Anda di halaman 1dari 8

Karakter

Karakter dalam kehidupan sehari-hari sering disama artikan dengan sifat, watak, ataupun
kepribadian. Jika ditelusuri lebih jauh makna setiap istilah tersebut sangat berbeda. Karakter
dapat dibentuk dengan proses pembelajaran, baik pembelajaran di rumah, di sekolah maupun
di dalam contoh lingkungan masyarakat. Karakter seseorang dapat terbentuk tentu ada peran
dari erbagai pihak seperti keluarga, guru, dan teman sebaya.

Seringkali karakter seseorang akan mencerminkan perilakunya. Seperti bila seseorang sering
melakukan hal-hal baik, sopan dalam berbicara suka menolong, menghargai sesama maka
orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang berkarakter baik, demikian sebaliknya.

Maka tak heran jika karakter menjadi ukuran untuk menilai perilaku seseorang. Karakter orang
satu dan yang lainnya tentu berbeda sehingga banyak macam karakter yang dapat kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Karakter
Kata karakter (Inggris: character) secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani (Greek),
yaitu charassein yang memiliki arti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5). Kata “to
engrave” bisa dimaknai mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.

Sedangkan di dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” memiliki arti sebagai akhlak atau
budi pekerti, tabiat, sifat-sifat kejiwaan yang menjadi ciri khas seseorang dan membedakanya
dengan yang lain, dan watak. Seseorang yang berkarakter ialah orang yang berwatak, bersifat,
berperilaku, bertabiat, atau berkepribadian. Sehingga makna karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak.

Pengertian Karakter Menurut Para Ahli


Selain makna secara umum banyak pula ahli yang mengungkapkan pendapat tentang karakter.
Berikut adalah beberapa makna karakter murut ahli:

Maxwell
Menurut Maxwell karakter memiliki arti yang jauh lebih mendalam dari sebuah ucapan. Karakter
menurut Maxwell merupakan suatu pilihan yang akan menentukan kesuksesan seseorang.
Sehingga menurut pendapat ini karakter akan mempengaruhi keberhasilan seseorang dimasa
depan. Maka seseorang harus pandai dalam memilih karaternya.

Wyne
Sedangkan menurut Wyne karakter merupakan suatu cara atau teknis tentang bagaimana
memfokuskan pengaplikasian nilai-nilai baik dalam setiap perbuatan atau tingkahlaku.
Pendapat ini menekankan bahwa karakter adalah penanaman nilai kebaikan dalam kehidupan
sehari-hari.

Kamisa
Menurut Kamisa karakter didefinisikan sebagai sebuah sifat-sifat kejiwaan. Budi pekerti dan
akhlak yang dapat menjadikan seseorang berbeda dari yang lainnya. Sehingga berkarakter
dapat dimaknai sebaigai seseorang yang mempunyai watak atau kepribadian.

Doni Kusuma
Menurut Doni Kusuma karakter didefinisikan sebagai suatu ciri, sifat, gaya, atau karakteristik
dalam diri seseorang yang dibentuk maupun didapatkan dari lingkungan yang ada
disekitarnya. Jadi berdasarkan pendapat ini lingkungan akan mempengaruhi karakter
seseorang.

W.B. Saunders
Menurut Saunders karakter adalah sifat nyata yang berbeda yang dimiliki setiap ndividu.
Karakter dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang ada di dalam pola perilaku individu.
Sehingga karakter setiap individu akan berbeda satu sama lain.

Gulo W
Makna karakter menurut Gulo W yaitu suatu kepribadian yang dilihat dari sebuah titik tolak
moral. Pada umumnya karakter memiliki kaitan dengan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
Oleh karena itu lah karakter terkadang disama artikan dengan sifat seseorang.

Alwisol
Pengertian karakter menurut Alwisol adalah gambaran tingkah laku yang dilakukan dengan
mengedepankan nilai secara implisit maupun secara eksplisit. Sejatinya karakter berbeda
dengan kepribadian yang tidak berkaitan dengan nilai-nilai.

Likona
Menurut Lickona, karakter yang mulia (good character) meliputi beberapa aspek yaitu
pengetahuan tentang kebaikan, yang kemudian menimbulkan komitmen (niat) kepada
kebaikan, yang akhirnya benar-benar melakukan kebaikan tersebut. menurut Likona, karakter
merujuk kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), motivasi (motivations),
perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Macam-Macam Karakter dan Contohnya


Di dunia ini banyak macam karakter yangdapat ditemui. Di negara Indonesia sendiri sekara
khusus Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia merumuskan 18 karakter yang harus
ditanamkan dalam diri warga Indonesia, terlebih siswa, dalam upaya membangun dan
menguatkan karakter bangsa. Berikut adalah penjelasan 18 karakter tersebut:

Religius
Religius merupakan karakter pertama yang harus ditanamkan. Religius merupakan sikap dan
perilaku patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya, sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dan karmonis dengan pemeluk agama lain.

Contoh Karakter Religius

Di dalam perilaku sehari-hari kita harus melaksanakan kewajiban beribadah shalat 5 waktu
bagi muslim, dan ibadah lainnya sesuai agam masing-masing, menghormati pelaksanaan
ibadah/ritual/perayaan pemeluk agama lain, saling menjaga kedamaian dan kerukukan antar
umat agama, dan lain-lain.

Jujur
Karakter yang berikutnya adalah jujur. Jujur merupakan perilaku yang berusaha menjadikan
dirinya sebagai seseorang yang dapat dipercaya baik dalam perkataan, tindakan, maupun
pekerjaan.

Contoh Karakter Jujur

Perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari adalah tidak berbohong, tidak mencotok saat
ulangan, berkata apa adanya, tidak menambahi atau mengurangi cerita orang lain. Baca
juga; Pengertian Korupsi, Ciri, Dampak, dan Penyebabnya

Toleransi
Berikutnya adalah toleransi. Toleransi adalah sikap dan tindakan menghargai perbedaan yang
ada disekitar baik perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.

Contoh Karakter Toleransi

Toleransi dalam kehidupan sehari-hari ialah menerima perbedaan pendapat dalam rapat, tidak
memaksakan kehendak pribadi. Memberikan ruang bagi umat agama lain untuk beribadah.

Disiplin
Karakter yang selanjutnya adalah disiplin. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan
perbuatan tertib dan patuh terhadap berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Contoh Karakter Disiplin

Disiplin dalam kehidupan sehari-hari seperti datang tepat waktu, menggunakan seragam
sesuai aturan sekolah, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Kerja Keras
karakter yang berikutnya adalah kerja keras. Kerja keras merupakan sebuah upaya sungguh-
sungguh dalam usaha mengatasi berbagai hambatan atau permasalahan serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.

Contoh Karakter Kerja Keras


Kerja keras dalam kehidupan sehari sehari-hari ialah selalu menye;esakan tugas dengan baik,
tidak mudah menyerah dengan kesulitan yang dihadapi, berani menggambil resiko

Kreatif
Karakter yang berikutnya adalah kreatif. Keratif merupakan sebuah pola pikir dan melakukan
sesuatu untuk menghasilkan sebuah cara atau hasil yang baru dari sesuatu yang dimiliki.

Contoh Karakter Kreatif

Kratif dalam kehidupan sehari-hari seperti menghasilkan produk yang belum ada, melakukan
eksperimen untuk membuka usaha baru, dan lain-lain

Mandiri
Karakter yang selanjutnya adalah mandiri. Mandiri merupakan sebuah sikap dan perilaku yang
tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Contoh Karakter Mandiri

Mandiri dalam kehidupan sehari-hari seperti menyelesaikan tugas sendiri, tidak bergantung
pada orang lain untuk melakukan sesuatu

Demokratis
Yang selanjutnya adalah demokrasi. Pengertian demokrasi merupakan sebuah pola berfikir,
bersikap, dan bertindak yang memandang sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Contoh Karakter Demokratif

Demokrasi dalam kehidupan sehari-hari adalah melaksanakan tidak melanggar hak orang lain,
tepat membayar pengertian pajak, tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun
orang lain.

Rasa Ingin Tahu


Karakter yang berikutnya adalah rasa ingin tahu. Rasa inggin tahu merupakan sebuah sikap
dan perbuatan yang selalu berupaya untuk memahami lebih lanjut dan meluas dari sesuatu
yang dilihat, didengar dan dipelajarinya.

Contoh Karakter Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu dalam kehidupan sehari-hari seperti mencari tahu kebenaran sebuah berita,
mempelajarai lebih dalam bidang ilmu yang dipelajarinya.

Semangat Kebangsaan
Karakter yang selanjutnya adalah semangat kebangsaan. Semangat kebangsan merupakan
sebuah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bersama
atau negara di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Contoh Karakter Kebangsaan

Semangat kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari seperti ikut serta menjadi relawan
bencana alam, membawa nama harum negara dalam kancah internasional, mendukung
pembangunan fasilitas umum.

Cinta Tanah Air


Cinta tanah air merupakan sebuah pola berpikir, bersikap, dan berperilaku yang memperlihatan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi kepada bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

Contoh Karakter Cinta Tanah Air

Cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari ialah mengimplementasikan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-har, tidak ikut serta dalam organisasi yang radikal melawan negara,
menggunakan produk-produk dalam negeri.

Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi merupakan karakter yang berikutnya. Menghargai prestasi adalah sikap
dan perilaku yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain pula.

Contoh Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari memberikan pujian kepada
adik yang berprestasi, memberikan selamat kepada teman bila mendapat juarai, dan lain-lain.

Bersahabat/Komunikatif
Bersahabat atau komunikatif adalah sikap terbuka terhadap orang lain dan mampu bertukar
informasi secara baik dengan lingkungan sekirat. Seseorang yang memiliki karakter bersahabat
akan mudah untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang maupun lingkungan baru.

Contoh Karakter Bersahabat/Komunikatif

Bersahabat atau komunikatif dalam kehidupan sehari-hari seperti saling menegur sapa dengan
teman, menolong teman yang dalam kesulitan, bersikap ramah dan sopan kepada orang tua,
teman dan tetangga, dll.

Cinta Damai
Cinta damai merupakan Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menja kedamaian,
kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan baikbermasyarakat, berbangsa maupun
benegara.

Contoh Karakter Cinta Damai

Cinta dalai dalam kehidupan sehari-hari seperti menyebarkan virus kebaikan kepada orang lain
dan tidak membuat ujaran kebencian, melerai teman yang bekelahi, menyelesaikan masalah
dengan musyawarah kekeluargaan, tidak main hakim sendiri, dan lain-lain.

Gemar Membaca
Karakter yang berikutnya adalah gemar membaca. Gemar membaca merupakan Kebiasaan
mengusahakan waktu untuk membaca berbagai reverensi yang memberikan kebajikan bagi
dirinya dan wawasan serta pengetahuan yang luas.

Contoh Karakter Gemar Membaca

Gemar membaca dalam kehidupan sehari-hari adalah membaca berita yang setiap pagi, dapat
memilah bacaan yang benar adanya atau yang hanya hoax semata, membiasakan membaca
buku saat waktu senggang, dan lain-lain.

Peduli Lingkungan
Karakter yang selanjutya adalah peduli lingkungan. Peduli lingkungan merupakan sebuah sikap
dan perilaku yang berupaya mencegah terjadinya kerusakan pada lingkungan alam yang ada
di sekitarnya, dan mengembangkan usaha untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi agar tidak semakin parah.

Contoh Karakter Peduli Lingkungan

Karakter pedulilingkungan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan memanfaatkan dan


merawat fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, membuang sampah pada tempatnya, ikut
melaksanakan bekerja bakti membersihkan lingkungan sekitar, dan lain-lain.

Peduli Sosial
Karakter yang selanjutnya adalah peduli sosial. Peduli sosial merupakan sikap dan perilaku
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan peduli dengan masalah-
masalah sosial yang ada disekelilingnya.

Contoh Peduli Sosial

Peduli sosial dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari turut membantu korban bencana
alam dan menggalang dana saat melakukan Car Free Day (CFD), melakukan bakti sosial untuk
masyarakat kurang mampu. Baca juga; Pengertian Ketimpangan Sosial, Bentuk, dan
Contohnya

Tanggung Jawab
Yang terakhir adalah karakter tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap dan
tindakan seseorang untuk melakukan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, baik
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara maupun
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Contoh Karakter Tangung Jawab

Tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari menjalankan amanah yang
diemban dengan sebaik-baiknya, berani bertanggungjawab apabila melakukan kesalahan,
selalu melaksanakan ibadah shalat tepat waktu (bagi muslim), dan lain-lain.
Pendidikan Karakter didalam Al-Qur'an

Era globalisasi telah membawa dampak luas di belahan bumi mana pun, tak terkecuali di negeri
Indonesia. Dampak globalisasi diibaratkan seperti pisau bermata dua, positif dan negatif memiliki
konsekuensi yang seimbang. Kompetisi, integrasi, dan kerjasama adalah dampak positif globalisasi.
Sedangkan dampak negatif antara lain lahirnya generasi instan, dekadensi moral, konsumerisme, bahkan
permisifisme. Selain itu dampak negatif lainnya adalah muncul tindakan kekerasan, penyalahgunaan obat-
obat terlarang, seks bebas, dan kriminalitas. Semua hal negatif tersebut berujung pada hilangnya karakter
bangsa.

Jika dilihat dalam konteks pendidikan banyak perilaku tidak bermoral terjadi, antara lain kasus tawuran
antar pelajar di beberapa sekolah, beredarnya video mesum yang pelakunya adalah siswa,
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya, bahkan beberapa remaja putri rela menjual
“kegadisan” demi untuk membeli handphone (HP), membeli pakaian bagus atau mentraktir teman.
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, 2003) menyatakan sebanyak 32%
remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah
berhubungan seks. Kasus lain berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga tahun 2008
pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,2 juta orang. Dari jumlah ini 32% adalah pelajar dan
mahasiswa.

Dari data yang disampaikan oleh Agus Wibowo diatas, ini bukanlah problema yang sepele, karena anak
bangsa yang telah kehilangan karakter akan berakhir kepada dekadensi moral yang pada akhirnya juga
akan berakhir pada karakter suatu bangsa.

Secara filosofis pendidikan karakter merupakan kajian ilmu yang paling rasional dan aktual karena
membahas tentang tingkah laku manusia yang tidak lekang oleh perubahan zaman. Selain itu pendidikan
karakter memiliki landasan normatif, menurut Hamdani Hamid & Beni Ahmad Saebani antara lain: a)
Berasal dari ajaran Agama Islam, yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, berlaku pula untuk ajaran agama
lainnya yang banyak dianut manusia. b) Adat kebiasaan atau norma budaya. c) Pandangan-pandangan
filsafat yang menjadi pandangan hidup dan asas perjuangan suatu masyarakat atau suatu bangsa. d)
Norma hukum yang telah diundangkan oleh Negara berbentuk konstitusi, undang-undang, dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang bersifat memaksa dan mengikat akhlak manusia.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan karakter memiliki landasan filosofis dan
normatif sebagai pijakan dalam operasionalnya. Hal ini mengingat bahwa karakter merupakan
pengetahuan yang memikirkan hakikat kehidupan manusia dalam bertingkah laku, sehingga diperlukan
landasan sebagai pedoman dalam berinteraksi dan berasosiasi.

Fungsi dan tujuan pendidikan karakter memiliki andil yang sangat besar dalam menentukan arah dan
sebagai pedoman internalisasi karakter. Dengan fungsi dan tujuan tersebut diikhtiarkan terwujud insan
kamil yang mempunyai posisi mulia di sisi Allah SWT. Secara garis besar pendidikan karakter
merupakan jalan dalam mewujudkan masyarakat beriman dan bertaqwa yang senantiasa berjalan di atas
kebenaran dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebaikan, musyawarah, serta nilai-nilai
humanisme yang mulia.

Lalu bagaimana peran agama islam dalam menyikapi fenomena ini?

Sejak 14 abad yang lalu atau sejak pertama Al-Qur’an diturunkan, Islam telah memberikan konsep-
konsep tentang pendidikan karakter.

Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman ayat 12-24,
Walaupun terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan pendidikan karakter, namun
Q.S Luqman ayat 12-14 karena ayat ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna
paling dekat dengan konsep pendidikan karakter.

Allah SWT berfirman:

‫ي‬َ َ‫ َوإِ ۡذ قَا َل لُ ۡق َٰ َمنُ ِل ِۡبنِ ِهۦ َوه َُو يَ ِعظُ ۥه ُ َٰيَبُن‬.‫ي َحمِ يد‬ٌّ ِ‫غن‬ َ ‫لِلِ َو َمن يَ ۡش ُك ۡر فَإِنَ َما يَ ۡش ُك ُر ِلن َۡف ِس ِۖۦه َو َمن َكف ََر فَإ ِ َن‬
َ َ‫ٱلِل‬ ۡ ‫َولَقَ ۡد َءات َۡينَا لُ ۡق َٰ َمنَ ۡٱلحِ ۡك َمةَ أ َ ِن‬
ِۚ َ ِ ‫ٱش ُك ۡر‬
‫ي‬ َ ُ ۡ َ
َ ‫عا َم ۡي ِن أ ِن ٱشك ۡر لِي َول َٰ َِو ِلدَ ۡيكَ إِل‬ ُ
َ ‫صل ۥه ُ فِي‬ َٰ ۡ َ
َ ِ‫عل َٰى َوه ٍن َوف‬ ۡ ُ ۡ َ
َ ‫سنَ بِ َٰ َو ِلدَ ۡي ِه َح َملتهُ أ ُّم ۥهُ َوهنًا‬ َٰ
َ ‫ٱۡلن‬ ۡ
ِ ‫ص ۡينَا‬ َ ‫ َو َو‬.‫عظِ يم‬ َ ‫ظ ۡل ٌم‬
ُ َ‫ٱلِلِ إِ َن ٱلش ِۡركَ ل‬ ۖ َ ِ‫ََل ت ُ ۡش ِر ۡك ب‬
‫ير‬ُ ‫ص‬ ِ ‫ٱل َم‬. ۡ

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kelaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu”

Aspek personal Luqman Jika dilihat dalam perspektif pendidikan yaitu bahwa kualitas manusia tidak
dipandang dari sudut keturunan atau ras. Figur Luqman sebagai seorang pendidik memiliki kelebihan
dalam kualitas kepribadiannya bukan kelebihan dalam bentuk kepemilikan berupa material maupun
keturunan. Kelebihan dalam konteks ini yaitu hikmah. Luqman dipandang sebagai figur pendidik yang
memiliki sifat dan perilaku yang menggambarkan hikmah. Dalam tafsir Ath-Thabari, hikmah diartikan
sebagai pemahaman dalam agama, kekuatan berfikir, ketepatan dalam berbicara, dan pemahaman dalam
Islam meskipun ia bukan nabi dan tidak diwahyukan kepadanya.

Implikasi dari makna hikmah bagi figur pendidik adalah bahwa seorang pendidik selain senantiasa
berusaha meningkatkan kemampuan akademiknya, ia pun berupaya menselaraskan dengan amalannya.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitabul
‘ilmi bab Al-Igtibat fil ‘ilmi wal hihmah.

ketika menjelaskan bolehnya hasad, salah satunya kepada seseorang yang Allah berikan hikmah lalu ia
amalkan dan ajarkan kepada orang lain. Kemudian pada surah Luqman ayat 12 terdapat pula kata
“syukur”. Konsep syukur dalam ayat ini, menyiratkan pemahaman pendidik terhadap dirinya sendiri yang
menjadi bagian dari nilai pendidikan, yaitu sebagai salah satu syarat yang harus dimiliki oleh pendidik.
Adapun makna syukur berarti meningkatkan seluruh potensi yang diberikan oleh Allah baik fisik, mental
maupun spiritual. Adapun bentuknya, yaitu: Pertama, dengan mengucapkan Alhamdulillah. Kedua,
dengan merasakan dan menikmati dengan segenap jiwa dan raga. Ketiga, menjadikannya sebagai pemicu
untuk meningkatkan kualitas hidup, ibadah, amal baik dan prestasi.

Dalam ayat 13, Allah mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin
Sadun, dan nama anaknya Tsaran, agar anaknya tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Ungkapan “la tusyrik billah” dalam ayat ini, memberi makna
bahwa ketauhidan merupakan materi pendidikan terpenting yang harus ditanamkan pendidik kepada anak
didiknya karena hal tersebut merupakan sumber petunjuk ilahi yang akan melahirkan rasa aman.
Sebagaimana firman Allah: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” Penyampaian materi pendidikan dalam ayat ini, diawali dengan penggunaan
kata “Ya bunayya” (wahai anakku) merupakan bentuk tashgir (diminutif) dalam arti belas kasih dan rasa
cinta, bukan bentuk diminutif penghinaan atau pengecilan. Itu artinya bahwa pendidikan harus
berlandaskan aqidah dan komunikasi efektif antara pendidik dan anak didik yang didorong oleh rasa kasih
sayang serta direalisasikan dalam pemberian bimbingan dan arahan agar anak didiknya terhindar dari
perbuatan yang dilarang. Oleh karena itu, Al-Ghazali dalam “Ihya ‘Ulumuddin” menyebutkan bahwa
salah satu diantara tugas pendidik ialah menyayangi anak didiknya sebagaimana seorang ayah
menyayangi anaknya, bahkan lebih. Dan selalu menasehati serta mencegah anak didiknya agar terhindar
dari akhlak tercela.

Dari segi anak didik, ungkapan “la tusyrik billah innassyirka lazhulmun azhim” (janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar) mengandung arti bahwa sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh anak didik tidak hanya sebatas
larangan, tetapi juga diberi argumentasi yang jelas mengapa perbuatan itu dilarang. Anak didik diajak
berdialog dengan menggunakan potensi pikirnya agar potensi itu dapat berkembang dengan baik.
Komunikasi efektif antara Luqman dan anaknya mengisyaratkan bahwa hendaknya seorang pendidik
menempatkan anak didiknya sebagai objek yang memiliki potensi fikir.

Dari segi lain, ungkapan “Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar” menimbulkan rasa kehati-hatian di diri anak didik
dalam melakukan kewajiban kepada Allah serta usaha untuk menghindar dari persoalan yang dilarang,
sehingga dengan demikian materi pendidikan lebih mudah diterima anak didik.

Adapun makna yang dapat diungkap dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan Luqman tidak terbatas pada
pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya dalam keluarga, karena ayat yang berisi pesan
berbuat baik kepada kedua orang tua ini diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa
Luqman. Dengan demikian, wasiat Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi pendidikan pada
umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, yaitu antara lain upaya mendidik anak untuk
berbuat baik kepada orang tuanya.

Dalam ayat 14 ini materi berbuat baik kepada kedua orang tua disampaikan melalui anjuran untuk
menghayati penderitaan dan susah payah ibunya selama mengandung. Metode seperti ini merupakan cara
memberi pengaruh dengan menggugah emosi anak didik, sehingga berdampak kuat terhadap perubahan
sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Dalam ayat 14 dapat diungkap pula makna tujuan manusia yang terangkum dalam kalimat “ilayyal
mashir”, yaitu kembali kepada kebenaran hakiki dimana sumber kebenaran itu sendiri adalah Allah
semata-mata. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah penyerahan diri
secara total kepada Allah.

Adapun nilai karakter yang termaktub dalam QS. Luqman ayat 12-14 tadi, yang pertama, dari seorang
Luqman, pendidik hendaknya mempunyai karakter hikmah, yakni berpengetahuan dan berilmu. Artinya,
selain mempunyai pengetahuan, pendidik juga dituntut untuk mengamalkan pengetahuannya. Kedua,
pendidikan karakter yang terdapat dalam QS. Luqman diatas adalah anjuran untuk menjadikan individu-
individu yang bersyukur, syukur dalam artian tidak hanya mengucapkan Alhamdulillah, ,melainkan
menikmati segala karunia Allah untuk pemicu dalam meningkatkan prestasi, ketiga nilai karakter yang
ada pada ayat ini adalah menjadikan Tauhid atau Aqidah sebagai pondasi awal bagi anak sebelum anak
mengenal disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Keempat, Luqman memanggil anaknya dengan sebutan
Ya Bunayya, padahal bahasa arab yang biasa digunakan adalah Ya Ibnii, Ya Bunayaa adalah bahasa yang
sangat halus yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya, nilai karakter yang ada pada ayat ini adalah,
hendaknya bagi para pendidik untuk bertutur halus kepada anak didiknya. Kelima, pada ayat diatas juga
diperintahkan untuk merenungi penderitaan seorang ibu yang mengandung anaknya dalam keadaan
wahnan ‘ala wahnin, nilai karakter pada ayat ini adalah nilai bakti seorang anak kepada orang tuanya,
khususnya kepada ibu. Keenam, penutup ayat ini Ilayyal Mashiir semua akan kembali kepada Allah, nilai
karakter darinya adalah siapapun kita sebagai manusia pasti akan kembali kepada Allah, dan ini
melahirkan nilai-nilai ketakwaan, karena hanya taqwa lah yang akan menjadikan manusia berbeda
dihadapan Allah ketika kembali keharibaannya.

Anda mungkin juga menyukai