Anda di halaman 1dari 4

Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut Pertanian

05
MENGENAL TIPE LAHAN RAWA GAMBUT

ISI:

! Mengenal Lahan Rawa


! Pengertian Tanah
Gambut
! Lahan Gambut dan
Bergambut
! Lahan Rawa Potensial
dan Sulfat Masam
! Lahan Salin
! Faktor-faktor
Pembatas

Lahan gambut
untuk pertanian

Mengenal Lahan Rawa

Lahan rawa gambut Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus
merupakan salah satu secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat. Meskipun dalam
keadaan tergenang, lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan. Lahan ini dapat
sumber daya alam yang
dibedakan dari danau, karena danau tergenang sepanjang tahun, genangannya
mempunyai potensi
lebih dalam, dan tidak ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air.
cukup baik untuk
pengembangan budidaya Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air
pertanian. Namun hujan, atau luapan air sungai. Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa
pengelolaannya harus dibagi menjadi tiga, yaitu rawa pasang surut, rawa lebak dan rawa lebak peralihan.
dilakukan secara bijak
agar kelestarian sumber Rawa pasang surut
daya alam ini dapat
dipertahankan. Dengan Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh
mengenal tipe lahan pasang surutnya air laut. Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang
rawa gambut maka akan besar dan pasang kecil. Pasang kecil, terjadi secara harian (1-2 kali sehari).
dapat dibuat
perencanaan yang lebih Berdasarkan pola genangannya (jangkauan air pasangnya), lahan pasang surut
baik dalam mengelola dibagi menjadi empat tipe:
lahan secara bijaksana. 1. Tipe A, tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil;
2. Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;
3. Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang
dari 50 cm;
4. Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm tetapi

1
pasang surutnya air masih biasanya terletak di sebelah dan semak dalam keadaan jenuh air dan
terasa atau tampak pada dalam menjaauhi sungai dalam jangka waktu yang sangat lama
saluran tersier. dengan lama genangan lebih (ribuan tahun). Di alam, gambut sering
dari 6 bulan. bercampur dengan tanah liat. Tanah
Rawa lebak disebut sebagai tanah gambut apabila
Rawa lebak peralihan memenuhi salah satu persyaratan berikut
Rawa lebak adalah lahan rawa (Soil Survey Staff, 1996):
yang genangannya terjadi Lahan rawa lebak yang pasang 1. Apabila dalam keadaan jenuh air
karena luapan air sungai dan surutnya air laut masih terasa di mempunyai kandungan C-organik
atau air hujan di daerah saluran primer atau di sungai paling sedikit 18% jika kandungan
cekungan di pedalaman. Oleh disebut rawa lebak peralihan. liatnya >60% ATAU mempunyai
sebab itu, genangan umumnya Pada lahan seperti ini, endapan kandungan C-organik 12% jika tidak
terjadi pada musim hujan dan laut yang dicirikan oleh adanya mempunyai liat (0%) ATAU
menyusut atau hilang di musim lapisan pirit, biasanya terdapat mempunyai kandungan C-organik
kemarau. Rawa lebak dibagi pada kedalaman 80 - 120 cm di lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika
menjadi tiga: bawah permukaan tanah. kandungan liatnya antara 0 - 60%;
1. Lebak dangkal atau lebak 2. Apabila tidak jenuh air mempunyai
pematang, yaitu rawa lebak Pengertian Tanah Gambut kandungan C-organik minimal 20%.
dengan genangan air kurang
dari 50 cm. Lahan ini Tanah di lahan rawa dapat Lahan Gambut dan Bergambut
biasanya terletak di berupa aluvial atau gambut.
sepanjang tanggul sungai Tanah aluvial merupakan Tanah gambut secara alami terdapat pada
dengan lama genangan endapan yang terbentuk dari lapisan paling atas. Di bawahnya terdapat
kurang dari 3 bulan. campuran bahan-bahan seperti lapisan tanah aluvial pada kedalaman yang
2. Lebak tengahan, yaitu lebak lumpur, humus, dan pasir bervariasi. Lahan dengan ketebalan tanah
dengan kedalaman genangan dengan kadar yang berbeda- gambut kurang dari 50 cm disebut
50-100 cm. Genangan beda. sebagai lahan atau tanah bergambut.
biasanya terjadi selama 3-6
bulan. Gambut merupakan hasil Disebut sebagai lahan gambut apabila
3. Lebak dalam, yaitu lebak pelapukan bahan organik ketebalan gambut lebih dari 50 cm.
dengan genagan air lebih seperti dedaunan, ranting kayu, Dengan demikian, lahan gambut adalah
dari 100 cm. Lahan ini lahan rawa dengan ketebalan gambut
lebih dari 50 cm.
Rawa Lebak atau
Rawa non Pasang Surut Perdasarkan kedalamnya, lahan gambut
Fisiografi utama: dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
- Aluvial/fluviatil
ZONA-III - Gambut
1. Lahan gambut dangkal, yaitu lahan
dengan ketebalan gambut 50-100 cm;
Rawa Pasang Surut
Air Tawar 2. Lahan gambut sedang, yaitu lahan
Pengaruh
Fisiografi utama: dengan ketebalan gambut 100-200
ZONA-II - Aluvial/fluviatil cm;
pasang surut
- Gambut
harian air tawar 3. Lahan gambut dalam, yaitu lahan
- Marin
Rawa Pasang Surut
dengan ketebalan gambut 200-300
Pengaruh
pasang surut ZONA-1 Air Payau/Salin cm;
harian air Fisiografi utama: 4. Lahan gambut sangat dalam, yaitu
payau/asin - Gambut
- Marin
lahan dengan ketebalan gambut lebih
LAUT
dari 300 cm.

Gambar 1. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran


sungai bagian bawah dan tengah

2
mengandung pirit lebih dari 0,75%
disebut sebagai lapisan pirit.

Menurut Wijaya Adhi (2000), adanya


lapisan pirit pada lahan dapat
GAMBUT diketahui dari tanda-tanda sebagai
berikut:
! Lahan dipenuhi oleh tumbuhan
purun tikus
Tanah liat ! Di tanggul saluran terdapat
Ber- bongkah-bongkah tanah berwarna
Gambut Gambut
Sungai gambut sedang sangat dalam kuning jerami (jarosit)
Lahan Gambut
! Di saluran drainase, terdapat air
Gambut
potensial dangkal dalam yang mengandung karat besi
berwarna kuning kemerahan
Gambar 2. Fisiografi lahan gambut ! Apabila lapisan pirit dikeringkan,
Lahan Rawa Potensial dan hasil pengendapan yang dibawa akan berubah warna menjadi
Sulfat Masam oleh air hujan, air sungai, atau air kuning karat seperti jerami.
laut. Apabila pirit disiram dengan
Lahan rawa yang tidak memiliki larutan hydrogen peroksida
lapisan tanah gambut dan tidak Lahan rawa yang tidak memiliki (H2O2) 30%, akan berbuih.
memiliki lapisan pirit (kadarnya tanah gambut dan kedalaman
<0,75%), atau memiliki lapisan lapisan piritnya kurang dari 50 cm Dalam keadaan tergenang, senyawa
pirit pada kedalaman lebih dari disebut sebagai lahan aluvial pirit tidak berbahaya. Tetapi dalam
50 cm disebut sebagai lahan bersulfida dangkal atau sering keadaan kering, senyawa pirit akan
rawa potensial. Lahan ini disebut lahan sulfat masam teroksidasi. Bila terkena air, pirit
merupakan rawa paling subur dan potensial. yang teroksidasi akan menjadi asam
potensial untuk pertanian. sulfat atau sering disebut air aki/air
Pirit (FeS2) merupakan senyawa keras yang sangat asam. Akibatnya,
Tanah yang mendominasi lahan yang terbentuk dalam suasana akar tanaman akan terganggu, unsur
rawa tersebut adalah tanah aluvial payau. Lapisan tanah yang hara sulit diserap oleh tanaman, serta

Tabel 1. Gejala keracunan tanaman pertanian yang umum terjadi di lahan rawa salin

Jenis Keracunan Gejala serangan Cara penanggulangan


Alumunium ! Sistem perakaran menebal dan tidak berkembang Meningkatkan pH tanah melalui
! Warna hijau tulang daun berubah menjadi oranye pengapuran dan penggenangan
diikuti dengan bercak coklat

Besi ! Warna daun bercak coklat (berkarat) Meningkatkan pH tanah melalui


! Perakaran kasar pengapuran dan pengaturan drainase
! Pertumbuhan dan pembentukan anakan tertekan

Sulfida ! Tanaman mudah tekena penyakit Meningkatkan pH tanah melalui


! Sistem perakaran kurang berkembang dan pengapuran dan penggenangan serta
berwarna hitam penambahan unsur mikro dan mineral
! Tanaman kerdil dan anakan sedikit (terusi, abu).

Garam-garam (salin) ! Tanaman menjadi kering Pencucian garam melalui pengaturan


! Anakan berkurang air satu arah, menanam padi varietas
! Ujung daun menjadi putih tahan salin

3
unsur besi dan aluminium akan Tidak banyak jenis tanaman yang adalah serangan hama tanaman
larut hingga meracuni tanaman. dapat hidup di lahan salin. Lahan terutama tikus babi hutan dan
Lahan yang lapisan piritnya sudah seperti ini direkomendasikan burung, sedangkan penyakit yang
teroksidasi sering disebut sebagai untuk hutan bakau/mangrove, sering menyerang adalah blas dan
lahan bersulfat atau lahan budidaya tanaman kelapa, dan busuk pelepah.
sulfat masam aktual. Lahan tambak. Khusus untuk tambak,
seperti ini tidak direkomendasikan harus memenuhi persyaratan
untuk budidaya pertanian. adanya pasokan air tawar dalam Daftar Pustaka
jumlah yang memadai sebagai
Lahan Salin pengencer air asin. Danarti, dkk. 1995. Studi
Pengembangan Lahan Rawa Lebak.
Sebagian lahan pasang surut sering Faktor-faktor Pembatas Puslitbangtrans. Jakarta.
mendapat pengaruh salinitas air IPG Widjaja-Adhi, Didi Ardhi, dan
Mansyur. 1993. Pengelolaan
laut terutama pada musim Faktor pembatas atau
Lahan dan Air LahanPasang Surut.
kemarau. Pengaruh salinitas ini penghambat utama pengelolaan Puslitbangtrans. Jakarta.
bisa terjadi secara langsung karena pertanian di lahan rawa gambut IPG Widjaja-Adhi. 1995. Potensi,
air laut mengalir ke daratan, meliputi genangan air, tingginya Peluang, dan Kendala Perluasan
masuk melalui sungai pada waktu kemasaman tanah (pH tanah areal Pertanian di Lahan Rawa,
pasang, atau berlangsung karena rendah), adanya zat beracun, Makalah Seminar Pengembangan
adanya intrusi (perembesan). rendahnya kesuburan tanah; Lahan pertanian di Kawasan
Timur Indonesia. Puspitek.
kondisi fisik lahan seperti bobot Serpong.
Lahan pasang surut yang salinitas isi tanah yang ringan, tingkat
Muslihat, L. 2003. Ekologi Gambut.
air (kadar garamnya) lebih dari kematangan dan ketebalan Wetlands Internasional
0,8% disebut sebagai lahan salin gambut. Kendala yang sering Indonesia Programme. Bogor.
atau pasang surut air asin. dijumpai pada lahan lebak Najiyati, S., dkk. 1997. Studi
Lahan seperti itu, biasanya terutama adalah datangnya Pengembangan Lahan Pasang
didominasi oleh tumbuhan bakau. genangan air banjir yang tidak Surut. Puslitbangtrans. Jakarta.
Apabila kadar garamnya hanya menentu dan mendadak. Pada Soil Survey Staff, 1996. Key to soil
tinggi pada musim kemarau lahan salin faktor penghambatnya taxonomy. 7th edition. USDA.
berupa zat beracun seperti Washington DC.
selama kurang dari 2 bulan,
disebut sebagai lahan salin alumunium, besi, pirit (FeS2) dan Tim Produksi:
peralihan. Lahan salin peralihan garam-garam.
Penyusun : Sri Najiyati & Lili Muslihat
ditandai oleh banyaknya Foto : Ed Wiken
tumbuhan nipah. Kendala biologis yang umum Desain/
ditemukan di lahan rawa gambut Tata Letak : Vidya Fitrian

Head Office: Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI),


Wetlands International-Indonesia Programme merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon
Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161 sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan
PO. Box 254/BOO-Bogor 16002 Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan
Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755 pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di
co_ccfpi@wetlands.or.id Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap
karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya
Sumatra Office: Kalimantan Office: menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
Jl. A. Thalib No. 28 Jl. Teuku Umar No 45 proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan
Kec. Telanaipura - Jambi 36135 Palangka Raya 73111 - Kal Teng usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut.
Tel: +62-741-60431 Tel/Fax: +62-536-38268 Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan
sec_ccfpiss@yahoo.com aluedohong@yahoo.com OR pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai
alue_dohong@hotmail.com pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat
dari masyarakat setempat.

The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is


undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through
The Canadian International Development Agency (CIDA)
Indonesia Programme Ditjen. PHKA Canadian International Agence canadienne de
Development Agency développement international
Http://www.indo-peat.net

Anda mungkin juga menyukai