Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perawat
Perawat (nurse) berasal dari Bahasa Latin yaitu kata nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah
seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung
jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan
pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. Menurut Harlley (1997)
dalam Fahri (2010), seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit,
injury, dan proses penuaan. Perawat profesional adalah perawat yang
bertanggungjawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya Depkes RI (2002) dalam Fahri (2010).

B. Peran Perawat
Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan Tahun 1989 dalam
Hidayat (2004):
1. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan, melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Peranan
ini umumnya dilaksanakan oleh para pelaksana keperawatan, baik itu
dari puskesmas sampai dengan tingkat rumah sakit.
2. Peran perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran perawat sebagai edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan. Bila dalam lingkungan rumah sakit diberikan
sewaktu pasien akan pulang, sehingga diharapkan pasien dapat
menjalankan pola hidup sehat dan juga menjaga kesehatannya.
4. Peran perawat sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien. Dalam rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan
lainnya dijalankan oleh perawat sruktural atau kepala ruangan dan
setingkatnya.
5. Peran perawat sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan tim kesehatan lainnya dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.Sehingga perawat tidak bisa menjalankan peranan ini bila
tidak bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang terkait.
6. Peran perawat sebagai konsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan. Diberikan oleh para perawat senior dalam
suatu lahan pelayanan perawatan.
7. Peran perawat sebagai pembaharuan
Peran ini dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan. Dilakukan oleh perawat dalam level struktural.

C. Fungsi Perawat
Menurut Hidayat (2004), dalam menjalankan perannya, perawat akan
melakukan beberapa fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenisasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas,
dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan. Hal ini dilakukan perawat spesialis kepada perawat
umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian
pelayanan, seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja, melainkan juga dari dokter ataupun
tenaga kesehatan lainnya. Misalnya, dokter dalam memberikan tanda
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat
yang telah diberikan.

D. Pengertian Keperawatan Perioperatif


Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu fase preoperatif, fase intraoperatif dan
fase pascaoperatif. Masing- masing fase dimulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari
tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga
kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima
(Brunner & Suddarth, 2002).

E. Ruang Lingkup Keperawatan Perioperatif


1. Fase Preoperatif

Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah


dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup
aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau di rumah, menjalani
wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan dan pembedahan (Brunner & Suddarth, 2002)

2. Fase Intraoperatif
3. Fase Pascaoperatif

Fase pascaoperatif dimulai dengan pemindahan pasien ke PACU dan


berakhir pada waktu pasien dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk
dalam kegiatan perawatan adalah mengkaji perubahan fisik dan
psikologis, memantau kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital dan status
neurologis secara teratur, mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengkaji secara akurat serta haluaran dari semua drain
(Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009).

F. Peran Perawat dalam Keperawatan Perioperatif


1. Fase Preoperatif
Peran perawat pada fase preoperatif menurut Smeltzer & Bare (2002),
yaitu:
a. Melakukan pengkajian praoperatif

Penetapan pengkajian dasar pasien dalam tatanan klinik, menjalani


wawancara praoperatif, melibatkan keluarga dalam wawancara,
memastikan kelengkapan preoperatifdan mengkaji kebutuhan pasien
terhadap transportasi.

b. Pada unit bedah

Melengkapi pengkajian preoperatif, mengkoordinasi penyuluhan


pasien, menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan
membuat rencana asuhan.

c. Pada ruang operasi

Mengkaji kesadaran pasien, menelaah lembar observasi pasien,


mengidentifikasi pasien dan memastikan daerah pembedahan.

d. Menentukan perencanaan

Menentukan rencana asuhan dan mengkoordinasi pelayanan.

e. Memberikan dukungan psikologis


Menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi, menentukan
status psikologis, memberikan penguatan akan stimuli nyeri dan
mengkomunikasikan status emosional pada anggota tim kesehatan
yang berkaitan.

2. Fase Intraoperatif
3. Fase Pascaoperatif
Peran perawat pada fase pascaoperatif menurut Smeltzer & Bare (2002),
yaitu:

a. Memberikan informasi pascaoperatif

Menyebutkan nama pasien, menyebutkan jenis pembedahan,


menggambarkan faktor-faktor intraoperatif, menggambarkan
keterbatasan fisik, melaporkan tingkat kesadaran praoperasi pasien,
dan mengkomunikasikan alat yang diperlukan.

b. Melakukan pengkajian pascaoperasi ruang pemulihan

Menentukan respon langsung terhadap intervensi pembedahan.

c. Pada unit bedah

Mengevaluasi efektifitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi,


menentukan tingkat kepuasan pasien dengan asuhan yang diberikan
selama periode perioperatif, menentukan status psikologis pasien,
dan membantu dalam pelaksanaan pemulangan.

d. Pada layanan klinik

Gali persepsi pasien tentang pembedahan dan tentukan persepsi


keluarga tentang pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Arizal Fahri. 2010. Perawat yang Profesional. Jakarta: Bina Media.


Baradero, Dayrit, Siswadi. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I.made karyasa. Jakarta:
EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kusnanto. 2003. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC.
Smeltzer S.C., Bare B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Volume 1 Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai