Anda di halaman 1dari 9

Biografi Sigmund Freud

Bapak Psikoanalisis Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1856 dan meninggal di London, 23
september 1939 berasal dari keluarga Yahudi.

Tahun 1873-1881 masuk Fakultas Kedokteran Universitas Wina pada spesialisasi dokter ahli
syaraf dan penyakit jiwa (psikiatri).
Pada tahun 1894 Freud belajar terapi histeri pada Jean Caharcot di Paris.
Tahun 1895 ia kembali ke Wina bekerja sama dengan Dr. Joseph Breuer, dengan metode asosiasi
bebas.
Tahun 1895 Freud bersama Breuer menulis tentang kasus-kasus histeri.
Tahun 1902 ia membentuk kelompok psikologi di Wina.
Tahun 1908 Freud diundang oleh George Stanley Hall ke USA dan memberi ceramah-ceramah
pada pertemuan-pertemuan Dies Natalis Universitas Clark. Freud menjadi terkenal di seluruh
dunia.
Tahun 1909 Freud digabungi oleh Alfred Adler dan Carl Gustav Jung.
Tahun 1923 Freud kena penyakit kanker rahang dan pernah dioperasi sampai 30 kali. Tahun
1928 Nazi berkuasa di Austria, Freud menyingkir ke Inggris dan meninggal dunia di London
1939.

Dasar Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi yang ada di dalamnya
dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan monumental Freud. Sistematik yang
dipakai Freud dalam mendiskripsi kepribadian menjadi tiga pokok yaitu: struktur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

Struktur Kepribadian

Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar.
Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni: id, ego dan super-
ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi melengkapi/menyempurnakan
gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.

Tingkat Kehidupan Mental

Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud
hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang
masuk ke kesadaran (consciousness).
Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi
jembatan antara sadar dan tak sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari
tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.
Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dri jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa
ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran
itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalam-pengalaman traumatik
(biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.

Wilayah Pikiran

1. Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego
dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting,
impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang
tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur
kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh


kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Plesure principle diproses dengan dua cara :
a. Tindak Refleks (Refleks Actions)
Adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata dipakai untuk
menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.
b. Proses Primer (Primery Process)
Adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan
makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan
kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan
benar-benar salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan
ego.

2. Ego (Das Ich)


Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego beroperasi mengikuti
prinsip realita (reality principle) usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah
terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata
dapat memuaskan kebutuhan.
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama ; pertama,
memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan
sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk
memuaskan id, karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari
id.

3. Superego (Das Ueber Ich)


Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip
idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari
ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri.
Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting – superego tak punya kontak
dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.

Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience) dan ego ideal. Freud
tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-
pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang
hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman
mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang
sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada tiga fungsi superego ;
(1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik, (2)
merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai
masyarakat, (3) mengejar kesempurnaan.

Dinamika Kepribadian

Dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga pendorong (cathexis)
dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah pemakaian energi psikis yang dilakukan
oleh id untuk suatu objek tertentu untuk memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kataeksis
adalah penggunaan energi psikis (yang berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id
tidak memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya memiliki
kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun ego dan superego juga bisa
membentuk kateksis-objek yang baru sebagai pengalihan pemuasan kebutuhan secara tidak
langsung, masih berkaitan dengan asosiasi–asosiasi objek pemuasan kebutuhan yang diinginkan
oleh id.

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi
kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk
menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia
termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi
ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.

1. Insting Sebagai Energi Psikis


Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya
insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan
secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan dari
insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji dari seluruh insting yang
dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian.
Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya
dorong (impetus) yang dimilikinya :
a) Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan yang
seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan
sehingga memunculkan insting lapar.
b) Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan
yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat
ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan
makan, dengan cara makan.
c) Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya
keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara
memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya, obyek insting lapar bukan hanya
makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan makanan
itu.
d) Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu, yang tergantung kepada
intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu)
penggerak insting makannya makin besar.

2. Jenis-Jenis Insting
a. Insting Hidup (Life Instinct)
Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti
lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”.
Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam
kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa
permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah
hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada bermacam-
macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-keinginan erotis.
b. Insting Mati (Death Instinct)
Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya kurang
jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah
suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga.
Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati” (1920).
Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah
pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya
merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan
menggigit, menguyah dan menelan makanan.

3. Kecemasan
Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan
sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang
sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat
disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman
ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada
bahaya di depan mata.

Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang bisa
memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar
terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral. Ketergantungan
ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada
superego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar
mengakibatkan kecemasan realistis.

a. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)


Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal
timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral.
b. Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa
lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal
menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui
pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu
menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis
bersifat khayalan.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang
tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip
yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan
masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik
sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.

4. Mekanisme Pertahanan Ego


Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism) sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun
untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau
diredakan.

Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak
macamnya, adapun mekanisme yang banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujuh
macam, yaitu :

a. Identifikasi (Identification)
Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau mengidentifikasikan diri dengan
orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang lain
diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu mencapai tujuan diri.
Terkadang sukar menentukan sifat mana yang membuat tokoh itu sukses sehingga orang harus
mencoba mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana yang ternyata membantu
meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu yang positif disebut Introyeksi.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :
• Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu (obyek) yang telah hilang.
• Untuk mengatasi rasa takut.
• Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental
dengan kenyataan.

b. Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions Compromise)


Ketika obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt dicapai karena ada rintangan dari
luar (sosial, alami) atau dari dalam (antikateksis) insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran
atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek
yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Proses mengganti obyek kateksis untuk meredakan ketegangan, adalah kompromi antara tuntutan
insting id dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi. Ada tiga macam reaksi
kompromi, yaitu :
o Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif.
o Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan yang diperoleh masih mirip
dengan kepuasan aslinya.
o Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal
memuaskan insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.

c. Represi (Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala sesuatu (ide,
insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.

d. Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)


Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang
terlalu kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap perkembangan tertentu dan
menolak untuk bergerak maju, karena merasa puas dan aman ditahap itu.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan
tertentu, dapat berakibat orang regresi : mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana
dia merasa puas disana.
Perkembangan kepribadian yang normal berarti terus bergerak maju atau progresif. Munculnya
dorongan yang menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi. Orang yang puas berada
ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres disebut fiksasi. Progresi yang gagal membuat
orang menarik diri atau regresi

e. Proyeksi (Projection)
Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis atau moral menjadi kecemasan
realistis, dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke
obyek di luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek eksternal kepada diri
orang itu sendiri.

f. Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang
lain ke dalam egonya sendiri. Misalnya, seorang anak yang meniru gaya tingkahlaku bintang
film menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga diri dan menekan perasaan
rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun,
manusia bisa mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan kekurangan dengan cara
mengadopsi atau melakukan introyeksi atas nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang
lain.

g. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)


Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya benci diganti cinta,
rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan. Timbul masalah bagaimana
membedakan ungkapan asli suatu impuls dengan ungkapan pengganti reaksi formasi : bagaimana
cinta sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya reaksi formasi ditandai oleh sifat
serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif

5. Perkembangan Kepribadian
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil (0-5
tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling
menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal,
dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan biologis,
sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks berarti
perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih
menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone)

a. Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)


Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun pertama dari kehidupan
individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang menimbulkan
kesenangan atau kepuasan.

b. Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)


Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari kehidupan. Pada fase ini, fokus dari
energi libidal dialihkan dari mulut ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh
dari kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase ini
pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui
toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak
membuang kotorannya.

c. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)


Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima, yakni suatu fase ketika
energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak
mulai tertarik kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud
memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat
yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali
berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah
timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan penis
envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki
ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya
anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.

d. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)


Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls
seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru
yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena biologis,
alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak mengembangkan
kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual,
khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase
ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik dibandingkan
dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
e. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endokrin
memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara,
rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital
mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi
tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan
dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar,
seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan
dan keluarga.

Kesimpulan

Dalam teori psikoanalisis, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga
unsur atau sistem yakni id, ego dan superego ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling
berkaitan serta membentuk suatu totalitas.

1. Id, adalah sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau
penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem terebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan fungsi dan operasinya, id bertujuan untuk
menghindari keadaan tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.
2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego
tebentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego adalah upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi
tegangan oleh individu.
3. Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah :
• Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
teresbut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
• Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari pada dengan kenyataan.
• Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi energy psikis, dan
sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan kepribadian adalah id dengan naluri-
nalurinya (insting).
1. Insting
2. Macam-macam insting
3. Penyaluran dan penggunaan energi psikis
4. Kecemasan
5. Mekanisme Pertahanan Ego, yang dapat diuraikan menjadi tujuh macam mekanisme
pertahanan ego, yaitu :
o Identifikasi
o Displecement
o Represi
o Fiksasi and Regresi
o Proyeksi
o Introyeksi
o Pembentukan Reaksi
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat lima fase atau tahapan perkembangan yang
kesemuanya menentukan bagi pembentukan kepribadian. Lima fase tersebut adalah :
1. Fase Oral
2. Fase Anal
3. Fase Falis
4. Fase Laten
5. Fase Genital

Anda mungkin juga menyukai