AL-QURAN TAFSIR
Share on Facebook
Share on Twitter
Secara bahasa,
Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak
memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi.
Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari
diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang
apakah seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah
seluruh manusia baik mu’min dan kafir? Ataukah hanya manusia
mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud
adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka
mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu
Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:
ومن لم يؤمن باهلل, من آمن باهلل واليوم اآلخر كتب له الرحمة في الدنيا واآلخرة
ورسوله عوفي مما أصاب األمم من الخسف والقذف
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan
baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka
adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat
terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa
gelombang besar”
ومن لم يؤمن به عوفي مما أصاب األمم, تمت الرحمة لمن آمن به في الدنيا واآلخرة
قبل
والعالمون. وقد جاء األمر مجمال رحمة للعالمين, فهو لهؤلء فتنة ولهؤلء رحمة
من آمن به وصدقه وأطاعه: هاهنا
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang
pertama, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat
bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi
orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab
diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang
beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap
ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak
disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu
yang mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas).
ومن, كان محمد صلى هللا عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد
لم يؤمن به سلم مما لحق األمم من الخسف والغرق
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
“Agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam” (QS. Al Imran: 19)
اإلسالم أن تشهد أن ل إله إل هللا وأن محمدا رسول هللا وتقيم الصالة وتؤتي الزكاة
وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيال
ومن غاب. إذا عملت الخطيئة في األرض كان من شهدها فكرهها كمن غاب عنها
كان كمن شهدها، عنها فرضيها
وت
َ غ اجتَنِبُوا ا
ُ الطا ول أ َ ِن ا ْعبُد ُوا ا
ْ َّللاَ َو ُ َولَقَدْ بَعَثْنَا فِي ُك ِل أ ُ امة َر
ً س
Oleh karena itu, adakah yang lebih urgen dari masalah ini?
َو َل ت َ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ ِمنَ الاذِينَ فَ ارقُوا دِينَ ُه ْم َو َكانُوا ِشيَعًا ۖ ُك ُّل ِح ْزب بِ َما لَدَ ْي ِه ْم
َفَ ِر ُحون
Artikel www.muslim.or.id
TOPICS: ISLAM BENAR, JIL, KEMUDAHAN ISLAM, LIBERAL, NATAL, TAFSIR, TOLERANSI
BERAGAMA
Share on Facebook
Share on Twitter
PREVIOUS
NEXT
ABOUT AUTHOR
Yulian Purnama
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, S1 Ilmu Komputer UGM, kontributor web
Muslim.or.id dan Muslimah.or.id
87 COMMENTS
1.
banyak umat non muslim yang tidak merasakan bagaimana posisi Islam
sebagai rahmat bagi semesta alam. contohnya dengan adanya aksi
terorisme, korupsi yang sebagian besar di lakukan oleh orang yang mengaku
beragama Islam, dsb.
2.
abu hanifah alim 13 January 2010
3.
ass, punten akh numpang ngopy untuk disampaikan kepada saudara2 yang
lain.syukran
REPLY
4.
Bismillah. afwan ana izin meng-copy file ini. mari pelajari Islam dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman salafush shalih agar kita selamat
dunia dan akhirat. Barokallahufikum
REPLY
5.
Hadirilah
Informasi:
REPLY
6.
7.
bismillah..
ana ijin mengkopi artikel dari website ini utk dakwah menuju manhaj ini..
boleh?jazakumullah..
REPLY
o
@ Abdurrahman
Silakan, semoga bermanfaat untuk yang lainnya.
REPLY
8.
tidak jauh berbeda dengan saudara febri…saya mohon pengurus blog atw
web ini bisa memberikan artikel-artikel yang disertai dengan contoh yang
realistis yang teraplikasi dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga dapat
menjadi pencerahan dan contoh perbuatan yang dipahami secara lebih
gamblang dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Islam rahmatan lil’alamin tidak akan terwujud sempurna jika umatnya sendiri
tidak dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupannya. Sehingga
dengan keislaman yang teraplikasi dalam perilaku dan ucapan dapat
menjadikan islam sebagai rahmat bagi penganutnya dan penganut agama
lain.
Ya Allah….
REPLY
9.
REPLY
10.
#Catatan Febri
“sebenarnya islam itu rahmatan lil ‘alamin ataukah lil muslimin?”
jawabannya ada pada artikel, silakan dibaca dengan cermat.
Pertama, jika merujuk pada penjelasan para ahli tafsir ttg ayat ini, maka hal
tersebut TIDAK BERHUBUNGAN. Karena Islam sebagai rahmatan lil’alamin
artinya semua makhluk mendapat manfaat dengan datangnya Islam, baik
mukmin maupun kafir, dan bukan maknanya harus berkasih sayang dengan
semua orang secara mutlak.
Silakan baca lagi artikel diatas dengan cermat.
Kedua, teroris dan koruptor itu tidak menjalankan ajaran Islam dengan benar.
Maka tentunya mereka tidak bisa jadi orang yang mencerminkan bagaimana
sih Islam itu.
REPLY
11.
@ catatan febri Silahkan antum pelajari ajaran islam (Al Quran dan Sunnah)
secara kaffah (keseluruhan) jangan secara parsial insya Alloh antum dapati
Islam agama yang rohmatan lil’alamin. Jangan lihat perilaku orang islam
sebagai tolok ukurnya karena perilakunya beda2 ada yg sholeh ada yg
nggak, simak dan pelajari ajaran islam yang baku (Al Quran dan Sunnah).
Mohon maaf bila kurang sopan dan berkenan di hati Antum.
REPLY
12.
askum
ada amalan2 gag
REPLY
13.
Ya Allah Berikanlah kami Rahmat, Taufiq & Hidayah_Mu agar kami termasuk
orang-orang yang beruntung di Dunia & Akhirat, Amiiiiiiiiin !
Ya Robbal ‘Alamiin
REPLY
14.
#muhammad nurchoyin
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Saya
setuju pada beberapa poin dari komentar anda, tapi
tafsiran anda terhadap ‘rahmatan lil alamin’ tidak sejalan
dengan tafsiran para ahli tafsir yang saya uraikan di atas.
Mohon kembalikan urusan kepada ahlinya.
REPLY
15.
16.
REPLY
17.
#ari
Coba anda simak artikel:
https://muslim.or.id/aqidah/islam-anda-sudah-paham.html
REPLY
18.
REPLY
19.
Saya juga setuju dengan pendapat dr Sdr Serdadu Salafi, bahwa dalam
mempelajari Islam (Al Quran & Sunnah) seharusnya secara utuh. Persoalan
& kenyataan di lapangan, masih banyak perilaku dari saudara-saudara kita
sesama Muslim yang menunjukkan perilaku sebaliknya. Bahkan beberapa
organisasi massa yang mengatasnamakan Islam, justru menggunakan Islam
sebagai tameng untuk bertindak anarkis… Ini menjadi keprihatinan kita
bersama, dan menodai Islam sebagai agama yang Rahmatan lil’alamin…
REPLY
20.
subhanallah…
syukron ilmu nya manteb banngetttt….
REPLY
21.
REPLY
22.
Islam jelas Rahmatan lil ‘alamin bukan lil mu’minin. Secara syariat Rukun
Islam ada 5, namun sayangnya banyak umat islam hanya melaksanakannya
sekedar utk menjalankan syariatnya saja, sebab jika mereka memahami
hakikatnya, nyatalah bahwa islam akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Jadi, kalo ini aja bener2 dipahami uleh umat islam, udah pasti akan
membawa rahmat bagi seluruh alam.
wassalam
REPLY
23.
apakah benar smua umat muslim akan masuk surga. saya pernah dengar
sbuah hadist” jangalah kamu mati selain dari agama islam”
REPLY
#jaya wiguna
kutipan tersebut adalah terjemah dari ayat Qur’an bukan
hadits. Jika seseorang tidak pernah melakukan shalat
maka ia kafir menurut pendapat yang rajih.
REPLY
24.
25.
REPLY
26.
Ass wrwb
Alhamdulillah semoga umat Islam dapat membuktikan diri menjadi rahmat
bagi alam semesta. Kalau disimak lebih dalam Qur’an surat Al Anbiya’ ayat
107 itu terkait langsung dengan keberadaan alam semesta ini. Ajaran Tauhid
adalah kunci penentu keselamatan alam semesta. Risalah Islam yang
diturunkan kepada Rasulullah Muhammad saw pada intinya untuk
menghambat kehancuran alam semesta atau kiamat. Semakin banyak orang
menyebut tahlil, takbir, tahmid dan asma Allah maka alam semesta ini akan
berada dalam keseimbangan dan semakin lambat gerak mengembangnya.
Saat ini tampaknya alam semesta dalam kondisi kritis mulai terganggu
keseimbangannya, karena kalimat-kalimat Tauhid tidak terpancar dengan
murni. Sebagian umat Islam sibuk dalam urusan dunia seperti kekuasaan,
politik, dan melakukan teror. Bentangan wilayah berpenduduk muslim dari
Merauke Papua di timur sampai Marokko di barat saat ini dalam kekacauan,
sehingga alam semesta pun guncang. Amerika Serikat dan Eropa harus
memahami azas keseimbangan ini, jangan memaksa globalisasi budaya
barat. Agama-agama besar lain diharapkan tidak melakukan gerakan
menghambat perkembangan Islam karena senyatanya semua manusia di
bumi ini membutuhkan bergemanya kalimat takbir, tahlil dan tahmid demi
menjaga kelangsungan alam semesta. Lebih detil saya telah menulis buku
Kosmologi yang Sebenarnya, Penciptaan Alam Semesta dalam Enam Masa
yang terbit secara self publishing. Semoga bermanfaat.
Wassalam.
REPLY
27.
Selama ini saya mengira bahwa makna ‘rahmatan lil alami’ ialah bahwa
kehadiran seorang Muslim di dunia ini seharusnya menjadi rahmat bagi
dunia. Bila ia seorang pimpinan maka ia menjadi pimpinan yang membawa
kesejahteraan dan kedamaian bagi bawahan dan relasinya, jika ia seorang
guru/dosen maka ia akan mengajrkan kebaikan yang membawa anak
didiknya menjadi pribadi yang baik, sabar, jujur dan kasih sayang jika dia
seorang pegawai maka dimanapun dia berada dia akan menyenangkan
lingkungannya, membawa kedamaian, membawa kebaikan dengan bekerja
keras, jujur, penolong dsb. Muslim dimanapun dia berada dengan
memegang teguh ajaran Islam akan menyebarkan kedamaian dengan kasih
sayang, ilmu dan ahlaq yang baik.
REPLY
28.
29.
REPLY
30.
Saryulis 29 March 2012
terimakasih
REPLY
31.
REPLY
#Purnomo
Orang kafir adalah setiap orang di luar Islam. Munafik
terkadang tidak sampai kafir. Toleran kepada orang kafir
ada batasannya.
REPLY
32.
nbeys 22 May 2012
33.
makasih penjabarannya
REPLY
34.
REPLY
35.
REPLY
36.
Jadi Islam yang rahmatan lil ‘alamin menghalalkan membenci orang kafir ya
tadz,
subhanallah indah sekali…
REPLY
#Khoirul majid
Ada yang tidak beres dengan iman seseorang jika tidak
benci ketika Rabb-nya yang menciptakan dia dan memberi
dia nikmat dipersekutukan dan dikatakan ada sesembahan
yang lebih layak dari-Nya.
REPLY
37.
Assalamualaikum
ijinkan ana menyampaikan, Benar Islam itu rahmat ke seluruh alam.
mari kita coba belajar dakwahkan Islam itu rahmatan lil Alamiin..
mulai dari rukun islam…
1. syahadat, harusnya mencegah kita berbuat syirik dan beribadah hanyalah
kepada Allah dan beribadah sesuai tuntunan sunnah nabi
2. Shalat kita selain di masjid juga dibawa diluar masjid..tetap ingat dan
berdzikir kepada Allah. dengan tidak melakukan kemungkaran seperti
korupsi, zina, menyakiti dengan lisan, menepati janji dan banyak lainnya
perintah2 dan larangan yang disampaikan Nabi SAW
intinya ana mau bersaksi, bahwa Islam itu benar rahmat bagi semesta Alam.
dengan menghidupkan setiap ayat yang tertulis semampu kita..
menghidupkan sunnah sunnah yang tertulis di kitab hadist..
perlahan satu persatu semampu kita..
Khotib yang dakwah di mimbar pun berharap..segala ilmu yang dia
sampaikan di mimbar akan bermanfaat bagi manusia yg mendengarnya
dengan mau diamalkan..
REPLY
38.
Haduh… bahkan di artikel yang seperti ini pun masih saja terdapat pendapat
yang menyalahgunakan “rahmatan lil alamin”. Apakah mereka sudah
membacanya secara keseluruhan atau memang manusia jaman sekarang
benar-benar LEBIH BAIK pemahamannya dari para ulama ahli tafsir? Miris….
gimana bisa rahmatan lil alamin terwujud jika pengikutnya tidak mau
mengikuti sesuatu yang dibawa oleh rahmatan lil alamin itu….
REPLY
39.
assalamualaikum ….
mau tanya tadz ??
di artikel di atas , ada kalimat-kalimat ”nabi muhammad memberikan hidayah”
apakah benar nabi muhammad dapat memberikan hidayah … ??
bukannya hanya ALLAH saja yang dapat memberikan hidayah … ??
terimakasih tadz ….
wassalam …
REPLY
o
#deden
Hidayah ada 2: hidayah irsyad dan hidayah taufiq.
Hidayah irsyad itu berupa pengajaran, penyampaian ilmu,
nasehat.
Hidayah taufiq ini adalah hidayah yang di tangan Allah.
REPLY
40.
REPLY
41.
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin sesuai apa yang ada di Al-Qur’an.
Rahmat bagi muslim maupun kafir, bagi muslim mendapat rahmat dunia dan
akhirat, bagi kafir mendapat rahmat di dunia dengan tidak ditimpa musibah
yang menghancurkan umat terdahulu.
Tetapi ada satu hal yang layak diperhatikan, yaitu Islam tidak menafikan
yang namanya JIHAD FI SABILILLAH, bahkan Jihad adalah salah satu
sebab Islam dapat terbentang dari timur sampai ke barat. Dalam Jihad pun
terdapat cermin bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamin, contohnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam melarang membunuh wanita dan anak-anak,
serta berlebih-lebihan dalam membunuh.
Jadi tolong jangan menyingkirkan syari’at Islam yang juga penting, yaitu
Jihad Fi Sabilillah hanya karena berpendapat bahwa Islam adalah agama
damai dsb.
Jazzakumullah khairan.
REPLY
42.
Artikelnya bagus, mohon ijin ikut ngopi ya. Menurut sy yg awam (“muslim”
turunan), salah satu bukti dari Islam itu rahmat bagi seluruh alam bisa kita
lihat pada saat bulan Ramadhan. Setiap hari di bulan Ramadhan kita lihat
semua usaha restoran dan jualan makanan menjelang berbuka puasa selalu
laris. Padahal si penjual/ pemilik usaha belum tentu muslim. Subhanallah,
inilah bukti janji Allah bahwa Islam membawa berkah dan rahmat bagi
seluruh manusia/alam. Karena itu,alangkah indahnya jika seluruh umat
muslim dapat menerapkan tugasnya setiap hari- tidak hanya di bulan
Ramadhan, sebagai khalifah pembawa rahmat bagi seluruh alam. Mungkin
hal itu bisa dimulai dari tindakan-tindakan kecil dan sederhana seperti
bersikap ramah- sering memberi senyum dan tidak beringas kepada
tetangga/ lingkungan rumah/kerja kita; selalu berkata jujur dan menolak
praktek uang “haram”; saling mengingatkan untuk menolak barang/ uang
yang bukan haknya; saling mengingatkan sesama muslim untuk sabar;
memelihara kebersihan lingkungan dan tidak buang sampah sembarangan;
mengurangi polusi asap rokok di ruangan;dsb. Jika setiap muslim bisa
melakukan hal-hal kecil tsb thd lingkungannya, maka sy pikir insya Allah kita
akan membawa rahmat bagi lingkungan kita sehingga dihormati dan
dijadikan teladan oleh seluruh anggota masyarakat. Insya Allah kita
perlahan-lahan nantinya bisa mengangkat harkat kehidupan manusia supaya
tidak merugi dari waktu ke waktu. Aamiin ya Rabb.
REPLY
43.
thanks sharingnya.
REPLY
#rangga
Simak:
http://muslimah.or.id/nasehat-ulama/kaya-dan-kuatnya-orang-
kafir.html
https://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/muslim-nampak-miskin-
kafir-hidup-kaya.html
REPLY
44.
REPLY
#henry
Membenci kekufurannya dan juga orangnya. Namun
membenci itu tidak mesti menyakiti atau menzhaliminya.
Bahkan kita berusaha mengajak mereka untuk masuk
Islam. Adapun akhlak mulia itu wajib diterapkan kepada
semua orang, bahkan kepada binatang sekalipun.
Demikian juga kejujuran dan profesionalisme dalam
muamalah. Hanya saja kepada orang kafir tidak boleh
menunjukkan rasa sayang dan loyalitas.
Lebih jelasnya silakan simak artikel-artikel berikut:
https://muslim.or.id/aqidah/pertemanan-dengan-non-
muslim.html
https://muslim.or.id/tafsir/menjadikan-orang-kafir-sebagai-
auliya.html
https://muslim.or.id/aqidah/larangan-loyal-pada-orang-kafir.html
https://muslim.or.id/aqidah/contoh-loyalitas-pada-orang-
kafir.html
REPLY
45.
REPLY
46.
coba kirimkan judul makala islam agama paripurna dan rahmatan lil alamin
REPLY
47.
REPLY
48.
Bambang Sujatmiko 29 September 2013
penulisan kalimat ayat yang salah untuk [QS 21:107] yg terdapat di bagian
paling atas tulisan ini:
terdapat huruf ‘Alif setelah huruf ‘Ain – padahal yang aslinya adalah seperti
ini:
mungkin hal ini guna menunjukkan perpanjangan bacaan huruf ‘Ain tersebut
secara mahraj/mahroj nya saja; namun hukum yang jauh lebih tinggi yaitu:
hujjah antum cukup panjang, namun dengan 1 kekurangan yang cukup vital
ini saja sudah cukup pula meragukan hujjah-hujjah berikutnya ditinjau dari
sisi kejujuran atau minimal ketelitian si penulisnya.
REPLY
#Bambang Sujatmiko
1. Dalam Al Qur’an yang ada di maktabah Syamilah
memang tertulis dengan alif. Dalam Qur’an cetakan
Madinah memang tanpa alif namun ada mad badal, jadi
panjang dan artinya sama.
2. Tentu saja tidak ada niatan kami sengaja menambah
huruf, jangan su’uzhan
3. Andaipun salah ketik, maka hendaknya jangan mencari-
cari alasan dan kesalahan-kesalahan untuk menolak
kebenaran.
REPLY
49.
Assalamu’alaikum Wr,Wb…
izin mengcopy… Semoga Allah merahmati akhi…
REPLY
50.
REPLY
51.
REPLY
52.
53.
diantaranya :
ًالناس عامة
ِ وبُ ِعثتُ إلى، ًقومه خاصة ُ َي يُبع
ِ ث إلى ُّ وكان النب
“para Nabi terdahulu di utus kepada kaumnya secara khusus, adapun aku di
utus untuk seluruh manusia”
(HR. Al Bukhari 335)
REPLY
REPLY
54.
55.
REPLY
LEAVE A REPLY
Submit Comment
7 ARTIKEL TERBARU
MUSLIM.OR.ID
Tentang Kami
Kontributor
Donasi Dakwah
Pasang Iklan
YPIA.OR.ID
Tentang YPIA
Program YPIA
Donasi Dakwah
Kontak Kami
ALAMAT KAMI
Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati,
kabupaten Sleman, kode pos: 55284
Kontak: +62 857-4952-5735
E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com
Situasi ini tidak hanya oleh umat Islam, tetapi juga oleh semua umat manusia di mana pun,
bahkan hewan dan tumbuhan sekalipun. Kemudian, secara konseptual, Islam merupakan agama
yang mengajarkan monoteisme tauhid yang harus diwujudkan dalam bentuk kepasrahan diri dan
ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya sebagai utusan pembawa rahmah guna meraih
kebahagiaan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat (Surat Al-Baqarah ayat 201).
Namun, kebahagiaan itu tidak akan pernah terwujud tanpa kedamaian dan kasih sayang di
antara sesama.Intinya, dengan membawa misi damai dan kasih sayang itulah risalah Islam
diturunkan ke seluruh alam (Surat Al-Anbiya ayat 107).
Secara tekstual, Al-Qur’an juga mengajarkan kepada kita agar senantiasa mengamalkan nilai-
nilai kedamaian secara total. Bahkan, salah satu ayatnya menyebutkan, “Masuklah kalian ke
dalam Islam secara utuh,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).
Jika kita mengacu pada Islam yang berarti ‘damai’, maka sesungguhnya ayat itu ingin
mengatakan, “Masuklah kalian ke dalam kedamaian secara total.” Totalitas dalam pengertian,
tidak saja memberikan kedamaian kepada orang yang sekelompok, seormas, atau seakidah
dengan kita, tetapi kepada sesama manusia yang berlainan keyakinan, hatta kepada sesama
ciptaan-Nya.
Sementara Islam dalam pengertian ‘selamat’ dapat kita baca dalam sabda Rasulullah SAW yang
menyatakan bahwa Muslim sejati adalah yang komitmen sepenuh hati menjaga keselamatan
saudaranya. (Lihat selengkapnya hadits tersebut yang menyebutkan, “Muslim sejati adalah
Muslim yang orang Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya,” (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Sebaliknya, orang yang yang paling buruk adalah yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan
justru ditakuti keburukannya. (Dalam hadits dimaksud, dikatakan, “Orang yang terburuk di antara
kalian adalah yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan justru orang lain tidak bisa dirasa
aman dari keburukannya,” (HR Tirmidzi). Sungguh sebuah ajaran luhur dan mulia yang telah
diajarkan Rasulullah SAW kepada kita.
Ketika beraktivitas atau melaksanakan ritual ibadah, kita kerap diperintah melakukannya dengan
cara tenang dan damai. Bahkan, dalam beberapa hal, tujuan ritual itu sendiri adalah ketenangan
dan kedamaian.
Dalam berinteraksi dengan Sang Pencipta (hablum minallah), misalnyakita diperintahkan berzikir
mengingat Allah, yang salah satu tujuannya adalah menjalin kedekatan (taqarrub) sekaligus
menciptakan jiwa yang damai dan tenteram(Surat Ar-Ra’du ayat 28).
Kemudian, ketika menunaikan shalat, kita diwajibkan melakukannya dengan tuma’ninah alias
tenang dan tidak tergesa-gesa.Di akhir shalat,kita diharuskan mengucap salam. Setelahnya, kita
dianjurkan berdoa, di antara doa yang kita panjatkan adalah doa selamat dan doa khusus
kedamaian, allahumma antassalam waminkassalam.... Dan masih banyak lagi tradisi yang tidak
dapat dilepaskan dari semangat perdamaian dan keselamatan.
Bahkan, kelak di akhirat, yang dipanggil oleh Yang Maha Kuasa untuk bergabung dengan
kelompok hamba-hamba-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya adalah jiwa-jiwa yang damai dan
tenang (Surat Al-Fajr ayat 27-30).
Selanjutnya, dalam bermuamalah dengan sesama (hablum minannas), dua insan laki-laki dan
perempuan disatukan dalam tali pernikahan yang bertujuan untuk membina keluarga yang
sakinah, mawaddah,wa rahmah, alias keluarga yang penuh ketenangan, kecintaan, dan kasih
sayang (Surat Ar-Rum ayat 21).
Masih dalam rangka hablum minnas, Islam juga mengajarkan kepada kita menebarkan salam
alias as-salamu ‘alaikum, baik sewaktu bertamu, bertegur sapa, berjabat tangan, maupun
mengawali dan mengakhiri pembicaraan formal, setidaknya kepada sesama Muslim.
Pentingnya menebarkan salam di antara sesama Muslim bukan tanpa dasar dalil yang jelas. Hal
itu dapat kita lihat dalam salah satu hadits, “Demi Dzat Yang menggenggam jiwaku, kalian tidak
akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman sampai kalian saling
mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang membuat kalian jadi saling
mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian,” (HR Muslim).
Dalam hadits lain, disebutkan, “Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Zat Yang
Maha Penyayang. Karenanya, sayangilah siapa pun yang ada di muka bumi, niscaya akan
disayang oleh yang di langit,” (HR Abu Dawud).
Keselamatan adalah sebuah tradisi yang telah berlangsung lama dalam tubuh umat Muslim.
Namun, mengapa tradisi itu seolah sirna dari semangat dan substansi yang sesungguhnya, yaitu
sebuah doa dan pengharapan yang terpanjatkan untuk kedamaian dan keselamatan orang-
orang yang disapa.
Berbicara ajaran, rujukannya tentu Al-Quran dan Sunnah. Dalam Al-Quran sendiri, kata salam
atau kata salm,dengan segala derivasinya, disebutkan tidak kurang dari 120 kali,
(Lihat Fathurrahman Li Thalibil Quran, [Semarang, CV Diponegoro: tt], halaman 218) yang salah
satunya menjadi asma Allah, As-Salam yang berarti zat pemberi keselamatan dan kedamaian.
Ini menunjukkan, Allah adalah sumber kedamaian dan keselamatan, yang mengharuskan para
hamba-Nya meraih keduanya. Alhasil, berlandaskan keimanan dan kasih sayang, Islam begitu
menekankan pentingnya menyayangi sesama manusia, bahkan sesama makhluk, agar tercipta
kedamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Wallahu a‘lam. (Tatam Wijaya)
Hakikat Islam
Secara harfiah, islam berarti ‘damai’, ‘selamat’, ‘aman’, atau ‘tenteram’, (Lihat Ismail bin
Hammad Al-Jauhari, As-Shihhah: Tajul Lughah Washihahul Arabiyyah, [Beirut, Darul Ilmi: 1990
M], cetakan keempat, halaman 1951) yang semua itu mengacu pada situasi yang sangat
didambakan setiap orang.
Situasi ini tidak hanya oleh umat Islam, tetapi juga oleh semua umat manusia di mana pun,
bahkan hewan dan tumbuhan sekalipun. Kemudian, secara konseptual, Islam merupakan agama
yang mengajarkan monoteisme tauhid yang harus diwujudkan dalam bentuk kepasrahan diri dan
ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya sebagai utusan pembawa rahmah guna meraih
kebahagiaan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat (Surat Al-Baqarah ayat 201).
Namun, kebahagiaan itu tidak akan pernah terwujud tanpa kedamaian dan kasih sayang di
antara sesama.Intinya, dengan membawa misi damai dan kasih sayang itulah risalah Islam
diturunkan ke seluruh alam (Surat Al-Anbiya ayat 107).
Secara tekstual, Al-Qur’an juga mengajarkan kepada kita agar senantiasa mengamalkan nilai-
nilai kedamaian secara total. Bahkan, salah satu ayatnya menyebutkan, “Masuklah kalian ke
dalam Islam secara utuh,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).
Jika kita mengacu pada Islam yang berarti ‘damai’, maka sesungguhnya ayat itu ingin
mengatakan, “Masuklah kalian ke dalam kedamaian secara total.” Totalitas dalam pengertian,
tidak saja memberikan kedamaian kepada orang yang sekelompok, seormas, atau seakidah
dengan kita, tetapi kepada sesama manusia yang berlainan keyakinan, hatta kepada sesama
ciptaan-Nya.
Sementara Islam dalam pengertian ‘selamat’ dapat kita baca dalam sabda Rasulullah SAW yang
menyatakan bahwa Muslim sejati adalah yang komitmen sepenuh hati menjaga keselamatan
saudaranya. (Lihat selengkapnya hadits tersebut yang menyebutkan, “Muslim sejati adalah
Muslim yang orang Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya,” (HR Al-Bukhari dan
Muslim).
Sebaliknya, orang yang yang paling buruk adalah yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan
justru ditakuti keburukannya. (Dalam hadits dimaksud, dikatakan, “Orang yang terburuk di antara
kalian adalah yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan justru orang lain tidak bisa dirasa
aman dari keburukannya,” (HR Tirmidzi). Sungguh sebuah ajaran luhur dan mulia yang telah
diajarkan Rasulullah SAW kepada kita.
Ketika beraktivitas atau melaksanakan ritual ibadah, kita kerap diperintah melakukannya dengan
cara tenang dan damai. Bahkan, dalam beberapa hal, tujuan ritual itu sendiri adalah ketenangan
dan kedamaian.
Dalam berinteraksi dengan Sang Pencipta (hablum minallah), misalnyakita diperintahkan berzikir
mengingat Allah, yang salah satu tujuannya adalah menjalin kedekatan (taqarrub) sekaligus
menciptakan jiwa yang damai dan tenteram(Surat Ar-Ra’du ayat 28).
Kemudian, ketika menunaikan shalat, kita diwajibkan melakukannya dengan tuma’ninah alias
tenang dan tidak tergesa-gesa.Di akhir shalat,kita diharuskan mengucap salam. Setelahnya, kita
dianjurkan berdoa, di antara doa yang kita panjatkan adalah doa selamat dan doa khusus
kedamaian, allahumma antassalam waminkassalam.... Dan masih banyak lagi tradisi yang tidak
dapat dilepaskan dari semangat perdamaian dan keselamatan.
Bahkan, kelak di akhirat, yang dipanggil oleh Yang Maha Kuasa untuk bergabung dengan
kelompok hamba-hamba-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya adalah jiwa-jiwa yang damai dan
tenang (Surat Al-Fajr ayat 27-30).
Selanjutnya, dalam bermuamalah dengan sesama (hablum minannas), dua insan laki-laki dan
perempuan disatukan dalam tali pernikahan yang bertujuan untuk membina keluarga yang
sakinah, mawaddah,wa rahmah, alias keluarga yang penuh ketenangan, kecintaan, dan kasih
sayang (Surat Ar-Rum ayat 21).
Masih dalam rangka hablum minnas, Islam juga mengajarkan kepada kita menebarkan salam
alias as-salamu ‘alaikum, baik sewaktu bertamu, bertegur sapa, berjabat tangan, maupun
mengawali dan mengakhiri pembicaraan formal, setidaknya kepada sesama Muslim.
Pentingnya menebarkan salam di antara sesama Muslim bukan tanpa dasar dalil yang jelas. Hal
itu dapat kita lihat dalam salah satu hadits, “Demi Dzat Yang menggenggam jiwaku, kalian tidak
akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman sampai kalian saling
mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang membuat kalian jadi saling
mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian,” (HR Muslim).
Dalam hadits lain, disebutkan, “Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Zat Yang
Maha Penyayang. Karenanya, sayangilah siapa pun yang ada di muka bumi, niscaya akan
disayang oleh yang di langit,” (HR Abu Dawud).
Keselamatan adalah sebuah tradisi yang telah berlangsung lama dalam tubuh umat Muslim.
Namun, mengapa tradisi itu seolah sirna dari semangat dan substansi yang sesungguhnya, yaitu
sebuah doa dan pengharapan yang terpanjatkan untuk kedamaian dan keselamatan orang-
orang yang disapa.
Berbicara ajaran, rujukannya tentu Al-Quran dan Sunnah. Dalam Al-Quran sendiri, kata salam
atau kata salm,dengan segala derivasinya, disebutkan tidak kurang dari 120 kali,
(Lihat Fathurrahman Li Thalibil Quran, [Semarang, CV Diponegoro: tt], halaman 218) yang salah
satunya menjadi asma Allah, As-Salam yang berarti zat pemberi keselamatan dan kedamaian.
Ini menunjukkan, Allah adalah sumber kedamaian dan keselamatan, yang mengharuskan para
hamba-Nya meraih keduanya. Alhasil, berlandaskan keimanan dan kasih sayang, Islam begitu
menekankan pentingnya menyayangi sesama manusia, bahkan sesama makhluk, agar tercipta
kedamaian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Wallahu a‘lam. (Tatam Wijaya)
Prinsip toleransi yang ditawarkan Islam dan ditawarkan sebagian kaum muslimin
sungguh sangat jauh berbeda. Sebagian orang yang disebut ulama mengajak umat
untuk turut serta dan berucap selamat pada perayaan non muslim. Namun Islam
tidaklah mengajarkan demikian. Prinsip toleransi yang diajarkan Islam adalah
membiarkan umat lain untuk beribadah dan berhari raya tanpa mengusik mereka.
Senyatanya, prinsip toleransi yang diyakini sebagian orang berasal dari kafir Quraisy di
mana mereka pernah berkata pada Nabi kita Muhammad,
“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian
(muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala
permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik
(menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya,
apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus
mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425).
Prinsipnya sama dengan kaum muslimin saat ini di saat non muslim mengucapkan
selamat Idul Fitri, mereka pun balik membalas mengucapkan selamat natal. Itulah tanda
akidah yang rapuh.
Satu kesalahan besar bila kita turut serta merayakan atau meramaikan perayaan
mereka, termasuk juga mengucapkan selamat. Sebagaimana salah besar bila teman kita
masuk toilet lantas kita turut serta masuk ke toilet bersamanya. Kalau ia masuk toilet,
maka biarkan ia tunaikan hajatnya tersebut. Apa ada yang mau temani temannya juga
untuk lepaskan kotorannya? Itulah ibarat mudah mengapa seorang muslim tidak perlu
mengucapkan selamat natal. Yang kita lakukan adalah dengan toleransi yaitu kita
biarkan saja non muslim merayakannnya tanpa mengusik mereka. Jadi jangan tertipu
dengan ajaran toleransi ala orang-orang JIL (Jaringan Islam Liberal) yang “sok intelek”
yang tak tahu arti toleransi dalam Islam yang sebenarnya.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Ayat ini mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah setiap muslim berbuat baik pada
lainnya selama tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non
muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang
lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang
yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247). Ibnu Jarir Ath
Thobari rahimahullah mengatakan bahwa bentuk berbuat baik dan adil di sini berlaku
kepada setiap agama. Lihat Tafsir Ath Thobari, 14: 81.
Sedangkan ayat selanjutnya yaitu ayat kesembilan adalah berisi larangan untuk loyal
pada non muslim yang jelas adalah musuh Islam. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7:
248.
2- Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non
muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku
pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan
membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap
jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah
mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,
َع فَقَا َل ِللنا ِب ِى – صلى هللا عليه وسلم – ا ْبت َ ْع َه ِذ ِه ْال ُحلاة ُ علَى َر ُجل تُبَا َ ًع َم ُر ُحلاة ُ َرأَى
س َهذَا َم ْن لَ َخالَقَ لَهُ فِى ُ َ فَقَا َل « ِإنا َما يَ ْلب. ُت َ ْلبَ ْس َها يَ ْو َم ْال ُج ُمعَ ِة َو ِإذَا َجا َء َك ْال َو ْفد
ُ س َل ِإلَى َ َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – ِم ْن َها ِب ُحلَل فَأ َ ْر ُ
ع َم َر سو ُل ا ُ ى َر َ ِ فَأت. » ِاآلخ َرة ِ
س َها َ َس َك َها ِلت َ ْلب
ُ ت قَا َل « ِإنِى لَ ْم أ َ ْك َ ت فِي َها َما قُ ْل َ س َها َوقَ ْد قُ ْلُ َْف أ َ ْلب ُ فَقَا َل. ِم ْن َها ِب ُحلاة
َ ع َم ُر َكي
ع َم ُر ِإلَى أَخ لَهُ ِم ْن أ َ ْه ِل َم اكةَ قَ ْب َل أ َ ْن يُ ْس ِل َم ُ س َل بِ َها َ فَأ َ ْر. » سوهَا ُ ت َ ِبيعُ َها أ َ ْو ت َ ْك،
“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari
Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan
mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada
‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau
tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di
akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan
pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual
saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut
kepada saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari
no. 2619). Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan
memberi pakaian pada saudaranya yang non muslim.
Prinsip Lakum Diinukum Wa Liya Diin
Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan perayaan non muslim,
bukan turut memeriahkan atau mengucapkan selamat. Karena Islam mengajarkan
prinsip,
ِين
ِ يدَ لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al Kafirun: 6).
Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian
agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian
pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama
tersebut. Sedangkan untukku yang kuanut. Aku pun tidak meninggalkan agamaku
selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke
agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).
Itulah prinsip toleransi yang digelontorkan oleh kafir Quraisy di masa silam, hingga Allah
pun menurunkan ayat,
Jangan heran, jika non muslim sengaja beri ucapan selamat pada perayaan Idul Fitri
yang kita rayakan. Itu semua bertujuan supaya kita bisa membalas ucapan selamat di
perayaan Natal mereka. Inilah prinsip yang ditawarkan oleh kafir Quraisy di masa silam
pada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun bagaimanakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyikapi toleransi seperti itu?
Tentu seperti prinsip yang diajarkan dalam ayat, lakum diinukum wa liya diin, bagi
kalian agama kalian, bagi kami agama kami. Sudahlah biarkan mereka beribadah dan
berhari raya, tanpa kita turut serta dalam perayaan mereka. Tanpa ada kata ucap
selamat, hadiri undangan atau melakukan bentuk tolong menolong lainnya.
ل تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan
mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”
Umar berkata,
Juga sifat ‘ibadurrahman, yaitu hamba Allah yang beriman juga tidak menghadiri acara
yang di dalamnya mengandung maksiat. Perayaan natal bukanlah maksiat biasa, karena
perayaan tersebut berarti merayakan kelahiran Isa yang dianggap sebagai anak Tuhan.
Sedangkan kita diperintahkan Allah Ta’ala berfirman menjauhi acara maksiat lebih-lebih
acara kekufuran,
Selesai disusun di pagi hari penuh berkah di Pesantren Darush Sholihin, Panggang,
Gunungkidul, 22 Safar 1435 H
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page
Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom
Segera pesan Buku Mengenal Bid’ah Lebih Dekat (harga: Rp.13.000,-), buku terbaru
karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal. Kirimkan format pemesanan via sms ke no
0852 0017 1222 atau via PIN BB 2AF1727A: Buku Bid’ah#Nama#Alamat#no HP. Nanti
akan diingatkan ketika buku sudah siap untuk dikirim dan akan diperintah untuk
ditransfer.
Mengukuhkan Persatuan
Peran aktor dalam mengaktualisasikan Islam rahmatan lil ‘alamin sangat
dibutuhkan, karena dengan aktor-aktor yang handal, sebuah konsepsi Islam
rahmat dapat diaktualisasikan dalam mengukuhkan persatuan bangsa
Indonesia. Kukuhnya persatuan di Indonesia sangat tergantung dengan
bagaimana aktor mengaktualisasikan Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia.