Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

Daftar Isi .............................................................................................................. 1


BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
BAB II Kajian Pustaka
A. Protein .................................................................................................... 4
B. Telur Pada Unggas ................................................................................. 6
C. Telur Ayam Negeri ................................................................................ 7
D. Telur Burung Puyuh ............................................................................... 9
E. Uji Protein .............................................................................................. 10
BAB III Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 13
B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 13
C. Langkah Kerja ........................................................................................ 14
D. Sasaran Pengamatan .............................................................................. 15
BAB IV Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian .........................................................................................16
B. Pembahasan ...............................................................................................17
BAB V Penutup
A. Kesimpulan ...............................................................................................26
B. Saran .........................................................................................................27
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 31
Lampiran ...............................................................................................................33

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa
lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain
itu telur mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Masyarakat Indonesia
umumnya mencukupi kebutuhan protein dengan mengkonsumsi telur. Telur ayam
dan telur puyuh merupakan salah satu bahan makanan yang mudah untuk
didapatkan.
Manfaat telur sangat besar dalam kehidupan manusia sehingga telur
sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses
penyembuhan, serta usia lanjut (Saerang. J. L. P,1997:83).
Kandungan gizi telur secara umum terdiri dari : air 73,7%, Protein 12,9 %,
Lemak 11,2% dan Karbohidrat 0,9%. dan kadar lemak pada putih telur hampir
tidak ada(Komala,2008:34).
Hampir semua protein di dalam telur terdapat pada putih telur, yaitu
mencapai 32%, sedangkan pada kuning telur kandungan proteinnya sangat
sedikit(Sudaryani,2003:27).
Telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia umumnya berasal dari
unggas yang diternakkan. Jenis telur yang banyak dikonsumsi adalah telur ayam,
telur puyuh dan telur bebek. Telur ayam lebih banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari karena mudah diolah dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia
seperti sebagai bahan pencampur makanan, bahan pembuatan roti, obat, dan
sebagainya (Rasyaf. M,1991:32)
Percobaan ini didasari atas keingintahuan kandungan protein pada putih
telur Gallus domesticus (ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung
puyuh) serta membandingkan kandungan protein pada putih telur Gallus
domesticus (ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung puyuh).

2
Karena telur ayam negeri dan telur puyuh mengandung protein yang cukup
tinggi,untuk membuktinkanya percobaan ini dengan menggunakan uji protein
yaituuji biuret, uji ninhidrin, uji xantpprotein, dan uji millon.

B. Rumusan Masalah
1. Jenis protein apa saja yang terkandung dalam putih telur Gallus
domesticus (ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung
puyuh)?
2. Bagaimana perbandingan kandungan protein dalam putih telur Gallus
domesticus (ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung
puyuh)?

C. Tujuan
1. Mengetahui kandungan protein yang terdapat pada putih telur Gallus
domesticus (ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung
puyuh) menggunakan uji biuret, uji ninhidrin, uji xantpprotein, dan uji
millon.
2. Membandingkan kandungan protein pada putih telur Gallus domesticus
(ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung puyuh)
menggunakan uji biuret, uji ninhidrin, uji xantpprotein, dan uji millon.

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi serta mengetahui kandungan protein pada telur
Gallus domesticus (ayam negeri) dan telur Coturnix coturnix (burung
puyuh).
2. Mengetahui perbandingan kandungan protein antara putih Gallus
domesticus (ayam negeri) dan telur Coturnix coturnix (burung puyuh).

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Protein
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup,baik
tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri
atas protein. Protein adalah senyawa organic kompleks yang terdiri atas unsure-
unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%), Oksigen (±13%), dan Nitrogen
(±16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P)
dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsure
logam seperti tembaga dan besi (De man, 1997:109).
Fungsi utama protein yaitu sebagai zat pembangun atau pembentuk
struktur sel, misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membrane sel,
jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian, terdapat pula
protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa
diantaranya enzim yang berperan sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai
pengangkut oksigen, hormone sebagai pengatur metabolisme tubuh dan antibody
untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kekurangan protein dalam
jangka waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolism di dalam
tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (De
man,1997:111).
Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal drai hewan disebut
protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Sumber protei dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, dan buah-buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi
manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam proses pencernaan
dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang
dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke arah hati atau
didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk

4
pembentukan sel-sel tubuh protein dapat pula digunakan sebagai bhan bakar
apabila keperluan energy tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak
(Keenan.W.C, 1999:43).
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas
satuan-satuan asam-asam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat
satu sama lain melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-
COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang
lain dengan melepaskan satu molekul air. Peptide yang terbentuk atas dua asam
amino disebut dipeptida. Sebaliknya peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau
lebih asam amino, masing-masing disebut, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya
(Hadiwiyoto, S. 1993:87).
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua
golongan utama, yaitu:
1. Protein globuler; yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai
polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam,
basa, atau etanol. Contoh: albumin, globulin, protamin, semua enzim dan
antibody.
2. Protein fiber; yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai
polipeptida memanjang pada satu sumbu. Hamper semua protein fiber
memberikan peran structural atau pelindung. Protein fiber tidak larut dalam
air, asam, basa, maupun etanol. Contoh: keratin pada rambut, kolagen pad
tulang rawan, dan fibroin pada sutera (Lehninger,1982:123).
Berat molekul protein sangat besar, ribuan sampai jutaan, sehingga
merupakan suatu makromolekul. Sepertu senyawa polimer lain (misalnya: pati),
protein dapat pula dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan
menghasilkan campuran asam-asam amino (Lehninger,1982:127).
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik
dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pasa struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah: panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan
adanya bahan kimia seperti urea, alcohol atau sabun. Proses denturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung pada

5
penyebabnya. Protein yang mengalami dentaurasi akan menurunkan aktivitas
biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap
(Hadiwiyoto.S, 1993:87).
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut
titik isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI), molekul protein mempunyai
muatan positif dan negative yang sama, sehingga saling menetralkan atau
bermuatan nol. Akibatnya, protein tidak bergerak dibawah pengaruh medan
listrik. Pada titik isoelektris, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi)
paling cepat dan prinsip dapat digunakan untuk pemisahan atau pemurnian suatu
protein (Suprapti. M.L, 2006:36).

B. Telur Pada Unggas


Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis
unggas, seperti ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan makanan yang
sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein
mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling
lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu,
tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak
orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan.
Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan
mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur (Suprapti.M.L,
2006:93)
5 macam telur unggas yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat,
yaitu telur ayam kampung, ayam ras, itik/bebek, entok, dan puyuh. Telur ayam
kampung, umumnya berwarna putih atau putih kecoklatan, dengan berat berkisar
antara 25 g - 35 g per butir (Suprapti,2006:75).
1. Telur ayam negeri / ras, umumnya berwarna coklat pastel hingga coklat
merah, dengan berat berkisar antara 50 g – 70 g per butir.
2. Telur itik / bebek, umumnya berwarna biru hijau, dengan berat berkisar
antara 70 g – 80 g per butir.

6
3. Telur entok, umumnya berwarna putih, dengan berat berkisar antara 70g – 80
g per butir.
4. Telur puyuh, umumnya berwarna putih bertotol-totol coklat kehitaman,
dengan berat 10 g per butir.

C. Telur Ayam Negeri (Gallus domesticus)


Telur ayam terdiri dari sebuah sel reproduktif seperti pada mamalia. Pada
ayam, sel telur tersebut dikelilingi oleh kuning telur (yolk), albumen, membran
kerabang, kerabang dan kutikula. Kerabang pada telur terbuat dari bahan
CaCO3atau kalsit (Suprijatna,2005:33).
Komponen penyusun telur adalah cangkang (kulit telur), membran putih
telur, membran kuning telur dan kuning telur. Warna telur dipengaruhi oleh zat
warna yang dikumpulkan dalam kerabang pada saat penbentukan di dalam uterus
(Syarief dan Irawati,1990:58).
Berat telur ayam sesuai dengan ayamnya. Telur tidak boleh terlalu berat
ataupun terlalu kecil (daya penetasannya amat rendah). Beratnya tidak boleh
kurang dari 42 gram dan tidak boleh lebih dari 70-80 gram. Keseimbangan berat
telur dan berat badan anak ayam adalah tetap adanya (Sudaryani,1996:79).
Berat telur yang baik adalah sekitar 50-60 gram tidak boleh terlalu berat
atau terlalu ringan. Telur harus berasal dari induk yang umurnya sudah lebih dari
satu tahun, karena telur sudah cukup besar. Telur yang kecil akan menghasilkan
ayam yang kecil juga (Dwiyanto dan Prijono,2007:85).
Telur ayam ras, kulitnya ada yang berwarna coklat dan ada yang
berwarna putih. (Hadiwiyoto,1993:121).
Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-
masing. Warna telur adalah warna kerabang telur tersebut. Pigmen yang
dihasilkan di uterus pada saat kerabang diproduksi bertanggung jawab pada warna
(Suprijatna,2005:36).
Menurut Suprijatna (2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai
sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit
putih dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980)
bahwa ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain :

7
ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang,
pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan
secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual
dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut
Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang
berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu,
mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan
daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang
berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan
produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7
minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging.
Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase
hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat
pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai
kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam
klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi
dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam
tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih
sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat
diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2
kilogram per ekor (Syamsir.E,1993:78).
Klasifikasi Ayam Negeri adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformis
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
(Rose,2001:35)

8
D. Telur Burung Puyuh
Telur burung puyuh berbeda dengan telur-telur unggas lain, sebab telur
puyuh mempunyai warna yang bermacam-macam yaitu bercak hitam, coklat dan
biru (Nugroho,1990:95).
Burung puyuh mulai bertelur pada umur 42 hari, produksi telurnya dapat
mencapai 250 – 300 butir pertahun dengan bobot sekitar 10 gram per butir
(Rasyaf,1991:44).
Berat telur puyuh bervariasi yakni antara 10-15 gram. Berat telur puyuh
yang terberat adalah 10,8 gram pada periode pertelur 28 minggu (Nugroho,
1990:67). Telur yang dihasilkan oleh induk yang masih muda biasanya lebih
ringan dan ukurannya lebih kecil, dan memerlukan waktu relatif lebih lama untuk
mencapai standar berat normal dari pada induk yang lebih tua (Sudaryani,
1996:60).
Warna telur burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru,
putih dan kekuning-kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru.
Pigmen dari kulit telur puyuh berasal dari oopophyrin dan billiverdin
(Nugroho,1990:69).
Variasi warna telur dipengaruhi oleh genetik dari induknya masing-
masing. Warna telur adalah warna kerabang telur. Pigmen yang dihasilkan di
uterus bertanggung jawab pada warna telur (Suprijatna,2005:42).
Telur puyuh merupakan makanan dengan kandungan gizi cukup lengkap,
meliputi karbohidrat, protein dan delapan macam asam amino yang berguna bagi
tubuh, terutama bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan. Telur ini digemari oleh
semua kalangan umur karena bentuknya yang kecil dan rasanya yang enak (Silva,
2008:79)
Telur puyuh yang mempunyai ukuran mungil ini memiliki kandungan
protein bahkan lebih tinggi dari telur ayam. Setidaknya kandungan protein pada
telur puyuh sekitar 13%, lebih tinggi sekitar 2% dari kandungan protein yang
terkandung telur ayam. Salah satu protein dalam telur puyuh adalah ovomucoid.
Jenis protein ini berfungsi menghambat reaksi alergi dalam tubuh. Karena fungsi
tersebut, ovomucoid ini digunakan sebagai bahan dasar obat anti alergi.

9
Memanfaatkan telur puyuh sebagai obat anti alergi alami adalah manfaat lainnya
dari mengkonsumsi telur puyuh( Sukayawan, M.2011:71)
Klasifikasi Burung Puyuh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformis
Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix coturnix (Rose,2001:39)

E. Uji Protein
Topik yang dipilih pada praktikum ini yaitu mengenai Protein. Dalam
topik lemak terdapat beberapa uji seperti Uji Biuret, Uji Millon, Uji Ninhidrin,
dan Uji Xantoproteinpada putih telurayam negeri dan putih telur burung puyuh.
1. Uji Biuret
Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa
akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun
protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret
positif terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk
asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-
senyawa yang mengandung dua gugus: -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan
–CONH2. Biuret adalah senyawa denga dua ikatan peptide yang terbentuk
pada pemanasan dua molekul urea (Yazid,2006:31).
Tujuan dari pengujian biuret ini adalah untuk mengetahui
adanya ikatan peptide. Adapun prosedurnya yaitu pertama – tama, protein
bereaksi dengan NaOH dan CuSO4. Fungsi dari NaOH itu adalah mencegah
endapan Cu (OH)2, dan memecah ikatan protein menjadi urea, sebagai
katalisator. Adapun fungsi CuSO4 adalah sebagai pendonor Cu2+ . seperti
yang telah diuraikan sebelumnya reaksi positif ditandai dengan terjadinya
warna ungu karena adanya kompleks yang terjadi antara ikatan peptida

10
dengan O dari air. Reaksi ini disebut reaksi biuret karena positif terhadap
kondensasi 2 molekul urea. Lebih jelasnya dapat dilihat reaksi berikut ini.
2CO(NH2)2 à CONH2 – NH --CONH2 (biuret) + NH3
CuSO4+ 2H2O à Cu(OH)2 + H2SO4
Cu(OH)2 + NH3 (warna ungu)
Reaksi juga positif terhadap senyawa organik yang mempuyai gugus
CO(NH2), SC(NH2), NHC(NH2), H2C(NH2) (Rusdin Rauf,2015).
2. Uji Ninhidrin
Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang
mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa yang berwarna biru. Kompleks berwarna biru dihasilkan
dari reaksi ninhidrin dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia.
Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino
bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan
NH3 yang dilepaskan. Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus
karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan
ninhidrin.Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat
menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif).Beberapa amina
seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah
(hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam
amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan
merah) maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang
dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino
secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi
asam amino (Lehninger, 1982:139).
3. Uji Xantoprotein
Pada uji xantoprotein, reaksi pada uji xantoprotein didasarkan pada
nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Tidak semua protein
mengandung asam amino yang mengandung cincin benzena. Dari 20 jenis
asam amino, terdapat 3 asam amino yang mengandung gugus benzena (cincin
fenil) yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Jika protein yang mengandung
cincin benzena ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan

11
putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro
yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah
menjadi jingga (Sumardjo,2008:47).
Xanthoprotein ini adalah protein bereaksi dengan HNO3dan
menghasilkan + NaOH berlebih.
Prinsip dari pengujian xanthoprotein adalah nitrasi pada inti benzena
yang terdapat pada molekul protein. Awalnya larutan asam nitrat pekat yang
dicampurkan dengan asam amino yang memiliki cincin aromatik atau struktur
benzen yang dipanaskan akan membentuk suatu turunan nitro yang berwarna
kuning dan garam – garam turunannya akan berwarna jingga bila ditambah
dengan NaOH (Rusdin Rauf,2015:86).
4. Uji Millon
Pada uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan protein maka akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi ini
positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan pepton secara
langsung akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan yang
terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan
protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu
harus dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari
pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi dengan
asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor dapat merusak
kompleks berwarna (Rusdin Rauf,2015:49).

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat : Labolatorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
2. Hari/Tanggal : Senin, 22 April 2019
3. Waktu : Pukul 14.50 WIB – selesai

B. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
a. Tabung reaksi (4 buah)
b. Pipet tetes (4 buah)
c. Penjepit tabung reaksi (4 buah)
d. Rak tabung reaksi (2 buah)
e. Gelas ukur (4 buah)
f. Vorteks
g. Lampu spiritus (2 buah)
2. Bahan yang digunakan
a. Putih telur ayam negeri (Gallus gallus)
b. Putih telur burung puyuh (Coturnix coturnix)
c. Pereaksi Biuret (5 ml)
d. Pereaksi Millon (18 tetes)
e. Larutan Ninhidrin 0,1% (18 tetes)
f. Larutan 𝐻𝑁𝑂3 pekat (5 ml)

13
C. Langkah Kerja
1. Uji Biuret

Dimasukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi

Dimasukkan 3 ml larutan protein ke tabung reaksi

Ditambahkan 2 ml pereaksi Biuret

Aduk dengan Vortex

Diamati perubahan warna larutan

2. Uji Millon

Dimasukkan 1,5 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 1,5 ml larutan


protein

Dikocok sampai terbentuk endapan putih

Dipanaskan di atas lampu spiritus

Diamati pembentukan endapan dan perubahan warna

14
3. Uji Ninhidrin

Dimasukkan 1 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 5 tetes larutan Ninhidrin ke dalam 1 ml larutan


protein

Dipanaskan hingga mendidih

Didiamkan sampai dingin, diamati perubahan warna yang terjadi

4. Uji Xantoprotein

Dimasukkan 3 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml 𝐻𝑁𝑂3 pekat ke dalam 3 ml larutan protein

Dipanaskan di atas lampu spiritus

Didinginkan dengan air keran

Ditambahkan setetes demi setetes larutan NaOH 10% samapai terjadi


perubahan warna

D. Sasaran Pengamatan
1. Uji Biuret : Terbentuknya cincin kompleks berwarna ungu
2. Uji Millon : Terbentuknya endapan putih dan warna larutan
merah.
3. Uji Ninhidrin : Terbentuknya warna biru.
4. Uji Xantoprotein : Terbentuknya perubahan warna jingga.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Uji Biuret
No. Jenis Cara kerja Hasil
telur Pengamatan
1 2 3
1. Ayam Larutan protein+ (+) Ungu (+) Ungu (+) Ungu
Negeri pereaksi Biuret
2. Burung Larutan protein+ (+) Ungu (+) Ungu (+) Ungu
Puyuh pereaksi Biuret pekat pekat pekat

2. Uji Millon
No. Jenis Cara kerja Hasil
telur Pengamatan
1 2 3
1. Ayam Larutan (+) merah (+) merah (+)merah,
Negeri protein+pereaks pekat, muda, endapan
i Millon endapan putih endapan putih putih
2. Burung Larutan (+)merah, (+) merah (+)merah,
Puyuh protein+pereaks endapan putih muda, endapan
i Millon endapan putih putih

3. Uji Ninhidrin
No. Jenis Cara kerja Hasil
telur Pengamatan
1 2 3
1. Ayam Larutan (-) merah (-) merah (-) merah
Negeri protein+pereaksi muda muda muda
Ninhidrin
2. Burung Larutan (-) merah (-) merah (-) merah

16
Puyuh protein+pereaksi muda muda muda
Ninhidrin

4. Uji Xantoprotein
No. Jenis Cara kerja Hasil
telur Pengamatan
1 2 3
1. Ayam Larutan protein + (+) (+) kuning, (+) kuning,
Negeri 𝐻𝑁𝑂3 kuning, endapan endapan
endapan kuning kuning
kuning
Penambahan larutan (+) (+) kuning, (+) kuning,
NaOH kuning, endapan endapan
endapan orange orange
orange
2. Burung Larutan protein + (+) (+) kuning, (+) kuning,
Puyuh 𝐻𝑁𝑂3 kuning, endapan endapan
endapan kuning kuning
kuning
Penambahan larutan (+) (+) orange, (+) orange,
NaOH orange, endapan endapan
endapan orange orange
orange

B. Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan menggunakan bahan telur ayam negeri
dan telur ayam puyuh dan diuji oleh Uji Biuret, Uji Ninhidrin, Uji Millon, dan
Uji Xantoprotein dapat diketahui jika :
1) Uji Biuret
Pada Uji Biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif

17
terhadap dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk asam amino
bebas atau dipeptide. Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptide yang
terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Reaksi positif terhadap senyawa-
senyawa yang mengandung dua gugus : -CH2-NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan -
CONH2 (Yasid, 2006 : 31).
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptide memengaruhi
warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptide memberikan warna biru, tripeptide
ungu, dan tetrapeptide serta peptide kompleks memberikan warna merah.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
putih telur burung puyuh memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
dibandingkan dengan putih telur ayam negeri. Hal ini terlihat jelas dari ketiga
sampel yang diberlakukan kepada masing-masing putih telur. Putuh telur ayam
negeri hasilnya positif terhadap uji ini, dimana didapatkan hasil perubahan warna
menjadi ungu pada ketiga sampel yang ada. Sedangkan untuk putih telur burung
puyuh hasilnya pun juga positif terhadap uji biuret. Dari ketiga sampel putih telur
burung puyuh, semuanya berwarna ungu pekat. Dari sinilah bisa diidentifikais
bahwa putih telur burung puyuh kandungan proteinnya lebih banyak
dibandingkan kandungan protein pada putih telur ayam negeri.
Percobaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Dimana pada Anwar (1994 : 256-257) disebutkan bahwa reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu. Banyaknya asam amino yang terikat pada
ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini.

Grafik Uji Biuret


6

0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) :3

18
2) Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang
mengandung asam amino dengan rantai samping gugus fenolik, akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
Tetapi khusus untuk proteosa dan pepton secara langsung akan menghasilkan
larutan berwarna merah(Fessenden, F dan Fessenden.1994:198).
Endapan yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang
ternitrasi. Jika larutan protein yang dianalisis ada dalam sussana basa, maka
terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan asam, karena dalam basa ion merkuri
dalam pereaksi akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Pada penetralan ini digunakan
asam selain HCl, karena ion Cl- dapat bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan
radikal klor (Cl.). Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksi fenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan
memberikan hasil yang positif (Whitford,2005:221).
Penambahan dengan pereaksi millon membentuk suatu senyawa
kompleks. Adanya ikatan-ikatan peptida dari gugus karboksil dengan pereaksi
membentuk suatu senyawa yang dengan pemanas dihidrolisa menjadi
phenylpeptida atau gugus aromatik (Poedjiadi,1994:117) Fungsi pemanasan
adalah untuk membuat protein mengalami denaturasi atau kerusakan, sehingga
diharapkan molekul protein yang terdiri dari banyak polipeptida dapat terputus
menjadi molekul-molekul penyusunnya yang lebih kecil, sehingga hal ini
diharapkan dapat mempercepat reaksi. Senyawa aromatik atau gugus aromatik
adalah senyawa organik yang memiliki gugus fenil. Senyawa aromatik bersifat
karsinogenik genetoxic, yang tidak ada batas aman untuk terkena resiko kanker.
Contoh dari senyawa aromatik adalah Benzena (John,1989:281).
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber
protein hewani yang memiliki rasa lezat ,mudah dicerna dan bergizi tinggi.
Teknik pengolahan telur telah banyak dilakukan untuk meningkatkan daya tahan
serta kesukaan konsumen (Irmansyahdan Kusnadi,2009:31).Telur mempunyai

19
cangkang, selaput cangkang, putih telur (albumin) dan kuning
telur(Jacqueline,2000:177).
Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin pada
protein. Larutan albumin yang ditambahkan 5 tetes pereaksi millon lalu dikocok
hingga ada endapan putih setelah didapatin adanya endapan dipanaskan dengan
spirtus hingga mendidih lalu didinginkan , menghasilkan endapan berwarna merah
bata yang menunjukkan bahwa reaksinya positif pada telur ayam negeri dan telur
buyung puyuh.
Namun jika dibandingkan jumlah protein yang lebih banyak pada saat uji
Millon adalah protein pada telur burung puyuh hal ini sudah sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa telur puyuh yang mempunyai ukuran mungil ini
memiliki kandungan protein bahkan lebih tinggi dari telur ayam. Setidaknya
kandungan protein pada telur puyuh sekitar 13%, lebih tinggi sekitar 2% dari
kandungan protein yang terkandung telur ayam. Salah satu protein dalam telur
puyuh adalah ovomucoid. Jenis protein ini berfungsi menghambat reaksi alergi
dalam tubuh. Karena fungsi tersebut, ovomucoid ini digunakan sebagai bahan
dasar obat anti alergi. Memanfaatkan telur puyuh sebagai obat anti alergi alami
adalah manfaat lainnya dari mengkonsumsi telur puyuh( Sukayawan, M.2011:71)
Hasil reaksi uji Millon:

Grafik Uji Millon


4
3
2
1
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

20
Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) :3

3) Uji Ninhidrin
Uji ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino
secara umum. Semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-
amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang
berwarna biru. Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin
dengan hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini,
dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino bebas dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang
dilepaskan. Protein yang mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan
gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin.Prolin,
hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat menghasilkan senyawa
berwarna kuning (hasil positif).Beberapa amina seperti anilin dengan uji
ninhidrin memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna
ungu juga menunjukkan sampel mengandung asam amino (hasil positif). Jika
terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah) maka uji negatif.
Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.
Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino
(Lehninger, 1982:139).
Reaksi uji Ninhidrin (Bintang M ,2010)

Metode yang digunakan untuk percobaan ini, yaitu 1ml larutan


protein dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 5 tetes

21
larutan ninhidrin. Setelah kedua larutan dicampur tabung reaksi dipanaskan
secara langsung tanpa penangas. Pemanasan yang dilakukan pada tiap uji
percobaan bertujuan untuk koagulasi protein sehingga tidak dapat larut dalam
air dan terbentuknya endapan. Langkah terakhir adalah tabung reaksi
didiamkan sampai dingin dan diamati reaksinya.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel telur ayam yang diuji
bereaksi negatif dan juga pada sampel telur puyuh hasil ujinya negative.
Kedua sampel menghasilkan kompleks warna merah. Hasil percobaan ini
tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya uji ninhidrin bereaksi positif
dengan terbentuknya warna kuning,biru, atau ungu. Jadi, pada telur ayam dan
telur bebek tidak mengandung gugus amino bebas.

Grafik Uji Ninhidrin


1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) :3

4) Uji Xantoprotein
Uji xantoprotein bertujuan untuk menunjukkan adanya asam amino dengan inti
benzen. Pada uji ini menunjukkan reaksi positif jika ditandai dengan adanya
warna kuning setelah penambahan 𝐻𝑁𝑂3 dan pemanasan. Pada penambahan
alkali memberi warna orange. Reaksi ini terjadi karena nitrasi inti benzen (cincin
fenil) pada asam amino. Protein yang mengandung asam amino dengan inti
benzen akan bereaksi positif (Suryani,2016:26).

22
Uji ini digunakan untuk menguji adanya gugus benzena (cincin fenil).
Asam amino yang menunjukkan reaksi positif adalah tirosin, penilalain, dan
tryptophan. Kebanyakan dari pritein-protein bila ditambahkan dengan asam nitrat
pekat akan memberikan warna kuning atau endapan kuning
(Sastrohamidjojo,2005:147).

Pada penambahan senyawa lakali, warna kuning akan hilang dan berubah
menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi
dengan alkali. Semakin banyak inti benzen yang ada, maka semakin orange warna
larutannya. Warna jingga ini jika diasamkan kembali akan berubah kembali
menjadi kuning (Khoiriah,2012:51).

Reaksi uji xantoprotein :

(Fessenden.1982:135)

Pada percobaan ayam negeri menghasilkan hasil positif pada ketiga


pengulangan. Pengulangan pertama, kedua, dan ketiga memiliki hasil yang sama
yaitu saat putih telur ayam negeri ditambah 𝐻𝑁𝑂3 menghasilkan warna kuning
dan endapan kuning pula. Dan saat ditambahkan dengan NaOH pada pengulangan
pertama, kedua, dan ketiga sama-sama menghasilkan warna kuning dengan
endapan berwarna orange.

Percobaan pada ayam negeri telah sesuai dengan teori yang ada karena
apabila larutan protein ditambah dengan larutan 𝐻𝑁𝑂3 akan membentuk larutan
berwarna kuning dengan endapan kuning, dan jika ditambah dengan larutan
NaOH yang merupakan senyawa alkali akan menghasilkan warna kuning muda
sampai jingga atau orange dengan endapan orange. Hal ini dikarenakan adanya
inti benzen. Pada percobaan kali ini saat penambahan NaOH yang muncul yaitu
warna larutan kuning dengan endapan orange. Sehingga percobaan dengan ayam
negeri menghasilkan hasil positif mengandung gugus benzena.

23
Pada percobaan burung puyuh menghasilkan hasil positif pada ketiga
pengulangan. Pengulangan pertama, kedua, dan ketiga memiliki hasil yang sama
yaitu saat putih telur burung puyuh ditambah 𝐻𝑁𝑂3 menghasilkan warna kuning
dan endapan kuning pula. Dan saat ditambahkan dengan NaOH pada pengulangan
pertama, kedua, dan ketiga sama-sama menghasilkan warna orange dengan
endapan berwarna orange.

Percobaan pada burung puyuh telah sesuai dengan teori yang ada karena
apabila larutan protein ditambah dengan larutan 𝐻𝑁𝑂3 akan membentuk larutan
berwarna kuning dengan endapan kuning, dan jika ditambah dengan larutan
NaOH yang merupakan senyawa alkali akan menghasilkan warna kuning muda
sampai jingga atau orange dengan endapan orange. Hal ini dikarenakan adanya
inti benzen. Pada percobaan kali ini saat penambahan NaOH yang muncul yaitu
warna larutan orange dengan endapan orange. Sehingga percobaan dengan burung
puyuh menghasilkan hasil positif mengandung gugus benzena.

Pada percobaan ayam negeri dan burung puyuh menghasilkan hasil yang
positif. Dan telah sesuai dengan teori. Ada sedikit perbedaan pada hasil
penambahan NaOH pada ayam negeri dan burung puyuh. Pada ayam negeri ketiga
pengulangan menghasilkan larutan kuning dengan endapan orange, sedangkan
pada burung puyuh menghasilkan larutan orange dan endapan orange. Ini
menunjukkan bahwa gugus benzena pada putih telur burung puyuh lebih panjang
daripada gugus benzena telur putih ayam negeri. Dikarenakan menurut teori,
Semakin banyak inti benzen yang ada, maka semakin orange warna larutannya
(Khoiriah.2012:51).

Grafik Uji Xantoprotein


(larutan protein + NHO3)
4

0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

24
(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) :3

a. Penambahan larutan NaOH

Grafik Uji Xantoprotein


(penambahan larutan NaOH)
4

0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) :3

25
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji protein pada putih telur Gallus domesticus
(ayam negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung puyuh) dapat
disimpulkan bahwa :

1. Kandungan protein yang terdapat pada putih telur Gallus domesticus (ayam
negeri) dan putih telur Coturnix coturnix (burung puyuh) menggunakan uji
biuret, uji ninhidrin, uji xantoprotein, dan uji millon dapat dilihat dari warna
larutan dan endapan pada larutan, yaitu sebagai berikut:
a. uji biuret :
1) Telur ayam negeri : larutan ungu (++)
2) Telur burung puyuh : larutan ungu pekat (+++)
b. uji ninhdrin :
1) Telur ayam negeri : larutan merah muda (-)
2) Telur burung puyuh : larutan merah muda (-)
c. uji xantoprotein :
1) Telur ayam negeri :
a) Larutan protein+HNO₃ : larutan kuning, endapan kuning
(++)
b) Penambahan larutan NaOH : larutan kuning, endapan
orange (+++)
2) Telur burung puyuh :
a) Larutan protein+HNO₃ : larutan kuning, endapan kuning
(++)
b) Penambahan larutan NaOH : larutan orange, endapan
orange (+++)
d. uji millon :
1) Telur ayam negeri : larutan merah pekat, endapan putih (+++)
2) Telur burung puyuh : larutan merah, endapan putih (++)

26
2. Dapat dilihat dari warna larutan dan endapan larutan dengan menggunakan
uji biuret, uji ninhidrin, uji xantpprotein, dan uji millon, telur yang memiliki
kandungan protein yang banyak yaitu telur Coturnix coturnix (burung puyuh)
karena memiliki warna larutan dan endapan yang lebih pekat di banding telur
Gallus domesticus (ayam negeri). Telur puyuh mengandung 13 persen
protein, sedangkan telur ayam hanya mengandung 11 persen saja.
a. Uji Biuret

Grafik Uji Biuret


5
4
3
2
1
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) : 3

b. Uji Millon

Grafik Uji Millon


3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

27
Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) : 3

c. Uji Ninhidrin

Grafik Uji Ninhidrin


1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) : 3

d. Uji Xantoprotein
a. Larutan Protein + HNO3

Grafik Uji Xantoprotein (larutan protein +


NHO3)
2.5

1.5

0.5

0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (+) :1

28
(++) :2 (+++) : 3

b. Penambahan larutan NaOH

Grafik Uji Xantoprotein (penambahan


larutan NaOH)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Telur Ayam Negeri Telur Burung Puyuh

Keterangan grafik :

(-) :0 (++) :2

(+) :1 (+++) : 3

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan ada beberapa saran yang
bisa kami berikan untuk praktikum ini antara lain :
1. Memilih telur degan kualitas dan kuantitas yang hampir sama seperti berat
dan usia telur tersebut, karena perbedaan berat dan usia dari telur tersebut
juga akan mempengaruhi kandungan (kuantitas) protein yang terdapat di
dalamnya. Selain itu apabila telur tersebut sudah lama tentu kandungan
protein yang terkandung di dalamnya juga berbeda dengan telur yang baru.
2. Memisahkan kuning telur dan putih telur dengan baik dan benar, karena
apabila pemisahan tidak dilakukan dengan baik dan benar akan
memberikan kandungan protein yang berbeda karena kandungan lain
dalam kuning telur bisa saja ikut masuk ke pada saat dilakukan percobaaan
padahal percobaan hanya menggunakan putih telur.
3. Melakukan percobaan secara bersamaan agar ada pembanding yang jelas
dan dapat dibedakan, karena pada saat praktikum praktikan melaksanakan

29
percobaan secara terpisah, sehingga perbandingan hasil uji pada putih telur
ayam dan putih telur puyuh kurang terlihat jelas dan hanya terlihat dari
foto hasil percobaan yang telah dilakukan.
4. Melakukan percobaan dengan lebih teliti dan hati-hati, agar hasil
praktikum lebih akurat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
DeMan, John M. 1997. Kimia Makanan Bandung :ITB.
Dwiyanto, K dan Prijono, N. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati.
Yogyakarta: Garaha Ilmu.
Fessenden, F dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
John M. 1989. Kimia Makanan. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Keenan,W.C. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Komala, I. 2008. Kandungan GIzi Produk Peternakan. Student Master animal
Science, Fac. Agriculture-UPM.
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Semarang: Eka
Offset.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Poedjiadi. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press
Rasyaf, M. 1991. Memelihara Burung Puyuh.Yogyakarta: Kanisius.
Rauf, Rusdin. 2015.Kimia Pangan. Yogyakarta: Andi.
Rose, S. P.2001. Principles Of Poultry Science. CAB Interntional.
Saerang, J. L. P. 1997. Pengaruh Minyak Nabati Dan Lemak Hewani Dalam
Ransum puyuh Petelur Terhadap Performans, Daya Tetas, Kadar
Kolesterol Telur, Danplasma Darah. Pasca Sarjana Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Silva, W. A. 2008. Quail Egg Yolk (Coturnix Coturnix Japonica) Enriched With
Omega-3 Fatty Acids. LWT -Food Science and Technology 42 (2009)
660–663.
Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudaryani. 2003. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.

31
Sukaryawan, Made. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Palembang: Universitas
Sriwijaya Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Suprapti, M.L. 2006. Pengawetan Telur.Yogyakarta: Kanisius.
Suprijatna, E. et al. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syamsir, E. 1993. Studi Komparatif Sifat Mutu dan Fungsional Telur Puyuh dan
Telur Ayam Ras. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Syarief, R dan Irawati. 1990. Pengetahuan Bahan Pangan untuk Industri
Pertanian. Jakarta: PT. Medratama Sarana Prakasa.
Whitford, David.2005.Protein Structure and Function. England: John Willey and
Sons.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia
Yazid E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta : ANDI.

32
LAMPIRAN

Alat yang digunakan Telur burung puyuh

Telur ayam negeri Putih telur burung puyuh

Uji Biuret Telur Ayam Uji Biuret Telur Burung Puyuh

33
Uji Millon Telur Ayam Uji Millon Telur Puyuh

Uji Ninhidrin Telur Ayam Uji Ninhidrin Telur Puyuh

Uji Xanthoprotein Telur Ayam


Uji Xanthoprotein Telur Puyuh

34

Anda mungkin juga menyukai