Anda di halaman 1dari 55

PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL

DENGAN METODE GRANULASI BASAH

I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi basah
dengan zat aktif parasetamol.
Menentukan evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat

II. Teori Dasar


Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul
dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Keduanya efektif memberikan
kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien.
Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada
bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang
stabil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244)
Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet
mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof)
Hal – hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari
semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang
paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang
bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus
atau produk lepas lambat
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar –
besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lachman, hlm 645)

Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :


1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan
sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih
menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang
peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan
dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu.
(Lachman, 647-648)

Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan
pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain
formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut :

1. Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat
berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir)
2. Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat
kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang
pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet.
Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
3. Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan
pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama
tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.
4. Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada
antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan
penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat
sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan)
Stickland mendeskripsikan:
 Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama
proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
 Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya ada
dinding cetakan.
 Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah
tersusun/terkumpul.
6. Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang
lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering
ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan
granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
2) Distribusi glidan dalam granul.
3) Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan teradhesi
pada permukaan granul.
(Goeswin, hlm 288-291)
Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya ditambahkan pula
agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah, agen penyalutan, pembentuk matriks dan
pewarnaan (zat warna).
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri
serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.
b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
c. Stabil secara fisika, kimia.
d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
e. Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).
f. memenuhi keseragaman ukuran
g. memenuhi keseragaman bobot
h. memenuhi waktu hancur
i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
j. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
k. Tablet menga
l. ndung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam batas yang
dizinkan (spesifikasi).
m. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan.
n. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan.
o. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm 304)

Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa
obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak. Mesin pencetak tablet
ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak ganda berputar atau rotary
press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut:
1. Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul
yang akan dicetak
2. Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
3. Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
4. Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
5. Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari
hopper ke dalam die.
(Lachman ,halaman 662)

. Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung dan
granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan
partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode
granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.

a. Granulasi Basah
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara
granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan
gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran
yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief,
1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu
:
1. Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien
2. Pencampuran serbuk yang sudah digiling
3. Preparasi larutan pengikat
4. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa basah
5. Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12
6. Pengeringan granul basah
7. Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
8. Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
9. Pengempaan tablet
(Goeswin Agoes halaman : 254)

Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta penetapan
sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi meliputi :
a. Evaluasi Granul
1. Sifat alir
2. BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
3. Kelembaban
b. Evaluasi Tablet
1. Organoleptis
2. Keseragaman Ukuran
3. Keseragaman bobot
4. Friabilitas
5. Kekerasan dan kerenyahan tablet
6. Waktu hancur
7. Kandungan obat dan pelepasannya

Parasetamol atau asetominofen memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan


antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting halaman : 318)

Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak


memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung
pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan
nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan
demam setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact)
Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein
dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal
lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang
diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya
tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat
menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan
parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi
pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak
interaktif.

Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari,
pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni rata – rata
usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed
IV, hlm 318-319)

III. Resep
 Kelompok 1 (formula 1)
BAHAN KADAR
Paracetamol 500 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Fase dalam
Amylum 10%
Pasta amylum 5%
Amylum 5%
Fase luar Talk 2%
Mg stearat 1%

 Kelompok 2 (formula 2)
BAHAN KADAR
Paracetamol 500 mg
Lactosa Anhidrat q.s
Fase dalam
Amylum 10%
Pasta amylum 12,5%
Amylum 5%
Fase luar Talk 2%
Mg stearat 1%

 Kelompok 3 (formula 3)
BAHAN KADAR
Paracetamol 500 mg
Lactosa q.s
Fase dalam
Amylum 10% 10%
PVP 2%
Amylum 5%
Fase luar Talk 2%
Mg stearat 1%

 Kelompok 4 (formula 4)
BAHAN KADAR
Paracetamol 500 mg
Lactosa q.s
Fase dalam
Amylum 10% 10%
PVP 5%
Amylum 5%
Fase luar Talk 2%
Mg stearat 1%

IV. Preformulasi Zat Aktif


Struktur kimia

Rumus molekul C8H9NO2


Nama Paracetamol
Nama lain Acetaminofhen
Nama kimia n-acetil-4-aminofenol
Berat molekul 151,16
Pemerian Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa pahit (FI III,hal 32)
Suhu lebur 1690C-1720C
Ph Antara 5,3 dan 6,5 (codek hal 988)
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air,7 bagian etanol,13 bagian aceton,40 bagian
glicerol,9 bagian propilen glikol,larut dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas  Terhidrolisis pada ph minimal 5-7
 Stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk serbuk)
 Dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk warna
pink,coklat dan hitam
 Relatif stabil terhadap oksidasi
 Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 250C
dan kelembaban 90%
 Tablet yang dibuat granulasi basah menggunakan pasta gelatin
tidak dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dibandingkan
menggunakan povidon
(codek hal 988)
Inkompatibilitas Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon (codek hal 988)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya (FI IV,hal 650)
Daftar pustaka FI III,hal 32
FI IV,hal 650
codek hal 988-989
V. Preformulasi Eksipien
 PVP (Polivinil Pyrolidone)
Struktur kimia

Rumus molekul (C6H9NO)n


Nama kimia 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer [9003-39-8]
Berat molekul 2500-3000000
Pemerian Serbuk hakus berwarna putih hingga putih krem,tidak berbau atau
hampir tidak berbau,serbuk higroskopis
Kelarutan Sangat larut dalam asam,kloroform , etanol 95%,keton,metanol dan
air,praktis tidak larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral
Stabilitas penurunan kelarutan povidone stabil untuk siklus pendek dari preparan
Povidon mulai berwarna gelap sampai batas tertentu pada pemanasan
1500C ,dengan panas sekitar 1100C-1300C.
Sterilisasi uap dari larutan berair tidak mengubah kandungan
povidon,larutan berair yang peka,rentan terhadap pertumbuhn jamur dan
akibatnya memerlukan penambahan bahan pengawet yang cocok
Inkompatibilitas Inkompatibel terhadap bahan organik dan anorganik
Penyimpanan Disimpan dalam wadah kedap udara ,sejuk dan tempat kering
Kegunaan Pengikat (0,5%-5%)
Daftar pustaka HOPE 6th edisi 2009 hal 581-582

 Amylum
Struktur kimia

Rumus molekul [C16H10O5]n . dimana n= 300 – 1000


Nama kimia Starch [9005 – 25 -8]
Berat molekul 300 – 1000 tergantung jenis amylum
Pemerian Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih tua ,serbuk
halus
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati
mengembang seketika dalam air sekitar 5 – 10 % pada 378C .pati
menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi.
Stabilitas Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati dianggap
sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan
dibawah normal .larutan amilum atau atau pasta amylum tidak stabil
dan mudah dimetabolisme oleh microorganisme,karena itu untuk
granulasi basah harus selalu dibuat baru. Pati harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna
senyawa inklusi terbentuk dengan yodium
Penyimpanan Dalam tempat sejuk dan kering
Kegunaan Desintegran 3 – 25 %
Daftar pustaka HOPE 6th edisi 2009 hal 686 – 691

 Talkum
Struktur kimia
Rumus molekul Mg6(S12O5)4(OH)4
Nama kimia Talk(14807-96-6)
Berat molekul -
Pemerian Sangat halus,warna putih sampai putih ke abu-an,tidak berbau ,berkilat
mudah melekat pada kulit dan bebas dr butiran
Kelarutan Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Stabilitas Talk merupakan bahan yang stabil,dapat di sterilisasi dengan pemanasan
sampai 1600 C tidak kurang dari 1 jam .dapat juga disterilkan dengan gas
etilen oxide atau gama radiasi
Inkompatibilitas Inkompatibilitas dengan kandungan ammonium kwartener
Penyimpanan Talk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
Kegunaan Glidan (1,0 % - 10 %)
Daftar pustaka HOPE 6th edisi 2009 hal 728 – 731
FI ed IV hal 771

 Lactosa Anhydrous
Struktur molekul

Rumus molekul C12H22O11


Nama kimia O-β-D-galactopyranosyl-(1  4)-β-D-glucopyranose
Berat molekul 342,30
Pemerian Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih, rasa
manis, tidak berbau.
Suhu Lebur 2320C
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter.
Density 1,589 g/cm3
Stabilitas Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam penyimpanan. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi lembab yang
kelembabannya hingga 80%.
Inkompatibilitas Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami
reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder bila disimpan dalam
kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan Tablet filler atau diluent atau pengisi.
Pustaka Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 – 361

 Magnesium Stearat
Struktur kimia

Rumus molekul C36H70MgO4


Nama kimia Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
Berat molekul 591,29
Pemerian Serbuk halus berwarna putih,bau samar rasa khas
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol,etanol 95%,eter dan air ,sedikit larut
dalm benzen hangat,dan etanol hangat 95%
Stabilitas Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan kering
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat,basa, garam besi.Hindari pencampuran
dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak dapat digunakan
dalam produk yang mengandung aspirin,beberapa vitamin dan garam
besi
Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat sejuk
dan kering
Kegunaan Lubricant,0,25 % - 5,0 %
Daftar pustaka HOPE 6th edisi 2009 hal 404 – 405

VI. Rasionalisasi Formula


 Dosis parasetamol dalam sediaan tablet >5% sehingga pembuatan tablet dengan metode
granulasi.
 Fungsi aqua yang digunakan dalam pembuatan tablet parasetamol bukan sebagai pelarut
zat aktif tetapi untuk melarutkan zat pengikat karena zat pengikat yang digunakan dalam
formula ini larut dalam air.
 Berdasarkan data stabilitas, parasetamol stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk
serbuk) sehingga pada saat pengeringan granul dilakukan pada temperatur dibawah 450C
 Bobot tablet yang dibuat 700 mg sedangkan bobot parasetamol adalah 500 mg sehingga
ditambahkan zat pengisi laktosa untuk menambah bobot tablet.
 Untuk mengikat zat aktif dan zat tambahan serta agar tablet dapat dicetak maka
ditambahkan zat pengikat PVP.
 Tablet merupakan sediaan solid sehingga ditambahkan penghancur atau disintegran
dengan menggunakan amilum pada fase luar dan dalam yang berfungsi untuk
memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan oleh pasien.
 Untuk memperbaiki sifat alir serbuk ditambahkan talkum sebagai pelicin/ glidan
 Untuk menurunkan friksi antara serbuk dan dies pada saat proses filler ditambahkan mg
stearat sebagai lubricant.
 Laktosa digunakan sebagai pengisi/filler yang berfungsi untuk menambah bobot tablet
 PVP digunakan sebagai pengikat atau binder yang berfungsi untuk mengikat zat aktif dan
zat tambahan agar tablet dapat dicetak
 Amilum digunakan sebagai penghancur/disintegran yang berfungsi untuk mempermudah
kehancuran tablet dalam pencernaan
 Talkum digunakan sebagai pelicin/glidan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat alir
serbuk dari hoper ke die.
 Mg stearat digunakan sebagai lubricant yang berfungsi untuk menurunkan friksi antara
serbuk dan die.
VII. Perhitungan
 Formula
Kadar parasetamol = 500 mg
Bobot tablet 700 mg = dibuat untuk 250 tablet
Fase dalam (92%) :
92
1 tablet = 100 × 700 𝑚𝑔 = 644 𝑚𝑔

250 tablet = 644 𝑚𝑔 × 250 = 161 𝑔𝑟𝑎𝑚

Perhitungan Kondisi
Formula Perhitungan 1 Tablet
500 Tablet Sebenarnya
Fase dalam (92%)
Parasetamol 500 mg 500 mg x 250 125,24 gram
= 125 gram
PVP 5% 5 35 mg x 250 = 8,758 gram
× 700 𝑚𝑔 = 35 𝑚𝑔
100 8,75 gram
Amylum 10% 17,506 gram
10
× 700 𝑚𝑔 = 70 𝑚𝑔 70 mg x 250 =
100
Laktosa q.s 17,5 gram 9,756 gram

(644 − 500 − 35 − 70)𝑚𝑔 =


39 mg x 250 =
39 mg
9,75 gram
Fase luar (8%)
Amylum 5% 5% 5 6,520 gram
× 119,977 𝑔 = 6,520 𝑔
92
1
Mg stearat 1% × 119,977 𝑔 = 1,304 𝑔 1,304 gram
92
5%
Talk 2% 2 2,608 gram
× 119,977 𝑔 = 2,608 𝑔
92
5%

Batch 1
Massa granul yang diperoleh = 150,077 gram
Bobot granul teoretis menjadi = 119,977 gram
Fasa luar yang ditambahkan:
5
Amylum = 92 × 119,977 𝑔 = 6,520 𝑔

1
Mg Stearat = 92
× 119,977 𝑔 = 1,304 𝑔

2
Talk = × 119,977 𝑔 = 2,608 𝑔
92

Kadar lembab pada granul = 2,67 %


2,67
= × 119,977 𝑔 = 3,203 𝑔
100

Bobot granul = 119,977 g – 3,203 g = 116,774 g


116,774 g
Jumlah tablet yang dapat dibuat = × 250 = 181,3 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
161g

(119,977+6,520+1,304+ 2,608 )g
Bobot tablet = = 0,719 𝑔 = 719 𝑚𝑔
181,3

Batch 2
Massa granul yang diperoleh = 157,800 gram
Bobot granul teoretis menjadi = 127,531 gram
Fasa luar yang ditambahkan:
5
Amylum = 92 × 127,531 𝑔 = 6,931 𝑔

1
Mg Stearat = × 127,531 𝑔 = 1,386 𝑔
92
2
Talk = × 127,531 𝑔 = 2,772𝑔
92

Kadar lembab pada granul = 2,61 %


2,61
= × 127,531 𝑔 = 3,328 𝑔
100

Bobot granul = 127,531 g – 3,328 g = 124,203 g


127,531 g
Jumlah tablet yang dapat dibuat = × 250 = 192,86 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
161g

(127,531+6,931+1,386+ 2,772)g
Bobot tablet = = 0,718 𝑔 = 718 𝑚𝑔
192,86

VIII. Prosedur
A. Fase dalam
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Proses milling
a. Haluskan bahan yang akan digunakan
b. Timbang bahan aktif dan bahan tambahan sebanyak:
 Paracetamol =125 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Amylum = 17,5 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Polivinilpirrolidon = 8,75 gram dikertas yang telah disesuaikan
 Lactosa = 9,75 gram dikertas yang telah disesuaikan
3. Proses mixing
a. Siapkan wadah mixing (yang tersedia di laboratorium adalah toples)
b. Masukkan dalam toples dari bahan yang terkecil yaitu lactosa sebanyak 9,75 g
c. Ditambahkan amylum kurang lebih sebanyak 9,75 g kemudian toples ditutup
d. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
e. Ditambahkan sisa amylum dan kurang lebih 12 g paracetamol kemudian toples
ditutup
f. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
g. Ditambahkan kurang lebih 40 g paracetamol kemudian toples ditutup
h. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5,toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
i. Ditambahkan sisa paracetamol kemudian toples ditutup
j. Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang
lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
4. Pembuatan larutan pengikat
a. Timbang 8,75 g povidon/polivinil pirolidon
b. Dimasukkan dalam beaker glas 50 ml
c. Ditambahkan kurang lebih 10 ml aquades
d. Diaduk sampai povidon/polivinil pirolidon larut sempurna menggunakan batang
pengaduk

5. Proses granulasi
a. Serbuk yang telah melalui proses mixing ditambahkan larutan pengikat sedikit
demi sedikit sambil diaduk perlahan sampai larutan pengikat habis
b. Diukur kelembaban serbuk,jika belum sesuai ditambahkan aquades sampai
kelembaban yang diinginkan
c. Masukkan serbuk dalam mesin granulasi
d. Lakukan granulasi sampai serbuk habis
6. Proses pengayakan
Granul yang sudah terbentuk diayak melalui mesh no. 12
7. Proses pengeringan
a. Granul ditempatkan dalam wadah yang permukaanya luas (dalam praktikum
digunakan loyang)
b. Dimasukkan dalam oven
c. Atur suhu oven pada temperatur 37 0C
8. Dilakukan evaluasi granul meliputi:
a. Berat granul
b. BJ nyata,BJ mampat dan % komprebilitas (% K)
c. Kecepatan aliran
d. Kandungan lembab
9. Proses mixing dengan fase luar
a. Timbang fase dalam ,hitung jumlah fase luar yang akan digunakan berdasarkan
jumlah fase dalam
b. Timbang bahan-bahan fase luar sebanyak:
 Amylum: 6,520 gram
 Talk: 2,608gram
 Mg stearat: 1,304 gram
c. Fase dalam dimasukkan dalam toples
d. Ditambahkan talk aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai homogen
(pengadukan jangan terlalu lama)
e. Ditambahkan mg stearat aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai
homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
f. Ditambahkan amylum aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai
homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
g. Pengadukan fase luar tidak lebih dari 5 menit
10. Proses Pencetakan Tablet
a. Dilakukan optimasi berat dengan mencetak satu tablet. Berat yang diinginkan 719.
b. Setelah didapat berat yang diinginkan dilakukan optimasi kekerasan tablet.
Kekerasan tablet yang diinginkan berkisar 70 – 120 N.
c. Setelah mendapat berat dan kekerasan yang sesuai. Kemudian mesin disetting
otomatis.
d. Granul dimasukkan ke dalam hopper mesin tablet single punch.
e. Dilakukan pencetakan tablet hingga granul dalam hopper habis.

11. Dilakukan evaluasi tablet , meliputi :


a. Organoleptik
b. Keseragaman ukuran
c. Friabilitas
d. Keseragaman bobot
e. Kekerasan tablet
f. Waktu hancur
IX. Evaluasi Granul dan Tablet
1. Evaluasi Granul
a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 500x).
Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr’s Index.
bobot granul
BJ nyata 
volume granul

bobot granul
BJ mampat 
volume mampat

BJ mampat  BJ nyata
%K   100%
BJ mampat

Penafsiran hasil : Jika % K:

5 – 10 % artinya aliran sangat baik


11 – 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk

BJ Nyata
Batch 1
Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Bobot granul 35 gram 35 gram 35 gram


Volume granul 82 mL 92 mL 93 mL
BJ Nyata 0,426 g/mL 0,380 g/mL 0,376g/mL

Rata-Rata BJ Nyata = 0,394 g/mL

Batch 2
Percobaan I Percobaan II Percobaan III

Bobot granul 35 gram 34,99 gram 35 gram


Volume granul 82 mL 81 mL 84 mL
BJ Nyata 0,426 g/mL 0,432 g/mL 0,416g/mL

Rata-Rata BJ Nyata = 0,425 g/mL

BJ Mampat
Batch 1 :
Jumlah Volume granul
Ketukan Percobaan I Percobaan II Percobaan III
- 82 mL 92 mL 93 mL
50 73 mL 86 mL 88 mL
100 71 mL 84 mL 86 mL
200 70 mL 83 mL 85 mL
500 69 mL 78 mL 83 mL
BJ Mampat 35 𝑔 35 𝑔 30,003𝑔
= 0,507 g/mL = 0,448 g/mL = 0,421 g/mL
69 𝑚𝐿 78 𝑚𝐿 54 𝑚𝐿

Rata-Rata BJ Nyata = 0,458 g/mL

Batch 2 :
Jumlah Volume granul
Ketukan Percobaan I Percobaan II Percobaan III
50 79 mL 73 mL 75 mL
100 72 mL 69 mL 72 mL
200 70 mL 68 mL 70 mL
500 68 mL 68 mL 69 mL
BJ Mampat 35 𝑔 34,999 𝑔 35 𝑔
= 0,514 g/mL 68 𝑚𝐿
= 0,514 g/mL = 0,507 g/mL
68 𝑚𝐿 69 𝑚𝐿

Rata-Rata BJ Nyata = 0,511 g/mL

% Kompresibilitas
Batch 1
Percobaan Ke- % Kompresibilitas

I
(0,507−0,426) g/mL
× 100% = 15%
(0,507)g/mL

II (0,448−0,380)g/mL
× 100% = 15,1 %
(0,448)g/mL

III (0,421−0,376)g/mL
× 100% = 10,6 %
(0,421)g/mL

Rata-Rata %Kompresibilitas = 13,5 %


Aliran Cukup Baik

Hasil evalusi BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas formula tingkat IIB :


Formula Batch BJ nyata BJ mampat Kompresibilit
(g/ml) (g/ml) as
1 1 0.4491 0.572 21.43 %
2 0.4715 0.590 20.07 %
2 1 0.466 0.562 17.02 %
2 0.467 0.583 19.93 %
3 1 0.483 0.553 12.88 %
2 0.378 0.463 18.3 %
4 1 0.394 0,456 13,5 %
2 0.425 0.512 16.92 %

b. Kecepatan aliran
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu
tertentu.
Alat : Flow Tester Manual
Penafsiran Hasi : Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan >4 g
granul adalah 1 detik.
Batch 1
Percobaan Berat Berat wadah + Waktu Kec. aliran
wadah (g) granul (g) (detik) (gram/detik)
1 3,127 g 27,964 2 detik 12,419 g/dtk
2 3,107 g 28,021 2 detik 12,457 g/dtk
3 3,092 g 27,822 2 detik 12,365 g/dtk

(12,419+12,457+12,365) g/dtk
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 (batch 1) = 3

= 12,413 g/dtk
Batch 2
Percobaan Berat Berat wadah + Waktu Kec. aliran
wadah (g) granul (g) (detik) (gram/detik)
1 3,126 g 27,196 2 detik 12,035 g/dtk
2 3,105 g 28,345 2 detik 12,620 g/dtk
3 3,094 g 28,489 2 detik 12,697 g/dtk

(12,035+12,620+12,697) g/dtk
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 (batch 2) = 3

= 12,451 g/dtk
Formula Batch Kecepatan aliran
1 1 8.997 g/detik
2 6.897 g/detik
2 1 11,1552 g/detik
2 10.94 g/detik
3 1 12.71 g/detik
2 5.96 g/detik
4 1 12.413 g/detik
2 12.451 g/detik

c. Kandungan lembab
Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi
masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama
kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya.
Prinsip : Alat menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen yang
mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70oC)
Alat : Moisture balance Balance
Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 2-4 %
Hasil :
Batch 1 :
Berat wadah + Berat wadah + Berat wadah +
granul granul granul
Percobaan I Percobaan I Percobaan I
12,508 gram 12,564 gram 12,530 gram
12,321 gram 12,357 gram 12,310 gram
12,294 gram 12,261 gram 12,208 gram
12,172 gram 12,230 gram 12,187 gram
12,172 gram 12,218 gram 12,187 gram
- 12,218 gram -

12,508 gram−12,172gram
%MC Percobaan I = ×100%
12,508 gram

= 2,6%
12,564 gram−12,218 gram
%MC Percobaan I = ×100%
12,564 gram

= 2,7%
12,530 gram−12,187 gram
%MC Percobaan I = ×100%
12,530 gram

= 2,7%
2,6 %+2,7%+2,7 %
%MC rata – rata = 3

= 2,67%
Batch 2 :
Berat wadah + Berat wadah + Berat wadah +
granul granul granul
Percobaan I Percobaan I Percobaan I
12,527 gram 12,546 gram 12,527 gram
12,243 gram 12,256 gram 12,266 gram
12,233 gram 12,246 gram 12,242 gram
12,207 gram 12,210 gram 12,202 gram
12,206 gram 12,208 gram 12,202 gram
- 12,208 gram -

12,527 gram−12,206 gram


%MC Percobaan I = ×100%
12,527 gram

= 2,56%
12,546 gram−12,208 gram
%MC Percobaan I = ×100%
12,546 gram

= 2,69%
12,527 gram−12,202 gram
%MC Percobaan I = ×100%
12,527gram

= 2,59%
2,56%+2,69%+2,59 %
%MC rata – rata = 3

= 2,61%
Hasil evaluasi kandungan lembab granul pada formula tingkat IIB :
Formula Batch Kandungan lembab granul
1 1 0,43%
2 0,43%
2 1 3.95 %
2 1.98 %
3 1 2%
2 2.03 %
4 1 2.67 %
2 2.61

2. Evaluasi Tablet
a. Organoleptis
Tujuan : Penerimaan oleh konsumen
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil: Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai spesifikasi
(bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi
Batch 1
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Bulat pipih. putih. Bulat pipih. Bulat pipih. putih. Bulat pipih. putih.
tidak berbau. rasa putih. tidak tidak berbau. rasa tidak berbau. rasa
pahit berbau. rasa pahit pahit
pahit ± 23 tablet
Tablet berbintik berbintik coklat
coklat dan ± 4 tablet regas
banyak tablet dibagian
yang caping dan permukaan
laminating

Batch 2
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Bulat pipih. putih. Bulat pipih. Bulat pipih. putih. Bulat pipih. putih.
tidak berbau. rasa putih. tidak tidak berbau. rasa tidak berbau. rasa
pahit berbau. rasa pahit pahit
pahit
Tablet berbintik
coklat dan
banyak tablet
yang caping dan
laminating

b. Keseragaman ukuran
Tujuan : Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi
adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke
dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet.
Alat : jangka sorong
Penafsiran hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal
tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan
jangka sorong.

Tabel Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet formula tingkat II


Batch 1 :
No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm)
1. 0.91 0.35 0,985 0,3 0.91 0.30 0,91 0,31
2. 0.91 0.32 0,91 0,29 0.91 0.30 0,91 0,33
3. 0.915 0.32 0,90 0,23 0.92 0.30 0,92 0,32
4. 0.91 0.33 0,90 0,25 0.92 0.31 0,91 0,32
5. 0.91 0.32 0,90 0,25 0.92 0.31 0,92 0,32
6. 0.91 0.35 0,91 0,30 0.92 0.31 0,91 0,32
7. 0.91 0.32 0,91 0,24 0.92 0.31 0,92 0,32
8. 0.91 0.31 0,91 0,26 0.92 0.31 0,92 0,31
9. 0.91 0.32 0,91 0,25 0.92 0.31 0,91 0,33
10. 0.915 0.315 0,92 0,24 0.92 0.31 0,91 0,33
11. 0.915 0.31 - - 0.92 0.31 0,91 0,32
12. 0.91 0.32 - - 0.92 0.31 0,91 0,32
13. 0.92 0.315 - - 0.92 0.31 0,91 0,32
14. 0.91 0.33 - - 0.92 0.36 0,92 0,33
15. 0.91 0.33 - - 0.92 0.36 0,91 0,32
16. 0.91 0.33 - - 0.92 0.34 0,92 0,33
17. 0.91 0.32 - - 0.92 0.34 0,91 0,33
18. 0.91 0.31 - - 0.92 0.34 0,91 0,34
19. 0.91 0.32 - - 0.93 0.34 0,91 0,33
20. 0.91 0.32 - - 0.92 0.36 0,91 0,33
Rata 0,911 0,323 0,915 0,261 0,920 0,322 0,913 0,324
Syarat Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal
tablet.

Batch 2 :
No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm)
1. 0.91 0.34 0.925 0.46 0.92 0.31 0,92 0,35
2. 0.91 0.35 0.92 0.34 0.92 0.31 0,92 0,32
3. 0.915 0.35 0.93 0.46 0.92 0.31 0,91 0,31
4. 0.91 0.33 0.935 0.46 0.92 0.30 0,90 0,33
5. 0.91 0.325 0.935 0.46 0.92 0.33 0,91 0,31
6. 0.91 0.335 0.94 0.46 0.92 0.31 0,92 0,31
7. 0.91 0.35 0.935 0.45 0.92 0.31 0,92 0,34
8. 0.91 0.35 0.935 0.459 0.92 0.31 0,92 0,34
9. 0.91 0.36 0.935 0.46 0.92 0.31 0,91 0,34
10. 0.91 0.32 0.94 0.45 0.92 0.30 0,92 0,34
11. 0.91 0.34 - - 0.92 0.31 0,92 0,35
12. 0.91 0.34 - - 0.92 0.34 0,92 0,34
13. 0.92 0.34 - - 0.92 0.31 0,92 0,33
14. 0.91 0.34 - - 0.92 0.31 0,92 0,34
15. 0.91 0.35 - - 0.92 0.31 0,91 0,33
16. 0.91 0.35 - - 0.92 0.31 0,92 0,33
17. 0.91 0.34 - - 0.92 0.30 0,91 0,33
18. 0.91 0.34 - - 0.92 0.31 0,91 0,33
19. 0.91 0.35 - - 0.92 0.31 0,91 0,34
20. 0.91 0.34 - - 0.92 0.31 0,91 0,34
Rata 0,911 0,324 0,933 0,446 0,92 0,311 0,915 0,33
Syarat Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.

c. Friabilitas
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran.
Prinsip : Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot
tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu
dalam waktu tertentu.
Alat : Friabilator
Penafsiran hasil :
- Kehilangan bobot tidak boleh > 1%
- Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam
penimbangan tablet akhir.
- Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka
pengujian diulang 2-3 kali.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet yang
diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu
ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet
dibersihkan lagi dan ditimbang.
Wo − W1
Friabilitas = × 100%
Wo
Untuk formula 4 :
Batch 1 :
Bobot tablet awal (Wo) = 14,062 gram
Bobot tablet akhir (W1) = 13,062 gram
14,062 − 13,062
Friabilitas = × 100%
14,062

Friabilitas = 0,58%

Batch 2 :
Bobot tablet awal (Wo) = 14,331 gram
Bobot tablet akhir (W1) = 14,300 gram
14,331 − 14,300
Friabilitas = × 100%
14,331

Friabilitas = 0,21%

Hasil evaluasi friabilitas tablet formula tingkat IIB :


Formulasi Batch Friabilitas
1 1 100 %
2 87.48 %
2 1 78,22 %
2 8.4 %
3 1 39.76 %
2 21.13 %
4 1 0,58 %
2 0,21 %

d. Keragaman bobot
Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip : (untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu
ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung
bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari 5 %, dan tidak boleh ada satupun tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.
Untuk formula : 4
Batch 1 :
No. Bobot tablet (mg) %Penyimpangan
1. 723 mg 2,4 %
2. 720 mg 1,99 %
3. 729 mg 3,27%
4. 708 mg 0,29 %
5. 709 mg 0,43 %
6. 642 mg 9,05 %
7. 709 mg 0,43 %
8. 643 mg 8,91 %
9. 713 mg 0,1 %
10. 710 mg 0,58 %
11. 686 mg 2,81 %
12. 707 mg 0,15 %
13. 715 mg 1,28 %
14. 724 mg 2,56 %
15. 715 mg 1,28 %
16. 717 mg 1,57 %
17. 720 mg 1,99 %
18. 711 mg 0,72 %
19. 715 mg 1,28 %
20. 702 mg 0,55 %
Rata-rata 705,9
Rentang 642 – 729

Batch 2
No. Bobot tablet (mg) %Penyimpangan
1. 723 mg 1,99%
2. 718 mg 1,28%
3. 729 mg 2,84%
4. 732 mg 3,26%
5. 726 mg 2,41%
6. 716 mg 1,00%
7. 706 mg 0,41%
8. 738 mg 4,10%
9. 675 mg 4,78%
10. 714 mg 0,72%
11. 677 mg 4,50%
12. 713 mg 0,58%
13. 724 mg 2,13%
14. 651 mg 8,17%
15. 731 mg 3,12%
16. 744 mg 4,95%
17. 645 mg 9,01%
18. 708 mg 0,13%
19. 677 mg 4,50%
20. 731 mg 3,12%
Rata-rata 708,9
Rentang 645 mg – 744 mg
Batch 1
Formula 1 2 3 4
Rata-rata 718.9 mg 619 722.25 mg 705,9 mg
Penyimpangan 1 tablet - 1 tablet 2 tablet
5%
Penyimpangan - - - -
10%
LOLOS UJI LOLOS UJI LOLOS UJI LOLOS UJI

Batch 2
Formula 1 2 3 4
Rata-rata 728.55 mg 700.35 mg 682.85 mg 708,9 mg
Penyimpangan 3 tablet - 3 tablet 2 tablet
5%
Penyimpangan - - 1 tablet -
10%
LOLOS UJI LOLOS UJI TIDAK LOLOS LOLOS

e. Kekerasan tablet
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan
dan penghantaran
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan
tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian
dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak
kemudian pecah.
Alat : Hardness tester
Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur
berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam
kg.
Batch 1
No.
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tablet
1. 55 N 74 N 125 N 76 N
2. 46 N 89 N 103 N 117 N
3. 51 N 62 N 103 N 112 N
4. 51 N 69 N 112 N 113 N
5. 44 N 55 N 116 N 118 N
6. 39 N 54 N 101 N 112 N
7. 57 N 74 N 102 N 121 N
8. 55 N 71 N 125 N 115 N
9. 68 N 76 N 105 N 103 N
10. 63 N 59 N 107 N 122 N
11. 68 N 62 N 97 N 121 N
12. 72 N 137N 115 N 126 N
13. 67 N 58 N 101 N 109 N
14. 51 N 26 N 107 N 88 N
15. 79 N 64 N 121 N 125 N
16. 62 N 46 N 125 N 125 N
17. 51 N 62 N 120 N 127 N
18. 63 N 52 N 127 N 118 N
19. 66 N 62 N 94 N 90 N
20. 51 N 47 N 104 N 125 N
Rata-rata 57.95 N 64.95 N 110.5 N 113.15 N
Standar
10.29 21.54 10.445 13.99
deviasi

Batch 2
No.
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tablet
1. 59 N 25 N 76 N 76 N
2. 54 N 23 N 60 N 114 N
3. 45 N 21 N 101 N 82 N
4. 52 N 20 N 94 N 70 N
5. 37 N 20 N 99 N 66 N
6. 51 N 20 N 112 N 71 N
7. 49 N 21 N 58 N 107 N
8. 43 N 20 N 103 N 55 N
9. 51 N 39 N 104 N 57 N
10. 47 N 21 N 92 N 63 N
11. 52 N 20 N 89 N 72 N
12. 59 N 21 N 91 N 104 N
13. 55 N 21 N 99 N 118 N
14. 47 N 21 N 66 N 114 N
15. 52 N 21 N 101 N 107 N
16. 52 N 21 N 98 N 118 N
17. 57 N 20 N 88 N 103 N
18. 50 N 21 N 96 N 102 N
19. 59 N 21 N 83 N 94 N
20. 53 N 20 N 78 N 118 N
Rata-rata 51.2 N 21.84 N 89.4 N 90,55 N
Standar
5.58 4.21 14.97 22,43
deviasi

f. Waktu hancur
Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul
(kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained release).
Prinsip : Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna
dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet
tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam
monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada
kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan
pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam
tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang
dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat
sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
tertinggal di atas kasa.
Penafsiran hasil: Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua
tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet
tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III,
jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan
kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.

Hasil evaluasi waktu hancur tablet pada formula tingkat IIB :


Batch 1
No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tablet
1 1 menit 17 detik 3 menit 09 detik 2 menit 20 detik 4 menit 06 detik
2 1 menit 17 detik 3 menit 39 detik 1 menit 40 detik 4 menit 06 detik
3 1 menit 17 detik 5 menit 38 detik 3 menit 4 menit 06 detik
4 1 menit 17 detik 3 menit 18 detik 3 menit 4 menit 06 detik
5 1 menit 17 detik 3 menit 04 detik 2 menit 25 detik 4 menit 06 detik
6 1 menit 17 detik 3 menit 26 detik 3 menit 60 detik 3 menit 57 detik

Batch 2
No Tablet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
1 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
2 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 36 detik > 15 menit
3 1 menit 17 detik 3 menit 16 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
4 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
5 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 2 menit 36 detik > 15 menit
6 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit

X. Pembahasan
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .

Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan
aktif yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai
analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting , hlm : 318)

Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak


memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung
pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan
nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan
demam setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact)

Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein
dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih
lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang diekskresi
dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang
terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan
antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol
dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis
tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari,
pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni rata – rata
usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed
IV, hlm 318-319)
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 15% sebagai penghancur
(disintegran) PVP sebanyak 5% sebagai pengikat (binder), laktosa sebagai pengisi
(diluent), Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak 2% sebagai
glidan. Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase
dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur.
Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang
kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang
membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode
granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan
partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode
granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.
Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan
metode granulasi basah dengan menggunakan aqua. Pembuatan sediaan tablet dengan
menggunakan prinsip granulasi basah pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih
dahulu dicampur dengan pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya
pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air.(Goeswin Agoes halaman : 306)

Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar dari 5 %
.Pemilihan aqua dalam metode granulasi basah ini tidak didasarkan pada kelarutan
parasetamol sebagai zat aktif karena dalam pembuatan tablet, zat aktif tidak diharuskan
untuk melarut, sehingga fungsi dari aqua dalam granulasi basah ini adalah untuk melarutkan
pengikat yaitu PVP yang merupakan zat yang larut dalam air sehingga pengikat lebih mudah
dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain .Selain itu penggunaan aqua dalam
metode granulasi basah ini juga didasarkan pada keamanan dan penerimaan konsumen,
konsumen akan lebih percaya dan memilih obat dengan komposisi bukan alkohol.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol dengan
menggunakan metode granulasi basah yaitu :

10. Milling
Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga
dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan tablet ini
parasetamol (zat aktif), laktosa, dan amilum masing-masing memiliki ukuran partikel yang
berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari kemungkinan terjadi
segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya yang akan menyebabkan
menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling dilakukan dengan cara menggerus
zat aktif dengan eksipien menggunakan mortir dan stamper. Jadi, sebelum dilakukan
penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling sehingga bahan yang telah
ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama lainnya.

11. Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk menggabungkan
dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak dicampur atau sebagian
campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul dll) dari komponen terletak
sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel masing-masing komponen
lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas
campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada
tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 125
gram , pengisi laktosa sebanyak 9,75 gram dan disintegrant 10% yaitu amylum sebanyak
17,5 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan toples sebagai turbula mixer . Dalam
proses mixing ini zat yang akan dicampur ditambahkan sedikit demi sedikit dengan
perbandingan 1 : agar menghasilkan campuran yang mendekati sempurna (random mix).
Proses mixing fase dalam ini dilakukan dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan
yang konstan kurang lebih selama 5 menit.
12. Membuat larutan pengikat
Larutan pengikat yang digunakan dalam formula yaitu PVP (Polivinilpirrolidon),
dalam praktikum ini digunakan pengikat PVP K-25 dengan kadar 5% atau sebanyak 8,75
gram. Pembuatan larutan pengikat ini dengan cara melarutkan PVP dengan aquadest. PVP
merupakan zat yang mudah larut dalam air, Dalam Farmakope Indonesia Edisi III
dikatakan perbandingan zat yang mudah larut dengan pelarutnya adalah 1 : 1-10, dan
aquadest yang ditambahkan pada pembuatan larutan pengikat ini sebanyak 3 kalinya 26,25
ml . Larutan pengikat yang dihasilkan berwarna jernih dan transparan.

13. Granulasi
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan
partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Pada tahap
ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan serbuk yang sudah di mixing pada
proses mixing untuk membentuk massa basah. Larutan pengikat kemudian ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan sambil diaduk. Pada praktikum , formula 4
batch 2 melakukan proses granulasi dengan menggunakan alat granulator.
Proses granulasi bertujuan untuk :
a. Menghasilkan bentuk struktural yang diperlukan.
b. Mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan peningkatan sifat
aliran untuk penakaran (ke dalam alu kempa) dan pengempaan menjadi tablet.
c. Meningkatkan tampilan produk.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya “cacking”.
e. Meningkatkan bobot jenis ruahan untuk penyimpanan dan bahan untuk dikempa.
f. Membentuk dan menyediakan campuran yang tidak memisah (nonsegregating)
dimana idealnya terbentuk distribusi komponen kunci (bahan aktif) secara uniform.
g. Mengendalikan kelarutan dan profil disolusi.
h. Mengontrol porositas, kekerasan, rasio luas permukaan terhadap volume dan ukuran
partikel.
(Goeswin Agoes, halaman : 226)
14. Pengayakan
Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan mesh 14. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran
granul.

15. Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa
basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan menimbulkan
masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi. (Goeswin Agoes, halaman:
310)
Metode pengeringan granul yang umum dilakukan untuk granul farmasetik meliputi
:
a. Pengeringan dengan nampan (tray drying)
b. Pengeringan dengan unggun terzalir (fluid bed drying)
c. Pengeringan secara vakum
d. Pengeringan gelombang mikro (microwave) dan berbagai kombinasi dari a sampai .
(Goeswin Agoes, halaman 241)

Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu metode


pengeringan dengan nampan (tray drying) dengan menggunakan loyang. Granul
ditempatkan dalam loyang lalu. Namun pada praktikum pengeringan dilakukan dengan
cara disimpan didalam lemari tertutup pada suhu kamar. Pengeringan dilakukan pada
oven bersuhu < 450C. Pemilihan suhu ini berdasarkan pada stabilitas parasetamol yang
dapat terurai pada suhu diatas 450C. karena prosesnya yang dilakukan pada suhu rendah
maka proses pengeringan granul ini berlangsung agak lama yaitu sekitar 5 hari.

16. Evaluasi granul


Setelah diperoleh granul, langkah selanjurtnya yaitu dilakukan evaluasi
granul. Yang diperlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu mencatat bobot granul
sebelum dan sesudah dievaluasi. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi :

a. BJ nyata,BJ mampat dan % komprebilitas (% K)

Tujuan dilakukan evaluasi BJ nyata, BJ mampat, dan % Kompresibilitas ini


yaitu untuk menjamin aliran granul yang baik. Berdasarkan uji evaluasi yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa formulasi 2, 3 dan 4 memiliki aliran yang cukup
baik karena memiliki % kompresibilitas yang berada pada rentang 11 – 20%. Namun
Pada formula 1 memilki % kompresibilitas yang berada pada rentang 21 – 25 % yang
artinya aliran granul cukup. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi formula tingkat
IIB :

Formula Batch BJ nyata BJ mampat Kompresibilitas


(g/ml) (g/ml)
1 1 0,4491 0,572 21,43%
2 0,4715 0,590 20,07%
2 1 0,466 0,562 17,02%
2 0.467 0.583 19.93 %
3 1 0.483 0.553 12.88 %
2 0.378 0.463 18.3 %
4 1 0,394 0,456 13,5%
2 0,425 0,512 16,92 %
Tabel 10.1 tabel hasil evaluasi BJ nyata, BJ mampat dan % K

b. Kecepatan aliran
Evaluasi kecepatan alir garnul ini bertujuan untuk menjamin keseragaman
pengisian kedalam cetakan. Berikut ini tabel hasil evaluasi kecepatan alir granul yang
dilakukan oleh keempat formula tingkat IIB :

Formula Batch Kecepatan aliran


1 1 8.997 g/detik
2 6.897 g/detik
2 1 11,1552 g/detik
2 10.94 g/detik
3 1 12.71 g/detik
2 5.96 g/detik
4 1 12.413 g/detik
2 12.451 g/detik
Tabel 10.1 tabel hasil evaluasi kecepatan alir
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada formula 1, 2, 3, dan 4 yang
memiliki kecepatan alir > 4g /detik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
formula yang menggunakan pengikat PVP dan pengikat pasta amylum memiliki
kecepatan aliran yang memenuhi syarat.

c. Kandungan lembab

Evaluasi kandungan lembab ini dilakukan dengan memasukan granul ke dalam


oven Dilakukan dengan cara granul dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60◦C
selama 15 menit kemudian timbang. Lakukan hingga bobot granul stabil 3 kali
berturut-turut. Granul yang digunakan tidak dapat dipakai kembali karena parasetamol
sebagai zat aktif hanya stabil pada pemanasan <45◦C sehingga zat aktif tersebut rusak.
Berikut ini tebal hasil evaluasi kandungan lembab pada empat kelompok formula
tingkat IIB :

Formula Batch Kandungan lembab


granul
1 1 0,43%
2 0,43%
2 1 3.95 %
2 1.98 %
3 1 2%
2 2.03 %
4 1 2.67 %
2 2.62
Tabel 10.3 tabel hasil evaluasi kandungan lembab
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa formula 2,3 dan 4 memenuhi syarat yaitu
mengandung %MC >2% karena syarat dari % MC sendiri adalah antara 2-4%
kandungan air dalam granul. Sedangkan pada formula 1 tidak memenuhi syarat karena
mengandung %MC >2%. Namun, hal ini masih dapat ditolerir mengingat kandungan
lembab yang ada pada granul formulasi 1 sampai 4 masih melebihi 0%.
Setelah melakukan ketiga evaluasi granul dapat disimpulkan bahwa
formula1,2,3,dan 4 memenuhi semua persyaratan evaluasi granul. Semua formula memiliki
aliran yang baik, dapat menjamin keseragaman kandungan dan bobot tablet, juga kadar
lembab air yang baik walaupun ada satu formula yang memiliki kandungan lembab yang
tidak sesuai persyaratan. Namun masih bisa ditoreir karena kandungan lembab masih
melebihi 0%

17. Mixing
Setelah melakukan evaluasi granul, dapat dihitung jumlah fase luar yang akan
ditambahkan dengan cara menghitung bobot granul teoritis yang sudah dikurangi % MC.
Untuk batch 1, bobot granul yang didapat setelah hasil evaluasi sebesar 116,774 g dan batch
2 sebanyak 124,203 g.
Pada proses mixing formula 4 batch 1, proses mixing ini dilakukan pencampuran
granul yang sudah dikeringkan dengan fase luar yaitu talk sebagai glidan sebanyak 2,608
gram, Mg Stearat sebagai lubrikan sebanyak 1,304 dan amylum sebagai disintegran fase
dalam sebanyak 6,520 gram.
Mixing dilakukan di dalam toples dan dilakukan pengadukan secara kontinyu
dengan kecepatan yang konstan. Fungsi dari penambahan fase luar utamanya adalah untuk
memperbaiki sifat alir granul dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari mesin
pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2 – 3 menit.
Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang merupakan fase luar yaitu magnesium stearate
sangat berpengaruh terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika proses mixing
dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan lain
menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki
sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium stearate ini
akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga
dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat
lambat.

18. Kompresi
Tahap – tahap pembuatan tablet yaitu pengisian , pengempaan dan pelemparan.
Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak tablet
single punch.

Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan bobot
tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 – 120 N sedangkan bobot tablet pada
formulasi 4 batch 1, berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar 719 mg.
Sehingga pada proses kompresi ini dilakukan optimasi sampai menghasilkan tablet yang
memiliki kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang sesuai dengan perhitungan.

Pada formulasi 4 batch 1 didapatkan kekerasan sebesar 80 ,bobot tablet 719 dan
jumlah tablet yang diperoleh sebanyak 144.

Langkah selanjutnya setelah diperoleh tablet parasetamol , kemudian dilakukan


evaluasi tablet , meliputi :

a. Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk penerimaan oleh konsumen.
Karena, secara visual tablet yang baik harus memiliki warna yang homogen dan tidak
mengandung pengotor. Evaluasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan secara
organoleptis meliputi warna, bau dan rasa. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi
organoleptis pada formula tingkat IIB :

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4


Bulat pipih. putih. Bulat pipih. Bulat pipih. putih. Bulat pipih. putih.
tidak berbau. rasa putih. tidak tidak berbau. rasa tidak berbau. rasa
pahit berbau. rasa pahit pahit
pahit ± 23 tablet
Tablet berbintik berbintik
coklat ± 4 tablet regas di
dan hampir sisi permukaan
semua
mengalami
caping dan
laminating
Tabel 10.4 tabel hasil evaluasi organoleptis batch 1

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4


Bulat pipih, putih, Bulat pipih, Bulat pipih, putih, Bulat pipih, putih,
tidak berbau, rasa putih, tidak tidak berbau, rasa tidak berbau, rasa
pahit berbau, rasa pahit pahit
pahit
Tablet berbintik
coklat ,
Hampir semua
mengalami
caping dan
laminating
Tabel 10.5 tabel hasil evaluasi organoleptis batch 2

Dari hasil evaluasi uji organoleptis pada formula 1, 2, 3 dan 4 menghasilkan bentuk
tablet bulat pipih, berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa pahit. Namun pada formula
2 ada beberapa tablet yang berbintik coklat. Diduga hal tersebut terjadi karena adanya
perubahan warna laktosa yang disebabkan karena reaksi Maillard. Selain itu juga hampir
semua tablet mengalami capping dan laminating, diduga yang mendasari hal tersebut yaitu
pada proses pengeringan granul terlalu lama sehingga granul menyerap udara dari lingkungan
sehingga ada udara yang terjerembab pada granul dan pada saat dilakukan proses kompresi
tablet udara tersebut masih terkandung dalam tablet dan menyebabkan capping dan
laminating. Pada formula 4 batch 1 juga dihasilkan ±23 tablet berbintik coklat, hal tersebut
mungkin didasari karena adanya kontaminan dari lingkungan pada saat dilakukan proses
pengeringan.
Dari hasil pengamatan juga didapat bahwa tablet paracetamol yang menggunakan
larutan pengikat pvp menghasilkan warna permukaan yang lebih glossy dibandingkan
dengan tablet yang menggunakan pengikat pasta amylum. Dan dari hasil evaluasi dapat
disimpulkan bahwa formula 4 batch 1 dan formula 2 tidak memenuhi syarat organoleptis
karena adanya bintik coklat pada tablet yang akan mengakibatkan kurangnya penerimaan
konsumen terhadap tablet tersebut.

b. Keseragaman Ukuran
Megukur keseragaman ukuran dilakukan dengan menghitung tebal serta diameter
tablet menggunakan jangka sorong. Uji keseragaman ukuran memenuhi syarat bila diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. Berikut ini merupakan
tabel hasil evaluasi tablet formula tingkat IIB :
Batch 1
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm)
Rata-rata 0,911 0,323 0,915 0,261 0,920 0,322 0,913 0,324
Syarat
0,969 0,783 0,966 0,972
(diameter)
Hasil LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
Tabel 10.6 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 1
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm) d (cm) t (cm)
Rata-rata 0,911 0,324 0,933 0,446 0,920 0,311 0,915 0,33
Syarat
0,972 1,33 0,933 0,99
(diameter)
Hasil LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
Tabel 10.7 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 2

Dari tabel tersebut diketahui bahwa semua formula memenuhi syarat , karena semua
tablet yang dihasilkan memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali tebal tablet atau tidak lebih
dari nilai yang tertera pada “syarat diameter” .

c. Friablilitas
Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang
hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu dan
menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan dan
penghantaran. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi friabilitas formula tingkat IIB :
Formulasi Batch Friabilitas
1 1 100 %
2 87.48 %
2 1 78,22 %
2 8.4 %
3 1 39.76 %
2 21.13 %
4 1 0,58 %
2 0,21 %
Tabel 10.8 tabel hasil evaluasi friablitas

Pada tabel tersebut diketahui bahwa hanya formula 4 yang LOLOS uji evaluasi
friabilitas , karena persentasi friabilitasnya <1% hal tersebut sesuai dengan persyaratan
bahwa kehilangan bobot tidak boleh >1%. Sedangkan pada formula 1, 2, dan 3 persentasi
friabilitasnya >1% sehingga TIDAK LOLOS uji evaluasi friabiilitas. Dari tabel tersebut
diketahui juga bahwa formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amilum
cenderung memiliki persentase yang besar dibandingkan dengan formula 2 dan 4 yang
menggunakan pengikat PVP.

d. Keseragaman Bobot
Uji Evaluasi keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman
kandungan zat aktif dalam sediaan tablet. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi
keseragaman bobot pada formula IIB :
Formula 1 2 3 4
Rata-rata 718.9 mg 619 722.25 mg 705,9 mg
Penyimpangan 1 tablet - 1 tablet 2 tablet
5%
Penyimpangan - - - -
10%
Hasil LOLOS LOLOS LOLOS LOLOS
Tabel 10.9 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 1
Formula 1 2 3 4
Rata-rata 728.55 mg 700.35 mg 682.85 mg 708,9 mg
Penyimpangan 3 tablet - 2 tablet 2
5%
Penyimpangan - - 1 tablet -
10%
Hasil TIDAK TIDAK
LOLOS LOLOS
LOLOS LOLOS
Tabel 10.10 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 2

Uji keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman proporsi zat aktif
disetiap bagian. Aliran granul yang buruk juga dapat mempengaruhi keseragaman bobot. Menurut
Farmakope Indonesia edisi 4, tablet dengan bobot >300 mg memenuhi syarat uji apabila tidak
lebih dari 2 tablet yang melebihi 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satu tablet pun yang
melebihi 10% bobot rata-rata. Berdasarkan data yang tertera pada tabel di batch 1 formula 1,2, 3
dan 4 memenuhi syarat tersebut tetapi pada batch 2 formula 1 dan 3 tidak memenuhi syarat tersebut
karena pada formula 1 batch 2 ada 3 tablet yang penyimpangannya 5%, dan pada formula 3 batch
2 terdapat 2 tablet yang penyimpangannya 5 % dan 1 tablet yang penyimpangannya 10%.

e. Kekerasan Tablet
Uji evaluasi kekerasan tablet bertujan untuk Menjamin ketahanan tablet pada gaya
mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Berikut ini tabel hasil evaluasi
kekerasan tablet formula IIB :
Batch 1
No. Tablet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Rata-rata 57,95 N 64,97 N 110,5 N 113,15 N
Standar 10,29 21,54 10,445 13,99
deviasi
Syarat Syarat rentang kekerasan tablet 70 – 120 N
TIDAK TIDAK
Hasil LOLOS UJI LOLOS UJI
LOLOS LOLOS
Batch 2
No. Tablet Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Rata-rata 51,2 N 21,84 N 89,4N 90,55 N
Standar 22,43
5,58 4,21 14,97
deviasi
Syarat Syarat rentang kekerasan tablet 70 – 120 N
TIDAK TIDAK
Hasil LOLOS UJI LOLOS UJI
LOLOS LOLOS
Tabel 10.11 tabel hasil evaluasi kekerasan tablet batch 1

kekerasan tablet berhubungan juga dengan bobot tablet. Karena bobot tablet yang kami
buat pada formula 3 yaitu 700mg per tablet, maka range kekerasan yang diperbolehkan adalah
70-120N. Berdasardasarkan tabel hasil uji evaluasi kekerasan tablet di atas diketahui bahwa
pada formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amilum memiliki kekerasan dibawa
rentang yang diperbolehkan yaitu dibawah 70 N, sedangkan untuk formula 3 dan 4 yang
menggunakan pengikat PVP memiliki kekerasan yang berada pada rentang 70 – 120 N,
sehingga dari data hasil tersebut diketahui bahwa tablet yang menggunakan PVP memiliki
kekerasan yang baik dibanding tablet dengan pengikat pasta amylum. Tapi formula 4 memilki
kekerasan yang lebih besar dibanding formula 3 , hal tersebut mungkin karena kadar PVP yang
digunakan pada formula 4 lebih besar dibanding dengan formula 3.

f. Waktu Hancur
Agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan,
maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan.
Tablet memenuhi syarat uji bila pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi,
semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa
kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut.
Berikut ini merupakan tabel hasil uji waktu hancur tablet pada formula tingkat IIB :

No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4


Tablet
1 1 menit 17 detik 3 menit 09 detik 2 menit 20 detik 4 menit 06 detik
2 1 menit 17 detik 3 menit 39 detik 1 menit 40 detik 4 menit 06 detik
3 1 menit 17 detik 5 menit 38 detik 3 menit 4 menit 06 detik
4 1 menit 17 detik 3 menit 18 detik 3 menit 4 menit 06 detik
5 1 menit 17 detik 3 menit 04 detik 2 menit 25 detik 4 menit 06 detik
6 1 menit 17 detik 3 menit 26 detik 3 menit 60 detik 3 menit 57 detik
Tabel 10.12 tabel hasil evaluasi uji waktu hancur tablet batch 1

No Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4


Tablet
1 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
2 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 36 detik > 15 menit
3 1 menit 17 detik 3 menit 16 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
4 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
5 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 2 menit 36 detik > 15 menit
6 1 menit 17 detik 2 menit 29 detik 3 menit 50 detik > 15 menit
Tabel 10.13 tabel hasil evaluasi uji waktu hancur tablet batch 2
Semua tablet pada formula 1,2,3 dan 4 memenuhi syarat uji semua karena hancur
kurang dari 15 menit. Kecuali pada formula 4 batch 2 waktu hancur pada batch 2 tersebut
>15 menit sehingga tidak LOLOS UJI evaluasi waktu hancur. Dari tabel di atas juga
diketahui bahwa formula yang menggunakan pvp membutuhkan waktu hancur lebih lama
daripada pasta amylum. Dan yang menggunakan pvp 5% waktu hancurnya lebih lama
dibandingkan dengan pvp 2% Apabila dilihat dari hasil kekerasan tablet, formula 4
memiliki kekerasan yang paling tinggi dibandingkan formula lainnya. Hal ini berhubungan
dengan lamanya waktu hancur tablet.

Dari hasil evaluasi tablet yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :


1. Tablet yang menggunakan pvp warna permukaannya lebih glossy dibandingkan dengan
tablet yang menggunakan pengikat pasta amylum
2. Dasil friabilitas, formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amylum cenderung
lebih rapuh daripada formula 3 dan 4.
3. waktu hancur yang dibutuhkan untuk formula 3 dan 4 yang menggunakan pengikat pasta
amylum lebih lama daripada formula lain. Dapat disimpulkan bahwa, pengikat PVP
memberikan fungsi pengikat yang lebih baik daripada pasta amilum.
4. Kadar pvp 2% lebih cepat hancur daripada pvp 5% sehingga lebih cepat juga untuk obat
diabsorpsi tubuh. Sehingga pvp 2% lebih baik daripada pvp 5%.

XI. Kesimpulan
Menurut teori tablet yang menggunakan pengikat PVP 5% akan memberikan hasil
yang lebih baik daripada pvp 2%. Namun dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui
bahwa tablet yang menggunakan pengikat PVP 2% baik dibandingkan dengan
menggunakan pengikat lainnya. Dilihat dari hasil evaluasi granul dan evaluasi tablet
sebagai berikut :
Batch 1
Evaluasi Formula Formula Formulasi Formulasi
1 2 3 4
Uji BJ nyata, BJ
Gran
ul

mampat dan % K
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk
dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Tablet

Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi

Batch 2
Evaluasi Formula Formula Formulasi Formulasi
1 2 3 4
Uji Homogenitas
Granul

Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk
dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Tablet

Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi
Keterangan:
 = memenuhi syarat
X = tidak memenuhi syarat

tablet dengan bahan pengikat pasta amilum memberikan tablet yang tidak glossy, dilihat dari
hasil kekerasan tablet, tablet dengan pengikat PVP memiliki kekerasan yang lebih tinggi
dibandingkan yang menggunakan pasta amilum. Dari hasil uji friksibilitas dan friabilitas, tablet
yang menggunakan bahan pengikat pasta amilum banyak kehilangan bobotnya.
Pvp 2% lebih baik digunakan dibandingkan PVP dengan kadar 5%, karena tablet dengan
bahan pengikat PVP 5% memiliki kekerasan yang terlalu tinggi dan bila dilihat dari hasil waktu
hancur, waktu hancur PVP 5% lebih lama daripada pvp 2%. sehingga hal itakan memperlambat
proses waktu hancur maupun disolusi dalam tubuh.
Maka dapat disimpulkan, formula 3 dengan pengikat PVP 2% lebih baik digunakan daripada
formulasi lainnya.

XII. Daftar Pustaka


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indoneia,. edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,


Jakarta: Departemen Kesehatan.
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia.

Rowe, Raymond C, Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga.
Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355

Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta.

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, Bandung : ITB

Anda mungkin juga menyukai