan
resistensi plak. Polisakarida ekstraseluler akan membentuk susbtansi yang lengket yang
mengikat plak menjadi satu kesatuan dan menjaga perlekatannya ke permukaan gigi, sementara

7
polisakarida intraseluler akan menyediakan nutrisi secara terus-menerus bagi bakteri di dalam
plak, bahkan di saat tidak ada substrat yang terpajan ke dalam mulut. Selanjutnya, bakteri-
bakteri lainnya secara progresif ikut berkoloni di dalam plak ini sehingga menambah ketebalan
plak
Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui
serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh
lapisan organik yang amorf disebut pelikel. Pelikel ini terdiri atas glikoprotein yang
diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah menyikat gigi.Sifatnya sangat lengket dan
mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi (Kidd, et.al, 1999).
Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk konus seperti
streptococcusakan berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan
menjerat berbagai bakteri lain (Kidd, et.al, 1999). Plak gigi mulai terbentuk pada permukaan
email dan mencapai ketebalan pada hari ke-30. Plak tampak sebagai massa globular berwarna
putih, keabu-abuan atau kuning. Penumpukan plak dapat terlihat dalam waktu 1-2 hari setelah
seseorang tidak melakukan prosedur kebersihan mulut, sedangkan waktu yang dibutuhkan
bakteri karies untuk membentuk lubang yang bervariasi diperkirakan antara 6-48 bulan
(Pinatih, 2014).
2.2 Skor Plak O’Leary dan PHPM
2.2.1 Metode O’Leary
O’Leary Plaque Control Record merupakan metode yang digunakan untuk menilai area
akumulasi plak dari individual pasien.Metode ini melibatkan semua elemen gigi yang terdapat
dalam rongga mulut sehingga semua gigi dilakukan pemeriksaan akumulasi plak.Terdapat 4
permukaan gigi yang diperiksa yaitu mesial, bukal, distal dan lingual.
Cara penilaian plak dengan metode O’Leary:
1. Pasien mengaplikasikan larutan atau tablet disklosing pada masing-masing permukaan gigi
kecuali permukaan oklusal untuk memeriksa ada tidaknya plak pada dentogingival
junction.
2. Setelah itu, pasien berkumur dan dilakukan pemeriksaan akumulasi plak pada daerah
dentogingival junction pada permukaan mesial, bukal, distal dan lingual. Area gigi yang
tidak terwarnai diberi skor 0 sedangkan area gigi yang terwarnai diberi skor 1.
3. Setelah semua gigi diperiksa dan dinilai, indeks plak dapat dihitung dengan menjumlahkan
permukaan yang ada akumulasi plak (terwarnai) dibagi dengan jumlah seluruh permukaan
gigi yang diperiksa (mesial, bukal, distal dan lingual) kemudian dikalikan 100%. Skor plak
tergolong baik, apabila skornya 10% atau kurang.

2.2.2 PHP-M
Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari Martin
dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index
(PHP) dari Podshadley dan Haley (1968).Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan
Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif.Pemeriksaan PHP-M menggunakan gigi

8
indeks dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan pada metode PHP-M
ini adalah sebagai berikut :

1. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.


2. Gigi C| atau c| , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
3. |P1 atau |m1.
4. Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.
5. Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
6. P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah (Sriyono, 2009).
Cara Penilaian dengan PHP-M:

1. Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incisal ke gingival, garis imajiner ini akan
membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Masing-masing 1/3
bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area
(A, B, C, D, dan E). Pengertian area :
A. Area 1/3 gingival dari area tengah
B. Area 1/3 tengah dari area tengah
C. Area 1/3 incisal atau oklusal dari area tengah
D. Area distal
E. Area mesial

Pembagian area penilaian plak metode PHP-M

2. Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1 (atau tanda v), jika tidak ada
plak bisa diberi skor 0 atau tanda (-).
3. Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan
gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks bisaberkisar antara 0-10.
4. Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar antara 0-60. (Sriyono,
2009).
2.3 Macam-Macam Metode Menyikat Gigi
Menyikat gigi merupakan hal utama dalammelaksanakan kontrol plak secara mekanis. Berikut
adalah beberapa macam teknik menyikat gigi :
a. Teknik Horizontal
Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan gerakan menyikat gigi ke depan ke
belakang dari permukaan bukal dan lingual (Ginanjar, 2006). Letak bulu sikat tegak lurus pada
permukaan labial, bukal, palatinal, lingual, dan oklusal dikenal sebagai scrub brush. Caranya
mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah (Ginanjar, 2006).
Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah horizontal dan dengan penekanan
berlebih adalah bentuk yang paling sering ditemukan .

9
b. Teknik vertical
Menyikat gigi dengan metode teknik vertical merupakan cara yang mudah dilakukan,
sehingga orang-orang yang belum diberi pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini
(ginanjar,2006). Arah gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas dan
bawah tertutup.Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal/labial, sedangkan
untuk permukaan gigi yang menghadap lingual/palatal, gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah
dalam keadaan mulut terbuka.Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila menyikat gigi tidak benar
dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi terlihat (Ginanjar, 2006).
c. Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana, paling dianjurkan, efisien,
dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari
permukaan oklusal.Ujung bulu sikat mengarah ke apex.Gerakan perlahan-lahan melalui
permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat bergerak dalam
lengkungan.Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap
permukaan email.Ulangi gerakan ini sampai ±12 kali sehingga tidak ada yang terlewat.Cara ini
dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan di daerah interproksimal
(Ginanjar, 2006). Menyikat gigi dengan roll teknik untuk membersihkan kuman yang
menempel pada gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar.
d. Teknik Charter‘s
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu sikat menekan pada gigi
dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi.Arahkan 45º pada daerah
leher gigi.Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali
pada tiap-tiap area dalam mulut.Gerak berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan
daerah mahkota gigi.Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada
pasien yang memakai orthodontic cekat/kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang
permanen (Donna Pratiwi, 2009).
e. Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher gingival dan untuk ini,
ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45º terhadap sumbu gigi
geligi.Ujung bulu sikat mengarah ke leher gingival.Sikat kemudian ditekan kearah gingiva dan
digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah
leher gingival dan juga terdorong masuk diantara gigi geligi.Teknik ini dapat menimbulkan
rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan sensitive.Bila gingival dalam keadaan sehat, teknik
bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan metode yang
paling efektif untuk membersihkan plak (Depkes, 1991).
f. Teknik Stillman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara
berulang-ulang.Setelah sampai di permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar.Bulu
sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45º dengan sumbu
tegak gigi seperti pada metode bass (Donna Pratiwi, 2009).
g. Teknik Fone’s / Teknik Sirkuler
Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit atau
oklusi.Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah
(Donna Pratiwi, 2009).
10
h. Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang lunak.Metode ini didasarkan
pada anggapan bahwa penyikatan gigi menyerupai jalannya makanan, yaitu dari mahkota
kearah gusi.Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat gigi
dipegang horizontal.
i. Teknik Kombinasi
Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal (kiri-kanan), vertical (atas-
bawah) dan sirkular (memutar).Setelah itu dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh
permukaannya, terutama bagian atas lidah.Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun
umumnya adalah dari pangkal belakanglidah sampai ujung lidah (Donna Pratiwi, 2009).
2.4 Macam-Macam Obat Kumur, Komposisi dan Khasiatnya
2.4.1 Macam-macam Obat Kumur
United States Food and Drug Administration mengklasifikasi obat kumur menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Obat kumur kosmetik
Memiliki kandungan fluoride. Obat kumur ini membantu mengurangi bakteri dalam mulut,
mencegah bau mulut dan memberikan sensasi segar dan bersih di dalam mulut. Obat kumur
kosmetik tidak bisa mengurangi risiko kerusakan gigi.
2. Obat kumur terapeutik
Obat kumur ini mengandung bahan-bahan yang melawan penyakit mulut, pembengkakan
dan pendarahan gusi.Obat kumur terapi diklasifikasikan menjadi anti plak / anti gingivitis dan
anti kavitas dengan fluoride rinses.
3. Kombinasi
Obat kumurini menggabungkan obat kumur kosmetik dan terapi.Ideal untuk memberikan
perawatan lengkap.
Tergantung pada bahan aktif yang dikandungnya, berbagai jenis obat kumur dapat
digunakan untuk mencegah kerusakan gigi, mengurangi pembentukan plak gigi dan gingivitis
(radang gusi) atau mengurangi sensitivitas gigi.
1. Obat kumur fluoride
Jenis obat kumur yang mengandung senyawa fluorida seperti 0,05% Sodium Fluoride
(NaF) yang menyediakan fluoride ekstra. Menggunakan obat kumur ini setiap hari dapat
memberikan perlindungan tambahan terhadap kerusakan gigi.
2. Obat kumur anti-plak
Obat ini menghambat akumulasi plak, sehingga mengurangi resiko gingivitis (radang
gusi).Bahan aktif dalam obat ini termasuk Chlorhexidine glukonat, Triclosan, timol,
cetylpyridinium klorida (CPC), dll.Namun, penggunaan jangka panjang obat kumur ini dapat
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan mengubah sensasi rasa.Maka, disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter gigi sebelum digunakan.Sangat dianjurkan untuk menggunakan
obat kumur yang beanr dan cocok di bawah nasihat profesional.
Nareswari (2010), obat kumur anti-plak berdasarkan bahan yang terkandung:
a. Obat kumur yang mengandung minyak esensial
Salah satu obat kumur tertua yang masih ada hingga saat ini adalah suatu obat kumur
minyak esensial atau phenolicmouthwash.Obat kumur ini menunjukkan efek antiplak tingkat

11
menengah dan efek anti gingivitis.Keterbatasannya dalam mencegah akumulasi plak
disebabkan karena daya lekatnya yang kurang baik pada rongga mulut.
b. Obat kumur dengan bahan teroksigenasi
Hidrogen peroksida, buffer sodium peroksiborat dan peroksikarbonat di dalam obat kumur
memiliki efek menguntungkan pada gingivitis ulseratif akut, dengan mencegah tumbuhnya
bakteri anaerob.
c. Obat kumur dengan antiseptik bisguanid
Chlorhexidine, alexidine dan octenidine menunjukkan efek antiplak yang kuat. Antiseptik
bisguanid dapat membunuh mikroorganisme spektrum luas dengan cara merusak dinding sel
bakteri.
3. Obat kumur desensitizing
Jenis obat kumur ini mengandung bahan aktif seperti Arginine dapat menutup tubulus
dentin di daerah sensitif, sehingga mengurangi sensitivitas gigi. Diharapkan selalu
berkonsultasi dengan dokter gigi untuk mengetahui apakah memerlukan obat kumur
desensitizing dan ikuti instruksi dokter gigi tentang cara menggunakannya.
Menurut Udaykumar (2007), jenis obat kumur dan kegunaannya adalah sebagai berikut:
Jenis obat kumur:
1. Antiseptik dan zat obat kumur - untuk nyeri di bawah gigi tiruan.
2. Obtundent obat kumur - untuk lesi oral sensitive
3. Deterjen obat kumur - untuk pembersihan mulut
Dapat digunakan dalam keadaan :
1. Rasa sakit di bawah gigi tiruan
2. Lesi oral sensitive
3. Pasca operasi dan pasien terbaring di tempat tidur. Maka digunakan obat kumur untuk
menjaga kebersihan mulut dan menyegarkan rongga mulut
4. Halitosis
5. Stomatitis
6. Impaksi bedah - setelah pencabutan gigi yang impaksi
2.4.2 Komposisi Obat Kumur
Yuliharsini (2005), bahan dasar yang terdapat dalam larutan obat kumur diantaranya adalah
aie, alcohol, zat pemberi rasa da bahan pewarna.Kandunga lainnya dapat berupa humektan,
astringen, zat pengemulsi, bahan-bahan teurapeuik dan bahan antrimikrobial.Bahan aktif dalam
sebuah obat kumur biasanya adalah bahan antimicrobial yang memiliki efek mengurangi
mikroorganisme dalam rongga mulut.
1. Alcohol
Kebanyakan obat kumur mengandung alcohol yang berfungsi sebagai pengawet dan bahan
semi aktif. Selain itu bahan ini merupakan pelarut yang baik, alcohol terutama berperan untuk
meningkatkan kelarutan minyak-minyak esensial dan campuran lain yang kelarutannya rendah
di dalam air. Juga dapat meningkatkan aktivitas antiseptic lain seperti klorheksidin, yodium,
iodifor dan heksaklorofen bila diberikan dalam kombinasi.Alcohol juga berfungsi untuk
member rasa dan meninggalkan rasa didalam mulut setelah pemakaian.Cara kerja alcohol
sebagai antiseptic adalah dengan mendenaturasi protein dinding sel bakteri.
2. Zat pemberi rasa

12
Zat pemberi rasa yang terkandung dalam obat kumur memberikan perasaan subyektif
seperti rasa segar didalam mulut. Salah satu contohnya adalah minyak esensial khususnya
papermint dan spearmint.Sakarin dan sorbitol merupakan bahan pemanis non fermentasi yang
daapat digunakan untuk member rasa pada obat kumur.
3. Bahan pewarna
Obat kumur komersial tersedia dalam berbagai warna agar kelihatan lebih menarik dan
dapat mendorong konsumen untuk memakainya.Pemilihan warna yang tepat dapat juga
memberikan efek subyekif yang sangat kuat dalam meyakinkan pengguna obat kumur seberapa
baik pengolahan obat kumur tersebut dilakukan.
4. Humektan
Humektan merupaka bahan higroskopis atau bahan yang dapat mempertahankan
kelembaban seperti gliserin dan sorbitol, dapat mempertahankan kelembutan obat kumur
didalam rongga mulut dan mencegah terjadinya pengerasan.
5. Astringen
Bahan astringen ditambahkan kedalam obat kumur untuk memberikan rasa yang
menyenangkan didalam mulut.Bahan astringen yang sering digunakan misalnya zink asetat dan
garam-garam aluminium, serta asam stearat.Bahan astringen dapat menyebabkan presipitasi
dan pengendapan protein dinding sel bakteri.
6. Bahan terapeutik
Bahan aktif terapeutik yang terkandung dalam obat kumur memberikan aksi secara
fisiologis atau farmakologis yang secara klinis bermanifestasi dalam mengurangu insidensi
plak, karies, kalkulus dan penyakit pada gingiva.
7. Bahan antimicrobial
Bahan aktif dalam sebuah obat kumur adalah bahan antimicrobial yang memiliki efek
penguragan terhadap sejumlah mikroorganise didalam rongga mulut.Obat kumur yang
mengandung antimicrobial mempunyai efek pada flora supragingival sehingga dapat
mengurangi keberadaan plak dan mencegah akumulasi plak.
2.5 DHE Pasien Individu
Praktisi yang bekerjadengan individuharus memilihintervensi yangmemotivasi
danmendukungorang untuk:
1. Memahamikonsekuensiperilaku jangka pendek, menengah danpanjangyang berhubungan
dengankesehatan mereka.
2. Merasa positiftentang manfaatmeningkatkan kesehatanperilakudan mengubahperilaku
mereka
3. Rencanaperubahan merekadenganlangkah yang mudahdari waktu ke waktu
4. Mengetahuibagaimanakonteksdan hubungansosial merekadapat mempengaruhiperilaku
mereka, danmengidentifikasi danmerencanakansituasi yang
mungkinmerusakperubahanmereka mencobauntuk membuat kenyamanan perubahan
perilaku.
5. Rencanaeksplisituntuk mengatasistrategi pencegahankekambuhan
6. Buatlah komitmenpribadi untukmengadopsikesehatanperilakumeningkatkandengan
menetapkantujuanuntuk melakukanperilakuyang jelasdalam konteks tertentuselamawaktu
tertentu
Pada Pasien dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
13
1. Menunjukkan adanya plak dengan larutan disklosing Pada tahap ini, gigi-gigi dapat diulasi
dengan larutan disklosing dan plak yang melekat pada gigi diperlihatkan pada pasien.
Dengan cara ini, daerah-daerah yang terlewat dapat diperlihatkan. Plak dibuang dari gigi
dengan sisi probe untuk menunjukkan betapa mudah untuk menghilangkan plak secara
mekanis.
2. Memotivasi pasien melalui penjelasan Sifat plak dan gaya perlekatannya pada gigi. Peranan
plak pada keries dan penyakit periodontal juga harus diterangkan. Dengan penjelasan
tersebut, pasien tanpa diterangkan cara menyikat gigi, tetap akan dapat diperbesar
motivasinya.
3. Mengurangi pembentukan plak Setelah memperlihatkan adanya plak, maka dokter gigi
bertanggung jawab untuk menghilangkannya, meyakinkan pasien bahwa ia dapat
menghilangkannya dan mencegah terbentuknya plak dan memperbaiki anatomi mulut dan
gigi, untuk menghalangi pertumbuhan dan penimbunan bakteri.
4. Meng-edukasi Pasien tentang sikat gigi dan manfaatnya, bagaimana pemilihan sikat gigi,
metode penyikatan (Teknik roll, Teknik bass, Teknik charter). Pasta gigi, Alat-alat
pembersih yang lain (Dental floss dan teknik penggunaan floss), Sikat interdental , Cara
membersihkan lidah. melarang pengunaan tusuk gigi,
Pemeriksaan:
1. Setelah dilkakukan pengajaran, pasien diminta untuk menyikat giginya dengan cara
tersebut, dan dokter gigi atay hygienist dapat membantu dengan menempatkan sikat
pada posisi yang tepat dan menuntut gerak tangan atau lengan. Setelah ini, dapat
digunakan larutan disklosing dan diperlihatkan jumlah plak yang masih tersisa.
2. Prosedur yang sama juga harus dilakukan pada kunjungan berikut kira-kira 1 minggu
kemudian, dengan menggunakan discklosing plak untuk menunjukkan daerah-daerah
yang terlewatkan. Harus tetap diberikan penjelasan lebih lanjut, diperlukan waktu 3 -
4 kunjungan agar pasien benar-benar menguasai cara pengkontrolan plak. Tabel .
Faktor yang berkontribusi pada penilaian resiko karies
Selain mengedukasi mengenai cara pengkontrolan plak dengan sikat gigi, pasien juga
harus diingatkan bahwa penyebab karies adalah multifaktorial, sehingga diperlukan Kunjungan
pemeriksaan gigi yang berkala. Dokter gigi juga harus mampu melakukan Konseling Diet bagi
pasiennya, Pemanggilan berkala untuk penguatan ( Recall Reinfocement ) dan Test Aktivitas/
Resiko Karies. Test Resiko Karies dilakukan untuk mengetahui factor resiko apa yang dominan
pada pasien. Faktor yang berkontribusi pada Pemeriksaan Resiko Karies dapat dilihat pada
tabel. Pemeriksaan Faktor Resiko Karies dapat berupa pemeriksaan intra oral dengan melihat
banyaknya karies yang ada dan resiko karies yang akan datang dari anatomi gigi dengan pit dan
fissure yang dalam, adanya akar yang terekspos, atau pemakaian alat orthodontik. Perilaku
menjaga kebersihan gigi terlihat dari plak yang banyak pada permukaan gigi.Evaluasi pH
saliva melalui pengukuran pH saliva, laju aliran saliva dan pen ggunaan obat yang dapat
mempengaruhi sekresi saliva. Evaluasi Frekuensi ngemil diantara jam makan dan konsumsi
makanan manis. Evaluasi dengan kultur bakteri streptococcus mutan dan Lactobacilus juga
dapat dilakukan. Edukasi kepada Pasien sebaiknya dilakukan menurut dengan faktor resiko
yang ada pada pasien tersebut, sehingga rencana promotif dan preventif dapat tepat
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
KEBERSIHAN MULUT, SCALING, DAN POLISHING
14
PENDAHULUAN
Kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut merupakan hal yang penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan tubuh. Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum (Malik, 2008).
Kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi kulitas hidup, termasuk fungsi bicara,
pengunyahan, dan rasa percaya diri. Gangguan kesehatan mulut akan berdampak pada kinerja sesorang
(Putri dkk, 2012). Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain perilaku masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Kebersihan gigi dan mulut yang kurang akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan gigi
dan mulut. Sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan gigi dan mulut
adalah dengan mengukur status kebersihan gigi dan mulut.
Melalui pengukuran status kebersihan gigi dan mulut yang menggunakan indeks, maka akan
diketahui kondisi kesehatan gigi dan mulut seseorang. Selain itu juga dapat merencanakan tindakan
selanjutnya yang diperlukan dalam mencegah berkembangnya gangguan kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan hal di atas, maka sngat perlu pemahaman mengenai cara pengukuran kebersihan
gigi dan mulut dengan menggunakan indeks. Selain itu juga perlu pengetahuan dan pemahaman
tentang bagaimana cara melakukan tindakan scaling untuk menghilangkan plak, kalkulus, serta
kotoran lainnya yang ada di dalam rongga mulut.

PEMBAHASAN
A. Kebersihan Mulut
Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks Oral Hygiene
Index Simplified (OHI-S), aslinya adalah Oral Hygiene Index (OHI) dari Greene dan Vermiliion
(1960). Indeks ini menilai kebersihan mulut individu atau grup secara kuantitatif. Semenjak
diperkenalkan, indeks ini dikatakan sebagai indeks yang sensitif dan mempunyai metode sederhana
untuk menilai kebersihan mulut. Indeks ini juga telah dibuktikan sebagai alat yang berguna dalam
epidemiologi dental serta evaluasi program kesehatan gigi (Sriyono, 2011).
Meskipun sensitif, sederhana dan berguna, tetapi pemakai OHI tetap memerlukan kecermatan
yang lebih untuk membuat keputusan-keputusan serta memerlukan waktu yang lama untuk menilai
dan menarik kesimpulan kebersihan mulut individu atau grup. Maka dari itu, diusahakan untuk
mengembangkan indeks lain yang sensitif yang setara dengan OHI, untuk mengurangi waktu
pemeriksaan tetapi tetap cermat untuk membuat keputusan dalam menilai kebersihan mulut
individu atau grup (Sriyono, 2011).
Berdasarkan trial dan error, dikembangkan indeks lain oleh Greene dan Vermillion (1964),
yang dinamakan The Simplified Oral Hygiene Index atau Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)
dari Greene dan Vermillion. Menurut Sriyono (2011), perbedaan dan persamaan OHI-S dengan
OHI yang original adalah:
1. Jumlah gigi yang diperiksa untuk OHI 12 buah, menjadi 6 buah untuk OHIS.

15
2. Metode memilih permukaan gigi untuk dinilai berbeda, dan nilai yang sama dapat dicapai
berbeda.
3. Sama-sama mempunyai 2 komponen yang dinilai yaitu debris dan kalkulus.
4. Kriteria yang digunakan untuk menilai permukaan sama.
Pemeriksaan OHI-S dilakukan dengan menggunakan gigi indeks. Menurut Depkes RI (1995),
gigi indeks yang digunakan dalam pemeriksaan OHI-S adalah:
- Rahang atas : Gigi 6 kanan dan kiri permukaan bukal
Gigi 1 kanan permukaan labial
- Rahang bawah : Gigi 6 kanan dan kiri permukaan lingual
Gigi 1 kiri permukaan labial
Ketentuan dan kriterian gigi indeks OHI-S (Sriyono, 2011):
- Gigi tetap
- Hanya gigi yang sudah erupsi penuh yang diperiksa.
- Gigi asli dengan restorasi full crown tidak digunakan sebagai gigi indeks.
- Permukaan gigi yang berkurang tingginya karena karies atau trauma tidak digunakan sebagai
gigi indeks.
- Paling tidak, sedikitnya ada 2 dari 6 gigi indeks yang diperiksa untuk tiap individu.
- Menurut Depkes RI (1995), bila gigi-gigi indeks tidak ada maka yang diperiksa adalah gigi
pengganti yang ada di sebelah mesial.
Nilai OHI-S diperoleh dengan menjumlahkan indeks debris dan indeks kalkulus (Depkes RI,
1995). Adapun criteria OHI-S menurut standar WHO adalah sebagai berikut:
- 0,0-1,2 = baik
- 1,3-3,0 = sedang
- 3,1-6,0 = buruk

1. Indeks Debris
Menurut Depkes RI (1995), debris index atau indeks debris adalah skor (nilai) dari
endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi indeks.

16
Kriteria penilaian indeks debris menurut Depkes RI (1995) adalah:
Kriteria Nilai
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan
0
tidak ada pewarnaan ekstrinsik
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang
menutupi permukaan gigi seluas sepertiga permukaan atau
kurang dari sepertiga permukaan gingival
1
Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris yang lunak,
akan tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi gigi
sebagian atau seluruhnya
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang
menutupi permukaan tersebut, seluas lebih dari sepertiga, tetapi 2
kurang dari tepi gingiva/gusi
Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi
permukaan tersebut seluas lebih dari dua pertiga permukaan gigi 3
dari tepi

Cara pemeriksaan:

Gambar 1. Cara pemeriksaan indeks debris


Keterangan:
a. Pemeriksaan dimulai dari bagian A3, jika terdapat debris pada sonde diberi skor 3.
b. Jika bagian A3 bersih pindahlah ke A2, jika terdapat debris diberi skor 2.
c. Jika bagian A2 bersih pindahlah ke A1, jika terdapat debris dieri skor 1.
d. Jika bagian A1 bersih, maka diberi nilai 0
Indeks debris dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah nilai debris


DI = Jumlah gigi yang diperiksa 17
2. Indeks Kalkulus
Menurut Herijulianti (2001), indeks kalkulus adalah skor atau nilai dari endapan keras
yang terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi. Kalkulus merupakan
suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi
dan objek solid lainnya di dalam rongga mulut (Putri dkk, 2012). Kalkulus terbagi menjadi 2
jenis yaitu:
a. Kalkulus supragingiva
Merupakan kalkulus yang elekat erat pada permukaan mahkota gigi ulai dari puncak gingival
margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-kuningan, konsistensinya
keras seperti batu tanah liat dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler (Putri
dkk, 2012).
b. Kalkulus subgingiva
Merupakan kalkulus yang berada di bawah batas gingival margin, biasanya pada daerah saku
gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk menentukan lokasi dan
perluasannya harus dilakukan probing. Biasanya kalkulus ini berwarna coklat tua atau hijau
kehitam-hitaman dan melekat erat ke permukaan gigi (Putri dkk, 2012).

Kriteria penilaian indeks kalkulus menurut Depkes RI (1995):


Kriteria Nilai
Tidak ada karang gigi 0
Pada permukaan gigi yang ada karang gigi supra gingival
yang menutupi gigi tidak lebih dari sepertiga permukaan dari 1
tepi gusi.
Pada pemukaan gigi yang terlihat ada karang supragingiva,
kurang dari dua pertiga permukaan dari tepi gingiva.
2
Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi
subgingiva .

18
Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi
supragingiva yang menutupi permukaan gigi lebih dari dua
pertiga permukaan dari tepi gingiva. 3
Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingiva yang
menutupi dan melingkari seluruh bagian servikal.

Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan dimulai dari bagian incisal gig dan untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Penilaian indeks kalkulus

Keterangan:
(1)Permukaan gigi bersih, nilai = 0
(2)Kurang dari sepertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi) tertutup dengan karang gigi,
nilai = 1
(3)Lebih dari sepertiga tetapi kurang dari dua pertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi)
tertutup dengan karang gigi, nilai = 2
(4)Lebih dari dua pertiga permukaan gigi (dihitung dari batas gusi) tertutup dengan karang gigi,
nilai =3
(5) Permukaan gigi bersih tetapi pada bagian servikal ada bercak-bercak karang gigi, nilai = 2
(6)Permukaan gigi bersih tetapi pada bagian servikal karang gigi yang melingkari gigi seperti
sebuah pita, nilai = 3
Indeks kalkulus dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah nilai kalkulus


CI = Jumlah gigi yang diperiksa

3. Etiologi dan Mekanisme Terjadinya Kalkulus


19
Pembentukan kalkulus dapat terjadi akibat kebersihan rongga mulut yang buruk. Dengan
buruknya pemeliharaan kebersihan rongga mulut ini akan mengakibatkan bakteri bertumbuh
dengan baik di dalam rongga mulut sehingga memudahkan proses terjadinya plak yang
kemudian akan termineralisasi menjadi kalkulus (Herijulianti, 2001).
Kalkulus terbentuk dari plak gigi yang mengeras pada gigi dan menetap dalam waktu yang
lama. Proses terjadinya kalkulus mencakup pengikatan ion-ion kalsium ke senyawa karbohidrat-
protein dari matriks organik, dan pengendapan kristal-kristal garam kalsium fosfat. Kristal
terbentuk pertama sekali pada matriks interseluler dan pada permukaan bakteri, dan akhirnya di
antara bakteri .
Saliva merupakan sumber mineralisasi untuk kalkulus supragingiva, dimana serum
transudat yang disebut cairan gingival crevicular menyediakan kalsium untuk kalkulus
subgingiva. Plak memiliki kemampuan untuk mengkonsentrasikan kalsium 2-20 kali level yang
ada pada saliva. Kalsifikasi kalkulus dimulai sepanjang permukaan plak supragingival (dan pada
komponen melekat dari plak supragingiva) yang berbatasan dengan gigi membentuk fokus-fokus
yang terpisah. Fokus-fokus tersebut kemudian membesar dan menyatu membentuk massa
kalkulus yang padat. Kalkulus dibentuk lapis demi lapis, dimana setiap lapis sering dipisahkan
oleh kutikula yang tipis yang kemudian tertanam dalam kalkulus dengan berlangsungnya
kalsifikasi (Newman, 2006).

B. Scaling dan Polishing


Skeling (scaling) adalah proses menghilangkan kalkulus dan plak dari permukaan gigi, baik
supragingiva maupun subgingiva (Putri, dkk, 2012). Menghilangkan kalkulus dan plak yang berada
koronal dari krista tepi gingiva dinamakan pensklerean supragingival, sedangkan menghilangkan
kalkulus dan plak yang berada apikal dari krista tepi gingiva dinamakan penskeleran subgingival.
Tujuan utama scaling adalah untuk mengembalikan kesehatan gingiva dengan jalan
menghilangkan semua elemen yang menyebabkan radang gingiva dari permukaan gigi, seperti plak,
kalkulus dan sementum yang tercemar (Putri, dkk, 2012).
Adapun teknik-teknik scaling adalah sebagai berikut:
1. Skeling manual
Menurut Putri dkk (2012) alat yang digunakan untuk skeling manual terdiri dari:
a. Sickle scaler
Sickle scaler mempunyai bentuk seperti bulan sabit. Working end-nya mempunyai
permukaan yang datar dan dua sisi potong yang mengerucut dan membentuk sudut lancip

20
pada ujungnya. Sickle scaler digunakan untuk mengambil kalkulus supragingiva atau
subgingiva pada permukaan proksimal gigi anterior dan posterior.

Gambar 3. Sickle scaler


b. Kuret
Kuret adalah alat yang mempunyai bentuk seperti sendok dan digunakan untuk
mengambil kalkulus subgingiva, menghaluskan permukaan akar dari jaringan sementum yang
nekrotik, dan mengkuret jaringan lunak nekrotik pada dinding poket. Kuret mempunyai dua
sisi potong yang bertemu pada ujung alat dengan bentuk membulat.
Ada dua jenis dasar kuret, yaitu kuret universal dan kuret area spesifik (Gracey). Kuret
universal memiliki sisi potong yang dapat dimasukkan pada sebagian besar area gigi geligi
dengan cara mengubah dan mengadaptasikan jari-jari, fulkrum, dan posisi tangan operator.
Kuret Gracey adalah satu set kuret yang terdiri dari beberapa instrumen yang didesain dan
diberi lekukan untuk dapat beradaptasi pada area anatomis tertentu pada gigi geligi.
Kuret Gracey terdiri dari berbagai nomor yaitu:
Gracey 1-2 dan 3-4 : gigi anterior
Gracey 5-6 : gigi anterior dan premolar
Gracey 7-8 dan 9-10 : gigi posterior bagian bukal dan lingual
Gracey 11-12 : gigi posterior bagian mesial
Gracey 13-14 : gigi posterior bagian distal.

Gambar 4. Kuret universal

21
Gambar 5. Kuret Gracey

Gambar 6. Perbedaan antara sisi potong kuret universal dan kuret gracey, A kuret universal
lurus, B kuret gracey melengkung
c. Hoe scaler
Merupakan skeler yang mempunyai bentuk seperti cangkul. Digunakan untuk
meratakan dan menghaluskan permukaan akar sehingga bebas dari sisa-sisa kalkulus.

Gambar 7. Hoe scaler


d. File scaler
File scaler mempunyai bentuk seperti kikir. Fungsi utamanya dalah untuk
menghancurkan kalkulus yang besar. File scaler dapat menyebabkan permukaan akar menjadi
kasar jika penggunaanya tidak tepat. Dengan demikian, alat ini tidak tepat digunakan untuk
melakukan skaling yang halus atau menghaluskan permukaan akar.

22
Gambar 8. File scaler
e. Chisel scaler
Chisel scaler didesain untuk bagian proksimal gigi-gigi anterior. Skeler ini mempunyai
bentuk seperti pahat.

Gambar 9. Chisel scaler

Menurut Putri (2012) teknik skeling manual supragingiva adalah sebagai berikut:
a. Alat dipegang dengan teknik modified pen grasp.
b. Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lainnya.
c. Sisi pemotong dari mata pisau alat ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus lalu mata pisau
diadaptasikan dengan baik ke permukaan gigi dengan membentuk angulasi 45 -90°.
d. Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian sapuan penskeleran yang pendek,
bertumpang tindih ke koronal dalam arah vertikal atau oblik. Tekanan lateral berangsur-
angsur dikurangi sampai sedang, sampai secara visual dan sensasi taktil permukaan gigi
terbebas dari kalkulus.
Sedangkan teknik skeling manual subgingiva adalah:
a. Alat dipegang dengan teknik modified pen grasp.
b. Sandaran jari yang kokoh dilakukan pada gigi tetangga atau tempat bertumpu lainnya.
c. Pilih sisi pemotong mana yang sesuai.
d. Sisi pemotong diadaptasi ke permukaan gigi dengan angulasi 0°, diselipkan dengan hati-hati
ke epitel penyatu.

23
e. Setelah sisi pemotong mencapai dasar saku dibentuk angulasi 45°-90°. Dengan tekanan lateral
yang kuat, dilakukan serangkaian sapuan skeling yang pendek secara terkontrol, bertumpang
tindih dalam arah vertikal dan oblik.
f. Instrumentasi dianjurkan dengan serangkaian sapuan penyerutan akar yang panjang
bertumpang tindih dimulai dengan tekanan lateral sedang dan diakhiri dengan tekanan lateral
ringan.
g. Instrumentasi pada permukaan proksimal di bawah daerah kontak harus dilakukan dengan
cara mengatur bagian bawah kuret sejajar dengan aksis gigi.
2. Skeling ultrasonik
Menurut Newman et al (2012), skeling ultrasonik memiliki indikasi dan kontraindikasi sebagai
berikut:
a. Indikasi
1) Menghilangkan kalkulus supragingiva dan stain extrinsic.
2) Menghilangkan kalkulus subgingiva, oral biofilm, dan permukaan akar.
3) Menghilangkan sisa semen ortodontik.
4) Untuk intervensi bedah.
5) Menghilangkan tambalan amalgam yang berlebih.
b. Kontraindikasi
1) Pasien dengan gangguan paru-paru kronis, seperti asma, emphysema, pneumonia.
2) Pasien dengan gangguan kardiovaskular.
3) Pasien dengan kesulitan menelan (dysphagia).
Menurut Newman et al (2012), keuntungan penggunaan skaler ultrasonik adalah:
1) Meningkatkan efisiensi
2) Permukaan tip yang bervariasi sehingga mampu menghilangkan deposit.
3) Tidak membutuhkan penajaman.
4) Mengurangi terjadinya kemungkinan cidera yang berulang.
5) Mengurangi tekanan lateral.
6) Dilengkapi dengan fungsi irigasi.

24
Gambar 10. Ultrasonic scaler
Skeling dengan menggunakan skeler ultrasonik/sonik dilakukan sebagai berikut :
a. Alat diatur sedemikian rupa sehingga semburan air cukup memadai dan vibrasi tidak melebihi
yang dibutuhkan untuk penyingkiran kalkulus.
b. Instrumen dipegang dengan teknik modified pen grasp.
c. Sandaran jari dibuat sebagai mana pada penskeleran manual
d. Alat dihidupkan dengan menginjak pedal kaki atau menyetel pada hand-piece, tergantung tipe
alatnya
e. Tip atau ujung alat yang telah bergetar digerakkan dengan sapuan vertikal pendek-pendek
dengan tekanan ringan melintasi deposit yang hendak disingkirkan. Tekanan latera1 yang kuat
tidak dibutuhkan. karena yang melepaskan deposit adalah vibrasi dari alat.
f. Tip harus senantiasa bergerak, dan bagian ujungnya tidak boleh diarahkan tegak lurus ke
permukaan gigi untuk menghindari terjadinya guratan-guratan pada permukaan gigi.

Setelah scalling selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah polishing. Alat poles adalah
alat yang dipergunakan untuk memoles permukaan gigi yang telah dilakukan skeling. Tujuan
polishing adalah untuk mendapatkan permukaan gigi yang betul-betul halus untuk mencegah
terbentuknya kalkulus kembali.
Macam-macam alat poles menurut Putri dkk (2012) yaitu:
1. Rubber cups
Rubber cups merupakan alat poles yang terbuat dari bahan karet berbrntuk seperti
mangkok. Rubber cups terpasang pada contra angle dan setiap kali setelah pemakaian harus
disterilkan. Pada penggunaannya dapat disertai pasta poles yang mengandung fluoride dan
usahakan tetap lembab untuk mengurangi panas yang terjadi ketika cups berputar. Lakukan
pemolesan tanpa tekanan karena penggunaan cups disertai bahan abarasif yang terlalu menekan
akan menghilangkan lapisan pelindung sementum, karena lapisan ini menipis di bagian servikal
gigi.

25
Gambar 11. Rubber cups
2. Bristle brush
Bristle brush tersedia dalam bentuk seperti roda dan seperti mangkok. Brush dipasang pada
contra angle dan digunakan dengan pasta poles. Karena bulunya kaku, penggunaan brush
terbatas pada mahkota untuk menghindari luka pada sementum dan gingiva.

Gambar 12. Bristle brush

3. Dental tape (pita poles)


Dental tape dengan pasta poles dipakai untuk memoles permukaan proksimal yang tidak
tercapai oleh alat poles lainnya. Pita dimasukkan ke daerah interproksimal dengan arah sejajar
dengan sumbu aksis gigi dan digerakkan dalam arah labio-lingual. Hindari menyebabkan luka
pada gingiva. Setelah dipoles, daerah tersebut dibersihkan dengan air hangat untuk
menghilangkan sisa-sisa bahan dan pasta.

26

Anda mungkin juga menyukai