Anda di halaman 1dari 20

Deskripsi Proses Unit CD&L

Un
scr

CD

GP
De

to
oc
es
Pr

ip

it
n
s

-
CD&L terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu Crude Distiller-VI (CD-VI), High
Vacuum Unit (HVU), Riser - Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU), dan Light End Unit.

DESKRIPSI PROSES UNIT CD-VI

CD-VI ini digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang berasal dari
Ramba, berdasarkan destlasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD VI ini adalah
15.000 barrel per calendar day (15 MBCD). Di dalam unit CD-VI terdapat sub-unit
Redistiller III/IV. Redistiller III/IV ini digunakan untuk mengolah ulang produk minyak
yang tdak memenuhi spesifikasi. Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah
minyak mentah Sumatera Light Crude (SLC). Namun pada saat ini unit Redistiller III/IV
telah idle, karena efisiensinya rendah dalam memproses (sebagai pemisah tahap
lanjut) produk dari CD-VI. Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak
yang terbuang atau tdak memenuhi spesifikasi. Produk yang dihasilkan adalah
naphtha, kerosene, ADO, long residue, dan off-gas.

Proses diawali dengan memompakan crude menggunakan pompa 1 A/B/C menuju


furnace. Sebelumnya, crude telah dipanaskan menggunakan heat exchanger dengan
memanfaatkan panas dari produk dari CD-VI itu sendiri. Serangkaian heat exchanger
yang digunakan adalah E-3 (memanfaatkan panas dari overhead partial condensor),
E-6 (memanfaatkan panas dari kerosene), E-7 (memanfaatkan panas dari diesel oil)
serta E-9 (memanfaatkan panas dari long residue).

Setelah mengalami pemanasan pada pre-heater, crude kemudian dimasukkan ke


dalam fresh feed accumulator (D-2). Crude dipanaskan kembali pada furnace, dengan
pengaturan temperature tube skin antara 680-690 oC, yang diharapkan akan
menghasilkan COT sebesar 275-280 oC.
Dari furnace, minyak panas kemudian dimasukkan ke tray kedua dari kolom T-1. Pada
kolom ini terjadi proses penguapan fraksi ringan dari minyak mentah. Uap fraksi
ringan yang terbentuk mengalir melalui tray-tray yang ada (tpe tray yang digunakan
adalah bubble cap) dan keluar sebagai top product (C12-). Sebelum dimasukkan ke
Un
scr

CD

GP
De

to
oc
es
Pr

ip

it
n
s

-
kolom T-2, hot vapor ini telah dimanfaatkan terlebih dahulu untuk memanaskan feed
(E-2). Produk bawah (C25+) yang dihasilkan kolom ini adalah long residue yang
sebagian akan diumpankan ke unit RFCC dan sisanya ditampung dalam tangki. Selain
kedua produk tersebut, kolom ini juga menghasilkan produk side stream (C12-C16)
yang dikeluarkan dari tray ke-8. Produk ini adalah diesel oil yang setelah ditarik keluar
akan dimasukkan ke kolom stripper (D-3). Uap yang dihasilkan kolom D-3 dimasukkan
kembali ke kolom T-1, sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai diesel oil dengan
terlebih dahulu didinginkan di ADO exchanger (E-6) dan FF exchanger (E-5). Untuk
mencegah agar overhead condenser dan distillate drum tdak mengalami overheat
dan korosi akibat adanya air dan larutan asam maka diinjeksikan ammonia ke dalam
aliran overhead condenser.

Produk atas (C12-) kolom T-1 yang telah didinginkan dimasukkan ke tray ke-4 dari
kolom T-2. Setelah terjadi penguapan, uap yang keluar dari bagian atas kolom ini
dimanfaatkan untuk memanaskan umpan (E-3). Produk atas (C8-) kolom T-2 ini
kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler box (dengan media pendingin air)
untuk kemudian dimasukkan ke distiller drum (D-4). Dari bagian atas drum D-4
dihasilkan gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas dari furnace HVU. Produk middle
distllate dari kolom T-2 menjadi produk LKD (dari keluaran tray nomor 7, kemudian
didinginkan menggunakan cooling water dan menuju D-5. Uap yang dihasilkan kolom
D-5 dimasukkan kembali ke kolom T-1, sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai
LKD. Dari bagian bawah, dihasilkan cairan yang sebagian dikeluarkan sebagai naphtha
(C6-C8), sedangkan sisanya dimasukkan kembali ke kolom T-2. Produk bawah (C 9-C12)
yang dihasilkan kolom T-2 adalah kerosene. Sebagian dari kerosene yang dihasilkan ini
dimasukkan ke bagian atas kolom T-1 dan sisanya didinginkan di E-7 dan E-4 dan
dikirim ke tangki penampungan sebagai kerosene cair.
Unit CD-VI
Plant Test 2008 Aktual 2009
No Stream T/D % T/D %
1 Feed
Crude 1,565.3 1,624.8

2 Produk
Gas 21.1 1.6 43.1 2.7
Naphtha 255.4 19.0 274.6 16.9
LKD 59.7 4.4 78.5 4.8
HKD 171.6 12.8 142.9 8.8
ADO 228.9 17.1 286.6 17.6
Long Residue 605.1 45.1 799.1 49.2
TOTAL 1,341.8 100.0 1,624.8 100.0

DESKRIPSI PROSES UNIT HVU


HVU II yang digunakan di RU-III Plaju merupakan distlasi vakum dengan wet
system, yang menggunakan stripping steam untuk mempertajam pemisahan
produk vacuum gas oil-nya. Feed untuk unit ini adalah long residue dari CD II, III,
IV, V dan VI. Sebagai produk, diperoleh off gas, vacuum gas oil (LVGO, MVGO dan
HVGO) serta vacuum residue.
Kapasitas produksi HVU II adalah 54 MBSD, dengan produk sebagai berikut:
a. Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang digunakan sebagai
komponen motor gas.
b. Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan RFCCU.
c. Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).
Feed long residue dari CD II, III dan IV dialirkan menuju hot feed drum (V-61-001),
long residue dari CD V juga dialirkan menuju hot feed drum yang sama dimana
sebelumnya dilewatkan pada box cooler. Sedangkan untuk long residue dari CD
VI dapat langsung dialirkan menuju HVU sebagai feed. Long residue yang masuk
ke hot feed drum diharapkan dalam temperatur 140-145 oC, dengan tekanan di
0.2 kg/cm² pada saat normal operasi.

Proses diawali dengan memanaskan feed dengan menggunakan heat exchanger


(sebagai pre-heater), yang kemudian dipanaskan kembali di dalam furnace.
Beberapa heat exchanger yang digunakan sebagai pre-heater adalah E-14-006
A/B (HVGO exchanger), E-14-003 A/B/C (MVGO exchanger), E-14-010 A (vacuum
residue exchanger) dan E-14-009 A/B/C/D (vacuum residue exchanger).
Rangkaian heat exchanger ini diharapkan dapat menghasilkan feed untuk
furnace dengan CIT sebesar 262-270oC, serta untuk menekan penggunaan energi
pendinginan untuk produk dari HVU sendiri.

Feed dari pre-heater kemudian dipanaskan kembali di dalam furnace, yang


diharapkan akan meningkatkan temperatur feed hingga 360-380 oC. Furnace HVU
menggunakan tga macam fuel, yaitu fuel oil, fuel gas dan off gas (off gas ini
merupaan pemanfaatan dari HVU sendiri, dengan tujuan efisiensi produk off
gas). Parameter utama dari furnace HVU ini adalah temperature tube skin
(maximum 690 oC) dan COT menuju kolom vakum.

Heated feed dari furnace kemudian dialirkan menuju kolom vakum (C-14-001)
untuk dipisahkan menjadi produk-produk. Proses distlasi ini dilakukan pada
tekanan di bawah tekanan atmosfir (60-65 mmHg). Distlasi vakum ini
diharapkan dapat memisahkan produk dengan ttk didih yang lebih tnggi
dengan bantuan vacuum pressure.

Feed HVU dimasukkan pada flash zone dengan posisi tangensial, dengan harapan
pemisahan antara liquid dan vapor akan terjadi akibat adanya gaya sentrifugal
pada flash zone tersebut. Liquid akan menuju ke bawah setelah jatuh dari cap
pada tray. Sedangkan vapor akan bergerak ke atas setelah keluar dari tray cap.

Washing section, sebagai bagian utama dalam menghasilkan gasoil, terletak di


atas flash zone. Wash section bertujuan untuk mempertajam produk gasoil,
dengan melepaskan residu yang terperangkap pada vapor yang naik dari flash
zone. Kontrol utama pada bagian ini adalah concarbon level dan metal content,
karena menjadi racun pada katalis, karena peningkatan produk gasoil akan
memungkinkan peningkatan level concarbon dan metal sebagai akibat dari deep
cut operation.

Draw off diberlakukan untuk produk gasoil (LVGO, MVGO dan HVGO). LVGO
untuk refluks didinginkan oleh E-14-001, sedangkan sebagai produk LVGO
didinginkan oleh E-14-002. Untuk MVGO dan HVGO digunakan sebagai feed
untuk FCCU baik secara langsung (sebagai hot MVGO dan HVGO) maupun cold
feed (yang diambil dari T-191/192).
Overflash section, diperoleh dengan melakukan injeksi recycle pada feed. Recycle
yang diinjeksikan berupa produk antara HVGO dengan vacuum residue. Recycle
ini juga bertujuan sebagai efisiensi dalam feed injection serta untuk
mempertajam produk gasoil. Vacuum residue section, sebagai draw off vacuum
residue dan sebagai posisi injeksi stripping steam. Stripping steam digunakan
untuk membantu mengangkat light distillate yang masih terbawa di heavy
distillate agar dapat terangkat ke atas. Stripping steam ini berasal dari low
pressure steam yang telah dipanaskan di furnace menjadi dry dan superheated
steam.

Overhead product dari C-14-001 tersebut kemudian didinginkan oleh tga


kondensor (E-14-013/014/015), yang kemudian dihilangkan kandungan steam-
nya menggunakan tga rangkaian jet ejector yang dipasang secara seri.
Penghilangan steam dari overhead product dilakukan dengan teknik perubahan
energi kinetk menjadi energi mekanik melalui injeksi medium pressure steam,
dengan tekanan 8 kg/cm 2g. Pemasangan jet ejector ada pada masing-masing
kondenser. Jet ejector ini juga berfungsi untuk memperoleh tekanan vakum di
dalam C-14-001.

Kondensat keluaran kondenser kemudian dialirkan menuju V-14-002 untuk


dipisahkan antara fase gas dan liquid, dimana liquid-nya dialirkan menuju sewer.
Sedangkan untuk uncondesable gas dialirkan ke V-14-002 lalu ke E-14-003 untuk
menyerap condensable gas, dimana gas keluaran dari E-14-003 dijadikan sebagai
off gas (sebagai refinery fuel gas untuk furnace HVU).

Injeksi ammonia pada kondensat dilakukan sebagai pencegahan terhadap korosi


pada alat, yang tmbul akibat kontaminasi impurities (sepert sulfir dan asam).
Sehingga pH kondensat dapat dijaga pada kondisi basa paling minimum.

Sebagian LVGO dari kolom dikembalikan sebagai refluks (E-14-001) yang


sebelumnya didinginkan oleh fin-fan cooler. Sebagian lainnya kemudian menjadi
produk (E-14-002) untuk komponen blending produk diesel.
MVGO dan HVGO dari kolom didinginkan dengan bantuan heat exchanger, E-14-
003 A/B/C, dimana panasnya dimanfaatkan sebagai pre-heater untuk feed HVU.
Sebagian dikembalikan sebagai refluks (E-14-004) dan sebagian lainnya
digunakan sebagai feed untuk FCCU (E-14-005). Saat ini, sebagian dari MVGO
juga dijadikan sebagai blending component dengan LVGO untuk menjadi bahan
bakan solar.

Vacuum residue didinginkan menggunakan heat exchanger E-14-009/010/011


(sebagai fungsi pemanas feed), sebagian dikembalikan sebagai quenching untuk
mempertahankan temperatur di bottom kolom, dan sebagian juga digunakan
sebagai produk untuk komponen blending produk fuel oil.

High Vacuum Unit


Plant Test 2008
No Stream T/D %
1 Feed
Feed 6,488.0

2 Product
LVGO 1,329.0 20.5
MVGO 1,343.0 20.7
HVGO 953.0 14.7
Vacuum Residue 2,675.0 41.2
Loss 189.0 2.9
TOTAL 6,489.0 100.0

DESKRIPSI PROSES FCCU


A. Sejarah Singkat FCCU
Unit FCC pertama sekali dibangun oleh perusahaan PT. Stanvac Indonesia
pada tahun 1956, dan mulai dioperasikan pada tahun 1957. Kapasitas pengolahan
adalah sebesar 11500 BPSD ( Barrel Per stream Day )atau = 1645 ton/hari dan bahan
baku yang diolah adalah Parrafin Oil Distllate ( POD ). Katalis yang digunakan masih
berupa amorphous katalis dengan kondisi operasi Reactor : P = 0.80 – 0.85 kg/cm 2g
& T= 480 – 485 oC
Pada tahun 1984 dilakukan revamping ( modifikasi )yang dikenal dengan
Proyek Kilang Musi Tahap – I ( PKM – I ). Modifikasi yang dilakukan meliput :
1. Menambah menara Fraksinasi di Lignt End Unit, bertujuan mempertajam
pemisahan fraksi ringan, agar didapat product yang lebihh murni.
2. Menggant 1 ( satu ) set Wet Gas Compressor berikut Turbine penggeraknya.
Compressor digant dari Clark Compressor KHI Compressor
Turbine digant dari Westng House Turbine  Ruston Gas Turbine
3. Penggantan Cycle Listrik dari 60 Hz  50 Hz
4. Penambahan tanki LPG, yaitu TK-174 & 175
5. Pasang baru 2 (dua) buah Flue Gas cooler, FGC- 1 & FGC – 2
Dengan adanya PKM-I , kapasitas pengolahan Unit FCC dapat dinaikkan menjadi
14000 Barel/hari ( 2000 ton/hari )
Pada tahun 1993, dilakukan revamping ( modifikasi ) yang dikenal dengan Proyek
Kilang Musi Tahap – II ( PKM-II )
Adapun modifikasi yang dilakukan meliput :
1. Merubah design Reactor dari Bed Cracking menjadi Riser Cracking , sehingga
kapasitas pengolahan FCCU dapat meningkat menjadi = 20500 barrel/hari atau =
2894 ton/hari. Lisensi yang digunakan adalah IFP/Total dari Prancis, sedangkan
yang lama adalah Exxon Model –IV dari USA
2. Menggant internal part regenerator dari bahan Carbon steel menjadi Stainlees
steel. Hal ini perlu dilakukan, karena perubahan licensi process menuntut kondisi
operasi yang lebih tnggi.
Kondisi lama : - Reactor P&T = 0.82 – 0.85 kg/cm 2g & 482 – 485 oC
- Regenerator P&T = 0.80 = 0.82 kg/cm 2g & 618 – 620 0C
Kondisi baru : - Reactor P&T = 1.5 kg/cm2g & 510 – 520 oC
- Regenerator P&T = 1.4 kg/cm2g & 672 oC
3. Menggant Main Air Blower berikut Turbine Penggeraknya
MAB : yang lama Clark Blower digant KHI Blower
Turbbine Penggerak : yang lama Westng House Turbine digant dengan European
Gas Turbine ( EGT )
4. Memodifikasi Main Fractonator ( FC-T-1) dari single kolom menjadi double Kolom
Bertujuan untuk mempertajam pemisahan karena adanya kenaikan kapasitas
pengolahan.
5. Memasang baru 1 (satu) buah Fluegas Cooler ( FGC-3)
6. Memasang baru unit LPG Treatng dan Cat Naptha Treatng (dikenal dengan
nama Merichem Treatng )

Kenaikan kapasitas pengolahan FCC menjadi 20500 barrel/day bertujuan untuk


memenuhi permintaan BBM yang kian tahun kian meningkat serta untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku Poly Propylene Plant. Karena saat ini FCCU mengolah juga
long residue ( selain M/HVGO) maka penamaan unit dirubah dari FCCU Fluid catalytc
Cracking Unit )  RFCCU (Resid Fluid Catalytc Cracking Unit )

B. Uraian Proses Unit FCCU

FEED SYSTEM
Feed FCC adalah campuran antara VGO dan Long Residu dengan perbandingan
16.500 BPSD VGO dan 4.000 BPSD Long Residu (Total Feed 20.500 BPSD). VGO dari
NVDU dengan temperatur 220 o C dipompakan ke Vessel FC D-6 bersama-sama
dengan Long Residu dari Crude Distller II/III/IV/V Plaju dengan temperatur 150 o C.
Pengaturan flow tersebut dikontrol oleh Flow Controller (FIC 2102-2107), sehingga
diperoleh perbandingan VGO/L Residu = 4 dengan temperatur campuran 207 o C.

Feed VGO dapat juga diambil dari Storage Tank (dalam) keadaan tertentu /
emergency) yang sebelum masuk ke vessel FC D-6 dipanasi terlebih dahulu
dengan MPA Return dari FLRS E-408 di HE FC E-1, sehingga temperatur VGO
keluar HE adalah 70 o C. Dari vessel FC D-6 feed kemudian ditarik dengan pompa
FC P-5 dan dipanaskan dengan Slurry Oil (SLO) dari bottom FC T-1 di HE FC E-
2, sehingga diperoleh temperatur feed outlet FC E-2 adalah 302 o C.
Untuk mencapai temperatur yang sesuai untuk feed reaktor maka feed tersebut
perlu dipanaskan lagi di Furnace FC F-2, sehingga diperoleh temperatur outlet
o
furnace 331 C (MTI 1-42). Temperatur feed inlet reaktor tersebut dikontrol
oleh TIC-6 yaitu dengan mengatur flow fuel gas ke Furnace (FI-6C). Sebelum
masuk Reaktor feed diinjeksi dengan Antmony dengan kecepatan 0.75–2.1 kg/hr
untuk mencegah adanya pengaruh metal content dalam feed terhadap katalis.
Metal content tersebut menyebabkan deaktvisi katalis.

REAKTOR REGENERATOR
o
Feed dengan kapasitas 120.600 kg/hr dan temperatur 331 C kemudian
diinjeksikan ke dalam riser melalui 6 buah injector untuk direaksikan dengan
katalis dari Regenerator pada temperatur 650-750 o C. Reaksi terjadi pada seluruh
bagian Riser dengan temperatur 520 o C.

Untuk memperoleh sistem fluidisasi dan density yang baik, maka pada riser
diinjeksikan MP Steam. Diatas Feed Injector dipasang 3 buah MTC Injector untuk
mengatur fleksibilitas operasi dengan menginjeksikan HCO atau Heavy Naphtha.
HCO digunakan untuk menambah terbentuknya coke pada katalis, sehingga dapat
menaikkan temperatur Regenerator, sedangkan Heavy Naphtha diperlukan untuk
menaikkan cracking selectvity yang diharapkan dapat meningkatkan yield
propane propylene. Dalam keadaan normal operasi MTC Injector ini tdak
dioperasikan (NNF).

Tiga buah cyclone 1 stage dipasang pada Reaktor dengan existng plenum
chamber untuk meminimize terbawanya katalis ke menara Fraksinator. Stripping
steam perlu diinjeksikan ke daerah stripper untuk mengurangi kadar oil dalam
katalis sebelum disirkulasikan ke Regenerator.

Hasil cracking yang berupa uap hydrocarbon kemudian dialirkan dari Reaktor ke
Main Fractonator untuk dipisahkan fraksi-fraksinya. Spent catalyst dari Reaktor
kemudian disirkulasikan ke Regenerator yang dikontrol oleh Spent Slide Valve
(SSV) untuk diregenerasi. Untuk memperlancar aliran Spent Catalyst di “stand
pipe”, maka dialirkan Control Air Blower (CAB) dengan flow rate 7.000 kg/hr
dan tekanan 2.49 kg/cm2 g. Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi
coke pada katalis dengan udara yang disupply Main Air Blower (MAB). Untuk
membantu pembakaran kadang-kadang diperlukan torch oil.

Flue gas hasil pembakaran kemudian masuk kedalam 5 buah cyclone 2 stage
untuk memisahkan partkel-partkel katalis yang terbawa.
Temperatur dilute phase sedikit lebih tnggi daripada temperatur dense phase.
Hal ini disebabkan karena adanyan reaksi oksidasi CO.

CO + ½ O2 CO2 + 5600 kcal/kg

Dengan adanya kondisi sepert itu maka perlu diperhatkan konsentrasi oksigen
sebagai udara pembakar. Semakin banyak kandungan oksigen atau berkurangnya
coke yang terbentuk maka akan tercapai kondisi temperatur dilute phase yang tnggi
(  700 o C) sehingga terjadi kondisi after burning yang menyebabkan meningkatnya
temperatur secara mendadak sehingga dapat merusak peralatan dan catalyst loss
melalui stack.

MAIN FRACTIONATOR
o
Vapors hasil cracking dengan temperatur 520 C kemudian dialirkan ke bottom
menara fraksinator (FC T-1). Slurry Oil ditarik dari bottom menara Primary
Fractonator dengan pompa pump around FC P-4 menuju HE FC E-2 untuk
memanaskan feed. Temperatur keluar SLO dikontrol oleh flow rate HE by pass,
dimana dipasang temperatur controller TRC-4. Setelah melalui HE FC E-2, aliran
tersebut dibagi menjadi dua aliran yaitu SLO pump around dan SLO produk.

Slurry Oil pump around dikontrol oleh FRC–7 dan dikembalikan ke Primary
Fractonator untuk mendinginkan crack product vapor dan untuk menghindari
terbentuknya coke. Pembentukan coke adalah fungsi dari temperatur bottom dan
residence tme. Produk SLO dikontrol oleh FRC-2019 dan dikirim ke storage tank
melalui Worm Cooler (X-7) yang berada di area CDU-VI, sebagai produk LSWR
setelah dicampur dengan HCO (bila diperlukan). Produk SLO dapat juga diambil
secara terpisah dengan mengalirkan ke storage tank (TK-191/192) sebagai fuel oil
setelah didinginkan pada cooler FC X- 1 B (trim cooler). HCO diambil sebagai total
draw off dari antara tray no. 3 dan tray no. 4 dengan pompa FC P-9 (recycle
pump). Secara normal aliran ini adalah total return ke manara Primary Fractonator
yang dikontrol dengan level LIC-2001.Sebagian dari HCO dapat diinjeksikan kedalam
riser reaktor sebagai Mixed Temperature Control (MTC) jika diperlukan untuk
mengatur reaksi cracking. HCO ini dapat juga diambil sebagai produk LSWR setelah
dicampur dengan SLO.

Mid Pump Around (MPA) adalah total draw off dari accumulator yang ditarik
antara tray 6 dan packing bed dengan pompa FC P-25 dan dikembalikan sebagai
refluk dam MPA. Refluk dikembalikan ke Primary Fractonator dengan dikontrol
oleh level accumulator LIC-2004. MPA dikirim ke seksi Gas Compression dan
digunakan sebagai pemanas di reboiler dari menara Debutanizer FLRS E-107 dan
kemudian ke reboiler Stripper no. 2 FLRS E-408. Stream tersebut kemudian dikirim
menuju fresh feed exchanger FC E-1 untuk memanaskan total feed.
Flow MPA dikontrol oleh TRC-5 yang dioperasikan oleh 3 buah valve untuk
mengontrol aliran yang akan melalui MPA trim cooler FC X–1A.
MPA kemudian dikembalikan ke puncak menara Primary Fractonator.
Untuk operasi hot feed tdak ada pemanasan pada HE FC E-1, karena tdak ada
VGO dari tanki yang ditarik. Apabila ada feed VGO dari tanki, maka MPA diambil
panasnya di FC E-1 oleh VGO, sehingga tdak ada MPA yang melewat trim cooler
FC X-1A. Overhead vapor dari Primary Fractonator kemudian ditransfer ke bottom
Secondary Fractonator FC T-20.

LCO dari bottom Secondary Fractonator ditarik dengan pompa FC P-20 dan
dibagi menjadi 2 aliran yaitu sebagai internal refluk dan sebagai feed Stripper FC T-2.
Internal refluk dikembalikan ke Primary Absorber yang dikontrol oleh valve LIC-
2005. LCO yang lain kemudian dimasukkan ke LCO Stripper dan difraksinasi
untuk mengatur flash pointnya. Produk LCO kemudian ditarik oleh pompa FC P-6
untuk dikirim ke tanki penyimpanan yang sebelumnya didinginkan terlebih dahulu
oleh cooler FC E-3. Hot LCO digunakan juga sebagai hot flushing dan torch oil.
Sedangkan Cold LCO digunakan sebagai cold flushing dan pengenceran
Antmony.

Top Pump Around (TPA) adalah total draw off dari accumulator antara tray 15 dan
tray 16 yang ditarik dengan pompa FC P-21 dan digunakan sebagai refluk dan TPA.
Refluk dikembalikan ke Secondary Fractonator yang dikontrol oleh valve kontrol
LIC-2006. Sebagian TPA ditarik dengan pompa Lean Oil FC P-22 dan dikirim ke
Sponge Absorber FLRS T-402 sebagai Lean Oil yang sebelumnya didinginkan oleh
HE FLRS E-405. TPA kemudian dikirim ke seksi Gas Compression dan digunakan
sebagai pemanas di reboiler no.1 Stripper FLRS E-407 kemudian dilanjutkan untuk
memanaskan feee Stripper di HE FLRS E-406. Aliran TPA ini dikontrol oleh FIC-
2003 dan temperaturnya dikontrol oleh TIC-2004 dengan mengoperasikan Air Fan
Cooler FC E-21 (Top Pump Around Cooler). TPA ini kemudian dikembalikan ke
puncak menara Secondary Fractonator setelah dicampur dengan rich oil dari
Sponge Absorber.

Overhead Vapor dari Secondary Fractonator yaitu gas dan gasoline kemudian
dikondensasikan dengan parsial kondenser setelah dicampur dengan wash water.
Condensed liquid dan vapor kemudian ditampung dalam drum FC D-20. Setelah
dipisahkan dari kandungan air, liquid tersebut kemudian ditarik dengan pompa FC
P-23 dan ditransfer ke overhead trim condenser FC E-20 dan dicampur dengan
vapor dari drum FC D-20. Condensed liquid dan vapor kemudian ditampung
dalam drum FC D-7. Setelah dipisahkan airnya, maka condensed liquid
(unstabilized gasoline) kemudian ditarik dengan pompa FC P-7 dan dipisahkan
menjadi dua aliran yaitu sebagai overhead refluk dan gasoline produk yang
kemudian dikirim ke Primary Absorber FLRS T-401. Overhead refluk dikontrol
oleh temperatur kontrol TIC-3 pada puncak Secondary Fractonator.

Flow rate dari unstabilized gasoline dikontrol oleh “cascade controller” antara
flow kontrol FIC-2005 dan level kontrol pada distllate drum FC D-7. Low
Pressure Vapor (Wet Gas) kemudian ditransfer ke Wet Gas Compressor FLRS C-
101 di seksi Gas Compression melalui “Compressor Sucton Drum” FLRS D-401.
Tekanan Main Fractonator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang pada Wet Gas
Line.

LIGHT ENDS
Wet Gas dari vessel FC D-7 kemudian dipisahkan kondensatnya di vessel FLRS
D-401.Gas dari FLRS D-401 kemudian diisap oleh Wet Gas Compressor (C–101)
pada stage pertama. Outlet dari stage pertama compressor dengan temperatur
98 o C dan tekanan 3,8 kg/cm 2 g kemudian didinginkan dengan HE FLRS E-101
yang sebelumnya dicuci dengan wash water untuk memisahkan impurites yang
terlarut dalam air dan akhirnya masuk ke vessel FLRS D-402. Sebagian gas
outlet compressor stage pertama di bypass (spill back) ke inlet partal condenser
FC E-4 untuk mengatur pressure balance reaktor. Outlet gas dari FLRS D-402
o
dengan temperatur 38 C dan tekanan 3,72 kg/cm 2.g kemudian diisap oleh
compressor stage kedua. Discharge compressor stage kedua dengan temperatur
110 o C dan tekanan 15 kg/cm2.g kemudian bergabung dengan aliran-aliran :
 overhead menara FLRS T-403
 bottom product menara FLRS T-401
 wash water dari bottom vessel FLRS D-402

Gabungan keempat aliran tersebut dengan temperatur 72 o C sebelum masuk ke


vessel FLRS D-404 didinginkan terlebih dahulu dengan Air Fin Cooler FLRS E-401
o
(temperatur outlet 56 C) dan cooler FLRS E-402 sehingga diperoleh
temperatur akhir 38 o C. Gas dari vessel FLRS D-404 dengan temperatur 38 o C
dan tekanan 14,7 kg/cm 2.g, kemudian diumpankan ke menara absorber FLRS T-
401 bersama-sama dengan Naphtha dari vessel FC D-7. Gas dari overhead FLRS
T-401 kemudian dimasukkan ke Sponge Absorber FLRS T-402 bersama-sama
dengan Lean Oil. Liquid dari vessel FLRS D-404 kemudian ditarik dengan
pompa P-404 menuju menara Stripper FLRS T-403. Sebelum masuk menara
fluida tersebut dipanaskan terlebih dahulu di HE FLRS D-406 sehingga
temperaturnya menjadi 61 o C.

Untuk menyempurnakan pemisahan , maka pada bottom dipasang dua buah reboiler
o
yang dipasang secara seri sehingga diperoleh temperatur outlet reboiler 122 C.
o
Bottom dari menara FLRS T-403 dengan temperatur 122 C dan tekanan 12
kg/cm2g, kemudian diumpankan ke menara Debutanizar FLRS T-102 untuk dipisahkan
antara LPG dan Naptha. Feed sebelum masuk menara debutanizer dipanaskan
terlebih dahulu oleh HE FLRS E-106 sehingga diperoleh temperatur 126 o C.
Untuk kesempurnaan pemisahan maka pada bottom menara Debutanizer
dipasang reboiler FLRS E-107, Sehingga temperatur bottom adalah 173 o C.
Overhead dari menara FLRS T-102 dengan tekanan 11 kg/cm 2 g, dan
temperatur 65 o C kemudian didinginkan dengan partkal condenser FLRS E-
o
108 dan ditampung diaccumulator FLRS D-103 (temperatur 49 C dan
tekanan 10,5 kg/cm 2.g). Gas-gas yang tdak terkondensasi kemudian digunakan
sebagai fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk di accumulator kemudian
ditarik dengan pompa FC P-3 sebagai refluk dan sebagian digunakan untuk
feed Stabilizer LS T-1.

Produk bottom (Naphta) setelah dimanfaatkan panasnya di HE FLRS E-106 kemudian


dikirim ke Gasoline Treatng Unit yang sebelumnya didinginkan oleh Cooler FLRS E-
o
105 sehingga diperoleh temperatur 38 C. Fluida dari Accumulator D-103
kemudian ditarik dengan pompa FC P-3 sebagai refluk dan sebagian kemudian
didinginkan dengan cooler LS E-3A, sehingga diperoleh temperatur outlet 43 o C dan
ditampung dalam vessel LS D-1. Bottom vessel LS D-1 kemudian ditarik dengan
pompa LS P-1 dan diumpankan ke menara Stabilizer LS T-1.

Untuk memperoleh proses distlasi yang sempurna, maka feed tersebut dikontrol
termperaturnya dengan dipanaskan di LS E-1 dan LS E-3B yang dipasang secara
o
seri. Diharapkan temperatur feed masuk menara LS T-1 adalah pada temperatur 78
C, untuk itulah maka dipasang HE LS E-2 yang dipasang secara seri untuk kontrol
temperatur (LP Steam sebagai media pemanas) yang pengoperasiannya
dilaksanakan apabila temperatur tdak tercapai. Kontrol temperatur juga dapat
dilakukan dengan mengontrol aliran feed (by pass feed).

Feed dengan temperatur 78 o C masuk pada tray 25 dari menara LS T-1.


Overhead product kemudian didinginkan pada partal condenser LS E-4 dan
ditampung di accumulator LS D-2 dengan kondisi tekanan 19,6 kg/cm 2.g dan
temperatur 52 o C. Gas yang tdak terkondensasi kemudian digunakan sebagai
fuel gas, sedangkan liquid yang terbentuk (propane propylene) digunakan
sebagai refluk dan sebagai feed untuk Unit Polypropylene Plaju.

Untuk kesempurnaan dalam distlasi maka bottom menara dipasang reboiler


yaitu Furnace LS F-1, sehingga diperoleh temperatur bottom 111 o C. Produk
bottom (C4) setelah dimanfaatkan panasnya di HE LS E-3B dan LS E-1
dan didinginkan di cooler LS E-5 maka sebelum disimpan masih diperlukan
treatng lebih lanjut.

FUEL GAS COOLER


Fuel Gas Cooler (Waste Heat Boiler) pada unit FCC sebagai unit “Heat
Recovery”, untuk membangkitkan HHP Steam dengan tekanan 43 kg/cm 2.g
dan temperatur 388 o C. Pada Unit FCC terdapat 3 buah FGC yang terdiri
dari 2 buah FGC existng (FGC # 1 & FGC # 2) dan 1 buah FGC baru (FGC #
3). FGC # 1 memanfaatkan fuel gas dari regenerator sedangkan FGC # 2
memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran Gas Turbine di RGT.
FGC # 3 memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran Gas Turbine Main
Air Blower (MAB). MAB tersebut Gas Turbinnya digant baru, hal ini
disebabkan karena adanya kenaikan kapasitas udara yang harus disupply ke
Regenerator yaitu dari 40 ton/hr menjadi 60 ton/hr.

FUEL GAS SYSTEM


Fuel Gas Sistem yang digunakan pada Unit FCC berasal dari Mix Gas (gas
lapangan) dan Refinery Fuel yang dihasilkan oleh Unit FCC sendiri.

Fuel Gas Unit FCC diperlukan sebagai :


1. Bahan bakar untuk,
- Gas Turbine MAB FC B-1
- Gas Turbine Compressor C-101
- Furnace STAB 3, F-1
- Furnace FCC, F-2
- Pilot burner Furnace, F-1 & F-2
- Pilot Flare
2. Sebagai control instrumen pada reaktor
3. Sebagai aerasi Spent cat stand pipa reaktor

OFF SITE
Feed dan produk dari Unit FCC ditampung dalam beberapa buah tanki
yang dikelompok berdasarkan jenisnya.

Feed FCC secara normal beroperasi dengan modus hot feed yaitu dari VGO
yang langsung dikirim dari Unit HVU-II dan Long Residue yang dikirim dari
Plaju. Namun untuk menjaga kehandalan operasi Unit dapat juga feed diambil
dari cold feed yaitu dari :
- Tanki T – 191, 192 untuk M/HVGO
- Tanki T – 201, 202 untuk Long Residue
Produk FCC Unit secara inter mitten ada yang digunakan sebagai :
a. Recycle yaitu sebagai Mixed Temperature Control yaitu HCO atau Heavy
Naphtha.
b. Sebagai torch oil di Regenerator (LCO)
c. Sebagai pengencer Antmony

Produk gas dialirkan ke header pipa gas burning line sebagai bahan bakar
kilang/refinery fuel.

Produk-produk FCC ada yang diblending terlebih dahulu untuk memperoleh


produk yang sesuai dengan spesifikasi.

Adapun tanki-tanki penampung tersebut antara lain :

- LPG : T-171, 172, 173, 174, 175, 176

- Gasoline : T-222, 225, 227, 230, 231


- LCO : T-76, 81, 212, 213, 215, 223

- LSWR : T-203, 206, 209, 211

- VGO : T-191, 192, 205, 226

FCCU
Plant Test 2008
No Stream T/D %
1 Feed
Feed 2,880.5
2 Product
Dry Gas 101.6 3.5
Raw PP 280.8 9.7
LPG 349.4 12.1
Cat. Naphtha 1,511.7 52.5
LCGO 374.3 13.0
HCGO 7.6 0.3
Slurry Oil 165.4 5.7
Coke 89.7 3.1
TOTAL 2,880.5 100.0

Anda mungkin juga menyukai