Anda di halaman 1dari 68

@RachmatSulthony

DISCLAIMER
1. Please notice that there might be errors in this
book

2. Therefore I am not responsible for problems


that may occur due to the use of this book

3. Please use at your own risk.

- Tony -

0
@RachmatSulthony

OBSTETRI
Pendahuluan
A. Pengetahuan Dasar
B. ANC
C. Postur Janin Dalam Rahim
D. Diagnosis Kehamilan
E. Anatomi Jalan Lahir Keterangan:
F. Kontraksi Uterus (His) √ = Topik yang sering ditanyakan saat ujian
G. Partus Normal √

Kelainan Persalinan
1. Partus Lama √
2. Partus Kasep √
3. Sungsang √

Tindakan dalam Proses Persalinan


4. Induksi dan Akselerasi √
5. Ekstraksi Vakum √

Komplikasi Persalinan
6. Hemoragi Post Partum √
7. Inversio Uteri √

Kelainan pada Kehamilan


8. Ketuban Pecah Dini √
9. Preeklamsia Ringan (PER) √
10. Preeklamsia Berat (PEB) √
11. Eklamsia √
12. Abortus √
13. Ante-Partum Bleeding (APB) √
14. Plasenta Previa √
15. Solusio Plasenta √
16. Lokia √
17. Preterm
18. Serotinus
19. Gemeli
20. IUFD-IUGR
21. DM Gestasional √
22. Hepatitis pada Kehamilan √
23. HIV pada Kehamilan √

GINEKOLOGI
1. Jenis-jenis Kontrasepsi √
2. KET √
3. Mola Hidatidosa/PTG √
4. Leukorea √
5. Mioma Uteri √
6. Tumor Ovarium √
7. Endometriosis √
8. Ca Cervix √
9. Vulva Hygiene √
10. Amenore

1
@RachmatSulthony

A. PENGETAHUAN DASAR
SUBJEKTIF
a. KU
b. RPS: Riw.keluar air ketuban, Bloody slime, FM
c. RPD
d. RPK
e. Riw. Alergi
f. HPHT
g. Riw. Obstetri  Sangat penting!
h. Riw. ANC & USG
i. Riwayat & Rencana Kontrasepsi

OBJEKTIF
a. Vital Signs
b. Leopold
c. TFU
d. TBJ
e. DJJ
f. His
g. VT: Ada 7 yg dinilai (Deskripsi VT harus berurutan!)
 Bukaan
 Effacement
 Ketuban [jika (-) deskripsikan warna air ketuban]
 Presentasi
 Hodge Urutan Tehnik Penentuan Usia Kehamilan berdasarkan tingkat
 Denominator kepercayaannya:
 Tali pusat/bagian kecil janin I. HPHT (jika tau pasti!)
h. Pelvic Score, Pelvic Evaluation atau USG Trimester I = Terbaik pada UK 10-11 minggu
i. Pemeriksaan penunjan: Lab, USG. II. PP Test akan (+) pada UK 6 minggu
III. Fetal Movement akan (+) pada UK 19-20 minggu
ASSESSMENT
1. GxPxAxHx Kepala Masuk PAP pada: 36-37 Minggu  Primi
2. Usia Kehamilan (Aterm jika lupa HPHT)
3. Tunggal/Gemeli Istilah menurut usia kehamilan:
4. Hidup/KJDR < 37 minggu = Preterm
5. Intra Uterine/KET 37-40 minggu = Aterm
6. Letkep/Letsu/Letli 41-42 minggu = .............
7. Dengan “kondisi patologis atau patologis” > 42 minggu = Postdate/Posterm (istilah lama: Serotinus)

Contoh:
- G1P0A0H0 UK 39-40 minggu T/H/IU Letkep dengan Partus Kasep Kala II
- G2P1A0H1 UK 35-36 minggu T/H/IU Letsu dengan Hipertensi Gestasional
- G1P0A0H0 Aterm/T/H/IU

PENJELASAN
1) Leopold
□ Leopold I = Fundus teraba apa? + ukur TFU
□ Leopold II = Puka/Puki?
□ Leopold III = Bag. Terbawah apa? Sudah masuk PAP? (Sistem perlimaan)
□ Leopold IV = Perlimaan, Divergen/Konvergen?

2) TFU: Ukur dari simfisis sampai fundus

3) TBJ:
□ Kepala sudah masuk PAP = (TFU-11) x 155 gr
□ Kepala belum masuk PAP = (TFU-12) x 155 gr
□ Sungsang = TFU x Lingk.perut

2
@RachmatSulthony

4) HPHT (Rumus Naegle):


Hari +7, Bulan -3, Tahun +1

5) DJJ:
□ Cara menghitung...
- 5 detik I = hitung DJJ
- 5 detik II = istirahat
- 5 detik III = hitung DJJ
- 5 detik IV = istirahat
- 5 detik V = hitung DJJ
- 5 detik VI = istirahat
□ DJJ normal  120-160
□ Fetal distress: <120 atau >160 x/mnt

6) Pelvic Examination (PE)


Dikatakan Kesan Normal jika:
□ Promontorium tak teraba  Pada Hodge II sudah TIDAK BISA dievaluasi
□ Spina iskiadika tidak prominen  Pada Hodge III sudah TIDAK BISA dievaluasi
□ Os sacrum cekung
□ Os.coccygeus mobile
0
□ Arcus pubis >90

Indikasi VT:
1. Ada keluar lendir bercampur darah (bloody slime) atau keluar air ketuban
2. Jika his (+) minimal 2x10’ ~ 20”
3. Tiap 4 jam pada kala I
4. Jika ingin melakukan PE dan PS

TANDA INPARTU:
1. Bukaan minimal 2 cm
2. His minimal 2x / 10 menit masing-masing 20 detik
3. Bloody slime (+) = Lendir bercampur darah

Cara Drip Oxytocin:


 D5% 500 cc (1 flash) + Oxytocyn 5 IU (½ Ampul)
 Dimulai  8 tpm
 Naik 4 tpm / 30 menit  sampai His adekuat
 Maksimal: 40 tpm
 Bisa lanjut Flash II bila His belum adekuat
 His dikatakan adekuat  minimal 3x/10 menit, durasi minimal 40 detik

Indikasi VT saat DRIP:


- Jika his yg dari awalnya tidak ada tapi setelah didrip naik menjadi 2x/10’ ~ 20”
- Jika his awalnya ada tapi tidak adekuat namun setelah didrip naik menjadi adekuat (3x/10’ ~ 35”)

Misoprostol:
1. Jika PS < 5
2. Berikan: 25-50 mcg/6 jam  selama 24 jam
3. Setelah 24 jam:
□ Bila PS > 5 = Drip Oxy
Gagal Drip:
□ Bila PS < 5 = SC
1. Sudah habis 2 flas tidak ada tanda inpartu, atau
2. Dalamm 12 jam drip (tetesan maksimal) masih tetap dalam Fase Laten
Indikasi SC:
3. Ada Ruptura Uteri Iminens!
1) CPD
2) FD
3) Riwayat SC < 2 tahun
4) Plasenta Previa
5) Kelainan Letak
6) Eklamsia
3
@RachmatSulthony

Ada 2 jenis SC (Secksio Caesarea):


1. SC Primer  Pasien memang dijadwalkan SC, namun bila sebelum tanggal yg dijadwalkan ternyata sudah
inpartu: Pasien harus SC cito [karena ada kontraindikasi pervaginam, misal: CPD]
2. SC Elektif  Pasien memang dijadwalkan SC, namun bila sebelum tanggal yg dijadwalkan ternyata sudah
inpartu: Pasien dicoba lahir pervaginam.

Station:
-3 = H0
-2 = H1  Tepi atas simfisis ke promontorium
-1 = H2  Tepi bawah simfisis
0 = H3  Spina iskiadika
+1 = H4  Os.coccygeus

Pelvic Score
0 1 2 3
Bukaan 0 1-2 3-4 >5
Panjang
3 cm 2 cm 1 cm 0 cm
Serviks
Station/Hodge H0 H1 H2 >H3
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Posisi Belakang Mid Depan

MgSO4 40%
 MgSO4 40%  1 Ampul = 25 cc = 10 gram
 Drip: 15 cc + RL  20 tpm
 Bolus: 10 cc + 10 cc Aquabidest (Pelan-pelan, 5-10 menit)

Kalsium Glukonas
 Diberi bila ada tanda keracunan MgSO4 [Apnea, Refleks patella (-), Produksi urin <100 cc/4 jam]
 Sediaan: 1 Ampul = 10 cc = 1 gram
 Dosis: 1 gram (1 Ampul) secara IV, perlahan-lahan (3 menit)

PERTANYAAN WAJIB SETIAP KALI BERTEMU dr. Doddy SpOG:


1. APA ITU DEFINISI SEHAT MENURUT WHO?
Sehat adalah kondisi sejahtera Fisik, Mental dan Sosial yg tidak selalu harus berarti terbebas dari penyakit.

2. APA ITU SAFE MOTHERHOOD? ADA 4 PILAR...


a. Family Planning (KB)  Semua wanita menghindari terjadinya kehamilan yg tidak direncanakan dengan
cara mengikuti program KB agar dapat dicegah komplikasi pada kehamilan, persalinan & masa nifas.
b. ANC  Semua wanita hamil dicegah untuk mengalami komplikasi pada kehamilan, persalinan & masa
nifas dengan cara mengikuti Asuhan Antenatal
c. Persalinan yang Aman & Bersih  Semua wanita hamil ditolong dgn persalinan yg aman & bersih untuk
mencegah komplikasi pada saat persalinan & masa nifas
d. Asuhan Obstetri Esensial (PONED)  Semua komplikasi kehamilan, persalinan & masa nifas
mendapatkan Pelayanan Obstetri & Neonatal Emergency Dasar (PONED).

3. APA ITU MAKING PREGNANCY SAFER (MPS)? ADA 3 KUNCI...


a. Semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Setiap komplikasi Obstetrik & Neonatal mendapatkan penanganan adekuat
Maksudnya:
- Stabilisasi kondisi yg baik
- Rujukan yg tepat dan cepat
- Tempat rujukan segera memberikan pelayanan yg tepat dan cepat
c. Semua perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yg tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran
Maksudnya:
- Program KB
- Post Abortion Care (PAC)  Meliputi: Penanganan emergency, Kuretase, Kontrasepsi
4
@RachmatSulthony

4. APA ITU ANC YANG BERKUALITAS


ANC yang berkuakitas adalah  BUKU KIA

5. APA ITU P4K? P4K = PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI
Ada di Buku KIA halaman 13
P4K berarti harus merencanakan sejak awal mengenai:
a. Apakah persalinan ditolong bidan/dokter?
b. Dana persalinan apakah dana sendiri atau dibantu (orang, program kesehatan, dsb)?
c. Apa kendaraan yg nanti akan dipakai untuk mengantar ibu?
d. Apa metode KB yg dipilih setelah melahirkan?
e. Untuk nanti donor darah siapa yang akan menjadi donor ibu? (Jika ada komplikasi persalinan)

5
@RachmatSulthony

B. ANTENATAL CARE (ANC)


Jadwal ANC minimal yang dianjurkan:
Minimal 4 kali!  Sesuai program Puskesmas yaitu:
□ Minimal 1 kali pada UK 0-28 minggu  K1
□ Minimal 1 kali pada UK 28-36 minggu  K2
□ Minimal 2 kali pada UK >36 minggu  K3, K4

Asuhan Standar Minimal (10T)


1. TB dan BB
□ Normalnya BB maksimal 12.5 kg
□ BMI normal 18.5 – 25
2. TD  normalnya <140/90
3. Status Gizi  dgn cara mengukur Lingkar Lengan Atas (jika LILA <23.5 cm = underweight)
4. TFU  utk perkirakan UK dan TBJ
5. Presentasi dan DJJ  dgn pemr.Leopold
6. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
□ Minimal 2 kali selama hamil dengan interval 4 minggu
□ Diberikan sebanyak 0.5 cc/IM
7. Tablet Zat Besi (Fe + As.Folat)
□ Minimal 90 tablet selama hamil
□ Minum 1 kali sehari
□ Jangan bersamaan dengan teh atau kopi
8. Tes lab  HB, protein urin
9. Tatalaksana kasus
10. Konseling  1) Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, 2) KB pasca persalinan

Syarat VBAC (Vaginal Birth After C-Section) – Partus Pervaginam Pasca SC:
1. Jarak dengan SC sebelumnya >2 tahun
2. Baru 1 kali SC, tidak ada perlukaan rahim lainnya (miomektomi)
3. SC pertama bukan karena indikasi menetap  contoh: Panggul sempit, Riwayat miomektomi
4. Jenis SC sebelumnya adalah SCTP , bukan yang jenis jahitan Klasik/Longitudinal (Tehnik lama)
SCTP (Sectio Caesarea Trans Peritoneal) jenis insisinya Low Transverse
5. Tebal rahim >3.5 mm (dari USG)
6. TIDAK ADA KOMPLIKASI untuk kehamilan yang ini
7. PARTUS SAAT INI adalah PARTUS NORMAL

6
@RachmatSulthony

C. POSTUR JANIN DALAM RAHIM


A. Sikap/Habitus
Umumnya sikap fleksi leher, vertebra, ekstremitas; Lengan menyilang di depan dada

B. Letak/Situs
Definisi = Sumbu janin thdp sumbu ibu
□ Membujur: Bisa letkep, bisa sungsang
□ Melintang/Transverse Lie
□ Oblik/Oblique Lie

C. Presentasi
1) Letak Belakang Kepala (Denominator: UUK/Oksiput)
6 Variasi: UUK Kiri-Depan, Kiri-Belakang, Melintang-Kiri, Kanan-Depan, Kanan-Belakang, Melintang-Kanan
2) Dahi (Denominator: Dahi & UUB)
6 variasi: Sama dengan Oksiput
3) Muka (Denominator: Mento/Dagu)
6 variasi: Sama dengan Oksiput
4) Bokong (Denominator: Sakrum)
6 variasi: Sama dengan Oksiput
□ Bokong Murni/Frank Breech: Kaki ekstensi ke atas
□ Bokong Lengkap/Complete Breech: Kedua kaki fleksi, terlipat di samping bokong
□ Incomplete Breech: Satu kaki fleksi, satu kaki ekstensi
□ Footling: Bagian terendah adalah 1 atau 2 kaki, bukan bokong
5) Lintang

D. Bagian Terbawah (Presenting Part)


□ Sama dgn presentasi namun lebih diperjelas
□ Contoh: Presentasi Kepala, Bagian terbawah Dagu

E. Posisi
□ Posisi denominatornya
□ Ada Kiri-Depan, Kanan-Depan, Kiri-Melintang, Kanan-Melintang, Kiri-Belakang, Kanan-Belakang

7
@RachmatSulthony

D. DIAGNOSIS KEHAMILAN
Kehamilan dibagi atas 3 Trimester:
1. Triwulan I = 0-12 minggu
2. Triwulan II = 12-28 minggu
3. Triwulan III = 28-40 minggu

Tanda dan Gejala Kehamilan


1) Tanda Presumtif
□ Amenore
□ Mual-muntah (morning sickness) = bulan-bulan pertama
□ Anoreksia
□ Payudara membesar, tegang, nyeri
□ Pigmentasi kulit (akibat hormon kortikosteroid plasenta)  Chloasma Gravidarum, Linea Nigra, Areola
menghitam
□ Epulis = Hipertrofi papil gusi
□ Varises (kaki, vulva)

2) Tanda Kemungkinan Hamil


1. Perut membesar
2. Uterus membesar
3. Hegar sign 
4. Chadwick sign 
5. Piscaseck sign 
6. Ballotement (+)
7. PP Test (+)

3) Tanda Pasti:
1. Gerak janin terasa/teraba
2. DJJ (+) = Stetoskop Laenec, Doppler, USG
3. X-Ray = Tampak kerangka janin

E. JALAN LAHIR NORMAL


Rangka Panggul:
1. Os Coxae
a) Os illium
b) Os ischium
c) Os pubis
2. Os Sacrum
3. Os Coccygis

Artikulasi:
1. Simfisis Pubis = Pertemuan os pubis di depan
2. Art. Sacro-Illiaca
3. Art. Sacro-Coccygium

Pintu Panggul:
Ruang panggul mengikuti suatu sumbu yang melengkung ke depan: Sumbu Carus
1. PAP (Pintu Atas Panggul = Inlet)  Dibatasi: Promontorium, Tepi Atas Simfisis, Linea terminalis/innominata
2. RTP (Ruang Tengah Panggul = Midlet)  Setinggi Spina iskiadika
Ada: Distansia Interspinarum (jarak panggul terkecil = 10.5 cm)
3. PBP (Pintu Bawah Panggul = Outlet)  Dibatasi: Simfisis dan Arkus Pubis

8
@RachmatSulthony

Bidang-bidang:
Hodge I = Dari promontorium ke tepi atas simfisis
Hodge II = Sejajar H-I tapi setinggi tepi bawah simfisis
Hodge III = Sejajar H-II tapi setinggi spina iskiadika
Hodge IV = Sejajar H-III tapi setinggi ujung coccygeus

Ukuran-ukuran Panggul:
a. Konjugata Sejati/Vera  Jarak tepi atas simfisis ke promontorium
Cara hitung: Konjugata Diagonal – 1.5 cm
b. Konjugata Obstetrik  Jarak titik tengah simfisis ke promontorium
Ukuran hampir sama dengan konjugata vera
c. Konjugata Diagonalis  Jarak tepi bawah simfisis ke promontorium
Bisa diukur dengan pemeriksaan dalam, dari ujung jari yang menyentuh jari sampai ke tepi bawah simfisis
Jarak sekitar: 12.5 cm
d. Diameter AP  Dari tepi bawah simfisis ke sakrum
e. Diameter Transversa  Jarak antar spina
f. Diameter Obliqua

Jenis Panggul:
1. Ginekoid: Paling ideal, bulat (45%)
2. Android: Panggul pria, segitiga (15%)
3. Antropoid: Lonjong (35%)
4. Platipeloid: Pipih ke samping (5%)

F. KONTRAKSI UTERUS (HIS)


Sifat otot polos rahim:
□ Kontraksi simetris
□ Fundus dominan
□ Kontraksi diikuti relaksasi

- Frekuensi His = jumlah his dalam suatu rentang waktu (10 menit)
- Amplitudo = Intensitas kontraksi (satuan: mmHg)
- Aktivitas His = Frekuensi x Amplitudo (satuan: Montevideo)
- Durasi His = Satuan: Detik

9
@RachmatSulthony

G. PARTUS/PERSALINAN NORMAL
Definisi:
SEMUA DOKTER MUDA HARUS PAHAM DENGAN DEFINISI-DEFINISI INI... :-)
□ Partus = Proses dimana bayi, plasenta & selaput ketuban keluar dari uterus ibu
□ Partus Normal = persalinan yang:
1. A/T/H/IU
2. Letak belakang kepala
3. Tanpa bantuan alat/obat
4. Tidak ada komplikasi ibu/janin
5. BB bayi 2500-3500
□ Partus Spontan = Partus dgn tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat/obat
□ Partus Fisiologis = Partus dgn usia ibu 20-30 thn

Mulainya persalinan:
Sejak uterus berkontraksi & timbulkan perubahan serviks (membuka-menipis) sampai plasenta lahir lengkap.

Tanda dan Gejala In Partu:


1. Penipisan & pembukaan serviks (Bukaan min. 2 cm)
2. His minimal 2x/10 mnt , durasi @ min. 20 dtik
3. Bloody slime (+): keluar lendir bercampur darah

4 Tahap Persalinan:
□ Kala I = Bukaan 1-10 cm
□ Kala II = Bukaan lengkap & pengeluaran janin
□ Kala III = Pelepasan & Pengeluaran uri
□ Kala IV = 1-2 jam pasca lahirnya uri (Plasenta)

KALA I
□ Mulai sejak kontraksi sampai bukaan lengkap
□ Ada 2 fase:
1. Fase Laten
 Bukaan 1-3 cm
 Berlangsung 0-8 jam
2. Fase Aktif
 Bukaan 4-10 cm
 Kecepatan bukaan:
 Primigravida = 1 cm/jam
 Multipara = 2 cm/jam
 His dikatakan adekuat bila:
 Frekuensi min. 3x/10 mn
 Durasi min. @ 40 detik
 Jika Kala 1 Fase Aktif kepala janin belum masuk PAP, curiga ada: CPD, Prolaps Tali Pusat

□ Tindakan di Kala I:
1. Fase Laten:
o Cek Nadi, DJJ, His / 30 menit
o Cek Temp / 2 jam
o Cek Tekanan Darah dan VT / 4 jam
2. Fase Aktif = Isi PARTOGRAF
 Cek Nadi, DJJ, His / 30 menit
 Cek Temp / 2 jam
 Cek Tekanan Darah dan VT / 4 jam
 Isi kelengkapan partograf lainnya di lembar partograf yg disediakan
3. Jika ketuban belum pecah, boleh jalan
4. IBU BELUM BOLEH MENGEDAN

10
@RachmatSulthony

Molase:
□ 0 = Tulang kepala terpisah, sutura sagitalis mudah teraba
□ 1 = Tulang kepala saling bersentuhan
□ 2 = Tulang kepala tumpang tindih, dpt dipisahkan
□ 3 = Tulang kepala tumpang tindih, tdk dpt dipisahkan

KALA II
□ Mulai sejak bukaan lengkap s/d bayi lahir
□ Tanda Pasti Kala II:
1. Bukaan lengkap
2. Tampak kepala janin di introitus vagina
□ Gejala/Tanda Kala II:
1. Doran
2. Teknus
3. Vulka
4. Perjol

Tindakan di Kala II:


□ Kala II bisa jadi belum ada Doran-Teknus-Vulka-Perjol karena kepala janin masih tinggi tapi bukaan sudah
lengkap  Dilakukan Squating Position
□ Jika sudah ada Doran-Teknus-Vulka-Perjol  Baru boleh dipimpin!
□ Amniotomi  Dilakukan bila: Bukaan lengkap tapi ketuban belum pecah
□ Episiotomi  Sebaiknya dilakukan pada Primipara. Tehniknya: Mediolateral
□ Posisi ibu saat mengedan: Posisi litotomi, Tangan dimasukkan ke belakang lutut sampai siku, Lutut ditarik
2
sekuatnya, Leher fleksi sampai dagu menyentuh dada, Ibu mengatupkan gigi (jangan teriak , nanti kelelahan)

Tahapan Normal Pengeluaran Janin – 7 Cardinal Movements:


□ Hanya terjadi pada kondisi:
 Presentasi Kepala
 Denominator Oksiput Kiri-Depan/Kanan-Depan/Melintang
Tahapannya:
1. Engagement = Kepala terfiksir, UUK di kiri-depan atau kanan-depan
2. Descend = Kepala turun
3. Fleksi
4. Rotasi Internal (Paksi Dalam) = UUK berputar ke arah depan/tepat di bawah simfisis
5. Ekstensi = Kepala keluar
6. Rotasi Eksternal (Paksi Luar) = UUK berputar ke sisi lateral
7. Ekspulsi = Pengeluaran bahu dan seluruh badan janin  Bahu anterior dulu, baru bahu posterior.

KALA III
□ Dimulai dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta & membran amnion
□ Tanda lepasnya plasenta:
1. Fundus  Perubahan bentuk/tinggi
2. Tali pusat  Memanjang
3. Semburan darah mendadak & singkat

11
@RachmatSulthony

Tindakan di Kala III (MAK III)


1. Cek adanya bayi kembar
Berikan Oksitosin 10 IU (1 ampul) dlm 1 MENIT PERTAMA pada vastus lateral kiri
2. PTT (Peregangan Tali Pusat Terkendali)
a) Klem tali pusat 5-10 cm dari vulva / gulung tali pusat
b) Tangan kiri di atas simfisis menahan bagian bawah uterus, tangan kanan meregang tali pusat 5-10 cm
dari vulva
c) Saat uterus kontraksi, tegangkan tali pusat sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke
arah dorso-kranial
Mengeluarkan Plasenta
a) Jika tali pusat bertambah panjang & terasa pelepasan plasenta  Minta ibu meneran sedikit + tangan
kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir.
b) Bila tali pusat bertambah panjang tapi belum lahir  Dekatkan klem 5-10 cm dari vulva.
c) Bila plasenta belum lepas setelah langkah diatas SELAMA 15 MENIT
□ Suntik ulang Oksitosin 10 IU (IM)
□ Cek kandung kemih = kateterisasi bila penuh
d) Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan tindakan manual plasenta
3. Masase Fundus Uteri: 15 DETIK (Setelah plasenta lahir!)
 Lakukan masase pada fundus uteri dgn menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4
jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
 Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan
– Kelengkapan plasenta dan ketuban
– Kontraksi uterus
– Perlukaan jalan lahir.

Jangan tarik tali pusat, bisa Inversio Uteri


Cek plasenta yg lahir: Kotiledon 6-20 buah
Harus cek adanya bayi kembar sebelum injeksi Oksitosin (OT) karena OT menyebabkan kontraksi uterus dan
vasokonstriksi sehingga mengurangi vaskularisasi janin kedua
Jika tidak ada OT, rangsangan puting susu akan membantu pelepasan OT alami
Jika uterus belum kontraksi dalam 15 detik setelah masase: Atonia Uteri!
Untuk pastikan atonia, masase 1-2 menit lagi

Pemeriksaan utk tahu apakah plasenta sudah lepas:


1. Perasat Kustner = Tali pusat dikencangkan, tangan ditekan di atas simfisis, bila masuk lagi plasenta belum
lepas
2. Perasat Strasman = Tali pusat diregangkan, uterus diketuk, jika ada getaran di tali pusat berarti plasenta
belum lepas
3. Perasat Klein = Ibu mengedan, jika selesai mengedan tali pusat tertarik kembali berarti plasenta belum lepas

PERHATIKAN!!!
Bila Kontraksi Uterus (+) namun...
1. Plasenta belum lahir dalam 15 menit:
□ Injeksi OT lagi 1 ampul (IM)
□ Jika kandung kemih penuh = Kateter
□ Ulangi lagi PTT + Tekanan Dorsokranial
2. Setelah 30 menit plasenta blm lahir: Manual Plasenta...!!!
3. Jika saat manual plasenta ternyata ditemukan plasenta melekat seluruhnya/tidak ada tepi plasenta yg
separasi (Plasenta Akreta, Inkreta, Perkreta), lakukan:
Perasat Crede = Fundus uterus dijepit di antara jempol dan 4 jari tangan kiri dan dimasase (seperti memeras
jeruk) – Harus waspada! Bisa bikin Inversio Uteri
4. Jika perasat Crede gagal: Lakukan manual plasenta di ruang OK dengan narkosa

12
@RachmatSulthony

Pada Manual Plasenta, jika didapatkan:


□ Tepi plasenta datar/sama rata (tertanam, melekat erat)  Plasenta Inkreta: JANGAN DIKELUARIN
□ Tepi plasenta hanya sebagian yg melekat erat  Plasenta Akreta: Beri Misoprostol 600 mcg per rectal
□ Plasenta sudah Separasi namun gagal Ekspulsi (tertahan di rongga rahim)  Plasenta Inkarserata: Harus
dianestesi utk lemahkan porsio.

KALA IV
□ Mulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam sesudahnya
□ Cek:
1. Vital signs
2. Kontraksi Uterus
3. Tinggi Fundus Uteri
4. Evaluasi Perdarahan (jika >500 cc = HPP)
5. Vesika urinaria penuh atau tidak

0-1 jam post partum: Tiap 15 menit


1-2 jam post partum: Tiap 30 menit

13
@RachmatSulthony

CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Yang dinilai itu: C-BRAVADO
1. Contraction
2. Basal Fetal Rate
3. Variation
4. Acceleration
5. Deceleration
6. Overall Interpretation

Lembar CTG:
1 kotak horizontal = 10 menit
1 kotak vertikal = 10 bpm

CONTRACTION
□ Nilai 10 kotak (10 menit)
□ Hitung berapa kali kontraksi

BASAL FETAL RATE (RATA-RATA DJJ)


□ Lihat bagian DJJ
□ Jumlahkan highest & lowest peak saat TIDAK kontraksi, kemudian dibagi 2, itulah Basal Rate
a. Jika 120-160 = Reassuring
b. Jika >160/<120 bpm = Non-reassuring
c. Jika >180/<100 = Abnormal

VARIATION
□ Lihat bagian DJJ
□ Liat highest peak dan lowest peak saat tidak kontraksi, hitung berapa kotak selisihnya
a. Jika >5 bpm = Reassuring
b. Jika <5 bpm slm >40 menit = Non-Reassuring
c. Jika <5 bpm slm >90 mnt = Abnormal

ACCELERATION
□ Lihat DJJ saat kontraksi uterus, jika DJJ naik = Akselerasi
a. Jika akselerasi (+) = Reassuring
b. Jika akselerasi (-) = Reassuring juga...

DECELERATION
□ Lihat DJJ saat kontraksi uterus, jika DJJ turun = bisa normal bisa tidak
a. Jika deselerasi (-) = Reassuring
b. Jika early deceleratioin/deselerasi terjadi saat his muncul dan deselerasi hilang saat his berhenti = Reassuring
juga...
c. Jika late deceleration/deselerasi terjadi saat puncak his dan tetap berlanjut setelah his <3 menit = Non-
Reassuring
d. Jika late deceleration/deselerasi terjadi saat puncak his dan tetap berlanjut setelah his >3 menit = Abnormal

OVERALL INTERPRETATION
Normal = Jika semua Reassuring
Suspicious = Jika 1 Non-Reassuring
Pathologic = Jika 2 Non-Reassuring / 1 Abnormal

14
@RachmatSulthony

1. PARTUS LAMA

Key Points:
a) Kala I
□ Fase laten lama = >8 jam  Pada partograf: 2 x VT tiap 4 jam masih fase laten
□ Fase aktif memanjang = > seharusnya, tidak sesuai partograf
□ Fase aktif macet = 2 kali VT dengan jarak >2 jam bukaan tetap sama
(Fase aktif normal  Primi = 1 cm/jam ~ Multi = 2 cm/jam)
b) Kala II
□ Primi = >2 jam gak lahir
□ Multi = >1 jam gak lahir

Management:
1. Infus dan kateter
2. Rehidrasi (RL:DM = 2:1)
3. Antibiotik (Ampi 1 gr/6 jam)
4. Demam  Xylomidon 2 cc IM, Kompres dingin
5. Terminasi:
□ Kala 1
 PS >5 = Drip Oksitosin (Terminasi per vaginam) biasanya akibat inersia uteri
 PS <5 = SC atau Misoprostol (kalau rencana terminasi pervaginam)
□ Kala 2  Vakum

Jika his tidak kuat dari awal = Inersia uteri primer  Segera rehidrasi!

Definisi:
Persalinan yang berlangsung lama pada Kala I dan II dimulai dari adanya tanda awal persalinan.

Tanda dan Gejala Klinis:


1) Ibu kelelahan & dehidrasi
2) Perut kembung
3) Belum ada komplikasi ibu dan/atau janin = TIDAK ADA Vulva edema, Demam/Febris, Kaput Suksedaneum

15
@RachmatSulthony

2. PARTUS KASEP
Definisi:
 Kasep adalah suatu keadaan persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga
menimbulkan komplikasi pada ibu dan atau janin.
 Sudah ada  Gangguan keseimbangan: Cairan, Elektrolit, Asam Basa

Etiologi:
1. Power (Tenaga) = Kelemahan his (inersia uteri), cara mengedan yang salah
2. Passage (Panggul) = CPD, tumor jalan lahir, serviks rigid
3. Passenger (Janin) = Kelainan letak (lintang/sungsang), bentuk (hidrosefalus), besar janin (makrosomia)
4. Provider (Penolong) = Pimpinan yang salah

Partus lama bila tidak diakhiri, menimbulkan:


1. Kelelahan ibu
2. Dehidrasi + gangguan asam basa
3. Infeksi rahim
4. Perlukaan jalan lahir
5. Gawat janin – Janin mati

Tanda dan Gejala Kasep:


1. Ibu lelah + Dehidrasi + Gangguan asam basa  Nadi cepat & lemah, Kembung, Demam, His lemah/hilang
2. Vulva edema + Caput suksadenium besar
0
3. Infeksi intrauterin  Air ketuban hijau keruh + bau + mekoneal + suhu rektal >37.6 C
4. Tanda Gawat Janin: Air ketuban mekoneal, DJJ abnormal
5. Lingkaran bundle
6. Tanda Ruptur Uteri: Perdarahan melalui OUE, His hilang, Bagian janin mudah teraba dari luar

Tatalaksana:
KASEP KALA I
1. RIU = Rehidrasi, O2, Miring kiri
2. Antibiotik (Ampi 1 gr/6 jam)
3. Demam  Xylomidon 2 cc IM, Kompres dingin
4. Indikasi SC (DM tidak boleh lupa hal ini...)

KASEP KALA II
1. RIU
2. Antibiotik
3. Demam  Xylomidon, Kompres dingin
4. Terminasi:
□ Syarat vakum terpenuhi = Vakum Ekstraksi
□ Syarat vakum tak terpenuhi atau ada gawat janin = SC

Penanganannya di Puskesmas:
a) Penanganan awal seperti di atas
b) Rujuk dengan BAKSOKU
1. Bidan
2. Alat (Alat partus)
3. Keluarga
4. Obat
5. Kendaraan
6. Uang
c) Vakum hanya dikerjakan pada Puskesma PONED

□ Pada pasien KASEP post SC berikan antibiotik injeksi minimal 3 HARI setelah bayi dilahirkan
□ Pada SC biasa tidak perlu antibiotik injeksi, cukup dengan antibiotik oral (karena pada setiap SC sudah
diberikan antibiotik profilaksis: Ampisilin 2 gr - IV)

 Jika ada Inersia Uteri Sekunder: berikan Rehidrasi


 Jika ada tanda-tanda Fetal Distress: WAJIB berikan Rehidrasi Intra Uterin
16
@RachmatSulthony

3. PERSALINAN SUNGSANG

Key Points:
Skor Zachtuchni-Andros (ZA Score)
NO Indikator 0 1 2
1 Paritas Primi Multi
2 Riwayat Sungsang 0 1x >2 x
3 TBJ >3650 gr 3176 -3649 gr <3176 gr
4 Station < -3 -2 > -1
5 Usia Kehamilan >38 mg 38 mg <38 mg
6 Bukaan 2 3 >4

Jika skor:
□ <3 = SC
□ >3 = Pervaginam

Persalinan Pervaginam dengan cara:


a. Bracht (Spontaneous Breech)
Dengan tenaga ibu sendiri
b. Manual Aid (Partial Breech Extraction)
Dengan tenaga ibu dan sebagian tenaga penolong
c. Total Breech Extraction
Seluruhnya oleh tenaga penolong

Tehnik SC pada sungsang:


Ada 3 tahap...
1. Fase Lambat: dari bokong-pusar
2. Fase Cepat: dari pusar-mulut
3. Fase Lambat: mulut-seluruh kepala lahir

Manual Aid
a. Tahap 1: Bokong-Pusar (kekuatan ibu sendiri)
b. Tahap 2:
□ Bahu-Lengan (tenaga penolong)
□ Manuver  Lovset, Mueller, Klasik
c. Tahap 3:
□ Kepala (tenaga penolong)
□ Manuver  Mauriceau, Najaules, dsb

KELAINAN LETAK: SUNGSANG (BREECH)


Definisi:
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
cavum uteri.

Etiologi:
1) Adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus
2) Saat hamil <32 mg: Jumlah air ketuban relatif lebih banyak, janin bergerak leluasa, sehingga janin dapat
menempatkan diri pada posisi sungsang/lintang
3) Pada kehamilan kurang bulan, frekuensi sungsang lebih tinggi
4) Multiparitas
5) Hamil kembar
6) Hidroamnion
7) Hidrosefalus
8) Plasenta previa
9) Panggul sempit
10) Kelainan bentuk uteris
11) Plasenta yg terletak di cornu fundus uteri

17
@RachmatSulthony

Jika usia kehamilan <34 minggu dan didapatkan sungsang, anjurkan ibu agar sering jongkok
Jika UK 34-38 minggu, bisa dilakukan Versi Luar dgn syarat air ketuban cukup dan tidak didapatkan
kontraindiksai sbb:
a. Panggul sempit
b. Perdarahan antepartum
c. Hipertensi
d. Hamil kembar
e. Plasenta previa

Jenis-jenis Sungsang:
1. Bokong Murni (Frank Breech)
□ Posisi fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha, ekstensi lutut, sehingga kaki berdekatan dgn kepala
2. Bokong Lengkap (Complete Breech)
□ Sinonim: Bokong Kaki Sempurna
□ Satu/kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi daripada ekstensi
□ Di samping bokong dapat diraba kedua kaki
3. Bokong Kaki Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
□ Terdapat 1 kaki di samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, hanya teraba 1 kaki di
samping bokong
4. Presentasi Kaki (Footling)
□ Bagian terendah dari bayi adalah satu/dua kaki

DIAGNOSIS:
a. Kepala teraba di fundus uteri pada pemeriksaan luar
b. DJJ janin ditemukan setinggi/sedikit lebih tinggi dari umbilikus
c. Pemeriksaan dalam: teraba bokong dengan ditandai adanya sakrum

18
@RachmatSulthony

4. INDUKSI DAN AKSELERASI


Definisi:
DOKTER MUDA HARUS TAHU PERBEDAAN INDUKSI DAN AKSELERASI.
□ Induksi = upaya untuk memunculkan his yang awalnya belum ada
□ Akselerasi = meningkatkan frekuensi, lama serta kekuatan his dalam persalinan (awalnya his sudah ada)

Prinsip Dasar:
□ Tujuannya krn ada ancaman utk ibu & janin, apabila kehamilan atau persalinan yang berlangsung lebih lama
tidak diintervensi.
□ Induksi persalinan tanpa melakukan pematangan serviks akan memberi angka keberhasilan kelahiran yang
lebih rendah, terutama pada skor pelvis rendah (15% banding 85%). Walaupun pada saat pematangan serviks
bisa langsung terjadi persalinan.

Indikasi:
□ Postterm
□ Ketuban Pecah Dini
□ Inersia uteri sekunder
□ Preeklampsia
□ Pertumbuhan Janin Terhambat, dll

Kontraiindikasi :
 Kelainan letak
 CPD
 Placenta Previa
 Bekas seksio, miomektomi (parut uterus), dll (relatif).

□ Angka keberhasilan akan meningkat bila skor pelvis (Bishop’s Score : >5)
□ Monitoring yang baik pada ibu dan janin merupakan syarat utama untuk dilakukannya induksi persalinan atau
akselerasi

Manajemen:
1. Mekanik untuk induksi persalinan (tujuan utama pematangan serviks dan mengharapkan langsung diikuti
persalinan)
□ Laminaria
□ Folley catheter
□ Stripping
□ Untuk akselerasi dapat dilakukan amniotomi pada saat timbul his.

2. Medikamentosa
a) Drip Oksitosin
□ D5 500 cc + Oksitosin 5 IU (1/2 Ampul)
□ Mulai 8 tpm  Naik 4 tpm/30 menit sampai his adekuat
□ Maksimal 40 tpm
□ Bila belum tercapai his adekuat  dapat dilanjutkan botol kedua
□ Harus dilakukan pemantauan yang ketat karena dapat terjadi hiper stimulasi rahim, sehingga timbul
gawat janin atau ruptura uteri.

b) PGE1 (Misoprostol 25-50 ug per 6 jam)


Dikatakan Gagal Drip, jika  Baca di halaman depan :-)
□ Jika PS <5
□ Diberikan tiap 6 jam selama 24 jam
□ Evaluasi lagi:
- Bila PS >5 = Drip oksitosin
- Bila PS <5 = SC

Prognosis: Tergantung skor pelvis.

19
@RachmatSulthony

5. EKSTRAKSI VAKUM
Definisi:
Suatu tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempersingkat Kala II dengan cara mensinergikan tenaga ibu dan
ekstraksi janin dengan bantuan alat tekanan negatif/vakum

Indikasi :
□ Ibu = Kondisi yg mengkontraindikasikan ibu meneran lama: Preeklamsia, Decomp Cordis, Paru Fibrotik
□ Janin = Gawat janin
□ Waktu = Partus Lama/Kasep, Mempercepat Kala II

Kontraindikasi:
□ Ibu = Ruptur Uteri Iminens, CPD
□ Janin = Prematur, Malpresentasi (Puncak Kepala/Dahi/Muka/Bokong)

Syarat:
1. Bayi aterm, hidup
2. CPD (-)
3. His (+), Ibu kuat mengedan
4. Sudah Kala II
5. Ketuban sudah pecah
6. Presentasi kepala
7. Kepala masuk PAP (HIII-HIV)
8. Denominator jelas

Hukum 3:
□ Dilakukan 3 kali traksi
□ Minimal Hodge III
□ Maksimal selama 30 menit

PERHATIAN...!
□ Saat his (+) lakukan penarikan
□ Jika di H III = Tarik sejajar lantai
□ Jika H IV = Tarik mengarah ke atas
□ Jika cup lepas 2 kali / Jika 3 kali tarik belum lahir / Jika >30 mnt belum lahir  RUJUK! = Indikasi SC

Persiapan:
1. Pasien: Inform consent, Kosongkan kandung kemih, Litotomi
2. Penolong: GP = Handscoen, Skort
3. Alat:
a) Cup
b) Handler/Pemegang
c) Rantai Handler  Hubungkan Cup dengan Handler
d) Selang penghubung antara Cup dan vakum
e) Vakum (Jaman dulu dibagi 2: Tabung, Pompa Penghisap)

Prosedur:
1. Savlon
2. Masukkan cup = 5 cm miring melalui introtus vagina
3. Pasang sejajar sutura sagitalis +1 cm di anterior UUK
4. Pastikan vulva/vagina tidak terjepit
5. Tekanan negatif dimulai 0,2  Tiap 2 menit: Naik 0,2  Hingga maksimal 0,7/0,8
6. Cara penarikan
□ Ke bawah  sampai Sub Oksiput ada di bawah simfisis
□ Sejajar  sampai dahi
□ Ke atas  dari dahi sampai muka semua lahir
7. Lahirkan bayi
8. Kala 3  MAK 3.

20
@RachmatSulthony

6. HEMORRHAGI POST PARTUM (HPP)


Definisi:
 Perdarahan post partum adalah perdarahan > 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
 Perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital  Ibu lemah, limbung,
keringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan sistolik <90 mmHg, nadi > 100/menit, Hb < 8 g%

Perdarahan Post Partum Dini = 24 jam pertama persalinan


Perdarahan Post Partum Lanjut = Setelah > 24 jam persalinan.

Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh:


1. Atonia uteri
2. Robekan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Sisa plasenta
5. Kelainan pembekuan darah.

GEJALA & TANDA TANDA & GEJALA LAIN DIAGNOSIS KERJA


 Syok
 Uterus tidak berkontraksi
 Bekukan darah pada serviks /
dan lembek
posisi terlen-tang akan Atonia Uteri
 Perdarahan segera sete-
menghambat aliran darah
lah anak lahir
keluar

 Darah segar yang meng-


alir segera setelah bayi
 Pucat
lahir
 Lemah Robekan Jalan Lahir
 Uterus kontraksi dan
 Menggigil
keras
 Plasenta lengkap

 Plasenta belum lahir


 Tali pusat putus akibat traksi
setelah 30 menit
berlebihan
 Perdarahan segera (P3) Retensio Plasenta
 Inversio uteri akibat tarikan
 Uterus berkontraksi dan
 Perdarahan lanjutan
keras

 Plasenta / sebagian
selaput (mengan-dung
 Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya sebagian plasenta atau
pembuluh da-rah) tidak
tinggi fundus tidak berkurang ketuban
lengkap
 Perdarahan segera (P3)

 Uterus tidak teraba


 Lumen vagina terisi masa  Neurogenik syok
Inversio Uteri
 Tampak tali pusat (bila  Pucat dan limbung
plasenta belum lahir)

 Sub-involusi uterus
 Nyeri tekan perut bawah Endometritis atau Sisa Fragmen
dan uterus  Anemia Plasenta
 Perdarahan  Demam Late Postpartum Hemorrhage
 Lokhia mukopurulen dan Perdarahan Postpartum Sekunder
berbau

21
@RachmatSulthony

Tatalaksana Umum:

Cara KBI:
□ Tangan kiri pegang perut dan usahakan bisa meraba bagian belakang uterus
□ Tangan kanan dikepalkan di depan Forniks Anterior lalu tekan dinding anterior uterus

Cara KBE:
□ Tangan kiri diletakkan di atas perut dan menggenggam dinding belakang uterus
□ Tangan kanan diletakkan di atas simfisis dan tekan dengan 2 jari bagian anterior uterus 22
@RachmatSulthony

ATONIA UTERI
Terjadi bila miometrium tidak berkontraksi
Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar
Penyebab tersering perdarahan postpartum (2/3 dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia
uteri)

Faktor Resiko:
□ Hal-hal yang menyebabkan uterus meregang lebih dari kondisi normal :
– Polihidramnion
– Kehamilan kembar
– Makrosomia
□ Persalinan lama
□ Persalinan terlalu cepat
□ Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin
□ Infeksi intrapartum
□ Paritas tinggi

Tatalaksana:
1. Pencegahan dengan MAK III
2. Penatalaksanaan HPP secara umum

Tatalaksana Atonia Uteri:


1. Masase Fundus 15 detik
2. Bersihkan stolsel dari jalan lahir
3. Kateterisasi bila buli-buli penuh
4. Kompresi Bimanual Interna selama 5 menit
□ Kontraksi (+), Bleeding (↓) = KBI 2 menit
□ Kontraksi (+), Bleeding (+) = Cek ulang adanya trauma jalan lahir/laserasi
□ Kontraksi (-) setelah KBI 5 menit = KBE
5. Keluarkan tangan perlahan-lahan
6. Berikan:
 Metil Ergometrin 0.2 mg (IM) atau
 Misoprostol 600-1000 mg (per rectal)
7. RL 500 CC + Drip OT 2 Ampul  Habis dalam 10 menit
8. Setelah drip OT habis: Ulangi KBI 2 menit
9. Kontraksi Baik = Observasi
Kontraksi masih (-): RUJUK
10. Rujuk  Tetap KBI, ditambah:
□ Infus RL = habis 1 flash dlm 10 menit
□ Drip RL + OT 2 Ampul: 1 flash/jam (max.3 flsh atau 1.5 liter)
□ Selanjutnya 1 flash/4 jam

PERLUKAAN JALAN LAHIR


1. Robekan Perineum
2. HematomaVulva
3. Robekan dinding vagina
4. Robekan serviks / porsio
5. Ruptura uteri

ROBEKAN PERINEUM
Tingkat I = Robekan hanya pada MUKOSA VAGINA dengan/tanpa mengenai kulit perineum
Tingkat II = Robekan mengenai MUKOSA VAGINA + OTOT PERINEI TRANSVERSALIS, tapi tidak kena Sfingter Ani
Tingkat III = Robekan mengenai SELURUH PERINEUM + OTOT SFINGTER ANI
Tingkat IV = Robekan sampai MUKOSA REKTUM

23
@RachmatSulthony

Tatalaksana:
Tingkat I
Dengan Catgut  Jahit Jelujur / Angka Delapan (figure of eight).

Tingkat II
Jika ada pinggir robekan yg tidak rata  HARUS DIRATAKAN dulu.
Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem, kemudian DIGUNTING.
Otot dijahit dgn Catgut = secara terputus-putus atau jelujur
Mukosa vagina sampai kulit perineum dijahit dgn Catgut = secara jelujur.

Tingkat III
Dinding depan rektum yang robek dijahit
Fasia perirektal dan Fasial Septum Rektovaginal  dijahit dengan Catgut Kromik
Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem, kemudian dijahit dengan 2 – 3
jahitan catgut kromik
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat II.

Tingkat IV
Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah
sakit kabupaten/kota.

VULVA HEMATOME
Tatalaksana:
Bergantung pada lokasi dan besar hematoma.
1. Hematoma kecil = kompres.
2. Hematoma besar = sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling terenggang.
 Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma kosong.
 Cari sumber perdarahan  ikat atau jahit sumber perdarahan.
 Luka sayatan kemudian dijahit.
 Bila perdarahan difus dapat dipasang drain.

ROBEKAN PORSIO
Tolong dibaca di buku SPM 2001 mengenai prosedur untuk Menilai adanya robekan porsio/serviks sampai dengan
bagaimana Cara penjahitannya... Khususnya yang ujian dengan dr. Edi ;-)

RETENSIO PLASENTA
Definisi:
30 menit setelah bayi lahir plasenta masih belum lahir.

Jenis:
1. Plasenta Adhesiva = Plasenta melekat sampai endometrium
2. Plasenta Akreta = Plasenta melekat sampai sebagian miometrium
3. Plasenta Inkreta = Plasenta melekat sampai seluruh bagian miometrium
4. Plasenta Perkreta = Plasenta melekat sampai tembus ke lapisan serosa
5. Inkarserata = Plasenta sudah lepas tapi terhalang keluar akibat konstriksi bagian bawah rahim (ada Contriction
Ring di SBR)

Perlu diingat: Diagnosis pasti Retensio Plasenta hanya dengan pemeriksaan PA (Patologi Anatomi)

24
@RachmatSulthony

MANUAL PLASENTA
a) Pasang infus NaCl 0,9%
b) Injeksi Sedatif = Diazepam 10 mg (1 Ampul, 2 cc)  Dapat membantu merelaksasi otot uterus
c) Lakukan Manual Plasenta:
1. Klem tali pusat dengan Kocher sejajar lantai
2. Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina menelusuri tali pusat
3. Suruh asisten pegang Kocher, lalu tangan kiri menahan fundus untuk MENCEGAH RUPTUR UTERI
4. Tangan kanan menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta
5. Tangan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas
6. Dengan Sisi Ulnar, plasenta dilepaskan (seperti mengikis air/memberi salam)
Saat melepas plasenta  Punggung tangan menempel pada dinding uterus
7. Setelah plasenta lahir: Lanjutkan penanganan MAK III selanjutnya yaitu  Masase Fundus Uteri

SISA PLASENTA (REST PLASENTA)


Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum
dini atau perdarahan pospartum lambat (6 – 10 hari pasca persalinan).

Curiga adanya Rest Plasenta jika:


□ 6-10 hari post partum muncul perdarahan (awalnya setelah melahirkan perdarahan sempat stop)
□ Didapatkan subinvolusi uterus  Normalnya: 3 hari TFU sudah 2-3 jari di bawah pusat, dalam 1 minggu
biasanya uterus sudah involusi

Pengeluaran Sisa Plasenta:


1. Pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan Kuretase.
2. Bila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
3. Kuretase harus dilakukan di Rumah Sakit.
4. Setelah tindakan pengeluaran, dilanjutkan dengan pemberian Obat Uterotonika melalui suntikan atau per
oral.
5. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

25
@RachmatSulthony

7. INVERSIO UTERI
Batasan
Bagian atas uterus memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.

Penyebab
1. Tindakan Perasat Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik.
2. Tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus.
3. Bisa terjadi spontan pada kasus atonia uteri dengan kenaikkan tekanan intra abdominal yang mendadak
karena batuk atau meneran sehingga dapat menyebabkan masuknya fundus ke dalam kavum uteri.

Klasifikasi
Menurut perkembangannya Inversio uteri di bagi menjadi 3 tingkat:
1) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tapi belum keluar dari kavum uteri.
2) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina.
3) Uterus yang terbalik, sebagian besar terletak di luar vagina.

Gejala dan tanda klinis:


□ Nyeri yang hebat!
Disebabkan fundus uteri menarik adneksa serta ligamantum infundibulo pelvikum dan ligamentum rotundum
kanan dan kiri ke dalam terowongan inversio sehingga mengadakan tarikan yang kuat pada peritoneum
parietal.
□ Bisa sampai syok!
□ Perdarahan!
□ Fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai.
□ Pemeriksaan dalam dapat ditemukan tumor yg lunak diatas serviks uteri atau dalam vagina.

Diagnosis:
□ Fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai.
□ Pemeriksaan dalam  ada benjolan lunak di atas serviks atau di dalam vagina.
□ Nyeri hebat + bisa sampai syok.
□ Perdarahan pervaginam.

Penanganan:
1. Bila ada tanda syok  Atasi lebih dahulu syok-nya
□ Infus RL/NaCL dan transfusi darah (bila perlu)
2. Setelah infus, harus segera di-REPOSISI
Semakin cepat dikerjakan, semakin mudah reposisi dilakukan.
□ Untuk reposisi  harus anestesi umum.
□ Tangan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina
□ Jari tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks (yg mungkin sudah mulai menutup).
□ Telapak tangan tekan korpus perlahan-lahan secara terus menerus kearah atas agak ke depan sampai
korpus uteri melewati serviks dan inversio ditiadakan.
3. Suntik Ergometrin 0.2 mg (IV)
4. Bila masih perlu lakukan  Tamponade Uterovaginal.
5. Bila reposisi pervaginam gagal  Dilakukan pembedahan menurut Haultein: dilakukan laparotomi
(Dinding belakang lingkaran konstriksi dibuka sehingga memungkinkan reposisi uterus sedikit demi sedikit,
kemudian luka dibelakang uterus dijahit.)

Prognosis:
□ Walaupun kadang-kadang bisa terjadi tanpa banyak gejala dengan penderita tetap dalam keadaan baik,
namun umumnya menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian 15-70 %.
□ Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang baik untuk keselamatan penderita.

26
@RachmatSulthony

8. KETUBAN PECAH DINI (KPD)


Definisi:
Pecanya selaput ketuban secara spontan pada saat belum in partu atau dalam 1 jam tidak diikuti tanda awal
persalinan.

Faktor yang mempermudah pecahnya ketuban:


1. Korioamnionitis = Selaput ketuban jadi rapuh
2. Inkompetensi Serviks = kanalis servikalis selalu terbuka karena kelainan serviks uteri
3. Kelainan Letak = tidak ada bagian terendah janin yang menutupi PAP yang bisa mengurangi terhadap selaput
bagian terbawah
4. Trauma

Komplikasi:
□ Infeksi intrauterine
□ Tali pusat menumbung
□ Kelahiran prematur

Diagnosis:
1. Anamnesis = Kapan keluar cairan? Warna? Bau? Partikel dalam cairan?
2. Inspeksi = Keluar cairan per vaginam
3. Inspekulo = Bila fundus ditekan atau bagian terbawah rahim digoyangkan  keluar cairan dan terakumulasi di
Fornix Posterior
4. VT = Ada cairan dalam vagina, selaput ketuban (-)
5. Lab = Kertas lakmus  reaksi basa

Tatalaksana:
PRETERM
1. TBJ > 1500 gr atau Usia Kehamilan > 34 Minggu:
a) Antibiotik selama 5 HARI  2 hari = Ampicillin 1 gr/6 jam (IV) / 3 hari berikutnya = Amoxicillin 3 x 500 mg
b) Observasi temperatur TIAP 3 JAM  Jika suhu rektal >37.6 C = TERMINASI!
0

c) Observasi 2 x 24 jam  Jika belum in partu = TERMINASI!


d) Kortikosteroid  Dexamethasone IV 12 mg/12 jam (untuk maturasi paru) selama 1 hari saja.

2. TBJ < 1500 gr atau Usia Kehamilan < 34 Minggu:


a) Antibiotik selama 5 HARI  2 hari = Ampicillin 1 gr/6 jam (IV) / 3 hari berikutnya = Amoxicillin 3 x 500 mg
b) Observasi temperatur TIAP 3 JAM  Jika suhu rektal >37.6 C = TERMINASI!
0

c) Observasi 2 x 24 jam:
 Jika air ketuban tidak keluar lagi, lakukan = USG
□ Air ketuban cukup = Konservatif  Pesan: No coitus, kembali ke RS jika demam/keluar air
□ Air ketuban sedikit = TERMINASI!
 Jika air ketuban masih keluar  TERMINASI!

ATERM
a) Antibiotik: Ampicillin 1 gr / 6 jam (IV) selama 24 jam
Observasi temperatur TIAP 3 JAM  Jika suhu rektal >37.6 C = TERMINASI!
0
b)
c) Jika keluar air masih < 12 jam  CTG: Jika kondisi janin baik, tunggu tanda-tanda in partu sampai 12 jam
d) Jika keluar air sudah > 12 jam  TERMINASI!

Pilihan Terminasi pada KPD:


1. Pervaginam (jika memenuhi syarat)  Drip oksitosin, Misoprostol
2. SC

Amniotic Band Syndrome


□ Sindrom ini merupakan salah satu komplikasi dari KPD dalam jangka waktu lama
□ KPD  Cairan ketuban kering  Lama kelamaan membran amnion melilit erat janin 
Lama kelamaan bayi bisa sampai terjadi amputatum

27
@RachmatSulthony

9. PRE EKLAMSIA RINGAN (PER)


Batasan
TD ≥ 140/90 sampai dengan 160/110 + Proteinuria dan/atau edema + UK >20 minggu.

Gejala Klinis
1. Hipertensi  TD ≥ 140/90 sampai dengan 160/110
2. Proteinuria
□ Kuantitatif: 0,3 gr/dalam 24 jam, atau
□ Kualitatif ( + )  Yang terbaru!

Penatalaksanaan
1. Rawat jalan
□ Cukup istirahat
□ Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
□ Tidak perlu obat
□ Pantau TD, pemeriksaan urin (proteinuria), refleks patella dan kondisi janin.
□ Konseling pasien & keluarganya tentang: tanda bahaya PEB & eklampsia
□ Kunjungan ulang setiap 1 minggu

2. Rawat inap
a) Kriteria rawat inap:
□ Bila pengobatan 2 minggu tidak ada perbaikan
□ Cenderung menuju gejala PEB
□ Hasil pemeriksaan kesejahteraan janin meragukan atau jelek (dari USG/CTG)

b) Pengobatan / evaluasi selama rawat inap:


□ Tirah baring.
□ Pemeriksaan laboratorium : Hb, Hematokrit, Urine lengkap, asam urat darah, trombosit, fungsi hati,
fungsi ginjal.

c) EVALUASI HASIL PENGOBATAN:

28
@RachmatSulthony

d) Cara persalinan
 Pervaginam bila tidak ada kontra indikasi
 Bila perlu mempercepat kala II (Ekstraksi Vakum/Forseps)

Prognosis : pada umumnya baik.

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN:


1. Hipertensi Kronik
□ Hipertensi terdiagnosis pertama kali saat UK < 20 minggu atau
Pertama kali terdiagnosis >20 minggu TAPI 3 bulan (12 minggu) post partum Tensi tetap tinggi
□ Proteinuria (-)

2. Hipertensi Gestasional
□ Hipertensi terdiagnosis saat UK >20 minggu
3 bulan (12 minggu) post partum Tensi kembali normal
□ TANPA disertai Proteinuria

3. Preeklamsia
□ Hipertensi terdiagnosis saat UK >20 minggu
□ Proteinuria (+)

4. Eklamsia
□ Preeklamsia yang disertai dengan kejang dan/atau koma

5. Hipertensi Kronik dengan Superimposed Preeclampsia


□ Hipertensi Kronik disertai gejala Preeklamsia dan Proteinuria (+)

29
@RachmatSulthony

10. PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)


Batasan
TD ≥ 160 /110 mmHg + Proteinuria dan/atau edema  UK >20 minggu.

Gejala klinis
1. TD sistolik ≥ 160 , Diastolik ≥ 110
TD tidak turun walaupun sudah dirawat & menjalani tirah baring
2. Proteinuria:
 Kualitatif  > 5 gr/24 jam atau
 Kualitatif (++ ) [yang terbaru]
3. Oliguria: Produksi urine < 500 cc/24 jam + disertai kenaikan Creatinine darah.
4. Gangguan visus  mata berkunang-kunang/penglihatan kabur
5. Gangguan Serebral  kepala pusing, nyeri kepala Keluhan Subjektif
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(Akibat peregangan kapsul hepar)
7. Edema paru dan sianosis
8. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
9. Adanya Sindrom HELLP ( H : Hemolysis, EL : Elevated Liver Enzyme, LP : Low Platelet Count)

Diagnosis Banding:
 Hipertensi kronik dalam kehamilan
 Kehamilan dengan sindroma nefrotik
 Kehamilan dengan gagal jantung

Penatalaksanaan:
A. PERAWATAN KONSERVATIF
Syarat:
□ Bila UK < 37 minggu,
□ Keluhan subyektif (-),
□ Keadaan janin baik

TATALAKSANANYA:
Pengobatan dilakukan di KAMAR BERSALIN / RUANG ISOLASI
1) Tirah baring dengan miring ke satu sisi ( kiri )
2) Infus D5 %  20 tts/menit
3) Pasang kateter tetap (DC)
4) Pemberian Anti Kejang: Magnesium Sulfat (MgSo4)
□ Drip: 6 gram MgSO4 40% = 15 cc di dalam RL 500 cc/1 flash, kecepatan tetesan 28 tpm
□ Bolus: tidak diberikan

Syarat pemberian MgSO4 :


1. Harus ada antidotum MgSo4 yaitu: Calcium Glukonas 10% (1 gr dalam 10 cc) diberikan IV pelan (3 menit)
2. Refleks patella ( + )
3. RR > 16 X / menit
4. Produksi Urine > 100cc/4 jam.

5) Pemberian Anti Hipertensi  Hanya bila TD ≥ 180 / 110


 Injeksi Clonidin 1 ampul (0,15 mg/cc) dilarutkan / diencerkan dalam D5% 10 cc
- Mula-mula suntikkan 5 cc IV perlahan selama 5 menit
- Setelah 5 menit TD diukur  bila belum turun, berikan lagi 5 cc IV perlahan selama 5 menit. Injeksi
Clonidin dapat diberikan tiap 4 jam sampai TD diastolik normal.
 Karena di RSUP jarang ada Clonidin, kita berikan Nifedipin 3 x 10 mg = 3 x 1 tablet

6) Pemeriksaan Laboratorium
□ Hb, Trombosit, Hematokrit, Asam Urat
□ Urine lengkap dan produksi urine 24 jam
□ Fungsi hati, Fungsi ginjal

30
@RachmatSulthony

Perawatan konservatif dianggap BERHASIL bila:


 Penderita sudah mencapai perbaikan dimana didapatkan tanda-tanda pre eklampsia ringan
 Perawatan dilanjutkan minimal 3 hari baru boleh pulang.

Perawatan Konservatif dianggap GAGAL bila:


□ Adanya tanda-tanda “Impending Eklampsia“ ( keluhan subyektif )
□ Fetal distress/CTG buruk
□ Kenaikan TD progresif
□ Adanya HELLP syndrome
□ Adanya kelainan fungsi ginjal
Bila perawatan konservatif gagal  Dilakukan TERMINASI.

B. PERAWATAN AKTIF
a) Indikasi
1. Aterm
2. Keluhan subyektif (+) = Impending Eklampsia
3. Kesejahteraan janin jelek [fetal distress/hasil CTG buruk]
4. Gagal konservatif
5. Ada HELLP syndrome
6. Setelah dirawat 24 jam = TD tetap ≥ 160 / 110

b) Tatalaksana
Sama dengan Penanganan Konservatif di atas tapi perbedaanya:
□ Ada tambahan BOLUS MgSO4
□ Harus di-TERMINASI...!!!

Perawatan Aktif PEB:


1. Tirah baring - miring kiri
2. Infus D5 % - 20 tpm
3. Pasang kateter tetap (DC)
4. Pemberian Anti Kejang: Magnesium Sulfat (MgSo4)
□ Bolus: 4 gram MgSO4 40% = 10 cc dicampur aquabides 10 cc, injeksi perlahan 5-10 menit
□ Drip: 6 gram MgSO4 40% = 15 cc di dalam RL 500 cc/1 flash, kecepatan tetesan 28 tpm
5. Pemberian Anti Hipertensi  Hanya bila TD ≥ 180 / 110
(sama seperti Penanganan Konservatif)
6. Pemeriksaan Laboratorium
(sama seperti Penanganan Konservatif)
7. TERMINASI KEHAMILAN
a) Induksi persalinan dengan drips Oksitosin bila
 Kesejahteraan janin baik
 Skor pelvik ( Bishop ) ≥ 5
b) Operasi SC (Seksio Caesarea) bila
□ Kesejahteraan janin jelek
□ Skor pelvik ( Bishop ) < 5
□ Walaupun PS >5 dan tidak ada gawat janin  Pertimbangkan SC pada PEB dengan penyulit
seperti: KPD, Sungsang, Lintang

31
@RachmatSulthony

11. EKLAMPSIA
Batasan
Kelainan akut pada ibu hamil, persalinan atau nifas ditandai dengan kejang dan/atau koma, dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia  UK >20 mgg, HT, proteinuria dan/atau edema.

Gejala Klinis
1. UK >20 mgg
2. Tanda pre eklampsia (PER/PEB)
3. Kejang dan/atau koma saat hamil, persalinan atau sampai 10 hari masa nifas.
4. Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ.

Komplikasi
Pada eklampsia dapat terjadi akibat yang lebih serius dengan terjadinya nekrosis dan pendarahan pada organ-
organ seperti hati, ginjal, otak, paru dan jantung.

Pemeriksaan
1. Laboratorium :
Hb, lekosit, trambosit, hematokrit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, bilirubin, SGOT, SGPT, Ureum,
kreatinin, asam urat dan urin lengkap.
2. Konsultasi dengan:
 SMF. Neurologi
 SMF. Anestesi
 SMF. Kardiologi
 SMF. Mata, dll.

Diagnosis Banding:
1. Epiplepsi
2. Tetanus
3. Febrile Convulsion
4. Meningitis / Ensefalitis

Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan:
1. Stop kejang + cegah kejang ulangan
2. Cegah & atasi komplikasi
3. Perbaiki KU ibu & janin seoptimal mungkin
4. Terminasi kehamilan/persalinan dgn mempertimbangkan keadaan ibu (vital score)

A. Pemberian Obat Anti Kejang ( Magnesium Sulfat )


1) Bolus: 4 gram MgSO4 40% = 10 cc dicampur aquabides 10 cc, injeksi perlahan 5-10 menit
2) Drip: 6 gram MgSO4 40% = 15 cc di dalam RL 500 cc/1 flash, kecepatan tetesan 28 tpm
3) Bila kejang lagi:
□ Diberikan MgSO4 20% 2gr IV pelan-pelan (1/2 dosis)
□ Bila masih kejang  Pentotal 5mg/kg BB/IV pelan-pelan (Konsul Anestesiologis).
4) Bila timbul tanda intoksikasi MgSO4 segera berikan:
Calcium Gluconas 10% 1gr dalam 10cc IV, pelan-pelan selama 3 menit.
5) Bila sebelum pengobatan MgSO4 telah diberikan Diazepam maka dilanjutkan pengobatan dengan MgSO4.

B. Mencegah Komplikasi
1. Obat anti HT
Bila tensi ≥ 180 /110 mm Hg diberikan injeksi Clonidin dan dilanjutkan Nifedipin (sama dgn PEB).
2. Antibiotik injeksi
3. Antipiretik (bila febris)

PENGOBATAN OBSTETRIK:
“ SEMUA KEHAMILAN DENGAN EKLAMPSIA HARUS DIAKHIRI / TERMINASI, TANPA MEMANDANG
USIA KEHAMILAN MAUPUN KONDISI JANIN ”.

32
@RachmatSulthony

C. Terminasi Kehamilan Dilakukan Apabila Sudah Terjadi Stabilisasi/Pemulihan Ibu


Stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu dicapai dalam 4–8 jam setelah >1 keadaan ini:
1) Pemberian obat anti kejang terakhir
2) Kejang terakhir
3) Pemberian obat anti HT terakhir
4) Penderita mulai sadar.

D. Cara Terminasi Kehamilan :


1. Drip Oksitosin bila:
 CTG Normal
 Skor Pelvik (Biskop) ≥ 5.
2. Kala II dipercepat dengan ekstraksi vakum.
3. Seksio Sesarea, bila :
□ Kontraindikasi drip oksitosin.
□ Drip oksitosin tidak memenuhi syarat.
□ Setelah 6 jam drip  belum memasuki fase aktif.
□ Gawat janin (Fetal distress).

F. Perawatan Pasca Persalinan


□ Dilakukan monitoring tanda-tanda vital secara ketat selama 1 x 24 jam.
(Bila perlu perawatan di ICU (Intersive Care Unit).

G. Prognosis
 Prognosis eklampsia ditentukan oleh “Kriteria Eden”
 Bila didapatkan 2 atau lebih dari gejala berikut, maka prognosis ibu adalah buruk.
1. Koma yang lama
2. HR > 120 x/menit
o
3. Temp > 39,5 C
4. TD sistolik > 200 mmHg
5. Kejang > 10 kali
6. Protein > 10 gr/L
7. Tidak ada edema

33
@RachmatSulthony

12. ABORTUS
Definisi:
□ Keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
□ BBL <500 gr atau UK < 20 Minggu

Penyebab:
1. Kelainan ovum
2. Kelainan genitalia ibu (Uterus bikornus, retrofleksi uteri)
3. Gangguan sirkulasi plasenta (ibu dgn hipertensi)
4. Penyakit ibu (infeksi, penyakit paru berat, anemia gravis, malnutrisi)
5. Antagonis Rhesus
6. Klinis: Perdarahan pd usia kehamilan <20 mgg

Patologi:
□ Hamil <8 mgg = Hasil konsepsi keluar seluruhnya krn Villi Chorialis blm tembus desidua lbh dalam
□ Hamil 8-14 mgg = Hasil konsepsi tdk keluar seluruhnya
□ Hamil >14 mgg = Yg keluar adalah janin, plasenta kemudian menyusul

Bentuk Hasil Konsepsi yang Keluar pada Abortus:


1. Blighted Ovum = Amnion kosong
2. Mola Kruenta = Mudigah dilapisi bekuan darah
2
3. mola Tuberosa = Amnion berbenjol krn hematom antara amnion dan korion
4. Missed Abortion
 Fetus Kompresus  Fetus mengering
 Fetus Papyracea  Fetus tipis seperti perkamen

Klasifikasi:
1. Abortus Spontan Pembagian Abortus:
2. Abortus Provokatus (Induced Abortion) □ Early = Usia kehamilan 0-12 minggu
□ Medisinalis □ Late = Usia kehamilan 12-20 minggu
□ Kriminalis
Gejala Klinis:
Klinis Abortus Spontan:  Telat haid (tanda hamil muda)
1. Abortus Iminens  Perdarahan pervaginam
2. Abortus Insipien  Nyeri perut bawah (jarang pingsan, kecuali Abortus Inkomplit)
3. Abortus Inkomplit  Keluarnya fragmen plasenta
4. Abortus Komplit
5. Missed Abortion
6. Abortus Habitualis
7. Abortus Septik/Infeksius

Diagnosis Banding Perdarahan pada Hamil Muda:


1. KET
2. Mola Hidatidosa

ABORTUS IMINENS (Mengancam)


□ Temuan:
 Bukaan (-), Nyeri Perut (-)
 Uk.Rahim Sesuai (+), Test Pack (+)
□ Tindakan:
1. Bed Rest
2. USG (Kondisi janin, Plasenta lepas?)
3. Progesteron
4. BPL  Nasihat: Koitus (-) selama 2 minggu

34
@RachmatSulthony

ABORTUS INSIPIEN (Sedang Berlangsung)


□ Temuan:
 Bukaan (+), Nyeri Perut (+)
 Uk.Rahim Sesuai (+) berdasrakan USG
□ Tindakan:
1. Perbaiki KU, infus (jarang sampai transfusi)
2. Kuretase
3. Uterotonika = Metil Ergometrin 0.2 mg (IM)
4. Antibiotik

ABORTUS INKOMPLIT
□ Temuan:
 Bukaan (+), Nyeri Perut (+)
 Uk.Rahim Sedikit lebih kecil dari usia kehamilan
 TAMPAK JARINGAN
 Perdarahan BANYAK karena plasenta belum lepas  Biasanya sampai anemia makanya perlu transfusi
□ Tindakan: Sama dengan Abortus Insipien
1. Perbaiki KU, infus dan/atau transfusi
2. Kuretase (kalau perdarahan banyak, bisa dikeluarkan secara digital/menggunakan jari)
3. Uterotonika = Metil Ergometrin 0.2 mg (IM)
4. Antibiotik

ABORTUS KOMPLIT
□ Temuan:
 Bukaan (-), Nyeri Perut (-), Test Pack masih (+) sampai 7-10 hari setelah abortus
 Uk.Rahim Sesuai (-)
 Riwayat keluar janin
□ Tindakan:
1. Hanya Uterotonika

MISSED ABORTION
□ Janin sudah mati, tetap dalam rahim, tidak dikeluarkan selama >2 bulan
□ Fetus ini bisa:
1. Keluar sendiri setelah mati 2-3 bulan
2. Diresorpsi hingga hilang
3. Mengering & menipis (Fetus Papyraceus)
□ Tindakan:
Uterotonika

ABORTUS INFEKSIOSA
 Temuan:
- Ada demam
- Sekret busuk
- Nyeri raba pada uterus, adneksa
 Tindakan:
□ Antibiotik  Triple Antibiotics:
1. Ampicillin (4 x 1000 mg) = untuk Gram (+)
2. Gentamicin (ampul, 2 x 40 mg) = untuk Gram (-)
3. Metronidazole (infus, 2 x 500 gr) = untuk bakteri anaerob
□ Kuretase baru dilakukan 6 jam setelah diberi antibiotik
□ Uterotonika
□ Antipiretik

ABORTUS HABITUALIS
Abortus berturut-turut >3 kali

35
@RachmatSulthony

13. ANTE PARTUM BLEEDING (APB)


□ Perdarahan pada hamil muda  Abortus
□ Perdarahan pada hamil tua  Ante Partum Bleeding (APB)
□ APB = Perdarahan setelah UK > 22 minggu
□ APB  perdarahannya lebih banyak dan berbahaya dari abortus
□ APB:
 Yang berbahaya = bersumber dari kelainan plasenta
 Yang tidak bahaya = bersumber dari kelainan serviks

Pembagian penyebab APB:


1. Plasenta Previa
2. Solusio Plasenta
3. APB yg belum jelas sumbernya: Ruptur sinus marginalis, plasenta letak rendah, Vasa Previa (perdarahan
antepartum setelah membran amnion pecah saat awal persalinan)

Perbedaan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta:

NO PLASENTA PREVIA SOLUSIO PLASENTA


1 Perdarahan yang: Perdarahan ada Faktor Resiko:
Causeless (tanpa sebab) Usia tua, multiparitas, HT kronik, dst
Painless
2 Darah MERAH SEGAR = dari robekan sinus uterus Darah GELAP/KECOKELATAN = akibat menggumpal
3 Bagian terbawah janin TIDAK MASUK PAP Bagian terbawah janin masuk PAP
4 Bisa terjadi KELAINAN LETAK Tidak terjadi kelainan letak
5 Tanpa rasa nyeri Rasa nyeri (+)
6 Uterus tidak tegang Uterus TEGANG
7 Banyak perdarahan sesuai dgn KU ibu Banyak perdarahan tidak sesuai dgn KU ibu (terlihat
sedikit)
8 DJJ bisa didengar DJJ sulit didengar
9 Posisi plasenta di SBR Posisi plasenta normal

14. PLASENTA PREVIA


Batasan
 Keadaan dimana insersi plasenta ada di SBR (segmen bawah rahim) sehingga tutupi sebagian/seluruh ostium
uteri internum pada UK >28.
 Kejadian PP meningkat seiring dgn paritas = karena ada perubahan atrofi pada desidua di masa lampau

Klasifikasi
1. Plasenta Previa Totalis = seluruh pembukaan tertutup plasenta
2. Plasenta Previa Parsialis/Lateralis = sebagian pembukaan tertutup plasenta
3. Plasenta Previa Marginalis = bagian plasenta ada tepat di pinggir pembukaan
4. Plasenta Letak Rendah = Ada di SBR tapi tidak menutupi jalan lahir, ada di 3/4cm di atas pinggir pembukaan

Gejala Klinis
1. Hamil UK >28 minggu  ada perdarahan pervaginam yang sifatnya TIDAK NYERI dan DARAH SEGAR.
2. KU sesuai dengan banyaknya perdarahan.
3. Sering disertai Kelainan Letak Janin.
4. Bagian terendah masih tinggi/tidak masuk PAP (pintu atas panggul).

Diagnosis
1. Anamnesis
UK >28 minggu + perdarahan pervaginam yg TIDAK NYERI + DARAH SEGAR
2. Pemeriksaan Palpasi
Sering ada KELAINAN LETAK + bagian terendah janin belum masuk PAP.
3. USG untuk tentukan letak plasenta (dilakukan dengan vesika urinaria penuh).

36
@RachmatSulthony

4. Pemeriksaan inspekulo
Untuk tentukan asal perdarahan & singkirkan kemungkinan bukan plasenta previa.
5. Pemeriksaan dalam vagina diatas meja operasi (PDMO)  Yaitu: Pemeriksaan dalam di atas meja operasi
dengan persiapan seksio sesarea.

Penatalaksanaan:
Semua penderita dengan perdarahan ante partum tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam vagina (VT),
kecuali kemungkinan plasenta previa sudah disingkirkan atau diagnosis solusio plasenta sudah ditegakkan.

A. PENANGANAN KONSERVATIF
1) Syarat:
 Preterm (TBJ <2.500 gr atau UK <37 mgg)
 DJJ baik
 Perdarahan sedikit atau sudah stop.

2) Cara Perawatan:
a. Observasi ketat di VK selama 24 jam.
1. KU ibu diperbaiki  Jika Anemia: Transfusi PRC sampai HB 10-11 gr %.
2. Kortikosteroid untuk maturitas paru janin (kemungkinan perawatan konservatif gagal)
□ Bila UK <35 mgg atau TBJ <2.000 gr: Injeksi Deksametason 12 mg /12 jam (IM) selama 1 hari.
b. Jika perdarahan sudah stop, pasien pindah ke bangsal perawatan dan tirah baring selama 2 hari
(Bisa mulai mobilisasi)
c. Observasi perdarahan, DJJ, Tekanan Darah  tiap 6 jam.
d. Bila perdarahan berulang  PENANGANAN AKTIF.
e. Boleh pulang bila tidak terjadi perdarahan ulang dengan nasehat:
 Istirahat
 Dilarang koitus selama 1 minggu
 Segera masuk Rumah Sakit bila terjadi perdarahan lagi.
 Periksa ulang 1 minggu lagi.

B. PENANGANAN AKTIF
1. Syarat:
□ Selain syarat penanganan konservatif
2. Tindakan:
 Segera TERMINASI KEHAMILAN.
 Jika perdarahan aktif (perdarahan >500 cc/30 menit) dan diagnosis sudah tegak  SEGERA LAKUKAN
SC.

PDMO (Double Set Up)  Tidak dikerjakan lagi karena sekarang sudah ada USG
1. Dikerjakan saat:
□ Aterm
□ TBJ > 2000 gr
□ Gagal konservatif
□ Janin telah mati
□ Palpasi kepala sudah masuk PAP
2. Saat PDMO:
 Jika PP Totalis = Langsung SC
 Jika PP Parsial/Lateralis = Amniotomi + Drips Oksi
 Bila GAGAL = SC
Dikatakan gagal bila  Sudah 12 jam tidak lahir, Bleeding lagi, Gawat janin, Tanda infeksi intrauterine

37
@RachmatSulthony

15. SOLUSIO PLASENTA


Batasan
Terlepasnya plasenta dari letaknya yang normal pada uterus sebelum janin lahir pada UK ≥28 minggu.

Faktor Predisposisi:
1. Usia ibu >35 tahun
2. Grande multipara
3. Pre eklampsia
4. Hipertensi menahun
5. Trauma abdomen
6. Tali pusat pendek
7. Defisiensi asam folat
8. Dekompresi uterus mendadak

Patogenesis:
Perdarahan pada plasenta  Hematoma desidua  Plasenta terdesak/Terlepas  Ekstravasasi darah di antara
serabut otot uterus akan menyebabkan: PENEGANGAN = Nyeri Hebat

Klasifikasi:
1. Solusio plasenta Ringan (plasenta lepas < ¼ bagian)
1
2. Solusio plasenta Sedang (plasenta lepas ¼ - /3 bagian)
1
3. Solusio plasenta Berat (plasenta lepas > /3 bagian)

Gejala Klinis:
1. Perdarahan pervaginam + DARAH KEHITAMAN.
2. Nyeri Perut Kontinyu (perlahan atau mendadak).
3. PERUT TEGANG SEPERTI PAPAN.
4. Palpasi  Bagian janin sulit teraba.
5. Auskultasi  Janin baik/janin gawat/janin mati.
6. Anemia atau Syok  TIDAK SESUAI dengan perdarahan yang keluar pervaginam.
7. Bila pemeriksaan klinis ragu  Lakukan USG.

Penatalaksanaan:
1. Infus RL/NaCl
2. TERMINASI kehamilan.
3. Tindakan awal  Amniotomi.
4. Bila KJDR  Drip Oksitosin.
5. Seksio Cesarea bila:
 Janin hidup tapi persalinan diperkirakan berlangsung > 6 jam
 Gawat janin
 Kontra Indikasi pervaginam (letak lintang, CPD dsb)
 GAGAL pervaginam!
5. Transfusi PRC bila  Hb < 8 gr%
6. Pemeriksaan laboratorium:
□ DL
□ BT/CT
□ BUN-SC

Komplikasi:
1. Perdarahan ante/intra/post partum.
2. Syok karena perdarahan.
3. Oliguria/GGA  karena syok hipovolemik.
4. Atonia Uteri  karena “Uterus Couvelaire”

38
@RachmatSulthony

16. LOKIA (LOCHEA)


Definisi:
□ Sekret yang berasal dari cavum uteri yang dikeluarkan melalui vagina
□ Terdiri atas: eritrosit, sel epitel, bakteri

Jenis-jenis:
1. Lokchea Rubra  1-2 hari post partum: Darah segar + sisa selaput ketuban + sel desidua + mekonium, dsb
2. Lochea Sanguinolenta  3-7 hari post partum: Merah kekuningan (Darah + Lendir)
3. Lochea Serosa  7-14 hari post partum: Kuning pucat, Darah (-)
4. Lochea Alba  2 minggu post partum: Cokelat Keputihan, tidak berbau
5. Lochea Purulenta  Bercampur nanah, ada infeksi sekunder

17. PARTUS PRETERM


Sinonim:
Persalinan Prematur, PPI (Partus Prematurus Iminens)

Definisi:
Persalinan pada ibu dgn UK >28 mgg sampai <37 mgg

Etiologi:
□ Sistitis
□ Pielonefritisf
□ Bakteriuria asimptomatis
□ Inkompetensi serviks, dll.

Diagnosis:
1. Subyektif: Mengeluh adanya kontraksi uterus seperti mau melahirkan sebelum kehamilan aterm.
2. Obyektif :
□ Kontraksi uterus = min. 2x/10 menit
□ Bukaan >2 cm, Penipisan >50 %
□ Bloody slime (+)
□ Ada pembukaan serviks bermakna = Ada kemajuan bukaan yg diperiksa pemeriksa yg sama dgn selang
waktu 2 jam.

Penatalaksanaan:
1. Miring kiri
2. Monitor His & DJJ / 30 mnt
3. Kehamilan >35 minggu + Letkep  persalinan pervaginam merupakan pilihan
Kehamilan 32-35 minggu maka pertimbangan seksio sesarea menjadi pilihan.

4. Tokolitik:
a) Nifedipine 10 mg (1 tablet) --> diulang tiap 30 menit (max: 4 tablet tiap 6 jam)
Biasanya hanya diperlukan 2 tablet --> Maintanance 3 x 1 tablet
b) B-mimetik: Salbutamol!
5. Steroid utk maturasi paru  Bila persalinan diperkirakan berlangsung >24 jam dan UK <35 minggu
Dosis:
□ Dexamethason (IV) 6 mg/6 jam (4 x sehari) atau
□ Dexametahsone (IV) 12 mg/12 jam (2 x sehari)  SELAMA 1 HARI saja

Tokolitik tidak diberikan pada keadaan-keadaan :


□ Infeksi intra-uterin.
□ Solusio plasenta
□ Kelainan kongenital berat
□ Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)
□ Gawat janin.
□ Pembukaan serviks ≥ 4 cm.

39
@RachmatSulthony

18. SEROTINUS / KEHAMILAN POSTTERM


Sinonim:
□ Kehamilan Post Matur
□ Kehamilan Serotinus

Definisi:
Kehamilan >42 minggu atau >2 minggu dari perkiraan tanggal persalinan menurut rumus Naegele.

Diagnosis:
1. UK >42 minggu
2. Syarat yang harus dipenuhi untuk tegakkan diagnosis:
□ HPHT jelas
□ Gerak janin (+) pada UK >20 mgg
□ DJJ (+) dgn Doppler  UK 10-12 mgg
□ UK sudah ditetapkan dgn USG

Penatalaksanaan:
Merencanakan pengakhiran kehamilan.

Cara Mengakhiri Kehamilan:


1. PS ≥ 5, Tidak ada gawat janin = drip Oksitosin
2. PS < 5, Tidak ada gawat janin = Misoprostol 50 mcg (1/4 tablet) tiap 6 jam selama 1 hari, lalu dinilai lagi PS-
nya. Jika >5 maka didrip Oxy, jika <5 harus SC
3. PS < 5, Ada gawat janin = Seksio Caesaria.

40
@RachmatSulthony

19. GEMELI
Pengertian:
Kehamilan dengan 2 janin dalam satu gestasi.

Prinsip Dasar
a) Tipe:
1. Identik/monovuler/monozigotik/homolog  30 %
2. Fraternal/biovuler/dizigotik/heterolog  70%
b) Faktor:
Bangsa, Umur, Paritas, Herediter (disigotik, dari pihak ibu)
c) Kembar Monozigotik:
 Cenderung janin lebih kecil
 Kemungkinan KJDR, cacat bawaan
 Sering timbul arterio-venous shunt.

CARA MEMBEDAKAN:
KEMBAR HOMOLOG KEMBAR HETEROLOG
1 (70%)
PLASENTA 2 (100%)
2 (30%)

1 (70%)
KHORION 2 (100%)
2 (30%)

1 (70%)
AMNION 2 (100%)
2 (30%)

TALI PUSAT 2 2

SEKS Sama Bisa lain

RUPA Sama Tidak sama

SIDIK JARI Sama Tidak sama

□ Komplikasi pada Ibu:


Anemia, preeklampsia, persalinan prematur, inersia uteri, atonia uteri, plasenta previa, solusio plasenta, HPP
□ Komplikasi pada Anak:
BBLR, KJDR, cacat bawaan, morbiditas/mortalitas perinatal.

Diagnosis:
1. Pemeriksaan Leopold: Uterus lebih besar, Teraba 3 bagian besar
2. 2 DJJ di tempat berbeda dgn selisih frekuensi > 10 dpm
3. USG

Penanganan
1. Saat ANC:
□ ANC seperti biasa, antisipasi kemungkinan komplikasi di atas
□ Lebih banyak istirahat saat kehamilan 7 bulan sampai aterm
2. Saat Persalinan:
a) Diharapkan pervaginam, KECUALI anak pertama kelainan letak
b) Kalau perlu induksi dengan amniotomi
c) Setelah anak pertama lahir, buat posisi membujur untuk anak ke dua, tunggu his lakukan AMNIOTOMI.
Persalinan bisa spontan, EV atau berbagai manuver pertolongan letak sungsang bergantung posisi anak ke
dua. Versi ekstraksi hanya dilakukan pada letak lintang anak ke dua, yang gagal dibuat membujur .
d) Hati-hati kemungkinan HPP.

41
@RachmatSulthony

20. PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (IUFD/IUGR)


Sinonim:
□ KMK = Kecil Masa Kehamilan
□ FGR = Fetal Growth Restriction
□ IUGR = Intra Uterine Growth Restriction
□ SGA = Small For Gestational Age

Definisi:
Berat Janin < 10 persentil usia kehamilan

Etiologi
 Intrinsik:
1. Malformasi termasuk kelainan Kromosom (5-10%).
2. Infeksi virus (1%)
 Ekstrinsik:
1. Insufisiensi Utero Plasenta  misal: Pre Eklampsia, Hipertensi kronis
2. Penyakit jantung sianotik
3. Malnutrisi berat
4. Kehamilan abdominal
5. Perokok, peminum alkohol, narkoba
6. Idiopatik (30%)
7. Penyakit kronis seperti : TBC paru
8. Hipertiroidism

Faktor Resiko:
 Ibu pendek, berat badan < 45 kg
 Melahirkan bayi riwayat kecil (PJT) sebelumnya
 Hamil kembar
 Kenaikan BB ibu selama hamil kurang.
 Peningkatan kadar Alfa Feto Protein (AFP) darah ibu
 Infeksi Janin, seperti: Virus, Bakteri, Spirochaeta (5%), Toksoplasma gondii, malaria kongenital.

Diagnosis
1. Adanya faktor resiko
2. TFU lebih rendah dari usia kehamilan.
3. Konfirmasi USG.

Komplikasi Neonatal
o Asfiksia prenatal NOTE:
o Aspirasi mekonium Bagi rekan DM harus diperhatikan baik-baik, jika bayinya sudah lahir...
o Hipotermia 1) Bayi: Tentukan Ballard Score untuk sesuaikan Usia Kehamilan
o Hipoglikemia 2) Masukkan berat LAHIR janin ke dalam Kurva Lubschenko dan sesuaikan dengan
o Polisitemia Usia Kehamilan menurut Ballard Score-nya tadi untuk menentukan apakah KMK
o Perdarahan paru atau SMK.
o Malformasi.

Tatalaksana:
1. UK < 37 minggu:
Terapi kausanya Misal: Pre eklampsia, stop rokok/alkohol, perbaiki gizi ibu

2. UK ≥ 37 minggu: Terminasi Kehamilan.

42
@RachmatSulthony

21. DIABETES MELITUS GESTASIONAL (GDM)


Batasan
 Adanya intoleransi karbohidrat, baik ringan (Toleransi Glukosa Terganggu = TGT), maupun berat (Diabetes
Melitus) yang terjadi atau diketahui PERTAMA KALI pada SAAT KEHAMILAN berlangsung.
 Tidak memandang apakah pasien dikelola dengan insulin/perencanaan makan saja, diabetes melitus tersebut
menetap setelah persalinan atau pasien yang sudah mengidap diabetes melitus sebelum hamil.

Screening (Penapisan):
1. Tujuan
 Turunkan morbiditas & mortalitas ibu
 Turunkan morbiditas & mortalitas perinatal
 Turunkan resiko menjadi DM dikemudian hari
2. Sasaran  SEMUA Ibu Hamil baik yang berisiko/tidak berisiko.
3. Faktor resiko DMG
□ Riwayat Kebidanan:
1. Beberapa kali abortus
2. Melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas
3. Melahirkan bayi dengan cacat bawaan
4. Preeklampsia
5. Polihidramnion
□ Riwayat Ibu :
1. Umur ibu  >30 thn
2. Riwayat DM pada keluarga
3. DMG pada kehamilan sebelumnya
4. ISK berulang sebelum hamil
4. Waktu Screening:
 Ibu hamil yg beresiko  UK <24 minggu
Bila hasilnya negatif: Pemeriksaan diulang pada UK 24-26 minggu
 Ibu hamil yg tidak berisiko  UK 24-26 minggu
5. Cara Screening
Pemeriksaan GDS atau TTGO.
6. Persiapan Screening
□ Pasien harus makan yang mengandung cukup karbohidrat minimal 3 hari sebelumnya
□ Kemudian puasa 8-12 jam
□ Baru dilakukan pemeriksaan gula darah pada pagi hari (GDP), setelah itu diberikan beban glukosa 75 gram
dalam 200 ml air, dua jam kemudian diambil contoh darah vena untuk dipastikan pemeriksaan gula darah
2 jam (GDPP).

WANITA HAMIL

Makanan cukup karbohidrat ± 3 hari


Puasa 8-12 jam

Gula darah puasa

Glukosa 75 gram

Glukosa – Plasma Vena dua jam

43
@RachmatSulthony

Kriteria Diagnosis Menurut WHO

Glukosa Plasma Vena (mg/dl)


Puasa 2 jam
Normal < 100 < 140
Diabetes Melitus ≥ 140 ≥ 200
TGT 100-139 140-199

Penatalaksanaan:

SKEMA PENATALAKSANAAN OBSTETRIK DMG

1. Penatalaksanaan Medis
a. Dilaksanakan secara terpadu oleh Lab/SMF Obstetri & Ginekologi, Lab/SMF Penyakit Dalam, Lab/SMF
Anak dan Instalasi Gizi.
b. Tujuan perawatan medis DMG :
- Memperbaiki metabolisme KH
- Menurunkan angka kesakitan/kematian perinatal
- Menurunkan kejadian kelainan kongenital
- Dengan ini dapat dicapai keadaan normoglikemia yang dapat dipertahankan selama kehamilan
sampai persalinan
c. Cara perawatan medis
- Perencanaan makan yang sesuai dengan kebutuhan
- Pemberian insulin bila belum tercapai normoglikemia dengan perencanaan makan
- Pemantauan kadar glukosa darah sendiri di rumah, dan pemantauan diabetes terkendali dengan
pemeriksaan HbA 1c secara berkala tiap 6-8 minggu (normal kurang dari 6%).
2. Penatalaksanaan Obstetri
a) ANC lebih ketat
b) Penilaian kesejahteraan janin. Penilaian ini dilakukan sejak umur kehamilan 34 minggu meliputi
□ Pengukuran tinggi fundus uteri
□ Mendengarkan denyut jantung janin
□ USG
□ CTG
44
@RachmatSulthony

22. HEPATITIS PADA KEHAMILAN


(Belum terisi)

45
@RachmatSulthony

23. HIV PADA KEHAMILAN


Batasan
Infeksi sistemik oleh virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dengan menginvasi sel limfosit T (T
helper), sehingga terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh secara bertahap.

 Sekali orang terinfeksi oleh HIV maka selama hidupnya virus tersebut akan ada di dalam tubuhnya, karena
virus HIV akan bergabung dengan DNA sel.
 Orang yang terinfeksi HIV disebut dengan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
 Perjalanan penyakit infeksi HIV berlangsung secara Kronik Progresif dimana penyakit berkembang secara
bertahap sesuai dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh yang berlangsung bertahap, oleh karena itu gejala
penyakit ini bisa tanpa gejala sampai menimbulkan keluhan dan tanda klinis yang berat.

Gejala infeksi HIV:


1. TAHAP INFEKSI AKUT:
- Tidak semua infeksi HIV mengalami tanda-tanda infeksi akut, hanya sekitar 20-30% dari infeksi HIV
menimbulkan tanda dan gejala akut, yaitu  Sakit pada otot dan sendi, sakit menelan, pembesaran
kelenjar getah bening.
- Gejala ini muncul pada 6 minggu pertama setelah infeksi HIV, dan biasanya hilang sendiri.
2. TAHAP ASIMPTOMATIK (TANPA GEJALA):
Tahap ini berlangsung tanpa gejala antara 6 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
3. TAHAP SIMPTOMATIK RINGAN:
a) Tahap ini muncul beberapa tahun kemudian dengan gejala berat badan menurun, ruam pada
kulit/mulut, infeksi jamur pada kuku, sariawan berulang, ISPA berulang.
b) Aktivitas masih normal, bila makin berat akan terjadi penurunan berat badan yang makin berat, diare
lebih dari 1 bulan, panas yang tidak diketahui penyebabnya, radang paru dan TBC paru.
4. TAHAP AIDS (TAHAP LANJUT):
Mulai muncul adanya infeksi opurtunistik misalnya, pneumonia pneumonitis cranii, toksoplasma otak, diare,
infeksi virus CMV, herpes, kandidiasis, kanker kelanjar getah bening dan sarkoma kaposi.

Diagnosis:
□ Diagnostik infeksi HIV/AIDS ditegakkan berdasarkan adanya tanda-tanda klinis serta pemeriksaan
laboratorium.
□ Deteksi infeksi HIV dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung virus HIV-nya atau dengan pemeriksaan
antibodi HIV.

Cara pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis HIV adalah sebagai berikut:


 Cara tidak langsung  dengan menemukan antibodi.
 Bila seseorang mempunyai anti terhadap HIV berarti terinfeksi HIV.
 Test lebih murah dan mudah serta hasilnya akurat bila dibandingkan dengan test langsung terhadap virusnya.
 Setiap test yang dilakukan hendaknya disertai dengan konseling pra dan post test.
 Dalam hal test konfirmasi tidak tersedia, maka dilakukan ulangan test inisial dan alternatif.

46
@RachmatSulthony

Cara penularan HIV:


 Yang potensial sebagai media penularan adalah: semen, darah, air ketuban dan cairan vagina.
 Hingga saat ini cara penularan HIV yang diketahui adalah:
1. Hubungan seksual
2. Darah
3. Perinatal

Penularan HIV pada ibu hamil:


 Seorang ibu hamil bisa tertular HIV melalui hubungan seksual dengan pasangan/suami yang terinfeksi HIV,
dan melalui transfusi darah/pengguna obat bius melalui suntikan (IDU = Injection Drug Users).
 Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV-nya pada bayi yang dikandungnya.
 Penularan HIV terjadi melalui :
1. In utero/transplasental
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI

Penatalaksanaan kehamilan/persalinan dengan HIV


1. ANTENATAL CARE
- ANC dilakukan sesuai standar, disertai dengan konseling.
- Pencegahan penularan perinatal dilakukan dengan pemberian obat AZT (Zidovudine) dengan cara :
a. Setiap penderita yang dicurigai terinfeksi HIV harus diambil darahnya untuk pemeriksaan CD4 dan
viral load awal
b. Pemberian obat AZT (Zidovudine):
 Diberikan pada UK > 14 minggu, dosis 2 x 300 mg, DITERUSKAN SELAMA HAMIL!
 Bila ditemukan pada kehamilan lanjut, AZT akan efektif bila diberikan mulai UK 34-36 minggu,
selama 4 MINGGU dengan dosis 2 x 300
2. PERSALINAN
Prinsip penanganan ibu hamil dengan HIV pada saat inpartu yaitu :
a) Penanganan medis
b) Penanganan obstetri

3. PENANGANAN MEDIS
 Pemberian obat anti retrovirus sangat penting diberikan pada saat ini karena penularan ke bayi paling
banyak terjadi pada saat inpartu.
 AZT diberikan 300 MG PER ORAL SETIAP 3 JAM sampai bayi lahir.

4. PENANGANAN OBSTETRI
□ Prosedur di kamar bersalin merupakan tindakan bedah sehingga sikap penolong dan petugas lainnya
harus memenuhi standar kewaspadaan universal.
□ Prinsipnya adalah memperlakukan setiap spesimen darah dan cairan tubuh sebagai bahan infeksius.
□ Harus diperhatikan kemungkinan penolong kontak dengan spesimen darah dan cairan tubuh infeksius
dari penderita.

Prosedur tetap penanganan ibu hamil dengan HIV adalah sebagai berikut:
A. CARA KERJA YANG HIGIENIS:
1. Dilarang makan dan minum di kamar bersalin
2. Rambut harus diikat dan ditutup
3. Selalu memakai jubah plastik, sarung tangan dan kaca mata pelindung BILA MENOLONG PERSALINAN.
4. Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan dan setelah membuka sarung tangan
5. Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit.

B. PERSIAPAN
1. Persiapan Alat
a. Partus set
b. Alat resusitasi bayi
c. Hecting set
d. Sarana pencegahan infeksi (ember berisi larutan klorin 0,5%)
e. Obat-obatan: AZT, oksitosin dalam semprit, anestesi lokal

47
@RachmatSulthony

2. Persiapan Penolong
a. Bersikap WAJAR.
b. Tidak menderita luka/lesi pada kulit
c. Memakai topi, jubah, masker, sarung tangan dan sepatu boot
3. Persiapan ibu bersalin
Dijelaskan proses pertolongan persalinan yang akan dilakukan.

C. PERSALINAN
Untuk mencegah penularan pada bayi dan petugas maka prosedur pertolongan persalinan berikut harus
dilakukan.

IBU :
a. Kala I :
 Batasi pemeriksaan dalam
 Desinfeksi vagina dengan antiseptik
 Fase Laten hanya diijinkan selama 8 jam  Bila > 8 jam dilakukan SC
 SC dipertimbangkan untuk keadaan-keadaan sebagai berikut :
 Kadar CD4 kurang dari 500
 Kadar viral load kurang dari 10.000 turunan/ml
 Ibu menyusui (tidak mungkin untuk membeli PASI)
 Elektif SC dilakukan pada usia kehamilan 38 MINGGU.
 Hindari amniotomi, kecuali pembukaan lengkap dan akan dilakukan pimpinan persalinan.

b. Kala II :
 Sedapat mungkin episiotomi dikerjakan atas indikasi, sebisa mungkin jangan.
Batasi tindakan yang traumatik untuk bayi dan ibu (mis. ekstraksi vakum dan forseps)
 Setelah bayi lahir segera gunting tali pusat
 Darah tali pusat diambil 10 ml untuk pemeriksaan HIV bayi

c. Kala III :
 MAK III seperti prosedur biasa
 Dilakukan pemeriksaan spesimen plasenta (Patologi Anatomi)

d. Kala IV :
 Sesuai dengan prosedur standar persalinan kala IV
 Waspada terhadap paparan urin, tinja, darah dan cairan vagina.

BAYI :
1. Segera setelah bayi lahir, bayi dimandikan dengan SABUN ANTISEPTIK
2. Jangan diberikan ASI! Berikan susu pengganti.
3. Bila ibu dan bayi dalam kondisi baik  Boleh rawat gabung
4. Berikan profilaksis AZT pada bayi:
 AZT Sirup = 2 mg/kgBB/dosis  4 x Sehari
 Mulai umur 12 JAM  STOP pada umur 6 MINGGU
5. Sekitar 99% dari bayi yang terinfeksi HIV dapat terdeteksi pada 2 minggu pertama setelah lahir dengan teknik
PCR/kultur

POST PARTUM :
Berikan Parlodel oral untuk menghentikan ASI

ALAT BEKAS PAKAI :


 Alat-alat tenun bekas pakai segera direndam dengan larutan klorin secara terpisah selama 10 menit.
 Jarum habis pakai dan semprit dimasukkan ke dalam wadah yang anti tembus ke incenerator
 Sarung tangan, kasa, sampah medis lainnya ditampung dalam kantong plastik khusus dan dibakar.

48
@RachmatSulthony

1. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
NON-HORMONAL HORMONAL
1. MAL 1. Progestin = Pil (Mini Pil), Injeksi (3 bulan), Impan
2. Kondom 2. Kombinasi = Pil, Injeksi (1 bulan)
3. AKDR
4. Kontap *Progestin: hormon progesteron sintesis
**Kombinasi: Progesteron + Estrogen

METODE AMENOREA LAKTASI (MAL)


 Profil
□ Definisi: MAL  metode kontrasepsi yg andalkan pemberian ASI eksklusif
□ Syarat: ASI eksklusif minimal 8xsehari, ibu belum haid sejak melahirkan, umur bayi <6 bulan
□ Metode ini akan menekan ovulasi

 Metode Penggunaan
□ ASI diberikan 30-60 mnit setelah bayi lahir
□ Bayi diberikan ASI on demand (semau bayi)  jarak antar menyusui tidak boleh >4 jam
□ ASI tetap diberikan walaupun malam hari
□ Jika ada perdarahan <56 hari setelah persalinan: belum dianggap haid

 Keuntungan
□ Efektifitas tinggi (98%)
□ Tidak ganggu hubungan seks
□ Tidak perlu obat/alat (bebas biaya)
□ Tingkatkan hubungan psikologik ibu-anak

 Kerugian
□ Harus menyusui 30 menit pasca persalinan
□ Efektivitas akan kurang/hilang bila mulai haid.

49
@RachmatSulthony

KONDOM
 Mekanisme: Hambat pertemuan sperma dan ovum (sperma tidak masuk ke saluran reproduksi)
 Keuntungan:
1. Murah, bisa beli tanpa resep dokter
2. Efek samping tidak ada
3. Bisa jadi pilihan sementara jika metode lain ditunda
4. Cegah IMS
5. Cegah ejakulasi dini
 Kekurangan:
1. Kurangi sentuhan kulit langsung
2. Harus selalu ada
3. Malu membeli

AKDR
 Mekanisme: reaksi inflamasi steril, toksisk untuk sperma sehingga gagal fertilisasi, menghambat masuknya
sperma ke tuba
 Keuntungan:
 Efektivitas tinggi (90%)
 Untuk jangka panjang (5-10 tahun) tapi bisa dilepas sewaktu-waktu
 Tidak ada efek samping hormonal
 Kerugian:
□ Tidak mencegah IMS
□ Klien tidak bisa lepas sendiri

KONTAP
Tubektomi
 Cara kerja: MOW (Mekanisme Operasi Wanita) dilakukan dgn cara mengikat atau memotong Tuba Fallopi
 Keuntungan:
- Efektivitas tinggi
- Tidak mengganggu hubungan seks
- Tidak ada efek samping hormonal
 Kerugian:
- Sifatnya permanen (kecuali ada rekanalisasi)

Vasektomi
 Cara kerja: MOP dilakukan dengan cara oklusi Vas Deferens
 Keuntungan: (sama dengan MOW)
 Kerugian:
- Tidak langsung efektif (butuh 3 bulan atau 20 kali ejakulasi baru steril)

PIL
 Cara kerja: mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus sperma, menyebabkan
perubahan endometrium sehingga menghambat implantasi, menghambat motilitas tuba dan transportasi
sperma
 Keuntungan:
- Efektivitas tinggi
- Tidak ganggu hubungan seks
- Fertilitas segera kembali jika distop
- Bisa untuk kontrasepsi darurat/morning after pill (khusus yang Pil KOMBINASI)
 Kerugian:
- Harus minum tiap hari, tidak boleh lupa
- Tidak mencegah IMS

50
@RachmatSulthony

SUNTIK
 Cara kerja: sama dengan pil
 Keuntungan:
- Efektivitas tinggi
- Tidak ganggu hubungan seks
 Kerugian:
- Harus rutin kontrol tiap 1/3 bulan
- Fertilitas tidak langsung kembali
- Tidak mencegah IMS

IMPLAN
 Cara kerja: sama dengan pil
 Keuntungan:
- Efektivitas tinggi
- Tidak ganggu hubungan seks
- Fertilitas cepat kembali
- Bisa bertahan selama 5 tahun
 Kerugian:
- Butuh bedah minor
- Tidak mencegah IMS

51
@RachmatSulthony

2. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)


Pengertian
 Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan gestasi di luar kavum uteri.
 Kehamilan ektopik:
 Belum Terganggu = Kantong gestasi belum pecah
 Terganggu = Kantong gestasi sudah pecah.

Prinsip Dasar
□ Wanita masa reproduksi + Terlambat haid + Nyeri perut bagian bawah  CURIGAI KET
□ 30-50% Pasien dengan KET punya riwayat infeksi pelvis sebelumnya.

Faktor Risiko:
1. Gangguan transportasi hasil konsepsi  PID, penyempitan lumen tuba, pasca bedah mikro tuba, riwayat
abortus, AKDR
2. Kelainan hormonal  induksi ovulasi, IVF, ovulasi terlambat , transmigrasi ovum
3. Penyebab yang masih diperdebatkan  Endomtriosis, cacat bawaan, kelainan kromosom, kualitas sperma

Diagnosis:
a) Anamnesis  Terlambat haid + Nyeri abdomen + Perdarahan pervaginam.
b) Pemeriksaan fisik:
 Pemeriksaan dalam/bimanual = Slinger pain (+)
 RT = cavum douglas menonjol
 Tanda-tanda syok.
c) Kehamilan ektopik belum terganggu dapat ditentukan dengan USG  tampak kantong gestasi + janin di luar
uterus
d) Tes tambahan: tes HCG, USG, kuldosentesis, kuretase endometrium, laparoskopi, kolpotomi/ kolposkopi.

Manajemen
Prinsip umum penatalaksanaan:
1. SEGERA Rawat Inap
2. Setelah TERDIAGNOSIS  Operasi segera
3. Transfusi  Bila ada syok + anemia
4. Pada kehamilan ektopik belum terganggu:
□ Bila kantong gentasi < 3 cm  Pertimbangkan MTX 50 mg/minggu, bisa diulang 1 minggu kemudian bila
janin masih hidup
□ Berobat jalan setelah mendapat informasi bahwa keberhasilan terapi medikamentosa hanya 85%
□ Bila ternyata TAK TERJADI RUPTUR: pasian diminta kontrol tiap minggu untuk USG dan pemeriksaan
HCG.
□ Bila terjadi tanda nyeri/abdomen akut pasien harus segera di laparotomi.

KET Abortus Mola


Anamnesis Trias: □ Perdarahan pervaginam □ Perdarahan pervaginam
1. Perdarahan pervaginam □ Telat haid □ Telat haid
2. Telat haid □ Nyeri perut bawah □ Nyeri perut tidak ada
3. Nyeri perut bawah (sangat □ Keluar fragmen plasenta □ Keluar gelembung mola
nyeri)

Pemr.Fisik  Inspekulo: Bukaan (-)  Inspekulo: Bukaan (+)/(-)  DJJ (-)


 Bimanual: Slinger pain (+)  Bimanual: Slinger pain (-)  Inspekulo: tampak jaringan
 RT: Cavum douglas menonjol  RT: Cavum douglas tidak mola
 Kuldosentesis (+) menonjol  Bimanual: Slinger pain (-),
ukuran uterus lebih besar
dari usia seharusnya

Lab USG: Gestasi (-) di dalam uterus USG: - USG:


Bisa masih ada kantong gestasi di Snow Flake pattern
dalam uterus - Honey comb
-

52
@RachmatSulthony

3. MOLA HIDATIDOSA DAN PENYAKIT TROFOBLASTIK GANAS (PTG)


Pengertian:
Penyakit trofoblas gestasional adalah PROLIFERASI SEL TROFOBLAS yang berasal dari KEHAMILAN.

Klasifikasi:
a) Klasifikasi klinik :
□ Molahidatidaosa
□ Penyakit trofoblas ganas
b) Klasifikasi Histologik:
□ Molahidatidosa
□ Mola destruent
□ Koriokarsinoma
□ Placental site trophoblastic diseases

Diagnosis:
A. MOLAHIDATIDOSA
□ Pemeriksaan klinik:
1) Terlambat haid + gejala kehamilan normal
2) Uterus membesar, umumnya: membesar lebih besar dari usia kehamilan
3) Uterus lunak, kehamilan ini tidak disertai dengan janin atau selaput janin (mola komplit) tetapi dapat
juga disertai dengan adanya janin atau kantong janin (molahidatidosa parsial)
4) Fetal Movement (-), DJJ (-)
5) Pada Sonde Uterus  tidak didapatkan tahanan kantong janin

□ Pemeriksaan Tambahan :
1) USG  tidak dijumpai janin, terlihat GAMBARAN KHAS MOLA
2) Kadar HCG yang sangat tinggi (ribuan IU/liter)

B. PENYAKIT TROFOBLAS GANAS


□ Trias Acostasizon (H-B-E)
1. History  Pasca mola, abortus, partus , hamil ektopik
2. Bleeding  Perdarahan pervaginam tidak teratur
3. Enlargement & softness  Uterus yang membesar dan lunak

□ Diagnosis Klinik (WHO):


- Kadar beta HCG yang menetap pada 2 kali pemeriksaan berturut-turut dengan interval 2 minggu
- Kadar beta HCG yang meningkat
- Kadar beta HCG di atas normal pada 14 minggu setelah tindakan evakuasi
- Pembesaran uterus pasca evakuasi + kadar beta HCG yang tinggi
- Perdarahan uterus pasca evakuasi + kadar beta HCG di atas normal
- Histologik didapatkan mola invasive atau koriokarsinoma

□ Diagnosis Histologik:
Diagnosis histologik pada penyakit trofoblas gestasional umumnya hanya dilakukan pada molahidatidosa,
sedangkan diagnosis mola destruent atau mola invasive dan koriokarsinoma sangat jarang dilakukan
dengan biopsi, diagnosis umumnya karena spesimen pembedahan histerektomi atau eksisi lesi
metastasis.

□ Pemeriksaan penunjang:
Foto toraks, DL, LFT,RFT , USG abdomen/pelvis, CT-scan

53
@RachmatSulthony

Penatalaksanaan
MOLAHIDATIDOSA
1. Evakuasi
 Harus dilakukan sampai bersih, karena residu sel trofoblas sering tetap tumbuh dan berkembang
 Bila tindakan kuret diyakini tidak bersih maka tindakan kuret ulangan dapat dilakukan 1-2 minggu
setelah kuret pertama.
 Dilakukan dengan: Kuret Hisap atau Kuret Tajam dan Tumpul atau Kombinasi keduanya.
 Untuk kurangi perdarahan  Saat tindakan evakuasi sebaiknya diberi infus Oksitosin
 Transfusi darah sesuai indikasi.
 PERHATIAN:
- Jika ukuran uterus seperti usia kehamilan >16 minggu = Kuret minimal 2 kali,
- Jika ukuran uterus <16 minggu = Cukup kuret sekali

2. Pasca Tindakan Evakuasi


 Dilakukan pengamatan kadar beta HCG secara periodik
 Pengamatan ini untuk mendiagnosis terjadinya penyakit trofoblas ganas secara dini

PENYAKIT TROFOBLAS GANAS (PTG)


Protokol pengobatan sitostatika berdasarkan klasifikasi yang dianut. Klasifikasi yang mudah yakni klasifikasi
Hammond dan klasifikasi FIGO (stadium FIGO):

Klasifikasi Hammond
1. PTG non-metastasis
2. PTG bermetastasis
a. PTG bermetatasis risiko rendah
b. PTG bermetastasis risiko tinggi

Metastasis Risiko Rendah:


 Interval < 4 bulan
 Metastasis bukan ke otak atau hati
 Kadar hCG < 100.000 mIU/ml atau < 40.000 IU/l serum
 Kehamilan sebelumnya bukan kehamilan aterm
 Belum mendapat kemoterapi sebelumnya

Metastasis Risko Tinggi:


□ Metastasis otak atau hati
□ Kriteria di luar kriteria risiko rendah

Klasifikasi FIGO
a) Stadium:
1. Terbatas di uterus
2. Menyebar di luar uterus tetapi terbatas di organ genitalia interna
3. Menyebar ke paru dengan/tanpa penyakit di genitalia interna
4. Menyebar ke otak, hati, ginjal atau saluran cerna
b) Sub-stadium:
1. Tidak ada factor risiko
2. Ada satu faktor risiko
3. Ada dua faktor risiko

Faktor Resiko:
□ hCG > 100.000 IU/l
□ Interval > 6 bulan

54
@RachmatSulthony

Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi ( Kemoterapi kombinasi
Klasifikasi Kemoterapi Tunggal
2 jenis ) ( 3 jenis )
Hammond
Non metastasis MTX,VP 16, Act D
Metastasis risiko MTX+Act D,
rendah MTX+VP 16
Metastasis risiko
MAC, EMACO
tinggi
FIGO
Stadium I MTX, Act D, VP 16
Stadium II MTX+ActD, MTX+VP 16
Stadium III MTX+ActD, MTX+VP 16
Stadium IV MAC, EMACO

□ Syarat kemoterapi seperti syarat umum pemberian kemoterapi


□ Diberikan sampai beta hCG normal, dilanjutkan 1-3 seri after course
Perubahan regimen apabila :
1. Titer hCG terus meningkat atau menetap setelah pemberian 2 seri
2. Terdapat tanda-tanda metastasis
3. Resisten apabila 5 seri pemberia beta hCG mengalami penurunan tetpai tidak mencapai normal
□ Dikatakan remisi apabila beta hCG normal 3x berturut-turut dengan interval 2 minggu

Dosis:
1. MTX : 20mg/hari atau 0,4 mg/kg BB IM atau 3x5 mg p.o , interval 7-10 hari
2. Act D : 0,5 mg/hari IM atau10-12 mcg/kg BB IV selama 5 hari , interval 7 – 10 hari
3. MAC : MTX 15 mg/hari IM , Act D 0,5 mg/hari IV dan Chlorambucil 10 mg per hari p.o selama 5 hari, interval 2
minggu

Pembedahan:
□ Pembedahan hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu yang bersifat selektif (misal: sudah punya banyak
anak, ada perdarahan masif.)
□ Pembedahan lesi primer di uterus umumnya dilakukan histerektomi (supravaginal bagi usia muda dan
histerektomi total bagi wanita usia tua)
□ Pembedahan lain adalah melakukan eksisi tumor metastasis
□ Indikasi lainnya adalah: Perdarahan hebat yang bersifat darurat, Tidak ada respons pengobatan dengan
kombinasi 3 jenis obat

Pengawasan Lanjut:
1. Dilakukan anamnesis/pemeriksaan:
□ Keluhan
□ Pemeriksasan fisk umum
□ Pemeriksaaan ginekologi dan VT
□ beta hCG
□ Pemriksaan lab/radiologik lainnya sesuai indikasi

2. Jadwal pengawasan lanjut (baik pada Mola Hidatidosa maupun Penyakit Trofoblastik Ganas)
□ Tiga bulan I : setiap 2 minggu
□ Tiga bulan II : setiap 4 minggu
□ Enam bulan III : Setiap 8 minggu
□ Satu tahun II : setiap 3 bulan
□ Selanjutnya : Setiap 6 bulan

3. PTG: Tidak diizinkan hamil selama 2 tahun, dianjurkan KONTRASEPSI HORMONAL KOMBINASI
Mola: Tidak dianjurkan hamil selama 1 tahun.

55
@RachmatSulthony

4. MIOMA UTERI
Batasan
Tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi Padat Kenyal, Batas Jelas, mempunyai Pseudo Kapsul, Tidak
Nyeri, bisa soliter atau multipel.

Lokasi Tumor:
1. Submukus  di bawah endometrium, menonjol ke dalam rongga uterus
Mioma Geburt = Mioma submukosum yg tumbuh bertangkai menyerupai polip, dilahirkan melalui saluran
serviks
2. Intramural  di dinding uterus, di antara serabut miometrium
3. Subserous  tumbuh keluar dinding uterus, menonjol di permukaan uterus (dibungkus serosa)
□ Intraligamenter = menempel di antara ligamentum latum
□ Wandering = menempel pada jaringan lain (ligamentum, omentum), kemudian terpisah dari uterus
sehingga disebut mioma parasitik.

Patofisiologi:
 Rangsangan kontinyu oleh Estrogen  Immature Muscle Cell Nest di dalam miometrium mengalami
proliferasi
 Reseptor estrogen pada mioma lebih banyak dibandingkan miometrium normal
 Tumor terdiri dari: Jaringan Otot, Jaringan Ikat Fibrosa (berbentuk pusaran air), Pseudokapsul, Banyak
Pembuluh Darah
 Sering ditemukan pada Masa Reproduksi, jarang ditemukan sebelum menarche dan setelah menopause

Patologi
Jika mioma dibelah  berkas otot polos, jaringan ikat seperti pusaran air (Whorl-like Pattern) + Pseudokaspsul

Gejala Klinik
1. Tanpa gejala
2. Dengan gejala
a) Gangguan haid/Perdarahan abnormal: Menoragia, Metroragia, dan Dismenorea  Biasanya yg jenis
Submukosa & Intramural
b) Gejala penekanan: Disuria, polakisuria, retensio urine, konstipasi, edema tungkai, varises, nyeri dan rasa
kesemutan di daerah pelvis  Biasanya yg jenis Subserosa
c) Lainnya:
□ Nyeri perut
□ Rasa penuh/berat pada perut bagian bawah + teraba benjolan padat kenyal
□ Infertilitas, Abortus dan Kehamilan Ektopik
□ Tanda akut abdomen (jika ada torsio pada jenis yg bertangkai)

 Gangguan haid muncul karena:


 Terjadi penambahan luas mukosa endometrium sehingga vaskularisasi lebih banyak
 Uterus tidak dapat berkontraksi optimal sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yg melalui mioma
 Infertilitas dan KET terjadi akibat adanya obstruksi mioma pada pars interstisialis tuba sehingga hasil konsepsi
tidak bisa masuk ke dalam kavum uteri
 Abortus terjadi akibat adanya distorsi endometrium

Diagnosis
1. Anamnesis
2. Palpasi abdomen  massa padat, batas jelas, dan tanpa nyeri
3. Pemeriksaan dalam  Massa di abdomen dipalpasi, tangan lainya menggerakan porsio, massa ikut bergerak
4. USG  Gambaran khusus: Pusaran Air (Whorl-like Appearance)
5. PA pasca operatif

56
@RachmatSulthony

Diagnosis Banding
1. Adenomiosis
2. Kehamilan
3. Tumor solid ovarium
4. Tumor solid non ginekologi
5. Miosarkoma
6. Kelainan bentuk uterus

Perubahan Sekunder:
1. Atrofi: setelah menopause/sesudah kehamilan  Mioma jadi kecil
2. Degenerasi Hyalin: tumor kehilangan struktur asli, memisahkan diri dari kelompok serabut lainnya
3. Degenerasi Kistik: mioma jadi cair, seperti agar-agar, terdapat ruangan2 yg tdk beraturan
4. Degenerasi Membatu (Calcireous Degeneration): pada lansia, pengendapan garam kapur, jadi keras
5. Degenerasi Merah (Corneous Degeneration): nekrosis subakut, ada gangg.vaskularisasi, jika dibelah warna
merah  berasal dari hemogsiderin dan hemofusin = biasanya pada masa hamil / nifas
6. Degenerasi Lemak: lanjutan deg.hyalin

Curiga keganasan bila:


□ Mioma cepat membesar
□ Membesar pada masa menopause

Dapat terjadi Sindrom Abdomen Akut  bila: terjadi torsio pada mioma yg bertangkai = gangguan vaskularisasi =
NEKROSIS

Mioma uteri mempengaruhi kehamilan:


a. Menyebabkan infertilitas
b. Resiko abortus  karena:
c. Perdarahan pasca persalinan  karena: gangguan kontrqaksi miometrium
d. Plasenta sulit lepas dari jalan lahir
e. Bisa sebabkan inersia/atonia uteri

Kehamilan mempengaruhi mioma:


□ Mioma tambah besar pada bulan-bulan pertama kehamilan  karena: paparan estrogen yg tinggi
□ Bisa jadi degenerasi merah  pada masa hamil/nifas
□ Bisa sebabkan torsio

Komplikasi
1. Degenerasi ganas: Miosarkoma
(Curiga keganasan bila tetap bleeding pada usia >50 tahun)
2. TORSI pada mioma yang bertangkai
3. Nekrosis & Infeksi
4. Perdarahan sampai dengan anemia

Penatalaksanaan
□ Berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur dan paritas penderita.
□ Jenis-jenis terapi:
1. GnRH Agonist (Buseriline Acetate) selama 16 minggu  GnRH menyebabkan Hipofisis mengurangi
produksi Gonadotropin = ukuran miom mengecil (degenerasi hyalin)
□ Tetapi jika berhenti, krn masih ada estrogen miom dapat tumbuh kembali
□ Penderita miom biasanya telat menopause
2. Miomektomi:
 Pengambilan sarang mioma tanpa mengangkat uterus
 Khusus Mioma Submukosa yg Mioma Geburt = bisa ekstirpasi lewat vagina
3. Histerektomi:
 Perabdominal  TAH (Trans Abdominal Hiisterectomy)
 Pervaginam

57
@RachmatSulthony

Ada 2 jenis histerektomi:


 Total = Serviks diangkat  Biasanya pada wanita usia reproduktif yg punya resiko Ca Serviks, atau
hasil pemeriksaan IVA (+)
 Supravaginal = Serviks disisakan  Pada wanita usia tidak reproduktif lagi yg resiko Ca Serviks-nya
rendah, atau hasil pemeriksaan IVA (-)

Pedoman SPM RSUP NTB:

CATATAN:
1. Keluhan adalah: gangguan haid dan/atau keluhan pendesakan
2. Operatif pada :
 Umur >50 tahun  dilakukan TAH-BSO
 Menginginkan anak  Miomektomi atau hanya Enukleasi Mioma
3. Pada kasus dengan gangguan menstruasi:
Bila umur > 40 tahun  Dilatasi dan Currretage + PA untuk melihat kemungkinan keganasan.

58
@RachmatSulthony

5. LEUKOREA
Pengertian:
□ Setiap pengeluaran cairan pervaginam yang lebih dari normal dan bukan darah
□ Lekorea bukanlah penyakit tersendiri tapi merupakan gejala yang menunjukkan kedaan fisiologis dan
patologis

Prinsip Dasar:
1) Lekorea Fisiologis
 Bayi baru lahir
 Sekitar menarche
 Keinginan seks meningkat
 Sekitar ovulasi
 Kehamilan

2) Lekorea Patologis
1. Infeksi genitalia
2. Benda asing pada anak-anak
3. Pemakaian AKDR
4. Degenerasi jinak
5. Degenarasi ganas

PENATALAKSANAAN LEKOREA AKIBAT INFEKSI GENITALIA:


Trikomonas Vaginalis
1. Gejala klinis:
□ Fluor encer-kental
□ Warna kekuningan berbau
□ Rasa gatal sampai membakar + disuria
2. Diagnosis:
 Gejala klinis seperti di atas
 Inspekulo  Tanda Peradangan & bintik-bintik merah pada vagina (Fly Bitten)
 Preparat basah (PZ): PARASIT LONJONG DENGAN FLAGELLA
3. Terapi:
- Metronidazol 2x500 mg, per oral  5 HARI
- Ditujukan pada penderita dan pasangannya

Vaginosis Bakterial oleh Gardnerella vaginalis


1. Gejala klinis:
 Lekorea agak lengket
 Gatal
 Bau amis seperti ikan tuna
2. Diagnosis:
 Sekret Putih Homogen dan lengket
 Tes Amin Positif
 Ditemukan Clue-cell pada preparat basah
 pH cairan vagina > 4,5
3. Terapi
□ Metronidazol 2x500 mg, peroral  7 HARI
□ Klindamisin 2x300 mg, peroral  7 HARI
□ Ditujukan kepada penderita dan pasangannya

59
@RachmatSulthony

Candida albicans
1. Gejala klinis:
 Sekret seperti Susu Basi
 Warna kehijauan
2. Diagnosis:
 Sekret seperti susu basi
 Tanda radang, mudah berdarah
 Preparat Gram = Tampak hifa jamur positif
3. Terapi:
□ Flukonazol 150 mg, per oral  DOSIS TUNGGAL
□ Ketokonazol 2 x 200 mg, per oral  5 HARI

Neisseria gonorrhoeae
1. Diagnosis:
□ Sekret kuning
□ Nyeri, panas, disuria
□ Kadang disertai = Bartholinitis, Servisitis akut
□ Preparat Gram  Diplokokkus berpasangan ekstra seluler
2. Terapi:
 Ampisillin 1000 mg  DOSIS TUNGGAL
 Thiamfenikol 1000 mg DOSIS TUNGGAL

Chlamidia trachomatis
1. Diagnosis:
 Sekret tidak khas
 Ektopi hiperkeratik pada porsio
 Kultur, pengecatan gram, PCR  didapatkan: .................................
2. Terapi:
□ Tetrasiklin 4x 500 mg  7 HARI
□ Eritromisin 4 x 500 mg  7 HARI

60
@RachmatSulthony

6. TUMOR OVARIUM

Non Neoplastik
1. RADANG:
a) Abses Ovarial
b) Abses Sub-Ovarial
c) Kista Subovarial

2. TUMOR LAIN:
1) Kista Folikel = Folikel de Graaf yg tidak sampai ovulasi  Membesar terus jadi kista (jika uk. < 5 cm, akan
hilang dalam 2 bulan)
2) Kista Korpus Luteum = normalnya Corpus Luteum mengecil jadi Corpus Albican, tapi kada Corpus Luteum
ini mempertahankan diri  Terjadi kista yg berisi cairan merah kecokelatan
3) Kista Teka Lutein = Ada luetinisasi sel-sel teka
4) Kista Inklusi Germinal = biasa pada wanita usia lanjut
5) Kista Endometrium = Pada endometriosis (KISTA COKELAT)
6) Kista Stein Leventhal = Wanita muda  Gejala: Infertil, Amenore/Oligomenore

Neoplastik
NEOPLASTIK JINAK
1. Kistik
1) Ovarii Simpleks = Kista Rata, Halus, Bertangkai, Bilateral, Cairan Jernih
2) Kistadenoma Musinosum = Lobuler, Besar, Bertangkai (kadang torsi), Unilateral
3) Kistadenoma Serosum
4) Kista Endometrioid = Kista Licin, Unilateral
5) Kista Dermoid = Mengandung elemen ektodermal  Rambut, Gigi

2. Solid
1) Fibroma Ovarii = Meig’s Syndrome  Tumor ovarium, Asites, Efusi pleura
2) Tumor Brenner = Wanita mau menopause
3) Maskulinoblastoma = Tumor + Gejala maskulinisasi (klitoris membesar, atrofi mammae, suara berubah)

NEOPLASTIK GANAS
Epitel Umum
Sex Cord Stromal Tumor
Germ Cell
Lipid Cell

Perbedaan Mioma dan Tumor Ovarium:


Semua dokter muda wajib tau...
□ Mioma  Ada benjolan di perut + Gangguan menstruasi (menoragi/metroragi)
□ Tumor Ovarium  Ada benjolan saja di perut, jarang gangguan perdarahan

CURIGA KEGANASAN JIKA:


 Benjolan cepat membesar
 Massa padat (bukan kistik)
 Keluhan subjektif  Berat badan turun, Banyak makan BB tidak naik
 Penunjang:
1. USG = Ada SEPTA
2. Ca-125 = Prediktor keganasan

61
@RachmatSulthony

7. ENDOMETRIOSIS
Definisi:
□ Endometriosis = Keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi berada di luar kavum uteri
□ Adenomiosis = jaringan endometrium yang ada di dalam miometrium

ADENOMIOSIS
 Sifatnya: Difus  Sering bersamaan dengan mioma
 Khas: pulau-pulau enndometrium di tengah-tengah miometrium
 Gejala:
- Menoragia
- Dismenorea sekunder
- Uterus makin besar, konsistensi padat
- Dispareunia

ENDOMETRIOSIS
 Jaringan endometrium di luar kavum uteri dan di luar miometrium
 Sering ditemukan pada:
- Wanita yg tidak menikah pada usia muda
- Wanita yg tidak punya banyak anak
 Patofisiologi:
- Darah haid mengalir kembali (regurgitasi)  Melewati tuba  Masuk rongga pelvis
- Di dalam darah haid terdapat sel endometrium yang masih hidup  Sel ini berimplantasi di pelvis
- Sering melekat di ovarium = KISTA COKELAT/Endometrioma
 Pengobatan:
Kehamilan semu (Pseudopregnancy): Dengan hamil  Regresi endometrium dalam sarang endometriosis

62
@RachmatSulthony

8. CARCINOMA CERVIX
Batasan:
Kanker serviks adalah penyakit keganasan yang berasal dari leher rahim

Etiopatognesis:
1. Penyebab pasti belum diketahui
2. Multifaktorial  Beberapa faktor yg diduga:
a. Umur (40 – 60 thn)
b. Paritas( > 4)
c. Koitus usia dibawah 16 thn dan berganti partner seksual; dihubungkan dengan sifat komplemen histon
sperma dan alkalisme
d. Infeksi  Mikoplasma, Klamidia dan Herpes Simpleks Tipe 2
e. Pajanan Virus Human Papilloma onkogenik terutama Tipe: 16, 18
3. Kanker serviks berawal dari: Lesi Prakanker  dalam waktu 3-17 tahun menjadi Kanker Serviks Invasif.

Patologi:
Diagnosis kanker serviks ditegakan berdasarkan histopatologik dimana dibedakan atas:
1. Tipe Epidermoid (80%)
2. Tipe Adeno (15 %)
3. Tipe lain (5 %)

Stadium Klinik:
STADIUM DESKRIPSI
0 Karsinoma insitu

I Karsinoma terbatas pada serviks

Ia Tampak serviks tidak mencurigakan


Ib Tampak serviks mencurigakan
II Karsinoma menyebar ke vagina dan atau parametrium

IIa Menyebar ke vagina 2/3 proksimal


IIb Menyebar ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding pelviks
III Karsinoma menyebarke vagina 1/3 distal, mencapai dinding pelvis, atau terjadi gangguan
fungsi ginjal tanpa penyebab yang jelas
IIIa Penyebaran sampai ke vagina 1/3 distal
IIIb Sampai ke dinding pelvis atau karisinoma dengan gangguan fungsi ginjal tanpa penyebab
yang jelas
IV Karsinoma serviks menyebar ke organ sekitar atau jauh

IVa Penyebaran ke organ sekitar di daerah pelviks


IVb Penyebaran jauh

Pencegahan:
1. Primer: Vaksin
□ Ceravarix
□ Gardasil (Gardasil tidak hanya HPV 16-18 tapi juga HPV 6 & 8 sehingga bisa cegah Kondiloma Akuminata)
2. Sekunder: IVA (Inspeksi Visual Asam asetat), Krioterapi  Bisa sembuh 100%
3. Tersier: Operasi, Kemoterapi, Radiasi

Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klinis
a. Tanpa keluhan
b. Dengan keluhan
□ Keputihan
□ Perdarahan pervaginam abnormal
□ Perdarahan post koital
□ Perdarahan pasca menopause
63
@RachmatSulthony

□ Gangguan kencing dan defekasi


□ Nyeri daerah pelvis, pinggang punggung dan tungkai
□ Keluhan-keluhan lain sesuai dengan lokasi penyebaran penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik Umum
a) Pembesaran kelenjar limfe supra klavikula dan inguinal
b) Pembesaran lever, asites dan atau lain lain sesau dengan gangguan organ yang terkena.

3. Pemeriksaan Ginekologi
a. Vaginal Toucher
 Vagina: flour, fluksus, dan tanda-tanda penyebaran/infiltasi pada vagina.
 Porsio: berdengkul, padat, rapuh, dengan ukuran bervariasi, eksofitik atau endofitik.
 Korpus uteri: normal atau lebih besar, kelau perlu dilakukan sandase untuk konfirmasi besar dan arah
uterus dan apakah terjadi piometra dan hematometra.
 Adneksa/parametrium: tanda-tanda penyebaran, terab kaku.padat, apakah terdapat tumor.

b. Rectal Toucher
 Menilai penyebaran penyakit kearah dinding pelvis yaitu Cancer Free Space (CFS) merupakan daerah
bebas antar tepi lateral serviks dengan dinding pelvis.
 Kriteria :
o CFS 100 % : berarti belum ada tanda-tanda penyebaran
o CFS 25-100% : Berarti ada penyebaran tetapi belum mencapai dinding pelvis.
o CFS 0 % : berarti penyebaran mencapai dinding pelvis.

4. Pemeriksaan Penunjang
a) Pap Smear sebagai skrining
b) Biopsi
c) Konisasi
d) Tes fungsi ginjal, hati dll
e) Pemeriksaan lain sesuai dengan keperluan :
 Foto toraks
 USG ginjal/abdomen
 IVP
 CT Scan
 Rektoskopi

Catatan:
1. Terapi radiasi dapat diberikan pada setiap stadium (dirujuk)
2. Paliatif anti nyeri selain untuk pasien stadium invatif – lanjut juga dapat diberikan pada setiap stadium sesuai
dengan keluhan.
3. Pada kanker serviks stadium Ib ke atas dengan kehamilan diberikan khemoterapi neoadjuvant setelah
dilakuakn KIE kepada pasien, suami dan keluarga.

Pengawasan Lanjutan
1. Pemeriksaan
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan fisik umum
c) Pemeriksaan ginekologi
d) Pap Smear:
 Tiga bulan I setiap bulan
 Dua tahun II setiap 3 bulan
 Selanjutnya setiap 6 bulan

2. Kalau perlu pemeriksaan penunjang


a) Laboratorium : LFT, RFT,HB, Leukosit,Trombosit.
b) Foto Toraks, IVP

64
@RachmatSulthony

9. VULVA HYGIENE
(Belum terisi)

65
@RachmatSulthony

10. AMENOREA
Pengertian:
1. Amenorea Primer
Keadaan dimana seorang perempuan sampai umur 14 tahun belum mendapat menstruasi disertai belum
berkembangnya tanda seks sekunder, atau telah mencapai umur 16 tahun, telah tampak pertumbhunan seks
sekunder, namun belum mendapat haid
2. Amenorea Sekunder
Keadaan dimana seorang wanita dalam usia reproduksi yang pernah mengalami haid, namun haidnya
berhenti untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut

Prinsip Dasar:
 Amenorea patologik sebenarnya bukan merupakan gambaran klinis dari suatu kumpulan penyakit , melainkan
harus dilihat sebagai suatu simptom suatu penyakit yang harus mendapatkan perhatian serius.
 Penyebab tidak munculnya haid dapat disebabkan oleh organ yang bertanggung jawab terhadap proses
berlangsungnya haid, dan proses pengeluaran haid. Organ-organ tersebut adalah : Hipotalamus, hipofisis,
ovarium dan uterus

Diagnosis:
 Anamnesis
Usia menars, gangguan psikis, aktvitas berlebihan, menederita penyakit DM, penyakit lever atau riwayat
penyakit lever, riwayat operasi tiroid, terjadi penambahan atau pengurangan berat badan, sedang
menggunakan atau punya riwayat penggunaan obat psikofarmaka, minum obat-obat
penurunan/penambahan berat badan, obat-obatan tradisional, frekuensi seksual
 Pemeriksaan Fisik
Berat badan, tinggi badan, pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, perut membesar,
akne, seborrhoe, pembesaran klitoris, deformitas torak.
 Pemeriksaan Ginekologik
Singkirkan kehamilan, pemeriksaan genitalia interna/eksterna
 Uji progesterone (Uji P)
 Uji estrogen + progesetron (Uji E + P)

Penatalaksanaan Amenorea Primer:


Periksa pertumbuhan payudara, ada tidaknya uterus dan pada keadaan tidak adanya uterus diperiksa hormone
FSH, LH atau testosterone atau kariotyping. Penatalaksanaan tergantung hasil pemeriksaan tersebut , dapat
berupa pemberian HRT atau vaginoplasti.

Penatalaksanaan Amenorea Sekunder:


1. Uji P Positif
Berikan P dari hari ke 16 – 25 siklus haid. Pengobatan berlangsung selama 3 siklus berturut-turut. Setelah itu
dilihat, apakah siklus haid menjadi normal kembali, atau tidak. Kalau masih belum normal, maka pengobatan
dilanjutkan lagi sampai terjadi siklus haid yang normal lagi.

2. UJi E + P Negatif
Lakukan pemeriksaan FSH, LH, PRL serum, dan bila hasilnya normal maka diagnosisnya adalah
normogonadotrop amenorea dengan penyebabnya defek endometrium (aplasia uteri, sindroma Asherman,
TBC ) atau atresia genitalia distal.
3. UJi E + P Positif
Lakukan pemeriksaan FSH, LH, PRL
 FSH,LH rendah/normal , PRL normal:
Amenorea hipogonadotrop, dengan atau tanpa tumor hipofisis. Penyebabnya adalah insufisiensi
hipotalamus- hiposfisis.Lakukan foto sela tursika , CT- scan untuk menilai apakah kelainan ada di
hipotalamus atau hipofisis. Berikan estrogen-progesteron secara siklik, meskipun cara ini tidak mengobati
penyebab amenorea tersebut
 FSH ,atau LH yang tinggi, PRL normal:
Amenorea hipergonadotrop , dengan penyebab amenoreanya insufisensi ovarium . Selanjutnya perlu
dilakukan biopsi ovarium per laparoskopi
 PRL tinggi:
Amenorea hiperprolaktinemia , berikan bromokriptin.

66
@RachmatSulthony

RESUME
OBSTETRI dan GINEKOLOGI

CATATAN DOKTER MUDA


[@RachmatSulthony]

67

Anda mungkin juga menyukai