1
2/12/2019
A. Perubahan EKG :
1. Umumnya terjadi dalam 2 – 12 jam, tetapi dapat
mencapai 72 – 96 jam
2. Nekrosis, injuri dan iskemik jaringan
mempengaruhi depolarisasi dan repolarisasi.
a. ST depresi dan gel T inversi indikasi iskemik
b. ST eleviasi indikasi injuri
c. Q wave indikasi nekrosis jaringan, permanen
3. Lokasi infark (dinding anterior,
anteroseptal) ditentukan oleh lead dimana
iskemik terjadi.
2
2/12/2019
B. Cardiac Markers:
Spesific:
5. Penatalaksanaan SKA
Troponin T atau I : protein kontraktil khusus 1. Pra RS/luar IGD (pada pasien dicurigai STEMI):
jantung, CKMB yaitu isoenzim CK pada • Pengenalan gejala oleh pasien dan segera
jantung. mencari pertolongan medis
Peningkatan Troponin T atau I, Creatine kinase • Segera memanggil tim medis yang dapat
myocardial band (CKMB) kedua enzim melakukan resusitasi
mulai meningkat 4 – 8 jam setelah infark. • Transportasi pasien ke RS yang ada fasilitas
ICCU/ICU
• Melakukan terapi reperfusi ( dilakukan oleh
Pemeriksaan enzim jantung lain : CK, LDH,
yg sudah terlatih)
Myoglobin, AST (Perki, 2004) (lippincott,
2. Di Ruang. IGD
2000) 13 14
5. Penatalaksanaan
V. Penatalaksanaan
Sindroma Koroner Akut
2. Di Ruang. IGD
Nyeri dada iskemik
• Penatalaksanaan :
• (Morfin)
Penilaian segera di UGD (< 10 menit): • Oksigen
- Pengukuran tanda-tanda vital • Nitrogliserin
- Pemeriksaan saturasi oksigen • Aspirin
- Pemasangan jalur intravena • EKG : 10 menit
- Perekaman EKG 12 sandapan • Laboratorium : Marka jantung
• UAP/STEMI Heparinisasi
- Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik • STEMI
- Pengecekan kontraindikasi trombolitik Trombolitik : Streptokinase (door to needle: 30’)
- Pemeriksaan serum marka jantung Primary PCI (Percutaneous Coronary Intervention) (door
- Pemeriksaan elektrolit dan faktor koagulasi to baloon 90’)
- Pemeriksaan Ro Thorax (30 menit) 16
3
2/12/2019
STEMI
PEMERIKSAAN FISIK: Normal,
ANAMNESIS
kecuali ada komplikasi,
Nyeri dada substernal komorbiditi
Lama lebih dari 20 mnt
Disertai keringat dingin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat disertai EKG
penjalaran kelengan kiri,
Lab: Hb, Ht, Trombosit,
punggung, rahang dan Natrium, Kalium, Ureum,
ulu hati Kreatinin, Gula Darah, CK-
Terdapat salah satu atau
MB, hs Troponin T
lebih faktor risiko:
Rongen Thoraks AP
kencing manis,
Ekokardiografi
kolesterol, darah tinggi,
keturunan
PPK, RSJHK,
2015
FASE PERAWATAN
INTENSIVE ( 2 X 24 JAM ) - Jika intoleran dengan ACE -
1 dapat diberikan obat gol NSTEMI
ARB : Candesartan 1 x 16
a. Obat - obatan mg , Valsatran 2 x 80 mg
- Simvastatin 1 x 20 mg oral, atau
ANAMNESIS PEMERIKSAAN
atorvastatin 1 x 20 mg atau 1 x 40
oral Nyeri dada substernal PENUNJANG
mg jika kadar LDL diatas target - Obat pencahar 2 x 1 sendok
Lama lebih dari 20 mnt EKG
- Aspilet 1 x 80 mg oral makan
- Clopidogrel 1 x 75 mg atau - Diazepam 2 x 5 mg oral Disertai keringat dingin Lab: Hb, Ht,
Ticagrelor 2x 90 mg oral Dapat disertai penjalaran Trombo, Natrium,
- Bisoprolol 1 x 1.25 mg jk fungsi Jk tidak dilakukan primary PCI
ginjal bagus. carvedilol 2x 3.125 diberikan heparinisasi dengan: kelengan kiri, punggung, Kalium, Ureum,
mg oral jk fundi ginjal menurun UF heparin bolus 60 unit /Kg rahang dan ulu hati Kreatinin, Gula
- Ramipril 1x 2,5 mg jka terdapat BB , max 4000 unit, dilanjutkan Terdapat salah satu atau Darah, CK-MB,
infark anterior atau EF < 50% ,
diberikan jika tdk ada kontra
dosis rumatan 12 unit/kg BB lebih faktor risiko: hs Troponin
indikasi mak 1000 unit/jam atau kencing manis, kolesterol, Rongen Thoraks AP
Enoxaparin 2 x 60 mg (
PPK, RSJHK,
darah tinggi, keturunan Ekokardiografi
sebelumnya dibolus 30 mg iv)
2015
4
2/12/2019
FASE PERAWATAN
INTENSIVE ( 2 X 24 JAM ) - Jika intoleran dengan ACE -1
dapat diberikan obat gol ARB 1. Nyeri akut b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
a. Obat - obatan : Candesartan 1 x 16 mg , kebutuhan oksigen miokardium
- Simvastatin 1 x 20 mg oral, Valsatran 2 x 80 mg oral 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan (kardiopulmonary)
atau atorvastatin 1 x 20 mg - Obat pencahar 2 x 1 c b.d interupsialiran darah arteri
atau 1 x 40 mg jika kadar - Diazepam 2 x 5 mg oral 3. Penurunan cardiac output b.d kerusakan kontraktilitas
LDL diatas target miokardium
b. Monitoring Kardiak
- Aspilet 1 x 80 mg oral 4. Intolerasi aktivitas b.d kelemahan (dampak imbalance
- Clopidogrel 1 x 75 mg atau c. Puasa 6 jam
oksigen)
Ticagrelor 2x 90 mg oral d. Diet Jantung I : 25-35
- Bisoprolol 1 x 5 mg atau 5. Kecemasan b.d nyeri dada, takut akan kematian.
kkal/KgBB/24 Jam
carvedilol 2x 12.5 mg oral
bila tidak ada kontra indikasi e. Total Cairan 25-35 cc/KgBB/
- Ramipril 1x 10 mg atau 24 Jam
captopril 3 x 25 mg oral jika f. Pemeriksaan profil lipid, asam Diagnosa Keperawatan 28
EF < 50% jika tdk ada kontra urat
indikasi
Intervensi Intervensi
1. Penanganan nyeri akut: Penanganan nyeri akut (lanjutan):
Tujuan penanganan nyeri: menghilangkan • Berikan therapi nyeri sesuai program :
ketidaknyamanan, menurunkan kebutuan oksigen nityrogliserin, morphine sulfate, aspirin
dan meningkakan suplai oksigen miokardium: • Berikan oksigen 2 – 4 liter/menit
Tindakkan : • Posisikan semi fowler.
- Observasi tingkat perkembangan nyeri • Ciptakan lingkungan ug tenang dan yaman
- Monitor tanda tanda vital • Jelaskan setiap tindakkan yang akan dilakukan
- Pertahankan akses intravena • Kaji TTV dan intensitas nyeri 5 menit setelah
- Rekam EKG sesuai indikasi pemberian terapi.
29 30
5
2/12/2019
Intervensi Intervensi
2. Mempertahankan perfusi jaringan 3. Tindakan memelihara stabilitas haemodinamik
• Observasi adanya tanda gejala iskemik yang - Monitor tekanan darah.
- Monitor respirasi dan bunyi nafas.
menetap atau berulang. - Monitor frekwensi dan bunyi jantung
• Pertahankan pemberian oksigen 2 – 4 - Observasi distensi vena jugularis, pembesaran hepar
liter/menit - Evaluasi nadi: irama dan kekuatan
- Ukur suhu tubuh setiap 4 jam
• Rekam EKG 12 lead - Observasi edema
• Siapkan pasien kemungkinan dilakukan - Evaluasi warna dan temperatur kulit
tindakan emergenci: cardiac catheterisasi, - Observasi status mental
- Evaluasi output urin
bypass surgery, PCI, trobolitik terapi
31 32
Intervensi Intervensi
4. Penanganan Intoleransi aktivitas
• Bed rest selama fase akut adanya penurunan CO 5. Penanganan Kecemasan
• Bantu pemenuhan ADL sesuai kebutuhan • Bina hubungan saling percaya, terapeutik
• tingkatkan istirahat disertai mobilisasi dini bertahap : • Jelaskan kepada pasien dan keluarga perlunya dirawat, pem.
Diagnostic, dan pemberian terapi.
lingkungan tenang dan nyaman, diskusikan ttg pembatasan
• Anjurkan pasien mengatakan kecemasan berkaitan dengan
aktivitas sakitnya
• monitor toleransi terhadap aktivitas • Dengarkan dan jawab pertanyaan pasien dengan singkat.
• pertahankan jadwal ambulasi yg ditoleran • Gunakan teknik guideed imagery
• Bantu dan anjurkan untuk mengikuti program latihan • Berikan obat untuk mengurangi cemas sesuai program
• Ajarkan teknik pengukuran nadi untuk mengukur toleransi (diazepam)
latihan.
Indikasi intoleransi aktivitas:
• Sistolik menurun > 20 mm Hg
• frek nadi > 20 x/menit dari rata rata
• sesak atau nyeri dada
Evaluasi kepustakaan
• Dr. Rita Sekarsari., SKp., MHSM Update Update Asuhan Keperawatan Kegawatan
Acute Coronary Syndrome Disampaikan Dalam Seminar Kegawatdaruratan
HIPGAB9 April 2017, Gedung Pendidikan UNPAD, Bandung
• Pasien terbebas dari nyeri dada. • Lippincott. (2006). Manual of nursing practice, 8 th. Ed. Lippincott williams & Wilkins:
Philadelphia
• Tidak ada tanda-tanda kecemasan • LKKI. (2011). ACLS.
• O.Conor.R.E , Bredy W, Brooks.s.c, et all (2010). ACS 2010 AHA Guideline for
• Tanda-tanda vital stabil, paru-paru dlam batas Cardiopulmonary Resuscitation and ECC. Circulation 122; S787-S817 .
http://circ.ahajaurnals.org . Diunduh 9 Desember 2012
normal, urine output adekuat. • Smeltzer SC & Bare BG. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
• Aktivitas meningkat perlahan dan tolerasi baik Ed. 8. EGC. Jakarta
• Sudoyo. AW, Setiohadi B, Alwi I. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Dep.IPD FKUI.
• Tidak ada tanda-tanda perdarahan. Jakarta
• TedjaKusuma D. (2006). Prinsip Rehabilitasi Kardiovaskular. Tidak diterbitkan.
35 36