Disusun oleh:
dr. Mohammad Satya Bhisma
Pembimbing:
dr. Hj. Setyorini
NIP. 19721004 200801 2 006
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dipanjatkan hanya kepada Allah SWT, Tuhan pencipta semesta alam, yang
telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya. Yang telah memberi setiap anugerah terindah,
kemudahan dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mini Project untuk
program Dokter Interenship yang berjudul “Gambaran Sanitasi Jamban dan Upaya
Ujungpangkah Gresik”.
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah mini project ini tentunya tidak lepas
dari berbagai pihak yang sangat membantu. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Puskesmas Ujung Pangkah Gresik dan Dinas Kesehatan
Gresik Jawa Timur dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Ketertarikan penulis dengan topik ini didasari oleh tingginya tingkat penderita diare di
kecamatan Ujung Pangkah ini dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat
Penulis menyadari bahwa makalah mini project ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak dan semoga Tugas mini project ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.….............................................................................................……....2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.3 Tujuan.…………………………………………………………................………..7
1.4 Manfaat.....................................................................................................................7
2.1 Definisi.....................................................................................................................8
2.11 Diare.....................................................................................................................18
3
3.1.2 Kuesioner Gambaran Sanitasi......................................................................28
3.2.Sasaran .................................................................................................................28
3.3.Media ....................................................................................................................29
BAB IV HASIL.......................................................................................................................30
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................................33
BAB VI PENUTUP................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................37
LAMPIRAN ...........................................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 Latar Belakang1,2,3
Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke
badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat
dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan
Masyarakat tahun 2008, jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang
menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%, milik bersama
sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga yang tidak memiliki
fasilitas BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation) yaitu sebesar 12,9%.
Sepuluh provinsi tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB/open
defecation adalah Sulawesi Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%),
Papua (27,9%), Gorontalo (24,1%), Maluku (23,4%), Aceh (22,7%), Kalimantan Barat
manusia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
tahun 2012 hanya 74,3% rumah tangga di Sumatera Barat yang memiliki tempat
pembuangan tinja sendiri, dari jumlah ini hanya 69,8% yang memenuhi syarat kesehatan.
Target untuk akses pembuangan tinja harus mencapai 100% dimana artinya seluruh
masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan di rumah.4
Tersedianya jamban sebagai fasilitas pembuangan tinja dapat mencegah kontaminasi air,
kontak antara tinja dan manusia, serta tinja tidak dihinggapi serangga ataupun binatang
lain yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang umum
5
terjadi akibat terkontaminasi tinja adalah diare. Diare adalah gangguan buang air besar
(BAB) yang ditandai dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi cair,
utama. Masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan karena
lainnya seperti keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan
masih belum sesuai dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yaitu belum
memiliki jamban sehat dan perilaku BAB di sungai. Hal ini terlihat dari rendahnya angka
penggunaan jamban sehat dari masyarakat Ujungpangkah pada tahun 2014. Dari rata-rata
semua kelurahan didapatkan persentase sebesar … % yang memiliki jamban sehat dari
target minimal MDG’s (Millenium Development Goals) sebesar 75%, hal ini tentu masih
mengenai peningkatan penggunaan jamban sehat untuk menurunkan angka kejadian diare
di Kecamatan Ujungpangkah.
6
b. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para
penyuluhan, diskusi dan sesi tanya jawab kepada warga dan kader desa sehingga
dapat menyampaikan yang diketahuinya setelah penyuluhan ini kepada warga Desa
Banyuurip.
b. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko bahaya penggunaan
jamban tidak sehat yang bisa menyebabkan berbagai penyakit dan untuk mendapat
Ujungpangkah.
1.4 Manfaat
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut
sebagai sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis
kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010,
kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kriteria
yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi
dalam empat kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan open defecation.
sendiri, jenis kloset latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.1,7
Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik sehari-hari bercampur
dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan
pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula syarat-
syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah.1,8
8
2.2. Jenis-jenis jamban
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain: 7,9-10
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8
meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak.
Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu,
dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya
15 meter.
Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa.
Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.
9
Gambar 2.2 Jamban cubluk berventilasi
Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang memungkinkan
terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan
Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal galiannya, di
dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah, dan daun-daunan.
10
5. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic tank
merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu rumah
tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki
hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank merupakan cara
yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher angsa
adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.
2. Jamban Cemplung
Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk mengurangi bau
serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu ditutup.
3. Jamban Plengsengan
Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga ditutup
11
Gambar 2.4 Jenis-jenis jamban
padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan
keracunan.
Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
12
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
1. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk
menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang
mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan, tinggi
permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus diperhatikan adalah
jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau
harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika
penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15m akan
mencegah pencemaran bakteri ke sumur. Penempatan jamban di sebelah kanan atau kiri
akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai sumur. Pada tanah
pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5m dari sumur apabila tidak ada
2. Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila
dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5m di atas permukaan air tanah, atau apabila
dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3m di atas permukaan air tanah.
3. Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cubluk (pit privy),
jamban bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan dan sumur resapan di daerah yang
mengandung lapisan batu karang atau batu kapur. Hal ini dikarenakan pencemaan dapat
13
terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang
memenuhi syarat9 :
3. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga vektor
5. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air
buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama
beberapa hari.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :
a. Pipa ventilasi
Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut:
ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk ke
14
dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi
karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank
maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung
2. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter pipa 175mm dan pada lubang hawanya
1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
c. Pipa penghubung:
1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.
1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah
permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu hangat
15
Gambar 2.5. Desain septic tank
a. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
b. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
c. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat.
d. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
penyakit.
16
e. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih
setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi
kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih
f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
air dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
di daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun, sawah,
kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan untuk buang
air besar di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban sangat mahal,
lebih enak BAB di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan alasan lain yang
dikatakan merupakan kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek moyang. Perilaku
tersebut sangat merugikan kesehatan, karena tinja merupakan media tempat hidup bakteri coli
yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan berisiko menjadi wabah penyakit
bagi masyarakat13.
Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan
masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus
dibuang pada suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang
digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua
anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak
(termasuk bayi dan balita) dan orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang sehat,
17
sebaiknya mengikuti beberapa syarat, yaitu: tidak mengotori tanah maupun air permukaan di
sekeliling jamban tersebut, tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat dan kecoak,
tidak menimbulkan bau, mudah dipergunakan dan dipelihara, sederhana serta dapat diterima
oleh pemakainya.10
2.11 Diare
a. Definisi
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, yaitu berak cair 3x atau lebih
2.2.2 Epidemiologi
Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada
tahun 70 sampai 80 prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun,
setiap anak mengalami serangan diare sebanyak 1,6-2 kali setahun. Angka kesakitan dan
2.2.3 Etiologi
4. Keracunan makanan
7. Imunodefisiensi, AIDS
18
b. Penularan
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh virus dan bakteri. Penularan penyakit
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
2. Melalui tinja terinfeksi, tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut
hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang
memakannya.
c. Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah :
- Bayi yang tidak diberi ASI, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan
terhadap infeksi.
- Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi.
- Menyimpan makanan pada suhu kamar, kondisi tersebut akan menyebabkan
19
Gejala spesifik : 11
- Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti air cucian beras dan berbau amis.
- Disentri : tinja berlendir dan berdarah.
- Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa main seperti
dengan hilangnya cairan sampai 5 % dari berat badan sedangkan pada dehidrasi
e. Pengobatan
memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, larutan gula
c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari.
20
Pengobatannya digunakan terapi B yaitu pada 3 jam pertama jumlah oralit yang
digunakan :
Diare dengan dehidrasi berat digunakan terapi C dimana pasien dirawat di puskesmas
penyembuhan
f. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain :11
- Menggunakan air bersih, tanda-tanda air bersih yaitu tidak berwarna, tidak berbau,
- Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar
21
kuman penyakit.
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air
besar.
g. Program Pemberantasan11
- Tujuan umum
- Kebijaksanaan
- Strategi
3. Membawa pasien ke sarana kesehatan jika buang air besar makin sering dan
banyak, makin kehausan, tidak dapat makan atau minum, demam, ditemukan
22
b. Tatalaksana penderita di sarana kesehatan
1. Rehidrasi oral.
c. Pencegahan penyakit
23
BAB III
METODE
Metode pengumpulan data pada kegiatan mini project ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui kuisioner yang
pengetahuan tentang jamban sehat. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat pengetahuan
warga Desa Banyuurip yang datang pada penyuluhan, dan ibu-ibu kader di posyandu Desa
Banyuurip. Sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan dan catatan mengenai data
kesehatan Desa Banyuurip selama periode tahun 2014 yang terdapat di Puskesmas Ujung
Pangkah.
Intervensi dilakukan dengan memberikan 2 sesi penyuluhan secara langsung dan tanya-
jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internship) pada Balai desa hingga Posyandu
Desa Banyuurip. Materi penyuluhan yang disajikan antara lain mengenai definisi jamban
sehat, jenis-jenis jamban, syarat jamban sehat, pemeliharaan jamban, hingga penyakit-
Pembagian kuesioner pada kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa 26 Mei 2015 di
Kantor Kepala Desa Banyuurip. Terdapat 2 macam kuesioner yang dibagikan kepada warga
mengetahui pengetahuan warga dan kader mengenai jamban sehat. Kuesioner B bertujuan
untuk mengetahui gambaran tingkat resiko jamban dari tiap warga. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah warga dan kader yang hadir dalam penyuluhan ini, yaitu sebanyak
29 warga.
24
3.1.1 Kuesioner Pengetahuan
2. Manakah dari berikut ini yang merupakan pilihan jamban paling sehat
A. Tidak berbau B. Tidak mencemari sumber air C. Di sungai yang alirannya deras
A. Lantai bersih & terdapat alat pembersih B. Jarak jamban tak tertentu
C. Terdapat air
6. Manakah gejala yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian jamban tidak sehat
A. Ya B. Tidak
A. Ya B. Tidak
25
10. Berapakah jarak yang aman antara resapan jamban dengan sumber air
Dari data kuisioner diatas terdapat 10 nomer yang pada setiap nomernya mempunyai skor 10.
Jika semua benar mempunyai skor 100. Sistem penilaian ini menunjukkan tingkat
pengetahuan para kader tentang pengetahuan tentang penyakit kusta yang dibagi menjadi 3
kategori, yaitu :
1. Baik : nilai ≥ 70
JAMBAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Lokasi Puskesmas : ......................................
2. Nama Pemilik Sarana : ......................................
3. Jumlah pemakai : ...................................... jiwa
4. Pekerjaan : .................................................................................
...
5. Alamat : .................................................................................
...
.................................................................................
...
26
5. Leher Angsa tanpa septiktank
6. Leher Angsa dengan septiktank dan resesapan
Jumlah jawaban ya
Tingkat resiko Sedang (S)= Bila jumlah jawaban Ya : 1 – 4, tapi tidak terdapat pada nomor 1 &
2
3.2 Sasaran
jamban sehat ini adalah para warga yang hadir pada penyuluhan dan para kader desa
Banyuurip di Kecamatan Ujung Pangkah Gresik. Yang dengan harapan dengan memberikan
pengetahuan kepada kader maka diharapkan ilmu tersebut bisa ditularkan kepada masyarakat
Desa Banyuurip.
27
3.3 Media
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi maupun sesi tanya jawab.
28
BAB IV
HASIL
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas
1.191,25 km2. Kecamatan Ujung Pangkah merupakan salah satu kecamatan dari 18
kecamatan yang berada di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Ujung
1. Desa Pangkahkulon
2. Desa Pangkahwetan
3. Desa Banyuurip
4. Desa Ngemboh
5. Desa Karangrejo
6. Desa Ketapanglor
7. Desa Tanjangawan
Luas wilayah UPT Puskesmas Ujung Pangkah sendiri sebesar 5.108,72 M 2. Batas Wilayah
29
4.2 Data Demografik
4. Piramida Penduduk
Pada tahun 2014, di wilayah kecamatan Ujung Pangkah terdapat 3 orang dokter
umum, 2 dokter gigi, 27 bidan, 17 perawat, 1 orang sanitarian, dan 1 orang analis
laboratorium.
30
Di Kecamatan Ujung Pangkah terdapat 1 Puskesmas, 2 Puskesmas Pembantu, 1
31
BAB V
PEMBAHASAN
Dari data yang dipaparkan pada BAB IV tampak bahwa berdasarkan data desa
Ujung Pangkah selama tahun 2014 dan diawal tahun 2015 total jumlah kepala keluarga desa
Banyuurip adalah sebanyak 1415 KK, dari angka tersebut sebanyak 786 KK menggunakan
jamban yang termasuk kategori sehat, 505 KK menggunakan jamban semi permanen, 8 KK
masih berbagi penggunaan jamban, dan 116 KK tidak memiliki jamban sama sekali.
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada para warga Desa Banyuurip
penyakit kusta ini, penulis telah melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta
sesi tanya jawab yang dilakukan pada tanggal 26 Januari 2015, pukul 09.00 – selesai yang
bertempat di balai desa banyuurip. Penyuluhan dihadiri 29 peserta yang sudah termasuk
kader kesehatan desa banyuurip. Sebelum dilakukan intervensi dengan cara penyuluhan dan
melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab, maka penulis membagikan tentang
kuisioner tentang pengetahuan seputar jamban sehat. Setelah dilakukan penyuluhan dan
diskusi umum beserta sesi tanya jawab, para kader diberikan kuisioner lagi untuk mengetahui
beserta diskusi ini. Dari nilai pre-test didapatkan 6 peserta mendapatkan nilai kurang, 9 orang
mendapat nilai cukup, dan 14 orang mendapat nilai baik. Kemudian dari hasil data nilai
kuisioner yang dibagikan setelah penyuluhan (post test) tidak didapatkan peserta mendapat
nilai kurang, 4 peserta mendapat nilai cukup, dan 25 peserta mendapat nilai baik. Hal ini
32
Gambaran kondisi jamban warga menunjukkan nilai tingkat resiko rendah 7 orang,
resiko sedang 15 orang, resiko tinggi 3 orang, dan 4 orang tidak memiliki jamban.
33
Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 50% peserta mendapat nilai baik, hal
ini mengindikasikan pengetahuan & kesadaran tidak berbanding lurus dengan kepemilikan
Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para kader yang menghadiri penyuluhan
ini lebih memahami tentang pentingnya penggunaan jamban sehat dan meningkatkan
diharapkan dapat tercipta deklarasi desa banyuurip ODF (Open Defecation Free).
34
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a) Dari nilai pre-test didapatkan 6 peserta mendapatkan nilai kurang, 9 orang mendapat
resiko sedang 15 orang, resiko tinggi 3 orang, dan 4 orang tidak memiliki jamban
d) Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 50% peserta mendapat nilai baik, hal
pengetahuan para kader tentang pentingnya mendeteksi penyakit kusta dari dini
6.2 Saran
Agar kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan deklarasi desa banyuurip ODF (Open
Defecation Free), dibutuhkan kerjasama yang baik dengan desa siaga serta aparat
Dan semoga kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat ODF dapat
sanitasi total.
DAFTAR PUSTAKA
35
1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.
2. UU No 825/2008. Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat; 2008
3. Depkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta: Depkes RI;
2007.
4. Depkes RI. Profil kesehatan Jawa Timur. 2012
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Laporan tahunan DKK. 2013.
6. Puskesmas Ujungpangkah. Laporan tahunan puskesmas ujungpangkah.
2014.
7. Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya; 1995.
8. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta:
PT. Rineka Cipta; 2003.
9. Soeparman dan Suparmin. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar). Jakarta: EGC; 2002.
10. Soemaji.P. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo; 2005.
11. Widoyono. Diare dalam Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta : Airlangga; 2008.
12. Munif A. Environmental Sanitation's Journal. Available at
http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/septic-tank/
13. Widyati Y. Hygiene dan Sanitasi Umum. Jakarta: Gramedia Wdiasarana; 2002.
14. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Laporan kesehatan keluarga. 2014.
15. Puskesmas Ujungpangkah. Laporan tahunan kesling. 2014.
LAMPIRAN
36
LAPORAN PENYULUHAN
37
Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah Gresik”.
Banyuurip.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
Ujungpangkah.
38
2. Kepribadian dan Profesionalisme
Peserta Pendamping
( ) ( )
39