Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN II

Pembuatan Tracking SPJ Kegiatan dan Pengarsipan dokumen SPJ


Kegiatan

Disusun oleh:
Riva April Ramadhan, S.E
NIP. 199004252018021001

PUSAT PENGEMBANGAN APARATUR SIPIL NEGARA


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Pembuatan tracking SPJ kegiatan dan dokumentasi berkas


setelah kegiatan
Disusun Oleh : Riva April Ramadhan, S.E.
NIP : 199004252018021001
Pelatihan Dasar : Golongan III
Angkatan : II

Jakarta, Agustus 2018


Menyetujui
Coach Mentor

Aris Mutoyo, S.H. Muhammad Fauzy, S.H, M.H.


NIP. 196102121985031001 NIP. 197107082000121001

Mengetahui
Kepala Pusat Pengembangan ASN

Dr. Ahmad Jalis, M.A.


NIP. 196102121985091001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang membimbing serta menyertai penulis dalam hati
dan pikiran untuk penulisan karya tulis tugas akhir ini. Tuhan tidak pernah meninggalkan
hamba-Nya dalam hal apapun yang sedang dihadapinya , baik dalam hal senang maupun
sedih. Penulis sangat bersyukur atas bimbingan Allah SWT dalam setiap langkah penyusunan
laporan ini dan bersyukur kepada orang – orang yang telah ada memberi bantuan kepada
penulis. Atas segala bantuan yang telah diterima , penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif
2. Bapak Ari Juliano Gema selaku Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi
Kreatif.
3. Kepala Pusat Pengembangan Aparatur Sipil Negara Badan Kepegawaian Negara
4. Bapak Sabartua Tampubolon selaku Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi
5. Ibu Linda Suryani selaku Kepala Subdirektorat Harmonisasi Regulasi
6. Bapak Fauzy, selaku mentor yang telah bersedia membimbing dan memberi arahan dalam
menyelesaikan Laporan Aktualisasi.
7. Bapak Aris Mustoyo selaku Widyaiswara pembimbing (coach) yang telah bersedia
membimbing dalam menyelesaikan laporan aktualisasi ini.
8. Rekan kerja di Unit Kerja di Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif.
9. Kedua orang tua yang selalu mendukung untuk segala sesuatu yang saya lakukan dalam
hidup.
10. Eka Susi Agustina dan Khalil Daru Wicaksono yang memberi semangat dalam segala hal
untuk masa depan kita.

Jakarta , Agustus 2018

Riva April Ramadhan

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.3 Deskripsi Organisasi ................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................................... 7
BAB II NILAI-NILAI DASAR PROFESI.................................................................... 9
2.1 Akuntabilitas ............................................................................................... 9
2.2 Nasionalisme............................................................................................. 10
2.3 Etika Publik .............................................................................................. 11
2.4 Komitmen Mutu........................................................................................ 12
2.5 Anti Korupsi ............................................................................................. 14
BAB III KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI .................................. 16
3.1 Manajemen ASN ...................................................................................... 16
3.2 Whole of Government .............................................................................. 17
3.3 Pelayanan Publik ...................................................................................... 18
BAB IV AKTUALISASI ............................................................................................ 22
4.1 Rancangan Aktualisasi.............................................................................. 22
4.2 Capaian Aktualisasi .................................................................................. 23
4.3 Hambatan atau Kendala ............................................................................ 35
4.4 Analisis Dampak …………………………………………………………37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
5.2 Saran ......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Struktur Organisasi Badan Ekonomi Kreatif ………………….................6


Gambar I. 2 Struktur Organisasi Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi ..…….................7

v
DAFTAR TABEL

Tabel IV. 1 Timeline Kegiatan Aktualisasi....…………………………………………..23

Tabel IV. 2 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Pertama……………...24

Tabel IV. 3 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Kedua…………........24

Tabel IV. 4 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Ketiga………………..25

Tabel IV. 5 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Keempat……………..26

Tabel IV. 6 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Kelima….……..........26

Tabel IV. 7 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Keenam .……..........27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS berpedoman pada Peraturan Kepala Lembaga


Administrasi Negara Nomor 25 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan
Dasar Golongan III. Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil golongan III ini mempunyai
tujuan untuk membentuk PNS profesional yang berkarakter yaitu PNS yang karakternya
dibentuk oleh sikap dan perilaku displin PNS, nilai – nilai dasar PNS, dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugasnya sehingga
mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarkat.
Sasaran penyelenggaraan Pelatihan Dasar Golongan III adalah terwujudnya PNS professional
yang berkarakter sebagai pelayan masyarakat.
Sebelum berganti nama, Latihan Dasar CPNS bernama Diklat Prajabatan dan sistem yang
digunakan juga berbeda dari sebelumnya. Sebelum berganti, peserta Diklat Prajabatan
menerapkan sistem pemberian materi kepada peserta dan pengadaan ujian setelah selesai
penerimaan materi. Setelah mendapatkan hasil dari ujian, peserta dapat dinyatkan lulus atau
tidak dari Latihan Dasar Prajabatan. Berbeda dengan Diklat Latihan Dasar Prajabatan,
pelaksanaan Latihan Dasar CPNS mempunyai empat tahapan, yaitu tahap orientasi,
internalisasi, tahap aktualisasi, dan tahap evaluasi aktualisasi.
Tahap pertama yaitu internalisasi dilaksanakan selama lima minggu. Pada tahap ini,
peserta tidak hanya diberi materi diklat, tapi juga diberi pelatihan MFD dan wajib dalam
menyusun Rancangan Pelaksanaan Aktualisasi (RPA). MFD merupakan singkatan dari
mental, fisik, dan displin. Pelatihan ini diberikan oleh Kopassus, BKN, LAN, dan Instansi
tempat peserta bekerja. Pelatihan ini mencakup agenda bela negara pada minggu pertama dan
pemberian materi nilai – nilai dasar CPNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi disingkat menjadi ANEKA, serta materi lainnya seperti
Pelayanan Publik, Whole of Goverment dan Manajemen ASN. Materi tersebut diberikan pada
minggu kedua hingga minggu keempat. Pada minggu kelima diberikan materi Pelatihan

1
Kompetensi Teknis Bidang Tugas. Pelatihan ini diberikan untuk dasar dalam penyusunan
Rancangan Pelaksanaan Aktualisasi disingkat RPA. Rancangan Pelaksanaan Aktualisasi
adalah formulir tempat para peserta diklat mengisi rencana kegiatan yang akan dilakukan
untuk memecahkan suatu isu pada saat peserta sudah kembali ke kantor masing – masing
untuk melaksanakan aktualisasi.
Tahap yang kedua ialah tahap aktualisasi. Tahap aktualisasi ini merupakan pelaksanaan
kegiatan aktualisasi yang sudah direncakan di RPA dan kegiatan dilaksanakan pada saat off-
campus selama depalan puluh (80) hari di instansi tempat peserta bekerja. Pada tahap ini
peserta diharapkan melaksanakan aktualisasi dengan menerapkan nilai – nilai dasar CPNS
hingga menjadi habituasi.
Tahap yang ketiga ialah tahap evaluasi aktualisasi. Setelah tiga puluh (30) hari on-campus
dan delapan puluh (80) hari off- campus, peserta akan melaksanakan tahap evaluasi
aktualisasi. Tahap ini merupakan suatu pengujiann apakah peserta telah melaksanakan
aktualisasi dengan benar dan memang benar – benar dilakukan. Pada sidang pengujian ini,
peserta akan mempresentasikan tahapan – tahapan kegiatan sekaligus dengan menampilkan
bukti atau dokumentasi dari kegiatan aktualisasi. Seletah peserta mempresentasikan
aktualisasi, penguji akan membuat keputusan tentang lulus atau tidaknya peserta sebagai PNS.
Berdasarkan dengan penjelasan diatas, penulis membuat judul aktualisasi pembuatan tracking
SPJ kegiatan dan dokumentasi berkas setelah kegiatan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan atas penulisan laporan ini adalah.


1. Untuk memenuhi persyaratan dinyatakan lulus dari Diklat Latihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil Golongan III 2018
2. Untuk memenuhi persyaratan agar dinyatakan sebagai Pegawai Negeri Sipil
3. Untuk menerapkan sikap dan perilaku displin PNS, nilai – nilai dasar PNS dan peran serta
kedudukan PNS sebagai bentuk habituasi
4. Untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahaman materi yang telah didapat dan
dipelajari dalam proses Diklat Latsar

2
5. Untuk bahan bacaan dan referensi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap Karya
Tulis ini.

1.3 Deskripsi Organisasi

1.3.1. Gambaran Umum Unit Kerja


Badan Ekonomi Kreatif ini dibentuk oleh Bapak Joko Widodo berdasarkan Peraturan
Presiden No. 6 Tahun 2015 j.o. Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2015. Badan Ekonomi
Kreatif Indonesia adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas untuk membantu
Presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan menyinkronisasi
kebijakan ekonomi kreatif di 16 subsektor. Subsektor tersebut antara lain, aplikasi dan game
developer; arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; fashion; film,
animasi, dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik; penerbitan; periklanan; seni
pertunjukan; seni rupa; dan televisi dan radio. Kuliner, fesyen, dan kriya merupakan
subsektor penyumbang PDB terbesar saat ini.
Badan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Bapak Triawan Munaf sebagai Kepala
Lembaga serta dibantu oleh 6 Deputi dan Sekretariat Utama. Deputi merupakan bagian yang
melaksanakan tugas dan fungsi Badan Ekonomi Kreatif sedangkan Sekretariat Utama
merupakan bagian yang memberi dukungan secara administrasi dan teknis kepada Deputi.
Deputi yang terdapat pada badan ini antara lain Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan;
Deputi Akses Permodalan; Deputi Infrastruktur; Deputi Pemasaran; Deputi Fasilitasi Hak
Kekayaan Intelektual dan Regulasi; dan Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah.
Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi dipimpin oleh Bapak Ari
Juliano Gema dan mempunyai tugas untuk merumuskan,menetapkan, mengoordinasikan,
dan sinkronisasi kebijakan dan program fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan sinkronisasi
regulasi di bidan ekonomi kreatif. Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi membawahi dua
direktorat, yaitu Direktorat Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Direktorat Harmonisasi
Regulasi dan Standardisasi
Dimana untuk Subdirektorat Harmonisasi Regulasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan koordinasi, sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan harmonisasi regulasi di
bidang ekonomi kreatif.

3
1.3.2. Visi, Misi, dan Nilai Organisasi
Visi Badan Ekonomi Kreatif pada tahun 2015-2019 berdasarkan Peraturan
Kepala Badan Ekonomi Kreatif No. 8 Tahun 2017 antara lain:

“EKONOMI KREATIF MENJADI KEKUATAN BARU EKONOMI


INDONESIA”.

Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi untuk membangun ekosistem
ekonomi kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif,
meningkatkan nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia
berjaya di pasar global.
Saat ini, Badan Ekonomi Kreatif belum memiliki nilai-nilai organisasi. Namun,
dalam menyusun laporan ini, penulis menggunakan Kode Etik Pegawai di Lingkungan
Badan Ekonomi Kreatif yang terdapat pada Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif
Nomor 15 Tahun 2017 Pasal 4, yaitu:
 Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi
 Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
 Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang selama tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kode etik pegawai
 Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien
 Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya

4
 Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
 Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapatkan atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau orang lain
 Memegang teguh nilai dasar negara pegawai dan selalu menjaga reputasi dan
integritas pegawai
 Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai
1.3.3. Tupoksi dan Uraian Tugas
Badan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas untuk merumuskan, menetapkan,
mengoordinasikan, dan menyinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif. Fungsi yang
dilakukan Badan Ekonomi Kreatif dalam menjalankan tugasnya berdasarkan Perpres no 6
tahun 2015 pasal 3 antara lain,

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi kreatif


2. Perancangan dan pelaksanaan program di bidang ekonomi kreatif.
3. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan
program di bidang ekonomi kreatif.
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan dan program
di bidang ekonomi kreatif.
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku
kepentingan di bidang ekonomi kreatif.
6. Pelaksanaan komunikasi dan koordinasi dengan Lembaga Negara, Kementerian,
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak lain yang
terkait.
7. Pelaksanaan fungsi lain yang ditugaskan Presiden yang terkait dengan ekonomi
kreatif.

5
1.3.4. Struktur Organisasi
Gambar I.1 Stuktur Organisasi Badan Ekonomi Kreatif

6
Gambar I.2 Stuktur Organisasi Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi

Deputi Fasilitasi Hak


Kekayaan Intelektual
dan Regulasi

Sub Bagian Tata


Usaha Deputi

Direktorat Fasilitasi Direktorat


Hak Kekayaan Harmonisasi Regulasi
Intelektual dan Standardisasi

Sub Bagian Tata Sub Bagian Tata


Usaha Direktorat Usaha Direktorat
Fasilitasi HKI Harmonisasi
Regulasi dan
Standarisasi

Sub Direktorat Sub Direktorat


Sub Direktorat Sub Direktorat
Harmonisasi Standardisasi dan
Pengelolaan HKI Advokasi HKI
Regulasi Sertifikasi

1.4 Ruang Lingkup

Laporan ini berfokus pada kegiatan yang telah direncanakan penulis berdasarkan
bimbingan serta persetujuan mentor dan coach, meliputi kegiatan:
1. Mempelajari PMK no 49/PMK.02/2017 tentang standard biaya masukkan tahun
anggaran 2018 dan SOP tentang Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban.
2. Membuat file tracking dokumen LPJ.

7
3. Sosialisasi file tracking dengan staff satu tim.
4. Implementasi tracking dokumen.
5. Merapihkan arsip SPJ kegiatan.
6. Evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling dokumentasi.

8
BAB II
NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

2.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. kuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai - nilai publik tersebut antara lain adalah:Mampu
mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara
kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;memiliki
pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam
politik praktis;memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan
dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Dalam akuntanbilitas terdapat lima aspek yaitu pertama, akuntabilitas adalah sebuah
hubungan (Accountability is a relationship): Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua
pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Kedua, akuntabilitas
berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented) : Hasil yang diharapkan dari
akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
Ketiga, akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh
individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang
telah dilakukan. Keempat, akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences) :Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukkan
tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Kelima, akuntabilitas
memperbaiki kinerja (Accountability improves performance): Tujuan utama dari

9
akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Fungsi akuntabilitas ialah Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas
(termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu
sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah); Untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar).

2.2 Nasionalisme
Nasionalisme mempunyai beberapa pengertina tergantung pada sudut pandang mana.
Pertama makna nasionlisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau
mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Kedua, Nasionalisme dalam arti sempit adalah
suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain
sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Ketiga, nasionalisme dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai kaitan dengan
nasionalisme. Didalam pancasila tersebut juga terdapat makna Nasionalisme Pancasila yang
berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Selain mempunyai makna, didalam Pancasila juga
terdapat nilai – nilai nasionalisme yang harus diperhatikan yaitu sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa. Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara sekuler yang
membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan
mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki
Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang
terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Dengan

10
berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan
karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri
untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk
kemakmuran masyarakat.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila kedua memiliki konsekuensi ke
dalam dan ke luar. Ke dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai
kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia
dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi
karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang
menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk
hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata. Sila keempat, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Demokrasi
permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama , badan
permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan asprasi beragam golongan
yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara
persatuan, bukan negara untuk satu golongan atau perorangan.
Sila kelima,Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan
organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga
merupakan perwujudan imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945. Peran negara
dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain : (a) perwujudan relasi yang adil di semua
tingkat sistem kemasyarakatan; (b) pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan
kesempatan; (c) proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang
diperlukan; dan (d) dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi
semua orang.

2.3 Etika Publik

11
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut
(Catalano, 1991). Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada perbedaan antara
keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik atau benar. Sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos individu/kelompokberdasarkan nilai-nilai dan
norma-norma luhur.Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku / etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN adalah 1. Melaksanakan
tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas; 2. Melaksanakan tugasnya
dengan cermat dan disiplin; 3. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan; 4.
Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 5. Melaksanakan
tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; 6.
Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara; 7. Menggunakan kekayaan dan
barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien; 8. Menjaga agar tidak
terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya; 9. Memberikan informasi secara
benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan; 10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain; 11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; 12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.

2.4 Komitmen Mutu

12
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin
dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi
tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk
menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.Ada empat indikator dari nilai-nilai
dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu : Pertama, efektif adalah berhasil guna,
dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur
dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.Kedua, efisien adalah berdaya guna,
dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
Ketiga, inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.Keempat, mutu merupakan suatu
kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai
atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa
yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit, 2010:11), yaitu : a). Tangibles
(bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi; b). Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan

13
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan; c). Responsiveness
(daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap; d). Assurance
(jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya; e). Empaty,
yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan
tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

2.5 Anti Korupsi


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena
dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus diperhatikan,
yaitu : Pertama, kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta
tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri
terhadap godaan untuk berbuat curang. Kedua ialah peduli .Kepedulian sosial kepada sesama
menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi
akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang
tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak
akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
Ketiga ialah mandiri. Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang
dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat. Keempat ialah disiplin adalah
kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani

14
tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam
bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
Kelima ialah tanggung jawab. Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya
akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara,
dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista. Keenam ialah kerja keras. Individu beretos kerja akan selalu
berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang
sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas
dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.Ketujuh ialah sederhana. Pribadi yang berintegritas tinggi adalah
seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kedelapan ialah berani. Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri
sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan
perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
Kesembilan ialah adil. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untukmendapatkan lebih dari apa
yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang
adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

15
BAB III
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI

3.1. Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Kedudukan atau status
jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum sempurna untuk
menciptakan birokrasi yang professional.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Untuk menjalankan kedudukannya
tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:1) Pelaksana kebijakan publik; 2)
Pelayan publik; dan 3) Perekat dan pemersatu bangsa Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2) Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan

16
kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Selain mempunyai fungsi dan peran, ASN juga mempunyai hak dan kewajiban dalam
menjalankan tugasnya. Hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima.Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut PNS berhak memperoleh:
gaji, tunjangan, dan fasilitas; cuti; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; perlindungan; dan
pengembangan kompetensi.
Sedangkan PPPK berhak memperoleh: gaji dan tunjangan; cuti:
perlindungan; dan pengembangan kompetensi.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah: setia dan taat pada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan pemerintah yang sah; menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; melaksanakan kebijakan
yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang; menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan; melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab; menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.2. Whole of Government

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan


upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan

17
urusan-urusan yang relevan. Pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik
mengenai koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan sebagai akibat dari
adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di tingkat sektor. Sehingga WoG sering
kali dipandang sebagai perspektif baru dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar
sektor. WoG juga sering disamakan atau minimal disandingkan dengan konsep policy
integration, policy coherence, cross-cutting policymaking, joined-up government, concerned
decision making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan
karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik integrasi institusi atau
penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal dalam satu wadah.
Ciri lain dari WoG adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu
tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa
WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara
konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan, proses integrasi
institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada
sektor-sektor tertentu saja yang dipandang relevan. Ada beberapa alasasn yang membuat WoG
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah yaitu
pertama, adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan
yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi
pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait faktor-faktor
internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya
nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Ketiga, khususnya dalam konteks
Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya mendrong adanya potensi disintegrasi bangsa.

3.3 Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan

18
masyarakat. Sementara Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa: Pelayanan publik
adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Sedangkan definisi
yang saat ini menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana
termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Siklus pelayanan itu sendiri menurut A. Imanto, 2002,
adalah “Sebuah rangkaian peristiwa yang dilalui pelanggan sewaktu menikmati atau menerima
layanan yang diberikan Dikatakan bahwa siklus layanan dimulai pada saat konsumen
mengadakan kontak pertama kali dengan service delivery system dan dilanjutkan dengan
kontak-kontak berikutnya sampai dengan selesai jasa tersebut diberikan”.
Dalam nasionalisme terdapat tiga point penting yang harus diperhatikan terkait dalam
pelayanan publik yaitu pertama, tugas pelayanan merupakan suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh aparat pemerintah. Kedua, yang menjadi objek layanan adalah masyarakat
atau publik. Ketiga, bentuk layanan yang diberikan dapat berupa barang dan jasa sesuai
kebutuhan masyarakat dan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan publik yang prima mempunyai sembilan prinsip. Prinsip-prinsip ini
membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang sesuai dengan
keinginan masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut antara lain,

 Partisipatif
Pemerintah melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi
pelayanan publik yang diberikan.
 Transparan
Masyarakat diberikan akses untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah.
 Responsive

19
Pemerintah tanggap dalam memenuhi tuntutan serta aspirasi masyarakat. Dengan
pemerintah responsive kepada masyarakat, pemerintah dapat mengetahui dan
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik.
 Tidak diskriminasi
Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah haruslah adil dan tidak ada perbedaan
diantara layanan yang diberikan.
 Mudah & murah
Masyarakat dapat menikmati pelayanan yang diberikan tanpa mengeluarkan tenaga dan
biaya yang besar.
 Efektif dan efisien
Pelayanan yang diberikan oleh pemerinta harus tepat sasaran kepada masyarakat yang
membutuhkan. Pelayanan yang diberikan dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga yang sedikit, dan biaya yang sedikit namun tetap memberikan hasil berkualitas.
 Aksesibel
Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah harus mudah terjangkau oleh
masyarakat.
 Akuntabel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah dapat dipertanggungjawabkan
secara terbuka kepada masyarakat baik melalui media cetak maupun media lain.
 Berkeadilan
Pelayanan publik diberikan kepada masyarakat dapat dijadikan pelindung dan
memberikan rasa adil kepada masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu atau
minoritas. Sebagai seorang pelayan publik, ASN akan terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Tindakan yang diambil oleh seorang
ASN akan secara langsung mempengaruhi kualitas pelayanan publik yang diberikan. Oleh
karena itu, perlu kesadaran seluruh anggota ASN untuk memberikan kontribusi terhadap
upaya perbaikan kualitas pelayanan publik di Indonesia. Pola pikir ASN yang baik dalam
pelayanan publik mencakup profesionalitas, bebas dari intervensi politik, bersih dari KKN,
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, dan mampu menjalankan peran
sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

20
Upaya perbaikan yang dilakukan oleh seorang ASN tidak serta merta tanpa hambatan.
Patologi birokrasi yang saat ini masih dapat ditemukan dalam batang tubuh instansi
pemerintah merupakan ancaman berat yang akan dihadapi seorang ASN saat melakukan upaya
perbaikan pelayanan publik. Bentuk- bentuk patologi birokrasi tersebut, antara lain:

1. Penggelembungan Organisasi (Parkinsonian Birokrasi)


Kecenderung birokrasi untuk memperbesar struktur dan merekrut lebih banyak anggota.
Semakin besar ukuran suatu birokrasi, akan semakin besar kewenangan yang dimiliki
oleh pimpinan birokrasi dan sumber daya keuangan yang dikontrol.
2. Duplikasi Tugas dan Fungsi
Birokrasi yang membengkak akan menimbulkan duplikasi tugas dan fungsi yang akan
dijalankan oleh unit – unit dalam organisasi birokrasi tersebut. Hal ini mengakibatkan
inefesiensi terhadap tugas dan fungsi yang dikerjakan.
3. Red Tape
Red Tape merupakan masalah dimana birokrasi bekerja secara yang lamban dan
berbelit – belit sehingga mengakibatkan para pengguna harus mengeluarkan biaya
tambahan demi memudahkan pelayanan yang mereka gunakan.
4. Konflik Kewenangan
Apablika birokrasi mengalami pembengkakan, suatu saat dapat terjadi suatu masalah
dimana terdapat kewenangan unit organisasi yang tumpeng tindih satu dengan yang
lain.
5. Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)
KKN saat ini menjadi masalah yang serius di Indonesia. Birokrasi yang strukturnya
tertutup, kaku dan penuh aturan dapat membuat masyarakat sulit untuk mengawasi dan
memonitori kegiatan yang dilakukan organisasi birokrasi tesebut. Sulitnya masyarakat
dalam mengawasi, memunculkan peluang para birokrat untuk melakukan praktik KKN
secara mudah.
6. Enggan untuk Melakukan Perubahan
Keadaan yang nyaman dapat membuat para birokrat enggan untuk melakukan
perubahan kearah yang lebih baik. Para birokrat seperti ini cenderung mempertahankan

21
pola pikir dan cara kerja lama yang telah dilakukan terus menerus tanpa memikirkan
keefektifan dan keefisienan cara tersebut.

BAB IV
AKTUALISASI

4.1 Rancangan Aktualisasi


4.1.1 Identifikasi Isu
Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi merupakan salah satu bagian yang ada di Deputi
Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi. Berdasarkan Perpres no 6 tahun 2015 Sub
Direktorat Harmonisasi Regulasi memiliki tugas melaksanakan penyiapan bahan koordinasi,
sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan harmonisasi regulasi di bidang ekonomi kreatif :
Dikarenakan tingginya frekuensi pelaksanaan kegiatan di subdirektorat Harmonisasi
Regulasi seperti kegiatan sosialisasi dan fasilitasi pendirian badan hukum, pembentukkan
peraturan daerah dan Pembentukkan RUU Pengembangan Ekonomi Kreatif sehingga
menimbulkan beberapa permasalahan antara lain:
 Pelaksanaan pertanggungjawaban masing- masing kegiatan belum efektif dan
efisien,masih ada yang terlambat.
 Pengarsipan berkas SPJ yang belum maksimal

4.1.2 Isu yang diangkat


Setelah melakukan identifikasi isu dalam Sub Direktorat Regulasi, penulis menetapkan
untuk mengangkat isu “Pembuatan tracking lpj kegiatan dan pengarsipan berkas SPJ kegiatan
”. penulis berharap dengan dilakukannya kegiatan aktualisasi, pembuatan SPJ kegiatan lebih
efektif dan efisien serta pengelolaan administrasi SPJ di Lingkungan Sub Direktorat
Harmonisasi Regulasi menjadi efektif dan efisien.

22
4.1.3 Kegiatan penyelesaian Isu
Tabel IV. 1 Timeline Kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan Jadwal Aktualisasi
1. Mempelajari PMK no 49/PMK.02/2017 tentang Standar 2 Mei – 11 Mei 2018
Biaya Masukkan Tahun Anggaran 2018 dan SOP
tentang Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban
2. Membuat file tracking dokumen SPJ 14 Mei – 18 Mei
2018
3. Sosialisasi file tracking dengan staff satu tim 21 Mei – 8 Juni 2018

4. Implementasi tracking dokumen 1 Juli – 16 Agustus


2018
5. Merapihkan arsip SPJ Kegiatan 20 Agustus – 23
Agustus 2018
6. Evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling 24 Agustus 2018
dokumentasi

4.2 Capaian Aktualisasi


4.2.1 Deskripsi core isu dan strategi penyelesaian dengan persetujuan atasan
Sesuai rancangan aktualisasi yang disetujui mentor dan pembimbing, ada enam jenis
kegiatan/agenda aktualisasi yang dilaksanakan oleh penulis di tempat kerja.
Kegiatan Pertama
1. Jenis kegiatan pertama adalah mempelajari PMK No. 49/ PMK.02/2017 tentang Standar
Biaya Masukan tahun anggaran 2018 dan SOP tentang Pembuatan Laporan
Pertanggungjawaban.
2. Kriteria atau indikator atas keberhasilan capaian agenda aktualisasi pada kegiatan
pertama ialah pembuatan dokumen SPJ seperti DRPP, nominatif dan kuitansi kegiatan
dengan baik.
23
Tabel IV. 2 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Pertama

Kegiatan 1 Output/Hasil Indikator/Kriteria


Kegiatan Keberhasilan Capaian
Agenda Aktualisasi
Mempelajari PMK No. Pemahaman Peraturan Pembuatan Dokumen SPJ
49/PMK.02/2017 tentang seperti DRPP, nominatif,
Standar Biaya Masukan dan kuitansi dengan baik
Tahun Anggaran 2018 dan
SOP tentang Pembuatan
Laporan
Pertanggungjawaban

Kegiatan Kedua
1. Jenis kegiatan kedua membuat file untuk tracking dokumen SPJ.
2. Kriteria dan indikator atas keberhasilan capaian agenda aktualisasi pada kegiatan kedua
ialah file excel untuk tracking SPJ kegiatan.

Tabel IV. 3 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Kedua


Kegiatan 2 Output/Hasil Indikator/Kriteria
Kegiatan Keberhasilan Capaian Agenda
Aktualisasi
Membuat file tracking File Excel tracking
File Tracking
dokumen Excel

24
Kegiatan ketiga

1. Jenis kegiatan ketiga ialah menginput SPJ berupa Sosialisasi file Excel tracking
dokumen SPJ dengan staff satu tim. Hasil/ output yang diharapkan dari kegiatan ini
adalah Pemahaman dari rekan satu tim.
2. Kriteria atau indikator keberhasilan dari capaian agenda aktualisasi pada kegiatan ketiga
ialah file excel tracking dokumen spj sudah tersimpan di masing- masing computer
rekan satu tim.

Tabel IV. 4 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Ketiga


Kegiatan 3 Output/Hasil Kegiatan Indikator/Kriteria
Keberhasilan Capaian
Agenda Aktualisasi
File excel tersimpan di PC
Sosialisasi file tracking Pemahaman dari rekan satu
masing- masing staff
dengan staff satu tim tim

Kegiatan keempat

1. Jenis kegiatan keempat ialah implementasi file excel tracking dokumen. Hasil/output
yang diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil penginputan ke dalam file.
2. Kriteria atau indicator keberhasilan dari capaian agenda kegiatan keempat ialah jumlah
dokumen spj yang terinput di dalam file excel.

25
Tabel IV. 5 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Keempat
Kegiatan 4 Output/Hasil Kegiatan Indikator/Kriteria
Keberhasilan Capaian Agenda
Aktualisasi
Hasil penginputan ke Jumlah dokumen spj yang
Implementasi tracking
dalam file terinput ke dalam file excel
dokumen

Kegiatan Kelima

1. Jenis kegiatan kelima ialah merapihkan file arsip SPJ kegiatan. Hasil atau output yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah Arsip dokumen SPJ setelah kegiatan.
2. Kriteria atau indicator keberhasilan capaian agenda aktualisasi dari kegiatan ini adalah
jumlah berkas SPJ yang di arsipkan.

Tabel IV.6 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Kelima


Kegiatan 5 Output/Hasil Indikator/Kriteria
Kegiatan Keberhasilan Capaian Agenda
Aktualisasi
Jumlah SPJ yang diarsipkan
Merapihkan arsip SPJ Arsip dokumen
kegiatan setelah kegiatan

Kegiatan Keenam

1. Jenis kegiatan keenam ialah evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan arsip SPJ
kegiatan. Output dari kegiatan ini adalah catatan hasil evaluasi.
2. Kriteria atau indicator keberhasilan capaian agenda aktualisasi dari kegiatan ini adalah
monitoring yang berkesinambungan dari atasan ataupun rekan kerja.

26
Tabel IV.7 Agenda & Indikator Capaian Aktualisasi Kegiatan Keenam
Kegiatan 6 Output/Hasil Indikator/Kriteria
Kegiatan Keberhasilan Capaian Agenda
Aktualisasi
Monitoring yang
Evaluasi atas penerapan Catatan hasil evaluasi
berkesinambungan dari atasan
tracking dan peningkatan
maupun rekan kerja
arsip SPJ kegiatan.

4.2.2 Hasil Pelaksanaan aktualisasi berdasarkan kegiatan penyelesaian masalah

Aktualisasi pertama
1. Jenis dan Tahapan Kegiatan
Jenis kegiatan pertama ialah mempelajari PMK No. 49/PMK.02/2017 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2018 dan SOP tentang Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban.
Kegiatan ini merupakan tahap Planning dan Organizing dari keseluruhan kegiatan
aktualisasi. Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan Mengunduh peraturan dan mencetak
halaman yang diperlukan kemudian membaca dan mempelajari peraturan yang terkait dengan
Pembuatan Laporan pertanggungjawaban
2. Output/ Hasil Kegiatan
Melalui lima tahapan yang sudah dilaksanakan dari kegiatan pertama ialah output yang
diharapkan oleh penulis adalah pemahaman terhadap peraturan pembuatan SPJ. Ketika sudah
memahami peraturan maka akan lebih mudah menentukan langkah- langkah yang akan
dilakukan selanjutnya.
3. Nilai nilai dasar
Dalam kegiatan mempelajari alur SPJ yang dilakukan penulis dibutuhkan tanggung jawab dan
konsistensi dalam mempelajari peraturan tersebut (Akuntabilitas).

27
Kegiatan pembelajaran aturan terkait SPJ harus dilaksanakan dengan bertanggung jawab dan
berorientasi pada mutu (Komitmen mutu). Dalam kegiatan ini, penulis harus menunjukkan
kesungguhan dalam belajar sehingga memproleh hasil yang baik juga.

4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi


Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru
ekonomi Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem
ekonomi kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif,
meningkatkan nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya
di pasar global.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Sub Direktorat Harmonisasi
Regulasi memiliki beberapa kegiatan seperti pendirian badan hukum, pembentukan regulasi
daerah dan RUU pengembangan ekonomi kreatif. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana
yang berasal tidak lain dari APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN
memerlukan bukti pertanggungjawaban atas Surat Pertanggung jawaban (SPJ) atas
penggunaan dana tersebut. Dan apabila pembuatan SPJ terlambat atau semakin lama dalam
pembuatan akan semakin lama pula dana tersebut turun sehingga menghambat agenda
kegiatan.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Sub Direktorat Harmonisasi
Regulasi memiliki beberapa kegiatan seperti pendirian badan hokum, pembentukan regulasi
daerah dan RUU pengembangan ekonomi kreatif. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana
yang berasal tidak lain dari APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN
memerlukan bukti pertanggungjawaban atas Surat Pertanggung jawaban (SPJ) atas
penggunaan dana tersebut. Dan apabila pembuatan SPJ terlambat atau semakin lama dalam
pembuatan akan semakin lama pula dana tersebut turun sehingga menghambat agenda
kegiatan.
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Saat ini Badan Ekonomi Kreatif belum memiliki nilai-nilai organisasi, sehingga penulis
menggunakan kode etik pegawai Badan Ekonomi Kreatif sebagai pengganti nilai-nilai

28
organisasi. Pembelajaran mengenai selain dilakukan dengan berpegang pada nilai-nilai dasar
ASN (akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi), juga
dilakukan dengan menjunjung kode etik Badan Ekonomi Kreatif. Pelaksanaan kegiatan
mempelajari SOP pembuatan dan alur SPJ yang dilakukan dengan cermat dan displin akan
menghasilkan hasil pekerjaan yang baik juga dan melakasanakan kegiatan selanjutnya dengan
professional dan mempunyai integritas.

Aktualisasi kedua:
1. Jenis dan Tahapan Kegiatan
Jenis kegiatan kedua adalah membuat file Excel untuk tracking dokumen SPJ. Kegiatan ini
merupakan tahap pertama Actuating dari keseluruhan kegiatan aktualisasi. Kegiatan ini
dilakukan dengan tahapan menyiapkan format excel dan konsultasi dengan atasan.
2. Output/Hasil Kegiatan
Melalui dua tahapan yang sudah dilaksanakan pada kegiatan kedua, penulis berharap adanya
file excel yang nantinya digunakan oleh sub direktorat Harmonisasi Regulasi untuk
memonitoring setiap berkas SPJ yang baru diserahkan ke pihak lain.
3. Nilai – nilai dasar
Dalam kegiatan membuat file excel untuk tracking dokumen LPJ penulis harus mampu
melaksanakan tugas tersebut dengan jujur, bertanggung jawab dan integritas supaya file excel
tersebut dapat digunakan dengan baik (akuntabilitas)
File excel juga sesuai peraturan yang berlaku sehingga file tersebut sesuai dengan aturan alur
pembuatan SPJ (Etika Publik). Pembuatan file SPJ sangat berkaitan dengan kualitas
pekerjaan ke depannya (Komitmen Mutu).

4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi

Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru
ekonomi Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem
ekonomi kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif,
meningkatkan nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya
di pasar global.

29
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Deputi Fasilitasi HKI dan
Regulasi merencanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, bimbingan tenis, pendukungan
acara, dan kegiatan lainnya. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana yang berasal tidak
lain dari APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN memerlukan bukti
pertanggungjawaban atas Surat PertanggungJawabab (SPJ) atas penggunaan dana tersebut.
Pembuatan file tracking SPJ dapat membantu menditeksi keberadaan dokumen SPJ dan
memonitoring berapa lama pengerjaan dari pihak lain terhadap SPJ kegiatan yang kita buat,
hal ini sangan membantu supaya dokumen LPJ tidak terlalu lama waktu pengerjaannya
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Pelaksanaan kegiatan membuat file tracking dokumen SPJ dilakukan dengan cermat dan
displin sehingga pengerjaan SPJ menjadi lebih baik lagi. Selain itu nilai yang dijunjung ialah
taat pada peraturan yang ada, kolom yang ada di file tracking harus sesuai dengan alur
pembuatan SPJ.

Aktualisasi ketiga
1. Jenis dan Tahapan Kegiatan
Jenis dan Tahapan Kegiatan ini adalah Sosialisasi file tracking kepada staff satu tim. Kegiatan
ini merupakan tahap kedua Actuating dari keseluruhan kegiatan aktualisasi. Kegiatan ini
dilakukan dengan tahapan konsultasi dengan atasan, mengumpulkan rekan staff yang lain, dan
melakukan sosialisasi dengan rekan yang lain.
2. Output/ Hasil Kegiatan
Melalui tiga tahapan sebagaimana penulis laksanakan, penulis berharap rekan satu tim mampu
memahami cara mengisi dan fungsi dari file tracking tersebut. Sehingga setelah kegiatan
sosialisasi tersebut rekan satu tim menyimpan file tracking tersebut di computer masing-
masing.
3. Nilai – Nilai Dasar
Dalam melakukan sosialisasi file tracking dengan rekan satu tim, penulis harus mampu
menunjukkan sikap Adil, hormat menghormati dan kerjasama karena kegiatan ini merupakan
tahap yang penting supaya seluruh tim mampu memahami fungsi dari file tersebut
(akuntabilitas). kegiatan ini juga memerlukan rasa tenggang rasa dan musyawarah serta

30
menghargai pendapat orang lain supaya proses sosialisasi dapat berjalan dengan lancar
(Nasionalisme) kegiatan ini juga memerlukan rasa santun dan tidak menimbulkan konflik
supaya rekan satu tim mampu menerima file tersebut dengan baik (Etika Publik) Kegiatan ini
juga memerlukan kesadaran dari setiap anggota tim bahwa file tracking tersebut dapat
memberi dampak yang baik lagi terhadap kualitas pekerjaan (Komitmen Mutu).
4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi

Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru ekonomi
Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem ekonomi
kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif, meningkatkan
nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya di pasar
global.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi
merencanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, bimbingan tenis, pendukungan acara, dan
kegiatan lainnya. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana yang berasal tidak lain dari
APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN memerlukan bukti
pertanggungjawaban atas Surat PertanggungJawabab (SPJ) atas penggunaan dana tersebut.
Pembuatan file tracking SPJ dapat membantu menditeksi keberadaan dokumen SPJ dan
memonitoring berapa lama pengerjaan dari pihak lain terhadap SPJ kegiatan yang kita buat,
hal ini sangan membantu supaya dokumen LPJ tidak terlalu lama waktu pengerjaannya
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Pelaksanaan kegiatan sosialalisasi file tracking SPJ kepada staff satu tim dilakukan dengan
berpegang pada kode etik Badan Ekonomi Kreatif. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak
ada konflik kepentingan dalam menjalankan tugas. Penulis berharap dengan melakukan
kegiatan ini dapat memberikan informasi yang dapat berguna bagi kepentingan sub direktorat
Harmonisasi Regulasi.

Aktualisasi keempat
1. Jenis dan Tahapan Kegiatan
Jenis kegiatan ketiga ialah imlementasi tracking dokumen. Kegiatan ini merupakan tahap
ketiga dari keseluruhan kegiatan aktualisasi. Kegiatan ini dilakukakan dengan tahapan

31
menginput setiap file dokumen SPJ kegiatan sebelum diserahkan ke pihak lain serta memantau
penerapannya.

2. Output/ Hasil Kegiatan


Melalui dua tahapan anggota tim tahapan yang penulis laksanakan, penulis berharap setiap file
yang sudah diinput dapat di tracking dengan mudah setelah diserahkan kepada pihak lain,
sehingga setiap anggota im dapat memonitoring file SPJ dari Sub Direktorat Harmonisasi
Regulasi yang diserahkan ke pihak lain. Sehingga waktu pengerjaan SPJ menjadi lebih efektif
dan efisien
3. Nilai – Nilai Dasar
Dalam implementasi, penulis harus mampu melaksanakan kegiatan ini dengan tanggung
jawab, jujur, dan integritas, sehingga berkas yang diserahkan kepada pihak lain dapat terlacak
di file tracking( Akuntabilitas).
Kegiatan implementasi tracking dokumen juga membutuhkan Disiplin dalam menginput,
integritas tinggi terhadap file SPJ yang telah dibuat dan diserahkan ke pihak lain dan Rela
berkorban untuk menginput setiap file SPJ (Nasionalisme).
Kegiatan implementasi tracking dokumen ini juga dilakukan dengan memperhatikan aturan
yang ada (Etika Publik). Dengan melakukan input setiap SPJ di file tracking dokumen dan
memantau penerapannya dapat mempercepat untukpenyelesaian dokumen SPJ dan juga tim
dapat mengecek secara cepat dokumen yang telah diserahkan ke pihak lain (Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi).
4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi

Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru ekonomi
Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem ekonomi
kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif, meningkatkan
nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya di pasar
global.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi
merencanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, bimbingan tenis, pendukungan acara, dan
kegiatan lainnya. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana yang berasal tidak lain dari

32
APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN memerlukan bukti
pertanggungjawaban atas Surat PertanggungJawabab (SPJ) atas penggunaan dana tersebut.
Dengan implementasi tracking dokumen kegiatan maka SPJ yang telah dibuat dan diserahkan
ke pihak lain dapat dipantau berapa lama di pihak lain, sehingga pengerjaan dari pihak lain
juga dapat dipantau sehingga bias menjadi lebih cepat.
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Pelaksanaan kegiatan implementasi tracking dokumen dilakukan dengan berpegang pada kode
etik Badan Ekonomi Kreatif. Hal ini dilakukan dengan teliti dan displin sehingga pengelolaan
administrasi SPJ dapat terlaksana dengan baik. Penulis berharap dengan melakukan kegiatan
ini dengan transparan maka akan memberikan dampak yang baik pada pengelolaan SPJ di
lingkungan Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi.

Aktualisasi kelima
1. Jenis dan tahapan kegiatan
Jenis kegiatan kelima adalah merapihkan file SPJ sejelah kegiatan. Kegiatan ini merupakan
tahap keempat Actuating dari keseluruhan kegiatan aktualisasi. Kegiatan ini dilakukan dengan
tahapan mencari tempat untuk meletakkan arsip SPJ, menyiapkan dokumen yang akan di
filling dan memasukkan dokumen ke tempat yang telah disiapkan, jadi jika sebelumnya
pengarsipan berantakan dan tidak dimasukkan per kegiatan maka kali ini penulis
memasukkannya per kegiatan.
2. Hasil/ Output Kegiatan
Melalui tiga tahapan sebagaimana penulis laksanakan, penulis mengharapkan output seperti
Arsip dokumen SPJ.
3. Nilai – Nilai Dasar
Dalam kegiatan merapihkan file dokumentasi setelah kegiatan dengan penuh tanggung jawab,
disiplin dan melaksanak tugas ini dengan jujur dan sikap integritas (Akuntabilitas,
Nsionalisme dan Etika Publik). Penulis berharap dengan melakukan kegiatan ini arsip
dokumen SPJ yang telah selesai akan mudah dicari apabila dibutuhkan untuk hal- hal yang
berkaitan dengan administrasi dan penilaian knerja seperti audit dll.
4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi

33
Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru ekonomi
Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem ekonomi
kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif, meningkatkan
nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya di pasar
global.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi
merencanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, bimbingan tenis, pendukungan acara, dan
kegiatan lainnya. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana yang berasal tidak lain dari
APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN memerlukan bukti
pertanggungjawaban atas Surat PertanggungJawabab (SPJ) atas penggunaan dana tersebut.
Dengan merapihkan arsip SPJ setelah kegiatan akan membantu jika suatu saat dibutuhkan
untuk proses administrasi dan audit sehingga dapat membantu penilaian dari Badan Ekonomi
kreatif lebih baik.
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Pelaksanaan kegiatan merapihkan arsip SPJ setelah kegiatan dilakukan dengan berpegang
pada kode etik Badan Ekonomi Kreatif. Hal ini dilakukan dengan tanggung jawab sehingga
pengelolaan arsip SPJ dapat terlaksana dengan baik. Penulis berharap dengan melakukan
kegiatan ini dengan transparan maka akan memberikan dampak yang baik pada pengelolaan
arsip SPJ di lingkungan Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi.

Aktualisasi keenam
1. Jenis dan tahapan kegiatan
Jenis kegiatan keenam adalah evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling arsip
SPJ. Kegiatan ini merupakan tahap Controlling dari keseluruhan kegiatan aktualisasi.
Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan meminta masukkan dari atasan dan rekan kerja.
2. Hasil/ Output Kegiatan
Melalui tahapan sebagaimana penulis laksanakan, penulis mengharapkan output seperti
catatan terkait hasil evaluasi dari atasan dan rekan kerja.
3. Nilai – Nilai Dasar

34
Dalam kegiatan evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling arsip SPJ kegiatan
dengan penuh tanggung jawab, jujur, tidak memaksakan kehendak (Akuntabilitas), kegiatan
ini juga perlu didasai tenggang rasa, musyawarah, hormat, santun dan professional
(Nasionalisme dan Etika Publik), Kegiatan ini juga berorientasi pada kualitas ke depannya
supaya lebih baik lagi (Komitmen Mutu), kegiatan ini juga mencerminkan sikap adil dan
antisipatif (Anti Korupsi) . Penulis berharap dengan melakukan kegiatan ini ada kemajuan
untu pelaksanaan kegiatan terutama pencarian SPJ dan pengarsipan di lingkungan Sub
Direktorat Harmonisasi Regulasi.
4. Kontribusi terhadap Visi dan Misi Organisasi

Badan Ekonomi Kreatif memiliki visi yaitu ekonomi kreatif menjadi kekuatan baru ekonomi
Indonesia. Untuk mewujudkan visi ini, Bekraf memiliki misi membangun ekosistem ekonomi
kreatif yang mampu mendorong pertumbuhan jumlah usaha ekonomi kreatif, meningkatkan
nilai tambah per perusahaan, serta mendorong produk kreatif Indonesia berjaya di pasar
global.
Demi mencapai Visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif ini, Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi
merencanakan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, bimbingan tenis, pendukungan acara, dan
kegiatan lainnya. Namun, setiap kegiatan membutuhkan dana yang berasal tidak lain dari
APBN. Setiap kegiatan yang menggunakan dana APBN memerlukan bukti
pertanggungjawaban atas Surat PertanggungJawabab (SPJ) atas penggunaan dana tersebut.
Dengan adanya evaluasi diharapkan ada masukkan yang dapat menunjang kegiatan dari Sub
direktorat Harmpnisasi Regulasi. Selain itu dengan adanya evaluasi diharapkan pula ada ide-
ide lain yang bisa membenahi permasalahan lainnya di Sub direktorat Harmonisasi Regulasi.
5. Penguatan Nilai – Nilai Organisasi
Pelaksanaan kegiatan evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling arsip SPJ
dilakukan dengan berpegang pada kode etik Badan Ekonomi Kreatif. Hal ini dilakukan dengan
tanggung jawab sehingga dapat mendapatkan evaluasi yang berkualitas. Penulis berharap
dengan melakukan kegiatan ini dengan transparan maka akan memberikan dampak yang baik
untuk kegiatan ke depannya.
4.3 Kendala/Hambatan

35
Dalam pelaksanaan aktualisasi di tempat kerja, penulis menghadapi beberapa kendala yang
langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pencapaian aktualisasi nilai – nilai dasar
PNS. Kendala tersebut adalah :
1. Kurangnya ketersediaan waktu dalam melakukan kegiatan aktualisasi.
Selain melaksanakan tugas dalam yang ada dalam kegiatan aktualisasi, penulis juga
melaksanakan tugas seperti perjalanan dinas, diklat, dan FGD dengan tujuan kegiatan
pelaksanaan,penyusunan, dan pelatihan sehingga waktu penulis terbagi dalam
melaksanakan tugas aktualisasi.
2. Kurangnya sumber daya manusia
Tugas lain yang penulis laksanakan adalah membackup pegawai yang berhalangan masuk.
3. Kurangnya penjelasan mengenai pembuatan laporan aktualisasi

4.4 Analisis dampak


Kegiatan aktualisasi selama 4 bulan di Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi Badan Ekonomi
Kreatif, CPNS diharapkan mampu mengamalkan nilai-nilai ANEKA dalam pekerjaannya
sehari-hari. Lebih dari itu, CPNS juga diharapkan mampu memberi dampak positif pada
lingkungan kerja melalui aktualisasinya.
Pada bagian ini, penulis ingin melihat bagaimana identifikasi isu yang dibawa akan memberi
dampak positif bagi kultur kerja Badan Ekonomi Kreatif, khususnya Sub Direktorat
Harmonisasi Regulasi.
Dari sisi Urgensi, tanpa adanya file tracking dokumen SPJ dan perapihan arsip, alur kerja di
Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi dapat tetap berjalan seperti biasanya. Namun dengan
kondisi pembuatan SPJ dan pengarsipan saat ini, penulis melihat perlu adanya inisiasi file
tracking SPJ dan perapihan arsip SPJ di Sub Direktorat Harmonisasi Regulasi. Dengan adanya
perapihan arsip SPJ dan file tracking maka membuat alur proses menjadi lebih tertata dan
terpantau dengan baik.
Dari sisi Seriousness, tracking SPJ dan arsip SPJ adalah hal yang penting. Terbukti, dalam
waktu satu tahun terakhir dengan dokumen arsip yang belum rapi selalu ada kesulitan apabila
ada permintaan dari audit terhadap berkas kegiatan selain itu untuk SPJ yang sedang
dikerjakan sering tidak terpantau. Karena banyak kegiatan ke luar kota dari seluruh elemen

36
BEKRAF maka berkas akan menjadi lebih sulit dipantau apabila tidak dibantu melalui
monitor di file tracking.
Dari sisi Growth, tracking SPJ dan arsip SPJ akan memberikan peningkatan kinerja pada
pegawai Sub Direktorat. Hal ini berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi yang tercipta saat
kita menyerahkan dokumen SPJ ke pihak lain dapat dimonitoring yang menyebabkan kita
aware terhadap berkas SPJ supaya lebih cepat dalam pencairan dana dan kegiatan dapat
berjalan dengan baik selain itu untuk arsip SPJ dapat lebih mempercepat kita untuk mencari
dokumen SPJ yang dibutuhkan apabila aka nada audit maupun aka nada evaluasi terhadap
kegiatan yang telah berlangsung, sehingga sesuai dengan nilai komitmen mutu.
Pelaksanaan aktualisasi file tracking dan peraihan arsip SPJ, tidak hanya menguatkan nilai-
nilai akuntabilitas, komitmen mutu dan nasionalisme tetapi juga semakin menguatkan citra
Badan Ekonomi Kreatif sebagai instansi yang penuh semangat muda, melek teknologi,
dinamis dan kreatif.

37
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugas seperti melaksanakan penyiapan bahan koordinasi, sinkronisasi
perencanaan, pelaksanaan harmonisasi regulasi di bidang ekonomi kreatif, penulis masih
menemui beberapa hambatan seperti tingginya frekuensi kegiatan fasilitasi pelaku ekonomi
kreatif, terutama dalam bentuk pendirian badan hukum aktualisasi, pembentukan regulasi
daerah dan penyusunan RUU pengembangan ekonomi kreatif yang mengakibatkan
pelaksanaan penyelesaian SPJ kegiatan menjadi kurang efektif dan efisien selain itu arsip SPJ
kegiatan juga belum optimal. Dengan adanya file tracking SPJ kegiatan dan pengarsipan SPJ
kegiatan hingga saat ini cukup membantu untuk mengatasi hal tersebut dikarenakan
monitoring melalui file tracking terhadap dokumen SPJ dan Arsip dokumen SPJ yang lebih
rapi. Enam kegiatan aktualisasi yang dilaksanakan antara lain:
1. Jenis kegiatan pertama ialah mempelajari Mempelajari PMK No. 49/PMK.02/2017
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018 dan SOP tentang Pembuatan
Laporan Pertanggungjawaban. Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan mengunduh
peraturan dan mencetak halaman yang diperlukan., membaca dan mempelajari peraturan
tersebut.
2. Jenis kegiatan kedua adalah membuat file tracking dokumen kegiatan. Kegiatan ini
dilakukan dengan tahapan menyiapkan format file dan konsultasi dengan atasan.
3. Jenis kegiatan ketiga ialah Sosialisasi file tracking dengan staff satu tim. Kegiatan ini
dilakukakan dengan tahapan konsultasi dengan atasan, mengumpulkan rekan staff, dan
melakukan sosialisasi dengan rekan yang lain. Kegiatan ini bertujuan memberikan
pemahaman kepada staff yang lain mengenai fungsi file tersebut dan cara mengisinya.
4. Jenis kegiatan keempat adalah implementasi tracking dokumen. Kegiatan ini dilakukan
dengan tahapan menginput setiap file dokumen SPJ kegiatan diserahkan ke pihak lain dan
38
memantau penerapan. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dari staff yang membuat
SPJ untuk melacak dan memonitoring SPJ yang mereka buat supaya tidak terlalu lama.
5. Jenis kegiatan kelima adalah merapihkan arsip SPJ kegiatan. Kegiatan ini dilakukan
dengan tahapan mencari tempat untuk memasukkan arsip, menyiapkan dokumen yang
akan di filling, dan memasukkan dokumen ke tempat yang telah disediakan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mempermudah mencari arsip dokumen SPJ yang akan berguna di
kemudian hari.
6. Jenis kegiatan keenam adalah Evaluasi atas penerapan tracking dan peningkatan filling
dokumentasi. Kegiatan ini dilakukan dengan tahapan meminta masukkan dari atasan dan
rekan kerja terkait monitoring dan filling dokumen. Kegiatan ini bertujuan untuk
perbaikan kegiatan aktualisasi ke depannya.
5.2. Saran
Penulis telah melakukan kegiatan aktualisasi mengenai pembuatan tracking SPJ kegiatan dan
pengarsipan dokumen SPJ kegiatan. Penulis memberikan beberapa saran antara lain:
1. Arsip dokumen SPJ juga dibuat dalam bentuk digital untuk mempermudah pencarian
dokumen.
2. Selain berkas LS juga dibuatkan untuk berkas kontrak.
3. Ditambahkan kolom keterangan di file tracking untuk memudahkan monitoring.
4. Dibuatkan tempat khusus untuk menaruh arsip SPJ

39
40
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan


Golongan III: Aktualisasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Akuntabilitas Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Etika Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Komitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Anti Korupsi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Manajemen ASN. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara (2015). Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III: Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Berry dan Pasuraman (2010). Zulian Zamit

41

Anda mungkin juga menyukai