Anda di halaman 1dari 15

 

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 

2.1   Alkaloid
  Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
  kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak
mengecualikan
  senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein,
nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan
 
sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara
 
biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini (Hersipa, 2011).

2.1.1 Sifat-sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki


lebih dari 1 atom N seperti pada Ergoramin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini
dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa
(tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya)
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan
titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid
yang berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang
kompleks species aromatik berwarna (contok beberin berwarna kungin dan
betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam
air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air. (Hersipa, 2011).

2.1.2 Sifat-sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya


pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh : gugus alkil, maka
ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
4
 
5
 

 
trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa
 
daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat
 
menarik elektron (contoj : gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron
berkurang
  dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau
  bahkan sedikit asam. Contoh : senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
 
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari
 
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah
 
isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung
  dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
(tartarat,sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah
dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam
bentuk garamnya (Hersipa, 2011).

2.1.3 Klasifikasi

Sistem klasifikasi menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai :


a) Alkaloid sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim
mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik.
b) Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan
asam amino tidak terdapat dalam cintin heterosiklik.Contoh : meskalin, ephedrin
dan N,N-dimetiltriptamin.
c) Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid biasanya bersifat basa. Ada uda seri alkaloid yang terpenting
yaitu alkaloid steroidal (contoh:konessin dan purin (kaffein)) (Hersipa, 2011).

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
6
 

 
2..2 Uraian Bahan Aktif
 
2.2.1 Pseudoefedrin Hidroklorida
 

 
OH
 
CH3
 

 
NH CH3
 
Pseudoephedrin
 
Gambar 2.1 Rumus struktur pseudoefedrin
(Sumber : Dongoran, 2011)

Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh dari Epedra sp dan
merupakan stereoisomer dari efedrin. Pseudoefedrin HCl mempunyai rumus
molekul = C10H15NO.HCl; BM = 201,70; pemerian ; hablur putih atau serbuk
putih, serbuk halus putih atau hampir putih, bau khas lemah; kelarutan sangat
mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam
kloroform; titik lebur 182,5°; pKa = 9,8.
Pseudoefedrin HCl adalah salah satu obat simpatomimetik yang bekerja
dengan cara langsung terhadap reseptor di otot polos dan jantung dan juga secara
tak langsung dapat membebaskan noradrenalin. Penggunaan utamanya adalah
bronkodilatasi kuat (2), sebagai dekongestan. Efek midriatikum dari obat ini
kurang merangsang dibandingkan dengan adrenalin. Waktu paruh plasmanya
adalah lebih kurang 7 jam. Obat ini banyak digunakan dalam sediaan kombinasi
untuk flu.
Salah satu analisa kualitatif dari efedrin dan derivatnya adalah reaksi Chen-
kao. Reaksi ini adalah reaksi dengan CuSO4 dan NaOH menghasilkan warna
ungu. Jika dikocok dengan eter, maka akan terbentuk dua lapisan berwarna.
Lapisan eter akan berwarna ungu dan lapisan air akan berwarna biru. Reaksi ini
adalah reaksi pembentukan kompleks antara Cu dengan turunan fenilalkilamin
yang mempunyai gugus amino dan gugus hidroksi. Selain menggunakan eter

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
7
 

 
dapat juga digunakan n-butanol yang akan menghasilkan warna ungu pada lapisan
 
n-butanol dan warna biru pada lapisan air.
 
Pseudoefedrin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa cara yaitu
spektrofotometeri
  ultraviolet pada panjang gelombang 257 nm, kromatografi gas
  dan kromatografi cair kinerja tinggi. Dapat juga ditetapkan kadarnya secara titrasi
bebas air karena mempunyai atom N yang bersifat basa (Dongoran, 2011).
 

 
2.2.2 Triprolidin Hidroklorida
 

Triprolidin
Gambar 2.2 Rumus struktur triprolidin
(Sumber : Dongoran, 2011)

Triprolidin HCl mempunyai rumus molekul = C19H22N2.HCl.H2O; berat


molekul = 332,87; pemerian : serbuk hablur putih, ringan, berbau tidak enak,
larutan bersifat basa terhadap lakmus, melebur pada suhu lebih kurang 115°C;
kelarutan : larut dalam air, dalam etanol dan dalam kloroform, tidak larut dalam
eter; pKa = 6,5
Triprolidin HCl adalah antihistamin yang bekerja dengan daya kuat. Bekerja
mengurangi efek histamin terhadap tubuh dengan cara menghambat reseptor
histamin. Mula kerjanya cepat dan bertahan lama. Dosis 1-10 mg dan diberikan
pada malam hari berhubung dengan efek sedatifnya. Waktu paruhnya 1,5 sampai
20 jam, tetapi rata-rata 5 jam.

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
8
 

 
Triprolidin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan beberapa metode antara
 
lain dengan spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang maksimum 290
 
nm, kromatografi cair kinerja tinggi, densitometri dan kromatografi gas.
Triprolidin
  juga dapat ditetapkan kadarnya secara titrasi bebas air karena
  mempunyai atom N yang bersifat basa (Dongoran, 2011).

 
2.3 KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
 
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa disebut dengan
 
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
 
tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi,
lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan (Bassett, 1994).
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian
(impurities); analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil);
penentuan molekul-molekul netral, pemisahan senyawa yang strukturnya hampir
sama; pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace element)
dalam jumlah banyak atau skala industri. KCKT merupakan motode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
(Bassett, 1994).
KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa
tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat dan protein-protein lainnya,
menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk-produk degradasi dalam
sediaan farmasi dan memurnikan senyawa dalam suatu campuran. Dalam bidang
farmasi, metode KCKT merupakan metode yang sangat populer untuk
menetapkan kadar senyawa obat baik dalam bentuk sediaan maupun dalam bentuk
sampel hayati. Hal ini disebabkan KCKT merupakan metode yang memberikan
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi.
Instrumen KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu:
wadah fasa, sistem penghantaran fasa gerak, alat untuk memasukkan sampel,

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
9
 

 
kolom, detektor, wadah penampung buangan fasa gerak, tabung penghubung dan
 
suatu komputer atau integrator atau perekam.
 

  Wadah fasa gerak


  Filter
Kecepatan alir
 
Tempat Injeksi
 

  Pompa & sistem gradien Kolom Perekam Data


 
Detektor Pemroses data
Gambar 2.3 Diagram blok sistem KCKT secara umum
(Sumber: Ghanjar, 2010)

Keterbatasan KCKT adalah untuk identifikasi senyawa-senyawa, kecuali


jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya
adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit untuk
dicapai (Ghanjar, 2010).

2.3.1 Instrumentasi KCKT

Adapun instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri dari :


1. Wadah fasa gerak dan sistem fase gerak.
2. Pompa.
3. Injektor.
4. Kolom.
5. Detektor.
KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan untuk
analisis kualitatif maupun kuantitatif (Pramita, 2011).
1. Wadah Fasa Gerak dan Fasa Gerak.
Wadah fasa gerak harus bersih dan lembam. Wadah ini biasanya dapat
menampung fasa gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fasa gerak atau eluen
biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur secara keseluruhan

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
10
 

 
berperan dalam daya elusi dan resolusi. Fasa gerak sebelum digunakan harus
 
disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil. Selain itu,
 
adanya gas dalam fasa gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan
berkumpul
  dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
  mengacaukan analisis.
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap
 
selama elusi) atau dengan cara bergradien yaitu komposisi fase gerak berubah-
 
ubah selama elusi.
2.   Pompa
  Pompa yang cocok untuk KCKT mempunyai beberapa kriteria sebagaimana
syarat wadah fase gerak yaitu harus tahan terhadap fasa gerak, biasanya terbuat
dari gelas, baja tahan karat, teflon dan batu nilam. Pompa juga harus mampu
menghasilkan tekanan sampai 5000-6000 psi pada kecepatan alir sampai 3
ml/menit, sedangkan jika untuk skala preparatif perlu kecepatan alir sampai 20
ml/menit, dengan menghantarkan lairan pelarut yang tetap dan terulangkan
kedalam kolom.
3. Injektor
Sampel-sampel cair atau larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik atau injektor yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon
yang dilengkapi dalam keluk sampel. Ada tiga macam sistem injektor pada KCKT
yaitu : a. Injektor dengan memakai diafragma (septum)
b. Injektor tanpa septum
c. injektor dengan pipa dosis.
4. Kolom
Keberhasilan atau kegagalan suatu analisis tergantung pada pemilihan
kolom dan kondisi kerjanya yang tepat. Kolom pada KCKT merupakan bagian
yang terpenting, sebab sebagai separasi komponen-komponen sampel yang akan
terjadi didalam kolom. Kolom akan menjadi penentu keberhasilan pemisahan
komponen-komponen sampel serta hasil akhir dari suatu analisis. Dianjurkan

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
11
 

 
untuk memasang penyaring 2 m dijalur antara penyuntik dan kolom untuk
 
menahan partikel yang dibawa fase gerak dan memperpanjang umur kolom.
 
Dilihat dari jenis fase diam dan fase geraknya maka kolom pada KCKT
dapat
  dibedakan atas:

  1. Kolom fase normal

 
Kolom dengan fase diamnya normal bersifat polar, misalnya silika
gel, sedangkan fase gerak bersifat non polar.
 
2. Kolom fase terbalik
  Kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase
  geraknya bersifat polar, kebalikan dari kolom fase normal.
5. Detektor
Detektor diperlukan sebagai pengukur adanya komponen cuplikan didalam
eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik, sangat peka, tidak
banyak berderu, rentang tanggapan liniernya lebar dan menanggapi semua jenis
senyawa. Detektor dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Detektor universal yaitu detektor yang mampu mendeteksi zat
secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif
seperti detektor indeks bias dan spektrofotometri massa.
2. Detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif, seperti detekto UV-Vis, detektor fluoresensi
dan elektrokimia (Pramita, 2011).

2.4 Stabilitas

Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin. Studi stabilitas


preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa kondisi
penanganan: formulasi, penyimpanan dan pemberian in vivo.
Pengaruh pH terhadap faktor stabilitas sangat penting dalam pengembangan
produk. Baik untuk sediaan oral maupun parenteral. Obat peka asam yang akan
diberikan secara oral maupun dilindungi dari suasana sangat asam seperti asam
lambung. Pemilihan dapar untuk sediaan parenteral didasarkan pada pertimbangan
stabilitas. Cara sterilisasi sediaan parenteral bergantung pada stabilitas terhadap
Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
12
 

 
suhu. Zat dengan stabilitas terbatas terhadap suhu tinggi harus disterilkan dengan
 
cara lain selain otoklaf( misalnya penyaringan dan sterilisasi gas).
 
Evaluasi terhadap stabilitas kimia penting sekali dilakukan. caranya adalah
mengembangkan
  cara penentuan yang spesifik untuk bahan obat dan hasil
  uraiannya. Untuk tujuan spesifik dan kuantitatif digunakan metode HPLC (cara
umum di Farmakope kromatografi cair tingkat tinggi) (Syahputri, 2005).
 

 
2.4.1 Penguraian Kimia dalam Larutan Air
 
Stabilitas kimia obat dalam air untuk sediaan oral dan parenteral dengan
 
pelarut air perlu diketahui. Untuk sediaan oral-padat penting sekali mengelusidasi
mekanisme penguraian dan identitas hasil uraian. Reaksi penguraian yang penting
meliputi hidrolisis, oksidasi dan fotolisis.
1) Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses penguraian yang sering ditemukan dalam formulasi
obat. Reaksi yang terjadi pada ester, lakton, laktam, amida, imida dan oksim.
Dari segi kinetika, reaksi hidrolisis adalah orde dua akibat kecepatan
proporsional terhadap konsentrasi kedua reaktan, yaitu bahan obat dan air. Dalam
larutan air, dimana air berada dalam jumlah berlebih konsentrasi air dapat
dianggap tetap, reaksi berlangsung sebagai orde satu. Kecepatan hidrolisis dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen atau hidroksida apabila proses
hidrolitik bergantung pada pH.
Suatu obat yang mudah terurai dalam air dapat menimbulkan masalah
ketidakstabilan dalam sediaan oral dengan pelarut air. Contoh klasik adalah
sediaan sirup multivitamin.
2) Oksidasi
Penguraian oksidatif penting pula dalam evaluasi awal stabilitas. Senyawa
seperti fenol amin aromatik, aldehida, eter dan senyawa alifatik tdak jenuh, segera
beraksi dengan oksigen dari atmosfer. Proses ini sering dinyatakan sebagai
otooksidasi.

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
13
 

 
Penguraian degradatif dapat dicegah dengan menghilangkan oksigen
 
dengan cara mengisi/mengaliri bagian permukaan atas kemasan dengan gas
 
nitrogen (inert) (head space).
3)   Fotolisis
  Cahaya dapat menyebabkan penguraian (fotolisis) yang berarti pada bahan
obat. Sebagai contoh : riboflavin, natrium prusida, nifedipin, steroid,
 
klorpromazin, hidroklorotiazida, cefotaxin dan lain sebagainya.
 
Reaksi fotolisis biasanya terkait dengan oksidasi karena reaksi ini sering
 
diawali oleh cahaya. Bagaimana pun, reaksi fotolisis tidak terbatas hanya pada
  oksidasi (Agoes, 2008).

2.4.2 Faktor-faktor Penting dalam Stabilitas

Faktor-faktor terpenting yang dapat memengaruhi tingkat dan kecepatan


penurunan mutu produk obat adalah sebagai berikut.
a) Faktor lingkungan seperti panas, kelembaban, cahaya, oksigen dan
berbagai bentuk lain perubahan dan tekanan fisik )sebagai contoh,
getaran atau pembekuan
b) Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk seperti sifat fisika,
kimia, bentuk sediaan, komposisi, proses pembuatan dan sifat wadah
atau kemasan lainnya.
Semua faktor tersebut harus dipertimbangkan pada saat menentukan masa edar
produk. Stabilitas produk jadi sangat tergantung pada stabilitas bahan-bahan obat
yang terkandung di dalamnya. Pada waktu yang sama perlu diketahui bahwa
formulasi dan kemasan dapat menimbulkan pengaruh negatif atau positif pada
stabilitas zat aktif (Agoes, 2008).

2.5 Sediaan Liquid Oral

Dalam bahasa sediaan farmasi, larutan oral dikasifikasikan berdasarkan


sifat fisika, cara pembuatan, penggunaan dan tipe komponen formulasi sebagai
berikut: (Agoes, 2008)

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
14
 

 
Tabel 2.1 Klasifikasi sediaan liquid oral
Tipe
  Deskripsi
Sirup Larutan mengandung konsentrasi tinggi sukrosa dan gula lain
 
Eliksir Larutan mengandung pemanis mengandung alkohol sebagai
 
konsolven
 
Spirit Larutan hidroalkoholik dari bahan aromatik atau mudah
  menguap (volatil)
Air  Aromatik Larutan air bahan aromatik mudah menguap.
Tinktura Larutan alkoholik dibuat dari tanaman, atau bahan kimia
 
dengan cara disolusi atau ekstraksi.
Ekstrak cair Larutan alkoholik pekat dari obat asal hewan atau tanaman
dibuat dengan menghilangkan konstituen aktif secara ekstraksi.
(Sumber : Agoes, 2008)

2.5.1 Sirup

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan
atau tanpa bahan penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup merupakan alat
yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang
rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena
rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada nak-anak untuk
meminum obat.
Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai
pembawa yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian,
baik dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula
standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau
bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu
dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti
sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik dan
bahan-bahan lain yang diperlukan dan diinginkan.

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
15
 

 
Jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup-sirup obat yang sering
 
ditemukan adalah antitusif dan antihistamin. Ini tidak berarti bahwa jenis obat-
 
obat lainnya tidak ada yang diformula menjadi sirup, tentu saja banyak macam
zat-zait
  obat dapat ditemukan dalam bentuk sirup dalam compendia resmi dan
  diantara produk-produk dagang yang banyak. Sirup (Sirupi) adalah merupakan
larutan jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol,
 
Polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnya
 
kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa
  sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer,
dalam
  merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi dan bakteri (Pramita, 2011).
Ada tiga macam sirup yaitu :
1) Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
2) Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3) Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi dan
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa
tidak enak dan bau obat yang tidak enak (Pramita, 2011).

2.5.2 Komponen Sirup

Sebagian besar sirup mengandung komponen-komponen berikut disamping


air murni dan semua zat-zat obat yang ada:
1) Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk
memberi rasa manis dan kental.
2) Pengawet antimikroba.
3) Pemberi rasa.
4) Pewarna (Pramita, 2011).

2.5.3 Aplikasi Sediaan Liquid Oral

Pengembangan sediaan berbentuk cairan dilakukan karena beberapa alasan,


diantaranya kesulitan pasien untuk menelan tablet-kapsul dan memudahkan

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
16
 

 
pemberian obat untuk bayi, anak dan pasien lanjut usisa. Dosis lebih mudah diatur
 
dalam bentuk dosis-fraksional dengan pengenceran sesuai kebutuhan pasien.
 
Ekstrak mengeliminasi kebutuhan untuk mengisolasi obat dalam bentuk murni
dan  memungkinkan pemberian beberapa komponen dari satu sumber (misal,
  ekstrak pankreas), serta memungkinkan untuk melakukan studi pendahuluan obat
dari sumber alam.
 
Beberapa obat serbuk yang mencair atau bersifat higroskopik lebih mudah
 
diberikan dalam bentuk cair. Beberapa obat yang tidak dapat toleransi dalam
 
konsentrasi pekat akan kurang merangsang jika dilarutkan dalam bentuk larutan
  yang menyenangkan. Sering larutan obat seperti kalium klorida digunakan untuk
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki disalur cerna.
Karena obat diabsorpsi dalam bentuk terlarut, kecepatan absorpsi sediaan
oral menurut urutan berikut (menurun): larutan air > suspensi air > tablet atau
kapsul. Obat yang diberikan dalam bentuk larutan akan segera diabsorpsi dari
salur cerna, dan lebih cepat serta lebih efisien diabsorpsi dalam jumpah yang sama
dengan yang diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul (Agoes, 2008).

2.5.4 Stabilitas

Pada umumnya obat kurang stabil bila berada dalam media cair daripada
sediaan padat. Sediaan likuid oral, komposisinya lebih kompleks daripada sediaan
parenteral. Oleh karena itu, kemungkinan interaksi akan lebih banyak dan hal ini
akan mempengaruhi stabilitas produk. Stabilitas produk juga kemungkinan
dipengaruhi oleh eksipien, seperti pewarna, flavor, pengawet, pengental dan bahan
pemanis (Agoes, 2008).

2.5.4.1 Stabilitas Kimia

Dalam mengembangkan formulasi, perlu tersedia data profil pH-kelarutan


dan profil stabilitas zat aktif, agar dapat dipilih pH optimal untuk memformulasi
sediaan cair oral.

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
17
 

 
Pada aktivasi energi rendah, kebanyakan reaksi yang terjadi adalah oksidatif
 
atau fotolisis. Pada intermediate sering mengalami dehidrasi atau solvolisis,
 
sedangkan energi aktivasi tinggi terkait dengan transformasi polimorfisme dan
pirolisis
  (Agoes, 2008)
 
2.5.4.2 Stabilitas Fisika
 

  Ketidakstabilan fisika formulasi cairan meliputi pembentukan endapan,


transformasi polimorfisme, daya kelarutan kurang, adsorpsi obat pada permukaan
 
kontener, pertumbuhan mikroba dan perubahan penampilan produk.
 
Aseptabilitas produk merupakan evaluasi subjektif, seperti warna, bau,rasa
dan kejernihan. Stabilitas warna bergantung pada eksipien yang digunakan misal
FD & C Blue memucat dengan cepat akibat keberadaan gula (sorbitol, manitol,
dekstrose, sukrosa dan laktosa).
Pengawet terikat pada makro molekul, tersolubilisasi miselar pada surfaktan
sehingga mengurangi bentuk bebas yang aktif/efektif sebagai pengawet (Agoes,
2008).

2.6 Peta Kendali

Peta kendali (control chart) merupakan bagan atau grafik garis yang
menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu sehingga dengan pencantuman
batas maksimum dan minimun yang merupakan batas daerah pengendalian, dapat
diketahui apakah data yang ada masih dalam batas pengendalian atau tidak.
Grafik tersebut menunjukkan perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi
tidak menunjukkan penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan
akan terlihat pada grafik tersebut.
Tujuan membuat peta pengendalian secara rutin adalah untuk mengetahui
secepatnya jika terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam suatu proses
(misalnya proses produksi), sehingga dapat segera dicari penyebabnya dan segera
dicarikan pemecahannya sebelum persoalan semakin parah yang dapat
menyebabkan kerugian yang lebih besar (Mutiara, 2004).

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 
18
 

 
Peta kendali yang sangat bermanfaat untuk proses di industri kimia adalah
 
peta kendali X dan R unit individual. Banyak keadaan yang menggunakan ukuran
 
sampel n=1 untuk pengendalian proses ini sering kali terjadi apabila digunakan
teknologi
  pemeriksaan dan pengukuran otomatis dan setiap unit yang diproduksi
  diperiksa. Ini juga terjadi apabila tingkat produksi terlalu lamban untuk dapat
menggunakan ukuran sampel n>1 dengan enak, atau apabila pengukuran-
 
pengukuran berulang hanya berbeda karena kesalahan laboratorium atau analisis,
 
seperti dalam banyak proses kimia. Dalam hal seperti ini, grafik pengendali unit
 
individual akan berguna. Prosedur pengendaliannya menggunakan rentang
  bergerak dua observasi yang bertuntunan guna menaksir variabilitas proses.
Mungkin juga akan membentuk grafik pengendalian rentang bergerak dua
observasi bertuntunan (Mountgomery, 1993).

Pengaruh Suhu dan Waktu Penyimpanan Terhadap Stabilitas Triprolidin HCl dan Pseudoephedrin
HCl Dalam Sediaan Sirup Obat Flu
 

Anda mungkin juga menyukai