Modul Ikhtiologi PDF
Modul Ikhtiologi PDF
IKHTIOLOGI
DISUSUN OLEH :
Dra. ROSIDAH, M.Si.
IRFAN ZIDNI, S.Pi, MP.
2017
ii
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
2.1.1. Sirip.............................................................................................................. 4
2.3.5. Scute........................................................................................................... 15
ii
3.1.1. Sisik Placoid .............................................................................................. 17
iii
9.1. Praktikum Sistem Urogenital ........................................................................... 77
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 27. Variasi bentuk dan ukuran saluran pencernaan bagian anterior .............. 58
Gambar 28. Variasi dari panjang dan bentuk usus ikan .............................................. 58
Gambar 29. Usus ikan hiu dengan katup spiral (a) lateral dan (b) iris melintang....... 59
Gambar 30. Alat bantu Pernafasan Pada Ikan ............................................................. 66
Gambar 31. Penampang irisan insang (a) ikan Elasmobrachii dan (b) Teleostei ....... 67
Gambar 32. Pembuluh darah vena di bagian kepala ikan dilihat lateral ..................... 68
Gambar 33.Jantung dan sistem peredaran darah di sekitar insang ............................. 69
Gambar 34. Sistem urogenital (a) ikan Elasmobranchii dan (b) ikan Teleostei ......... 77
Gambar 35. Ovarium ikan (a) Teleostei dan (b) ikan Trout (effendie, 1972) ............ 77
Gambar 36. Otak ikan dengan bagian-bagiannya ....................................................... 86
vi
I. PENDAHULUAN
Ikhtiologi suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai ikan, merupakan mata kuliah
dasar bagi mahasiswa program studi perikanan yang harus dipelajari dan dikuasai. Praktikum
ikhtiologi harus diikuti untuk lebih melengkapi dan memahami teori-teori yang telah
disampaikan pada saat penyampaian kuliah. Pengenalan alat-alat yang akan digunakan
membantu kelancaran dalam kegiatan praktikum. Beberapa alat yang akan digunakan dalam
praktikum adalah alat bedah sederhana (dissecting set), mikroskop, alat ukur dan lain-lain.
Praktikum ikhtiologi mencakup kegiatan pengenalan jenis atau identifikasi dengan
mengamati morfologi, sifat morfometrik dan meristik ikan serta mengamati 10 sistem organ
yang terdapat pada tubuh ikan, meliputi sistem integumen, sistem otot, sistem rangka, sistem
pernafasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem hormon
endokrin, sistem syaraf, serta sistem ekskresi dan osmoregulasi. Dalam pelaksanaan praktikum
selain melakukan pengamatan juga membandingkan antara organ atau sistem organ ikan yang
satu dengan jenis lainnya, kemudian disesuaikan dengan penjelasan teoritis atau pustaka lain
yang dianjurkan. Hasil praktikum disajikan dalam bentuk gambar berikut keterangan gambar,
sesuai dengan apa yang dilihat dari preparat yang diperoleh.
1
1.2. Tata Tertib dalam Pelaksanaan Praktikum
1. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah membaca buku petunjuk
praktikum dan mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pustaka lain yang dianjurkan
sebaiknya dibaca pula.
2. Alat-alat praktikum yang dibawa sendiri dan yang disediakan dosen/asisten disiapkan
dimeja masing-masing. Periksa dan laporkan bila ada alat yang kurang atau rusak.
3. Catat petunjuk yang diberikan dosen/ asisten sebelum praktikum dimulai, terutama
tentang teknis pelaksanaan praktikum.
4. Bahan praktikum yang disediakan, diambil dan diletakan pada baki preparasi.
Preparasi diletakan lateral, dengan bagian kepala atau anterior harus tetap disebelah
kiri. Beberapa preparat harus dilihat frontal.
5. Pembedahan dan pengamatan dilakukan sendiri, karena hasil pengamatan saudara
mungkin berbeda dengan hasil pengamatan praktikan lainnya. Pembedahan harus
dilakukan dengan hati-hati sesuai petunjuk, agar tidak merusak organ atau sistem
organ lainnya.
6. Untuk Praktikum Identifikasi Ikan, buat catatan mengenai perbandingan beberapa
sifat morfometrik (terhadap panjang baku dan tinggi tubuh), hasil perhitungan sifat
meristik serta catatan sifat morfologis penting lainnya, kemudian sesuaikan hasilnya
dengan keterangan pada buku kunci determinasi/identifikasi untuk menetukan nama
jenis ikan dan klasifikasinya.
7. Untuk praktikum anatomi, setelah organ dan bagian-bagian tubuh yang diamati dapat
dikenali, buat gambar dan keterangan mengenai organ/sistem organ tersebut.
8. Gambar-gambar dibuat dengan pensil, harus jelas meskipun sederhana tapi mudah
dimengerti, garis-garis gambar harus tegas, tidak terputus-putus kecuali untuk
menyatakan bahwa suatu organ atau bagiannya terletak diibawah organ lain. Untuk
memperjelas organ atau bagian organ tersebut dapat digunakan pensil berwarna.
9. Tiap halaman buku gambar diberi garis tepi (1,5 cm dari tepi), digunakan untuk satu
jenis ikan atau satu sistem. Jika mungkin halaman gambar dapat dibagi dua atau
empat bagian yang sama untuk menggambar bagian-bagian organ dari satu sistem.
Pada bagian kiri atas halaman gambar, ditulis nama jenis ikan berikut klasifikasinya.
Untuk paraktikum taksonomi/ identifikasi, keterangan morfometrik dan meristik
2
ditulis di bawah gambar. Untuk anatomi, dibawah tiap gambar dituulis orgam apa
yang dimaksud dan dari aspek mana orgam tersebut dilihat; misalnya insang dilihat
lateral. Keterangan mengenai nama organ atau bagian-bagiannya harus ditulis dalam
huruf cetak, diluar gambar dan horizontal, dengan garis penunjuk dari kiri atau kanan
organ, ke gambar atau bagian organ yang dimaksud. Garis penunjuk jangan sampai
bertumpuk satu dengan lainnya.
10. Selesai praktikum, semua alat dibersihkan, terutama yang disediakan dosen/asisten,
dan dikembalikan dalam keadaan utuh. Buku praktikum dikumpulkan kembali dan
bahan praktikum jika masih diperlukan dimasukan dalam wadaah pengawet yang
berisi larutan formalin 4-5%.
11. Hal-hal lain yang kurang jelas sebaiknya saudara cari terlebih dahulu jawabannya
dalam buku atau pustaka yang dianjurkaan sebelum ditanyakan pada dosen/asisten.
3
II. IDENTIFIKASI IKAN
Ikan yang satu dengan yang lain memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, berarti setiap
jenis ikan memiliki spesifikasi tertentu baik karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan yang
spesifik di alam. Maka dari itu karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis ikan.
Identifikasi atau penentuan nama jenis dan klasifikasi ikan anatara lain dapat dilakukan
berdasarkan sifat-sifat meristik dan morfometrik ikan, bentuk dan warna tubuh, sistem
pertulangan, tingkah laku, jumlah chromosome dan sebagainya. Dalam praktikum ini,
identifikasi dilakukan berdasarkan sifat meristik dan morfometrik. Sifat meristik meliputi jumlah
jari-jari sirip, jumlah sisik berpori dan jumlah sisik dimuka sirip. Sifat morfometrik yaitu
perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh ikan. Tanda atau sifat tubuh lain yang dapat
digunakan untuk identifikasi anara lain warna dan bentuk tubuh, tonjolan tubuh seperti misai,
serta sifat tulang (rawan atau sejati). Sifat meristik dan morfometrik merupakan cara sederhana
yang dapat dilakukan untuk tujuan identifikasi jenis ikan secara umum.
Sifat-sifat meristik dan merfometrik yang diperoleh, merupakan data penting untuk
digunakan mengenal nama jenis dan klasifikasi ikan sampel dengan cara menyesuaikan
keterangan sifat-sifat yang diperoleh dengan sifat-sifat yang diterangkan dalam buku determinasi
ikan.
4
D1 D2
C
A
P V
Gambar 1. Letak dan lambang nama sirip ikan: D1- sirip dorsal 1; D2- Sirip dorsal 2; P- Sirip
Pectoral; V- Sirip Ventral; A- Sirip Anal; C- Sirip Caudal.
Sirip ikan dilengkapi dengan jari-jari sirip, yang terdiri dari tiga (3) jenis yang dapat
dilihat secara visual dengan menggunakan bantuan loupe ataupun mikrosop binokuler (Gambar
2). Jari-jari sirip ikan terdiri dari :
(a) Jari-jari keras – berbentuk seperti duri yang tajam, keras, dan kaku tidak mudah dilekuk-
lekuk. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dalam angka romawi besar.
(b) Jari-jari lunak – bentuk lateral khas bercabang di bagian apical (ujungnya), bentuk
frontal terlihat ada dua bagian vertical simetris. Jumlahnya dinyatakan dengan angka biasa
atau arab.
(c) Jari-jari lunak mengeras bentuk lateral seperti duri yang sisi posterior bagian apicalnya
bergerigi, bentuk frontal terdiri dari dua bagian vertical simetris. Jumlahnya ditulis dngna
angka romawi kecil.
5
Gambar 2. Jari-jari sirip ikan Teleostei: (L) lateral dan (F) frontal.
Cara penulisan sirip dan jari-jari sirip :
1. Tulis huruf lambang dari sirip yang dimaksud, misalnya D untuk sirip dorsal
2. Tulis jumlah jari-jari sirip yang ada, mulai dari jari-jari keras, lunak mengeras, dan lunak,
sesuai aturan penulisannya.
Contoh : D IV. ii. 7. berarti sirip dorsal mempunyai empat jari-jari sirip keras dan dua jari-jari
sirip lunak mengeras dan tujuh jari-jari sirip lunak.
Catatan : 1. Jika dari beberapa sampel ikan yang sama, jumlah jari-jarinya sirip bervariasi,
maka harus ditulis kisaran jumlahnya. Contoh : D III-IV. ii-iv. 6-9, berarti sirip
dorsal mempunyai 3 - 4 jari-jari sirip keras, 2 - 4 jari-jari sirip lunak mengeras
dan 6 - 9 jari-jari sirip lunak. Cara penulisan ini berlaku juga untuk sirip-sirip
lainnya.
2. Jika satu jenis ikan mempunyai dua sirip dorsal, dapat ditulis: D1…… D2..
6
Contoh :
L1 30-32, berarti garis rusuk atau linea lateral, tersusun dari 30 sampai 32 sisik berpori. Jika L1
terputus dapat ditulis sebagai berikut : L1 18-20; 12-14, berarti L1 terdiri dari 18 sampai 20 baris
sisik berpori di bagian anterior dan 12-14 baris sisik berpori dibagian posterior yang terputus
dengan bagian anteriornya. Letak potongan L1 dapat dituliskan misalnya bagian anterior terletak
dorsal dan bagian posteriol terletak ventral.
Selain Linea lateralis (Ll), sifat lain yang penting adalah baris rusuk transversal atau linea
transversal (ditulis Ltr) yang menunjukkan jumlah barisan sisik dorso-ventral dari sisik berpori,
dihitung mulai dari anterior dasar sirip dorsal ke arah ventral atau miring ke arah ventral bagian
anterior sirip anal. Sisik di bagian dorsal atau ventral biasanya mencakup kedua sisi tubuh,
hingga dalam penulisan bagian ini dihitung ½ sisik.
Contoh : Jika Ltr 4 ½. 1. 5 ½, berarti garis rusuk atau linea transversal terdiri dari 4 ½
sisik diantara bagian dorsal sampai sisik berpori, 1 sisik berpori, dan 5 ½ sisik antara sisik
berpori sampai bagian ventral. Jika sampel ikan banyak dan Ltr bervariasi, penulisan dapat
dilakukan sebagai contoh, misalnya: Ltr 3 ½ - 4 ½. 1. 4 ½ - 5 ½, dsb.
Gambar 3. Linea Lateralis (Garis Rusuk) dan Transversalias A-B : Linea Lateralis; D-D’-E-E’ :
Linea Transversal; C : sisik berpori.
7
2.1.3. Jumlah Sisik di muka Sirip
a. Jumlah sisik berpori di muka sirip dorsal (DOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori
yang dihitung dari posterior operculum, horizontal sampai sisik yang terletak di bawah
anterior dasar sirip dorsal.
b. jumlah sisik berpori di muka sirip ventral (VOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori
yang dihitung dari posterium operculum, horizontal sampai sisik di atas anterior dasar
sirip ventral.
c. jumlah sisik berpori di muka sirip anal (AOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori yang
dihitung dari posterior operculum, horizontal sampai sisik di atas anterior dasar sirip anal.
Contoh: DOrigin 8-10, berarti di antara posterior operculum horizontal sampai sisik di bawah
anterior dasar sirip dorsal terdapat 8 sampai 10 sisik berpori.
Gambar 4. Perhitungan jumlah sisik di muka sirip: (a) DOrigin; (b) VOrigin; dan (c) AOrigin.
8
(b)
Gambar 5. Alat pengukur sifat morfometrik : (a) mistar logam pada bak kayu; (b) caliper (jangka
sorong).
Pengukuran tubuh ikan bagian luar (morfometrik) untuk keperluan identifikasi meliputi
panjang baku; panjang total ; panjang sampai lekuk ekor; panjang kepala; panjang pradorsal;
panjang hidung; panjang orbital; panjang mata; panjang orbital belakang; panjang pangkal ekor;
tinggi tubuh; tinggi batang ekor; panjang dasar dorsal; panjang dasar anal (Gambar 6).
9
belakang; (j) panjang pangkal ekor; (k) tinggi tubuh; (l) tinggi batang ekor; (m) panjang dasar
dorsal; (n) panjang dasar anal.
Adapun cara pengukuran sifat morfometrik pada ikan adalah sebagai berikut :
(a) Panjang baku, ditulis SL (dari Standar Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas
sampai pangkal batang ekor (caudal penducle).
(b) Panjang total, ditulis TL (dari Total Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas
sampai bagian sirip ekor paling posterior.
(c) Panjang sampai lekuk ekor, ditulis FL (dari Fork Length), diukur dari anterior mulut atau
bibir atas sampai lekuk sirip caudal.
(d) Panjang kepala, ditulis Hdl atau HL (dari Head Length), diukur dari anterior mulut atau
bibir atas sampai tutup insang paling posterior.
(e) Panjang pre-dorsal, ditulis PreDL (dari Pre-Dorsal Length), diukur dari anterior mulut
atau bibir atas sampai anterior dasar sirip dorsal.
(f) Panjang hidung, ditulis SntL (dari Snout Length), diukur dari anterior mulut atau bibir
sampai kelopak mata paling anterior.
(g) Panjang orbital belakang, ditulis PostOrbL atau POL (Post Orbital Length), diukur dari
bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior.
(h) Panjang orbital, ditulis OrbL atau OL (dari Orbital Length) atau jarak bagian terluar
kelopak mata.
(i) Panjang pangkal ekor, ditulis CPedL atau CPL (dari Caudal Peduncle Length), diukur
dari posterior dasar anal sampai bagian pangkal batang ekor.
(j) Tinggi tubuh, ditulis BD atau BDepth (dari Body Depth), diukur dari bagian tubuh paling
dorsal tegak lurus kea rah bagian tubuh paling ventral, tidak termasuk sirip.
(k) Tinggi batang ekor, ditulis CPD atau CPedDepth (dari Caudal Peduncle Depth), diukur
tinggi batang ekor dorso-ventral.
(l) Panjang dasar sirip dorsal, ditulis DBaseL (dari Dorsal Base Length), diukur dari anterior
sampai posterior dasar sirip dorsal.
(m) Panjang dasar sirip anal, ditulis ABaseL (dari Anal Base Length), diukur dari anterior
sampai posterior dasar sirip anal.
(n) Tinggi ventral, ditulis VD atau VDepth (dari Ventral Depth), diukur vertikal dari dasar
sampai bagian apical(ujung) sirip ventral.
10
Selain pengukuran secara langsung dilakukan pula nisbah atau perbandingan ukuran
beberapa ukuran tubuh :
(a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang kepala
(b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu
(c) Indeks tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi badan
(d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang dasar
sirip punggung
(e) Indeks sirip anal, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang dasar sirip anal
(f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang batang
ekor
(g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi
batang ekor
(h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala
(i) Indeks lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar mata
(j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas
11
ideal, tertekan ke samping (compressed), tertekan ke bawah (depressed), bersegi atau bersudut
(truncated), dan mengular atau seperti ular (Anguiliform), bentuk kotak (Ostraciform), bentuk
tali (Filiform), bentuk pita (Taeniform), bentuk panah (Sagitiform), bentuk bola (Globiform)
(Gambar 7).
12
(a) Mulut berparuh (b) Mulut pengisap
13
2.3.3. Bentuk Sirip Caudal
Pada dasarnya terdapat empat macam bentuk sirip caudal (gambar 10), meskipun terdapat
modifikasi dari bentuk-bentuk tersebut seperti pada bentuk-bentuk pinggiran posteriornya.
Bentuk sirip caudal itu adalah :
(a) protocercal, yaitu bentuk sirip caudal yang meruncing dan simetris dan ruas vertebra trakhir
mencapai ujung sirip. Contoh pada ikan cyclostomata
(b) diphycercal, sirip caudal yang membulat atau meruncing simetris, ruas vertebral terakhir
tidak mencapai ujung sirip. Contoh pada ikan dipnoi
(c) heterocercal atau bentuk sirip caudal yang tidak simetris sebagain ujung sirip sebelah dorsal
ditunjung olah ruas vetebrata dan ujung sebelah vetralnya lebih pendek. Contoh pada ikan
hiu (squalus)
(d) homocercal, sirip caudal simetris, bagian dorsal dan ventral sama, berlekuk atau tidak, dan
ditunjang dengan jari –jari sirip caudal. Contoh pada ikan Cyprinid.
14
2.3.4. Sungut
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya terdapat
pada ikan-ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif
mencari makan di dasar perairan. Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi.
Letak, bentuk, dan jumlah sungut berbeda-beda. Ada yang terletak pada hidung, bibir, dagu,
sudut mulut, dan sebagainya.
2.3.5. Scute
Berbentuk tonjolan kulit ke arah luar yang berasal dari sisik pada ikan-ikan bertulang
keras, seperti family Carangidae. Scute sering muncul sebagai kelanjutan dari gurat sisi di bagian
mendekati ekor atau Caudal peduncle.
2.3.6. Keel
Merupakan tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudalpeduncleatau awal sirip ekor
(pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat dengan Caudal peduncle
yang kecil dan bentuk sirip ekor Lunate (bulan sabit).
15
2.3.7. Adiposa fin
Sirip kecil dari daging tanpa tulang yang terletak di belakang sirip punggung, terutama
ikan-ikan bertulang keras yang masih primitif, seperti ikan Beloso (famili Synodontidae).
2.3.8. Finlet
Sirip tambahan selain yang sudah normal, umumnya terletak dibelakang sirip punggung
kedua atau di belakang sirip dubur.
16
III. SISTEM INTEGUMEN
Integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit berikut derivate-derivatnya, seperti sisik
dan kelenjar beracun yang dipelajari dalam praktikum ini.
17
Gambar 12. Bentuk Sisik Ikan
(7)
(5)
(1)
(10
(2) )
(9)
(3)
(4)
(6) (8)
Gambar 13. Bentuk sisik ikan dengan bagian-bagiannya: (1) Canaliculi; (2) rongga; (3)
epidermis; (4) dermis; (5) circulus; (6) radius; (7) fokus; (8) pigmen; (9) ctenii;
dan sebelah kanan garis putus (10) adalah bagian sisik yang muncul.
18
3.2. Kelenjar Beracun
Merupakan salah satu organ yang terdapat pada sistem intugumen, dan berfungsi sebagai
alat mempertahankan diri, menyerang atau melumpuhkan organisme mangsa. Antara lain
terdapat pada ikan karang (Carax sp.), lele (Clarias Batarachus) atau pari (Dasyatis sp.) dsb.
(a)
(b)
Gambar 14. Ikan pari dengan ekor berduri racun (a), dan bagian-bagian duri racun (b)
19
letakkan di atas gelas obyek. Amati bagian-bagiannya dengan loupe atau mikroskop
binokuler dan kemudian di gambar dan beri keterangan mengenai pusat, ctenii, radius
dan cisculusnya. Untuk mengamati sisik placoid, buat penampang melintangnya dengan
mengiris kulit dan daging ikan memanjang tubuh.
8. Pengamatan kelenjar beracun dapat diketahui di bagian ekor ikan pari (dari family
Dasyatidae). Buat penampang melintangnya pada bagian bawahnya. Tunjukkan
bagian-bagiannya.
20
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
21
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
22
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
23
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
24
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
25
LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN
SISTEM INTEGUMEN
Keterangan :
1.
7.
2.
8.
3.
9.
4.
10.
5.
11.
6.
12.
26
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang Orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala
27
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang R Indeks tinggi kepala
28
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang R Indeks tinggi kepala
29
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala
30
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala
31
LEMBAR KERJA
SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS
Nama lokal :
Tanggal identifikasi :
Parameter sifat morfometrik :
a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor
b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh
c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor
Ekor
d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal
e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal
f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala
g. panjang orbital p Indeks tinggi badan
h Panjang Mata q Indeks batang ekor
i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala
32
Tugas :
1. Lakukan identifikasi dengan cara menyesuaikan hasil penetuan sifat-sifat meristik,
morfometrik dan sifat morfologis lainnya, dengan sifat-sifat yang diterangkan pada buku
identifikasi. Penyesuaikan selalu dimulai pada sifat yang diterangkan pada nomor 1
dalam buku-buku identifikasi.
2. Buat klasifikasi ikan contoh sesuai petunjuk buku identifikasi, berdasarkan sifat meristik,
morfometrik dan sifat khusus.
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
33
Klasifikasi ikan .......:
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
Filum :
Kelas :
Ordo :
Famili :
Genus :
Spesies
34
Buku-buku acuan:
1. Bleeker, Pieter, 1350 dst., Ichtyologische Fauna Van Midden en Oost Java. Verh.
Batav. Gen.
2. Bleeker, Pieter, 1862, dst. Atlas Ichtyologique des Indes Orientales.
3. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, dan D.R.M. Passino, 1977. Ichthyology.
John Wiley and Sons. New York.
4. Munro, Ian S. R. 1955. The Marine and Freswater Fishes of Ceylon. Dept. of. Ext.
Aff. Canberra.
5. Saanin, H., 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Bandung
6. Waber, Max dan L.E. de Beaufort, 1913, dst. The Fishes of Indo-Australian
Archipelago. E.J. Brill, London.
35
IV. SISTEM OTOT
Pada praktikum ini dipelajari sistem otot rangka, yaitu otot bergaris yang melekat pada
tulang dan bekerja di bawah rangsang otak (voluntary). Untuk melihatnya kulit yang menutupi
bagian otot tersebut dibuka. Pola susunan otot (myotome) yang membentuk tubuh, berbeda pada
tiap jenis ikan (Gambar 15).
Gambar 15. Pola myomer otot lateral dan otot dorsal ikan Elasmobrachii (a) dan ikan
Osteichthyes (b)
36
4.1. Otot Rangka bagian Tubuh Lateral
Jika kulit tubuh lateral dibuka terlihat pola myotome atau kelompok serabut otot dan
myoseptum yang memisahkan satu myotome dengan lainnya; septum sceletogenous hotizontal,
yaitu selaput memanjang yang membagi otot tubuh lateral menjadi bagian dorsal (otot epaxial)
dan otot bagian ventral (otot hipaxial), biasanya di atas septum sceletogenous terdapat otos
musculus lateralis superficial yang berwarna hitam atau merah mengandung lemak.
37
(7)
Gambar 17. Otot bagian kepala (a) ikan hiu (Squalus) dan (b) ikan salmon (Oncorhynchus
tshawytscha) dengan bagian- bagiannya. (1) mata; (2) rawan palatoquadrat; (3) lekuk post-
orbital; (4) maxilla levator; (5) spiracle; (6) constrictor hyoid dorsal; (7) constrictor branchial
dorsal; (8) trapecius; (9) rawan coracoscapular; (10) otot dorsal (epaxial); (11) septum
skeletogenous horizontal; (12) otot lateral; (13) otot ventral; (14) linea alba; (15) celah branchial
luar; (16) constrictor branchial ventral; (17) constrictor hyoid ventral; (18) rawan labial; (19)
mandible; (20) adductor mandibularis; (21) maxilla; (22) rostum; (23) constrictor mandibular
vetral; (24)coraco-mandibularis; (25) pre-maxilla; (26) bagian mandibular; (27) bagian cephalic;
(28) operculi levator; (29) operculi dilator; (30) arcus palatin levator; (31) tutup insang.
38
V. SISTEM RANGKA
Untuk melihat dan mempelajari sistem rangka, dapat digunakan cara fotografis dan cara
langsung dengan menggunakan bahan-bahan kimia hingga bagian-bagian tubuh rangka dapat
dipisahkan tanpa merusak rangka itu sendiri. Prosedur cara langsung dijelaskan terpisah.
5.1.Rangka Axial
5.1.1. Tengkorak
Ikan Elasmobranchi mempunyai tengkorak yang dibentuk dari rangka rawan hingga batas
bagian-bagiannya tidak nyata. Sebaliknya, ikan Teleostei mempunyai rangka yang sudah
terossifikasi dengan baik hingga batas bagian-bagiannya mudah terlihat.
Pada ikan Elasmobranchii, tengkorak terdiri dari chondrocranium yang terdiri dari
neurocranium sebagai pelindung otak dan dua pasang kapsul sensory (telinga dan mata) dan
branchiocranium atau lengkung visceral yang dasarnya berjumlah delapan berikut
derivate-derivatnya, yaitu: rahang atas (pterygoquadrate) dan rahang bawah (rawan meckel atau
mandibular) yang masing-masing merupakan modifikasi lengkung visceral ke-dua; tulang hyoid,
yang diduga merupakan modifikasi lengkung visceral ke-tiga, terletak sebelah belakang rahang
bawah; lengkung visceral IV sampai VIII yang menjadi lengkung insang I s/d V.
Lengkung visceral I telah hilang atau berubah menjadi rawan labial (Gambar 18).
Pada tengkorak ikan Teleostei, setelah kulit dan otot yang melekat dibuka, akan terlihat
neurocranium dan branchiocranium (Gambar 19) yang terdiri dari:
1. Tulang supra-occipital, terletak kira-kira sebelah atas foramen magnum atau lubang
syaraf medulla oblongata yang berhubungan dengan vertebra.
2. Tulang parietal, merupakan atap tengkorak yang paling posterior terletak di anterior
tulang supra-occipitial
3. Tulang frontal, dianterior tulang parietal diatas mata sampai bagian atas anterior mata
4. Pre-frontal, tulang kecil di anterior tulang frontal
5. Tulang nasal, terletak di anterior tulang frontal di antara kedua lubang hidung (nares)
6. Tulang rahang atas, terdiri dari tulang-tulang pre-maxilla (bibir atas) di anterior tulang
nasal; maxilla, terletak sebelah belakang pre-maxilla.
39
7. Tulang rahang bawah, terdiri dari tulang-tulang dentary atau tulang rahang bawah bagian
anterior ; artikular, disebelah posterior tulang dentary ; dan angular, tulang kecil di bawah
artikular.
8. Tulang quadrate, posterior-dorsal tulang artikular, berpasangan
9. Tulang peteigoid, bagian tulang pipi, terletak diatara tulang quadrate dan maxilla,
dibawah mata.
10. Tulang metaterygoid di posterior tulang peterygoid dan anterior tulang quadrate
11. Lachrymal, besar, terletak anterio – ventral rongga mata di antara tulang maxilla dan
tulang nasal
12. Circum orbital, merupakan tulang rongga mata sebelah ventral
13. Tulang pro-otic, tulang kapsul telinga di atas tulang metapterygoid
14. Tulang hyomandibular, besar, terletak di atas tulang metapterygoid
15. Tulang sphenotic, bagian kapsul telinga di atas hyomandibular di bawah tulang frontal,
kecil
16. Tulang epiotic, bagian kapsul telinga di posterior-dorsal sphenotic, kecil
17. Tulang pterotic, bagian kapsul telinga di bawah apiotic di atas operculum
18. Tulang symplectic, tulang kecil di ujung bawah hyomandibular
19. Tulang-tulang tutup insang, terdiri dari: pre-operculum atau tutup insang anterior, di
posterior tulang hyomandibular; operculum, besar dan pipih di posterior pre-operculum;
sub-operculu; terletak di posterior operculum, lebih kecil dan inter-operculum, terletak
dibawah operculum dan pre-operculum
20. Cleithrum, terletak di posterior sub-operculum
21. Branchiostegal, tulang penyokong tutup insang di bagian bawah rahang dan tutup
ingsang, dilengkapi dengan membrane branchiostegal
40
Gambar 18. Tengkorak ikan Elasmobranchii
(34)
Gambar 19. Bagian tulang tengkorak ikan Teleostei : (1) prootic; (2) parietal; (3) supra-occiptal;
(4) sphenotic; (5) epiotic; (6) post-temporal; (7) opterotic; (8) supra-cleithrum; (9) cleithrum;
(10) scapula; (11) sub-operculum; (12) operculum; (13) interoperculum; (14) pre-operculum;
(15) branchiostegi; (16) hyomandibular; (17) symplectic; (18) metapterygoid; (19) angular; (20)
quadrate; (21) articular; (22) pterygoid; (23) mesopterygoid; (24) Maxilla; (25) dentary; (26)
premaxilla; (27) dermethmoid; (28) nasal; (29) lachrymal; (30) prefrontal; (31) parasphenoid;
(32) intarorbitals; (33) alisphenoid; (34) frontal
41
5.2.Vetebra dan Rusuk
Bentuk vertebra dan rusuk berbeda menurut letaknya pada satu ikan. Dalam praktikum
ini dilihat dan dipelajari vertebra dan rusuk dari bagian tubuh, di anterior caudal, dan pada
anterior caudal serta tulang weber, yaitu tiga ruas vertebra pertama yang berubah bentuk dan
fungsinya. Jika vertebra dan rusuk dipisahkan dari otot dan bagian lain yang melekat, akan
terlihat duri neural pada bagian dorsal; lengkung naural di bawahnya tempat terdapatnya saluran
neural; dan centrum. Di bagian ventral terdapat sepasang rusuk (pleuralrib) yang melekat pada
centrum melalui vertebra di muka caudal, terdapat lengkung hemal, lubang hemal, dan transverse
process yang bersatu, sementara rusuk sudah teredusir. Di bagian caudal sebelah ventral
centrum, selain lengkung hemal dan lubang hemal, terdapat pula duri hemal (Gambar 30).
Tulang weber antara lain terdapat pada ikan mas (cyprinus carpio), terdiri dari: tripus
yang merupakan “centrum” di bawah duri dan lengkung hemal, berasal dari ruas vertebra
ke-tiga; scaphium, dan claustrum berasal dari lengkung neural vertebra pertamaa; dan
intercalarum, berasal dari lengkung neurat vertebra ke-dua. Pada alat Weber, duri neural,
lengkung neural, dan rusuk, bermodifikasi bentuknya, seperti terlihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Vetebra dan rusuk ikan Teleostei (a) di bagian badan, (b) di muka batang ekor, dan
(c) pada batang ekor
42
Gambar 21. Tulang Weber (a) bagian–bagiannya dan (b) letaknya pada Cyprinidae
43
5.3. Rangka Appendicular
Termasuk rangka appendicular pada ikan adalah tulang penyokong sirip berikut
penyekatnya. Rangka appendicular sirip dorsal dan sirip anal ikan-ikan Teleostei adalah tulang
pterygyophore, yang terdiri dari pterygyophore proximal (axonost), terdapat di antara duri neural
atau hemal; pterygyophore intermediate disebelah luarnya; dan pterygyophore distal (baseost),
terletak paling luar berhubungan dengan jari-jari sirip. Pada ikan Elasmobranchii, sirip dorsal
dan sirip anal ditunjang oleh rangka rawan, terdiri rawan basalia, yang berdekatan dengan
vertebra dan rawan radial di dekat jari sirip (Gambar 22).
Rangka appendicular sirip pectoral ikan elasmobranchii berupa rawan coraco-scapular
yang kuat berbentuk huruf U, terdiri dari sepasang coracoid pada bagian ventral tempat melekat
sirip pada ujungnya, scapular di bagian atas coracoids dan suprascapular pada bagian paling
ujung. Pada ikan Teleostei, rangka appendicular sirip pectoral terdiri dari rangka rawan, yaitu
sepasang coracoids; scapular; dan radialia, yang berhubungan langsung dengan jari-jari sirip, dan
dari rangka dermal yaitu cleitrum; supra-cleitrum di atasnya; dan post-cleitrum di bagian
posterior (Gambar 23).
Sirip ventral ikan elasmobranchii ditunjang oleh tulang rawan pelvic; tulang
basipterygium terdapat dibawahnya, tempat menempel sirip ventral dan rawan basal (axial) yang
merupakan lanjutan dari basipterygium. Pada ikan elasmobranchii dewasa jantan, rawan basal
(axial) tersebut dilengkapi dengan alat bantu kopulasi yang disebut clasper. Pada ikan Teleostei,
sirip ventar menempel pada tulang basip terygium yang bagian anteriornya berhubungan dengan
tulang cleitharum dari sirip pectoral (Gambar 24).
44
Gambar 22. Rangka appendicural sirip dorsal, ventral, dan anal
supracleithrum
Cleithrum
Scapula
Radials (5)
Coracoid
Pectoral fin
Postcleithrum
Basipterygium
(pelvic girdle)
Gambar 23. Rangka apendicular sirip pectoral (a) ikan hiu (Elasmobranchii), dan (b) ikan
Telostei
45
Gambar 24. Rangka apendicular sirip ventral (a) ikan hiu (Elasmobranchii), dan (b) ikan
Teleostei
46
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
47
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
48
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
49
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
50
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
51
LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
52
Buku Acuan :
Adam, L.A. dan S. Eddy, 1951. Comparative Anatomy. An Introduction to the Vetebrates. John
Wiley and Sons, Inc., New York.
Brown, M.E., 1957. The Physiology of Fishes. Academic Press. Inc., New York. Vol. I
Effendie, M.I., 1962. Fish Biology. Corr. Course, Dit. Jen. Perikanan Departemen Pertanian,
Jakarta.
Inger, R.F. dan C.P.Kong. 1968. The Fresh Water Fishes of North Borneo. Fieldiana, Zoology
Vol.45. Chicago Nat. Hist. Mus.
Jordan, D.S., 1907. Fishes. A Appleton. London 13
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, dan Dora, R.M. Passino, 1977. Ichthyology. John Wiley
and Sons. New York.
Parker, T.J. dan W.A. Haswell, 1951. A Text Book of Zoology. Vol. II. MacMillan and Coy.,
Limited. London.
Sutandar, 1973. Beberapa Jenis Ikan Air Tawar di Kecamatan Buah Batu dan Sekitarnya,
Bandung. Skripsi Minor. Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung.
53
VI. SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN
Sistem pencernaan makanan pada ikan hampir sama dengan hewan vetebrata lainnya,
pada dasarnya terdiri terdiri dari organ mulut, yang sebagian dilengkapi dengan gigi;
kerongkongan; oesopagus; lambung; usus; dan anus. Dalam hal ini, bentuk-bentuk dan
ukurannya bervariasi untuk tiap jenis ikan sesuai dengan jenis makanan dan kebiasaan
makannya.
6.1. Gigi
Selain gigi yang terdapat pada rahang, beberapa jenis ikan mempunyai semacam gigi
yang terdapat pada kerongkongan atau pharynx, yang merupakan modifikasi dari lengkung
insang yang terakhir. Ikan mas (Cyprinus Carpio) misalnya tidak mempunyai gigi pada
rahangnya, tetapi untuk menghancurkan makanan yang dimakan digunakan gigi pharynx
(Gambar 25). Gigi rahang dan gigi pharynx dapat dilihat dengan membuka rongga mulut atau
jika dilakukan pemotongan mulut kea rah lateral dan ventral sampai akhir tutup insang.
54
Gambar 25. Beberapa macam gigi ikan berdasarkan struktur dan lokasi
55
Untuk melihat bagian-bagian saluran pencernaan makanan, perlu dilakukan pembedahan
rongga tubuh ikan, sebagai berikut: sisi lateral tubuh ikan digunting beberapa mm dari anterior
anus ke arah dorsal, kemudian ke arah caudal melewati lubang genital. Pengguntingan
dilanjutkan ke arah dorsal sepanjang rongga tubuh sampai batas vertebra, kemudian kea rah
anterior sampai bagian dorsal operculum dan diteruskan sepanjang pinggiran anterior
pre-operculum sampai mulut. Selanjutnya, dari tempat pengguntingan pertama dimuka anus,
pengguntingan dilakukan lagi sepanjang medioventral ke arah anterior sampai mulut, bertemu
dengan pengguntingan dari bagian dorsal operculum, hingga dinding tubuh lateral dapat dilepas.
Di daerah sekitar sirip pectoral terletak jantung, hingga pengguntingan harus dilakukan
dengan hati-hati. Untuk itu, dinding pemisah antara rongga tubuh, kerongkongan, dan rongga
pericardium, harus digunting lebih dahulu.
56
Gambar 26. Saluran pencernaan makanan beberapa jenis ikan dengan bagian-bagiannya: (1)
mulut; (2) pharynx; (3) lambung; (4) Pancreas; (5) oesophagus; (6) spleen; (7) usus;
(8) katup spiral; (9) anus; (10) hati; (11) ovarium); (12) duodenum; (13) ginjal
mesonepheros; (14) ginjal; (15) gelembung renang; (16) saluran empedu; (17)
kantung empedu; (18) jaringan adiposum; (19) pylorus; (20) pyloric caeca; (21) gall
blader.
57
Gambar 27. Variasi bentuk dan ukuran saluran pencernaan makanan bagian anterior (a) ikan
omnivore, (b) ikan carnivore, dan (c) ikan “pemakan dasar”
Gambar 28. Variasi dari panjang dan bentuk usus (a) ikan herbivor, (b) dan (c) ikan carnivor
58
Gambar 29. Usus ikan hiu dengan katup spiral (a) lateral dan (b) iris melintang
Bagian dari saluran pencernaan makanan yang terlihat antara lain : mulut berikut bibir
dan gigi, kerongkongan atau pharynx tempat melekat insang pada sisinya, oesophagus, lambung,
phylorus yang memisahkan lambung dari anus, phyloris caeca yang kadang-kadang terdapat
melekat pada usus, kantung empedu yang terdapat dekat lambung dan dihubungkan dengan
saluran empedu dan anus.
59
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
60
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
61
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
62
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
63
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
64
LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN
Praktikum ke :
Nama Ikan :
Letak mulut :
Letak gigi :
Bentuk lambung :
Panjang usus :
Kesimpulan :
65
VII. SISTEM PERNAFASAN
Alat pernafasan ikan yang utama adalah insang, disamping terdapat beberapa organ lain,
seperti bagian alat pencernaan makanan pada Menopterus albus atau versica natatoria ikan
Dipnoi, yang dapat berfungsi sebagai alat bantu pernapasan.
Bagian tubuh lainnya yang penting untuk identifikasi adalah alat bantu pernafasan, umunya
terdapat pada rongga insang, merupakan modifikasi lengkung insang ke – dua dan ke- tiga. Alat
tersebut antara lain berbentuk seperti labyrinth, kantong atau rongga Adanya organ tersebut ikan
dapat langsung mengambil oksigen dari udara (Gambar 30).
Insang dapat dilihat dengan membuka tutup/ keping insang. Insang terdiri dari lengkung
insang yang banyak terdapat pembuluh darah efferent, arteri branchialis, arteri epibranchialis,
dan pembuluh darah afferent; filament insang yang mengandung lubang-lubaang kapiler; dan
tapis insang yang juga berfungsi menyaring makanan dari air yang masuk. Lengkung insang ikan
Teleostei diperkuat oleh rangka tulang dan pada ikan Elasmobranchii oleh rangka rawan
(Gambar 31).
66
Gambar 31. Penampang irisan insang (a) ikan Elasmobrachii dan (b) ikan Teleostei
67
VIII. SISTEM PEREDARAN DARAH
Sistem peredaran darah ikan yang berpusat pada jantung dengan pembuluh darahnya,
berhubungan erat dengan fungsi pernapasan, keseimbangan cairan tubuh, ekskresi dan
pencernaan. Bagian-bagian jantung yang tampak dari luar adalah sinus venosus sebagai
penampung darah dari sepasang vena hepatica dan ductus Cuvieri, ke arah anterior terdapat
atrium, ventricle yang berdinding tebal, dan bulbus anteriosus (pada ikan Teleostei dan Lamprey
berupa pembuluh berdinding tebal) atau conus anteriosus yang berdinsing lebih tipis (pada ikan
Elasmobaranschii) (Gambar 20) Di antara jantung dan lambung atau usus terdapat hati berwarna
merah menguning; dekat hari kadang-kadang terdapat “gall blader” sebagai tempat penyimpanan
sementara hasil sekresi dari hati; spleen pada jaringan sub-mukosa saluran pencernaan yang
menghasilkan erythrocyte; thrombocyte, lymphocyte, dan granulocyte.
Gambar 32. Pembuluh darah vena di bagian kepala ikan dilihat lateral : (1) mata; (2) vena
orbital; (3) spiracle; (4) vena hyoid; (5) vena cardinal anterior (6) vena cutaneous lateral ;(7)
vena cardinal posterior; (8) vena subclavia; (9) vena hepatica; (10) vena abdominal lateral; (11)
vena branchial; (12) jantung; (13) vena branchial; (14) Vena jugularis; (15) vena facial anterior;
(16) vena enchepalis; (17) vena post-orbital; (18) vena iliaca; (19) atrium; (20) ventricle ;(21)
aorta ventralis.
68
Gambar 33.Jantung dan sistem peredaran darah di sekitar insang: (1) atrium; (2) sinus venosus;
(3) ventricle; (4) conus arteriosus; (5) ductus cuvieri; (6) Vena Hepatica; (7) Aorta Ventralis; (8)
branchial afferent; (9) arteri hypobranchial; (10) arteri efferent posterior; (11) aorta dorsaslis;
(12) arteri branchial efferent (13) arteri subclavia; (14) arteri hyoid efferent; (15) hyoid afferent;
(16) pseudobranchia hyoid; (17) filamen insang.
69
Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
70
Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
71
Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
72
Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
73
Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
74
Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
75
IX. SISTEM UROGENITAL
Merupakan gabungan dari sistem eksresi (urinaria) dengan system genitalia. System
urinaria terdiri dari sepasang ginjal yang terletak disebalah dorsal rongga perut dibawah vertebra
berikut saluran-salurannya. Ginjal dapat berupa pronephoros yang berhubungan dengan rongga
abdomen, merupakan salah satu alat pengeluaran metabolisme. Saluran dari ginjal adalah ureter
yang masing-masing terletak di rongga abdomen sebelah dorsal menuju posterior bertemu di
kantung urin tempat menyimpan urin sebelum dikeluarkan melalui urethra di porus urogenitalia.
Sistem genital jantan terdiri dari sepasang testis terletak disebelah ventral vesicanatatoria;
vasaefferent di dekat oesophagus yang mengalirkan sperma; dan ductus spermaticus yang
membesar dibelakangnya, bersatu pada vesicular seminalis sebagai kantung penyimpanan
sperma; sinus urogenital untuk mengeluarkan sperma melalui porus urogenital (Gambar 21).
Sistem genital betina pada ikan Teleosthei terdiri dari sepasang ovarium yang terletak
disebah ventral vesicanatatoria yang besarnya tergantung dari tingkat kematangannya; oviduct
atau saluran telur yang ujungnya bersatu, berakhir pada porus urogenitalia (Gambar 22). Pada
ikan elasmobrachii, ovarium tunggal; oviduct terletak kira-kira sekitar oesophagus; ujung
oviduct menyempit, terdapat uterus, tempat menyimpan telur yang telah dibuahi.
76
(b) ikan Teleostei
Gambar 34. Sistem urogenital (a) ikan Elasmobranchii dan (b) ikan Teleostei
Gambar 35. Ovarium ikan (a) Teleostei dan (b) ikan Trout (effendie, 1972)
77
testis, vasaefferent, ductus spermaticus, vesicular seminalis, dan sistem genital
betina yaitu ovarium, oviduct; yang berakhir di porus urogenital.
78
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
79
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
80
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
81
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
82
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
83
LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA
Praktikum ke : Nama ikan :
Tanggal : Nama ilmiah
Nama Ikan :
Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan
Kesimpulan :
84
X. SISTEM SYARAF
Pada praktikum ini system syaraf yang dipelajari adalah pusat system persyarafan yaitu
otak. Untuk mempelajarinya otak dikeluarkan dari rongga otak. Sebaiknya kepala ikan direndam
lebih dahulu dalam larutan formalin 4% agar otak mengeras. Kemudian tulang-tulang pelindung
otak dibuka hati-hati dengan menggunakan pisau, pinset dan gunting preparasi. Bersihkan cairan
kental yang ada disebelah dorsal tulang tengkorak hingga bagian-bagian otak tampak dnegan
jelas, berwarna keputih-putihan, lunak dan banyak terlihat pembuluh darah (halus).
Bagian otak ikan yang dapat terlihat dorsal dan lateral adalah : syaraf-syaraf cranial
(Is/Dx), Telencephalon, sepasang bagian otak anterior di encephalon, terletak disebelah posterior
telencephalon bagian ventral mesencephalon, agak bulat, besar, disebelah posterio dorsal dari
diencephalon; hypophysa, disebelah ventral dari mesencephalon, kecil, berhubungan dengan lobi
inferior dari diencephalon; cerebellum (metencephalon) disebelah postarerios mesencephalon,
relative besar; myelencephalon (medula oblongata) disebelah posterior otak berupa benang
memanjang pada canal vertebra (Gambar 26).
85
(f) C.carpio (lateral)
Gambar 36. Otak ikan dengan bagian-bagiannya
86
XI. LEMBAR KERJA SISTEM SYARAF
87