File PDF
File PDF
TESIS
Diajukan
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Penyusunan Tesis
Program Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
JOHAN INTAN
NRM 1106040341
NPM :1106040341
Tanda Tangan
Tanggal : 12 Januari2013
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di
Tanggal
ii
10. Ketua grup dan rekan rekan kuliah yang selalu menjalin
kerjasama, komunikasi, dan memberikan motivasi selama
penyusunan tesis ini.
iv
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Royalti Bebas Non
Ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih-media
/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat dan
mempublikasikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERJADINYA LUKA TUSUK JARUM SUNTIK PADA PARAMEDIS DI
RUMKITAL Dr. MIDIYATO S - TANJUNGPINANG TAHUN 2012" tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Flak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 12 Januari 2013
Yang Menyatakan
( Johan Intan
v
IV
UNIVERSITAS INDONESIA
Faktor faktor..., Johan Intan, FKM UI, 2013
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis
saya yang berjudul :
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
w
(Johan Intan)
vi
Kata kunci:
Paramedis - LTJS - persepsi – reinforcing – enabling – kepatuhan –
keamanan menyuntik.
vi
Key words:
Paramedic - NSI – perseption factors – reinforcing factors – enabling
factors – compliance – injection safety.
vii
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR BAGAN xv
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
ix
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR BAGAN xv
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
ix
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.3.1 Umur 7
2.3.9 Reward 9
BAB III 19
BAB IV 26
METODE PENELITIAN 26
xi
HASIL PENELITIAN 35
xii
BAB VI 53
PEMBAHASAN 53
BAB VII 57
7.1 SIMPULAN 57
7.2 SARAN 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN 62
LAMPIRAN 3: KUESIONER 64
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 10. Hasil uji chi-square hubungan faktor enabling dengan keamanan
menyuntik pada paramedis RDMS tahun 2012 54
Tabel 11. Hasil uji chi-square hubungan kepatuhan dengan kejadian LTJS pada
paramedis RDMS tahun 2012 55
Tabel 12. Hasil uji chi-square hubungan keamanan menyuntik dengan kejadian
LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012 55
Tabel 13. Hasil uji chi-square hubungan membaca SOP dengan LTJS
paramedis RDMS tahun 2012 56
xiv
Tabel 15. Hasil uji chi-square hubungan memakai sarung tangan dengan
LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012 57
Tabel 16. Hasil uji chi-square hubungan pengawasan dengan LTJS pada
paramedis RDMS tahun 2012 57
Tabel 17. Hasil uji chi-square hubungan pengawasan reguler dengan LTJS
pada paramedis RDMS tahun 2012 58
Tabel 18. Hasil uji chi-square hubungan mendapat reward dengan LTJS
pada paramedis RDMS tahun 2012 58
Tabel 19. Hasil uji chi-square hubungan mendapat sertifikat dengan LTJS
pada paramedis RDMS tahun 2012 59
Tabel 20. Hasil uji chi-square hubungan upaya non recapping dengan LTJS
pada paramedis RDMS tahun 2012 59
Tabel 21. Hasil uji chi-square hubungan menampung alat suntik bekas di
sharps container dengan LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012 60
Tabel 22. Hasil uji chi-square hubungan eliminasi jarum suntik dengan
Tabel 23. Hasil uji chi-square hubungan penggunaan sistem intravena tanpa
jarum dengan LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012 61
Tabel 24. Hasil uji chi-square hubungan penggunaan jarum suntik safety design
tanpa jarum dengan LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012 61
DAFTAR BAGAN
xv
1
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
5. Design Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional .
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Bagan dikutip dan digambar ulang dari The HealthBelief Model (Remocker, 2001)
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Fase 5 : Implementasi
Fase 6 : Evaluasi proses
Fase 7 : Evaluasi dampak
Fase 8 : Evaluasi hasil / outcome
Model PRECEDE – PROCEED dikembangkan terus oleh ilmuwan dan
praktisi maupun Green sendiri. Sampai sekarang sudah terdapat 1000 lebih model
aplikasi. Model yang dibahas tersebut di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
UNIVERSITAS INDONESIA
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument berupa pernyataan atau
pertanyaaan (Sugiyono, 2009).
Pada skala Likert, variabel yang akan diukur diuraikan menjadi indikator
variabel. Berdasarkan indikator variabel tersebut disusun item-item instrument
berupa pertanyaan atau pernyataan. Skala Likerttediri dari lima titik skala dengan
titik netral pada posisi tengah. Gradasi jawaban responden mulai dari kategori
paling positif sampai paling negatif, misalnya Sangat Sering (SS), Sering (S),
Kadang-kadang (KK), Jarang (JR), dan TidakPernah (TP). Pernyataan yang
menguntungkan (favorable) diberi skor 5 sampai dengan 1, dan sebaliknya
pernyataan non favorable diberi skor 1 sampai 5.
Guna mempermudah intepretasi dilakukan dikotomisasi terhadap katagori
respon dengan cara menggabung beberapa kategori menjadi satu, sehingga
akhirnya hanya didapatkan dua katagori saja. Kategori dengan skor 5 atau 4 diberi
nilai 1, sedangkan kategori dengan skor 2 atau 1 diberi nilai 0.
Skor respoden sesudah dilakukan dikotomi akhirnya menjadi dua kategori
nilai saja yaitu 0 atau 1. Skor seorang responden merupakan penjumlahan nilai
seluruh penyataan pasca dikotomi.
UNIVERSITAS INDONESIA
19
Keterangan:
Persepsi PPK terhadap risiko LTJS dan dampak infeksi meliputi kesadaran
bahwa :
1. Semua sampel darah dan cairan tubuh harus diperlakukan
infeksius
2. Perlunya mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan
3. Perlunya memakai APD berupa sarung tangan
4. Perlunya memakai APD berupa apron
5. Perlunya praktek non recapping sesudah memakai jarun
suntuk
6. Perlunya sharps container untuk menampung limbah alat
suntik.
7. Perlunya sistem intravena tanpa jarum
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Kriteria eksklusi adalah hal hal yang menyebabkan bahwa subyek yang
memenuhi kriteria tapi tidak diikut-sertakankan dalam penelitian, yaitu:
26
UNIVERSITAS INDONESIA
( − ) + ( − )+ ( − )
=
( )
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
P = Rata-rata proporsi P1 dan P2
P1 = Proporsi LTJS pada perawat di rumah sakit pendidikan
di Kuala umpur37% (Ng, 2007)
P2 = Proporsi LTJSpada orang awam di Indonesia (15% asumsi)
Z1-α/2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2sebesar 95% (1.96)
Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji 1-β sebesar 90% (1.282)
Jika P1 sebesar 37% dan P2 sebesar 15%, maka hasil penhitungan nilai n =
97. Dengan demikian besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 97 sampel.
Untuk menghindari penyusutan bila ada sampel yang gugur maka sampel
ditambah 10% menjadi 106.7 dengan pembulatan menjadi 108 sampel.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Keterangan:
R = koefisien korelasi
UNIVERSITAS INDONESIA
X = skor butir
Y = skor total butir
N = besar sampel
Nilai korelasi ini digunakan untuk mengukur kekuatan linier antara data
yang memiliki tingkat pengukuran interval/rasio dengan arah hubungan simetrik.
Koefisien yang dihasilkan bernilai antara -1 hingga +1, yang menunjukkan apakah
hubungan linier tersebut positif atau negatif.
Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item sebaiknya memiliki korelasi (r)
dengan skor total masing-masing variabel ≥ 0,25. Item yang mempunyai r hitung <
0,25 akan disingkirkan karena tidak memiliki kontribusi.
Jika hasil uji tidak valid maka pertanyaan atau pernyataan tersebut
dibuang. Pertanyaan-pernyataan yang valid secara bersama diukur reliabilitasnya
dengan membandingkan nilai “r table” dengan nilai “r hitung”
4.8.2 Realibilitas instrumen
Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan berulang
kali untuk mengukur objek yanga sama akan menghasilkan data yang sama. Uji
reabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun intenal. Uji
reliabilitas eksternal dapat dilakukan dengan test-retest,equivalent, dan gabungan
keduanya. Uji reliabilitas internal dilakukan dengan mencoba instrumen hanya
sekali saja di mana hasil yang diperoleh dianalisa dengan teknik Spearman
Brown(split half), rumus KR 20 (Kuder Richardson), KR 21, Anova Hoyt, dan
Alfa Cronbach. Analisa data dikotomis dapat menggunakan uji reliabilitas split
half dari Spearman Brown.Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. (Sugiyono, 2009)
UNIVERSITAS INDONESIA
Keterangan:
= nilai reliabilitas instrument
= nilai korelasi product moment
di mana:
x2 = nilai chi square
O = nilai observasi
E = nilai ekspektasi
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
35
keterangan:
UNIVERSITAS INDONESIA
N %
Kategori
Tertusuk 80 80.00
Tidak tertusuk 20 20.00
Total 100 100.00
LTJS
Jenis kelamin Ya Tidak
N (%) N (5)
Wanita 66 (80,5%) 16 (19,5%)
Pria 14 (77,8%) 4 (22,2)
UNIVERSITAS INDONESIA
Karakteristik Kategori
N %
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Total
N %
Persepsi
Rendah (Nilai ≤ 3.5) 72 72,00
Tinggi (Nilai > 3.5) 28 28,00
Total 100 100
Faktor reinforcing
Tidak memadai (Nilai ≤ 5) 74 74,00
Memadai (Nilai > 5) 26 26,00
Total 100 100
Faktor enabling
Tidak memadai (Nilai ≤ 6.5) 72 72,00
Memadai (Nilai > 6.5) 28 28,00
Total 100 100
Faktor kepatuhan
Tidak patuh (Nilai ≤ 3.5) 68 68,00
Patuh (Nilai > 3.5) 32 32,00
Total 100 100
Faktor keamanan menyuntik
Tidak aman (Nilai ≤ 2.5) 70 70,0
Aman (Nilai > 2.5) 10 10,0
Total 100 100
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Indikator Total
Keamanan menyuntik N %
Non recapping
Sangat jarang / jarang 70 70,00
Sering / sangat sering 30 30,00
Total 100 100
Sharps container
Sangat jarang / jarang 72 72,00
Sering / sangat sering 28 28,00
Total 100 100
Eliminasi
Sangat jarang / jarang 74 74,00
Sering / sangat sering 26 26,00
Total 100 100
Sistem intravena tanpa jarum
Sangat jarang / jarang 76 76,00
Sering / sangat sering 24 24,00
Total 100 100
Jarum suntik safety design
Sangat jarang / jarang 76 76,00
Sering / sangat sering 24 24,00
Total 100 100
Kepatuhan
Tidak patuh Patuh Total Nilai p OR
N % N % N %
Persepsi
Rendah (Nilai ≤ 3.5) 56 77,78 16 22,22 72 72,00 0,001 4,667
Tinggi (Nilai > 3.5) 12 42,86 16 57,14 28 28,00
Total 100 100
UNIVERSITAS INDONESIA
Kepatuhan
Tidak patuh Patuh Total Nilai p OR
N % N % N %
Reinforcing
Tidak memadai (Nilai ≤ 5) 66 89,19 8 10,81 74 74,00 0,000 99,000
Memadai (Nilai > 5) 2 7,69 24 92,31 26 26,00
Total 100 100
Kepatuhan
Tidak
Patuh Total Nilai p OR
patuh
N % N % N %
Faktor enabling
Tidak memadai (Nilai ≤ 6.5) 62 86,11 10 13,89 72 72,00 0,000 22,733
Memadai (Nilai > 6.5) 6 21,43 22 78,57 28 28,00
Total 100 100
Responden dengan nilai enabling tidak memadai dan tidak patuh sebanyak
86,11%.
Nilai p = 0.000 (α = 0,05) maka p < α dan Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan signifikan antara enabling dengan kepatuhan
melaksanakan kewaspadaan universal.
UNIVERSITAS INDONESIA
Keamanan
Tidak
Aman Total Nilai p OR
aman
N % N % N %
Enabling
Tidak memadai (Nilai ≤ 6.5) 62 86,11 10 13,89 72 72,00 0,000 11,160
Memadai (Nilai > 6.5) 10 35,71 18 64,29 28 28,00
Total 28 100 100
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Responden yang tidak membaca SOP sebelum bekerja dan mengalami LTJS
sebanyak 97,14%.
Nilai p = 0.000 (α = 0,05) maka p < α dan Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara membaca SOP sebelum bekerja dengan
kejadian LTJS.
5.6.2 Hubungan memperlakukan sampel infeksius dengan LTJS
Tabel 14. Hasil uji chi-square
hubungan konsistensi memperlakukan sampel infeksisus
dengan LTJS pada paramedis RDMS tahun 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 18. Hasil uji chi-square hubungan mendapat reward dengan LTJS
pada paramedis RDMS tahun 2012
Responden yang tidak mendapat reward dan mengalami LTJS sebanyak 97,22%.
Nilai p = 0.000 (α = 0,05) maka p < α dan Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan antara mendapat reward dengan kejadian LTJS.
UNIVERSITAS INDONESIA
Responden yang tidak mendapat sertifikt dan mengalami LTJS sebanyak 97,22%.
Nilai p = 0.00 (α = 0,05) maka p < α dan Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan antara mendapat sertifikat dengan kejadian LTJS.
5.7 Hubungan indikator indikator keamanan dengan Kejadian LTJS
5.7.1. Hubungan upaya non recapping dengan LTJS
Tabel 20. Hasil uji chi-square hubungan
upaya non recapping dengan LTJS pada paramedis RDMS
tahun 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Responden yang tidak menggunakan sistem intravena tanpa jarum dan mengalami
LTJS sebanyak 86,84%.
Responden yang tidak menggunakan jarum suntik safety design dan mengalami
LTJS sebanyak 92,11%.
Nilai p = 0.000 (α = 0,05) maka p < α dan Ho diterima, dan dapat disimpulkan
ada hubungan antara penggunaan sistem intravena tanpa jarum dengan kejadian
LTJS.
UNIVERSITAS INDONESIA
53
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Foley bahwa alat suntik yang lebih aman dan pengendalian cara kerja dapat
mengurangi LTJS (Foley, 2003), dan pernyataan Eucomed bahwa
pemanfaatan alat suntik dengan rekayasa safety diperlukan untuk
peningkatan keamanan menyuntik guna pencegahan LTJS yang lebih baik
(Eucomed, 2001).
Penggunaan sistem intravena tanpa jarum, yang mempunyai
hubungan signifikan dengan kejadian LTJS, sesuai dengan pernyataan
Jagger dalam Foley bahwa alat suntik yang lebih aman dan pengendalian
cara kerja dapat mengurangi LTJS (Foley, 2003), dan pernyataan Eucomed
bahwa pemanfaatan alat suntik dengan rekayasa safety design diperlukan
untuk peningkatan keamanan menyuntik guna pencegahan LTJS yang lebih
baik (Eucomed, 2001)
Penggunaan jarum suntik safety design, yang rmempunyai
hubungan signifikan dengan kejadian LTJS, sesuai dengan pernyataan
Jagger dalam Foley bahwa alat suntik yang lebih aman dan pengendalian
cara kerja dapat mengurangi LTJS (Foley, 2003), dan pernyataan Eucomed
bahwa pemanfaatan alat suntik dengan rekayasa safety design diperlukan
untuk peningkatan keamanan menyuntik guna pencegahan LTJS yang lebih
baik (Eucomed, 2001)
UNIVERSITAS INDONESIA
7.1 SIMPULAN
1. Faktor faktor dan hubungannya terhadap kejadian LTJS paramedis di RDMS
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ada hubungan signifikan faktor persepsi dengan kepatuhan pelaksanaan
kewaspadaan universal (p = 0,001, α = 0,05, OR = 4,667).
2. Ada hubungan signifikan faktor reinforcing dengan kepatuhan
pelaksanaan kewaspadaan universal (p = 0,000, α = 0,05, OR = 99,000).
3. Ada hubungan signifikan faktor enabling dengan kepatuhan
pelaksanaan kewaspadaan universal (p = 0,000, α = 0,05, OR = 11,160).
4. Ada hubungan signifikan antara faktor enabling dengan keamanan
menyuntik (p = 0,000; α = 0,05, OR = 11,160).
5. Ada hubungan signifikan antara faktor kepatuhan dengan kejadian
LTJS (p = 0,000; α = 0,05, OR = 42,429).
6. Ada hubungan signifikan antara faktor keamanan menyuntik dengan
kejadian LTJS (p = 0,000, α = 0,05, OR = 63,000).
7. Ada hubungan signifikan antara membaca SOP sebelum menyuntik /
mengambil sampel dengan kejadian LTJS (p = 0,000, α = 0,05, OR =
51,000).
8. Tidak ada hubungan antara memperlakukan semua sampel sebagai
bahan infeksius dengan kejadian LTJS (p = 0,414, α = 0,05, OR =
1,926).
9. Tidak ada hubungan antara memakai sarung tangan dengan kejadian
LTJS (p = 0,414, α = 0,05, OR = 1,926).
10. Ada hubungan signifikan antara pengawasan dengan kejadian LTJS (p =
0,006, α = 0,05, OR = 4,714).
11. Ada hubungan signifikan antara pengawasan reguler dengan kejadian
LTJS (p = 0,006, α = 0,05, OR = 4,714).
57
UNIVERSITAS INDONESIA
47,104)
Hubungan indikator kepatuhan terhadap kejadian LTJS mulai dari ang paling
signifikan sebagai berikut:
1. Mendapat reward (p = 0.000, α = 0,05, OR = 63,000)
2. Mendapat sertifikat (p = 0.000, α = 0,05, OR = 63,000)
3. Membaca SOP sebelum menyuntik / mengambil darah (p = 0.000; α
= 0,05, OR = 51,000)
4. Mendapat pengawasan regular (p = 0.000, α = 0,05, OR = 4,714)
7.2 SARAN
1. Membuat program pengendalian dan pencegahan LTJS paramedis RDMS
secara komprehensif sesuai hasil penelitian dengan urutan penekanan
pada faktor reinforcing, faktor enabling, faktor persepsi, faktor keamanan
menyuntik, dan kepatuhan melaksanakan SOP yang berpedoman pada
kewaspadaan universal dan hirarki kontrol.
2. Merekomendasikan peningkatan faktor reinforcing pada paramedis guna
meningkatkan kepatuhan pelaksanaan kewaspadaan universal dengan
urutan penekanan tentang pentingnya rewarding, awarding, membaca
SOP sebelum bekerja dan pengawasan reguler.
3. Merekomendasikan peningkatkan faktor enabling guna meningkatkan
kepatuhan pelaksanaan kewaspadaan dan meningkatkan kemanan
menyuntik dengan urutan penekanan pentingnya ketersediaan reward,
award, SOP dan pengawasan; serta penyediaan dan penggunaan sharps
container, praktek non recapping, dan eliminasi alat suntik. Jika
pendanaan memungkin, dianjurkan untuk penerapan penggunaan jarum
suntik safety design.
UNIVERSITAS INDONESIA
Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Indonesia.
CCOHS. (2005). NeedleStick Injuries. Retrieved December 24, 2012, from
http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/needlestick_injuries.html
CDC. (2008). Workbook for Designing, Implementing and Evaluating a Sharps
Injury Prevention Program. Atlanta - USA: Centers for Disease Control
and Prevention - Department of Health and Human Services .
Dahlan, M. S. (2011, Edisi 5). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Eucomed. (2001). Preventing Sharps Injuries. Retrieved December 24, 2012,
from www.eucomed.org/uploads/.../Eliminating%20sharps%20injuries.pdf
Foley, M. (2003). American Nurses Association – Independent Study Module.
Retrieved December 24th, 2012, from www.who.int/occupational_health/
activities /1anaism.pdf
Green, L. W. (2012). PRECEDE - PROCEED. Retrieved December 24, 2012,
from http://ctb.ku.edu/en/tablecontents/sub_section_main_1008.aspx
Hollinger, F. B. (2011, 12th Ed). Reports on Carcinogens - Hepatitis B Virus -.
National Toxicology Program, Department of Health and Human Services.
Washington - USA: U.S. Department of Health and Human Services.
Hoy, J. (2009). Standard Precautions and Infection Control in Viral Hepatitis and
STIs: A Guide for Primary Care. Darlinghurst NSW - Australia: Paragon
Print.
ICN. (2000). Fact Sheet: ICN on Preventing Needlestick Injuries. Retrieved
December 24, 2012, from www.who.int/occupational_health/activities/
2icnneed.pdf
Ismail et all, N. H. (2009). Needlestick Injury: A Review Of Twelve Theses
Among Healthcare Personnel in Malaysia. Jurnal of Community Health
2009: Vol 15 Number 1, 47 - 56.
60
61
Tanjungpinang,
Yth.
Mitra Paramedis
di
Rumkital Dr. Midiyato S Tanjungpinang
Dengan hormat,
Hormat saya,
Peneliti
62
Saya memahami tujuan dan manfaat penelitian setelah membaca penjelasan di atas.
Saya mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden, dan bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya
maupun institusi.
Saya sebagai responden memahami bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini
akan besar manfaat bagi peningkatan keselematan kerjaparamedis di Rumkital Dr.Midiyato
S - Tanjungpinang.
Bersama ini saya memberikan persetujuan kepada peneliti dengan sukarela dan
dalam keadaan sadar.
Tanjungpinang,
Peneliti, Responden,
63
Kode
Responden
Tanggal Pengisian:
Petunjuk Pengisian:
Jarum suntik safety design adalah jarum suntik dengan rancangan aman untuk
menghindari terjadinya LTJS.
APD atau alat pelindung diri meliputi sarung tangan, gaun dan alas kaki saat
melakukan suntikan, venopunksi maupun prosedur invasif lainnya.
PEP (Post Exposure Prophylaxes) adalah obat atau terapi yang diberikan segera
sesudah seseorang terpajan darah dan / atau cairan tubuh yang dapat menularkan
infeksi, misalnya HBV, HCV, dan HIV.
PEP hepatitis B berupa HBIG untuk HBV dan diberikan dalam 72 jam pasca
terpajan.
PEP HIV berupa kombinasi tablet ARV (anti retrovirus) diberikan antara satu sd
dua jam pasca terpajan.
64
Karakteristik Responden
Petunjuk:
Petunjuk Pengisian:
1. Jawablah pernyataan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan
berikan tanda (√) di kolom yang telah disediakan
2. Singkatan: SJ = Sangat Jarang, JR = Jarang, SR = Sering, SS = Sangat Sering
Silahkan centang (√) pada salah satu kolom pilihan yang menurut Anda paling sesuai
dengan pendapat Anda.
65
13. (KP5) Saya merasa perlu menggunakan sistem intravena tanpa jarum
FAKTOR REINFORCING SJ JR SR SS
Rumah sakit kami mempunyai SOP tentang kewaspadaan
15. (KR1)
universal dan higiene hindustri.
Rumah sakit mengharuskan saya untuk mengenakan sarung
16. (KR2)
tangan (hand glove) saat menyuntik / mengambil darah.
66
Keterangan:
SJ : Sangat Jarang, JR: Jarang
SR : Sering, SS : Sangat Sering
Ya : Tertusuk Td : Tidak tertusuk
68
69
70