Anda di halaman 1dari 142

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

KPHL Model Ampang 2015-2024

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang


Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Ampang
Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2015 - 2024

Disusun oleh
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Ampang

Maman Firmansyah, SP
NIP. 19660925 198703 1 003

Diketahui oleh:

Kepala Dinas Kehutanan dan Kepala Dinas Kehutanan


Perkebunan Kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sumbawa

Ir. Sigit Wratsongko Ir. Andi Pramaria, M.Si


NIP. 19600316 199003 1 008 NIP. 19611122 198903 1 005

Disahkan oleh:
A.n. Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II

Dr. Ir. Joko Prihatno, MM


NIP. 19600525 198903 1 005

ii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Peta Situasi
KPHL Ampang Kabupaten Sumbawa

iii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Ringkasan Eksekutif

Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan salah satu


prioritas nasional yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kehutanan 2010-2014. Terwujudnya organisasi pengelolaan hutan dalam
bentuk KPH akan lebih mendorong implementasi desentralisasi yang nyata,
optimalisasi akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan sebagai salah
satu jalan untuk rsolusi konflik, kemudahan dan kepastian investasi,
tertanganinya wilayah tertentu yang belum ada unit pengelolaannya yaitu
areal hutan yang belum dibebani ijin, serta upaya untuk meningkatkan
rehabilitasi dan perlindungan hutan.

Di tingkat daerah, Pemerintah Provinsi NTB telah mengeluarkan kebijakan


yang berkaitan dengan KPH melalui penetapan wilayah KPHL dan KPHP.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.
337/Menhut-VII/2009 tanggal 15 Juni 2009 tentang Penetapan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL), seluruh kawasan hutan lindung dan hutan produksi di
Provinsi NTB seluas ± 889.210 Ha telah ditetapkan menjadi 23 (dua puluh
tiga) wilayah KPH, yang terdiri dari 12 (dua belas) KPHP dengan luas areal ±
440.993 Ha dan 11 (sebelas) KPHL dengan luas areal ± 448.217 Ha.
Sedangkan menurut batas administrasi dan kewenangannya terdiri dari 7
(tujuh) KPH Provinsi (KPH lintas kabupaten/kota) dan 16 (enam belas) KPH
Kabupaten. Kebijakan penetapan wilayah KPH di NTB tersebut,
memberikan ruang pengelolaan yang secara spasial relatif cukup efektif
sebagai satu kesatuan wilayah kelola secara teritorial oleh suatu
kelembagaan yang khusus dan spesifik dalam bentuk KPH sehingga dapat
memberikan dampak terhadap pengelolaan hutan yang lebih optimal sesuai
dengan amanat yang diemban dalam PP 6/2007, jo. PP 3/2008. Dengan
mempertimbangkan penetapan wilayah KPH di NTB dan Peraturan Daerah
(Perda)/Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Organisasi KPH tersebut,
maka Pemerintah Kabupaten Sumbawa berkomitmen untuk mendukung
pembangunan KPH di NTB. Salah satu wujud komitmen tersebut, pada
tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah mengusulkan KPHL
Ampang sebagai salah satu KPH Model di Provinsi NTB dengan beberapa
pertimbangan antara lain: 1) posisi wilayah kerja KPHL Ampang menjadi
penyangga kawasan strategis kabupaten (KSK) Emparano, 2) terdapat
potensi tegakan jenis Jati berusia 24 tahun yang merupakan eks
pembangunan Perum Perhutani Unit II seluas 6.670 Ha yang kondisinya siap

iv
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

untuk dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan, 3) terdapat kawasan


hutan berupa ekosistem savanna yang khas terletak di Pulau Rai Rakit dan
memiliki atraksi wisata serta obyek daya tarik wisata alam yang dapat
mendukung pariwisata di NTB, 4) kejadian illegal logging yang masih sangat
tinggi dan belum dapat dikendalikan mengingat wilayah KPHL Ampang ini
memiliki aksesibilitas yang tinggi, 5) minat masyarakat untuk turut serta
mengelola kawasan hutan khususnya di tegakan eks Perum Perhutani cukup
tinggi, 6) sebagian kawasan sudah diberikan ijin kelola baik kepada investor
maupun masyarakat dengan skema HKm, dan 7) kawasan hutan KPHL
Ampang yang berbatasan langsung dengan pemukiman dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata ± 49 jiwa/km² menjadikan kawasan KPHL
Ampang mengalami proses degradasi dan perubahan tutupan seperti
menjadi sawah dan kebun.

Wilayah kelola KPHL Ampang secara geografis terletak antara 117°48'39" -


118°09'00" BT dan 8°36'00" - 8°55'44" LS yang secara administratif
pemerintahan meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu; 1) Kecamatan Plampang,
2) Kecamatan Labangka, 3) Kecamatan Empang, dan 4) Kecamatan Tarano
Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Luas wilayah KPHL
Ampang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan SK.751/ Menhut-II/
2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Ampang (Unit XIV) adalah ±
38.681 hektar, sementara beradasarkan hasil rekonstruksi tata batas luas
KPHL Ampang mencapai ± 40.633,37 Ha. Berdasarkan administrasi
kehutanan, wilayah KPHL Ampang terbagi kedalam 3 (tiga) kelompok hutan,
yaitu; 1) Kelompok Hutan (KH) Ampang Kampaja, 2) Kelompok Hutan (KH)
Santong Labubaron dan 3) Kelompok Hutan (KH) Rai Rakit Kwangko.

Dalam pengelolaannya melalui kegiatan penataan hutan, kawasan hutan


KPHL Ampang yang terdiri dari fungsi lindung dan fungsi produksi dibagi
menjadi tujuh (7) blok, yang terdiri dari dua (2) blok di kawasan hutan lindung
dan lima (5) blok di kawasan hutan produksi terbatas dan tetap. Kawasan
hutan lindung terbagi atas blok inti dan blok pemanfaatan dengan jumlah
keseluruhan petak sebanyak 128 petak. Sementara untuk kawasan hutan
produksi (tetap dan terbatas) terbagi menjadi 5 (lima) blok, yaitu; blok
perlindungan, blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK, blok
pemanfaatan HHK-HT dan HHK-HA, blok pemberdayaan masyarakat
dengan jumlah petak sebanyak 250 petak. Berdasarkan kondisi eksisting,
seluruh wilayah KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha merupakan wilayah
tertentu.

v
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Merujuk pada Visi Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan posisi strategis


KPHL Ampang berdasarkan konfigurasi tata ruang Kabupaten Sumbawa
maka Visi KPHL Ampang Periode Tahun 2015-2024 yang ditetapkan adalah
sebagai berikut: “KPHL Ampang menjadi Akselerator Pembangunan
Wilayah Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Emparano melalui
Pengelolaan Hutan Lestari dan Mandiri dengan Skema Kemitraan”.

Dalam rangka mewujudkan Visi KPHL Ampang diatas, misi pengelolaan


hutan KPHL Ampang selama kurun waktu 2015-2024 adalah sebagai berikut:
1). Mewujudkan areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha yang
mantap; 2). Mempertahankan dan memulihkan daya dukung DAS melalui
kegiatan perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan lahan; 3). Mewujudkan
kemandirian pengelolaan hutan melalui pembangunan core business
berbasis komoditi dan jasa hasil hutan, dibawah iklim usaha yang kondusif
dan nyaman dengan skema kemitraan bersama masyarakat dan pihak
ketiga; 4). Meningkatkan pengamanan hutan untuk mengurangi illegal
logging, mendukung perlindungan dan pengayaan keanekaragaman hayati
yang lokal dan endemik; 5). Mengembangkan praktek pengelolaan hutan di
tingkat tapak berbasis hasil penelitian dan pengembangan; 6). Mewujudkan
lembaga pengelola di tingkat tapak yang kuat dan mantap didukung oleh
SDM yang memadai; dan 7). Mencatatkan kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi Kabupaten Sumbawa.

Serangkaian strategi, program dan kegiatan yang tepat sudah tentu sangat
diperlukan dalam rangka mewujudkan visi dan misi KPHL Ampang yang
telah diuraikan diatas. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rencana
kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang selanjutnya dijabarkan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang disusun dalam rentang waktu 10 tahun mulai
dari tahun 2015-2024 meliputi: 1) inventarisasi berkala wilayah kelola dan
penataan hutan, 2) pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, 3)
pemberdayaan masyarakat, 4) pembinaan dan pemantauan (controlling)
pada areal KPHL yang telah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan, 5) penyelenggaraan rehabilitasi pada areal diluar ijin, 6) pembinaan
dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada
areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, 7)
penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, 8)
penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, 9)
koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, 10)
penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, 11) penyediaan pendanaan,
12) pengembangan database, 13) rasionalisasi wilayah kelola, 14) review
rencana pengelolaan, dan 15) pengembangan investasi.

vi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Berdasarkan hasil analisis proyeksi dari berbagai potensi yang dimiliki dan
dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi unit bisnis yang
menguntungkan di wilayah tertentu KPHL Ampang, maka ditetapkan prioritas
pembangunan bisnis utama (core business) pada rencana pengelolaan
hutan kurun waktu 2015-2024 akan difokuskan pada pengembangan 3 (tiga)
core business, yaitu; 1) Pembangunan kelas perusahaan kayu putih, 2)
Pembangunan kelas perusahaan ekowisata, dan 3) Pengelolaan dan
pengembangan hutan tanaman Jati.

Untuk dapat memanfaatkan wilayah tertentu menuju unit-unit bisnis yang


tangguh dan dapat memandirikan KPH sesuai dengan arahan yang
ditetapkan, maka terdapat beberapa prakondisi yang harus dipenuhi oleh
pengelola KPHL Ampang, yaitu; 1) Telah tersedia baseline data potensi hasil
inventarisasi pada tahun ke-1 (2015); 2) Telah tersusunnya dokumen
business plan KPHL Ampang (2015); 3) Penerapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) pada tahun ke-2 (2016); 4)
Tersedianya sarana prasarana pengelolaan yang memadai (reliable) untuk
mendukung operasionalisasi (2015-2024); 5) Tersedianya sumberdaya
manusia pengelola yang memadai dan memiliki keterampilan dalam
membangun unit bisnis (2015-2024); 6) Kelembagaan KPHL Ampang
menjadi Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) pada tahun 2016; dan 7)
Terbitnya regulasi di daerah yang mendukung percepatan pembangunan unit
bisnis (2015-2024).

Prakondisi seperti diuraikan diatas akan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi
pengelola KPHL Ampang dalam rangka mewujudkan KPHL Ampang yang
mandiri melalui pengelolaan hutan khususnya di wilayah tertentu. Oleh
karenanya, rencana kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang periode
tahun 2015-2024 difokuskan untuk dapat memenuhi prakondisi yang telah
ditetapkan. Secara teknis, uraian rencana kegiatan pengelolaan hutan KPHL
Ampang selama 10 tahun dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan
yang dapat mendukung pencapaian misi yang telah ditetapkan. Misi
pertama, yaitu mewujudkan areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha
yang mantap dijabarkan kedalam 1 program dan 3 kegiatan. Misi kedua,
yaitu mempertahankan dan memulihkan daya dukung DAS melalui kegiatan
perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan lahan dijabarkan kedalam 2
program dan 15 kegiatan. Misi ketiga, yaitu mewujudkan kemandirian
pengelolaan hutan melalui pembangunan core business berbasis komoditi
dan jasa hasil hutan, dibawah iklim usaha yang kondusif dan nyaman
dengan skema kemitraan bersama masyarakat dan pihak ketiga dijabarkan
kedalam 7 program dan 23 kegiatan. Misi keempat, yaitu Meningkatkan
pengamanan hutan untuk mengurangi illegal logging, mendukung

vii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

perlindungan dan pengayaan keanekaragaman hayati yang lokal dan


endemik dijabarkan kedalam 1 program dan 9 kegiatan. Misi kelima, yaitu
mengembangkan praktek pengelolaan hutan di tingkat tapak berbasis hasil
penelitian dan pengembangan dijabarkan kedalam 3 program dan 8
kegiatan. Misi keenam, yaitu Mewujudkan lembaga pengelola di tingkat
tapak yang kuat dan mantap didukung oleh SDM yang memadai dijabarkan
kedalam 1 program dan 5 kegiatan. Misi ketujuh, yaitu mencatatkan
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Sumbawa
merupakan akumulasi yang dapat terwujud apabila program dan kegiatan
dalam rangka mendukung pencapaian misi pertama sampai dengan keenam
berjalan sebagaimana yang diharapkan.

viii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya jualah proses


penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) KPHL Model Ampang periode Tahun 2015-2024 dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya.

Dokumen RPHJP-KPHL Model Ampang untuk kurun waktu 10 tahun ini


menjadi landasan bagi pengelola untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
hutan yang lestari dan berkelanjutan dalam rangka mewujudkan visi dan misi
KPHL Ampang.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan apresiasi kepada parapihak


yang telah banyak berkontribusi dalam proses penyusunan dokumen
RPHJP-KPHL Model Ampang. Untuk itu perkenankan kami mengucapkan
terima kasih kepada BPKH Wilayah VIII Denpasar yang telah memfasilitasi
proses penyusunan dokumen ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga
kepada Tim ahli dari Program Studi Kehutanan Universitas Mataram, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa dan Dinas Kehutanan
Provinsi NTB.

Akhir kata, semoga dokumen ini memberikan semangat dan manfaat dalam
mendorong operasionalisasi pengelolaan hutan KPHL Ampang sebagaimana
yang diharapkan. Terima kasih.

Sumbawa, Agustus 2014


Kepala UPT KPHL Ampang,

MAMAN FIRMANSYAH, SP
NIP. 19630405 198903 1 019

ix
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Daftar Isi

Halaman Judul_ [i]


Lembar Pengesahan_ [ii]
Peta Situasi_ [iii]
Ringkasan Eksekutif_ [iv]
Kata Pengantar_ [ix]
Daftar Isi_ [x]
Daftar Tabel_ [xii]
Daftar Gambar_ [xiii]
Daftar Lampiran_ [xv]
Daftar Lampiran Peta_ [xvi]
I. Pendahuluan_ [1]
1.1 Latar Belakang_ [1]
1.2 Tujuan_ [4]
1.3 Sasaran_ [5]
1.4 Ruang Lingkup_ [5]
1.5 Batasan Pengertian_ [6]
II. Dekripsi Kawasan_ [12]
2.1 Risalah Wilayah KPHL Ampang_ [12]
2.2 Kondisi Biofisik Wilayah KPHL Ampang_ [28]
2.3 Potensi Wilayah KPHL Ampang_ [34]
2.4 Data Informasi Sosial Budaya Masyarakat_ [39]
2.5 Data Informasi Ijin-ijin Pemanfaatan Hutan_ [41]
2.6 Kondisi Posisi KPHL Ampang dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah
dan Pembangunan Daerah_ [42]
2.7 Isu Strategis, Kendala, Permasalahan_ [43]
III. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan_ [46]
IV. Analisis dan Proyeksi_ [48]
V. Rencana Kegiatan_ [82]
5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan_ [83]
5.2 Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu_ [88]
5.3 Pemberdayaan Masyarakat_ [95]
5.4 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHL yang
telah ada Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan_
[98]
5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Ijin_ [98]
5.6 Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pelaksanaan
Rehabilitasi dan Reklamasi pada Areal yang sudah ada Ijin
Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan_ [102]
5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam_
[102]
5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang
Ijin_ [103]

x
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder terkait_


[103]
5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM_ [105]
5.11 Penyediaan Pendanaan_ [109]
5.12 Pengembangan Database_ [110]
5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola_ [111]
5.14 Review Rencana Pengelolaan_ [112]
5.15 Pengembangan Investasi_ [113]

VI. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian_ [118]


VII. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan_ [121]
VIII. Penutup_ [124]

Lampiran-lampiran_ [125]

xi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Luas Wilayah KPHL Ampang, Kabupaten Sumbawa_ [13]


Tabel 2.2. Luas Kawasan Hutan pada masing-masing Kelompok Hutan di
Wilayah KPHL Ampang (Ha)_ [13]
Tabel 2.3. Nama dan Luas DAS yang masuk dalam Wilayah KPHL
Ampang_ [14]
Tabel 2.4. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa menurut Jenis
Permukaan dan Kondisi Jalan Tahun 2008-2012_ [17]
Tabel 2.5 Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa menurut Kondisi dan
Kelas Jalan Tahun 2012_ [17]
Tabel 2.6. Informasi Pembagian Blok di Wilayah KPHL Ampang_ [23]
Tabel 2.7. Arahan Pemanfaatan Blok di Kawasan KPHL Ampang_ [25]
Tabel 2.8. Curah Hujan di Wilayah KPHL Ampang_ [29]
Tabel 2.9. Data Geologi Wilayah KPHL Ampang_ [29]
Tabel 2.10. Data Jenis Tanah di Wilayah KPHL Ampang_ [30]
Tabel 2.11. Data Ketinggian Tempat di Wilayah KPHL Ampang_ [31]
Tabel 2.12. Data Kemiringan Tempat di Wilayah KPHL Ampang_ [32]
Tabel 2.13. Data Tingkat Kekritisan di Wilayah KPHL Ampang_ [33]
Tabel 2.14. Data Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah KPHL Ampang_ [34]
Tabel 2.15. Kondisi Penutupan Lahan KPHL Ampang Berdasarkan Blok_
[35]
Tabel 2.16. Potensi Luas Pertanaman Jati (eks Perum Perhutani) Menurut
Kecamatan dan Desa di Wilayah KPHL Ampang_ [37]
Tabel 2.17. Sebaran Kelimpahan Potensi HHK KPHL Ampang_ [37]
Tabel 2.18. Sebaran Kelimpahan Potensi HHBK KPHL Ampang_ [38]
Tabel 2.19. Daftar Perijinan Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
KPHL Ampang_ [41]
Tabel 4.1 Penutupan Lahan KPHL Ampang Berdasarkan Pembagian Blok_
[50]
Tabel 4.2. Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang Berdasarkan
Pembagian Blok_ [53]
Tabel 4.3. Tingkat Bahaya Erosi KPHL Ampang Berdasarkan Luas_ [55]
Tabel 4.4. Potensi Hasil Hutan Kayu KPHL Ampang Berdasarkan Blok pada
Fungsi Hutan Produksi_ [58]

xii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 4.5. Tipologi Hutan dan Potensi Madu di Kabupaten Sumbawa_ [61]
Tabel 4.6. Kriteria Umum Biofisik Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan
Komoditi Kayu dan Bukan Kayu di KPHL Ampang_ [66]
Tabel 4.7. Nama, Luas dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di KPHL
Ampang Tahun 2012_ [71]
Tabel 5.1. Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala pada KPHL Ampang_ [84]

Tabel 5.2. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Rekonstruksi


Batas KPHL Ampang_ [86]
Tabel 5.3. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas
Blok pada KPHL Ampang_ [88]
Tabel 5.4. Arahan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu KPHL
Ampang Periode 2015-2024_ [89]

Tabel 5.5. Prioritas Pembangunan Usaha yang Memanfaatkan Hutan pada


Wilayah Tertentu KPHL Ampang Periode 2015-2024_ [91]

Tabel 5.6. Rincian Kegiatan Strategis dalam Membangun Core Business


yang Memanfaatkan Wilayah Tertentu_ [93]

Tabel 5.7. Rincian Kegiatan Strategis dalam Melakukan Pemberdayaan


Masyarakat di Sekitar KPHL Ampang_ [96]

Tabel 5.8. Rincian Lokasi, Luas Blok, Prioritas, Kelompok, Sasaran pada
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat KPHL Ampang_ [97]

Tabel 5.9. Rincian Kegiatan Strategis dalam Merehabilitasi Lahan Kritis di


Area KPHL Ampang_ [99]

Tabel 5.10. Sebaran dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang_ [100]

Tabel 5.11. Prasyarat Jabatan dalam Struktur Organisasi KPHL Ampang_


[107]

Tabel 5.12. Kebutuhan SDM pada Kelembagaan KPHL Ampang_ [107]

Tabel 5.13. Matrik Rencana Kegiatan KPHL Ampang Periode Tahun 2015-
2024_ [114]

xiii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Letak Wilayah Areal Kerja KPHL Ampang_ [12]


Gambar 2.2. Wilayah KPHL Ampang berdasarkan Konfigurasi DAS_ [14]
Gambar 2.3. Peta Pembagian Blok KPHL Ampang_ [21]
Gambar 2.4. Peta Pembagian Blok dan Petak KPHL Ampang_ [21]
Gambar 2.5. Peta Wilayah Tertentu KPHL Ampang_ [25]
Gambar 2.6. Peta Curah Hujan Wilayah KPHL Ampang_ [28]
Gambar 2.7. Peta Geologi Wilayah KPHL Ampang_ [29]
Gambar 2.8. Peta Sebaran Jenis Tanah di Wilayah KPHL Ampang_ [30]
Gambar 2.9. Sebaran Ketinggian Tempat Wilayah KPHL Ampang_ [31]
Gambar 2.10. Peta Sebaran Kelerengan di Wilayah KPHL Ampang_ [32]
Gambar 2.11. Peta Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah KPHL Ampang_ [33]
Gambar 2.12. Peta Sebaran Bahaya Erosi Wilayah KPHL Ampang_ [34]
Gambar 2.13. Peta Penutupan Wilayah KPHL Ampang_ [35]
Gambar 2.14. Peta Sebaran Wilayah Potensi HHK KPHL Ampang_ [37]
Gambar 2.15. Peta Sebaran Wilayah Potensi HHBK KPHL Ampang_ [38]
Gambar 4.1. Peta Penutupan Lahan KPHL Ampang_ [49]
Gambar 4.2. Proporsi Dominasi Tipe Penutupan Lahan di Wilayah KPHL
Ampang_[51]
Gambar 4.3. Proporsi Luasan Tingkat Kekritisan Lahan di Wilayah KPHL
Ampang_ [52]
Gambar 4.4. Sebaran dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang_ [53]
Gambar 4.5. Sebaran dan Tingkat Bahaya Erosi di KPHL Ampang_ [54]
Gambar 4.6. Proporsi Tingkat Bahaya Erosi di KPHL Ampang_ [55]
Gambar 4.7. Kondisi Tanaman Eks Perum Perhutani_ [57]
Gambar 4.8. Potensi Hasil Hutan Kayu di KPHL Ampang_ [58]
Gambar 4.9. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu di KPHL Ampang_ [60]
Gambar 4.10. Grafik Data Panen Madu Hutan JMHS Tahun 2009_ [62]
Gambar 4.11. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Kayu Putih_ [67]
Gambar 4.12. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Kenanga _ [68]
Gambar 4.13. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Nyamplung _ [69]

xiv
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.14. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Sengon Laut dan Jabon _
[70]
Gambar 4.15. Bagan Struktur UPTD KPHL Ampang Saat Ini_ [73]
Gambar 4.16. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Kayu Putih _ [75]
Gambar 4.17. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Jati _ [76]
Gambar 4.18. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Kenanga _ [77]
Gambar 4.19. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Nyamplung _ [78]
Gambar 4.20. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Sengon Laut dan Jabon
_ [79]
Gambar 5.1. Bagan Struktur UPTD KPHL Ampang Kedepan_ [105]

xv
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor. SK.


751/Menhut-II/2012_ [122]

xvi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Daftar Lampiran Peta

1. Peta Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ampang


Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000
2. Peta Penutupan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

3. Peta Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah Kesatuan


Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ampang Kabupaten Sumbawa Skala
1 : 100.000

4. Peta Sebaran Potensi Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung


(KPHL) Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

5. Peta Aksesibilitas Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)


Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

6. Peta Pembagian Blok dan Petak Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan


Lindung (KPHL) Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

7. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung


(KPHL) Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

8. Peta Jenis Tanah Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)


Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

9. Peta Iklim Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)


Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

10. Peta Geologi Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)


Ampang Kabupaten Sumbawa Skala 1 : 100.000

xvii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan amanat yang diatur dalam


UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan disebutkan sebagai sebuah unit
pengelolaan hutan ditingkat tapak dengan fungsi pokok dan peruntukkannya
dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH menurut dominasi luas fungsi
hutannya dapat berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL),
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Konservasi (KPHK). Pembentukan organisasi/kelembagaan KPH
merupakan salah satu program prioritas pembangunan nasional, yang telah
diamanatkan dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Program
Pembangunan yang Berkeadilan, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.51/Menhut-II/2010 Tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kehutanan Tahun 2010-2014. Pembentukan dan operasionalisasi organisasi
KPH tersebut perlu dilakukan upaya percepatan dalam rangka
menyelesaikan persoalan-persoalan dalam pengelolaan hutan di Indonesia
(Bappenas, 2012).

Di tingkat daerah, Pemerintah Provinsi NTB telah mengeluarkan kebijakan


yang berkaitan dengan KPH melalui penetapan wilayah KPHL dan KPHP.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.
337/Menhut-VII/2009 Tanggal 15 Juni 2009 Tentang Penetapan Wilayah
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL), seluruh kawasan hutan lindung dan hutan produksi di
Provinsi NTB seluas ± 889.210 Ha telah ditetapkan menjadi 23 (dua puluh
tiga) wilayah KPH, yang terdiri dari 12 (dua belas) KPHP dengan luas areal ±
440.993 Ha dan 11 (sebelas) KPHL dengan luas areal ± 448.217 Ha.
Sedangkan menurut batas administrasi dan kewenangannya terdiri dari 7
(tujuh) KPH Provinsi (KPH lintas kabupaten/kota) dan 16 (enam belas) KPH
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Kabupaten. Kebijakan penetapan wilayah KPH di NTB tersebut,


memberikan ruang pengelolaan yang secara spasial relatif cukup efektif
sebagai satu kesatuan wilayah kelola secara teritorial oleh suatu
kelembagaan yang khusus dan spesifik dalam bentuk KPH sehingga dapat
memberikan dampak terhadap pengelolaan hutan yang lebih optimal sesuai
dengan amanat yang diemban dalam PP 6/2007, jo. PP 3/2008. Dengan
mempertimbangkan penetapan wilayah KPH di NTB dan Peraturan Daerah
(Perda)/Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Organisasi KPH tersebut,
maka Pemerintah Kabupaten Sumbawa berkomitmen untuk mendukung
pembangunan KPH di NTB. Salah satu wujud komitmen tersebut, pada
tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah mengusulkan KPHL
Ampang sebagai salah satu KPH Model di Provinsi NTB dengan beberapa
pertimbangan antara lain: 1) posisi wilayah kerja KPHL Ampang menjadi
penyangga kawasan strategis kabupaten (KSK) Emparano, 2) terdapat
potensi tegakan jenis Jati berusia 24 tahun yang merupakan eks
pembangunan Perum Perhutani Unit II seluas 6.670 Ha yang kondisinya siap
untuk dimanfaatkan dan dikelola secara berkelanjutan, 3) terdapat kawasan
hutan berupa ekosistem savanna yang khas terletak di Pulau Rai Rakit dan
memiliki atraksi wisata serta obyek daya tarik wisata alam yang dapat
mendukung pariwisata di NTB, 4) kejadian illegal logging yang masih sangat
tinggi dan belum dapat dikendalikan mengingat wilayah KPHL Ampang ini
memiliki aksesibilitas yang tinggi, 5) minat masyarakat untuk turut serta
mengelola kawasan hutan khususnya di tegakan eks Perum Perhutani cukup
tinggi, 6) sebagian kawasan sudah diberikan ijin kelola baik kepada investor
maupun masyarakat dengan skema HKm, dan 7) kawasan hutan KPHL
Ampang yang berbatasan langsung dengan pemukiman dengan tingkat
kepadatan penduduk rata-rata ± 49 jiwa/km² menjadikan kawasan KPHL
Ampang mengalami proses degradasi dan perubahan tutupan seperti
menjadi sawah dan kebun.

Berdasarkan hal tersebut telah menjadikan KPHL Ampang memiliki peran


strategis untuk terciptanya kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat
serta sekaligus mengakomodasikan tuntutan dan kepentingan pemerintah

2
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

daerah. Beberapa strategi yang dapat dilakukan diantaranya adalah melalui


optimalisasi akses masyarakat terhadap hutan serta merupakan salah satu
jalan bagi upaya resolusi konflik. Keberadaan KPH di tingkat lapangan yang
dekat masyarakat akan memudahkan dalam memahami permasalahan riil di
tingkat lapangan, untuk sekaligus memposisikan perannya dalam penetapan
bentuk akses yang tepat bagi masyarakat serta saran solusi penyelesaian
konflik. Terbentuknya KPHL Ampang yang merupakan salah satu wujud
nyata bentuk desentralisasi sektor kehutanan, dapat menjamin
penyelenggaraan pengelolaan hutan akan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat
kegiatan, dan tepat pendanaan. Selain itu, KPHL Ampang dapat
memberikan kemudahan dalam investasi pengembangan sektor kehutanan,
karena ketersediaan data/informasi detail tingkat lapangan dan mendukung
keberhasilan penanganan rehabilitasi hutan dan reklamasi, karena adanya
organisasi tingkat lapangan yang dapat mengambil peran untuk menjamin
penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan reklamasi.

KPHL Ampang sebagai sebuah institusi pengelola hutan di tingkat tapak,


dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya perlu dilandasi oleh acuan
kerja berupa Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan
Pengelolaan Hutan (RPH-JP KPH) sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 6
tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 Pasal 9 mengenai fungsi dan tugas dari
organisasi KPH, dimana salah satunya yaitu menyelenggarakan pengelolaan
hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

Rencana pengelolaan hutan yang terdiri dari rencana pengelolaan jangka


panjang dan jangka pendek tersebut memuat setidaknya tujuan, strategi,
kegiatan serta target kelayakan pengelolaan hutan. Sudah tentu dalam
penyusunan rencana pengelolaannya, KPH harus mengacu pada Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN), dalam hal ini RKTN 2011-2030,
maupun provinsi, kabupaten/kota dan memperhatikan aspirasi, nilai budaya
masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan, Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kehutanan tahun 2010-2014 serta harus diselaraskan dengan
kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang telah dituangkan dalam

3
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

berbagai bentuk dokumen perencanaan, diantaranya : RPJMN dan RPJMD.


Oleh karena itu, melalui kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Ampang, diharapkan data dan informasi
tentang KPHL Ampang yang meliputi kondisi kawasan baik biogeofisik,
sosial, ekonomi, kelembagaan dilengkapi dengan isu dan permasalahan
serta tantangan yang dihadapinya, dapat tersusun sebagai sebuah baseline
yang menjadi dasar dalam penentuan prioritas pengelolaan. Sehingga
kedepan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan rencana dan target
dari dibentuknya KPHL Ampang. Penyusunan RPHJP-KPHL Ampang ini
nantinya dijadikan sebagai landasan dan acuan pembangunan kehutanan
tingkat tapak di wilayah KPHL Ampang bagi parapihak khususnya pengelola
KPHL Ampang untuk periode 2015-2024.

1.2 Tujuan Pengelolaan

Tujuan pengelolaan hutan di wilayah KPHL Ampang selama jangka waktu 10


tahun (2015 - 2024) adalah sebagai berikut :
1. Terwujudnya sistem pengelolaan hutan KPHL Ampang yang mandiri dan
berkelanjutan dengan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian hutan.
2. Terbangunnya core business yang meliputi Kelas Perusahaan Kayu Putih
seluas 3.910,19 ha, Kelas Perusahaan Jasa Lingkungan seluas 2.311,58
ha, dan Kelas Perusahaan Jati seluas 5.392,66 ha
3. Terjadinya peningkatan luasan tutupan kawasan hutan seluas 16.988,69
Ha.
4. Terlaksananya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui skema
Kemitraan.
5. Terbangunnya skema pengamanan hutan yang efektif dan efisien.
6. Terbangunnya lembaga pengelola tingkat tapat yang mantap dan SDM
yang kompeten.
7. Terbangunnya sistem informasi manajemen kehutanan KPHL Ampang.
8. Terbangunnya database berbasis pada hasil-pasil penelitian dan
inventarisasi.

4
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

1.3 Sasaran

Sasaran dari kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang selama kurun


waktu 10 tahun (2015-2024) antara lain :

1. Terbangunnya kelas perusahaan kayu putih seluas 3.910,19 Ha.


2. Terbangunnya kelas perusahaan jasa lingkungan seluas 2.311,58 Ha.
3. Terbangunnya kelas perusahaan jati seluas 5.392,66 Ha.
4. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat melalui skema kemitraan
seluas 1.528,694 Ha.
5. Tersusunnya perencanaan jangka panjang pemanfaatan hasil hutan
kayu hutan alam restorasi ekosistem, pada arahan blok Hutan Produksi
(HP) Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (HHK-HA) dan pemanfaatan HHBK,
Jasling dan penjualan karbon (carbon trading ) pada arahan blok Hutan
Lindung (HL) Pemanfaatan.
6. Penyelesaian masalah konflik tenurial.
7. Terwujudnya kemandirian KPHL Ampang melalui penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
dengan core business kayu putih, jati, dan jasa lingkungan.
8. Termonitornya pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan.
9. Terjaminnya perlindungan dan pengamanan hutan dalam wilayah kelola
KPHL Ampang secara optimal dan berkelanjutan.
10. Terbangunnya sistem informasi manajemen pengelolaan hutan di KPHL
Ampang.
11. Terbangunnya lembaga pengelola KPHL Ampang yang mantap dan
profesional dengan SDM yang kompeten.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang periode tahun
2015-2024, yaitu:

5
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

1. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutan;


2. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu;
3. Pemberdayaan masyarakat;
4. Pembinaan dan pemantauan pada areal yang telah ada izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan;
5. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal diluar izin;
6. Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi
pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan;
7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam;
8. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin;
9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait;
10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM;
11. Penyediaan pendanaan;
12. Pengembangan data base;
13. Rasionalisasi wilayah kelola;
14. Review rencana pengelolaan;
15. Pengembangan investasi.

1.5 Batasan Pengertian

1. Kehutanan adalah sistem pengurusan hutan, kawasan hutan, dan hasil


hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Hutan adalah kesatuan ekosistem pada suatu hamparan lahan yang
berisikan sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan dengan alam lingkungannya, dimana antara satu dengan
yang lain tidak dapat dipisahkan.
4. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata

6
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
5. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
6. Hutan Produksi Terbatas selanjutnya disingkat HPT adalah kawasan
hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan
setelah masing-masing dengan angka penimbang mempunyai jumlah
nilai antara 125-174, diluar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan pelestarian alam, dan taman buru.
7. Hutan Produksi Tetap adalah merupakan hutan yang dapat dieksploitasi
dengan perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis.
8. Hasil Hutan adalah aneka produk berupa barang dan atau jasa yang
diperoleh atau berasal dari sumberdaya hutan yang dapat dimanfaatkan
dan atau diperdagangkan.
9. Hasil Hutan Bukan Kayu selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani dan turunannya yang berasal dari
hutan kecuali kayu.
10. Konservasi adalah upaya mempertahankan, meningkatkan dan atau
mengembalikan daya dukung lahan hutan, untuk menjamin kelestarian
fungsi dan manfaat lahan hutan yang bersangkutan, melalui pemanfaatan
secara bijaksana.
11. Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya-upaya pemulihan, dan
peningkatan fungsi lahan dan hutan sehingga daya dukung, produktivitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
berjalan.
12. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak sungai
yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

7
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

13. Penataan Hutan (Tata Hutan) adalah kegiatan rancang bangun unit
pengelolaan hutan, mencakup pengelompokkan sumberdaya hutan
sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara lestari.
14. Inventarisasi Hutan adalah suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari
penataan batas, inventarisasi hutan, pembagian hutan, pembukaan
wilayah hutan, pengukuran dan pemetaan.
15. Pengurusan Hutan adalah kegiatan penyelenggaraan hutan yang meliputi
perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan
dan pengawasan.
16. Pengelolaan Hutan adalah suatu kegiatan pengurusan hutan yang
meliputi kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
17. Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan
kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan
kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu
secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap
menjaga kelestariannya.
18. Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari
untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
yang berkeadilan dan berkelanjutan.
19. Pengusahaan hutan adalah upaya pemanfaatan sumberdaya hutan
berdasarkan azas kelestarian fungsi dan azas perusahaan yang meliputi
penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, pemanenan hasil, serta
pengolahan dan pemasaran hasil hutan.

8
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

20. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan


hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukkannya yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari.
21. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi
oleh kawasan hutan lindung.
22. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di
tingkat tapak.
23. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPH
yang merupakan bagian dari wilayah KPH yang dipimpin oleh Kepala
Resort KPH dan bertanggungjawab kepada Kepala KPH.
24. Blok Pengelolaan pada wilayah KPH adalah bagian dari wilayah KPH
yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan.
25. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit
usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan
silvikultur yang sama.
26. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha
pemanfaatannya yang berada diluar areal ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.
27. Kelas Perusahaan adalah nama dari suatu kesatuan pengusahaan hutan
yang diambil dari salah satu dari tiga kemungkinan, antara lain nama
jenis pohon atau hasil hutan utama lainnya yang diambil atau diusahakan,
tujuan penggunaan kayu yang dijadikan hasil utama atau sistem sivikultur
utama yang dipergunakan dalam suatu kesatuan pengusahaan dan diatur
kelestarian hasilnya.
28. Core Business KHPL Ampang adalah usaha kayu putih, pengusahaan
jasa lingkungan dan usaha jati.
29. Kemitraan Kehutanan adalah kerjasama antara masyarakat setempat
dengan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan atau Pengelola Hutan,

9
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan, dan/atau Kesatuan


Pengelolaan Hutan dalam pengembangan kapasitas dan pemberian
akses, dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan.
30. Hutan Kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara yang pemanfaatan
utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.
31. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya.
32. Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam adalah keseluruhan
kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan sarana dan jasa yang
diperlukan oleh wisatawan/pengunjung dalam pelaksanaan kegiatan
wisata alam, mencakup usaha obyek dan daya tarik, penyediaan jasa,
usaha sarana, serta usaha lain yang terkait dengan wisata alam.
33. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan hutan
lindung.
34. Pemberdayaan Masyarakat Setempat adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan
manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui
pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
35. Masyarakat Setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga
Negara Republik Indonesia yang tinggal didalam dan/atau disekitar hutan,
yang memiliki komunitas sosial dengan kesamaan mata pencaharian
yang bergantung pada hutan dan aktivitasnya dapat berpengaruh
terhadap ekosistem hutan.
36. Rencana Pengelolaan Hutan KPH (RP-KPH) adalah rencana pada
kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan
hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan
hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi,
peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam

10
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh


manfaat yang lebih optimal dan lestari.
37. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) adalah rencana
pengelolaan hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh)
tahun atau selama jangka benah pembangunan KPH.
38. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah rencana
pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan
operasional berbasis petak/blok.
39. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada
akhir periode perencanaan.
40. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
41. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan visi dan misi.
42. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan.
43. Penggunaan Kawasan Hutan adalah kegiatan penggunaan kawasan
hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah
status dan fungsi pokok kawasan hutan.
44. Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
tertentu yang telah ditetapkan serta dilakukan secara sistematik dan
teratur, hasilnya digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan
pelaksanaan perencanaan selanjutnya.
45. Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau
menekan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu
hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan melalui pemantauan,
pengawasan dan penilaian kegiatan.
46. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang kehutanan.
47. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumbawa.

11
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 2
DESKRIPSI KAWASAN

2.1 Risalah Wilayah KPHL Ampang

2.1.1 Letak

Wilayah kelola KPHL Ampang secara geografis terletak antara 117°48'39" -


118°09'00" BT dan 8°36'00" - 8°55'44" LS yang secara administratif
pemerintahan meliputi 4 (empat) kecamatan, yaitu; 1) Kecamatan Plampang,
2) Kecamatan Labangka, 3) Kecamatan Empang, dan 4) Kecamatan Tarano
Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Gambar 2.1. Letak Wilayah Areal Kerja KPHL Ampang.

2.1.2 Luas

Luas wilayah KPHL Ampang berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan


SK.751/ Menhut-II/ 2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Penetapan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Ampang


(Unit XIV) adalah ± 38.681 hektar, sementara berdasarkan hasil rekonstruksi
tata batas luas KPHL Ampang mencapai ± 40.633,37 Ha. Informasi tentang
luas wilayah KPHL Ampang berdasarkan fungsi hutan disajikan pada Tabel
2.1. dibawah ini.

Tabel 2.1. Luas Wilayah KPHL Ampang berdasarkan Fungsi Hutan.


SK Menhut 751/
No. Fungsi Hutan Hasil Tata Batas*)
Menhut-II/ 2012
1. Hutan Lindung (Ha) 24.168 23.927,11
2. Hutan Produksi Terbatas (Ha) 6.252 6.649,39
3. Hutan Produksi Tetap (Ha) 8.261 10.056,87
Total 38.681 40.633,37
Keterangan: *) Luas KPHL Ampang yang digunakan dalam Rencana Pengelolaan

Berdasarkan administrasi kehutanan, wilayah KPHL Ampang terbagi


kedalam 3 (tiga) kelompok hutan, yaitu; 1) Kelompok Hutan (KH) Ampang
Kampaja, 2) Kelompok Hutan (KH) Santong Labubaron dan 3) Kelompok
Hutan (KH) Rai Rakit Kwangko. Secara terperinci, informasi tentang fungsi
dan luas hutan pada masing-masing kelompok hutan KPHL Ampang dapat
dilihat pada Tabel 2.2. berikut dibawah ini :
Tabel 2.2. Luas Kawasan Hutan pada masing-masing Kelompok Hutan di
Wilayah KPHL Ampang (Ha).
SK Menhut 751/Menhut-II/2012 Tata Batas *)
Kelompok Hutan Hutan
No. RTK Hutan Total Hutan Hutan Total
Hutan Produksi Produksi
Lindung Lindung Produksi
Terbatas Tetap
1. Ampang 70 24.168 5.531 5.949 35.647 23.927,11 13.575 37.502,11
Kampaja
2. Rai Rakit 80 0 0 2.312 2.312 0 2.312 2.312
Kwangko
3. Santong 81 0 0 721 721 0 721 790,49
Labubaron
Total 24.168 5.531 7.677 38.681 23.927,11 16.609 40.633,37
Sumber : BPKH (2013).

Berdasarkan pembagian wilayah DAS, didalam wilayah kelola KPHL


Ampang terdapat 49 DAS. Informasi lengkap tentang jumlah, nama dan luas
DAS yang masuk dalam wilayah KPHL Ampang disajikan dalam Gambar 2.2
dan Tabel 2.3. dibawah ini.

13
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 2.2. Areal Kerja KPHL Ampang berdasarkan Konfigurasi DAS.

Tabel 2.3. Nama dan Luas DAS yang masuk dalam Wilayah KPHL Ampang.
% Luas DAS
Luas DAS
Wilayah
masuk Wilayah Luas DAS
No. Nama DAS Ampang
KPHL Ampang Utuh (ha)
terhadap Luas
(ha)
DAS Utuh
1. Laju 2 1.059,1 1.875 56,5
2. Nangagali 3.064,4 23.039,7 13,3
3. Unter Kele 931,4 2.217,2 42
4. Bako 1.721 8.000,1 21,5
5. Bakumati 77,6 720,2 10,8
6. Bantingal 812,4 1.246,4 65,2
7. Baru 1.211,7 1.288,9 94
8. Batuanar 904,1 938,3 96,4
9. Beranten 641 678,7 94,5
10. Boal 16.428,2 30.812,4 53,3
11. Borang 515,9 817,5 63,1
12. Brang Rajakepe 144,5 211,8 68,3
13. Doro Sumpee 318,3 483,7 65,8
14. Ipil 64,1 254 25,2
15. Jambu 959,3 1.572,2 61
16. Kajah 230,8 481,9 47,9
17. Ketapang 338,3 630,2 53,7
18. Kokar Aipanam 385,8 836,7 46,1

14
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

% Luas DAS
Luas DAS
Wilayah
masuk Wilayah Luas DAS
No. Nama DAS Ampang
KPHL Ampang Utuh (ha)
terhadap Luas
(ha)
DAS Utuh
19. Kunil 1.432,4 1.797,3 79,7
20. Liwang 314,8 425,2 74,1
21. Pidang 790,8 934,1 84,7
22. Rak 1 191,3 191,4 100
23. Rak 11 311,2 311,3 100
24. Rak 12 54,4 54,5 99,8
25. Rak 13 75,5 75,6 99,9
26. Rak 14 12,1 12,1 100
27. Rak 15 9 9,1 99,9
28. Rak 16 51,5 51,6 100
29. Rak 17 30,1 30,1 99,9
30. Rak 18 69,2 69,2 100
31. Rak 19 49,9 49,9 100
32. Rak 2 8,3 8,3 99,9
33. Rak 3 130,5 130,5 100
34. Rak 4 192,5 192,5 100
35. Rak 5 362,8 362,9 100
36. Rak 6 548,1 548,4 100
37. Rak 7 97,6 97,6 100
38. Rak 8 71,9 71,9 100
39. Rak Selatan 28,4 28,4 99,9
40. Rak Utara 17,2 17,2 99,9
41. Rora 936,4 1.272,1 73,6
42. Sumberjaya 1.278,0 1.817,9 70,3
43. Sumpa 266,6 499,8 53,4
44. Tanjung Batu Anar 152,5 299,2 51
45. Teluk Batu Anar 295,8 328,2 90,1
46. Teluk Tiro 407,5 506,1 80,5
47. Tereng 1.969,7 2.167,5 90,9
48. Tero 460,7 711,1 64,8
49. Udang 110,1 365,7 30,1
Total 40.535,1 89.541 45,3

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 wilayah


pengelolaan KPHL Ampang termasuk dalam kategori Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) karena didominasi oleh fungsi hutan lindung.
Konsekuensi dari penetapan sebagai KPHL adalah pengelolaan hutannya
dititik-beratkan pada upaya mempertahankan fungsi lindung serta melakukan

15
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

usaha-usaha produktif pada areal hutan produksi tanpa mengubah fungsi


lindung dari kawasan tersebut.

2.1.3 Batas-Batas Wilayah

Wilayah kelola KPHL Ampang seluas 40.633,37 Ha yang tersebar di 4


(empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) desa secara geografis dibatasi
sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Jawa dan Teluk Saleh
 Sebelah Selatan : Samudera Hindia
 Sebelah Barat : KPH Jaran Pusang
 Sebelah Timur : KPH Ampang Riwo, Lintas Kabupaten Sumbawa -
Dompu

2.1.4 Aksesibilitas Kawasan

Hasil nyata dari kegiatan pembangunan fisik yang telah dilaksanakan selama
ini utamanya infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Sumbawa telah
berhasil menghubungkan hampir seluruh wilayah. Saat ini, semua desa
telah terhubung oleh jalan dengan transportasi kendaraan baik roda dua
maupun empat. Data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa
tercatat bahwa panjang jalan di Kabupaten Sumbawa tahun 2012 adalah
1.580,16 km dengan rincian: panjang jalan negara/nasional sepanjang
221,77 km (14,03%), jalan provinsi 406,88 km (25,75%) dan jalan kabupaten
951,51 km (60,22%). Sementara panjang jalan menurut jenis permukaan
terdiri atas: jalan aspal 425,37 km (44,70%), jalan kerikil 205,19 km (21,56%)
dan jalan tanah 320,95 km (33,73%). Sedangkan panjang jalan berdasarkan
kondisinya sebagai berikut: kondisi baik 351,55 km (36,95%), kondisi sedang
124,57 km (13,09%), kondisi rusak 157,53 km (16,56%), dan kondisi rusak
berat 317,86 km (33,41%). Secara terperinci terkait kondisi jalan di
Kabupaten Sumbawa periode tahun 2008-2012 disajikan sebagaimana pada
Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 dibawah ini.

16
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 2.4. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa menurut Jenis Permukaan


dan Kondisi Jalan Tahun 2008-2012.
Panjang Jalan (Km)
No. Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
I. Jenis Permukaan
1. Aspal 364,79 350,08 387,62 425,37 427,37
2. Kerikil 214,98 218,42 214,52 205,19 203,19
3. Tanah 357,04 337,58 349,37 320,95 320,95
4. Tidak Terinci (Jalan Desa) - - - -
Total 936,81 906,08 951,51 951,51 951,51
II. Kondisi Jalan
1. Baik 169,39 195,12 248,23 351,55 369,48
2. Sedang 231,70 146,56 146,67 124,57 121,24
3. Rusak 239,19 204,36 194,86 157,53 158,43
4. Rusak Berat 296,53 360,04 361,75 317,86 302,36
Total 936,81 906,08 951,51 951,51 951,51

Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2013.

Tabel 2.5. Panjang Jalan di Kabupaten Sumbawa menurut Kondisi dan Kelas
Jalan Tahun 2012.
Panjang Jalan (Km)
No. Uraian Rusak Rusak Belum
Baik Sedang
Ringan Berat Tembus
1. Jalan Nasional 127,52 42,74 30,41 21,10 -
2. Jalan Provinsi 125,65 39,95 34,60 82,78 83,90
3. Jalan Kabupaten 369,48 121,24 158,43 302,36 -
Jumlah 622,65 203,93 223,44 406,24 83,90

Sumber : Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2013.

Secara khusus, aksesibilitas di wilayah kelola KPHL Ampang tergolong


wilayah yang mudah untuk diakses dari ibukota Kabupaten Sumbawa karena
telah terhubung dengan jalan nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa. Dari kota Kabupaten, KPHL Ampang berjarak 80 Km atau berjarak
tempuh 1,5 jam dengan kendaraan beroda 4 dan 1 jam dengan sepeda
motor. Berdasarkan kondisi tersebut, wilayah KPHL Ampang dapat
dikatakan memiliki aksesibilitas yang tinggi. Dengan aksesibilitas yang
demikian tentunya memberikan dampak baik positif maupun negatif.
Dampak positif yang dirasakan saat ini adalah kemudahan untuk melakukan

17
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

kegiatan patroli, monitoring, dan pengangkutan hasil hutan. Adapun dampak


negatif yang dirasakan sampai saat ini yaitu ancaman kerusakan hutan
akibat kegiatan perambahan dan pembalakan liar yang kerap terjadi.

2.1.5 Sejarah Wilayah KPHL Ampang

 Pencadangan KPH di Provinsi NTB mulai dilakukan tahun 2000 - 2001


(masa transisi menuju era otonomi), dalam rangka rancang bangun
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Hasil rancang bangun
tersebut telah membagi seluruh kawasan hutan produksi kedalam 13
(tiga belas) unit KPHP. Selanjutnya apa yang menjadi arah, tujuan dan
strategi hasil rancang bangun tersebut disempurnakan dengan mengacu
pada PP 34/2002.
 Seiring dengan lahirnya PP 6/2007, jo. PP 3/2008 (pengganti PP
34/2002), hasil rancang bangun KPHP tersebut selanjutnya dilakukan
perubahan mendasar, yaitu dengan menyatukan fungsi hutan lindung
dengan hutan produksi kedalam wadah Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH). Disamping itu juga membentuk kawasan hutan konservasi
kedalam Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Hasil
rancang bangun KPH tersebut telah membagi seluruh kawasan hutan di
NTB kedalam 29 KPH, yang terdiri 11 (sebelas) KPHP, 12 (dua belas)
KPHL dan 6 (enam) KPHK.
 Selanjutnya hasil rancang bangun tersebut disepakati para Kepala Unit
Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan lingkup NTB, para Kepala
Dinas yang menangani urusan Kehutanan di Provinsi/Kabupaten/Kota,
diketahui seluruh Bupati/Walikota se-NTB, serta disetujui Gubernur NTB
pada tahun 2008.
 Hasil rancang bangun yang telah disepakati para pemangku kepentingan
tersebut, selanjutnya diusulkan Gubernur NTB kepada Menteri
Kehutanan. Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor
SK.337/Menhut-VII/2009, telah dicadangkan 23 (dua puluh tiga) KPH
yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota meliputi
11 (sebelas) KPHP dan 12 (dua belas) KPHL.

18
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

 KPHL Ampang menjadi salah satu KPH Model yang terletak di


Kabupaten Sumbawa. Usulan KPHL Model tersebut berdasarkan SK
Menteri Kehutanan Nomor SK.751/ Menhut-II/2012 tanggal 26 Desember
2012.
 Pendirian organisasi KPHL Ampang diawali dengan keluarnya Peraturan
Bupati Sumbawa No. 1 tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana
Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Sumbawa, dimana wilayah KPHL Ampang termasuk dalam UPT KPH
Ampangsili dan UPT KPH Santong Labubaron. Selain itu, Peraturan
Bupati Sumbawa No. 8 tahun 2008 memperkuat posisi UPT KPH
Ampang sebagai unit pelaksana teknis yang mempunyai tugas pokok
untuk melaksanakan pengelolaan hutan.

2.1.6 Pembagian Blok

Untuk dapat melaksanakan pengelolaan secara efektif dan efisien di tingkat


tapak, kawasan hutan harus ditata melalui kegiatan tata hutan. Kegiatan tata
hutan ini berupa pembuatan rancang bangun unit pengelolaan hutan yang
disesuaikan dengan tipe ekosistem dan potensi yang ada didalamnya.
Kegiatan tata hutan ini berdasarkan pada beberapa aturan hukum, yaitu :
Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Pasal 21a tentang Tata Hutan dan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pasal 22 tentang Tata Hutan yang kemudian
diperjelas lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 Pasal
12. Mendasarkan pada PP tersebut, kemudian dikeluarkan Permenhut No.
P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Pengelolaan KPHL dan KPHP, dimana Pasal 4 menerangkan tentang Tata
Hutan yang diperinci dengan Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No.
P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Rencana
Pengelolaan KPHL dan KPHP dimana berdasarkan hasil inventarisasi hutan
maka dilakukan blocking pada kawasan dengan mempertimbangkan
karakteristik kondisi biofisik lapangan, kondisi sosial ekonomi, potensi
sumberdaya alam dan keberadaan ijin usaha pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan. Blok pengelolaan pada KPHL dan KPHP tersebut dibuat

19
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

relatif permanen dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi


pengelolaan. Setelah kawasan terbagi kedalam blok, maka dilakukan
pembuatan petak di dalam blok tersebut. Petak merupakan bagian dari blok
dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil, dimana
pembagiannya berdasarkan pertimbangan produktivitas dan potensi
areal/lahan, kawasan lindung dan rancangan areal untuk pemanfaatan.

Secara teknis, pembagian luasan petak untuk blok yang terletak di hutan
lindung berkisar antara 80-120 Ha dan di hutan produksi berkisar antara 40-
60 Ha. Berdasarkan prosedur penataan hutan tersebut, maka kawasan
hutan KPHL Ampang yang terdiri dari fungsi lindung dan fungsi produksi
dibagi menjadi tujuh (7) blok, yang terdiri dari dua (2) blok di kawasan hutan
lindung dan lima (5) blok di kawasan hutan produksi terbatas dan tetap.
Kawasan hutan lindung terbagi atas blok inti dan blok pemanfaatan dengan
jumlah keseluruhan petak sebanyak 128 petak. Sementara untuk kawasan
hutan produksi (tetap dan terbatas) terbagi menjadi 5 (lima) blok, yaitu; blok
perlindungan, blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK, blok
pemanfaatan HHK-HT dan HHK-HA, blok pemberdayaan masyarakat
dengan jumlah petak sebanyak 250 petak. Secara visual, pembagian blok
dan petak KPHL Ampang disajikan dalam bentuk peta dibawah ini.

20
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 2.3. Peta Pembagian Blok KPHL Ampang.

Gambar 2.4. Peta Pembagian Blok dan Petak KPHL Ampang.

21
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Berdasarkan gambar peta diatas, secara keseluruhan wilayah kelola KPHL


Ampang terbagi kedalam 7 (tujuh) blok yang tersebar di hutan lindung dan
hutan produksi, sebagai berikut:

 Hutan Lindung (HL):


1. Blok HL Inti dengan luas 11.616,52 ha, yang selanjutnya tidak dilakukan
pembagian petak karena sifat blok ini yang sulit dan sangat terbatas
untuk pemanfaatannya. Blok ini secara administratif meliputi 3
kecamatan dan 14 desa.
2. Blok HL Pemanfaatan dengan luas 12.310,59 ha, yang terbagi kedalam
128 petak (HL 1 sampai dengan HL 128). Blok ini secara administratif
meliputi 3 kecamatan dan 15 desa.

 Hutan Produksi (HP):


3. Blok HP Perlindungan dengan luas 4.554,38 ha, yang secara
administratif meliputi 3 kecamatan dan 6 desa.
4. Blok HP Pemanfaatan HHK-HT dengan luas 3.891,05 ha, yang terbagi
kedalam 78 petak (HP 143 - HP 220) dan secara adiministratif meliputi 2
kecamatan dan 8 desa.
5. Blok HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK dan
Ekowisata dengan luas 5.026,37 ha, yang terbagi kedalan 106 petak (HP
1 - HP 106). Blok ini secara administratif meliputi 3 kecamatan dan 10
desa.
6. Blok HP Pemanfaatan HHK-HA dengan luas 1.733,10 ha, yang terbagi
atas 36 petak (HP 107 - HP 142) dan secara administratif meliputi 2
kecamatan dan 3 desa.
7. Blok HP Pemberdayaan Masyarakat dengan luas 1.501,38 ha, yang
terbagi kedalam 30 petak (HP 221 - HP 250). Blok ini secara administratif
meliputi 2 kecamatan dan 4 desa.

Informasi lengkap mengenai pembagian blok wilayah KPHL Ampang


disajikan dalam Tabel 2.6 dibawah ini.

22
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 2.6. Informasi Pembagian Blok di Wilayah KPHL Ampang.


No. Nama Blok Luas (Ha) Kecamatan Desa Keterangan
I. Hutan Lindung
1. HL Inti 11.616,52 Plampang Sepayung, Ada
Usar, dan pemanfaatan
Sukamulya air oleh
Empang Boal, PDAM
Empang
Atas, Ongko,
Lamenta,
Gapit,
Pamanto,
Jotang dan
Jotang Beru
Tarano Labuan
Jambu,
Mata, Pidang
2. HL Pemanfaatan 12.310,59 Plampang SP I Prode,
SP II Prode,
SP III Prode,
Sepayung,
Usar, SP IV
Buin Batu
Empang Boal,
Empang
Atas, Jotang,
Ongko,
Lamenta,
Gapit,
Pamanto,
Jotang Beru
Labangka Sukamulya
Total I 23.927,11
II. Hutan Produksi (HP)
II.1. Hutan Produksi Tetap
3. HP Perlindungan 1.363,22 Plampang Usar
Empang Lamenta dan
Ongko,
Tarano Labuan
Jambu,
Banda,
Pidang
4. HP 3.891,05 Plampang Sepayung, Pernah
Pemanfaatan Teluk direncanakan
HHK-HT Santong, SP pencadangan
III Prode HTI PT
Empang Boal, Enagreen I,
Empang II, III tapi
Atas, Jotang, tidak ada
Gapit, tindak lanjut.
Pamanto
5. HP 3.301,21 Plampang Teluk

23
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

No. Nama Blok Luas (Ha) Kecamatan Desa Keterangan


Pemanfaatan Santong,
Kawasan, Jasa Sepayung
Lingkungan, Empang Boal, Ongko,
HHBK dan Gapit
Ekowisata Tarano Labuan
Bontong,
Labuan Aji,
Labuan
Jambu,
Banda,
Pidang
6. HP 1.501,38 Empang Boal, Gapit,
Pemberdayaan Pamanto
Masyarakat Plampang Sepayung
Total II 10.056,86
II.2. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
7. HP Perlindungan 3.191,16
8. HP 1.725,16
Pemanfaatan
Kawasan, Jasa
Lingkungan,
HHBK dan
Ekowisata
9. HP 1.733,10 Plampang, Usar,
Pemanfaatan Empang Lamenta,
HHK-HA Pamanto
Total III 6.649.42
Total Keseluruhan 40.633,37

2.1.7 Wilayah Tertentu


Berdasarkan kondisi eksisting, seluruh wilayah KPHL Ampang seluas
40.633,37 ha merupakan wilayah tertentu. Secara visual, wilayah tertentu
KPHL Ampang disajikan pada Gambar 2.5 dibawah ini.

24
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 2.5. Peta Wilayah Tertentu KPHL Ampang.

Tabel 2.7. Arahan Pemanfaatan Blok di Kawasan KPHL Ampang.


Arahan
No. Arahan Blok Kelas Hutan Kegiatan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
1. Blok Kelas Hutan Pencadangan Kelompok 3.668,50
Pemanfaatan Produksi Hutan Pengusahaan Hutan
HHK-HT Tanaman Hutan Ampang
Tanaman, Kampaja
Tanaman Jati
Eks Perhutani
model
kemitraan
dengan
investor
Pengusahaan Kelompok 222,55
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK Kayu Kampaja
Putih model
Kemitraan
dengan
investor dan
masyarakat
2. Blok Kelas Hutan Pengusahaan Kelompok 2.311,58
Pemanfaatan Produksi ekowisata Hutan
Kawasan, Pemanfaatan model Pulau Rai
Jasa HHBK dan kemitraan Rakit
Lingkungan, Ekowisata dengan

25
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Arahan
No. Arahan Blok Kelas Hutan Kegiatan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
HHBK dan masyarakat
Ekowisata dan investor
KP Nyamplung Kelompok 445,64
Hutan
Santong
Labubaron
KP Kenanga Kelompok 1.421,52
Hutan
Ampang
Kampaja
3. Blok Kelas Hutan Pemanfaatan Kelompok 1.415,58
Pemanfaatan Produksi Hasil Hutan Hutan
HHK-HA Hutan Alam Kayu - Hutan Ampang
Rimba Alam (Jabon Kampaja
dan Sengon
Laut) model
kemitraan
dengan
investor
4. Blok Kelas Hutan Kelompok 575,40
Pemberdayaa Produksi Hutan Hutan
KP Kayu Putih
n Masyarakat Tanaman Ampang
Kampaja
Kelompok 560,19
Hutan
KP Nyamplung
Ampang
Kampaja
5. Blok Inti Kelas Hutan Pengembanga Kelompok 6.964,63
untuk n Madu Alam Hutan
Pengembanga dan Ampang
n HHBK Madu Perlindungan Kampaja
Alam serta
Perlindungan Pengawetan
dan Tata Air dan
Pengawetan Orologi
Tata Air serta Pengembanga Kelompok 1.273,32
Orologi n Madu Alam Hutan
dan Ampang
Perlindungan Kampaja
mata air
6. Blok Kelas Hutan Pengusahaan Kelompok 3.112,24
Pemanfaatan Lindung Hutan Hutan
HL Pemanfaatan Tanaman Ampang
HHBK HHBK UsaHa Kampaja
Kayu Putih dan
Madu model
kemitraan
dengan
masyarakat

26
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Arahan
No. Arahan Blok Kelas Hutan Kegiatan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
KP Kenanga Kelompok 723,39
Hutan
Ampang
Kampaja
KP Nyamplung Kelompok 3.883,26
Hutan
Ampang
Kampaja
Pengusahaan Kelompok 100,00
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK UsaHa Kampaja
Pete model
kemitraan
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 100,00
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK UsaHa Kampaja
Asam model
kemitraan
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 200,00
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK UsaHa Kampaja
Kemiri model
kemitraan
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 200,00
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK UsaHa Kampaja
Durian model
kemitraan
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 1,210.74
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK Gaharu Kampaja
model
kemitraan
dengan
masyarakat
28.388,54

27
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

2.2 Kondisi Biofisik Wilayah KPHL Ampang

2.2.1 Iklim

Iklim di Kabupaten Sumbawa termasuk iklim tropis dengan temperatur


berkisar 20º-33ºC. Hasil evaluasi agroklimat klasifikasi iklim menurut
Schimdt-Ferguson iklim di Wilayah KPHL Model Ampang adalah type iklim F
(kering), yaitu nilai perbandingan (Q) rata-rata bulan kering dibagi rata-rata
bulan basah nilainya berkisar antara 1,67 < Q < 3,00 (Syakur (2009) dalam
BPKH, (2013)).

Gambar 2.6. Peta Curah Hujan Wilayah KPHL Ampang.

Gambar 2.6. menunjukkan bahwa curah hujan di wilayah KPHL Ampang


berkisar antara 900-1.300 mm/tahun. Sebagian besar wilayah KPHL
Ampang (21.226,4 Ha atau 52%) memiliki curah hujan 900-1.000 mm/tahun
dan terlihat bahwa di bagian utara dari KPHL Ampang memiliki kondisi yang
lebih basah dibandingkan di bagian selatan. Secara rinci data sebaran curah
hujan untuk wilayah KPHL Ampang disajikan dalam Tabel 2.8. sebagai
berikut dibawah ini.

28
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 2.8. Curah hujan di Wilayah KPHL Ampang.


Kelas Curah (mm/tahun) Luas area (Ha) % Luas
1.200 - 1.300 3.727,1 9,2
1.000 - 1.100 15.779,9 38,8
900 - 1.000 21.126,4 52,0
Total 40.633,4 100

2.2.2 Geologi dan Tanah

Formasi geologi di wilayah KPHL Model Ampang didominasi oleh batuan


andesit dan basalt. Formasi batuan tersebut meliputi lebih dari 81,6 %
(33.158,1 Ha) wilayah KPHL Ampang tersebut.

Gambar 2.7. Peta Geologi Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.9. Data Geologi Wilayah KPHL Ampang.


Formasi Geologi Luas (ha) % Luas
Alluvium, fan deposits, alluvium, recent volcanic 552,4 1,36
Alluvium, fan deposits, colluviums 55,2 0,14
Alluvium, recent estuarine-marine (saline) 317,9 0,78
Alluvium, recent riverine 14,3 0,04
Alluvium, recent riverine, alluvium, estuarine marine, peat 477,7 1,18
Andesit, basalt 33.158,1 81,80
Basalt, andesite 4.367,9 10,53
Basalt, andesite, breccias 169,4 0,42
Coral 1.520,4 3,75
Total 40.633,4 100

29
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Untuk jenis tanah, berdasarkan Peta Tanah Tinjau Indonesia (1965) yang
dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang
mendominasi wilayah KPHL Ampang di bagian selatan adalah Kelompok
Litosol Mediteran Coklat Kemerahan dan Mediteran Coklat (23.218,5 Ha atau
57.14%). Sementara di bagian utara jenis tanah yang mendominasi adalah
Komplek Mediteran Coklat dan Litosol (10.023,8 Ha atau 24,67%).
Gambaran secara umum sebaran jenis tanah di wilayah KPHL Ampang
dapat dilihat pada Gambar 2.8. dan Tabel 2.10.

Gambar 2.8. Peta Sebaran Jenis Tanah di Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.10. Data Jenis Tanah di Wilayah KPHL Ampang.


Jenis Tanah Luas (Ha) %luas
Alluvial Coklat-Kekelabuan 1.964,1 4,85
Aluvial Kelabu-Tua 317,1 0,78
Grumusol Kelabu sampai Kelabu Tua 2.354,9 5,81
Komplek Litosol Mediteran Coklat Kemerahan &
Mediteran Coklat 23.218,5 57,04
Kepulauan 2.311,6 5,70
Komplek Litosol & Mediteran Coklat Kemerahan 0,3 0,00
Komplek Litosol & Mediteran Coklat 405,1 1,00
Komplek Mediteran Coklat & Litosol 10.023,8 24,73
Komplek Rensina & Litosol 38,0 0,09
Total 40.633,4 100

30
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

2.2.3 Topografi

Berdasarkan topografi wilayah, kawasan hutan KPHL Ampang terletak pada


ketinggian antara 0 sampai 600 mdpl, dengan ketinggian rata-rata yang
mendominasi yaitu antara 0 sampai 300 mdpl (73%). Sementara pada
bagian timur terdapat sekitar 4% memiliki ketinggian lebih dari 500 mdpl.
Sebaran ketinggian KPHL Ampang dapat dilihat pada Gambar 2.9. dan Tabel
2.11. dibawah ini.

Gambar 2.9. Sebaran Ketinggian Tempat Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.11. Data Ketinggian Tempat di Wilayah KPHL Ampang.


Elevasi (m dpl) Luas (ha) % Luas
0 - 100 8.709,9 21,44
100 - 200 12.893,6 31,73
200 - 300 8.389,4 20,65
300 - 400 5.284,9 13,01
400 - 500 3.492,2 8,59
500 - 600 1.211,8 2,98
> 600 651,6 1,60
Total 40.633,4 100

31
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Kondisi kelerengan di wilayah KPHL Ampang sangat beragam, mulai 0%


sampai lebih dari 40% dengan dominasi kelerengan pada kelas antara 15% -
40%. Gambaran relief wilayah KPHL Model Ampang disajikan sebagaimana
Gambar 2.10 dan Tabel 2.12. dibawah ini.

Gambar 2.10. Peta Sebaran Kelerengan Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.12. Data Kelerengan Tempat di Wilayah KPHL Ampang.


Kelerengan (%) Kelas Luas (Ha) % Luas
0-8 Datar 7.231,9 17,80
8 - 15 Sedang 7.750,0 19,07
15 - 25 Agak Curam 10.015,2 24,65
25 - 40 Curam 11.774,3 28,98
> 40 Sangat Curam 3.861,9 9,50
Total 40.633,4 100

2.2.4 Tingkat Kekritisan di Kawasan KPHL Ampang

Kawasan KPHL Ampang yang berada dalam kondisi kritis, agak kritis dan
berpotensi kritis mencampai hampir 45%, sementara 55% lainnya yang
berada di kawasan hutan lindung dalam kondisi yang masih cukup baik dan
memiliki potensi untuk pengembangan HHBK.

32
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 2.11. Peta Tingkat Kekritisan di Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.13. Data Tingkat Kekritisan di Wilayah KPHL Ampang.


Tingkat Kekritisan Luas (Ha) % Luas
Kritis 2.896,38 7,12
Agak Kritis 3.281,27 8,07
Potensial Kritis 10.811,04 26,61
Tidak Kritis 23.644,68 58,20
Total 40.633,37 100

2.2.5 Tingkat Bahaya Erosi di Kawasan KPHL Ampang

Berdasarkan peta sebagaran tingkat bahaya erosi, 55% lebih kawasan KPHL
Ampang memiliki tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat. Hal tersebut
terjadi mengingat kondisi topografi dan jenis tanah yang ada menjadikan
wilayah KPHL Ampang ini sangat rentan apabila berada dalam kondisi yang
terbuka, sehingga kedepan tutupan wilayah ini paling tidak harus tetap
dipertahan dan ditingkatkan agar wilayah dengan tingkat erosi yang berat ini
tidak semakin meluas.

33
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 2.14. Data Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah KPHL Ampang.


Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Luas (Ha) % Luas
Sangat Berat 8.325,1 20,54
Berat 14.277,3 35,22
Sedang 11.326,3 27,94
Ringan 5.604,9 13,58
Sangat Ringan 1.099,7 2,71
Total 40.633,4 100

Gambar 2.12. Peta Sebaran Bahaya Erosi Wilayah KPHL Ampang.

2.3 Potensi Wilayah KPHL Ampang

2.3.1 Penutupan Vegetasi

Kondisi penutupan lahan di KPHL Ampang Kabupaten Sumbawa


berdasarkan Peta Tematik Penutupan Lahan Tahun 2011 terdiri dari 12 (dua
belas) kelas penutupan lahan, yaitu; 1) Hutan Lahan Kering Primer, 2) Hutan
Lahan Kering Sekunder, 3) Hutan Mangrove Primer, 4) Hutan Mangrove
Sekunder, 5) Hutan Tanaman, 6) Padang Rumput, 7) Pertanian Lahan
Kering, 8) Pertanian Lahan Kering Campur Semak, 9) Sawah, 10) Semak
Belukar, 11) Tanah Terbuka, dan 12) Tambak. Secara detail, informasi
tentang penutupan vegetasi KPHL Ampang disajikan pada Gambar 2.13. dan
Tabel 2.15. dibawah ini.

34
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 2.13. Peta Penutupan Wilayah KPHL Ampang.

Tabel 2.15. Kondisi Penutupan Lahan KPHL Ampang Berdasarkan Blok.


Blok dan Penutupan lahan Luas (ha) % Luas
1. HL Inti 11.616,52 28,59
Hutan Lahan Kering Primer 9.315,52 22,92
Hutan Lahan Kering Sekunder 2.096,09 5,16
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 27,02 0,07
Semak Belukar 177,89 0,44
2. HL Pemanfaatan 12.310,59 30,29
Hutan Lahan Kering Primer 6.016,39 14,82
Hutan Lahan Kering Sekunder 2.473,63 6,08
Pertanian Lahan Kering 35,81 0,08
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 500,92 1,23
Sawah 428,20 1,05
Semak Belukar 2.855,64 7,03
3. HP Pemanfaatan HHK-HA 1.733,10 4,26
Hutan Lahan Kering Primer 3,66 0,01
Hutan Lahan Kering Sekunder 1.714,19 4,22
Semak Belukar 15,24 0,03
4. HP Pemanfaatan HHK-HT 3.891,05 9,57
Hutan Lahan Kering Primer 18,96 0,05
Hutan Lahan Kering Sekunder 301,86 0,77
Pertanian Lahan Kering 130,94 0,32
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 345,98 0,81
Sawah 682,28 1,68
Semak Belukar 2.411,32 5,90
5. HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan,
dan HHBK 5.026,37 12,37
Danau 2,11 0,00

35
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Blok dan Penutupan lahan Luas (ha) % Luas


Hutan Lahan Kering Primer 0,60 0,00
Hutan Mangrove Primer 158,69 0,39
Hutan Mangrove Sekunder 12,14 0,02
Pertanian Lahan Kering 4,14 0,01
Sawah 11,97 0,03
Semak Belukar 4.398,23 10,82
Tambak 103,24 0,25
Tanah Terbuka 84,61 0,21
6. HP Pemberdayaan Masyarakat 1.501,38 3,69
Hutan Lahan Kering Sekunder 10,98 0,02
Pertanian Lahan Kering 98,23 0,24
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 232,36 0,57
Semak Belukar 1.159,80 2,85
7. HP Perlindungan 4.554,38 11,21
Hutan Lahan Kering Primer 1.233,57 3,04
Hutan Lahan Kering Sekunder 1.181,14 2,91
Semak Belukar 2.139,65 5,26
TOTAL 40.633,37 100

Kondisi vegetasi di wilayah KPHL Ampang masih relatif baik, berdasarkan


pengamatan dilapangan kondisi vegetasi wilayah KPHL Ampang terdiri dari
lebat, rawang, semak belukar dan ilalang. Potensi penutupan tegakan di
wilayah KPHL Ampang didominasi oleh jenis-jenis tanaman kayu seperti:
Jati, Johar, Mahoni, Bungur, dan Gmelina. Potensi tanaman MPTS berupa
Kesambi, Asam, Gaharu dan jambu Mete, sedangkan tanaman insentif
berupa tanaman bawah tegakan dan pakan ternak. Sementara potensi hasil
hutan bukan kayu yang cukup berkembang adalah madu dan rotan.

2.3.2 Potensi Kayu

Beberapa jenis tanaman kayu yang mendominasi pada hutan produksi di


wilayah KPHL Ampang, antara lain: Jati (Tectona grandis), Johar (Cassia
siamea), mahoni (Swietenia sp.), Bungur (Lagerstromeia speciosa) dan
Gamelina (Gmelina arborea). Potensi kayu semua jenis dalam wilayah
KPHL Ampang pada yang utama di kawasan hutan produksi KPHL Ampang
adalah jati dengan luas area pertanaman 6.670 Ha. Informasi detail tentang
potensi kayu khususnya tegakan jati yang terdapat di wilayah KPHL Ampang
disajikan dalam Tabel 2.16 dibawah ini.

36
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 2.16. Potensi Luas Pertanaman Jati (eks Perum Perhutani) Menurut
Kecamatan dan Desa di Wilayah KPHL Ampang Tahun 2014.
No. Kecamatan Desa Luas (Ha)
1. Plampang Sepayung 2.207,24
Teluk Santong 186,35
SP III Prode 225,22
2. Empang Boal 1.056,45
Empang Atas 234,73
Jotang 547,85
Gapit 531,42
Pamanto 403,18
Total 5.392,44

Gambar 2.14. Peta Sebaran Wilayah Potensi HHK KPHL Ampang.

Tabel 2.17. Sebaran Kelimpahan Potensi HHK KPHL Ampang.


No. Kelas Potensi Luas (Ha) Prosentase
1. Rendah < 20 m3/ha 3.128,82 7,70
3
2. Sedang 20 - 50 m /ha 34.726,58 85,46
3. Tinggi > 50 m3/ha 2.777,97 6,84
Total 40.633,37 100

2.3.3 Potensi Bukan Kayu

Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pada hutan produksi dan hutan
lindung di wilayah KPHL Ampang cukup beragam jika ditinjau dari
kelimpahan jenisnya. Beberapa jenis komoditi HHBK yang terdapat di KPHL

37
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Ampang, antara lain; madu, rotan, kesambi, asam, gaharu, jambu mente,
tanaman bawah tegakan dan pakan ternak. Berdasarkan kelimpahan jenis
komoditinya, secara keseluruhan potensi HHBK di KPHL Ampang dengan
menggunakan pendekatan equal interval masuk kategori sedang sampai
dengan tinggi.

Gambar 2.15. Peta Sebaran Wilayah Potensi HHBK KPHL Ampang.

Tabel 2.18. Sebaran Kelimpahan Potensi HHBK KPHL Ampang.


No. Kelas Potensi Kelimpahan Jenis Luas (Ha) Prosentase
1. Rendah < 3 jenis/ha 4.336,52 10,67
2. Sedang 3 - 5 jenis/ha 22.210,30 54,66
3. Tinggi > 5 jenis/ha 14.086,54 34,67
Total 40.633,37 100

2.3.4 Keberadaan Flora dan Fauna Langka

Informasi tentang keberadaan flora dan fauna langka yang terdapat di


wilayah KPHL Ampang sangat minim. Hal ini disebabkan belum pernah
dilaksanakannya kegiatan identifikasi dan inventarisasi yang secara khusus
mendata keberadaan flora dan fauna yang masuk kategori langka di KPHL
Ampang. Namun demikian, berdasarkan informasi dari parapihak (petugas
kehutanan, masyarakat) dan temuan lapangan beberapa jenis fauna langka

38
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

yang masih dapat dijumpai di wilayah KPHL Ampang, antara lain: elang,
bangau, ayam hutan, ular phyton, rusa, burung koak kaok, burung punglor
dan kera. Sedangkan untuk jenis flora langka, antara lain: anggrek hutan
dan pakis.

2.3.5 Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Wilayah kelola KPHL Ampang memiliki potensi jasa lingkungan berupa air
maupun wisata alam. Sebagai gambaran, di KPHL Ampang terdapat sumber
mata air yang berada pada Kelompok Hutan Ampang Kampaja dimana
airnya sampai dengan saat ini dimanfaatkan oleh PDAM untuk memenuhi
kebutuhan air bersih (minum) masyarakat Kabupaten Sumbawa. Sedangkan
untuk potensi wisata alam, di KPHL Ampang semacam pulau kecil yang
bernama Pulau Rai Rakit seluas 2.311,58 ha yang tidak berpenghuni. Pada
musim kemarau, pulau tersebut disinggahi oleh segerombolan kerbau yang
menyeberangi selat dengan cara berenang menuju Pulau Rai Rakit dan
mendiami pulau tersebut untuk beberapa waktu.

2.4 Data Informasi Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat yang berbatasan langsung dengan wilayah kelola KPHL Ampang


meliputi masyarakat dari 23 desa yang berada di 4 (empat) kecamatan.
Hubungan antar masyarakat desa yang satu dengan masyarakat desa
lainnya mempunyai ikatan pertalian keluarga atau kekerabatan yang masih
terus dipertahankan sampai saat sekarang baik dalam membangun
komunikasi antar keluarga maupun berinteraksi dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya setempat.

Pada umumnya, masyarakat di 4 (empat) kecamatan mayoritas beragama


islam sedangkan lainnya beragama Hindu dan Kristen, dengan sarana
ibadah berupa mesjid, pura/sangga dan gereja. Dalam menjalankan ibadah
penduduk wilayah setempat menjunjung tinggi toleransi beragama sehingga

39
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

agama dan kepercayaannya merupakan salah satu modal dasar yang cukup
signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia.

Masyarakat yang tinggal di wilayah KPHL Ampang pada umumnya


berprofesi sebagai petani. Kelembagaan yang bersifat permanen seperti
misalnya lembaga desa (Kantor Kepala Desa) mempunyai struktur sama
dengan desa lainnya di Indonesia, ada Kepala Desa, Sekretaris Desa dan
beberapa Kepala Urusan yang bersifat operasional, selain itu di tingkat desa
seperti Badan Perwakilan Desa, LPM, Karang Taruna, PKK, Majlis Taklim dll.
Secara struktural di bawah Desa ada Dusun dan dibawah Dusun ada RT,
lembaga-lembaga ini merupakan unsur penting dalam proses pembangunan.
Infrastruktur perekonomian pada enam wilayah kecamatan cukup memadai
dengan adanya lembaga-lembaga ekonomi berupa Bank, Koperasi dan
lembaga keuangan lainnya yang mendukung proses ekonomi wilayah.
Termasuk sarana prasaranan dan sistem transportasi darat, laut dan udara.
Aspek lain yang tidak kalah penting dalam upaya pengembangan kawasan
adalah aspek budaya, aspek ini mempunyai nilai-nilai yang masih sangat
dipertahankan sebagai landasan hidup dalam bermasyarakat, berinteraksi
dengan masyarakat luar dan pranata global.

Masyarakat Kabupaten Sumbawa secara historis pernah dipengaruhi oleh


paradaban zaman prasejarah yang dibawa oleh nenek moyang yang
tergolong suku bangsa Austronesia, selanjutnya pengaruh agama hindu di
Pulau Jawa dirasakan pula di Pulau Sumbawa, bahkan beberapa diantara
unsur budaya prasejarah tersebut seperti pemuja animisme, pemuja arwah
leluhur misalnya ritual tanak eneng ujan (upacara mohon hujan), dan
basadekah lang (ritual selamatan dan mohon doa untuk kesuburan pada)
masih dipertahankan sampai sekarang.

Pada tahun 1511 M, ketika kerajaan Malaka yang beragama islam jatuh
ketangan Portugis, diperkirakan banyak orang-orang islam bugis yang ada di
Malaka bermigrasi ke P. Sumbawa dan menetap disana. Pada tahun 1618
M dibawah pimpinan Karaeng Moroangang dari kerajaan Goa (Sulawesi)
memperluas pengaruhnya dengan azas islam sehingga pengaruh Hindu

40
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

tidak berkembang secara bebas, dibeberapa tempat tradisi animisme sudah


mulai ditinggalkan. Pada tahun 1623 P. Sumbawa telah berada dibawah
pengaruh kekuasaan Kerajaan Goa (Sulawesi) dipersatukan dibawah
Kesultanan Sumbawa, kemudian orang-orang Makasar dan Bugis
berdatangan ke P. Sumbawa. Pada tahun 1856 ratusan keluarga Sasak dari
Lombok bermigrasi disusul oleh etnis jawa. Beberapa etnis yang kini
mendiami P. Sumbawa diantaranya etnis jawa, Makasar, Bugis, Sasak,
Sunda, Timor, Minang dll. Dalam berinteraksi pada umumnya penduduk
Kabupaten Sumbawa menggunakan bahasa Samawa dengan berbagai
dialek seperti dialek Taliwang, Tepal, Jereweh dll. Bahasa Indonesia dipakai
oleh penduduk setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat pendatang
dari luar Kabupaten Sumbawa.

2.5 Informasi Perijinan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan


Hutan

Berdasarkan fakta lapangan (de facto) sampai dengan saat ini (Tahun 2014)
tidak ada bentuk perijinan pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan
yang direalisasikan di wilayah KPHL Ampang. Namun demikian,
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Provinsi NTB ada
beberapa jenis perijinan terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan KPHL Ampang. Secara detail, informasi perijinan tersebut
disajikan pada Tabel 2.19 dibawah ini.

Tabel 2.19. Daftar Perijinan Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan


KPHL Ampang.
Nama
Kelompok Ijin
No. Pemegang Perijinan Luas (Ha) Ket.
Hutan Usaha
Ijin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. PT. Ampang Keputusan Bupati 9.520 Eksplor
Sumbawa Kampaja Sumbawa No. 145 asi
Juta Raya Tahun 2006 Tanggal
25 November 2006

2. PT. Energy KH IUPHHK  Rekom Bupati No. 24.176,50


Agro Ampang -HTI PT. 848.2/601/Hutbun/2
Industries Kampaja Enagrin 009, Tanggal 25
(Enagrin) Juni 2009
 Rekom Gubernur

41
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Nama
Kelompok Ijin
No. Pemegang Perijinan Luas (Ha) Ket.
Hutan Usaha
Ijin
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
No.
043.522/375/Ekon,
Tanggal 30 Juli
2009

3. Masyarakat KH IUPHK SK No. 448/Menhut- 895


Boat Gapit Ampang m II/2009, Tanggal 4
dan Tauh Kampaja Agustus 2009
Santong
Sumber: Dinas Kehutanan Provinsi NTB, 2013.

Selain ijin-ijin yang diuraikan pada tabel diatas, informasi lainnya terkait
perijianan di KPHL Ampang terungkap juga bahwa selama ini telah ada ijin
pemanfaatan hutan di wilayah KPHL Ampang dalam skala yang kecil.
Misalnya Ijin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) Rotan dengan
masa ijin maksimal 1 (satu) tahun. Ijin pemungutan rotan di wilayah KPHL
Ampang Tahun 2006 sebanyak 100 ton oleh KUD Batu Anar/HM. Zain.
Tahun 2007 Pemegang Ijin Kelompok Tani Brang Durian sebanyak 183 ton
dan Kelompok Tani Gatrani Kemang Sempari/Sahabudin sebanyak 300 ton.
Disamping itu, kawasan hutan KPHL Ampang juga menjadi hulu dari Sub
DAS yang airnya dimanfaatkan oleh PDAM. Dimana sumberdaya air yang
dimanfaatkan oleh PDAM merupakan salah satu produk dari jasa ekosistem
hutan. Akan tetapi penggunaan dan pemanfaatan air dari kawasan hutan ini
belum menjadi bagian dari perijinan pemanfaatan kawasan hutan.

2.6 Posisi KPHL Ampang dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah

Dalam perspektif tata ruang kabupaten, Kabupaten Sumbawa telah


menetapkan arah kegiatan pembangunannya kedalam 5 (lima) kawasan,
terdiri dari 4 (empat) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dan 1 (satu)
Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) sebagai berikut:
1. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Alas Utan yang meliputi
5 (lima) wilayah Kecamatan, yaitu: Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer,
Utan dan Rhee;

42
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

2. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Emparano yang meliputi 5 (lima)


wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Empang, Tarano, Plampang,
Labangka dan Maronge;
3. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agro Brang Pelat yang meliputi 4
(empat) wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Batulanteh, Unter Iwis,
Sumbawa dan Labuhan Badas;
4. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Sumbawa Selatan yang meliputi 5
(lima) wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Lunyuk, Orong Telu,
Ropang, Lantung dan Lenangguar;
5. Kawasan Terpadu Mandiri (KTM) Labangka yang merupakan sentra
transmigrasi di wilayah Kecamatan Labangka.

Berdasarkan pembagian kawasan diatas, wilayah kelola KPHL Ampang


berada pada Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Emparano yang
merupakan sumber air bagi masyarakat Kecamatan Empang dan Tarano
serta 2 (dua) kecamatan lainnya di sekitar Emparano. Sebagian besar
wilayah KSK Emparano adalah kawasan lindung yang berfungsi sebagai
sumber air dan penyangga sistem kehidupan masyarakat Kabupaten
Sumbawa. Bagian hulu KSK Emparano merupakan hutan lindung dan hutan
produksi yang berada di dalam Kelompok Hutan (KH) Ampang Kampaja dan
berada dalam Sub DAS Boal.

2.7 Isu Strategis, Kendala, Permasalahan

Beberapa isu strategis, kendala serta permasalahan yang masih dirasakan


dalam kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHL Ampang, antara lain:
1. Tata Hutan, Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan
a) Belum dilakukannya inventarisasi potensi sumberdaya hutan secara
komprehensif di tingkat blok maupun petak;
b) Belum optimalnya implementasi community based forest management
(CBFM), baik di level masyarakat maupun aparatur;
c) Kawasan hutan produksi seluruhnya berbatasan langsung dengan
pemukiman penduduk;

43
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

d) Banyak hilangnya patok batas kawasan, baik batas luar maupun batas
fungsi;
e) Dibeberapa wilayah hutan, telah terjadi alih fungsi kawasan menjadi
perkampungan, sawah maupun sarana publik seperti sekolah;
f) Belum adanya hak pemanfaatan oleh masyarakat, sehingga berpotensi
menjadi konflik kehutanan;
g) Konflik kawasan dengan masyarakat setempat;
h) Belum adanya kejelasan terhadap asset tegakan Perum Perhutani yang
tegas, meskipun telah ada Permenhut tentang Hutan Tanaman Hasil
Rehabilitasi (HTHR);
i) Belum adanya role model lokal (silvikultur, kesinambungan kelembagaan
dll) yang difasilitasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Sumbawa dalam konteks pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan;
j) Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang belum optimal;
k) Belum berkembangnya Usaha Kehutanan Masyarakat di sekitar wilayah
KPHL Ampang;
l) Lemahnya fasilitasi terhadap potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK),
sehingga belum memberikan nilai tambah;
m) Belum optimalnya pemanfaatan potensi lahan yang tersedia untuk
kemanfaatan bagi masyarakat maupun kawasan hutan;
n) Banyak ternak liar yang dapat menyebabkan gagalnya rehabilitasi lahan
dan hutan, mengingat kultur masyarakat Sumbawa yang menerapkan
praktek pengembalaan liar (disebut LAR);
o) Belum adanya kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan investor
dalam pengelolaan hutan di KPHL Ampang.

2. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam


a) Perambahan hutan semakin besar, tidak sebanding dengan kemampuan
rehabilitasi;
b) Lemahnya pemahaman pemanfaatan hasil hutan oleh kelompok
masyarakat, sehingga kerap terjadi tindak pidana kehutanan;
c) Seringnya terjadi pencurian kayu (illegal logging) di hutan lindung
maupun hutan produksi;

44
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

d) Perambahan di hulu DAS/Sub DAS dan di sekitar mata air;


e) Lemahnya dalam penegakan hukum, dimana setiap permasalahan
hukum kehutanan yang muncul tidak dengan segera diatasi oleh aparatur
kehutanan dan kepolisian.

3. Perencanaan dan Tata Kelembagaan Kehutanan (organisasi,


aparatur, sarana, dll)

a) Lemahnya database (data dasar) kehutanan sehingga akan menyulitkan


pengambilan keputusan;
b) Belum tersedianya perencanaan kehutanan yang akan menuntun
aparatur dan parapihak dalam pemanfaatan sumberdaya hutan;
c) Lemahnya kemampuan manajerial aparatur KPHL Ampang dalam
pengelolaan hutan;
d) Moral hazard aparatur dalam pengamanan yang cenderung
menyalahgunakan kewenangan (abuse of power).

45
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 3
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

3.1 Visi

Mendasarkan pada Visi Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan posisi


strategis KPHL Ampang berdasarkan konfigurasi tata ruang Kabupaten
Sumbawa maka Visi KPHL Ampang Periode Tahun 2015 - 2024 yang
ditetapkan adalah sebagai berikut: “KPHL Ampang menjadi Akselerator
Pembangunan Wilayah Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Emparano
melalui Pengelolaan Hutan Lestari dan Mandiri dengan Skema
Kemitraan”.

3.2 Misi

Dalam rangka mewujudkan Visi KPHL Ampang diatas, misi pengelolaan


hutan KPHL Ampang selama kurun waktu 2015 - 2024 adalah sebagai
berikut:
1. Mewujudkan areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha yang
mantap;
2. Mempertahankan dan memulihkan daya dukung DAS melalui kegiatan
perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan lahan;
3. Mewujudkan kemandirian pengelolaan hutan melalui pembangunan core
business berbasis komoditi dan jasa hasil hutan, dibawah iklim usaha
yang kondusif dan nyaman dengan skema kemitraan bersama
masyarakat dan pihak ketiga;
4. Meningkatkan pengamanan hutan untuk mengurangi illegal logging,
mendukung perlindungan dan pengayaan keanekaragaman hayati yang
lokal dan endemik;
5. Mengembangkan praktek pengelolaan hutan di tingkat tapak berbasis
hasil penelitian dan pengembangan;
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

6. Mewujudkan lembaga pengelola di tingkat tapak yang kuat dan mantap


didukung oleh SDM yang memadai;
7. Mencatatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten
Sumbawa.

Tujuan pengelolaan hutan yang akan dicapai oleh KPHL Ampang pada akhir
jangka pengelolaan tahun 2024 adalah KPHL Ampang beroperasi pada areal
kerja yang mantap dengan kegiatan yang mengarah pada azas kelestarian
ekosistem hutan, mandiri secara finansial dan kelembagaan pengelolaan
yang mantap melalui skema kemitraan.

47
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 4
ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1 Analisis Data dan Informasi

Ditetapkannya KPHL Ampang sebagai salah satu KPHL Model di Provinsi


NTB memberikan harapan besar dalam mengakselerasi operasionalisasi
KPHL Ampang menuju kemandirian. Data dan informasi yang disajikan
dalam sub bab ini lebih difokuskan pada data dan informasi yang tersedia
serta memiliki relevansi dengan pencapaian tujuan (misi) pengelolaan hutan
KPHL Ampang periode tahun 2015-2024. Berdasarkan hal tersebut dan
untuk kemudahan dalam proses analisisnya, data dan informasi wilayah
kelola KPHL Ampang disajikan sebagai berikut:

4.1.1 Pemantapan Wilayah Kelola

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor SK.751/Menhut-


II/2012 tanggal 26 Desember 2012 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung Model Ampang (Unit XIV) yang terletak di
Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas ± 38.681 Ha
terdiri dari Hutan Lindung seluas ± 24.168 Ha, Hutan Produksi Terbatas
seluas ± 6.252 Ha dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 8.261 Ha adalah
merupakan wilayah kelola KPHL Ampang. Namun demikian, berdasarkan
rekonstruksi tata batas yang dilakukan oleh Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah VIII Denpasar pada tahun 2014 menunjukkan bahwa luas
keseluruhan wilayah kelola KPHL Ampang adalah seluas 40.633,37 Ha.
Dengan demikian, terdapat selisih luasan wilayah kelola KPHL Ampang
antara hasil rekonstruksi tata batas dan penetapan oleh Menteri Kehutanan
adalah ± 1.952,37 Ha. Oleh karenanya, kegiatan pemantapan batas wilayah
kelola KPHL Ampang khususnya batas-batas luar kawasan perlu untuk
segera dilakukan di tingkat lapangan dengan melakukan pemasangan pal-
pal batas. Dalam rangka mendapatkan legitimasi terhadap batas wilayah
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

kelola KPHL Ampang setelah dilakukannya pemasangan pal batas maka


perlu dilaksanakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat setempat dan
stakeholder di Kabupaten Sumbawa tentang batas-batas wilayah kelola
KPHL Ampang. Kesepahaman dan pengakuan parapihak terhadap wilayah
kelola KPHL Ampang baik menyangkut luasan dan batas-batasnya
merupakan prasyarat penting dalam mendukung operasionalisasi
pengelolaan hutan di KPHL Ampang.

Kegiatan pemantapan batas wilayah kelola yang ditindaklanjuti dengan


pemasangan pal-pal batas dan sosialisasi kepada stakeholder ini adalah
dalam rangka mewujudkan misi pertama pengelolaan hutan KPHL Ampang,
yaitu; “Mewujudkan areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 Ha yang
mantap”.

Secara detail, informasi tentang wilayah kelola KPHL Ampang hasil


rekonstruksi tata batas berdasarkan penutupan lahannya terbagi menjadi 12
tipe penggunaan lahan sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1 dan Tabel
4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1. Peta Penutupan Lahan KPHL Ampang.

49
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 4.1. Penutupan Lahan KPHL Ampang Berdasarkan Pembagian Blok.


Blok dan Penutupan lahan Luas (ha) % Luas
1. HL Inti 11.616,52 28,59
Hutan Lahan Kering Primer 9.315,52 22,92
Hutan Lahan Kering Sekunder 2.096,09 5,16
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 27,02 0,07
Semak Belukar 177,89 0,44
2. HL Pemanfaatan 12.310,59 30,29
Hutan Lahan Kering Primer 6.016,39 14,82
Hutan Lahan Kering Sekunder 2.473,63 6,08
Pertanian Lahan Kering 35,81 0,08
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 500,92 1,23
Sawah 428,20 1,05
Semak Belukar 2.855,64 7,03
3. HP Pemanfaatan HHK-HA 1.733,10 4,26
Hutan Lahan Kering Primer 3,66 0,01
Hutan Lahan Kering Sekunder 1.714,19 4,22
Semak Belukar 15,24 0,03
4. HP Pemanfaatan HHK-HT 3.891,05 9,57
Hutan Lahan Kering Primer 18,96 0,05
Hutan Lahan Kering Sekunder 301,86 0,77
Pertanian Lahan Kering 130,94 0,32
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 345,98 0,81
Sawah 682,28 1,68
Semak Belukar 2.411,32 5,90
5. HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan,
dan HHBK 5.026,37 12,37
Danau 2,11 0,00
Hutan Lahan Kering Primer 0,60 0,00
Hutan Mangrove Primer 158,69 0,39
Hutan Mangrove Sekunder 12,14 0,02
Pertanian Lahan Kering 4,14 0,01
Sawah 11,97 0,03
Semak Belukar 4.398,23 10,82
Tambak 103,24 0,25
Tanah Terbuka 84,61 0,21
6. HP Pemberdayaan Masyarakat 1.501,38 3,69
Hutan Lahan Kering Sekunder 10,98 0,02
Pertanian Lahan Kering 98,23 0,24
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 232,36 0,57
Semak Belukar 1.159,80 2,85
7. HP Perlindungan 4.554,38 11,21
Hutan Lahan Kering Primer 1.233,57 3,04
Hutan Lahan Kering Sekunder 1.181,14 2,91
Semak Belukar 2.139,65 5,26
TOTAL 40.633,37 100

Berdasarkan Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 diatas terlihat dengan jelas bahwa
tipe penggunaan lahan di KPHL Ampang didominasi oleh hutan lahan kering
primer seluas 16.588,7 ha (40,82%) diikuti semak belukar seluas 13.157,77

50
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

ha (32,38%) kemudian hutan lahan kering sekunder seluas 7.777,89 ha


(19,14%). Kondisi ini menunjukkan bahwa tutupan hutan (forest cover) di
KPHL Ampang masih banyak yang terbuka yang ditunjukkan dengan cukup
tingginya keberadaan semak belukar yang luasnya mencapai 32,38% dari
keseluruhan areal kerja KPHL Ampang. Gambaran detail terkait tipe
penggunaan lahan yang paling dominan di wilayah KPHL Ampang disajikan
dalam bentuk chart dibawah ini.

Dominasi Tipe Penggunaan Lahan


di KPHL Ampang

Hutan Lahan
Kering
Sekunder
7.777,89 ha
(19,14%) Hutan Lahan
Kering Primer
16.588,7 ha
(40,82%)
Semak
Belukar
13.157,77 Ha
(32,38%)

Gambar 4.2. Proporsi Dominasi Tipe Penutupan Lahan KPHL Ampang.

Berdasarkan kondisi penutupan lahan seperti diuraikan diatas maka kegiatan


yang perlu dilakukan dalam pengelolaan hutan di wilayah kelola KPHL
Ampang adalah kegiatan rehabilitasi dan pengamanan hutan. Oleh karena
itu, kegiatan awal yang penting untuk dilaksanakan untuk mendukung secara
efektif kegiatan rehabilitasi dan pengamanan hutan adalah kegiatan
inventarisasi dan pemetaan secara detail tentang kondisi penutupan lahan
KPHL Ampang. Hasil dari kegiatan inventarisasi dan pemetaan tersebut
menjadi dasar dalam menentukan lokasi dan menetapkan skala prioritas
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan pengamanan hutan di wilayah kelola
KPHL Ampang.

51
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

4.1.2 Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan

Lahan kritis yang terdapat di wilayah KPHL Ampang saat ini luasnya
mencapai 16.988,69 Ha dengan kategori potensial kritis seluas 10.811,04 Ha
(26,61%), agak kritis seluas 3.281,27 Ha (8,07%) dan kritis seluas 2.896,38
Ha (7,12%). Secara keseluruhan, prosentase lahan kritis di wilayah kelola
KPHL Ampang adalah sebesar 41,81% dari luas keseluruhan kawasan hutan
KPHL Ampang. Proporsi luas lahan kritis berdasarkan tingkat kekritisan
lahan di wilayah KPHL Ampang disajikan dalam bentuk chart dibawah ini.

Lahan Kritis KPHL Ampang

Kritis
2.896,38Ha
(7,12%)

Agak Kritis
3.281,27 Ha
(8,07%) Potensial
Kritis
10.811,04 ha
(26,61%)

Gambar 4.3. Proporsi Luasan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang.

Keberadaan lahan kritis di KPHL Ampang dapat dijadikan sebagai indikator


kurang optimalnya kegiatan pengelolaan hutan termasuk dalam hal
pengamanan hutan. Sampai dengan saat ini, aktivitas illegal logging dan
perambahan hutan di wilayah kelola KPHL Ampang masih kerap terjadi.
Informasi lengkap dan detail terkait luasan, sebaran dan tingkat kekritisan
lahan di wilayah kelola KPHL Ampang disajikan pada Gambar 4.4 dan Tabel
4.2 dibawah ini.

52
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.4. Sebaran dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang.

Tabel 4.2. Luas dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang berdasarkan
Pembagian Blok.
Blok dan Lahan Kritis Luas (ha) % Luas
1. HL Inti 11.616,52 28,59
Potensial Kritis 1.123,65 2,76
Tidak Kritis 10.492,87 25,82
2. HL Pemanfaatan 12.310,59 30,29
Agak Kritis 298,80 0,73
Potensial Kritis 5.335,27 13,13
Tidak Kritis 6.676,52 16,43
3. HP Pemanfaatan HHK-HA 1.733,10 4,26
Potensial Kritis 365,38 0,89
Tidak Kritis 1.367,70 3,36
4. HP Pemanfaatan HHK-HT 3.891,05 9,57
Agak Kritis 912,16 2,24
Kritis 531,38 1,31
Potensial Kritis 1.630,06 4,01
Tidak Kritis 817,45 2,01
5. HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan,
dan HHBK 5.026,37 12,37
Agak Kritis 1.380,76 3,39
Kritis 1.066,20 2,62
Potensial Kritis 1.987,21 4,90
Tidak Kritis 592,20 1,46
6. HP Pemberdayaan Masyarakat 1.501,38 3,69
Agak Kritis 192,78 0,47
Potensial Kritis 1.130,00 2,78
Tidak Kritis 178,60 0,44

53
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Blok dan Lahan Kritis Luas (ha) % Luas


7. HP Perlindungan 4.554,38 11,21
Agak Kritis 496,77 1,23
Kritis 1.298,80 3,20
Potensial Kritis 363,12 0,89
Tidak Kritis 2.395,68 5,89
Total 40.633,37 100

Kegiatan rehabilitasi lahan kritis yang akan dilaksanakan di wilayah kelola


KPHL Ampang ini adalah dalam rangka mewujudkan misi kedua pengelolaan
hutan KPHL Ampang, yaitu; “Mempertahankan dan memulihkan daya
dukung DAS melalui kegiatan perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan
lahan”.

4.1.2 Tingkat Bahaya Erosi

Berdasarkan tingkat bahaya erosi (TBE), wilayah kelola KPHL Ampang


masuk kategori “rentan” terhadap ancaman bahaya erosi dimana sebagian
besar (83,7%) wilayah KPHL Ampang memiliki TBE mulai dari sedang
sampai dengan sangat berat. Informasi detail tentang TBE di KPHL Ampang
disajikan pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.5. Sebaran dan Tingkat Bahaya Erosi di KPHL Ampang.

54
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 4.3. Tingkat Bahaya Erosi KPHL Ampang berdasarkan Luas.


Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Luas (Ha) % Luas
Sangat Berat 8.325,1 20,54
Berat 14.277,3 35,22
Sedang 11.326,3 27,94
Ringan 5.604,9 13,58
Sangat Ringan 1.099,7 2,71
Total 40.633,4 100

Proporsi Tingkat Bahaya Erosi


Sangat
di KPHL Ampang Ringan
1.099,7 Ha
(2,71%)

Ringan
5.604,9 Ha Sangat Berat
(13,58%) 8.325,1 Ha
(20,54%)

Sedang
11.277,3 Ha
(27,94%)
Berat
14.277,3 Ha
(35,22%)

Gambar 4.6. Proporsi Tingkat Bahaya Erosi di KPHL Ampang.

Kondisi wilayah kelola KPHL Ampang yang rentan terhadap ancaman


bahaya erosi menuntut kecermatan dan kehati-hatian didalam menyusun
rencana kegiatan khususnya di daerah yang tingkat bahaya erosinya masuk
dalam kategori berat dan sangat berat. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan pada daerah tersebut harus dipastikan mampu
meminimalisir potensi terjadinya erosi.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayah kelola KPHL Ampang


khususnya pada daerah yang rentan terhadap ancaman erosi ini adalah
dalam rangka berkontribusi terhadap pencapaian misi keempat pengelolaan

55
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

hutan KPHL Ampang, yaitu; “Meningkatkan pengamanan hutan untuk


mengurangi illegal logging, mendukung perlindungan dan pengayaan
keanekaragaman hayati yang lokal dan endemik”.

4.1.3 Potensi Hasil Hutan Kayu, Hasil Hutan Bukan Kayu dan Jasa
Lingkungan

4.1.3.1 Hasil Hutan Kayu (HHK)

Kawasan hutan produksi yang terdapat di KPHL Ampang memiliki potensi


utama hasil hutan kayu (HHK) berupa tegakan jati (Tectona grandis) hasil
penanaman yang telah dilakukan oleh Perum Perhutani pada akhir tahun
1980-an. Keberadaan potensi HHK yang terdapat di kawasan hutan
produksi KPHL Ampang khususnya tegakan jati yang telah berumur lebih
dari 20 tahun ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pemasukan
(pendapatan) bagi KPHL Ampang dalam mendukung operasionalisasi
kegiatan pengelolaan hutan periode 2015-2024.

Potensi tegakan jati, mahoni, gmelina dan mete eks Perum Perhutani yang
ditinggalkan sejak tahun 2000 memerlukan pendekatan dan pola
pengelolaan yang serius dalam mempertahankan keberadaannya serta
kegiatan pemanfaatannya nanti. Kawasan eks Perum Perhutani seluas
6.028 Ha yang berada di kawasan Hutan Produksi atau 22,6% dari total luas
kawasan eks Perum Perhutani Pulau Sumbawa yang mencapai 26.937,64
Ha. Kawasan eks Perum Perhutani ini berbatasan langsung dengan ± 31
desa pinggiran hutan yang tersebar di 9 kecamatan. Saat ini, kondisi eks
Perum Perhutani mengalami banyak tekanan dan ancaman yang mengarah
kepada proses degradasi dan deforestasi yang ditunjukkan, antara lain;
banyaknya lahan yang di re-claimming oleh masyarakat, illegal logging,
perambahan dan alih fungsi kawasan menjadi perkampungan serta
bangunan sarana publik lainnya. Informasi mengenai potensi hutan tanaman
eks Perum Perhutani di wilayah KPHL Ampang seluas 6.028 Ha dengan
tanaman jati, mahoni dan gmelina ditunjukkan pada Gambar 4.7. dibawah ini.

56
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.7. Kondisi Tanaman Eks Perum Perhutani (per SPH).

Potensi hutan tanaman eks Perum Perhutani seperti telah diuraikan diatas
sudah selayaknya dilakukan kegiatan pemeliharaan. Namun demikian,
mengingat aset tegakan-tegakan utamanya jati tersebut masih merupakan
kewenangan dari Kementerian Kehutanan menyebabkan pemerintah daerah
sampai dengan saat ini masih dalam posisi yang pasif mengingat
terbatasnya biaya pengamanan dan pemeliharaan dari pemerintah daerah.
Untuk itu, kedepan melalui KPHL Ampang bersama Ditjen Bina Usaha
Kehutanan (BUK) akan diupayakan untuk dilakukan pemanfaatan standing
stock tegakan jati yang tersisa untuk dimanfaatkan melalui skema kebijakan
HTHR (Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi).

Untuk langkah awal mengingat kondisi tegakan tersebut masih tumbuh


secara alami dengan jarak tanam yaitu; 2 x 3 m, menyebabkan pertumbuhan
tegakan tidak optimal akibat terjadinya persaingan ruang tumbuh. Oleh
karenanya, tegakan eks Perum Perhutani tersebut perlu untuk segera
dilakukan kegiatan pemeliharaan sehingga nantinya akan didapatkan
tegakan yang optimal dengan cara dilakukan kegiatan penjarangan dengan
menghilangkan sebagian pohon sehingga didapatkan tegakan tanaman jati

57
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

yang bernilai ekonomi tinggi. Kayu jati hasil penjarangan tersebut akan
diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan industri kecil yang ada di sekitar
KPHL Ampang. Informasi spasial terkait potensi HHK di KPHL Ampang
disajikan pada Gambar 4.8. dan Tabel 4.5. dibawah ini.

Gambar 4.8. Potensi Hasil Hutan Kayu di KPHL Ampang.

Tabel 4.4. Potensi Hasil Hutan Kayu KPHL Ampang berdasarkan Blok pada
Fungsi Hutan Produksi.
Blok dan Potensi Hasil Hutan Kayu Luas (ha)
HP Pemanfaatan HHK-HA 1.733,10
Sedang 1.733,10
HP Pemanfaatan HHK-HT 3.891,05
Rendah 2.630,72
Sedang 1.070,38
Tinggi 189,95
HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, dan HHBK 5.026,37
Rendah 1.132,68
Sedang 3.893,69
HP Pemberdayaan Masyarakat 1.501,38
Rendah 2,69
Sedang 1.498,69
TOTAL 12.151,90

58
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

4.1.3.2 Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Terjadinya pergesaran paradigma pembangunan kehutanan yang dimulai


pada pertengahan tahun 1997 sebagai dampak dari proses reformasi
pemerintahan telah mendorong lahirnya paradigma baru dalam sistem
pengelolaan hutan di Indonesia. Paradigma baru sektor kehutanan
memandang hutan sebagai suatu sistem sumberdaya yang bersifat multi
fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan serta pemanfaatannya
diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Paradigma ini semakin menyadarkan kita bahwa produk hasil hutan bukan
kayu (HHBK) merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki keunggulan
komparatif yang paling menyentuh dengan kehidupan masyarakat
khususnya masyarakat didalam dan disekitar hutan.

Berdasarkan hasil inventarisasi biofisik yang dilaksanakan oleh BPKH Tahun


2013 diperoleh informasi terkait komoditi HHBK yang ditemukan di wilayah
KPHL Ampang, didominasi oleh antara lain: kesambi, asam, gaharu, madu
hutan, bambu, dan madu hutan. Keberadaan berbagai komoditi HHBK yang
terdapat di wilayah kelola KPHL Ampang nantinya akan dikelola secara
optimal melalui pengembangan budidaya yang lebih intensif baik terhadap
komoditi HHBK yang ada saat ini maupun untuk jenis komoditi HHBK lainnya
yang akan dikembangkan nantinya seperti kayu putih.

Selama ini, produk HHBK yang diperoleh dari hutan di Kabupaten Sumbawa
telah terbukti dapat memberikan dampak signifikan pada peningkatan
penghasilan masyarakat di dalam dan disekitar hutan serta memberikan
kontribusi yang nyata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten
Sumbawa. Informasi mengenai sebaran potensi HHBK di wilayah KPHL
Ampang disajikan pada Gambar 4.9. dibawah ini.

59
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.9. Potensi HHBK di KPHL Ampang.

Secara ringkas, deskripsi tentang beberapa komoditi HHBK yang


keberadaannya masih dapat dijumpai sampai dengan saat ini di wilayah
KPHL Ampang diuraikan dibawah ini.

4.1.3.2.1 Madu Hutan (Apis dorsata)

Salah satu produk HHBK Kabupaten Sumbawa yaitu madu hutan (Apis
dorsata) telah ditetapkan sebagai komoditi HHBK Unggulan Nasional.
Penetapan Kabupaten Sumbawa sebagai lokasi pengembangan madu
hutan di level nasional oleh Kementerian Kehutanan merupakan suatu
langkah maju sekaligus merupakan bentuk recognisi (pengakuan) dari
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kehutanan pada madu hutan
Sumbawa. Ditingkat lapangan, pengelolaan madu hutan Sumbawa
ditangani oleh Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) yang berperan
penting dalam melakukan pengorganisasian petani madu hutan di
Kabupaten Sumbawa. Melalui Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS)
pengembangan madu hutan Sumbawa menjadi lebih baik. Baik melalui

60
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

teknik panen lestari dan higienis maupun pemasaran yang mampu


menembus multilevel marketing pasar nasional.

Tabel 4.5. Tipologi Hutan dan Potensi Madu di Kabupaten Sumbawa.

Sumber: Julmansyah (2009) diolah dari Jepson dkk 2001; LP3ES, Samawa Center dan Birdlife
2003, JMHS 2007, 2009.

Berdasarkan Tabel 4.5. diatas menunjukkan bahwa potensi madu hutan (bee
forest) Kabupaten Sumbawa umumnya berada di kawasan hutan lindung.
Wilayah KPHL Ampang yang sebagian besar merupakan hutan lindung
dengan komposisi tegakan hutan alam yang didominasi oleh famili
Dipterocarpaceae merupakan habitat yang cocok untuk pengembangan
madu hutan Sumbawa.

Upaya promosi dan pembentukan branding Madu Sumbawa yang dilakukan


oleh JMHS selama ini telah membuahkan hasil nyata dengan telah
mendapatkan sertifikat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Indikasi
Geografis Madu Sumbawa. Hal ini menunjukkan bahwa madu hutan
Sumbawa telah memiliki tempat di hati konsumen. Berikut disajikan
informasi terkait data panen madu hutan Sumbawa dalam bentuk grafik
dibawah ini.

61
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Data Panen Madu Hutan JMHS


Tahun 2009 (dalam Kg)
14.000
12.000 11.533
10.000 9.183
8.000 7.930 7.325
6.000
4.000 3.190 2.400
2.000 1.810 1.005 1.700
-

Sumber: Julmansyah. 2009


Gambar 4.10. Grafik Data Panen Madu Hutan JMHS Tahun 2009.

4.1.3.2.2 Kesambi (Schleichera oleosa)

KPHL Ampang memiliki potensi Pohon Kesambi (Schleichera oleosa) seluas


200 Ha. Selama ini potensi kesambi tidak dikembangan dengan baik
padahal pasar seedlack masih sangat luas. Sehingga potensi ini bisa
menjadi sumber pendapatan bagi KPH/daerah dengan melibatkan
masyarakat sekitar sebagai mitra.

Rencananya budidaya kesambi untuk menghasilkan lak di wilayah KPHL


Ampang akan dikembangkan di kawasan hutan Pulau Rai Rakit. Sebagai
langkah awal nantinya pengembangan budidaya kesambi ini akan
bekerjasama dengan Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah
mengembangkan kutu lak di Bojonegoro. Kerjasama ini penting dilakukan
mengingat dalam proses budidaya kesambi untuk menghasilkan lak ini
dibutuhkan petugas yang secara khusus menangani dari penularan inang
kutu lak, pemeliharaan hingga pemanenan. Sedangkan untuk kegiatan
pemasaran nantinya dilakukan oleh KPHL Ampang.

4.1.3.2.3 Kayu Putih

Pada beberapa lokasi kayu putih yang ditanam oleh masyarakat Sumbawa
perkembangannya relatif baik. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang
bagi KPHL Ampang untuk melakukan pengembangan budidaya kayu putih.

62
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Mengingat luas lahan kritis yang bekas rambahan masyarakat cukup luas.
Melalui upaya rehabilitasi lahan kritis/kering bersama masyarakat bisa
menjadi solusi bagi pengurangan rambahan hutan dan pencurian kayu.
Mengingat pengembangan tanaman kayu putih akan menggunakan sistem
tumpangsari, sehingga masyarakat bisa memanfaatkan ruang tumbuh antar
tanaman pokok. Disamping itu dalam proyeksi KPH, secara perlahan-lahan
pada 2015 diharapkan Sumbawa sudah memiliki industri pengolahan kayu
putih skala kecil.

Kedepan akan ada kelas perusahaan kayu putih. Dengan proyeksi kedepan
core bisnis KPH berupa HHBK kayu putih yang akan mulai ditanam 2015,
maka di tahun 2016 sudah memiliki 100 Ha kayu putih. Harga pasaran kayu
putih per liter Rp. 150.000,- dengan demikian Sumbawa sudah harus
memiliki parbrik mini penyulingan minyak kayu putih di 2016 sebagai start-up
usaha kehutanan yang lebih professional. Inilah yang hajatkan oleh Bupati
dan Wakil Bupati Sumbawa sebagai agribisnis kehutanan. Jika ada
penambahan luas kayu putih pertahun 100 hektar maka di 2018 PAD dari
kayu putih bisa mencapai Rp. 450 juta yang terus akan meningkat hingga
mencapai luas pertanaman 4.843 ha di KPHL Ampang.

4.1.3.3 Jasa Lingkungan

Selain komoditi HHK dan HHBK, potensi jasa lingkungan dan wisata alam
(ekowisata) merupakan potensi yang patut mendapat perhatian untuk
dikembangkan sebagai salah satu kegiatan strategis dalam pengelolaan
hutan KPHL Ampang. Tren global back to nature saat ini telah banyak
mengilhami parapihak untuk berbisnis wisata alam.

Menurut Usher rekreasi adalah suatu kegiatan manusia yang dilakukan untuk
memanfaatkan waktu luangnya. Keunggulan rekreasi alam terbuka adalah
pengalaman yang menyehatkan dan keterampilan yang lebih tinggi baik fisik
maupun mental manusia. Pengembangan rekreasi alam merupakan salah
satu upaya untuk mengembangkan manfaat intangible sumberdaya alam
yang seyogyanya perlu terus diupayakan.

63
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Pengembangan wisata alam harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan


dengan cara khusus yang mungkin sedikit berbeda penanganannya dengan
pengembangan industri pariwisata lainnya. Berbeda dengan kelaziman
tempat wisata yang ingin menyedot pengunjung sebanyak-banyaknya, dalam
wisata alam jumlah pengunjung yang terlalu banyak justru dapat berarti
bencana.

Alam yang merupakan “pabrik” sekaligus “produk” jasa rekreasi merupakan


komoditas yang sangat sensitif. Apabila “pabrik”-nya rusak atau terganggu,
produk jasa rekreasi yang ditawarkan dengan sendirinya akan ikut rusak atau
paling tidak berkurang mutunya. Oleh karena itu, daya dukung yang besar
dari kawasan terhadap tekanan jumlah pengunjung harus diperhatikan.

Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di wilayah KPHL Ampang yang
mungkin dapat dikembangkan adalah ekowisata, perdagangan karbon
(carbon trade), dll. Langkah awal dalam pengembangan potensi tersebut
harus dilakukan studi kelayakan/pengkajian lebih lanjut dan diupayakan
pengelolannya dapat bermitra dengan Pemerintah Daerah/BUMD/BUMN/
/BUMS.

Diwilayah KPHL Ampang, khususnya Kelompok Hutan Pulau Rai Rakit


Kwangko (P. Rakit) merupakan daerah migran bagi ternak yang
digembalakan secara liar dari pulau rakit menuju sumbawa yang dalam
istilah sumbawa dikenal dengan Nange Kebo, dimana pada bulan bulan
tertentu yaitu bulan Agustus sampai dengan bulan Nopember kerbau yang
hidup dan digembalakan di Pulau Rai Rakit migran ke daratan pulau
sumbawa untuk mencari air minum.

Proyeksi ke depan, migrannya kerbau dari Pulau Rai Rakit ke daratan pulau
Sumbawa untuk mencari minum akan menjadi daya tarik bagi wisatawan
domestik maupun mancanegara karena fenomena ini sangat langka dan
tidak dijumpai di daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Oleh
karenanya atraksi migrannya kerbau ini akan dikembangkan untuk
mendukung pengembangan ekowisata di wilayah KPHL Ampang.

64
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Keberadaan potensi jasa lingkungan dan ekowisata di wilayah KPHL


Ampang memiliki prospek untuk dikembangkan ke depan ditinjau dari trend
perkembangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan masyarakat Sumbawa sebesar 2%/tahun, dan
kebutuhan rekreasi semakin meningkat sehingga memberikan peluang
usaha pemanfaatan jasa lingkungan. Pengembangan potensi jasa
lingkungan lainnya yaitu perdagangan karbon (carbon trade) yang dapat
dilakukan sebagai upaya optimalisasi peran dan fungsi kawasan hutan dalam
mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Persyaratan dalam rangka memasuki
era perdagangan karbon diantaranya identifikasi lokasi yang potensial,
mengkaji mekanisme tataniaganya hingga proses penjualan karbon nantinya.

Pemanfaatan potensi HHK, HHBK dan Jasa Lingkungan di wilayah kelola


KPHL Ampang adalah dalam rangka mewujudkan misi ketiga pengelolaan
hutan KPHL Ampang, yaitu; “Mewujudkan kemandirian pengelolaan hutan
melalui pembangunan core business berbasis komoditi dan jasa hasil hutan,
dibawah iklim yang kondusif dan nyaman dengan skema kemitraan bersama
masyarakat dan pihak ketiga”.

4.1.4 Analisis Kesesuaian Lahan

Komoditi hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu yang diuraikan diatas
merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan di wilayah KPHL
Ampang. Namun demikian untuk pengembangan komoditi hasil hutan kayu
dan bukan kayu dalam skala perusahaan selain mempertimbangkan
keberadaan secara ekologi (dapat tumbuh) juga perlu mempertimbangkan
topografi yang berpengaruh dalam proses budidaya mulai dari penanaman
sampai dengan pemanenan.

Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan beberapa komoditi hasil


hutan kayu dan bukan kayu yang akan dikembangkan di KPHL Ampang
seperti jabon, sengon laut, nyamplung, kenanga dan kayu putih disajikan
pada table dan gambar dibawah ini.

65
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 4.6. Kriteria Umum Biofisik Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan


Komoditi Kayu dan Bukan Kayu di KPHL Ampang.
Kriteria Umum (Habitus)
No. Komponen Kayu Kenanga Nyamplung Sengon Jabon
Putih Laut
1. Temperature 21-35 10-35 18-33 18-27 21-26
(°C)
2. CH < 800- 250-4000 1000-3000 2000- 1500-
(mm/tahun) 1600 4000 5000
3. Jenis Tanah Grumusol, Entisol, Entisol, Regosol, Ultisol,
Latosol, Inceptisol Inceptisol alluvial, oxisol,
Regosol Latosol alfisol,
vertisol,
andisol,
inceptisol,
spodosol
dan
entisol
4. Drainase Sedang, Sedang- Baik Baik, Baik,
terhambat baik, baik sedang, sedang,
agak agak
cepat, cepat,
agak agak
terhambat, terhambat,
cepat cepat
5. Kelas Sedang- Sedang- Sedang- Sedang- Sedang-
Tekstur agak agak agak agak agak
halus, halus, halus, halus, halus,
baik-agak baik- baik-agak baik-agak baik-agak
halus, agak halus, halus, halus,
baik-kasar halus baik-kasar baik-kasar baik-kasar
6. Ketinggian 5-450 20-720 0-200 0-800 10-900
7. TBE SR-S SR-S SR-S

66
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.11. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Kayu Putih.

Berdasarkan peta diatas, luas lahan yang sesuai di wilayah KPHL Ampang
untuk dikembangkan kayu putih adalah seluas 4.869, 231 Ha dengan rincian
luasan di hutan lindung 3.208,482 ha, luasan di hutan produksi 831,240 ha
dan luasan di hutan produksi terbatas 829,508 ha.

67
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.12. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Kenanga.

Berdasarkan peta diatas, luas lahan yang sesuai di wilayah KPHL Ampang
untuk dikembangkan kenanga adalah seluas 5.402,767 Ha dengan rincian
luasan di hutan lindung 3.966,980 ha, luasan di hutan produksi 450,012 ha
dan luasan di hutan produksi terbatas 829,508 ha.

68
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.13. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Nyamplung.

Berdasarkan peta diatas, luas lahan yang sesuai di wilayah KPHL Ampang
untuk dikembangkan nyamplung adalah seluas 4.756,668 Ha dengan rincian
luasan di hutan lindung 3.736,808 ha, luasan di hutan produksi 574,222 ha
dan luasan di hutan produksi terbatas 445,639 ha.

69
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.14. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Sengon Laut dan Jabon.

Berdasarkan peta diatas, luas lahan yang sesuai di wilayah KPHL Ampang
untuk dikembangkan sengon laut dan jabon adalah seluas 1.385,407 Ha
yang hanya tersebar di hutan produksi terbatas.

70
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

4.1.5 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan (telah) menjadi salah satu ikon wajib dalam strategi


pembangunan di negara berkembang (sekurang-kurangnya) dalam dua
daswarsa terakhir ini. Disektor kehutanan telah dilaksanakan berbagai
program yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan
sekaligus dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Beberapa skema
pemberdayaan masyarakat yang telah diinisiasi oleh Kementerian
Kehutanan, antara lain; perhutanan sosial, hutan kemasyarakatan (HKm),
hutan desa (HD), hutan tanaman rakyat (HTR) dan kemitraan.

Masyarakat setempat yang berbatasan langsung dengan wilayah kelola


KPHL Ampang meliputi masyarakat yang tersebar di 23 desa di 4 kecamatan
Kabupaten Sumbawa sebagaimana disajikan pada Tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.7. Nama, Luas dan Jumlah Desa menurut Kecamatan di KPHL
Ampang Tahun 2012.
Jumlah Luas Wilayah
No. Kecamatan Desa
Penduduk (Km2)
I. Empang  Boal, 22.032 558,55
 Empang atas,
 Ongko,
 Lamenta,
 Gapit,
 Pamanto,
 Jotang beru
II. Plampang  Sempayung, 28.319 418,69
 Usar,
 SP I Prode,
 SP II Prode,
 SP III Prode,
 Sepayung,
 Selante,
 Usar,
 SP IV Buin Batu
III. Labangka Sukamulya 10.390 243,08
IV. Tarano  Labuan jambu, 15.461 333,71
 Mata,
 Pidang,
 Labuan
bontong,
 Labuan aji,
 Labuan jambu,
 Banda,
 Pidang

71
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Berbagai elemen masyarakat didalam dan disekitar hutan telah merasakan


manfaat dari berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
selama ini. Berbagai kebijakan dan program pemberdayaan masyarakat
seperti Hutan Kemasyarakatan (HKm)/Perhutanan Sosial, Hutan Tanaman
Rakyat (HTR), agroforestri telah dikembangkan sejak akhir tahun 1990-an di
kawasan hutan Kabupaten Sumbawa termasuk di wilayah kelola KPHL
Ampang.

Oleh karena itu, kedepan pelibatan masyarakat secara aktif dalam


pembangunan kehutanan di wilayah kelola KPHL Ampang harus terus
didorong dengan meningkatkan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan
untuk meningkatkan kesejahteraan melalui skema HTR, HKm, Hutan Desa
dan lain sebagainya sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Hal ini
ditunjang dengan komitmen Pemerintah Daerah bahwa dalam rangka
pengelolaan hutan, UPT KPHL Ampang melakukan pendampingan
penyusunan rencana dan pelaksanaan kerja dan kegiatan pada tingkat unit
pengelolaan (resort). Disamping itu, KPHL Ampang dapat melakukan
kemitraaan dan memfasilitasi terbentuknya forum multi pihak.

4.1.5 Sumberdaya Manusia

Salah satu faktor terpenting dalam mengakselerasi operasionalisasi UPT


KPHL Ampang menuju kemandirian adalah sumberdaya manusia (SDM).
Sejak terbentuknya UPT KPHL Ampang pada tahun 2012 sampai dengan
saat ini, jumlah personil yang bertugas di UPT KPHL Ampang sebanyak 7
(tujuh) orang yang terdiri dari kelompok jabatan fungsional sebanyak 4
(empat) orang dan kelompok jabatan struktural sebanyak 3 (tiga) orang.
Kepala UPT KPHL Ampang merupakan jabatan struktural eselon IVa.
Struktur organisasi UPT KPHL Ampang berdasarkan Peraturan Bupati
Sumbawa No. 16 Tahun 2008 adalah sebagai berikut.

72
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

KaKPHL
(Eselon Iva)

KBTU
Kelompok Jabatan (Eselon IVb)
Fungsional

Staf

Gambar 4.15. Bagan struktur UPT KPHL Ampang.

Berdasarkan uraian diatas, ketersediaan SDM sebagai pengelola KPHL


Ampang belum memadai untuk mendukung operasionalisasi pengelolaan
hutan KPHL Ampang secara profesional. Oleh karenanya, kedepan
ketersediaan SDM yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas
harus segera dipenuhi. Ketersediaan SDM KPHL Ampang yang memadai
adalah dalam rangka mewujudkan misi keenam pengelolaan hutan KPHL
Ampang, yaitu; “Mewujudkan lembaga pengelola ditingkat tapak yang kuat
dan mantap didukung oleh SDM yang memadai”.

4.1.9 Pendanaan

Operasionalisasi UPT KPHL Ampang sampai dengan saat ini didukung oleh
pendanaan yang bersumber dari APBN dan APBD Kabupaten Sumbawa.
Adapun besaran alokasi anggaran untuk operasionalisasi UPT KPHL
Ampang baik yang bersumber dari APBN maupun APBD Kabupaten
Sumbawa yang telah berjalan selama ini adalah sebagai berikut:
 Alokasi anggaran tahun 2013 adalah sebesar Rp 1.189.485.000,-
yang berasal dari dana APBN diperuntukan untuk pengadaan sarana dan
prasarana KPHL Ampang berupa; gedung dan bangunan, kendaraan
operasional, peralatan kantor dan survey lapangan serta meubelair.
 Alokasi anggaran tahun 2014 adalah sebesar Rp 135.734.634,- yang
berasal dari dana APBD Kabupaten Sumbawa.

73
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

4.2 Proyeksi Kondisi Wilayah

Uraian tentang proyeksi pengelolaan hutan KPHL Ampang dilakukan dalam


rangka mendukung pencapaian misi. Berdasarkan analisa data dan
informasi diatas, proyeksi kondisi wilayah KPHL Ampang kedepan meliputi;
kelas perusahaan, pendanaan, ancaman strategis, resiko eksternal,
kapasitas internal, dan potensi resiko kelemahan managemen.

4.2.1 Kelas Perusahaan

Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang sesuai


potensi, kondisi biofisik dan faktor sosial ekonomi budaya maka dibuat kelas-
kelas perusahaan strategis yang menjadi fokus utama dalam 10 tahun
mendatang. Beberapa kelas perusahaan strategis yang direncanakan oleh
KPHL Ampang adalah:
1. Pada kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan dibuat kelas
perusahaan kayu putih seluas 4.843 ha. Melalui pengembangan hutan
tanaman kayu putih seluas 4.843 ha dan industri pengolahan hasilnya,
maka diproyeksikan di tahun 2024 KPHL Ampang mampu memproduksi
hingga 145.290 liter minyak kayu putih dengan nilai produksi kotor
mencapai Rp. 21.793.500.000,- dengan asumsi rendemen sulingan
minyak kayu putih sebesar 30 liter per hektar dan harga minyak sulingan
sebesar Rp. 150.000,-/liter.

74
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.16. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Kayu Putih.

2. Pada kelompok hasil hutan kayu (HHK) akan dibuat kelas perusahaan jati
seluas 5.392,66 ha. Penetapan kelas perusahaan ini didasarkan pada
potensi dan kondisi wilayah KPHL Ampang khususnya di hutan produksi
yang merupakan pengembangan tanaman jati eks Perum Perhutani.
Melalui pengembangan kelas perusahaan jati yang sebaran lokasinya
direncanakan hanya akan dikembangkan pada sebagian besar blok HP
Pemanfaatan HHK-HT seluas 3.668 ha, maka diproyeksikan dapat
memberikan pendapatan kotor kepada KPHL Ampang di akhir periode
pengelolaan (2024) dengan menerapkan sistem silvikultur Tebang Habis
Permudaan Buatan (THPB) maupun Tebang Pilih Tanam Indonesia

75
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

(TPTI) sebesar Rp 586.880.000.000,- dengan asumsi untuk setiap 1 ha


area terdapat 400 pohon masak tebang, dengan volume sebesar 0,2 m3
untuk setiap pohonnya, dan harga jual kayu jati pada kisaran Rp.
2.000.000,-/m3.

Gambar 4.17. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Jati.

76
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

3. Kelas perusahaan lainnya adalah pada kelompok jasa lingkungan dan


ekowisata.

Selain tiga kelas perusahaan diatas yang akan menjadi core business,
beberapa komoditi lainnya yang juga akan dikembangkan oleh pengelola
KPHL Ampang seperti; kenanga, nyamplung, sengon laut dan jabon di lokasi
seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini sebagai berikut :

Gambar 4.18. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Kenanga.

77
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.19. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Nyamplung.

78
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Gambar 4.20. Peta Lokasi Rencana Pengembangan Sengon Laut dan Jabon.

79
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

4.2.2 Pendanaan

Berdasarkan pasal 17 Permendagri Nomor 61 tahun 2010 sumber


pendanaan untuk mendukung kegiatan KPH dapat berasal dari APBN,
APBD dan atau sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat.
Dukungan APBN yang telah dilaksanakan diantaranya; (1) Fasilitasi sarpras
dasar untuk KPH Model melalui Ditjen Planologi seperti bangunan kantor
KPH, perlengkapan kantor, kendaraan operasional mobil, motor, alat-alat
survey, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka
panjang, peningkatan mutu SDM dengan berbagai jenis pelatihan (diklat
CKPH, diklat perencanaan); (2) Dukungan dana dekon dengan berbagai
kegiatan konvergensi; (3) Dana Alokasi Khusus/DAK yang baru berjalan
satu tahun untuk melengkapi sarpras pamhut, RHL, dll.

Dalam kenyataannya, dukungan APBN pada tahap awal adalah pemenuhan


sarpras dasar KPH model seperti pengadaan kantor KPH, mobil, motor,
peralatan survey dll. Selanjutnya dukungan anggaran APBN dilaksanakan
dalam bentuk konvergensi kegiatan esselon I yang dilaksanakan dibawah
koordinasi PUSDAL regional II. Realisasi konvergensi diharapkan berjalan
maksimal dan sinkron dengan program KPH.

Proyeksi peluang pendanaan dapat bersumber dari kegiatan investasi yang


dilakukan oleh investor atau mitra dengan berbagai skema yang disepakati
bersama, termasuk juga program kemitraan dengan berbagai komponen
masyarakat untuk secara bersama-sama melaksanakan suatu jenis usaha
tertentu dibidang kehutanan atau bidang lain yang mendukung visi misi
KPHL Ampang. Proyeksi peluang pendanaan juga direncanakan dari areal
penanaman jati eks Perum Perhutani didalam areal kelola KPHL Ampang.

4.2.3 Ancaman Strategis

Sampai dengan saat ini, KPHL Ampang masih dihadapkan dengan


gangguan keamanan hutan berupa perambahan dan pembalakan liar.
Berbagai faktor penyebab terjadinya pembalakan liar (illegal logging)
diantaranya adalah tingkat kebutuhan kayu yang semakin meningkat

80
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

ditambah lagi dengan kondisi kemiskinan masyarakat di sekitar wilayah


KPHL Ampang. Sedangkan perambahan kawasan lebih disebabkan karena
keterbatasan lahan milik masyarakat ditambah lagi tidak adanya ketegasan
dari aparat kehutanan dalam menyikapi hal tersebut.

4.2.4 Kapasitas Internal

Proyeksi kapasitas internal tidak lepas dari kondisi dan keberadaan


sumberdaya yang dimiliki KPHL Ampang diantaranya sumberdaya manusia.
Hal ini terkait dengan masih minimnya kemampuan institusi KPH untuk
membayar gaji karyawan murni KPH/non PNS kecuali kalau kondisi KPHL
Ampang sudah menghasilkan yang diperkirakan tahun ketiga dari usaha
kayu putih. Kemampuan/mutu SDM KPH dapat dipersiapkan dengan
kegiatan kursus, diklat, magang, studi banding, seminar dan lain sebagainya.
Disamping tuntutan kualitas sebagaimana disebutkan diatas, ternyata ada
faktor yang lebih penting lagi yaitu faktor integritas. Hal ini penting karena
dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan untuk mencapai visi misi tidak
hanya dituntut kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia akan tetapi
integritas menjadi faktor yang sangat penting untuk mencegah terjadinya
tindakan korupsi.

4.2.5 Potensi Resiko

Sebagaimana lazimnya, berjalan atau tidaknya suatu organisasi sangat


bergantung pada keberadaan lima unsur manajemen yaitu; manpower,
money, management, material, dan marketing serta dalam hal
penyelenggaraannya juga harus mempertimbangkan faktor POAC
(Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan dan Pengawasan). Kondisi KPHL
Ampang saat ini belum mampu mendukung pelaksanaan manajemen secara
optimal mengingat berbagai sumberdaya yang ada masih minim. Namun
demikian, seiring dengan dinamika yang berkembang, manajemen KPHL
Ampang secara bertahap akan terus ditata dan diperbaiki sehingga
penyelenggaraan pengelolaan hutan lestari secara mandiri dapat
berlangsung sebagaimana yang diharapkan.

81
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 5
RENCANA KEGIATAN

Serangkaian strategi, program dan kegiatan yang tepat sudah tentu sangat
diperlukan dalam rangka mewujudkan visi dan misi KPHL Ampang yang
telah ditetapkan. KPHL Ampang memiliki posisi strategis dalam konteks
pembangunan daerah khususnya sektor kehutanan. Oleh karenanya, proses
penyusunan rencana kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang periode
tahun 2015-2024 harus bersinergi dengan: (1). Rencana Strategis (Renstra)
Kementerian Kehutanan 2010-2014; (2). Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP) Nusa Tenggara Barat 2009-2029; (3). Rencana
Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) Nusa Tenggara Barat Tahun 2012-2031;
(4). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Sumbawa; (5). Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2015; serta (6). Isu-isu Strategis dan
Permasalahan.

Pada prinsipnya, rencana kegiatan dalam pengelolaan hutan KPHL Ampang


ini dapat dipilah menjadi dua tahap, yaitu: rencana kegiatan penyiapan
prakondisi operasional KPH, yang menyangkut (1). rencana penyiapan
sarana prasarana; (2). rencana pemantapan kawasan dan areal kerja; (3)
rencana perlengkapan data dan informasi; (4). rencana perlengkapan
kelembagaan; dan (5). rencana penyusunan business model dan business
plan yang diprediksi dapat menghabiskan waktu kurang lebih 3 tahun.
Tahap berikutnya adalah penyusunan rencana Kegiatan KPHL Ampang
selama 10 tahun.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rencana kegiatan pengelolaan hutan


KPHL Ampang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
disusun dalam rentang waktu 10 tahun mulai dari tahun 2015 - 2024 sebagai
berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.1 Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan

Inventarisasi hutan di dalam wilayah kelola merupakan kegiatan untuk


memperoleh informasi berkaitan dengan keadaan dan potensi sumberdaya
hutan serta lingkungannya dengan tujuan untuk mendapatkan data dan
informasi yang aktual, dimana hasilnya nanti dipergunakan sebagai dasar
pengembangan perencanaan dan perumusan kebijakan serta strategi
pengelolaan hutan baik jangka pendek, menengah dan panjang.

Tata Hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan,


mencakup pengelompokkan sumberdaya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara
berkelanjutan. Kegiatan tata hutan di tingkat tapak merupakan kegiatan
merancang blok dan petak sebagai unit pengelolaan terkecil dimaksudkan
sebagai upaya untuk pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif dalam
rangka memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.

5.1.1 Inventarisasi Berkala 5 (Lima) Tahunan

Inventarisasi sumberdaya hutan berkala sangat penting dilakukan,


mengingat sumberdaya hutan merupakan sumberdaya yang bersifat dinamis
ditambah semakin meningkatnya kompleksitas pengambilan keputusan
dalam pengelolaan hutan sehingga keterbaharuan data terkait dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu di wilayah
KPH sangat penting untuk diketahui. Melalui kegiatan inventarisasi berkala,
perubahan yang terjadi baik secara biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang
dapat mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan di setiap bloknya akan
dapat segera disesuaikan.

Kegiatan inventarisasi hutan secara berkala pada unit pengelolaan hutan


telah dimandatkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.5/Menhut-
II/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh

83
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan
Produksi.

Kegiatan inventarisasi berkala ini dilaksanakan dengan interval waktu 5


(lima) tahun bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi terkini
pada masing-masing unit pengelolaan, yaitu blok dan petak. Target kegiatan
inventarisasi hutan ini meliputi 23 desa dan 4 (empat) kecamatan di
Kabupaten Sumbawa, yang mencakup 7 (tujuh) blok pengelolaan, yaitu: 1)
Blok Hutan Lindung (HL) Inti, 2) Blok Hutan Lindung (HL) Pemanfaatan, 3)
Blok Hutan Produksi (HP) Perlindungan, 4) Blok Hutan Produksi (HP)
Pemanfaatan HHK-HA, 5) Blok Hutan Produksi (HP) Pemanfaatan HHK-HT,
6) Blok Hutan Produksi (HP) Pemanfaatan Jasa lingkungan dan HHBK serta
7) Blok Hutan Produksi (HP) Pemberdayaan masyarakat. Secara detail,
uraian kegiatan inventarisasi berkala pada wilayah KPHL Ampang disajikan
pada Tabel 5.1. dibawah ini.

Tabel 5.1. Uraian Kegiatan Inventarisasi Berkala pada KPHL Ampang.


Kegiatan Inventarisasi Tahun
No. Blok Luas (Ha)
Berkala Pelaksanaan
1. Blok HL Inti 11.616,52 (a) Inventarisasi potensi
flora dan fauna 2016, 2021
(b) Inventarisasi areal yang
perlu direhabilitasi
(c) Inventarisasi petak ukur
permanen
2. Blok HL 12.310,59 a) Inventarisasi potensi jasa
Pemanfaatan lingkungan, wisata alam
dan HHBK
b) Inventarisasi area yang 2015, 2020
perlu direhabilitasi
c) Inventarisasi sosial,
ekonomi dan budaya
3. Blok HP 4.554,38 a) Inventarisasi kualitas
Perlindungan dan kuantitas mata air
dan aliran sungai
2016, 2021
b) Inventarisasi potensi
HHBK
c) Inventarisasi areal yang
perlu direhabilitasi
d) Inventarisai sosial,
ekonomi dan budaya
4. Blok HP 1.733,10 a) Inventarisasi Jenis dan 2015, 2020
Pemanfaatan potensi tegakan kayu
HHK-HA pada berbagai tutupan

84
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Kegiatan Inventarisasi Tahun


No. Blok Luas (Ha)
Berkala Pelaksanaan
hutan.
b) Inventarisasi potensi
HHBK
c) Inventarisasi areal yang
perlu direhabilitasi
d) Inventarisasi Petak Ukur
Permanen
e) Inventarisasi sosial
ekonomi dan budaya
5. Blok HP 3.891,05 a) Inventarisasi jenis dan
Pemanfaatan potensi tegakan kayu
HHK-HT pada berbagai potensi
tutupan hutan
2015, 2020
b) Inventarisasi areal yang
perlu direhabilitasi
c) Inventarisasi sosial
ekonomi dan budaya
6. Blok HP 5.026,37 a) Inventarisasi potensi
Pemanfaatan HHBK
Jasa b) Inventarisasi areal yang
Lingkungan, harus direhabilitasi
2015, 2020
HHBK dan c) Inventarisasi potensi
Ekowisata jasling dan ekowisata
d) Inventarisasi sosial
ekonomi dan budaya
7. Blok HP 1.501,38 a) Inventarisasi jenis dan
Pemberdayaan potensi tegakan kayu
Masyarakat pada berbagai tutupan
hutan.
b) Inventarisasi potensi 2015, 2020
HHBK
c) Inventarisasi areal yang
perlu direhabilitasi
d) Inventarisasi kelompok-
kelompok/kelembagaan
masyarakat
e) Inventarisasi sosial
ekonomi dan budaya
Total 40.633,37

Berdasarkan Tabel 5.1. diatas, prioritas pertama untuk dilaksanakannya


kegiatan inventarisasi berkala akan dilakukan pada 5 (lima) blok di tahun
2015, yaitu; 1) Blok HL Pemanfaatan, 2) Blok HP Pemanfaatan HHK-HA, 3)
Blok HP Pemanfaatan HHK-HT, 4) Blok HP Pemanfaatan Jasa Lingkungan,
HHBK dan Ekowisata.

85
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.1.2 Rekonstruksi dan Pemeliharaan Tata Batas

Kegiatan rekonstruksi dan pemeliharaan tata batas wilayah bertujuan untuk


memperjelas dan menegaskan kembali batas-batas kawasan KPHL Ampang
sesuai dengan kedudukannya yang semula. Salah satu prasyarat
pengelolaan hutan di tingkat tapak adalah batas-batas wilayah kelola
haruslah “clean and clear”. Artinya setelah rekonstruksi dan pemeliharaan
tata batas dilakukan, kecil kemungkinan terjadinya tumpang tindih
peruntukan didalam wilayah kelola ataupun dengan batas luar antara
kawasan yang dikelola dengan kawasan dengan peruntukan lainnya.

Rekonstruksi tata batas dilakukan dengan mengembalikan pal batas pada


kedudukan semula sesuai dengan hasil tata batas yang didasarkan pada
data ukur lapangan. Pelaksanaan rekonstruksi dan pemeliharaan tata batas
tesebut didasarkan pada hasil pengawasan lapangan sehingga dapat
diketahui secara tepat pelaksanaan kegiatan menyangkut lokasi, panjang
batas serta jumlah dan kondisi pal batas. Uraian detail terkait rencana
pelaksanaan kegiatan rekonstruksi tata batas wilayah KPHL Ampang
disajikan dalam Tabel 5.2. dibawah ini.

Tabel 5.2. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Rekonstruksi Tata
Batas KPHL Ampang.
No. Kelompok Hutan Tahun Pelaksanaan Panjang Batas (Km)
1. Ampang Kampaja 2016-2017 124,65
2. Santong Labubaron 2015 35,66
3. Pulau Rai Rakit 2018 52,07
Total 212,38

Ketersediaan sarana dan prasarana terutama peralatan berupa : GPS,


kompas, theodolite dan perangkat GIS dengan ditunjang oleh ketersediaan
SDM yang memiliki ketrampilan dalam mengoperasikan komputer dan
pemetaan sangat dibutuhkan dalam kegiatan rekonstruksi tata batas. Selain
itu, KPHL Ampang juga harus memiliki tenaga terampil dalam bidang sosial
dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat mendukung efektivitas
pelaksanaan kegiatan rekonstruksi sehingga akan diperoleh hasil yang clear
dan clean.

86
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.1.3 Penataan Batas Blok dan Petak pada Wilayah KPH

Penataan kawasan dimaksudkan untuk mengatur arah peruntukan kawasan


hutan dengan melakukan pembagian kawasan hutan kedalam blok dan
petak. Kegiatan penataan batas blok dilaksanakan sebagai penataan
lanjutan setelah dilakukannya penataan batas terluar kawasan wilayah
pengelolaan KPH. Pelaksanaan kegiatan penataan dilakukan dengan
memasang patok batas masing-masing blok sesuai dengan rencana
pengembangan kawasan hutan pada wilayah kelola KPHL Ampang. Wilayah
KPHL Ampang berdasarkan fungsinya terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu
kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Berdasarkan prosedur tata
hutan, kedua kawasan tersebut dibagi menjadi blok-blok yang
pengelolaannya diarahkan sesuai dengan fungsi, kondisi biofisik, serta
kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Selanjutnya blok-blok tersebut dibagi
kedalam petak-petak untuk memudahkan dalam menyusun perencanaan
pemanfaatan hutan/hasil hutan dan jasa lingkungan. Adapun teknis
pembagian luas masing-masing petak yang berada di hutan lindung adalah
berkisar antara 80-120 Ha dan untuk yang di hutan produksi berkisar antara
40-60 Ha.

Berdasarkan prinsip-prinsip pembagian blok dan petak tersebut, maka


kawasan hutan lindung KPHL Ampang terbagi atas 2 (dua) blok, yaitu; 1)
blok inti yang tidak dibagi lagi menjadi petak-petak dan 2) blok pemanfaatan
dengan jumlah keseluruhan petak sebanyak 128 petak. Sementara untuk
kawasan hutan produksi (tetap dan terbatas) terbagi menjadi 5 (lima) blok,
yaitu; 1) blok perlindungan, 2) blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan
dan HHBK, 3) blok pemanfaatan HHK-HT, 4) blok pemanfaatan HHK-HA,
serta 5) blok pemberdayaan masyarakat dengan petak secara keseluruhan
berjumlah 250 petak. Uraian detail terkait rencana pelaksanaan kegiatan
tata batas blok dan petak di wilayah KPHL Ampang disajikan pada Tabel 5.3.
dibawah ini.

87
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 5.3. Jumlah Target Trayek dan Rencana Pelaksanaan Tata Batas Blok
dan Petak pada KPHL Ampang.
Panjang Trayek Prosentase
No. Blok
(Km) (%)
1. Blok HL Inti 129,68 22,14
2. Blok HL Pemanfaatan 147,95 25,26
3. Blok HP Perlindungan 48,99 8,37
4. Blok HP Pemanfaatan HHK-HA 38,84 6,63
5. Blok HP Pemanfaatan HHK-HT 54,88 9,37
6. Blok HP Pemanfaatan Jasa 138,53 23,65
Lingkungan, HHBK dan Ekowisata
7. Blok HP Pemberdayaan Masyarakat 26,76 4,57
Total 455,95 100

5.2 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu

Pengertian wilayah tertentu dalam wilayah kelola KPH berdasarkan


Permenhut Nomor: P.47/Menhut-II/2013 adalah wilayah hutan yang situasi
dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan
pemanfaatannya berada diluar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan. Berdasarkan kondisi lapangan dan informasi yang
diperoleh, kawasan hutan KPHL Ampang seluas 40.633,37 Ha dapat
dikatakan seluruhnya merupakan wilayah tertentu.

Wilayah tertentu KPHL Ampang seluas 40.633,37 Ha tersebut terbagi


kedalam 7 blok yang nantinya akan dikelola oleh KPHL Ampang baik secara
swakelola maupun dengan menjalin kemitraan baik dengan kelompok
masyarakat, investor dan pihak lainnya yang memiliki minat. Adapun strategi
kegiatan pengelolaan hutan pada wilayah tertentu selama kurun waktu 10
tahun akan dikembangkan melalui beberapa arahan pemanfaatan hutan
sebagai berikut.

88
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 5.4. Arahan Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu KPHL Ampang
Periode 2015-2024.
Arahan
No. Blok Kelas Hutan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
1. Blok HP Kelas Hutan Pengusahaan Kelompok 3.668,50
Pemanfaatan Produksi Hutan Hutan Hutan
HHK-HT Tanaman Tanaman Jati Ampang
Eks Perum Kampaja
Perhutani
model
kemitraan
dengan
investor
Pengusahaan Kelompok 222,55
Hutan Hutan
Tanaman Ampang
HHBK Kayu Kampaja
Putih model
Kemitraan
dengan
investor dan
masyarakat
2. Blok HP Kelas Hutan Pengusahaan Kelompok 2.311,58
Pemanfaatan Produksi ekowisata Hutan
Kawasan, Pemanfaatan model Pulau Rai
Jasa HHBK dan kemitraan Rakit
Lingkungan, Ekowisata dengan
HHBK dan masyarakat
Ekowisata dan investor
Pengusahaan Kelompok 445,64
budidaya Hutan
Nyamplung Santong
Labubaron
Pengusahaan Kelompok 1.421,52
budidaya Hutan
Kenanga Ampang
Kampaja
3. Blok HP Kelas Hutan Pemanfaatan Kelompok 1.415,58
Pemanfaatan Produksi Hasil Hutan Hutan
HHK-HA Hutan Alam Kayu - Hutan Ampang
Rimba Alam (Jabon Kampaja
dan Sengon
Laut) model
kemitraan
dengan
investor
4. Blok HP Kelas Hutan Kelompok 575,40
Pemberdayaa Produksi Hutan Pengusahaan Hutan
n Masyarakat Tanaman Kayu Putih Ampang
Kampaja
Pengusahaan Kelompok 560,19
Nyamplung Hutan

89
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Arahan
No. Blok Kelas Hutan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
Ampang
Kampaja
5. Blok HL Inti Kelas Hutan Pengembanga Kelompok 6.964,63
untuk n Madu Alam Hutan
Pengembanga dan Ampang
n HHBK Madu Perlindungan Kampaja
Alam serta
Perlindungan Pengawetan
dan Tata Air dan
Pengawetan Orologi
Tata Air serta Pengembanga Kelompok 1.273,32
Orologi n Madu Alam Hutan
dan Ampang
Perlindungan Kampaja
mata air
6. Blok HL Kelas Hutan Pengusahaan Kelompok 3.112,24
Pemanfaatan Lindung HHBK jenis Hutan
Pemanfaatan Kayu Putih dan Ampang
HHBK Madu model Kampaja
kemitraan
dengan
masyarakat
KP Kenanga Kelompok 723,39
Hutan
Ampang
Kampaja
KP Nyamplung Kelompok 3.883,26
Hutan
Ampang
Kampaja
Pengusahaan Kelompok 100
HHBK jenis Hutan
Pete model Ampang
kemitraan Kampaja
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 100
HHBK jenis Hutan
Asam model Ampang
kemitraan Kampaja
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 200
HHBK jenis Hutan
Kemiri model Ampang
kemitraan Kampaja
dengan
masyarakat
Pengusahaan n Kelompok 200
HHBK jenis Hutan

90
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Arahan
No. Blok Kelas Hutan Lokasi Luas (Ha)
Pemanfaatan
Durian model Ampang
kemitraan Kampaja
dengan
masyarakat
Pengusahaan Kelompok 1.210,74
HHBK jenis Hutan
Gaharu model Ampang
kemitraan Kampaja
dengan
masyarakat
Jumlah 28.388,54

Berdasarkan hasil analisis proyeksi dari berbagai potensi yang dimiliki dan
dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi unit bisnis yang
menguntungkan di wilayah tertentu KPHL Ampang, maka ditetapkan prioritas
pembangunan bisnis utama (core business) pada rencana pengelolaan
hutan kurun waktu 2015-2024 akan difokuskan pada pengembangan 3 (tiga)
core business, yaitu;
1. Pembangunan kelas perusahaan kayu putih seluas 3.910,19 Ha,
2. Pembangunan kelas perusahaan ekowisata di Kelompok Hutan Pulau Rai
Rakit,
3. Pengelolaan dan pengembangan hutan tanaman Jati di areal eks Perum
Perhutani.

Tabel 5.5. Prioritas Pembangunan Usaha yang Memanfaatkan Hutan pada


Wilayah Tertentu KPHL Ampang Periode Tahun 2015-2024.
Tahun
No. Jenis Usaha Luas (Ha) Arahan Pencapaian
Pelaksanaan
1. Pembangunan usaha Tahun 1-5,  Terbentuknya
kayu putih Prioritas 1 Usaha Pengelolaan
Kayu Putih
 Terbangunnya
usaha tanaman
kayu putih untuk
mendukung bahan
baku industri
produk pengolahan
kayu putih
2. Pembangunan Tahun 1-5,  Terbentuknya
ekowisata Pulau Rai Prioritas 1 Usaha ekowisata
Rakit P. Rai Rakit.
 Termanfaatkannya
fenomena tahunan

91
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tahun
No. Jenis Usaha Luas (Ha) Arahan Pencapaian
Pelaksanaan
berpindahnya sapi
antar pulau
sebagai salah satu
atraksi dan obyek
wisata andalan P.
Sumbawa
3. Pengelolaan dan Tahun 1-10,  Terbentuknya
Pengambangan Prioritas 1 Usaha
Usaha Tanaman Jati pengelolaan
Hutan Tanaman
Jati
 Terbangun usaha
hutan tanaman
Jati untuk
mendukung bahan
baku berbagai
industri
pengolahan Jati

Untuk dapat memanfaatkan wilayah tertentu menuju unit-unit bisnis yang


tangguh dan dapat memandirikan KPH sesuai dengan arahan yang
ditetapkan, maka terdapat beberapa prakondisi yang harus dipenuhi oleh
pengelola KPHL Ampang, yaitu;
1. Telah tersedia baseline data potensi hasil inventarisasi pada tahun ke-1
(2015);
2. Telah tersusunnya dokumen business plan KPHL Ampang (2015);
3. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) pada tahun ke-2 (2016);
4. Tersedianya sarana prasarana pengelolaan yang memadai (reliable)
untuk mendukung operasionalisasi (2015-2024);
5. Tersedianya sumberdaya manusia pengelola yang memadai dan memiliki
keterampilan dalam membangun unit bisnis (2015-2024)
6. Kelembagaan KPHL Ampang menjadi Satuan Kerja Pelaksana Daerah
(SKPD) pada tahun 2016;
7. Terbitnya regulasi di daerah yang mendukung percepatan pembangunan
unit bisnis (2015-2024).

92
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Berdasarkan prioritas dan prakondisi yang telah dijelaskan diatas, berikut


adalah rincian kegiatan strategis yang harus dilaksanakan dalam
memanfaatkan wilayah tertentu untuk mewujudkan unit-unit bisnis utama
(core business) KPHL Ampang selama kurun waktu 2015 - 2024.

Tabel 5.6. Rincian Kegiatan Strategis dalam Membangun Core Business yang
Memanfaatkan Wilayah Tertentu.
No. Uraian Kegiatan Target Pencapaian Target Waktu
1. Penyediaan sarana  Tersedianya sarana dan 2015-2024
dan prasarana prasarana yang cukup memadai
pembangunan core untuk membangun core
business business KPHL Ampang

2. Inventarisasi hutan  Diperoleh data potensi baik 2015-2016


pada wilayah tertentu kayu maupun bukan kayu, jasa
dengan prioritas area lingkungan, ekowisata
yang akan dibangun  Diperoleh data kondisi sosial,
menjadi core ekonomi dan budaya
bussines masyarakat sekitar
 Diketahuinya penyebaran kelas
diameter berbagai jenis tegakan
komersil dan non komersil.
 Penghitungan pengaturan hasil
berdasarkan etat luas dan
berdasarkan etat volume,
khusus untuk blok
pemberdayaan tanaman Jati

3. Penataan hutan dan  Mantapnya blok dan petak pada 2015-2016


penetapan areal areal pemanfaatan wilayah
kelola pemanfaatan tertentu yang dikelola oleh
wilayah tertentu KPHL Ampang dengan prioritas
utama wilayah yang akan
dikembangkan menjadi core
business

4. Prakondisi  Tersusunnya buku bussines 2015-2017


Pembangunan core plan untuk core bussines yang
bussines KPHL menjadi prioritas 2015-2024
Ampang  Terbentuknya Kelas
Perusahaan Prioritas

5. Penguatan  Terbentuknya kelembagaan  2015-2016


kelembagaan dan pengelola tingkat tapak
SDM KPHL Ampang setingkat SKPD untuk KPHL
Ampang
 Peningkatan kuantitas dan  2015-2024
kapasitas petugas KPH
terutama terkait dengan bisnis
yang akan dibangun

93
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

No. Uraian Kegiatan Target Pencapaian Target Waktu


6. Penerapan Pola  Penunjukkan kawasan tertentu 2016-2017
Pengelolaan sebagai wilayah kelola KPHL
Keuangan (PPK) Ampang oleh Menteri
Badan Layanan Kehutanan
Umum Daerah  Penetapan oleh Pemerintah
Kabupaten Sumbawa sebagai
KPH dengan PPK BLUD

7. Operasionalisasi  Terlaksananya kegiatan 2015-2021


Usaha Tanaman pembangunan dan
Kayu Putih pengusahaan tanaman kayu
putih (persemaian, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan,
pengolahan)
 Terbangunnya kemitraan dan
kerjasama dengan masyarakat
dan atau investor
 Tersusunnya RKT
 Tersedianya struktur organisasi
dan SDM yang berkaitan
dengan unit produksi,
pengolahan dan pemasaran

8. Operasionalisasi  Terbangunnya kerjasama 2015-2020


Usaha Ekowisata dengan investor dan atau
Pulau Rai Rakit masyarakat yang tertarik
mengembangkan usaha
ekowisata
 Tersusunnya rancang bangun
sarana dan prasarana
pendukung pembangunan
usaha ekowisata.
 Tersedianya struktur organisasi
dan SDM yang berkaitan
dengan unit usaha ekowisata
 Mengembangkan bentuk-bentuk
promosi dan pemasaran melalui
berbagi media

9. Operasionalisasi  Terlaksananya pemanfaatan 2015-2024


Usaha Tanaman Jati dan pembangunan tanaman jati
pada Hutan  Terbangunnya sumber benih
Tanaman dan pembibitan jati
 Terbangunnya kerjasama
dengan investor dalam
pengusahaan hutan tanaman
 Tersusunnya RKT
 Tersedianya struktur organisasi
dan SDM yang berkaitan
dengan unit produksi,
pengolahan dan pemasaran.

94
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

No. Uraian Kegiatan Target Pencapaian Target Waktu


10. Penyusunan aturan-  Tersedianya Aturan 95okum 2016-2024
aturan 95okum untuk (Perbup, Perda) yg mendorong
mendorong kemudahan pembangunan unit
terciptanya unit-unit bisnis (persyaratan investasi,
bisnis yang sumbangan pihak ke-3, dll)
menguntungkan
dengan skema
kerjasama dan
kemitraan

11. Pengembangan  Tersedianya SDM terampil


jejaring pasar produk dalam bidang pemasaran
hasil bisnis KPHL  Terbangunnya e-business
 Terlaksananya temu usaha
secara rutin
 Pertemuan rutin KISS dengan
pihak terkait

12. Peningkatan  Terlaksananya kegiatan


kapasitas petugas pelatihan/magang/studi banding
KPH dan masyarakat
dalam pengelolaan
bisnis

5.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu instrumen kegiatan yang


tidak terpisahkan dalam rencana pengelolaan wilayah KPHL Ampang.
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dikembangkan
sebagai bagian dari rencana pengelolaan KPHL Ampang didasarkan pada
Permenhut No. P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan.

Tujuan pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan


adalah dalam rangka mengakomodir masyarakat setempat untuk
mendapatkan manfaat secara langsung, melalui penguatan kapasitas dan
pemberian akses, ikut serta dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari
dan secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang
tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan professional. Hal tersebut sangat
dibutuhkan, dimana untuk membangun tata kelola hutan yang baik dan unit-

95
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

unit bisnis yang berkelanjutan, maka dibutuhkan kapasitas yang berimbang


antara pemerintah/pengelola hutan, masyarakat dan dunia usaha. Kegiatan
pemberdayaan ditujukan kepada masyarakat yang berada dan berkegiatan
disekitar dan didalam kawasan KPHL Ampang, yang tersebar di 23 desa dan
4 kecamatan. Untuk mencapai tujuan pemberdayaan tersebut, diperlukan
langkah-langkah yang dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan strategis
pemberdayaan masyarakat sebagai berikut :

Tabel 5.7. Rincian Kegiatan Strategis dalam Melakukan Pemberdayaan


Masyarakat di Sekitar KPHL Ampang.
Target Target
No Uraian Kegiatan Target pencapaian
Waktu Lokasi
1 Prakondisi  Diperoleh database 2015 -  23 desa di 4
kegiatan kondisi sosial, 2016 kecamatan
pemberdayaan ekonomi, budaya dan dengan
kelembagaan prioritas
masyarakat sekitar wilayah
KPHL tertentu
 Ketersediaan SDM yang akan
yang kompeten dalam dijadikan
kegiatan core
pemberdayaan business 10
masyarakat tahun
 Terbangunnya mendatang
kerjasama dengan
LSM dan perguruan
tinggi untuk
pengembangan
kegiatan
pemberdayaan

2 Sosialisasi KPHL  Sosialisasi 2015 -


Ampang keberadaan, tupoksi 2020
KPHL Ampang
 Sosialisasi peraturan
perundangan atau
kebijakan terkait
kemitraan

3 Penguatan  Terselenggaranya 2015 -


kelembagaan pertemuan berkala 2024
masyarakat antara masyarakat
dan pengelola KPH
 Terbentuknya
kelompok-kelompok
usaha (koperasi,dll)
yangdapat bermitra
dengan KPH

96
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Target Target
No Uraian Kegiatan Target pencapaian
Waktu Lokasi
 Temu usaha secara
berkala (masyarakat-
KPH-pelaku usaha)

4 Peningkatan  Training 2016 -


kapasitas keterampilan/worksho 2024
masyarakat p yang berkaitan
dengan pengelolaan
hutan, pengolahan
HHK dan HHBK,
pemasaran (kemasan,
branding, dll)
 Studi banding
ketempat yang lebih
berhasil

5 Operasionalisasi  Penandatanganan 2012 -


kemitraan bersama kontrak kerja dengan 2024
masyarakat masyarakat
 Fasilitasi sarana
prasarana untuk
pembangunan unit
bisnis yang bermitra
dengan masyarakat

Tabel 5.8. Rincian Lokasi, luas Blok, Prioritas, Kelompok Sasaran pada
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat KPHL Ampang.
Lokasi
No. Arahan Blok Prioritas
Kecamatan Desa
1. Blok Ampang Kampaja Boal 1
Pemanfaatan Gapit
HHK-HT Pamanto
Blok Sepayung
Pemanfaatan
Kawasan, Jasa
Lingkungan,
HHBK dan
Ekowisata
3 Blok 2
Pemanfaatan
HHK-HA
4 Blok 2
Pemberdayaan
Masyarakat
5 Blok Inti 3
6 Blok HL 1
Pemanfaatan

97
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.4 Pembinaan dan Pemantauan pada Areal KPHL Ampang yang telah
ada Ijin Pemanfaatan maupun Penggunaan Kawasan Hutan

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2 sebelumnya, bahwa secara de


facto sampai saat ini di wilayah KPHL Ampang belum ada bentuk-bentuk
perijinan berupa ijin kelola maupun ijin pemanfaatan kawasan hutan, baik
yang diberikan kepada masyarakat maupun investor. Namun demikian,
sangat dimungkinkan kedepannya nanti berkembang pola-pola kerjasama
dan kemitraan dalam berbagai bentuk skema perijinan. Oleh karena itu,
nantinya kegiatan pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan
penggunaan kawasan hutan pada areal yang diberikan ijin akan menjadi
tanggung jawab KPH. Pengelola KPH dituntut untuk mengembangkan pola-
pola pemantauan dan pembinaan terhadap pemegang ijin baik yang aktif
maupun kurang aktif ataupun penggunaan kawasan lainnya seperti tambang
jika ada.

5.5 Penyelenggaraan Rehabilitasi pada Areal di Luar Ijin

Wilayah KPHL Ampang saat ini secara keseluruhan merupakan wilayah


tertentu, sehingga kegiatan rehabilitasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pengelola KPHL Ampang. Keberadaan lahan kritis yang terdapat di wilayah
KPHL Ampang saat ini luasnya mencapai 15.800,1 ha, maka dalam kurun
waktu 10 tahun lahan kritis tersebut secara bertahap akan direhabilitasi.
Oleh karena itu, setiap tahunnya pengelola KPHL Ampang harus
merehabilitasi ± 1500 Ha. Untuk mendukung keberhasilan kegiatan
rehabilitasi, maka KPHL Ampang harus dilengkapi oleh persemaian
permanen yang dapat menyediakan bibit dengan kualitas yang baik secara
berkelanjutan sepanjang masa rehabilitasi dilaksanakan.

98
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 5.9. Rincian Kegiatan Strategis dalam Merehabilitasi Lahan Kritis di


Area KPHL Ampang.
Target Target
No Uraian Kegiatan Target pencapaian
Waktu Blok/Petak
1 Prakondisi  Tersedia peta lahan 2015  Seluruh
rehabilitasi lahan kritis KPHL Ampang area KPHL
kritis  Tersedia peta Ampang
kesesuaian lahan
KPHL Ampang
 Tersedianya buku
rencana rehabilitasi
lahan 2015-2024
 Tersedianya data-
data sumber mata air

2 Penyediaan sarana  Tersedianya 2015-


dan prasarana Persemaian 2020
rehabilitasi Permanen
 Tersedianya sarana
prasarana
penanaman dan
pemeliharaan secara
berlanjut
 Tersedianya sarana
transportasi
pengangkutan bibit

3 Monitoring dan  Evaluasi berkala 2015-


evaluasi kinerja dan kinerja dan 2020
kesehatan DAS kesehatan DAS
 Evaluasi berkala
tanaman hasil
rehabilitasi
 Tersedianya
dokumen evaluasi
berkala
 Tersedianya sarana
dan prasarana
pendukung monev
seperti : perangkat
pengukur kualitas
tanah dan air
 Terbangunnya pos-
pos pengumpul data
dasar monev seperti
: SPAS, penakar
hujan
 Terlaksananya
pertemuan berkala
multipihak berkaitan
dengan pengelolaan
DAS terpadu

99
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Target Target
No Uraian Kegiatan Target pencapaian
Waktu Blok/Petak

4. Peningkatan  Tersedianya SDM


kapasitas SDM terampil dalam
dalam monev DAS pencatatan,
penggunaan dan
analisis data hasil
pengukuran

Secara detail, sebaran dan tingkat kekritisan lahan KPHL Ampang yang
harus direhabilitasi disajikan pada Tabel 5.10 dibawah ini.
Tabel 5.10. Sebaran dan Tingkat Kekritisan Lahan KPHL Ampang.
Blok dan Lahan
Luas (ha) Kecamatan Desa Petak
Kritis
HL Pemanfaatan :
Potensial kritis 5.335,27 Plampang SP I Prode, SP II HL 2–5; HL
Prode, SP III 9–13; HL
Prode, Sepayung, 15; HL 27-
Selante, Usar, SP 43; HL 49-
IV Buin Batu 50; HL 54;
Empang Boal, Empang HL 61; HL
atas, Jotang, 63-65; HL
Jotang Beru, 67-81; HL
Ongko, Gapit. 83; HL 85-
Labangka Suka Mulya 93; HL 99-
128.
Agak Kritis 298,80 Plampang SP II Prode, SP HL 70-73;
III Prode, HL 75-78;
Sepayung HL 88-91
Empang Boal
Total I 5.634,07
HL Inti :
Potensial Kritis 1.123,65 Plampang Sepayung, Usar Tidak
Labangka Suka Mulya menggunak
Empang Boal, empang an
atas, jotang, pendekatan
jotang beru, petak
lamenta, ongko, pengelolaan
pamanto
Total II 1.123,65
HP Pemanfaatan
HHK-HT :
Potensial Kritis 1.630,06 Plampang Sepayung, Teluk HP 143-
Santong, SP III 153; HP
Prode 155-159;
Empang Boal, Empang HP 161-
atas, Jotang, 164; HP
Gapit, Pamanto 167-170;

100
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Blok dan Lahan


Luas (ha) Kecamatan Desa Petak
Kritis
HP 174-
184; HP
186-201;
HP 204-
214, HP
216, HP
218, HP
220.
Agak Kritis 912,16 Plampang Sepayung, SP III HP 168-
Prode 190; HP
Empang Boal 192-198;
HP 212
Kritis 531,38 Plampang Sepayung, Teluk HP 199-
Santong 200, HP
203-209,
HP 211, HP
213-220.
Total III 3.037,60
HP Pemanfaatan
Kawasan, Jasa
Lingkungan, dan
HHBK
Potensial Kritis 1.987,08 Plampang Teluk Santong HP 31-42;
Empang Ongko HP 51-53;
Terano Labuan Aji, HP 55-94;
Labuan Jambu, HP 96-106
Banda
Agak Kritis 1.380,76 Plampang Teluk Santong HP 1-8; HP
Tarano Labuan Aji, 21; HP 26-
Labuan Jambu, 29; HP 51;
Pidang HP 73-106
Kritis 1.066,19 Plampang Teluk Santong HP 7-31;
Tarano Labuan Jambu, HP 51-52
Banda
Total IV 4.434,03
HP Pemberdayaan
Masyarakat
Agak Kritis 192,78 Plampang Sepayung HP 238-
Empang Boal 246; HP
250
Potensial Kritis 1.130 Plampang Sepayung HP 221-
Empang Boal, Gapit 224; HP
226-250
Total V 1.322,78
HP Perlindungan
Potensial Kritis 363,12 Empang Lamenta Tidak
Tarano Labuan Jambu, menggunak
Banda an
Agak Kritis 496,77 Tarano Labuan Jambu, pendekatan
Banda, Pidang petak

101
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Blok dan Lahan


Luas (ha) Kecamatan Desa Petak
Kritis
Kritis 1.298,79 Tarano Labuan Jambu, pengelolaan
Banda, Pidang
Total VI 2.158,68
Total 17.710,81
Keseluruhan

5.6 Pembinaan dan Pemantauan Pelaksanaan Rehabilitasi dan


Reklamasi pada Areal yang sudah ada Ijin Pemanfaatan dan
Penggunaan Kawasan Hutan

Wilayah KPHL Ampang sampai dengan saat ini belum dijumpai adanya
bentuk skema perijinan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Namun demikian, pengelola KPHL Ampang tetap harus mempersiapkan
rencana kegiatan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi di dalam wilayah KPHL Ampang yang nantinya ada kemungkinan
untuk diberikan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Antisipasi ini merupakan bentuk tanggap dari pengelola KPHL Ampang
disebabkan besar kemungkinan selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun
akan ada bentuk skema perijinan yang akan diberikan oleh pengelola KPHL
Ampang kepada pihak ketiga. Penyusunan protocol kerjasama harus mulai
dilakukan oleh KPHL Ampang.

Pada prinsipnya, kegiatan pembinaan dan pemantauan ini merupakan


bagian dari tuposi yang melekat bagi pengelola KPHL Ampang dalam rangka
memastikan bahwa pihak ketiga yang mendapatkan ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan di wilayah KPHL Ampang melaksanakan
kewajibannya untuk memulihkan kondisi biofisik hutan baik melalui kegiatan
rehabilitasi maupun reklamasi.

5.7 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Penyelenggaraan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam lebih di


arahkan pelaksanaannya pada blok HL inti dan blok HP perlindungan.
Adapun bentuk-bentuk kegiatannya, antara lain; (1) deliniasi areal

102
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

perlindungan setempat dan enclave, (2) penyusunan SOP perlindungan


hutan dan konservasi alam, (3) upaya perlindungan dan pengawetan flora
dan fauna yang dilindungi melalui kegiatan penyadaran dalam bentuk
penyuluhan, penyusunan SOP dan upaya konservasi HCVF. Kegiatan
perlindungan hutan dan konservasi alam ini juga ditujukan untuk melindungi
sumberdaya air yang berada dan berasal dari kawasan hutan KPHL
Ampang. Ketersediaan sarana dan prasarana seperti; perlengkapan
lapangan, kendaraan bermotor, bangunan/menara pengamat dan sarana
komunikasi serta tenaga yang terampil dalam pengamanan, identifikasi jenis
dan pengamatan perilaku satwa sangat dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam.

5.8 Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Ijin

Sebagaimana telah diuraikan di sub bab 5.6. diatas bahwa sampai saat ini di
wilayah KPHL Ampang belum terdapat pemegang ijin kelola dan
pemanfaatan kawasan hutan, baik yang diberikan kepada masyarakat
maupun investor. Seluruh wilayah kelola KPHL Ampang merupakan
kawasan tertentu yang menjadi tanggung jawab dari pengelola. Akan tetapi
untuk mewujudkan berbagai misi yang salah satunya adalah kemandirian
melalui pembangunan core business dengan skema kemitraan bersama
masyarakat dan pihak ketiga, tidak tertutup kemungkinan kemitraan yang
dilaksanakan juga berbentuk pemberian ijin kelola. Untuk mengantisipasi
keberadaan ijin didalam wilayah KPH, maka KPHL Ampang harus
mempersiapkan segala sesuatu terutama kegiatan yang berkaitan dengan
penyiapan, antara lain; (1) protokol pertukaran data dan informasi, (2) SOP
MRV kinerja perijinan, (3) rapat kerja berkala dan (4) rapat situasional.

5.9 Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Koordinasi dan sinergi dengan berbagai instansi dan stakeholder terkait


merupakan salah satu aspek non teknis yang memegang peranan penting
dalam keberlangsungan pengelolaan hutan di KPHL Ampang. Mengingat

103
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

posisi strategis wilayah kelola KPHL Ampang bagi pembangunan di daerah,


khususnya Kabupaten Sumbawa dan berbagai permasalahan yang dihadapi
seperti illegal loging yang cukup masif, maka banyak pihak dan sektor sangat
berkepentingan terhadap kawasan ini.

Kenyataan menunjukkan bahwa sistem perencanaan pembangunan yang


selama ini terkesan masih sangat sektoral, menyebabkan seringkali
perencanaan yang sudah disusun dengan sedemikian rupa tidak dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukan karena program tidak bagus
ataupun kemampuan teknis tidak mencukupi, akan tetapi lebih pada
persoalan non teknis, seperti cara pandang dan permasalahan komunikasi.

Merujuk pada visi dan misi KPHL Ampang terlihat jelas bahwa untuk
mewujudkan visi misinya, pengelola KPHL Ampang harus membangun
kerjasama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa
program/kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan, mengingat
aktivitas pengelolaan hutan yang dilakukan sangat beragam. Adapun pihak-
pihak yang sangat terkait tersebut diantaranya adalah pemerintah daerah
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten (Dishut, Diskoperindag,
Distamben, Bappeda, Sekda), Kepala Desa/tokoh masyarakat, LSM
setempat, Universitas, Pemerintah pusat (BPKH, BP2HP, BPDAS, BKSDA,
Balitbanghut) dan Rumah Akademisi Kehutanan Indonesia (RAKI).

Guna mendukung efektivitas dari kegiatan koordinasi dan sinkronisasi


program seyogyanya didukung oleh beberapa perangkat diantaranya SOP
komunikasi yang didalamnya sudah termasuk adanya rapat koordinasi
ataupun Focus Group Discussion yang diselenggarakan secara periodik,
minimal 1 kali setiap tahun. Pertemuan periodik tersebut bertujuan untuk
melakukan review atas rencana pengelolaan, penyiapan dan sosialisasi RKT
ataupun situasi eksternalitas (illegal logging, kebakaran hutan, bencana dll).
Pembentukan sebuah wadah komunikasi multipihak misalnya dalam bentuk
forum juga sangat dibutuhkan, mengingat KPHL Ampang saat ini masih
berada dalam kondisi yang serba terbatas. Forum multipihak ini dapat terdiri
dari unsur pemerintah, legislatif, swasta/pengusaha, LSM, kelompok

104
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

masyarakat dan universitas. KPHL Ampang didorong pula untuk dapat


berperan dalam kerjasama dengan kelembagaan seperti Forum DAS
mengingat KPHL Ampang memiliki peran yang sangat penting dalam
mempertahankan kinerja dan kesehatan DAS.

5.10 Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Berdasarkan Peraturan Bupati Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008 diketahui


bahwa unit KPH merupakan salah satu UPTD di Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Sumbawa. Untuk mengakomodir amanat PP 6
tahun 2007 jo PP 3 tahun 2008 dan Peraturan Bupati Sumbawa Nomor 1
Tahun 2008, maka struktur, tata hubungan kerja dan rencana kebutuhan
SDM KPHL Ampang kedepan adalah sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi KPHL Ampang yang ideal dalam rangka mendukung
kegiatan pengelolaan hutan disajikan dalam bentuk Gambar 5.1. dibawah ini.

Kepala KPHL Ampang

Sub Bagian
Kelompok Jabatan Tata Usaha (TU)
Fungsional

Seksi Rehabilitasi dan Seksi Penataan dan Seksi Promosi dan


Produksi Hutan Perlindungan Hutan Pemasaran

BKPH Tarano BKPH Ampang BKPH Plampang

RPH: Labuhan Jambu, RPH: Ongko, RPH: Teluk


Labuhan Aji Banda, dan Jotang, Boal, Santong, Prode,
Bantulante Lamenta dan Gapit dan Labangka III

Gambar 5.1. Struktur Organisasi KPHL Ampang.

105
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BKPH dibagi kedalam beberapa resort KPH yang masing-masing dibantu


oleh Mandor, terdiri dari Mandor Pemeliharaan, Mandor Penanaman, Mandor
Penebangan dan sebagainya. Organisasi struktural diatas, di dukung oleh
organisasi fungsional yang termasuk di dalamnya tugas operasional serta
tugas pelayanan, seperti; perencanaan, pelatihan, inventarisasi dan lain-lain.
Tugas operasional meliputi pemantapan kawasan, TPTI dan THPB
(silvikultur dan produksi), pemanfaatan, pemasaran, sarana dan prasarana.

2. Tata Hubungan Kerja

Tata hubungan kerja antar institusi kehutanan sebagaimana dalam mandat


organisasi sangat tergantung pada bentuk organisasi KPH. Mengingat
Kelembagaan KPH Ampang berbentuk UPTD maka hubungan kerja yang
menyangkut konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah pusat dan SKPD
lainnya dilakukan tidak langsung melalui institusi yang berada di atasnya,
serta pembinaan teknis dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Sumbawa.

Secara linier hubungan instruksi dilakukan Dinas Kehutanan dan


Perkebunan Kabupaten Sumbawa kepada UPTD KPHL Ampang sedangkan
koordinasi keluar tidak dapat dilakukan oleh UPTD KPHL Ampang.
Hubungan konsultasi dapat dilakukan kepada Dinas Kehutanan tingkat
kabupaten dan provinsi serta organisasi lingkup kehutanan pusat meliputi
Kementerian Kehutanan, BP DAS, BKSDA, Balai TNGR, Balai Penelitian dan
Pengembangan, BPKH, Balai Mangrove, BPTH, dan lain-lain.

3. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja

Kepala KPH adalah seorang yang mampu dan berdedikasi menjalankan


fungsi dan tugas yang di bebankan kepada KPHL Ampang seperti di uraikan
diatas. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka seorang KKPHL Ampang
perlu mempunyai pengetahuan setingkat sarjana yang telah berpengalaman
kerja sekurang-kurangnya 10 tahun dalam pengusahaan hutan. Uraian
detail terkait prasyarat jabatan dalam struktur organisasi KPHL Ampang
disajikan pada Tabel 5.11. dibawah ini.

106
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 5.11. Prasyarat Jabatan dalam Struktur Organisasi KPHL Ampang.


Persyaratan
Tingkat Sarjana
No. Jabatan D-3 D-1
S.Hut lain yg SKMA SLTA
kehutanan Kehutanan
sesuai
1. KKPH ♦
2. KBKPH ♦ ♦♦ ♦♦♦
3. Kepala bagian ♦ ♦♦ ♦♦♦
4. Kepala resort ♦ ♦♦ ♦♦♦
5. Kepala seksi ♦ ♦♦
6. Penanggung
jawab ♦ ♦♦
keamanan
7. Petugas
penjaga ♦
keamanan
8. Staf ♦
administrasi
9. Staf fungsional ♦♦

Keterangan :
♦ : dapat diangkat langsung, tanpa persyaratan tambahan
♦♦ : dapat diangkat langsung setelah mendapatkan pelatihan khusus guna penyesuaian
bidang keahliannya.
♦♦♦ : dapat diangkat setelah memiliki pengalaman kerja yang cukup memadai

Secara konseptual, struktur organisasi kelembagaan ideal personil pengelola


KPHL Ampang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala KPH, Kepala Sub Bagian
Tata Usaha, Kelompok Jabatan Fungsional, Seksi Perencanaan, Seksi
Rehabilitasi dan Perlindungan serta Seksi Pemanfaatan.

Tabel 5.12. Kebutuhan SDM pada Kelembagaan KPHL Ampang.


Kebutuhan SDM (Orang)
No. BKPH/RPH Jumlah
KBKPH KRPH Staf/Fungsional Mandor
(Ha)
A. Tarano 1 - 8 9
1. RPH Labuhan - 1 - 42 43
Jambu
2. RPH Labuhan - 1 - 28 29
Aji
3. RPH Banda - 1 - 19 20
4. RPH - 1 - 15 26
Batulanteh
B. Ampang 1 - 8 9
1. RPH Ongko - 1 - 29 30
2. RPH Jotang - 1 - 27 28
3. RPH Boal - 1 - 21 22
4. RPH Gapit - 1 -

107
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Kebutuhan SDM (Orang)


No. BKPH/RPH Jumlah
KBKPH KRPH Staf/Fungsional Mandor
(Ha)
C. Plampang 1 - 6 7
1. RPH Labuhan - 1 - 35 36
Teluk Santong
2. RPH Prode - 1 - 26 27
3. RPH - 1 - 26 27
Labangka III
Lapangan 3 11 22 268 297
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi NTB.

Kebutuhan personil kelembagaan KPH secara ideal sebesar 387 orang,


terdiri dari 26 orang yang bertugas di kantor dan 361 orang bertugas
langsung dilapangan, adapun rincian personil berdasarkan jabatan dan
fungsinya adalah sebagai berikut : Kepala KPH : 1 orang; Eselon IV : 3
orang; Staf : 14 orang; Fungsional : 8 orang. Selain itu, untuk
mengembangkan unit-unit bisnis yang dapat memandirikan KPH maka
diperlukan staf-staf fungsional yang terampil dalam bidang; pemberdayaan
masyarakat, pemasaran dan produksi hasil hutan.

Kriteria standar tenaga lapangan untuk hutan produksi : 50 Ha/mandor,


sedangkan untuk hutan lindung : 200 Ha/mandor. Dengan personil yang
cukup diharapkan mampu menggerakan kelembagaan KPH Ampang
sehingga kegiatan pegelolaan kawasan dapat berjalan secara efektif dan
efisien.

Kegiatan pengelolaan hutan harus mendorong pemanfaatan yang efektif dari


berbagai produk jasa dari hutan untuk menjamin kemampuan ekonomi dan
berbagi manfaat lingkungan hidup dan sosial. Pengelolaan hutan harus
berusaha menuju kemampuan ekonomi yang mempertimbangkan penuh
biaya-biaya lingkungan, sosial dan operasional dari produksi serta menjamin
investasi yang diperlukan untuk menjaga produktivitas ekologi dari hutan.
Untuk memenuhi kriteria pengelolaan, maka perlu disusun Rencana kegiatan
Pengelolaan KPH jangka pendek 1 tahun, dan jangka panjang selama 10
tahun. Rencana kegiatan tersebut antara lain : (A). Penyusunan Rencana
Pengelolaan, (B) Rencana Penataan Hutan, (C). Rencana Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan, (D). Rencana Pemanfaatan Hasil Hutan, (E). Rencana

108
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan (F). Rencana Perlindungan


Hutan dan Konservasi Alam, (G). Rencana Pemberdayaan Masyarakat, (H).
RCRencana Organisasi dan Tata Hubungan Kerja KPH, (I). Rencana
Monitoring dan Evaluasi KPH.
Pengadaan personil KPHL Ampang dapat berasal dari :
1. Tenaga yang sudah ada ataupun pengusulan pengadaan personil baru di
Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
2. Tenaga kontrak teknis kehutanan yang merupakan lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK) yang dialokasikan oleh
Kemenhut.
3. Tenaga Kontrak Sarjana Kehutanan dan Sarjana bidang lainnya yang
memenuhi persyaratan, yang direkrut melalui program Bakti Sarjana
Kehutanan (Basarhut) ataupun Bakti Rimbawan (Bakwan) dari
Kementerian Kehutanan.
4. Tenaga kontrak yang berasal dari masyarakat sekitar kawasan hutan
KPHL Ampang.
5. Tenaga professional

5.11 Penyediaan Pendanaan

Pendanaan untuk pembangunan KPH sebagaimana telah diatur dalam PP. 6


Tahun 2007 Jo, PP. 3 Tahun 2008 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan di Pasal 10 poin 1
dan 2 disebutkan bahwa Pemerintah, pemerintah provinsi dan
kabupaten/Kota sesuai kewenangannya bertanggungjawab terhadap
pembangunan KPH dan infrastrukturnya. Oleh karena itu, sumber
pendanaan KPHL Ampang dapat dan berasal dari antara lain; 1) APBN, 2)
APBD Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa, serta 3) dana lain yang tidak
mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Potensi penggalian sumber pendanaan yang bukan berasal dari APBN dan
APBD akan diupayakan melalui pengembangkan kerjasama dengan pihak
swasta, lembaga donor, LSM maupun perguruan tinggi. Skema pendanaan

109
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

dari pihak ketiga tersebut dapat berupa dalam bentuk in cash, in kind
maupun co-sharing disesuaikan dengan kegiatan kerjasama yang akan
dikembangkan.

Beberapa sumber pendanaan yang potensial untuk dapat mendukung


operasionalisasi KPHL Ampang yang memungkinkan untuk diperoleh,
diantaranya; 1) APBN yang berasal dari konvergensi BUK, BPDAS-PS,
BP2SDMK, Litbang, 2) PNBP dari kegiatan penjarangan tegakan jati eks
Perum Perhutan, 3) Kemitraan dengan pemegang ijin, 4) Usaha lain yang
sah, dan 5) Kerjasama dengan pihak lainnya yang tidak mengikat mengingat
banyaknya lembaga donor yang memiliki focus perhatian terhadap
pengelolaan sumberdaya hutan.

Secara umum, pendanaan operasional KPHL Ampang baik yang bersumber


dari APBN, APBD maupun pihak ketiga akan diarahkan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan yang telah tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan
selama kurun waktu 10 tahun (Tahun 2015-2024).

5.12 Pengembangan Database

Database atau pangkalan data merupakan kunci dari keberhasilan bagi


pengelolaan kawasan. Keakuratan dan ketelitian data adalah inti dari
perencanaan pengelolaan hutan. Sehingga untuk menjadi sebuah
organisasi yang kuat yang dapat mengelola kawasannya dengan efektif dan
efisien, keberadaan pangkalan data yang terpelihara merupakan salah satu
prasyarat bagi keberhasilan pengelolaan di tingkat tapak.

Sesuai misi yang telah ditetapkan bahwa kedepan KPHL Ampang harus
membangun sistem informasi berbasis Informasi Teknologi (IT) untuk menuju
akuntabilitas pengelolaan hutan di tingkat tapak. Oleh karena itu, langkah-
langkah yang akan dilakukan antara lain: (1) pengembangan sistem
database, (2) penyusunan SOP penggunaan database, (3) diklat
pengelolaan database dan (4) pemantauan pengelolaan database. Selain
itu, pengembangan database diarahkan untuk menunjang pengembangan

110
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

KPH berbasis ilmu pengetahuan sehingga ketersediaan PUP,


arboretum/kebun koleksi, kebun sumber benih dan sarana prasarana yang
berstandar nasional/internasional harus dimiliki oleh KPHL Ampang.

5.13 Rasionalisasi Wilayah Kelola

Kegiatan rasionalisasi wilayah kelola KPHL Ampang sesungguhnya telah


mulai dilakukan pada tahun 2013 melalui kegiatan rekonstruksi tata batas
yang dilaksanakan oleh BPKH Wilayah VIII Denpasar. Hasil dari
rekonstruksi tata batas tersebut, luas wilayah kelola KPHL Ampang adalah
seluas 40.633,37 Ha yang sebelumnya adalah 38.681 Ha sesuai dengan
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 751/Menhut-II/2012 Tentang
Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model Ampang
(Unit XIV) yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara
Barat Seluas ± 38.681 (Tiga Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Delapan Puluh
Satu) Hektar.

Wilayah kelola KPHL Ampang seluas 40.633,37 Ha merupakan wilayah


tertentu yang dibagi kedalam 7 arahan blok. Seperti diketahui bersama
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di lapangan bersifat
sangat dinamis maka kegiatan rasionalisasi wilayah kelola KPHL Ampang
akan dilakukan dalam rangka melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap berbagai perkembangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan.

Kegiatan rasionalisasi wilayah kelola KPHL Ampang paling lambat akan


dilaksanakan pada tahun kelima (Tahun 2019) bersamaan dengan kegiatan
inventarisasi berkala dan review rencana pengelolaan. Kegiatan
rasionalisasi ini dilakukan dalam rangka memastikan kondisi terkini
pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu dikarenakan pada saat
penyusunan dokumen rencana pengelolaan ini seluruh wilayah kelola KPHL
Ampang merupakan wilayah tertentu.

111
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.14 Review Rencana Pengelolaan

Berdasarkan ketentuan yang ada, review rencana pengelolaan akan secara


perodik dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sekali. Penyusunan
rencana pengelolaan sejak awal telah membuka ruang untuk dilakukannya
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi yang terjadi di lapangan dalam
setiap pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Kegiatan review ini yang
dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali ini dimaksudkan untuk mandapatkan
informasi terkini (up to date) yang akurat tentang perkembangan
pelaksanaan kegiatan maupun capaian kegiatan di masing-masing blok dan
petak wilayah kelola KPHL Ampang. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
memastikan apakah pelaksanaan kegiatan di lapangan berjalan sesuai
dengan arahan kebijakan pengelolaan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan kegiatan review rencana pengelolaan KPHL Ampang periode


2015-2024 diarahkan untuk mengkaji lebih cermat tentang sejauhmana
pencapaian misi. Oleh karena itu, review yang dilakukan adalah dalam
rangka menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Sudah mantapkah areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha
2. Apakah kondisi DAS di wilayah KPHl Ampang dalam keadaan sehat
3. Sejauhmana perkembangan core business yang dilaksanakan mampu
mendorong terwujudnya kemandirian lembaga dalam pengelolaan hutan
4. Efektivitas pengamanan hutan yang dilakukan mampu melindungi
keanekaragaman hayati
5. Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam mendukung
praktek pengelolaan hutan yang berkelanjutan
6. Ketersediaan SDM yang memadai dalam mendukung penguatan
kapasitas lembaga
7. Seberapa besar kontribusi yang telah disumbangkan dari kegiatan
pengelolaan hutan KPHL Ampang terhadap pembangunan daerah.

112
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

5.15 Pengembangan Investasi

Kegiatan pengembangan investasi oleh KPHL Ampang dapat dimulai dengan


Melakukan penyusunan business plan untuk setiap kelas perusahaan yang
menjadi prioritas pembangunan. Kemudian KPHL Ampang dapat membuka
akses investasi dengan bantuan Badan penanaman modal daerah/Nasional,
komunikasi dengan perusahaan kehutanan besar yang reputable, kerjasama
investasi sekala kecil dengan Kementerian Koperasi dan UKM.

Arahan kebijakan untuk pengelolaan/industri kehutanan KPHL Ampang


meliputi; (1). Stabilisasi pemenuhan kebutuhan hasil hutan untuk memenuhi
kebutuhan industri, pencegahan illegal logging dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pemanfaatan hutan alam,
peningkatan pengelolaan hutan yang tidak dibebani hak/ijin, dan
pengembangan HTI dan HTR, dan HKm, (2). Peningkatan upaya
pemanfaatan dan diversifikasi produk hasil hutan kayu dan bukan kayu, dan
(3). Pengembangan usaha-usaha pengolahan hasil hutan skala kecil dan
menengah bersama masyarakat dan pihak swasta.

Gambaran umum rencana kegiatan pengelolaan hutan KPHL Ampang


periode tahun 2015-2024 yang telah diuraikan secara rigid diatas akan
dituangkan kembali dalam bentuk matriks dibawah ini.

113
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Tabel 5.13. Matriks Rencana Kegiatan KPHL Ampang Periode Tahun 2015-2024.
Jumlah Anggaran (x Rp 1.000.000)
Misi Program danKegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
I Mewujudkan areal kerja KPHL Ampang seluas 40.633,37 ha yang mantap
Program 1. Pemantapan kawasan hutan dan batas kelola hutan
1. Rekonstruksi, pemeliharaan, dan pemetaan tata batas 220 220 220 100 100 100 100 100 100 100
2. Penataan batas blok dan petak 100 100 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Sosialisasi dan koordinasi batas wilayah kelola KPHL Ampang 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0
II Mempertahankan dan memulihkan daya dukung DAS melalui kegiatan perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan lahan
Program 1. Perlindungan dan Rehabilitasi
1. Identifikasi dan inventarisasi areal perlindungan dan rehabilitasi 400 400 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Identifikasi dan inventarisasi sumber mata air 120 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Pembuatan persemaian permanen 140 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Rehabilitasi lahan 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 0 0 0 0 0
5. Pemeliharaan Tanaman 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
6. Pengayaan Tanaman 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
7. Pembuatan bangunan teknis Konservasi Tanah dan Air 2.000 2.000 2.000 0 0 0 0 0 0 0
Program 2. Evaluasi dan Monitoring Kinerja dan Kesehatan DAS
1. Evaluasi kinerja dan kesehatan DAS secara periodik 0 0 150 0 0 0 0 150 0 0
2. Pembangunan 4 stasiun pemantauan aliran sungai (SPAS) 800 800 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Pembangunan 2 pos penakar hujan di hulu DAS 0 130 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Pengadaan paket perangkat pengukur kualitas air 0 200 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Pengadaan paket perangkat survey tanah 0 80 0 0 0 0 0 0 0 0
6. Pemeliharaan sarana dan prasarana 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
7. Peningkatan kapasitas SDM untuk evaluasi dan monitoring kinerja dan kesehatan DAS. 50 50 0 0 0 0 0 0 0 0
8. Pertemuan multipihak pengelolaan DAS terpadu 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
III Mewujudkan kemandirian pengelolaan hutan melalui pembangunan core business berbasis komoditi dan jasa hasil hutan, dibawah iklim usaha yang kondusif dan
nyaman melalui skema kemitraan dengan masyarakat dan pihak ketiga
Program 1. Penyediaan data sumberdaya hutan
1. Inventarisasi potensi jasa lingkungan, wisata alam, dan HHBK 200 0 0 0 0 100 0 0 0 0

114
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Jumlah Anggaran (x Rp 1.000.000)


Misi Program danKegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
2. Inventarisasi jenis dan potensi hasil hutan kayu 800 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Inventarisasi sosial ekonomi dan budaya 250 0 0 0 0 250 0 0 0 0
Program 2. Penyusunan Business Plan
1. Penyusunan dokumen Business Plan 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program 3. Penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek
1. Penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek (RKT) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Evaluasi rencana pengelolaan hutan jangka pendek (RKT) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Program 4. Pembangunan core business melalui Kelas Perusahaan (Jati, Kayu putih dan
Ekowisata)
1. Pembangunan infrastruktur 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0 0 0 0 0
2. Pengadaan sarana dan prasarana 2.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0 0 0 0 0
3. Pemeliharaan sarana dan prasarana 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
4. Pembangunan pembibitan 200 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Rekruitmen SDM 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
6. Penguatan kapasitas SDM Pengelola unit bisnis KPH (training, studi banding, magang) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
7. Pengembangan dan penguatan jejaring kerjasama produksi dan pemasaran. 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
8. Pengembangan e-business 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Program 5. Pengembangan KPH sebagai unit bisnis mandiri
1. Pengembangan dan penerapan skema PPK-BLUD 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program 6. Peningkatan kapasitas masyarakat
1. Pembentukan kelompok masyarakat pengeloladan penguatan organisasi kelompok. 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Pelatihan keterampilan pengolahan dan industri kreatif produk hasil hutan 100 0 0 100 0 0 100 0 0 100
3. Pelatihan manajemen organisasi 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
4. Magang dan studi banding 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
5. Pembentukan forum dan jejaring kerjasama antar kelompok mitra intra dan lintas KPH 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Program 7. Pengembangan kemitraan dan networking

115
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Jumlah Anggaran (x Rp 1.000.000)


Misi Program danKegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1. Sosialisasi rencana pengelolaan 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga (masyarakat, dunia usaha, dan perbankan) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
3. Pembangunan system informasi potensi investasi KPH berbasis web. 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0
IV Meningkatkan pengamanan hutan untuk mengurangi illegal logging, mendukung perlindungan dan pengayaan keanekaragaman hayati yang lokal dan endemik
Program 1. Pengamanan hutan
1. Studi valuasi tingkat kerusakan hutan 120 0 0 0 0 120 0 0 0 0
2. Pencegahan kerusakan hutan melalui aksi sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan. 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
3. Rekruitment tenaga pengamanan hutan. 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
4. Patroli rutin pengamanan hutan. 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
5. Peningkatan kapasitas tenaga pengamanan dalam upaya penindakan dan pelaporan 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
6. Pengadaan sarana dan prasarana pengamanan hutan 500 500 500 0 0 0 0 0 0 0
7. Pemeliharaan sarana dan prasarana 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
8. Pengembangan usaha off-farm sebagai upaya mereduksi tekanan masyarakat terhadap 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
sumberdaya hutan
9. Pengembangan system pengembalaan tepadu untuk menekan serangan hama ternak. 80 10 10 10 10 10 10 10 10 10
V Mengembangkan praktek pengelolaan hutan di tingkat tapak berbasis hasil penelitian dan pengembangan
Program 1. Pengembangan IPTEKS
1. Pembangunan jejaring kerjasama dengan lembaga pendidikan dan penelitian. 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
2. Pembuatan petak-petak ukur permanen 80 80 80 80 80 0 0 0 0 0
3. Pembangunan arboretum dan kebun benih 75 75 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Pengembangan penangkaran satwa ex-situ dan in-situ 0 0 100 100 0 0 0 0 0 0
5. Pembentukan unit penelitiandan pengembangan (research and development) mandiri 0 0 0 0 200 0 0 0 0 0
VI Mewujudkan lembaga pengelola di tingkat tapak yang kuat dan mantap didukung oleh SDM yang memadai
Program 1. Peningkatan kapasitas SDM pengelola KPH
1. Pelatihan perencanaan dan penganggaran 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
2. Pelatihan resolusi konflik 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
3. Pelatihan pemantauan dan evaluasi 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

116
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

Jumlah Anggaran (x Rp 1.000.000)


Misi Program danKegiatan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
4. Pelatihan sistem informasi 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Program 2. Pengembangan sistem informasi
1. Pengadaan sarana dan prasarana sistem informasi 300 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Pemeliharaan sistem informasi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Program 3. Pemantauan dan evaluasi ijin pemanfaatan kawasanhutan
1. Pemantauan ijin pemanfaatan hutan 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
2. Evaluasi kegiatan ijin pemanfaatan hutan 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

117
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 6
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN

6.1 Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian agar UPT KPHL Ampang
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan berhasil
guna. Pembinaan dilakukan terhadap sumberdaya manusia pelaksana
pengelolaan hutan dan masyarakat di sekitar kawasan KPHL Ampang.
Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pengelola KPHL
Ampang dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan hutan, baik
berupa pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan
non formal berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian guna
mendukung jalannya pengelolaan hutan.
2. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat
kerjasama diantara pihak pengelola, pemerintah pusat, pemerintah
daerah, mitra dan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan hutan di
wilayah KPHL Ampang.
3. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-
hal baru yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam pengelolaan hutan.
4. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan hutan KPHL Ampang,
mengingat masyarakat di sekitar wilayah KPHL Ampang merupakan
bagian dari kegiatan pengelolaan hutan. Hal ini dapat dilhat dari adanya
pembagian peran terhadap masyarakat.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

6.2 Pengawasan

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja UPT


KPHL Ampang agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan KPHL Ampang
dilakukan oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang
berkompeten dan dilakukan secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan
hutan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Maksud dan tujuan
pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan arahan rencana pengelolaan.

Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi
yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan
hutan KPHL Ampang serta perubahan pada aspek sosial ekonomi
masyarakat. Disamping sebagai penghimpun informasi, pengawasan juga
dapat berfungsi dalam rangka melakukan pemeriksaan terhadap ketepatan
dan kesesuaian sasaran pengelolaan hutan. Pada pemeriksaan
dimungkinkan dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan
kegiatan yang dinilai tidak tepat.

6.3 Pengendalian

Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar


kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Didalam instansi pemerintahan, pengaturan
pengendalian terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian
Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

119
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

undangan. Sedangkan yag dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern


Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah. Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lingkungan
pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan pengendalian
yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda dengan
pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan
penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi, lingkungan,
sejarah dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu
sendiri.

Untuk menjadikan pengelolaan hutan KPHL Ampang berjalan dengan baik


sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada
tingkat manajemen UPT KPHL Ampang, mitra pengelolaan, pemerintah
daerah dan masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit
pengelola sehingga tujuan dari pengelolaan hutan dapat tercapai dan
menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat pimpinan manajemen
UPT KPHL Ampang sampai kepada pelaksana di lapangan sehingga
tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan hutan KPHL Ampang
berjalan berdasarkan prosedur operasional dan tata kerja organisasi Unit
Pelaksana Teknis Dinas KPHL Ampang.

120
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 7
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN
PELAPORAN

7.1 Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap


pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan
pemantauan yang dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur
internal UPTD KPHL Ampang maupun unsur eksternal baik oleh instansi
pemerintah maupun masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap
jalannya pengelolaan kawasan dilaksanakan oleh UPTD KPHL Ampang
bersama-sama dengan instansi terkait dan pihak lembaga swadaya
masyarakat (LSM) sebagai mitra. Pemantauan dilaksanakan dengan
melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan. Hasil yang
diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan
secara berkala.

7.2 Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang dikategorikan
kedalam kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes),
dan manfaat (benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup ;
(1) Pemantauan dan evaluasi oleh internal UPTD KPHL Ampang, (2)
Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain, dan (3) Pemantauan dan
evaluasi oleh masyarakat. Evaluasi keberhasilan program pengelolaan
KPHL Ampang dapat diukur dari :
 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHL Model
Ampang semakin menurun.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

 Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama


yang disekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHL
Ampang dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-
nilai kearifan lokal masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.
 Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
sebagai upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
 Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait
yang memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHL Ampang, yang dimulai
dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten,
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumbawa, UPTD KPHL
Ampang sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas, dan pihak mitra
pendukung.
 Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan.

7.3 Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari


perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada
instansi pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan
disampaikan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP). Pelaporan kinerja dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian
kinerja dari suatu instansi pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang
dikaitkan dengan pencapaian tujuan dan sasarannya. Penyampaian laporan
disampaikan kepada pihak yang memiliki hak atau yang berkewenangan
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Pada kegiatan pelaporan, UPTD KPHL Ampang melaporkan hasil akhir dari
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh UPTD KPHL Ampang
sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Acuan yang digunakan
dalam pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang
berlaku pada lingkup Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Sumbawa. Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja
UPTD KPHL Ampang. Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari

122
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan


bahan laporan sampai ke pada tahap penyusunan Laporan Bulanan,
Laporan Triwulan, Laporan Semester, dan Laporan Tahunan. Seluruh
laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala UPTD dan
disampaikan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa sebagai
pimpinan eselon tertinggi di Pemerintah Daerah.

123
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
KPHL Model Ampang 2015-2024

BAB 8
PENUTUP

Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL


Ampang Tahun 2015-2024 merupakan arahan makro dan menjadi landasan
utama serta pedoman bersama dalam pelaksanaan setiap kegiatan
pembangunan kehutanan di wilayah kelola KPHL Ampang untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun dalam rangka mewujudkan visi KPHL Ampang
yaitu: “KPHL Ampang menjadi Akselerator Pembangunan Wilayah
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Emparano melalui Pengelolaan
Hutan Lestari dan Mandiri dengan Skema Kemitraan”.

Pengelolaan hutan KPHL Ampang dilaksanakan mengacu kepada fungsi


hutan yang kemudian menjadi dasar pembagian blok pengelolaan yang
meliputi Blok HL Inti; Blok HL Pemanfaatan; Blok HP Pemanfaatan HHK-HA;
Blok HP Pemanfaatan HHK-HT, Blok HP Pemanfaatan Kawasan, Jasa
Lingkungan dan HHBK; Blok HP Pemberdayaan Masyarakat; dan Blok HP
Perlindungan. Secara teknis, nantinya kegiatan pengelolaan hutan KPHL
Ampang dilaksanakan berbasis pada blok dan petak.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Ampang


Tahun 2015-2024 akan menjadi acuan untuk penyusunan rencana
pengelolaan hutan jangka pendek KPHL Ampang.

Anda mungkin juga menyukai