Laporan Pendahuluan Preeklamsi
Laporan Pendahuluan Preeklamsi
I. Konsep Teori
1.1 Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Haidir. 2009).
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu.
(Obgynacea 2009). (Nanda NIC NOC 2013).
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
1.2 Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang
belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-
musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban
yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal
berikut:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab
PIH tidak diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu
organisme yang disebut hydatoxi lualba.
1
Faktor Risiko :
1. Kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,
dan tekanan darah tinggi)
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas
2
disebabkan oleh spasmus arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus(
Mochtar 1993; 220).
1.5 Pathway
Faktor predisposisi : Primigravida, hidramnion,gemelli,mola
hidatidosa,gestase,usia lebih dari 35 tahun, obesitas
PRE EKLAMSI
3
1) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
2) Pemeriksaan Fungsi hati
a. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d. Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml)
e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat ( N= <31 u/l )
f. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
3) Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
2. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pre-Eklamsia
1. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
1) Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2) Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak
perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-
150/90-100 mmhg).
3) Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari
dan minimal 8 jam pada malam hari)
4) Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6) Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau
pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7) Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8) Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
9) Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
4
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
10) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11) Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin
sudah dinyatakan matur.
12) Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif
berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi
5
5. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah
ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi
6. Psiko sosial spiritual
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu
kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
7. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat
badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah
adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
Palpasi :
a. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
b. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian
kecil janin di sebelah kanan.
c. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
d. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu
atas panggul
Auskultasi :
biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria
5) Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan ,
muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
6) Integritas ego
6
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
7) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
9) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing,
sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau
tidak.
10) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11) Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
12) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
a. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang,
kurang dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis
melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper
refleksia klonus pada kaki.
b. Sistem cardiovaskuler
a) Inspeksi :
apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
b) Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan
TD, melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan
7
Vena Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung
ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang
dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
c) Auskultasi :
untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur
gerakan janin melemah.
c. System reproduksi
a) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
b) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir
bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
c) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin,
lokasi edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi
uterus
d. Sistem integument perkemihan
a) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas
akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan
natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b) Oliguria
c) Proteinuria
e. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran
II kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
2.2 Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah:
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan ata kadar normal hemoglobin
utk wanita hamil adalah 12-14gr%)
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3
b. Urinalisis: ditemukan protein dalam urin
c. Pemeriksaan fungsi hati
8
a)
Bilirubin meningkat (N= <1 mg/dl)
b)
LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
c)
Aspartat aminotransferase (AST) >60 ul
d)
Serum glutamat pirufat trasaminase (SGOT) meningkat (N= 6,7-8,7
g/dl)
d. Tes kimia darah: asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2) Pemeriksaan radiologi
a. Ultrasonografi: ditemukannya retardasi pertumbuhan janin intrauterus.
Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume
cairan ketuban sedikit.
b. Kardiografi: diketahui denyut jantung bayi lemah
2.3 Diaknosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Gangguan perfusi jaringan ginjal
3. Gangguan rasa nyaman
9
vital sign DBN Monitor status nutrisi
Terbebas dari kelelahan, Berikan diuretik sesuai
kecemasan atau bingung interuksi
Kolaborasi pemberian
obat:
Monitor berat badan
Monitor elektrolit
Monitor tanda dan gejala
dari odema
selama………ketidakefektifan urin
10
tambahan dan sesudah prosedur
Intake output seimbang Kaji status mental
Tidak ada oedem perifer Monitor CT
dan asites Kaji temperatur, TD,
Tdak ada rasa haus yang denyut perifer, RR dan
abnormal BB
Membran mukosa lembab Kaji BUN, Creat pH,
Hematokrit dbn HMT, elektrolit selama
Warna dan bau urin dalam prosedur
batas normal Monitor adanya
respiratory distress
Monitor banyaknya dan
penampakan cairan
Monitor tanda-tanda infeksi
Gangguan rasa nyaman NOC : NIC I : Manajemen Nyeri
nyeri Kontrol Nyeri Lakukan
Tingkat Nyeri pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara menyeluruh
Mengetahui faktor meliputi lokasi,
penyebab nyeri durasi, kualitas,
Mengetahui keparahan nyeri
permulaan terjadinya dan faktor
nyeri pencetus nyeri.
Menggunakan Observasi
tindakan pencegahan ketidaknyamanan
Melaporkan gejala non verbal.
Melaporkan kontrol ajarkan untuk
nyeri teknik
Melaporkan nyeri nonfarmakologi
berkurang atau hilang misal relaksasi,
11
berlangsung NIC II : Manajemen
Analgetik
Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
tingkat nyeri
sebelum
mengobati pasien.
Cek obat meliputi
jenis, dosis, dan
frekuensi
pemberian
analgetik.
Tentukan jenis
analgetik)
disamping tipe dan
tingkat nyeri.
Tentukan
Analgetik yang
tepat, cara
pemberian dan
dosisnya secara
tepat.
Monitor tanda –
tanda vital
12
DAFTAR PUSTAKA
13