Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

DAHLGREN-WHITEHEAD’S SOCIAL DETERMINATION OF HEALTH


MODEL AND PYRAMID MODEL OF RISK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kronik


Dosen Pengampu : Alfrina Hany, S.Kp., M.Ng (AC)

Disusun Oleh :
Rahani Ayu Amalia 195070209111011
Nazla Asrin Dwi Pertiwi 195070209111012
Wardah Agustin Iriani 195070209111013
Bella Gibrelda Pratitis 195070209111014
Devi Octaviana 195070209111015
Nur Ida Lathifah 195070209111016
Ahmad Umar Mukhtar 195070209111017
Muda Wamah 195070209111018
Nindy Claudia Abrianti 195070209111019
Aulia Putri Atisya 195070209111020

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Model
Pelangi Dahlgren-Whitehead dan Model Piramid. Kami berterimakasih pada Ibu
Alfrina Hany, S.Kp., M.Ng (AC) yang telah memberikan tugas kelompok ini
kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai model pelangi Dahlgren-Whitehead
dan model piramid. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
ada kritik dan saran yang membangun demi perbaikan tugas-tugas yang akan
datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dalam penulisan ini.

Malang, 24 Agustus 2019

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB 2................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Teori Dahlgreen and Whitehead sosial determination of health model........3
2.1.1 Keuntungan...............................................................................................5
2.1.2 Kerugian....................................................................................................5
2.1.3 Aplikasi......................................................................................................5
2.2 Teori Pyramid model........................................................................................6
2.2.1 Keuntungan...............................................................................................7
2.2.2 Kekurangan............................................................................................13
2.2.4 Aplikasi....................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO (2008) mendefinisikan determinan sosial kesehatan adalah keadaan
dimana orang dilahirkan, tumbuh, hidup, dan sistem dimaskkan ke dalam
tempat untuk menangani penyakit. Keadaan ini pada gilirannya dibentuk oleh
suatu set yang lebih luas dari kekuatan ekonomi, kebijakan sosial dan politi
(Bradly, 2012). Sebagian besar model yang sering digunakan dalam
determinan sosial kesehatan adalah model yang dibuat oleh Dahlgren dan
Whitehead (1991), yang mana model ini berusaha menggambarkan cara
determinan sosial kesehatan membangun hubungan satu sama lain atau secara
berlapis-lapis.
Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk promosi kesehatan
(the Ottawa charter for health promotion) menegaskan bahwa kesehatan
merupakan hak azasi manusia. Dimana, sesuai dengan model kesehatan
Dehlgren dan Whitehead (1991) bahwa untuk menciptkan kesehatan individu
dan populasi dibutuhkan sejumlah prasyarat yang meliputi perdamaian,
sumberdaya ekonomi yang cukup, pangan dan papan yang cukup, ekosistem
yang stabil, serta penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan.
Promosi kesehatan menurut Departemen Kesehatan republik Indonesia
(2004) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyaraka, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan
upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi
dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko
rendah (Kholid A, 2012).
Menurut Hammeter dkk (2012), terdapat model yang berfokus pada
mempromosikan perilaku positif dan mengatasi perilaku menantang yang
dapat disebut model piramida. Dimana, model ini menekankan praktik efektif,
mengakui, dan memperkuat perilaku yang positif. Dan, model ini juga
1
mengusulkan praktik yang mengidentifikasi melalui ulasan strategi yang
diteliti untuk mempromosikan dan meningkatkan pembangunan sosial-
emosional terdap anak-anak. Model ini memperkerjakan piramida untuk
mewakili sistem berjenjang yang mendukung.
Dari, kedua model manajemen tersebut dapat berpengaruh pada kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat seperti model pelangi Dahlgen-
Whitehead yang berfokus pada determinan sosial dan kesehatan serta model
piramida yang berfokus pada pencegahan dengan pendekatan promosi
kesehatan. Untuk itu, kami akan mengulas kelebihan, kekurangan, dan
pengaplikasian di Indonesia serta dengan diri sendiri terhadap tmasing-masing
model.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud teori model pelangi Dahlgren dan Whitehead?
2. Bagaimana kelebihan, kekurangan, dan aplikasi model pelangi Dahlgren-
Whitehead di Indonesia dan untuk diri sendiri?
3. Apakah yang dimaksud teori model piramid?
4. Bagaimana kelebihan, kekurangan, dan apilikasi model piramid di
Indonesia dan untuk diri sendiri?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep model pelangi Dahlgren-Whitehead
2. Menjelaskan kelebihan, kekurangan, dan aplikasi model pelangi Dahlgren-
Whitehead di Indonesia dan untuk diri sendiri
3. Mengetahui konsep model piramid
4. Menjelaskan kelebihan, kekurangan, dan aplikasi model piramid di
Indonesia dan untuk diri sendiri

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Teori Dahlgreen and Whitehead sosial determination of health model


Kesenjangan kesehatan di masyarakat, di mana tingkat kesehatan
terhubung ke tingkat sosial ekonomi telah menyebabkan kesadaran yang
berkembang bahwa banyak masalah kesehatan dapat ditentukan oleh faktor
sosial. Ketimpangan ekonomi, lingkungan, dan sosial dapat menentukan risiko
orang sakit, kemampuan mereka mencegah penyakit, atau akses mereka ke
perawatan yang efektif.
Faktor-faktor kesehatan sosial ini telah dieksplorasi oleh para peneliti
menggunakan beberapa model, tetapi yang paling banyak digunakan adalah
'model pelangi' Dahlgren-Whitehead. Model, yang dikembangkan oleh Göran
Dahlgren dan Margaret Whitehead pada tahun 1991, memetakan hubungan
antara individu, lingkungan dan kesehatan mereka. Individu ditempatkan di
pusat, dan di sekitarnya terdapat berbagai lapisan pengaruh terhadap kesehatan
seperti faktor gaya hidup individu, pengaruh komunitas, kondisi hidup dan
kerja, dan kondisi sosial yang lebih umum.
Kerangka kerja ini telah membantu para peneliti untuk membangun
serangkaian hipotesis tentang faktor-faktor penentu kesehatan, untuk
mengeksplorasi pengaruh relatif dari faktor-faktor penentu ini pada hasil
kesehatan yang berbeda dan interaksi antara berbagai faktor penentu. Model
pelangi Dahlgren-Whitehead tetap menjadi salah satu ilustrasi penentu
kesehatan yang paling efektif, dan telah memiliki dampak luas dalam
penelitian tentang ketidaksetaraan dan pengaruh kesehatan.

Gambar 1. Model pelangi Dahlgren dan Whitehead


3
Berdasarkan model pelangi Dahlgren dan Whitehead terdiri dari 4
lapisan yang mempengaruhi factor individu :
1. lapisan pertama (level mikro, hilir/downstream)
determinan kesehatan meliputi perilaku dan gaya hidup individu, yang
meningkatkan ataupun merugikan kesehatan. Pada level mikro, faktor
konstitusional genetik berinteraksi dengan paparan lingkungan dan
memberikan perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat
menghadapi paparan lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik
individu dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan dan norma-norma di
komunitas.
2. Lapisan kedua (level meso)
pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi norma komunitas, nilai-nilai
sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial, dan sebagainya.
Faktor sosial pada level komunitas dapat memberikan dukungan bagi anggota-
anggota komunitas pada keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan.
Sebaliknya faktor yang ada pada level komunitas dapat juga memberikan efek
negatif bagi individu dan tidak memberikan dukungan sosial yag diperlukan
bagi kesehatan anggota komunitas.
3. Lapisan ketiga (level ekso)
meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman atau perumahan
papan yang baik, ketersediaan pangan, ketersediaan energi, kondisi di tempat
bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, akses
terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap pendidikan yang
berkualitas, lapangan kerja yang layak.
4. Lapisan terluar (level makro, hulu/upstream)
meliputi kondisi-kondisi dan kebijakan makro sosial-ekonomi, budaya, dan
politik umumnya, serta lingkungan fisik. Termasuk faktor-faktor makro yang
terletak di lapisan luar adalah kebijakan publik, stabilitas sosial, ekonomi, dan
politik, hubungan internasional atau kemitraan global, investasi pembangunan
eknomi, peperangan atau perdamaian, perubahan iklim dan cuaca, eko-sistem,
bencana alam (maupun bencana buatan manusia/ man made disaster seperti
kebakaran hutan).

4
2.1.1 Keuntungan
Model Determinan social ini sangat efektif dimana kesehatan atau
penyakit dapat di deteksi tidak hanya dari diri individu melainkan dari
lingkungan yang mencakup beberapa factor. Keuntungannya mempermudah
mendeteksi hal-hal yang dapat memperburuk kesehatan dari luar individu
diluar bidang kesehatan yang mempunyai keterikatan dan pengaruh sangat
kuat sebagai penentu keberhasilan kesehatan individu dan masyarakat.
2.1.2 Kerugian
 Memerlukan biaya yang cukup besar
 Sulit terhadap individu yang tinggal di wilayah terpencil
2.1.3 Aplikasi
Metode determinan social dapat diaplikasikan untuk memberikan
hasil yang optimal dalam penanggulangan kesehatan suatu wilayah.
Penerapan model ini memerlukan perubahan perilaku, dukungan dari
beberapa sector termasuk pemerintah, serta sarana prasarana yang
memadai.
Pengaplikasian yang sesuai dengan beberapa faktor yang
mempengaruhi kesehatan yaitu:
1. Lapisan pertama
Mencakup perubahan lifestyle, individu harus mampu merubah perilaku
hidup sehat. Contoh: berhenti merokok, alkohol, konsumsi makanan sehat
2. Lapisan kedua
Merubah perilaku dalam social dan komunitas. Menciptakan dukungan
social pada anggota komunitas berdasarkan norma-norma social.
Berkontribusi dalam komunitas yang positif.
3. Lapisan ketiga
Menciptakan perubahan pada lingkungan
Contoh: menjaga kebersihan, sanitasi, udara, meningkatkan pendidikan
4. Lapisan keempat
Social-ekonomi, politik, budaya
Contoh : adanya asuransi kesehatan yang wajib bagi seluruh rakyat akan
memaksa rakyat untuk sadar akan pentingnya kesehatan, sehingga kualitas
kesehatan akan meningkat dan menurunkan resiko suatu penyakit akibat
banyaknya masyarakat yang sudah terdeteksi secara dini.
5
2.2 Teori Pyramid model
Model Piramida adalah kerangka multi-tier komprehensif praktik
berbasis bukti yang mempromosikan mengembangkan sosial, emosional, dan
perilaku anak-anak (Hemmeter,Ostrosky, & Corso, 2012). Piramida Model
berfokus pada mempromosikan perilaku positif dan mengatasi perilaku
menantang (Hemmeter et al., 2012). Strategi berikut ditekankan dalam praktek
efektif, mengakui dan memperkuat perilaku anak yang positif, Langsung
mengajarkan keterampilan sosial, dan perilaku anak-anak yang berkaitan
dengan lingkungan yang berbeda, Pemantauan menantang haviors be- anak-
anak, dan Mengajar pengganti positif perilaku Model ini menggabungkan
koleksi yang sedang berlangsung dan penggunaan guru, ruang kelas, anak dan
data keluarga untuk pengambilan keputusan mengenai respon anak terhadap
intervensi, dan mempekerjakan tim-pengambilan keputusan.
Piramida Model adalah model anak usia dini untuk Positif Intervensi
Perilaku dan Mendukung (EC-PBIS) dan Respon untuk Intervensi (RTI), yang
telah dilaksanakan di K-12 tingkat (Fox, Carta, Saring, Dunlap, & Hemmeter,
2009). Hal ini didasarkan pada yang mendasari prinsip-prinsip, praktek, dan
strategi yang sama, tapi diimplementasikan dan diajarkan dengan cara yang
sesuai dengan tahapan perkembangan untuk anak-anak dalam program
perawatan dan pendidikan awal. Hal ini dirancang sebagai program intervensi-
lebar dan harus dilaksanakan dengan kesetiaan untuk memberikanlingkungan
yang positif dan mempromosikan untuk semua anak. Fox dan Hemmeter
(2009) berharap bahwa, Model Piramida dapat digunakan sebagai kerangka
kerja untuk instruksi dan manajemen perilaku dalam pengaturan prasekolah.
Secara keseluruhan, peneliti mengatakan bahwa fokus dalam pengaturan anak
usia dini harus pada promosi perkembangan sosial dan emosional dan
pencegahan perilaku menantang untuk semua anak-anak (Fox, Dunlap,
Hemmeter, Joseph, & Saring, 2003).
Piramida Model mengusulkan praktek yang mengidentifikasi melalui
review strategi diteliti untuk mempromosikan dan meningkatkan
pembangunan sosial-emosional anak-anak. Model ini mempekerjakan
“Piramida” untuk mewakili sistem berjenjang mendukung (Lihat Gambar 2).

6
Gambar 2. Model Piramid untuk mempromosikan kompetensi emosional sosial pada
anak kecil

Beberapa prinsip yang digunakan dalam Model Piramida, seperti


menentukan ekspektasi yang jelas dan memberikan penguatan positif untuk
perilaku yang sepatutnya, yang dikenal sebagai bukti- strategi berbasis untuk
meningkatkan perilaku yang diinginkan. Selain itu, Model Piramida
menerapkan praktik guru yang telah terbukti menyebabkan hasil sosial dan
perilaku yang positif bagi anak-anak. Beberapa praktek ini termasuk, “aktif
mendukung bermain anak-anak, menanggapi percakapan anak-anak, promosi
upaya komunikatif anak-anak dengan keterlambatan bahasa dan cacat,
memberikan pujian khusus untuk mendorong havior be- yang tepat,
mengembangkan hubungan yang positif dengan anak-anak dan keluarga, dan
tim kolaboratif dengan rekan-rekan dan profesional lainnya”(Fox &
Hemmeter, 2009, hal. 6-7).
2.2.1 Keuntungan
Model ini menggambarkan 3 tingkatan praktek intervensi: promosi
universal untuk semua anak; pencegahan sekunder untuk mengatasi kebutuhan
intervensi untuk anak-anak berisiko penundaan sosial-emosional; dan

7
intervensi tersier yang diperlukan untuk anak-anak dengan tantangan terus-
menerus. Piramida Model awalnya digambarkan sebagai kerangka intervensi
untuk anak-anak berusia 2 - 5 tahun dalam pengaturan anak usia dini. Namun,
iterasi baru dari model memberikan bimbingan untuk pelaksanaan kerangka
dengan bayi, balita, dan anak-anak prasekolah dan termasuk intervensi yang
diperlukan untuk mendukung anak-anak yang biasanya mengembangkan dan
yang memiliki atau berisiko untuk keterlambatan atau cacat perkembangan
(Hunter & Hemmeter, 2009).
Tier 1: promosi Universal. Tingkat pertama dari PyramidModel
melibatkan 2 tingkat praktek-praktek yang sangat penting untuk
mempromosikan perkembangan sosial anak-anak. Tingkat pertama dari
praktek adalah penyediaan hubungan pengasuhan dan responsif pengasuhan
anak. Ini termasuk keluarga atau pengasuh utama dan pengasuh atau guru
dalam program anak usia dini. Selain fokus pada hubungan dengan anak,
tingkat piramida juga menggambarkan kebutuhan untuk mengembangkan
kemitraan dengan keluarga dan hubungan kolaboratif antara intervensi atau
kelas anggota tim. Ada banyak bukti bahwa penyediaan hubungan responsif
dan memelihara adalah penting untuk perkembangan anak (National Research
Council, 2001; Shonkoff & Phillips, 2000). Dalam tahun-tahun awal mereka,
anak-anak ada dalam suatu jaringan hubungan dengan orang tua, guru, orang
dewasa yang peduli lainnya dalam kehidupan mereka, dan akhirnya, rekan-
rekan. web ini memasok konteks dimana pertumbuhan social emotional sehat
dan kapasitas untuk membentuk hubungan positif yang kuat dengan orang
dewasa dan teman sebaya berkembang. Tingkat hubungan dari model
piramida termasuk praktek-praktek seperti aktif mendukung keterlibatan anak-
anak; memberi instruksi dalam rutinitas anak-anak, direncanakan, dan bermain
kegiatan; menanggapi percakapan anak-anak; mempromosikan upaya
komunikatif anak-anak dengan keterlambatan bahasa dan cacat. Tingkat kedua
dari promosi yang universal adalah penyediaan lingkungan yang mendukung.
Dalam pengaturan rumah dan masyarakat, tingkat piramida mengacu pada
penyediaan lingkungan diprediksi dan mendukung dan interaksi keluarga yang
akan meningkatkan pembangunan sosial dan emosional anak. praktek
universal untuk anak-anak dengan atau berisiko untuk keterlambatan atau

8
cacat termasuk menerima instruksi dan dukungan dalam lingkungan inklusif
yang menawarkan konteks sosial sangat penting untuk pengembangan
keterampilan sosial dan hubungan peer. Dalam program perawatan dan
pendidikan awal, tingkat piramida mengacu pada desain ruang kelas dan
program yang memenuhi standar kualitas tinggi pendidikan awal. Ini termasuk
implementasi kurikulum yang menumbuhkan semua bidang perkembangan
anak, penggunaan perkembangan dan pendekatan pengajaran sesuai dengan
budaya dan efektif, desain lingkungan fisik yang aman yang mempromosikan
pembelajaran aktif dan perilaku yang sesuai, pemberian bimbingan positif dan
eksplisit untuk anak-anak pada aturan dan harapan, dan desain jadwal dan
kegiatan yang memaksimalkan keterlibatan dan pembelajaran anak. Pada
tingkat ini piramida, keluarga yang menerima rumah mengunjungi atau
layanan intervensi dini mungkin diberikan informasi dan dukungan pada
membangun rutinitas diprediksi; menerapkan prosedur kesehatan dan
pengobatan khusus; mengajar sosial, emosional, dan lainnya keterampilan
dalam bermain dan kegiatan rutin; mempromosikan bahasa dan komunikasi
pembangunan; dan mendorong pengembangan bermain dan interaksi sosial
keterampilan.
Tier 2: Pencegahan sekunder. Tingkat menengah atau pencegahan
Piramida mencakup penyediaan instruksi eksplisit dalam keterampilan sosial
dan regulasi emosional. Dalam program anak usia dini, semua anak-anak akan
memerlukan bimbingan orang dewasa dan instruksi untuk belajar bagaimana
mengekspresikan emosi mereka dengan tepat, bermain secara kooperatif
dengan teman sebaya, dan menggunakan strategi pemecahan masalah sosial.
Namun, untuk beberapa anak-anak akan diperlukan untuk memberikan lebih
sistematis dan terfokus instruksi untuk mengajari mereka keterampilan sosial-
emosional. Anak-anak mungkin perlu instruksi lebih difokuskan pada
keterampilan seperti mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi; regulasi
diri; pemecahan masalah sosial; memulai dan mempertahankan interaksi;
kooperatif menanggapi; strategi untuk menangani kekecewaan dan
kemarahan; dan membuat teman-teman (Denham et al, 2003;. Joseph &
Saring, 2003; Saring & Joseph, 2006). Keluarga di awal program intervensi
mungkin perlu bimbingan dan pembinaan dari intervensi awal mereka

9
penyedia tentang cara mempromosikan perkembangan anak mereka dari target
sosial dan emosional keterampilan. Keluarga bayi dan balita muda mungkin
membutuhkan bimbingan dan dukungan untuk membantu anak yang sangat
muda mengatur emosi atau stres dan memahami emosi orang lain.
Tier 3: intervensi Tersier. Ketika anak-anak memiliki perilaku yang
gigih menantang yang tidak responsif terhadap intervensi di tingkat
sebelumnya, intervensi yang komprehensif yang dikembangkan untuk
mengatasi masalah perilaku dan mendukung pengembangan keterampilan
baru. Pada tingkat ini Model Piramida, dukungan perilaku positif (PBS) yang
digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan rencana intensif,
intervensi individual. PBS memberikan pendekatan untuk mengatasi masalah
perilaku yang dirancang secara individual, dapat diterapkan dalam semua
lingkungan alam dengan pengasuh sehari-hari anak, dan difokuskan untuk
mendukung anak dalam mengembangkan keterampilan baru (Dunlap & Fox,
2009; Lucyshyn, Dunlap, & Albin, 2002). Proses ini dimulai dengan
digelarnya tim yang akan mengembangkan dan melaksanakan rencana
dukungan anak. Di tengah-tengah tim adalah keluarga dan guru anak atau
pengasuh utama lainnya. Proses PBS dimulai dengan penilaian fungsional
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku menantang anak. penilaian fungsional berakhir
dengan pengembangan hipotesis tentang fungsi perilaku menantang anak oleh
tim. hipotesis ini digunakan untuk mengembangkan rencana dukungan
perilaku. Rencana dukungan perilaku mencakup strategi pencegahan untuk
mengatasi pemicu perilaku menantang; keterampilan pengganti yang alternatif
untuk perilaku menantang; dan strategi yang memastikan perilaku menantang
tidak diperkuat atau dipertahankan. Rencana dukungan perilaku dirancang
untuk mengatasi rumah, masyarakat, dan rutinitas kelas di mana perilaku
menantang terjadi. Dalam proses ini, tim juga mempertimbangkan dukungan
kepada keluarga dan strategi untuk mengatasi faktor-faktor ekologi yang lebih
luas yang mempengaruhi keluarga dan dukungan mereka anak
Beberapa asumsi utama yang merupakan pusat dari implementasi
Model Piramida:

10
a. Tier 3 intervensi tidak sama dengan layanan pendidikan khusus: Piramida
Model ini dirancang untuk implementasi oleh pendidik awal di semua
perawatan anak, prasekolah, mengunjungi rumah, intervensi dini, dan
program pendidikan khusus anak usia dini. Kerangka kerja ini tidak
dirancang sebagai jalan untuk layanan pendidikan khusus dan anak
menerima layanan melalui pendidikan khusus mungkin dilayani di
salah satu tingkatan intervensi. Sebagai contoh, seorang anak yang
terdaftar dalam layanan intervensi dini mungkin tidak perlu apapun di luar
tingkat 1 intervensi untuk memastikan pembangunan sosial-emosional
yang sehat sementara anak lain di intervensi dini mungkin memiliki
kepedulian sosial / perilaku.
b. Pengaturan sosial inklusif adalah konteksnya untuk intervensi: Fokus dari
Model Piramida adalah untuk mendorong perkembangan sosial-emosional.
Hal ini memerlukan lingkungan sosial yang kaya sebagai konteks
intervensi dan instruksi. Dengan demikian, model ini dirancang untuk
implementasi dalam lingkungan alam, interaksi dengan pengasuh anak
alami dan rekan-rekan, dan pengaturan ruang kelas yang menawarkan
kesempatan untuk interaksi dengan teman sebaya yang kompeten secara
sosial. Intervensi tidak melibatkan menarik keluar dari pengaturan
tersebut bukan mereka bergantung pada konteks sosial yang kaya di
mana jumlah kesempatan untuk belajar dan berlatih keterampilan
sosial dapat dioptimalkan.
c. Tingkatan model piramida memiliki intervensi nilai aditif : Setiap lapis
intervensi dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya. Tier 2 dan 3
intervensi bergantung pada penyediaan praktek di tingkatan yang lebih
rendah untuk mempromosikan hasil anak yang optimal. 4. presisi
instruksional dan dosis dilipatan saat Anda bergerak ke tingkatan
Piramida: Praktek-praktek intervensi dan fokus di tingkat 2 dan 3
tidak unik target pengajaran yang berbeda atau pendekatan dari
praktek universal digunakan untuk mendorong pembangunan sosial
semua anak-anak. Itu perbedaan antara tingkatan yang jelas dalam
kekhususan target pembelajaran, ketepatan pendekatan pembelajaran,
frekuensi pemantauan respon anak-anak untuk upaya intervensi, dan

11
jumlah peluang instruksional disampaikan kepada anak-anak di setiap
tingkat.
d. Efisiensi dan efektivitas intervensi adalah kepentingan utama: Ketika
anak-anak memiliki perilaku menantang atau risiko sosial-emosional,
sangat penting bahwa intervensi disampaikan dengan cepat dan efektif.
Ada bukti penelitian yang cukup bahwa ketika perilaku menantang
anak-anak terus berlanjut, masalah cenderung memburuk dan
menjadi diperparah oleh masalah terkait termasuk rekan dan
penolakan dewasa dan hubungan koersif (Dodge, Coie, & Lynam,
2006; Moreland & Dumas, 2008). Dengan demikian, Model Piramida
telah diberikan kepada pendidik awal sehingga praktisi dan program dapat
memberikan intervensi yang paling efektif diperlukan untuk segera
mendukung anak dan memberikan hasil anak yang diinginkan. Anak-anak
membutuhkan tingkat 2 atau tingkat 3 pendekatan harus memiliki akses
langsung ke orang-orang intervensi.
e. Keluarga adalah mitra penting: Itu intervensi yang terlibat dalam Model
Piramida bergantung pada partisipasi keluarga. Semua keluarga diberikan
informasi tentang cara untuk mempromosikan pembangunan sosial anak
mereka. Ketika anak-anak yang membutuhkan tingkat 2 atau 3 intervensi,
keluarga yang terlibat dalam penyediaan intervensi sistematis dengan
menyediakan peningkatan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih
keterampilan baru dalam konteks kegiatan sehari-hari dan rutinitas di
rumah dan masyarakat. Ketika anak-anak memiliki tantangan gigih,
keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak membentuk tim
kolaboratif untuk mengembangkan dan menerapkan intervensi yang
komprehensif dan dukungan yang diterapkan dalam semua rutinitas dan
aktivitas anak. Sebuah elemen pusat dari proses respon dari intervensi
adalah penggunaan skrining dan pemantauan kemajuan universal data
untuk mengidentifikasi anak-anak yang berada pada risiko keterlambatan
perkembangan dan untuk memastikan bahwa anak-anak mengalami
kemajuan dalam menanggapi instruksi. Dalam adopsi dari Model
Piramida, screening universal digunakan untuk mengidentifikasi anak-
anak yang mungkin memiliki keterlambatan social emotional dan

12
membutuhkan dukungan lebih sistematis atau instruksi. Skrining alat,
seperti Abad dan Tahapan Kuesioner: Sosial-Emosional (Squires, Bricker,
& Twombly, 2002) atau instrumen serupa, menawarkan mekanisme yang
efisien untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin perlu pengkajian
lebih lanjut, pemantauan lebih dekat, atau intervensi lebih intensif. Selain
menggunakan universal, standar ukuran skrining untuk mengidentifikasi
anak-anak yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan, Hasil
screening universal (misalnya, Squires et al., 2002) dipasangkan dengan
data tambahan pada insiden perilaku menantang akan memberikan
informasi program untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin
membutuhkan tingkat 2 atau tingkat 3 tingkat intervensi. Anak-anak yang
memiliki keterlambatan sosial-emosional, yang berjuang dengan
memenuhi perkembangan harapan sosial dan perilaku yang tepat,
atau yang memiliki bentuk kronis tetapi ringan masalah perilaku
harus diberikan dengan instruksi yang sistematis difokuskan pada
pengembangan ditargetkan keterampilan sosial-emosional. Anak-
anak yang terus-menerus perilaku menantang mengganggu
partisipasi mereka dalam kegiatan sehari-hari atau merugikan diri
sendiri atau orang lain adalah anak-anak yang ditargetkan segera
untuk tier 3 intervensi.
2.2.2 Kekurangan
Beberapa asumsi utama yang merupakan pusat dari implementasi
Model Piramida:
a. Tier 3 intervensi tidak sama dengan layanan pendidikan khusus:
Piramida Model ini dirancang untuk implementasi oleh pendidik awal
di semua perawatan anak, prasekolah, mengunjungi rumah, intervensi
dini, dan program pendidikan khusus anak usia dini. Kerangka kerja
ini tidak dirancang sebagai jalan untuk layanan pendidikan khusus
dan anak menerima layanan melalui pendidikan khusus mungkin
dilayani di salah satu tingkatan intervensi. Sebagai contoh, seorang
anak yang terdaftar dalam layanan intervensi dini mungkin tidak perlu
apapun di luar tingkat 1 intervensi untuk memastikan pembangunan

13
sosial-emosional yang sehat sementara anak lain di intervensi dini
mungkin memiliki kepedulian sosial / perilaku.
b. Pengaturan sosial inklusif adalah konteksnya untuk intervensi: Fokus
dari Model Piramida adalah untuk mendorong perkembangan sosial-
emosional. Hal ini memerlukan lingkungan sosial yang kaya sebagai
konteks intervensi dan instruksi. Dengan demikian, model ini dirancang
untuk implementasi dalam lingkungan alam, interaksi dengan pengasuh
anak alami dan rekan-rekan, dan pengaturan ruang kelas yang
menawarkan kesempatan untuk interaksi dengan teman sebaya yang
kompeten secara sosial. Intervensi tidak melibatkan menarik keluar
dari pengaturan tersebut bukan mereka bergantung pada konteks
sosial yang kaya di mana jumlah kesempatan untuk belajar dan
berlatih keterampilan sosial dapat dioptimalkan.
c. Tingkatan model piramida memiliki intervensi nilai aditif : Setiap lapis
intervensi dibangun berdasarkan tingkat sebelumnya. Tier 2 dan 3
intervensi bergantung pada penyediaan praktek di tingkatan yang lebih
rendah untuk mempromosikan hasil anak yang optimal. 4. presisi
instruksional dan dosis dilipatan saat Anda bergerak ke tingkatan
Piramida: Praktek-praktek intervensi dan fokus di tingkat 2 dan 3
tidak unik target pengajaran yang berbeda atau pendekatan dari
praktek universal digunakan untuk mendorong pembangunan
sosial semua anak-anak. Itu perbedaan antara tingkatan yang jelas
dalam kekhususan target pembelajaran, ketepatan pendekatan
pembelajaran, frekuensi pemantauan respon anak-anak untuk upaya
intervensi, dan jumlah peluang instruksional disampaikan kepada anak-
anak di setiap tingkat.
d. Efisiensi dan efektivitas intervensi adalah kepentingan utama: Ketika
anak-anak memiliki perilaku menantang atau risiko sosial-emosional,
sangat penting bahwa intervensi disampaikan dengan cepat dan efektif.
Ada bukti penelitian yang cukup bahwa ketika perilaku menantang
anak-anak terus berlanjut, masalah cenderung memburuk dan
menjadi diperparah oleh masalah terkait termasuk rekan dan
penolakan dewasa dan hubungan koersif (Dodge, Coie, & Lynam,

14
2006; Moreland & Dumas, 2008). Dengan demikian, Model Piramida
telah diberikan kepada pendidik awal sehingga praktisi dan program
dapat memberikan intervensi yang paling efektif diperlukan untuk
segera mendukung anak dan memberikan hasil anak yang diinginkan.
Anak-anak membutuhkan tingkat 2 atau tingkat 3 pendekatan harus
memiliki akses langsung ke orang-orang intervensi.
e. Keluarga adalah mitra penting: Itu intervensi yang terlibat dalam Model
Piramida bergantung pada partisipasi keluarga. Semua keluarga
diberikan informasi tentang cara untuk mempromosikan pembangunan
sosial anak mereka. Ketika anak-anak yang membutuhkan tingkat 2
atau 3 intervensi, keluarga yang terlibat dalam penyediaan intervensi
sistematis dengan menyediakan peningkatan kesempatan bagi anak
untuk belajar dan berlatih keterampilan baru dalam konteks kegiatan
sehari-hari dan rutinitas di rumah dan masyarakat. Ketika anak-anak
memiliki tantangan gigih, keluarga dan orang lain yang terlibat dengan
anak membentuk tim kolaboratif untuk mengembangkan dan
menerapkan intervensi yang komprehensif dan dukungan yang
diterapkan dalam semua rutinitas dan aktivitas anak. Sebuah elemen
pusat dari proses respon dari intervensi adalah penggunaan skrining dan
pemantauan kemajuan universal data untuk mengidentifikasi anak-anak
yang berada pada risiko keterlambatan perkembangan dan untuk
memastikan bahwa anak-anak mengalami kemajuan dalam menanggapi
instruksi. Dalam adopsi dari Model Piramida, screening universal
digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memiliki
keterlambatan socialemotional dan membutuhkan dukungan lebih
sistematis atau instruksi. Skrining alat, seperti Abad dan Tahapan
Kuesioner: Sosial-Emosional (Squires, Bricker, & Twombly, 2002) atau
instrumen serupa, menawarkan mekanisme yang efisien untuk
mengidentifikasi anak-anak yang mungkin perlu pengkajian lebih
lanjut, pemantauan lebih dekat, atau intervensi lebih intensif. Selain
menggunakan universal, standar ukuran skrining untuk
mengidentifikasi anak-anak yang mungkin membutuhkan dukungan
tambahan, Hasil screening universal (misalnya, Squires et al., 2002)

15
dipasangkan dengan data tambahan pada insiden perilaku menantang
akan memberikan informasi program untuk mengidentifikasi anak-anak
yang mungkin membutuhkan tingkat 2 atau tingkat 3 tingkat intervensi.
Anak-anak yang memiliki keterlambatan sosial-emosional, yang
berjuang dengan memenuhi perkembangan harapan sosial dan
perilaku yang tepat, atau yang memiliki bentuk kronis tetapi
ringan masalah perilaku harus diberikan dengan instruksi yang
sistematis difokuskan pada pengembangan ditargetkan
keterampilan sosial-emosional. Anak-anak yang terus-menerus
perilaku menantang mengganggu partisipasi mereka dalam
kegiatan sehari-hari atau merugikan diri sendiri atau orang lain
adalah anak-anak yang ditargetkan segera untuk tier 3 intervensi.
2.2.4 Aplikasi
Diaplikasikan pada anak usia dini
Sekitar 10%-15% anak memiliki masalah perilaku ketika mereka
memasuki taman kanak-kanak. Dan lebih tinggi presentasinya bagi anak
yang hidup di dalam kemiskinan dan untuk anak-anak yang cacat
(Hemmeter, ostrosky & fox, 2006)
 Banyak guru dan pengasuh anak usia dini melaporkan merasa tidak siap
untuk berurusan dengan berbagai perilaku tak terduga dari anak. Hal ini
didukung oleh temuan bahwa hanya 10% dari anak-anak yang ditampilkan
perilaku menantang parah menerima dukungan yang (Kazdin & Kendall,
1998). Selain itu, sebuah studi kemudian menemukan bahwa antara 30%
dan 40% dari siswa yang masuk TK tidak memiliki keterampilan sosial
dan emosional yang diperlukan untuk berhasil di sekolah (Tahap, 2005).
 Dengan mendasari prinsip model pyramid untuk mempromosikan dan
meningkatkan pembangunan social-ekonomi anak seperti menentukan
ekspektasi yang jelas dan memberikan penguatan positif untuk perilaku
yang sepatutnya.
 Beberapa praktek ini termasuk, aktif mendukung bermain anak-anak,
menanggapi percakapan anak-anak, upaya komunikatif anak-anak dengan
keterlambatan bahasa dan cacat, memberikan pujian khusus untuk
mendorong ketingkah laku yang tepat, mengembangkan hubungan yang

16
positif dengan anak-anak dan keluarga, dan kolaboratif dengan rekan-
rekan dan professional lainnya (Fox & Hemmeter, 2009, hal. 6-7).
 Memelihara dan hubungan responsive. Piramid model ini berfokus pada
interaksi positif pada anak-anak dan keluarga. Membangun hubungan
positif, biasanya pengenalan pertama anak-anak ke sekolah, menciptakan
landasan untuk membangun hubungan yang bermakna antara sekolah dan
keluarga dapat membantu anak-anak set untuk sukses nanti disekolah
(Hemmeter et al, 2006;. Sheridan, Knoche & Marvin, 2008)

Tingkat Topik praktik


Lingkungan yang Melalui mengakui perilaku tersebut dan memberikan
mendukung umpan balik yang spesifik pada perilaku anak-anak.
praktik promosi sangat penting untuk mendukung
devel-opment emosional anak-anak sebagai
konsistensi praktek dapat membangun kepercayaan
anak-anak di lingkungan
Target dukungan social Misalnya, seorang guru dapat mengarahkan kegiatan
ekonomi melalui memperkenalkan perilaku atau konsep,
pemodelan perilaku, meminta anak-anak untuk
berlatih dan bermain peran, mendorong anak-anak
untuk menggunakan perilaku dalam situasi, dan
memberikan umpan balik ketika anak-anak terlibat
dalam perilaku yang diinginkan (Hemmeter et
al., 2006).
Intervensi intensif Mendiskusikan rencana dengan pengumpulan data
individual dikumpulkan setiap hari untuk menentukan intervensi
dan perubahan yang diperlukan diimplementasikan
untuk meningkatkan progress
Rencana perilaku anak menghabiskan waktu mereka di banyak
individu pengaturan yang berbeda dalam satu hari (misalnya,
rumah, prasekolah, anak, dll), ssehingga perlu
mempertimbangkan tingkat keterampilan pengasuh di
setiap lingkungan anak ketika mengembangkan
rencana perilaku individu
(Hemmeter et al., 2006)
17
Dalam intervensi perkembangan :
1. Universal promotion
Mempromosikan perkembangan sosial anak dengan melakukan pendekatan
kepada orang tua, guru, ataupun pengasuh
Contoh : aktif mendukung keterlibatan anak, memberi instruksi dalam
rutinitas anak, ikut bermain bersama dan menanggapi percakapan anak
2. Sekunder promotion
Pencegahan dalam keterampilan sosial dan regulasi emosional. Memerlukan
bimbingan orang dewasa dan instruksi untuk belajar
Contoh : mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi, bermain secara
kooperatif dengan teman sebaya.
3. Tertiary intervention
Mengatasi masalah perilaku dan mendukung pengembangan keterampilan
baru.
Contoh : melakukan interaksi dengan teman sebaya yang kompeten secara
social

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pelangi Dahlgren dan Whitehead menjadi salah satu ilustrasi
penentu kesehatan yang paling efektif, dan telah memiliki dampak luas dalam
penelitian tentang ketidaksetaraan dan pengaruh kesehatan. Terdiri dari 4
lapisan yang mempengaruhi faktor individu : Lapisan 1 (perilaku dan gaya
hidup individu), lapisan 2 (pengaruh sosial dan komunitas), lapisan 3
(menciptakan perubahan pada lingkungan), lapisan 4 (sosial-ekonomi, politik,
budaya) dengan keuntungan mempermudah mendeteksi hal-hal yang dapat
memperburuk kesehatan dan mempunyai kelemahan dalam biaya cukup besar
dan tempat individu yang tinggal di tempat terpencil.
Model pyramid adalah model dalam praktik berbasis bukti yang
mempromosikan mengembangkan sosial, emosional, dan perilaku anak. Model
ini menggambarkan 3 tingkatan praktek intervensi diantaranya adalah :
universal promotion (empromosikan perkembangan sosial anak), sekunder
prevention (pencegahan dalam keterampilan sosial dan regulasi emosional) dan
tertiary intervention (melakukan interaksi dengan teman sebaya yang kompeten
secara sosial). Dalam menggunakan model ini dapat mendukung anak agar
dapat mengembagkan diri dan yang memiliki atau berisiko untuk
keterlambatan atau cacat perkembangan seorang anak. Dalam model pyramid
ini kekurangannya adalah membutuhkan perantara khusus dalam melakukan
tingkatan praktek intervensi.
B. Saran
1. Dalam model Teori Dahlgreen and Whitehead diharapkan agar untuk bisa
meminimalisirkan biaya yang keluar dalam melakukan pengaplikasian ini
serta agar dapat mencangkup pada seluruh wilayah termasuk daerah yang
terpencil menjadi salah satu ilustrasi penentu kesehatan yang paling efektif,
dan telah memiliki dampak luas dalam penelitian tentang ketidaksetaraan
dan pengaruh kesehatan.
2. Dalam model pyramid pada anak usia dini memerlukan bimbingan khusus
dengan teliti dan sabar sehingga dapat mencegah kecacatan seorang anak
dan menumbuhkan perkembangan kepribadian seorang anak yang lebih baik

19
DAFTAR PUSTAKA
Reece Peterson. 2016. Model Piramida untuk Pendidikan Anak Usia dini. Hal 1-3.
Pada Tanggal 23 Agustus 2019
Souder,Bethay David. 1993. The Risk Pyramid for New Product Development:
An Application to Complex Aerospace Hardware. Hal1-3 . pada tanggal 23
Agustus 2019
Prasetya Hanung. 2015. Determinan Kesehatan. Hal 1. Pada tanggal 23 Agustus
2019
Hamilton Rick. 2015. The Dahlgren-Whitehead rainbow. Hal 1. Pada Tanggal 23
Agustus 2019
William Lippincott,Wilkins. 2010. Respon untuk Intervensi dan Model
Piramida. Hal 6-8. Pada Tanggal 23 Agustus 2019

20

Anda mungkin juga menyukai