Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT CKD (CRHONIC KIDNEY DISEASE)

OLEH:

NUR ATMASARI
70300116021

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018

1
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagl
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal
kronik merupakan perkembangan gagl ginjal yang progresif dan lambat pada
setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible), gagal
ginjal akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis,berkembang pesat dalam
hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasaanya reversible bila pasien dapat
bertahan dengan penyakit kritisnya.(Nurarif & Kusuma,2015)
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulusfiltration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2013)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel,
dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalammempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadiuremia atau
azotemia (Smeltzer, 2009)
B. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi
GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang
ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati

2
refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering
terjadi yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal
System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi
dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan
18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain
dengan 13,65% (Sudoyo, 2011).
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 2015)
Penyebab GGK menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dibagi menjadi delapan
kelas, antara lain:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik atau refluks neuropati
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renali
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra
C. Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

3
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2013 ).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai
meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi
kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 2006)

Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) proses terjadinya CKD adalah akibat dari

penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang

mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka

setiap gejala semakin meningkat, sehingga menyebabkan gangguan kliren renal.

Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomerulus

yang berfungsi, sehingga menyebabkan penurunan klirens subtsansi darah yang

seharusnya dibersihkan oleh ginjal.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan


urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya filtrasi glomelurus

4
atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin. Sehingga kadar

kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN)

biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator paling sensitif dari

fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak

hanya dipengaruhi oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan

protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan
dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak

mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Pada

penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan

cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan

dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti,

dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin

dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai

kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan

hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,

yang semakin memperburuk status uremik.


Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan

muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama akibat

ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan

mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan asam

organik lain juga terjadi.

Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin menurun

dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletihan. Eritropoetin yang

5
tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan

kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena status pasien, terutama dari

saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia berat atau sedang. Eritropoitin

sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi

sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.


D. Manefestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain (Long, 2014 ) :
1. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2009 ) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
Menifestasi berdasarkan perjalanan klinisnya (Nurarif & Kusuma, 2015) :
1. Menurunya candangan ginjal pasien,asimtomatik,namun GVR dapat menurun
hingga 25 % dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaaan ini pasien mengalami poli uria dan
nokturia, GVR 10-25% dari normal, kadar kreatini serum dan BUMN sedikit
meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sidrom uremik
(lemah,letargi,anoreksia,mualmuntah,nokturia,kelebihan volume
cairan,neuropati perifer,pruritus,uremik fros,pericarditis,kejang-kejang sampai
koma) yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum

6
kreatinin meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
kompleks.
Gejala komplikasi antara lainnya : hipertensi,anemia,osteodistrofirenal,payah
jantung,asidosis metabolic,gagguan keseimbangan ektrolit
(zodium,kalium,klorida).
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Sementara massa nefron dan fungsi ginjal berkurang, ginjal tidak mampu
mengatur cairan, elektrolit, dan sekresi hormone.
a. Natrium. Bila GFR turun di bawah 20-25 mL/menit, ginjal menjadi tak
mampu mengekskresi beban natrium ataupun menyimpan natrium; ini sering
menyebabkan retensi natrium dengan akibat edema, hipertensi, dan gagal
jantung kongestif.
b. Air. Sementara fungsi ginjal memburuk, kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengencerkan urin menjadi terganggu, dan kadar urin
menjadi isotonik. Tetapi, mekanisme rasa haus yang masih utuh biasanya
dapat mempertahankan keseimbangan air sampai perjalanan penyakit telah
lanjut.
c. Kalium. Keseimbangan kalium dipertahankan oleh peningkatan sekresi di
tubulus distal dan peningkatan ekskresi gastrointestinal lewat peningkatan
kadar aldosteron.
d. Keseimbangan asam-basa.
a. Asidosis hiperkloremik. Asidosis metabolik hiperkloremik tanpa celah
anion (nonanion gap) dapat terjadi pada awal gagal ginjal, terutama pada
pasien dengan penyakit tubulointerstisial yang kronis. Ini terjadi karena
ginjal tidak mampu meningkatkan produksi amonia dan ekskresi ion
hidrogen.
b. Asidosis dengan kenaikan celah anion. Asidosis metabolik celah anion
terjadi akibat akumulasi anion fosfat dan sulfat yang tak terukur.8

7
e. Kalsium, fosfor, dan magnesium. Hipokalsemia terjadi akibat menurunnya
produksi 1,25-dihidroksikolekalsiferol (vitamin D) oleh ginjal, yang
menyebabkan berkurangnya absorbsi kalsium oleh sistem gastrointestinal.
Sementara GFR menurun, ekskresi fosfat juga berkurang, mengakibatkan
peningkatan fosfor serum. Hiperfosfatemia juga menyebabkan berkurangnya
kadar ion kalsium dalam serum. Hipokalsemia merangsang sekresi hormon
paratiroid (PTH), yang mengakibatkan reabsorbsi tulang dan pembebasan
kalsium dari tulang, mengakibatkan penyakit tulang hiperparatiroid (osteitis
fibrosa). Hipermagnesemia biasanya ringan dan asimtomatis.8
f. Anemia. Anemia umumnya terjadi akibat menurunnya eritropoetin pada
ginjal. Sediaan apus darah tepi mengungkapkan anemia normokromik,
normositik dengan sedikit sel burr dan sel helmet.
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi :
a. Foto polos abdomen, biasa tampak batu radio-opak
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak melewati
filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh
kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan2
c. Pielografi antegrad atau retograd dilakukan sesuai indikasi
d. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil,
korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa,
klasifikasi.
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
3. Pemeriksaan Biopsi ginjal
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan
ukuran ginjal yang masih mendekati normal, di mana diagnosis secara
noninvasif tidak bisa ditegakkan. Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk
mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis dan mengevaluasi hasil

8
terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal indikasikontra dilakukan pada
keadaan di mana ukuran ginjal yang sudah mengecil ( contracted kidney ),
ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan
pembekuan darah, gagal napas dan obesitas.(Smeltzer & Bare, 2010)
F. Komplikasi

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa

komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2007)

Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan

diit berlebih.
1. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
2. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
3. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
4. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
5. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
6. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
7. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
8. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
G. Penatalaksanaan
1. Manfaat obat dalam terapi penyakit ginjal kronik
a. Diuretik
Diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran urine) membantu
pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat
membantu menurunkan tekanan darah.
b. Obat antihipertensi

9
Sebagian besar penderita penyakit ginjal kronik mengalami tekanan darah
tinggi. Oleh karena itu, diperlukan obat antihipertensi untuk
mempertahankan agar tekanan darah tetap dalam batas normal dan dengan
demikian, akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan
oleh tingginya tekanan darah.
c. Eritropoietin (Epo)
Salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormone eritropoietin (Epo).
Hormone ini bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel
darah merah. Penyakit ginjal kronik menyebabkan produksi hormon Epo
mengalami penurunan sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, Epo
perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh penyakit
ginjal kronik. Epo biasanya diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali/minggu.
d. Zat besi
Zat besi (ferrous sulphate) sering kali bermanfaat untuk membantu
mengatasi anemia yang diakibatkan kekurangan Fe pada pasien dengan
penyakit ginjal kronik. Suplemen zat besi diberikan dalam bentuk tablet atau
injeksi.
e. Suplemen kalsium dan kalsitriol
Pada penyakit ginjal kronik, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah,
sebaliknya kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi
ketidakseimbangan mineral ini, diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu
kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.
2. Modifikasi gaya hidup
1) Diet
Perencanaan menu makanan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan zat gizi. Kebutuhan akan zat gizi ini berbeda-beda, tergantung
stadium penyakit ginjal kronik yang dialami. Secara umum, penderita
penyakit ginjal kronik dianjurkan untuk ; diet rendah garam (sodium) yang
bermanfaat membantu mengendalikan tekanan darah dan mencegah

10
tertimbunnya kelebihan cairan tubuh, dan diet rendah fosfat (800-1000
mg/hari).
2) Olahraga
Olahraga bermanfaat membantu mengendalikan kadar gula darah,
menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan tekanan darah, dan
mengurangi kelebihan berat badan. Selain dari segi fisik, olahraga juga
berpengaruh positif terhadap kesehatan mental dan emosional.
3) Menjaga berat badan dalam batas normal
Mengurangi kelebihan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan kadar kolesterol/lemak darah. Sebagai pedoman, indeks massa
tubuh (body mass index) normal yang dianjurkan : 18,5 sampai dengan 24,9
kg/m2.
4) Berhenti merokok
Merokok dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding pembuluh darah
sehingga kolesterol mudah tersangkut dan membentuk timbunan plak pada
dinding pembuluh darah. Endapan kolesterol menyebabkan dinding
pembuluh darah menebal dan mengeras sehingga rongga pembuluh darah
mengalami penyempitan. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya aliran
darah yang menuju ginjal dan meningkatnya tekanan darah. Oleh karena itu,
individu dengan penyakit ginjal kronik yang memiliki kebiasaan merokok,
sangat di anjurkan untuk sedapat mungkin berhenti merokok.10
3. Non farmakologis
a. Pengaturan asupan protein :
1) Pasien non dialisis 0,6-0,75 gram/kgBB ideal/hari sesuai dengan CCT dan
toleransi pasien
2) Pasien hemodialisis 1-1,2 gram/kgBB ideal/hari
3) Pasien peritoneal dialisis 1,3 gram/kgBB ideal/hari
b. Pengaturan asupan kalori : 35 Kal/kgBB ideal/hari

11
c. Pengaturan asupan lemak : 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah
yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
d. Pengaturan asupan karbohidrat : 50-60% dari kalori total
e. Garam (NaCl) : 2-3 gram/hari
f. Kalium : 40-70 mEq/kgBB/hari
g. Fosfor : 5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD : 17 mg/hari
h. Kalsium : 1400-1600 mg/hari
i. Besi : 10-18 mg/hari
j. Magnesium : 200-300 mg/hari
k. Asam folat pasien HD : 5 mg
l. Air : jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water loss). Pada CAPD air
disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan berat badan di
antara waktu HD<5% BB kering. (Nurarif & Kusuma, 2015)
H. Prognosis
Perjalanan klinis umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium, yaitu:
1. Stadium pertama disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan pasien asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi beban kerja yang berat
pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine yang lama atau dengan
mengadakan tes GFR yang teliti.
2. Stadium kedua perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, bila lebih dari
75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya 25% dari normal).
Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas normal.
Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, bergantung pada kadar protein
dalam makanan. Pada stadium insufisiensi ginjal ini mulai timbul gejala-gejala
nokturia dan poliuria ( akibat gangguan kemampuan pemekatan). Gejala-gejala
ini timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan atau
minuman yang tiba-tiba.

12
3. Stadium ketiga adalah stadium akhir gagal ginjal progresif yang disebut
penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau uremia. ESRD terjadi apabila
sekitar 90% dari massa nefron telah hancur, atau hanya sekitar 200.000 nefron
yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal, dan bersihan
kreatinin mungkin sebesar 5-10ml per mennit atau kurang. Pada keadaan ini,
kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok
sebagai respon terhadap GFR yang mengalami sedikit penurunan. (Smeltzer &
Bare, 2010)

13
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal
ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min (Sudoyo, 2011).
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit saat ini
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik
Menurut Doenges (2015), hal-hal yang dikaji pada pasien dengan gagal ginjal
kronik yaitu:
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise gangguan tidur (insomnia /
gelisah atau samnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi ; nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi; Distensi Vena Jugularis, nadi kuat, edema jaringan umum
dan pitting pada kaki, telapak tangan. Distrimia jantung. Nadi lemah halus,
hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit
tahap akhir. Friction rub pericardial ( Respon terhadap akumulasi sisa). Pucat
: kulit coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.

14
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Peresaan
tak berdaya, tidak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak , ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut).
Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan.
Oliguria dapat menjadi anuria.
5. Makanan Cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi).Anoreksia nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik
tak sedap pada mulut (pernafasan ammonia). Penggunaan diuretik.
Tanda : Distensi abdomen/ asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
tugor kulit / kelembaban. Edema (umum, tergantung). Ulserasi gusi,
perdarahan gusi lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom “kaki
gelisah”, kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Kebas / kesemutan
dan kelemahan. Khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapangan perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadarn, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda Chovostek
dan Trousseau positif kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejanng.
Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / Kenyamanan.

15
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki ( memburuk saat
malam hari).
Tanda : Perilaku berhati – hati / distraksi, gelisah.
8. Pernafasan.
Gejala : Nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal : batuk dengan tanda
sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernafasan
kusmaul).Batuk produktif dengan sputum merah muda – encer
(edema paru).
9. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal. Ada / berulang infeksi.
Tanda : Pruritus. Demam (sepsis, dehidrasi) normotermia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuhlebih
rendah dari normal (efek GGK/ depresi respon imun). Petekie, area
ekomosis pada kulit. Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium
(klasifikasi metastik) pada kulit.Jaringan lunak, sendi : Keterbatasan
gerak sendi.
10. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amionorea, infertilitas.
11. Interaksi Sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tk mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat
terpanjar pada toksin , contoh obat, racun lingkungan penggunaan
antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
B. Diagnosa keperawatan

16
1. Hypervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan edema perifer ,terdengar suara napas tambahan
(ronkhi),kadar hb turun.
2. Nyeri kronis berhubungan penekanan saraf dintandai dengan
meringis,gelisah,bersikap protektif.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat ditandai dengan tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat, merasa lemah, Iskemia, anemia.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume cairan
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit,pendarahan. (SDKI, 2017)

17
C. Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan
1. Hypervolemia NOC Observasi
berhubungan dengan 1. Terbebas dari edema, a. Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Ortopnea,
gangguan mekanisme efusi, anaskara. dyspnea, edema, JVP/CVP meningkat, reflex
regulasi 2. Bunyi napas bersih tidak hepatojungular positif, suara napas tambahan)
ada dipsnea. b. Identifikasi penyebab hypervolemia
3. Terbebas dari distensi c. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung,
vena jugularis, reflek Tekanan Darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,CI) jika
hepatojungular (+) tersedia
4. Memelihara tekanan d. Monitor input dan output cairan
vena sentral, tekanan e. Monitor tanda hemokonsentrasi (kadar natrium,
kapiler paru, output hematocrit, dan berat jenis urine)
jantung dan vital sign f. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis.
dalam batas normal Kadar protein dan albumin meningkat )
5. Terbebas dari kelelahan, g. Monitor kecepatan infus secara ketat
kecemasan, atau h. Monitor efek samping diuretic (mis. Hipotensi
kebingungan ortortostatik, hipovolemia, hypokalemia, dan

18
6. Menjelaskan indikator hiponatremia )
kelebihan cairan Terapeutik
i. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
j. Batasi asupan cairan dan garam
k. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
l. Anjurkan melapor jika keluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
m. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam
sehari
Kolaborasi
n. Kolaborasi pemberian diuretic
o. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
deuretik
p. Pemberian contununous renal replacement therapy
(CRRT) jika perlu

2. Nyeri kronis NOC : Observasi


berhubungan 1. Pain level a. a. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

19
penekanan saraf 2. Pain control nyeri.
dintandai dengan 3. Comfort level b. b. Identifikasi skala nyeri.
meringis, gelisah, Setelah dilakukan tindakan c. c. Identifikasi respon nyeri non verbal
bersikap protektif. keperawatan selama….nyeri d. Identifikasi faktor yang memperberat dan yang
teratasi/ berkurang dengan memperingan nyeri
kriteria hasil: Teraputik
1. Mampu mengontrol e. Berikan tehnik non farmakologis untuk mengunrangi
nyeri (tahu penyebab rasa nyeri (mis : TENS, hypnosis,akupresur,terapi music,
nyeri, mampu biofeedback, terapi pijat,aroma therapy,tehnik imanjinasi
menggunakan tekhnik terbimbing,kompres hangat atau dingin)
nonfarmakologi untuk f. Control lingkungsn yang memperberat rasa nyeri (mis:
mengurangi nyeri, suhu ruangan,kebisingan,pencahayaan
mencari bantuan ) g. Fasilitasi istirahat dan tidur.
2. Melaporkan bahwa h. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
nyeri berkurang strategi meredakan nyeri.
dengan menggunakan Edukasi
manajemen nyeri i. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri.
3. Mampu mengenali j. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
nyeri ( skala intensitas, k. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

20
frekuensi, dan tanda l. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
nyeri) m. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
4. Menyatakan rasa rasa nyeri.
nyaman setelah nyeri Kolaborasi
berkurang n. Kolaborasi penggunaan analgetik jika perlu.

3. Intoleransi aktivitas NOC : Observasi


berhubungan dengan 1. Joint Movement : Active a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
oksigenasi jaringan 2. Mobility Level mengakibatkan kelelahan
yang tidak adekuat 3. Self care : ADLs b. Monitor kelemahan fisik dan emosional.
ditandai dengan 4. Transfer performance c. Monitor pola dan jam tidur.
tekanan darah berubah Setelah dilakukan tindakan d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
>20% dari kondisi keperawatan melakukan aktivitas.
istirahat, merasa selama….intoleransi aktivitas Terapeutik
lemah, iskemia, teratasi dengan kriteria hasil: e. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
anemia. 1. Berpartisipasi dalam (mis: cahaya,suara dan kunjungan.)
aktivitas fisik tanpa f. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.
disertai peningkatan g. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan.
tekanan darah, nadi, h. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat

21
dan respirasi berpindah atau berjalan.
2. TTV normal Edukasi
3. Energi psikomotori i. Anjurkan tirah baring
4. Level kelemahan j. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
Kolaborasi
k. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.

4. Gangguan integritas NOC : Observasi


kulit berhubungan 1. Tissue Integrity : Skin a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit.(mis
dengan kelebihan and Mucous :perubahan sirkulasi,perubahan status
volume cairan 2. Membrane nutrisi,penurunan kelembaban,suhu lingkungan
ditandai dengan 3. Hemodyalis akses ekstrem dan penurunan mobilitas.
kerusakan lapisan Terapeutik
kulit,pendarahan. Setelah dilakukan tindakan b. Ubah posisi tiap 2 jam,jika tirah baring,lakukan
keperawatan selama…. pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu.
Gangguan integritas kulit c. Bersikan perineal dengan air hangat terutama selama
tidak terjadi dengan kriteria periode diare.

22
hasil: Edukasi
1. Integritas kulit yang baik d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
bisa e. Hindari terpapar suhu ekstrim.
dipertahankan(sensasi, f. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur.
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
2. Perfusi jaringan baik
3. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
4. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

5. Gangguan mobilitas Observasi


fisik berhubungan 1. Identifikasi terjadinya nyeri atau keluhan fisik
NOC :
dengan penurunan
5. Joint Movement : Active lainnya
kekuatan otot

23
6. Mobility Level 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
7. Self care : ADLs 3. Monitor kondisi umum selama melakukan aktifitas
8. Transfer performance Terapeutik
Setelah dilakukan tindakan 4. Fasilitasi melakukan ambulasi & pergerakan, jika
keperawatan perlu
selama….intoleransi aktivitas 5. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
teratasi dengan kriteria hasil: meningkatkan ambulasi & pergerakan
1. Klien meningkat Edukasi
aktivitas fisik 6. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi dan mobilisasi
2. Menegerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
fisik
3. Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
4. Bantu untuk mobilisasi

24
25
LAMPIRAN
Penyimpangan KDM
Suplai darah GFR↑ GGK/ CKD
ginjal menurun

Glomerulunefritis

Infeksi kronis
Gangguan reabsobsi Sindrom uremia Produksi urine
Zat toksik turun
Sekresi eritroporitis Retensi cairan
Penyakit vaskuler ↓ Gangguan
eliminasi urine
nepholistihiasis Hb menurun Vol.vaskuler
meningkat
Obstruksi saluran Suplai O2 ↓
kemih Permebilitas Penekanan
kapiler meningkat saraf
Perfusi turun
Proses hemodialisa oedema
Nyeri
kontinyu
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Perposputemia
Tindakan invasive perifer
berulang
pruritus
Injury jaringan
Anemia Gangguan
integritas kulit
Resiko infeksi Hypervolemia
Intoleransi (Kelebihan volume
aktivitas cairan)
Oedema pulmonal

Gangguan keseim. DAFTAR PUSTAKA


Asam basa Retensi CO2 Ekspansi paru turun

HCLBrunnner
meningkatdan Suddart. 2013.Asidosis
Keperawatan Medikal Bedah Edisi
repiratorik 8 Volume 2. Jakarta
dyspnea
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mual muntah Gangguan pertukaran Pola nafas tidak
gas efektif
26

Defisit Nutrisi
Doenges Marlyn E, 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. (Edisi 5), (Ahli Bahasa 1 Made Kriase)),
Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 2014. Perawatan Medikal Bedah (Volume 3). Bandung : Yayasan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Penyakit Ginjal Kronis : Panduan Praktis
Untuk Pengertian dan Menejemen. AS: Oxford University Press
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawat Berdasarkan Diagnose Medic
Dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:Mediaction
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonmesia (SDKI): Defini dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonmesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Price S.A and Wilson L.M,. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. (Edisi 6) Buku II. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G bare (2009) Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN

PENYAKIT CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) RUANG PERAWATAN


MAMINASA BAJI DI RS LABUANG BAJI

OLEH:

NUR ATMASARI
70300116021

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018

28
PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa :

Nim :

A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 64 Tahun
Pekerjaan : Pesiunan Swasta
Suku : Makasaar
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Pabentengan
Sumber Informasi : Pasien Dan Keluarga
Ruang Rawat : Mamminasa Baji No. 313
No Rekam Medic : 29-65-93
Tgl/Jam Masuk : 01-04-2019
Tgl/Jam Pengkajian : 04-04-2019/ Pukul 13:10
Diagnosa Masuk : CKD Dan Anemia
Cara Masuk : Menggunakan Kursi Roda
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada punggung sebelah kanan
hingga ke lengan kanan
2. Keluhan saat ini : pasien mengatakan nyeri pada punggung sebelah kanan
hingga ke lengan kanan ketika duduk, pasien nanpak meringis dan
menjauhi sumber nyeri, pasien mengatakan lemas pasien nampak lemas,
pasien mengatakan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki sebelah kiri
dan wajah sebelah kiri terasa kebas pasien nanpak berbaring dan seluruh
aktivitas dibantu oleh keluarganya, dan pasien mengatakan batuk dan
mengeluh pembengkakan pada area tangan dan kaki, nampak
pembengkakan pada ekstremitas pasien, pasien mengatakan memiliki
riwayat hipertensi,stroke,pjk. Istri pasien mengatakan sudah 14 kali
melakukan cuci darah.

C. KEADAAN UMUM
Keadaaan umum pasien nampak lemah.
Kesadaran pasien somnolen: GCS : E: 3,V: 3, M:4

29
Istri Pasien mengatakan telah lama menderita penyakit ini sekitar tujuh tahun
tetapi pasien tidak ingin melakukan cuci darah.
D. KEBUTUHAN DASAR
1. Rasa nyaman nyeri
Suhu : 37 °C, pasien mengeluh nyeri pada punggung kanan hingga ke
lengan kanan dan pasien nampak menringis.
P : pasien mengatakan nyeri pada punggung kanan ketika duduk dan
cara mengatasi nyerinya yaitu dengan berbaring.
Q: pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk pada punggung
hingga ke lengan kanan , setiap duduk.
R: pasien mengatakan nyeri pada punggung sebelah kanan hingga ke
lengan kanan.
S: skla nyeri 5
T: setiap kali duduk 15-25 menit
Masalah Keperawatan : nyeri
2. Nutrisis
TB : 170 CM , BB: 69 kg
Pasien mengatakan nafsu makannya baik 2-3 x/hari porsi makan
dihabiskan, pasien mengatakan tidak mual dan muntah.
3. Kebersihan Perorangan
Pasien mengatakan semenjak di rawat di rumah sakit pasien hanya di
washlap oleh istrinya atau perawat di tempat tidur karena pasien tidak
bisa bangun karena nyeri, pasien nampak bersih dan rapi, istri pasien
mengatakan rutin menggatin pakaian suaminya yaitu 2x/hari.
4. Cairan
Istri pasien mengatakan kebiasaan minum pasien yaitu > 1200 cc/hari,
kulit lembab, warna punggung kuku putih, konjungtiva nampak
anemis,pasien mengatakan bengkak pada area kaki dan tangan,
nampak edema pada kaki dan tangan, nampak terpasang infuse RL 8
tetes/menit
Masalah keperawatan : kelebihan volume cairan (Hipervolemia)
5. Aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan semenjak di rawat di rumah sakit pasien tidak bisa
melakukan aktivitas apapun dan hanya berbaring, pasien nampak
berbaring, pasien mengeluh lemas, pasien nampak lemas, pasien
mengatakan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki sebelah kiri dan
wajahnya terasa kebas seluruh aktivitas dibantu oleh keluarganya.

30
Masalah Keperawatan : intolerasi aktivitas
6. Eliminasi
Pasien mengatakan sering BAK : > 7 x/hari,sedikit, pasien
mengatakan belum BAB selama 3 hari,tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen.
7. Oksigenasi
Td : 160/90 mmhg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37°c
Pasien mengatakan batuk berlendir, pasien nampak batuk Suara napas
terdengar ronchi, pasien mengatakan tidak sesak.
8. Tidur dan istirahat
Pasein mengatakan kebiasaan tidur yaitu sekitar 8 jam, tidur siang > 3
jam/hari.
9. Pencegahan terhadap bahaya
Pasien mengatakan tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki sebelah
kiri dan wajah sebelah kiri terasa kebas seluruh aktivitas dibantu oleh
keluarganya, pasien tidak mengalami gangguan pada penglihatan,
pendengaran, penciuman.
10. Neurosensoris
Pasien mengatatakan memiliki riwayat stroke, kaki dan tangannya
tidak bisa digerakkan dan wajah sebelah kiri terasa kebas, pasien
selalu nampak mengantuk.
11. Keamanan
Pasien mengatakan nyeri pada punggung hingga ke lengan kanan,
pasien mengatakan selama sakit tidak pernah berjalan lagi hanya
berbaring di tempat tidur karena riwayat stroke yang dideritanya.
12. Seksualitas
Tidak dikaji.
13. Keseimbangan dan peningkatan resiko serta interaksi sosial
Pasien mengatakan lama pernikahan 40 tahun, dan orang-orang yang
selalu mendukung pasien adalah istri dan anak-anaknya serta saudara-
saudaranya. pasien mengatakan semua masalahnya adalah jalan yang
harus di lewatinya dan semua itu adalah cobaan dari Allah.

31
E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN
Menganjurkan perubahan posisi setiap 2 jam jika tirah baring, menganjurkan
minum obat secara teratur dan tepat waktu, .
Obat yang diresepkan:
OBAT DOSIS WAKTU DI MINUM TUJUAN
SECARA
TERATUR
Clobazan 10 gr 1x 24 jam Teratur Anti kejang
(untuk
menenangkan)
Ambroxol tab 1x1 tablet 3x1 Teratur Mengencerkan
dahak
meloxicam 7,5 gr Teratur Anti inflamasi
(Ekstra)
Amlodipine 10 gr Teratur Mengatasi
hipertensi
NaCL 8 tpm permenit Teratur Untuk
pemasukan
obat
Faktor resiko keluarga:
Pasien mengatakan bahwa ayahnya juga menderita penyakit hipertensi dan
stroke.

32
F. DATA GENOGRAM

x x x x

x x x x x
x x

6 64 ?
o

35 3
Keterangan: 0
: laki-laki ? : Tidak diketahui

: perempuan : Pasien

X : Meninggal : Tinggal serumah

33
G. DATA PEMERISAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium ( tgl: 1-04-2019)
Jenis Hasil Rujukan Satuan
Pemeriksaan
Kimia
GDS 112 < = 200 mg/L
Kreatinin 9,85 L: 0,8-1,4 mg/dL
P : 0,6-1,2
Hasil Tes Darah Rutin (tgl: 2-04-2019)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Leukosit (WBC) 19, 2 4,0-10,0 103 μL
Eritrosit (RBC) 2,67 4,5-5,5 106 μL
Hemoglobin 7,9 14-18 gr/dL
(HBG)
Hematokrit (HCT) 23,8 40-50 %
Trombosot (PLT) 140 150-400 106 μL
LED 95 0-10 mm/Jam
Faal Hemostatis (tgl: 5-04-2019)

Pemeriksaan Hasil Kontrol Satuan Nilai


Rujukan
PT 9,4 Detik 10-15
Kontrol PT Range 10,0-
13,0
INR 0,79 Detik Range 0,86-
1,30
APTT 34,3 Detik 25-35
Kontrol Detik Range 21,0-
APPT 28,4
CT Menit 5-15
BT Menit

34
H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN K

ETIOLOGI:
Zat Toksik Vaskular
Penyakit Infeksi Obstruksi Saluran Kemih
Glomerulonefritis

Suplai darah ginjal↓

GFR↓

CKD/ GGK

Retensi Na Sekresi ertropoitis ↓ Penekanan saraf

Total CES ↑

Produksi Hb ↓ Nyeri
Tek kailer ↑

Volume Intersisial ↑
Oksihemoglobin ↓

Preload & beban jantung ↑


Anemia
Suplai O2 ↓
Hipertrofi ventrikel kiri

Payah jantung Kelelahan/ keletihan


RAA ↓
COP turuh
Aliran darah ginjal ↓ Intoleransi Aktvitas
Hypervolemia

35
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. pasien mengatakan nyeri pada - pasien nampak meringis dan
punggung sebelah kanan hingga ke menjauhi sumber nyeri
lengan kanan ketika duduk - nampak pembengkakan pada
2. pasien mengatakan lemas pasien ekstremitas pasien
mengatakan tidak bisa - KU: pasien nampak lemah.
menggerakkan tangan dan kaki - Kesadaran pasien somnolen,
sebelah kiri dan wajah sebelah kiri - GCS : E: 3,V: 3, M:4
terasa kebas - Nampak lemas
3. pasien mengatakan batuk dan - konjungtiva nampak anemis
mengeluh pembengkakan pada area - nampak edema pada kaki dan
tangan dan kaki tangan
4. pasien mengatakan memiliki riwayat - pasien nampak berbaring dan
hipertensi, stroke, pjk. seluruh aktivitas dibantu oleh
5. Istri pasien mengatakan sudah 14 keluarganya
kali melakukan cuci darah - pasien nampak batuk Suara napas
6. pasien mengeluh nyeri pada terdengar ronchi
punggung kanan hingga ke lengan - TTV:
kanan
TD : 160/90 mmhg
P : pasien mengatakan nyeri pada
Nadi : 80x/menit
punggung kanan ketika duduk dan
Pernafasan : 24 x/menit
cara mengatasi nyerinya yaitu
Suhu : 37°c
dengan berbaring. - Hasil pemeriksaan laboratorium
 Leukosit (WBC) : 19,2 x103µL
Q: pasien mengatakan nyeri seperti
 Eritrosit (RBC) : 2,67 x106µL
tertusuk-tusuk pada punggung  Hemoglobin (HBG) ; 7,6 gr/dL
 Hematokrit (HCT) : 23,8 %
hingga ke lengan kanan , setiap  Trombosit (PLT) : 140 x106µL
 LED : 95 mm/jam
duduk.
 GDS : 112 mg/dL
R: pasien mengatakan nyeri pada  Kreatinin : 9,85 mg/dL

punggung sebelah kanan.

S: skala nyeri 5
T: setiap kali duduk 15-25 menit

36
7. Pasien mengatakan semenjak di
rawat di rumah sakit pasien tidak
bisa melakukan aktivitas apapun dan
hanya berbaring
8. pasien mengeluh lemas
9. Pasien mengatakan batuk berlendir
10. pasien mengatakan tidak sesak.
11. Pasien mengatatakan memiliki
riwayat stroke
12. Pasien mengatakan selama sakit
tidak pernah berjalan lagi hanya
berbaring di tempat tidur karena
riwayat stroke yang dideritanya.

ANALISIS DATA

Masalah
Data Etiologi
Keperawatan

1. Ds:
- pasien mengatakan Karena terjadinya gagal ginjal Nyeri Kronis
nyeri pada kronik yang menyebab
punggung sebelah
kanan hingga ke terjadinya sekresi protein
lengan kanan ketika
duduk terganggu yang diakibatkan
- pasien mengeluh
nyeri pada oleh karena penimbunan sisa
punggung kanan metabolisme dalam darah. Dan
hingga ke lengan
kanan hal ini akan mengakibatkan
P : pasien gangguan pada sekresi protein
mengatakan nyeri dan selanjutnya akan terjadi
pada punggung syndrome uremia dimana
kanan ketika duduk banyaknya penimbunan zat
dan cara mengatasi buangan yaitu penimbunan

37
nyerinya yaitu ureum dan kreatinin yang

dengan berbaring. diakibatkan oleh infeksi dan

Q: pasien obstruksi pada saluran kemih

mengatakan nyeri yang menyebabkan retensi urine

seperti tertusuk- dan diakibatkan juga karena

tusuk pada menurunya GFR.dan

punggung hingga ke selanjutnya akan

lengan kanan , setiap mengakibatkan urokrom

duduk. tertimbun di kulit akibat

R: pasien penimbunan zat sisa/buangan

mengatakan nyeri pada kulit yang mengakibatkan

pada punggung kulit penderita berwarnah

sebelah kanan. kuning keabu-abuan, maka

S: skala nyeri 5 terjadilah perubahan warnah

T: setiap kali duduk kulit, selain perubahan warnah

15-25 menit kulit diikuti juga dengan

peningkatan asam lambung

Do: yang merangsang mual muntah


- pasien nampak
meringis dan yang akan mengakibatkan iritasi
menjauhi sumber pada lambung dan hal ini akan
nyeri
mengakibatkan resiko

pendarahan jika terjadi terus

menerus, karena iritasi. Dan

selanjutnya akan

38
mengakibatkan muntah darah

atau pengeluaran feses

berwarnah hitam karena adanya

tukak (pendarahan pada saluran

cernah akibat

iritasi)/hematemesia malena.

Danhal ini juga akan

mengakibatkan anemia dan hal

lain yang mengakibatkan

anemia karena prosedur

hemodialisa, karena penurunan

hemoglobin yang berikatan

dengan kadar oksigen yang

beredar dari paru ke seluruh

tubuh dan hematocrit, karena

kekurangan pasokan darah atau

hemoglobin yang membawa

darah dan oksigen keseluruh

tubuh maka hal ini akan

mengakibatkan penurunan

kadar oksigen ke otak keletihan,

dan akan terjadi intoleransi

yang selanjutnya akan memaksa

pasien untuk tirah baring dalam

39
waktu yang lama maka. Hal ini

akan mengakibatkan penekanan

pada syaraf yang semakin lama

akan menimbulkan rasa nyeri

misalnya pada area punggung

dan nyeri pada pinggang dan

sebagainya.

40
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn. A NO. RM : 296593

UMUR KLIEN : 64 tahun DX. MEDIK : CKD

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan penekanan saraf dintandai dengan
meringis,gelisah,bersikap protektif.

41
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA KLIEN : Tn. A NO. RM : 296593

UMUR KLIEN : 64 tahun DX. MEDIK : CKD

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional

Keperaw Hasil

atan

1. Nyeri NOC : Observasi Observasi


kronis 1. Pain level 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
kualitas dan kauntitas
berhubun 2. Pain control lokasi, durasi,
nyeri.
gan 3. Comfort frekuensi, 2. untuk mengetahui
kulitas nyeri yang
penekana level kualitas,
dirasakan pasien.
n saraf Setelah dilakukan intensitas 3. Untuk memberikan
intervensi yang tepat.
dintandai tindakan nyeri.Identifikasi
Teraputik
dengan keperawatan skala nyeri.
4. Untuk memberikan
meringis, selama….nyeri 2. Identifikasi rasa
nyaman,mengurangi
gelisah, teratasi/ berkurang respon nyeri non
dan mengalihkan
bersikap dengan kriteria hasil: verbal nyeri
5. Untuk menghindari

42
protektif. 1. Mampu 3. Identifikasi stressor yang
memperberat nyeri.
mengontrol faktor yang
6. Untuk menunjang
nyeri (tahu memperberat istirahat pasien yanga
dekuat.
penyebab dan yang
7. Untuk memberikan
nyeri, memperingan managemen nyeri
yang tepat.
mampu nyeri
Edukasi
menggunaka Teraputik
8. Untuk memberikan
n tekhnik 4. Berikan tehnik pengetahuan agar
pasien bisa
nonfarmakol non
menghindari
ogi untuk farmakologis penyebab nyeri.
9. Untuk memberikan
mengurangi untuk
pengetahuan kepada
nyeri, mengunrangi pasien tentang cara
meredahkan nyeri.
mencari rasa nyeri (mis :
10. Untuk mengetahui
bantuan ) TENS, adanya peningkatan
nyeri secara mandiri.
2. Melaporkan hypnosis,akupre
11. Untuk mengurangi
bahwa nyeri sur,terapi music, nyeri ketia
diperlukan.
berkurang biofeedback,
12. Untuk memberikan
dengan terapi pengetahuan dan
melatih kemandirian
menggunaka pijat,aroma
dalam mengatasi
nyeri yang dirasakan.

43
n manajemen therapy,tehnik Kolaborasi
nyeri imanjinasi 13. Untuk meringankan nyeri yang dirasakan
pasien.
3. Mampu terbimbing,kom
mengenali pres hangat atau
nyeri ( skala dingin)
intensitas, 5. Control
frekuensi, lingkungsn yang
dan tanda memperberat
nyeri) rasa nyeri (mis:
4. Menyatakan suhu ruangan,
rasa nyaman kebisingan,
setelah nyeri pencahayaan
berkurang 6. Fasilitasi
istirahat dan
tidur.
7. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan

44
strategi
meredakan
nyeri.
Edukasi
8. Jelaskan
penyebab,period
e dan pemicu
nyeri.
9. Jelaskan strategi
meredahkan
nyeri
10. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
11. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat.
12. Ajarkan tehnik

45
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi
13. Kolaborasi
penggunaan
analgetik jika
perlu.
1. 2. 3. 4. 5.
6.

46
LAPORAN ACTIVITY DAILY LIVING

(ADL) NURSING RUMAH SAKIT LABUANG BAJI

WAKTU/JAM KEGIATAN TTD


KAMIS,04-04-2019

1. 08:25 1. Melakukan ambulasi pada ny. k


2. 08; 30 2. Observasi penimbangan BB pada ny. K
3. Melakukan tindakan ambulasi
4. Melakukan pengkajian pada Tn. A
3. 10:00

4. 13: 10

JUM’AT,05-04-2019
5. 08;30
6. 08: 35
7. 08:40 5. Observasi tranfusi darah pada Ny. K
8. 09:05 6. Mengganti cairan pada Ny. K
9. 11: 45 7. Observasi pengambilan sample darah pada Tn. A
8. Memandandikan pasien (washlap) ny. K
9. Melakukan ambulasi pada Tn. A ke rungan HD.

Sabtu,06-04-2019
10. 16: 30
11. 16:32
12. 16: 40 10. Mengganti cairan ny. B
13. 16:43
14. 16:49
15. 17:30 11. Observasi TTV ny. B
16. 20:21

TD :110/80 mmhg

47
Nadi : 72x/menit

Suhu :36,8°c

Pernapasan : 24x/menit

12. Observasi TTV ny. S

TD :110/70 mmhg

Nadi : 60x/menit

Suhu :36,1°c

Pernapasan : 24x/menit

13. Observasi ttv tn. A

TD :170/100 mmhg

Nadi : 76x/menit

Suhu :37°c

Pernapasan : 24x/menit

14. Observasi ttv ny. N

TD :130/80 mmhg

Nadi : 76x/menit

Suhu :37,5°c

Pernapasan : 24x/menit
15. Mengganti cairan ny. H
16. Observasi EKG pada ny. B

48
49

Anda mungkin juga menyukai