Anda di halaman 1dari 85

PENUNTUN PRAKTIKUM

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

oleh :
Tim Praktikum
Manajemen Ternak Unggas

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Modul praktikum ini merupakan bagian dari matakuliah Manajemen Ternak


Unggas, yang isinya dari mulai fumigasi mesin tetas sampai pasca panen unggas. Materi
pada modul ini dititik beratkan pada ayam ras baik pedaging maupun petelur dan sedikit
disinggung mengenai unggas lainnya. Hal ini dikarenakan industri perunggasan di
Indonesia yang paling pesat adalah ayam ras. Dengan bekal pengetahuan ini diharapkan
mahasiswa dapat beternak unggas secara mandiri, lebih jauhnya dapat bekerja pada
perusaan peternakan unggas.
Hasil belajar yang ingin dicapai setelah menguasai modul praktikum ini yaitu
mahasiswa diharapkan menambah wawasan pengetahuan Manajemen Ternak Unggas,
mengerti dan mampu mengaplikasikannya di lapangan.
Agar mahasiswa dapat mengikuti materi praktikum Manajemen Ternak Unggas,
maka harus mengikuti petunjuk sebagai berikut :
1. Bacalah setiap materi yang akan dipraktikumkan sehari sebelum praktikum.
2. Perhatikan dan tanyakan setiap materi yang dijelaskan oleh pengajar.
3. Gunakan buku-buku pendukung, agar lebih memahami dari materi yang akan
dipraktikumkan.
4. Usahakan untuk mengikuti kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
5. Kerjakan lembar kerja dan pertanyaan setiap materi praktikum.
Modul praktikum ini masih perlu penyempurnaan, oleh karena itu saya sebagai
penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan materi modul
praktikum ini. Semoga modul praktikum ini ada manfaatnya.

Jatinangor, September 2019

Tim Penulis
TATA TERTIB

• Setiap individu yang telibat dalam pelaksanaan praktikum harus berlaku sopan, santun
dan menjunjung etika akademik serta saling menghargai dalam pelaksanaan
praktikum.
• Setiap individu yang terlibat dalam pelaksanaan praktikum wajib menjaga kebersihan
dan kenyamanan ruang laboratorium dan atau tempat praktikum lainnya.
• Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan praktikum wajib memakai jas/pakaian
laboratorium.
• Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan praktikum dilarang merokok, makan dan
minum, membuat kericuhan selama kegiatan praktikum.
• Peserta praktikum dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di
laboratorium dan atau tempat praktikum lainnya yang tidak sesuai dengan acara
praktikum mata kuliah.
• Peserta praktikum membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum dan
mengembalikannya kepada laboran.
• Peserta praktikum tidak boleh menggunakan handphone untuk pembicaraan dan atau
mengirim pesan (SMS) selama kegiatan praktikum.
• Peserta praktikum wajib membawa modul praktikum dan memakai name tag selama
praktikum berlangsung.
• Peserta praktikum wajib hadir 5 (lima) menit sebelum praktikum berlangsung.
Mahasiswa yang terlambat wajib lapor kepada asisten.
DAFTAR ISI

Praktikum Halaman

1. Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas ........................................ 1

2. Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas ............................................... 10

3. Penetasan Telur Tetas ................................................................. 17

4. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler .................................... 30

5. Recording ................................................................................... 36

6. Vaksinasi Ayam ......................................................................... 42

7. Menyusun Ransum Unggas ........................................................ 48


8. Pemotongan Paruh ...................................................................... 62

9. Boneless ..................................................................................... 68

10. Analisis Usaha Ayam Broiler ..................................................... 75


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

CARA KERJA DAN FUMIGASI MESIN TETAS

Pokok Bahasan : Tatalaksana Penetasan Telur Unggas


Sub Pokok Bahasan : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

1.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan mengerti cara kerja dari mesin tetas.
2. Mengetahui dan melaksanakan cara fumigasi mesin tetas yang benar.

1.2. Landasan Teori


Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang
sudah dibuahi. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
dan melalui penetasan buatan (mesin tetas).
Kekurangan penetasan telur secara alami menggunakan induk ayam atau entog
dibandingkan dengan mesin tetas, yaitu dalam hal kapasitas telur yang dapat ditetaskan.
Telur yang dieramkan dengan menggunakan induk ayam berkisar antara 10 - 15 butir
setiap kali pengeraman, sedangkan menggunakan mesin tetas setiap pengeraman dapat
menampung lebih banyak telur.
Keuntungan lainnya dalam penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas yaitu:
1. Tingkat keberhasilan penetasan lebih besar. Kalaupun ada telur yang tidak dapat
menetas, karena bibit mati atau tidak dibuahi oleh pejantan, maak telur tadi dapat
dipisahkan dan masih cukup baik untuk dimakan.
2. Dengan menggunakan mesin tetas, telur dapat ditetaskan terus menerus, tanpa
dipengaruhi musim atau cuaca.
3. Anak ayam yang telah menetas dapat lebih terjamin kelangsungan hidupnya.
4. Induk ayam tidak perlu berhenti dalam memproduksi telurnya yang diakibatkan oleh
masa pengeraman.
Mesin tetas modern ataupun mesin tetas konvensional pada dasarnya terdiri dari
beberapa bagian yaitu lemari (kotak) mesin tetas, tempat menyimpan telur, sumber panas,
pengatur suhu, pengatur kelembaban. Perbedaan kedua bentuk mesin tetas tersebut
terutama kapasitas telur yang dapat ditampung, bahan lemari (kotak) mesin tetas, sumber
panas, tempat pengeraman penetasan, pembalikkan telur, dan pengatur kelembaban.
Secara rinci kedua perbedaan mesin tetas tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perbedaan Spesifikasi Mesin Tetas Modern dan Mesin Tetas Konvensional

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 1


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Spesifikasi Mesin Tetas Modern Mesin Tetas Konvensional


Kapasitas Telur 5.000 – 100.000 butir Rata-rata 100 butir
Bahan Kotak (Lemari) Stainless steel, kayu Kayu, triplek, melamin
Mesin Tetas
Sumber panas Kumparan atau elemen dari Nikelin, lampu, cempor
arus listrik (lampu teplok), kombinasi
Tempat pengeraman Setter & hatcher terpisah Setter & hatcher bersatu
Pembalikkan telur Otomatis Manual
Pengatur suhu Secara electric Thermostat
Pengatur Kelembaban Secara electric dengan Baki air
sprayer
Mesin tetas yang akan dibahas pada praktikum ini yaitu mesin tetas konvensional
yang sering digunakan oleh peternak unggas untuk menetaskan ayam buras, itik dan
puyuh. Pada prinsipnya mesin tetas konvensional terdiri dari beberapa bagian meliputi
kotak mesin tetas, rak telur, tempat air (pengatur kelembaban), dan pengatur suhu.

Kotak Mesin Tetas


Kotak mesin tetas dapat dibuat dari bahan apa saja, yang terpenting panas yang
dihasilkan dari sumber pemanas tetap stabil dan aman bagi pengguna (user) mesin tetas.
Biasanya kotak mesin tetas dibuat dari bahan kayu, triplek, dan melamin. Gambar kotak
mesin tetas sederhana tertera pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Kotak Mesin Tetas Sederhana


Rak Telur
Rak telur merupakan bagian mesin tetas yang sangat berperan terhadap keberhasilan
program penetasan telur. Rak telur dibuat dengan memperhatikan beberapa syarat,
diantaranya adalah panas yang diterima merata, telur tidak terganggu, mudah dibalikkan
dan dikontrol, mudah dikeluarkan dari mesin, dan kedudukan telur dapat diatur sehingga
bagian tumpul menghadap ke atas. Ukuran dari rak telur untuk semua model rak telur
(dijelaskan pada bagian selanjutnya) disesuaikan dengan bagian dalam kotak.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 2


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Berdasarkan syarat-syarat tersebut, model rak telur yaitu : Rak Telur Sederhana
(Gambar 1.2.), Rak Telur Yang Dilipat (Gambar 1.3.), Rak Telur Dengan Dasar Jeruji
(Gambar 1.4.), dan Rak Telur Dengan Pengatur Posisi (Gambar 1.5.)

Gambar 1.3. Rak Telur Dilipat


Gambar 1.2. Rak Telur Sederhana

Gambar 1.4. Rak Telur Dasar Besi Jeruji


Gambar 1.5. Rak Telur Dengan Pengatur Posisi

Pengatur Kelembaban (Bak Air)


Pengatur kelembaban pada mesin tetas konvensional diatur secara manual dengan
menggunakan bak air. Bak air bisa dibuat dari seng yang ukurannya lebih kecil dengan
ukuran dalam mesin tetas atau bisa juga tempat yang terbuat dari plastik yang sudah jadi.
Bentuk bak air tersaji pada Gambar 1.6. dan 1.7

Gambar 1.6. Penampungan Air (Bak Air)

Gambar 1.7. Bak Air Dari Plastik

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 3


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Sumber Pemanas
Mesin tetas yang dibuat merupakan mesin tetas kombinasi menggunakan dua
sumber panas yaitu lampu tempel dan listrik. Penggunaan mesin tetas kombinasi
mempunyai keuntungan yaitu bila listrik mati, bisa menggunakan lampu tempel.

Alat Pengukur Temperatur


Pengukur suhu berupa thermometer khusus untuk penetasan ataupun thermometer
ruangan.

Termoregulator
Termoregulator yang digunakan pada mesin tetas kombinasi yaitu termoregulator
ganda, yang dapat dibeli di Missouri (daerah Bandung).
Termoregulator terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Kapsul
Kapsul ini berupa pelat kuningan tipis yang di dalamnya berisi larutan eter. Eter ini
biasnya akan mengembang atau menipis bila terjadi perubahan suhu. Eter mudah
menguap kalau dipanaskan. Kerja eter dimanfaatkan untuk mengangkat atau
menurunkan pen setang termoregulator yang terletak di atasnya. Gambar kapsul dapat
dilihat pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8. Kapsul Thermoregulator


Tombol pengatur
Tombol pengatur berguna untuk mengatur kedudukan termostat pada suhu yang
sudah ditentukan. Tombol ini berhubungan langsung dengan kapsul, sehingga
pengaturan suhu dimulai dari tombol ini.
Setang dimasukkan dalam sebuah pipa yang berlubang. Setang pada pipa berhubungan
langsung dengan tangkai termoregulator. Penampang tombol pengatur dapat dilihat pada
Gambar 1.9.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 4


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Gambar 1.9. Penampang Tombol Pengatur

Tangkai Termoregulator
Tangkai ini berguna untuk mengangkat tutup pipa dan berfungsi dengan baik bila
dihubungkan dengan kapsul. Pada tangkai ini digunakan pemberat untuk mengatur
keseimbangan. Penampang tangkai thrmoregulator dapat dilihat pada Gambar 1.10.

Gambar 1.10. Penampang Tangkai Thermoregulator

1.3. Alat dan Bahan Praktikum


1.3.1. Alat :
 Mesin tetas
 Cawat petridis
 Gelas Ukur
 Labu Erlenmeyer
 Timbangan O’ haus
 Alat ukur (meteran)
 Mesin Tetas

1.3.2. Bahan :
 KMnO4
 Formalin (H2CO) 40 %

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 5


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

1.4. Cara Kerja


1.4.1. Cara Kerja Mesin Tetas
 Pengaturan suhu dilakukan dengan cara mengatur sekrup pada thermoregulator
yang disesuaikan dengan suhu pada thermometer yang terdapat dalam mesin
tetas.
 Putaran sekrup searah jarum jam mengakibatkan penurunan suhu, sedangkan
pemutaran sekrup berlawanan arah jarum jam meningkatkan suhu. Sekrup ini
berfungsi untuk menahan kawat (besi) dalam pipa besi yang berhubungan
dengan kapsul.
 Pemutaran sekrup harus dilakukan dengan hati-hati, karena bila rotasi putaran
sekrup terlalu banyak baik searah ataupun berlawanan dengan jarum jam akan
menyebabkan temperatur dalam mesin tetas tertalu rendah ataupun terlalu tinggi.
 Mula-mula panas yang disalurkan ke dalam mesin tetas yang berasal dari kawat
nikelin akan mengembangkan kapsul dan mendorong besi (kawat) dalam setang
besi (pipa besi), sehingga tangkai thermoregulator terangkat ke atas
menyebabkan terputusnya aliran listrik dan panas yang dihantarkan kawat
nikelin terputus pula. Bila suhu mesin tetas turun maka kapsul mengempis yang
mengakibatkan aliran listrik tersambung dan panas dihantarkan kembali melalui
kawat nikelin.
 Begitu juga dengan lampu tempel, udara panas yang dialirkan melalui pipa seng
masuk ke dalam ruang mesin tetas, sehingga kapsul mengembang serta
mendorong kawat dalam pipa besi yang mengakibatkan tangkai thermoregulator
terangkat ke atas dan tutup seng terangkat. Dengan demikian sebagian panas
dari lampu tempel dibuang keluar. Bila suhu mesin tetas turun maka kapsul
mengempis yang mengakibatkan tangkai thermoregulator turun sehingga tutup
seng menutup dan panas dihantarkan kembali melalui pipas seng ke dalam mesin
tetas.
 Untuk lebih jelas cara kerja mesin tetas dapat dilihat pada Gambar 1.11.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 6


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Gambar 1.11. Penampang Melintang Mesin Tetas Kombinasi

1.4.2. Fumigasi Mesin Tetas


1. Ukur volume mesin tetas dengan alat ukur (meteran) yaitu panjang, lebar dan
tinggi dari mesin tetas bagian dalam. Selanjutnya nilai volume yang saudara
dapatkan konversikan pada Tabel 1.2.
2. Tutup semua ventilasi atau lubang pada mesin tetas dengan menggunakan kertas
bekas atau kertas koran.
3. Hitung kebutuhan KMn04 dan formalin 40 % sesuai dengan volume mesin tetas
pada konsentrasi 3 kali.
4. Timbang KmnO4 dengan menggunakan neraca O’haus sesuai dengan
perhitungan yang saudara dapatkan, setelah itu tempatkan KmnO4 pada cawan
petridis.
5. Ukur volume formalin 40 % dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan
perhitungan yang saudara dapatkan, lalu masukkan cairan formalin 40 % pada
labu erlenmeyer.
6. Tempatkan cawan petridis yang berisi KMnO4 pada tempat penyimpanan telur
tetas dalam mesin tetas, lalu tuangkan larutan formalin 40 % yang terdapat dalam
labu erlenmeyer secara hati-hati ke cawan petridis.
7. Tutup pintu mesin tetas dengan segera, agar gas yang timbul tidak sampai ke luar
dari dalam mesin tetas.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 7


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Tabel 1.2. Fumigasi Formaldehide untuk volume ruang 2,83 m3

Konsentrasi KMnO4 (g) Formalin 40 % (cc/ml)


1 kali 20 40
2 kali 40 80
3 kali 60 120
4 kali 80 160
5 kali 100 200
Sumber : North dan Bell, 1990
Contoh :
Misal mesin tetas mempunyai panjang = 50 cm, lebar = 50 cm, dan tinggi 50 cm,
maka volume mesin tetas yaitu 0,5 x 0,5 x 0,5 = 0,125 m3.
Untuk fumigasi dilakukan konsentrasi 3 kali, jadi jumlah untuk :

KMnO4 :

0,125
x 60  2,65 g
2,83
Formalin :

0,125
x 120  5,3 ml
2,83
1.5. Pertanyaan
1. Sebutkan keuntungan menetaskan telur dengan mesin tetas dibandingkan
dengan alami oleh induk ayam, entog ataupun angsa.
2. Berdasarkan aliran udara, mesin tetas yang saudara gunakan di Laboratorium
Produksi Ternak Unggas disebut apa ?
3. Sebutkan sumber panas yang dihasilkan pada mesin tetas ?
4. Apa perbedaan antara mesin tetas konvensional dengan mesin tetas modern ?
5. Sebutkan kapasitas telur yang dapat di tetaskan dalam mesin tetas?
6. Jelaskan berapa cara fumigasi pada mesin tetas ?
7. Mengapa fumigasi mesin tetas dilakukan dengan konsentrasi 3 kali?
8. Sebutkan ada berapa bentuk rak telur pada mesin tetas konvensional ?
9. Mengapa mesin tetas perlu difumigasi ?
10. Sebutkan perusahaan yang mengeluarkan mesin tetas modern ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 8


Praktek -1 : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Perhitungan
Panjang mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Lebar mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Tinggi mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Volume mesin tetas =. ...... m3
Kebutuhan KmnO4 = ........................................................... g
Kebutuhan Formalin = ........................................................... g

Tabel Pengamatan Fumigasi Mesin Tetas

Nomor Volume Kekuatan Dosis Fumigasi Lama waktu


Mesin Ruangan Fumigasi KmnO4 Formalin 40 % fumigasi
Tetas ( cm )3 (kali) (menit)
(g) (ml)

Sumedang, September 2019


Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 1 - Hal 9


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

SELEKSI DAN FUMIGASI TELUR TETAS

Pokok Bahasan : Tatalasana Penetasan Telur Unggas


Sub Pokok Bahasan : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

2.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan mengerti kegunaan seleksi dan fumigasi telur tetas.
2. Melaksanakan seleksi dan fumigasi telur tetas dengan benar.

2.2. Landasan Teori


Seleksi Telur Tetas
Untuk menghasilkan daya tetas yang tinggi pada telur tetas, perlu dilakukan seleksi
telur tetas. Terdapat beberapa kriteria dalam seleksi telur tetas meliputi : bobot telur,
bentuk telur, kualitas kerabang, kebersihan telur, kualitas interior (bagian dalam) telur
dan warna kerabang. Namun warna kerabang tidak merupakan keharusan dalam seleksi
telur tetas.

Bobot Telur
Bobot telur tetas yang seragam akan menghasilkan anak ayam yang seragam.
Sebaliknya kalau bobot telur beragam telur-telur tetas tidak akan serempak menetas.
Bobot telur berkaitan erat dengan bobot tetas (bobot anak ayam). Bobot tetas biasanya
berkisar antara 62 – 68 % dari berat telur tetas. Semakin berat bobot telur semakin berat
bobot DOC, begitu pula sebaliknya. Namun bobot telur terlalu berat atau kecil, akan
menyebabkan daya tetas rendah dibandingkan dengan bobot normal. Oleh karena itu
perlu diperhatikan bobot telur tetas yang ideal.
Bobot telur yang ideal :
- Ayam ras : 55 – 65 g
- Ayam kampung : 35 – 45 g
- Itik : 65 – 75 g
- Puyuh : 9 – 11 g
Bentuk Telur
Bentuk telur yang baik adalah ovoid (tidak bulat dan dan tidak lonjong). Bentuk
terlalu lonjong atau terlalu bulat, maka daya tetas rendah. Hasil penelitian membuktikan
bahwa telur bentuk ovoid dapat menetas hingga 70 – 75 %, sedangkan yang bulat atau

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 10


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

lonjong hanya menetas 30 – 35 %. Bentuk telur berhubungan dengan keturunan tetapi


dapat diperbaiki melalui seleksi.
Kualitas Kerabang
Kualitas kerabang sangat menentukan terhadap daya tetas telur, terutama mengenai
ketebalan kerabang. Kerabang yang tebal ataupun tipis kurang baik untuk ditetaskan.
Telur yang kerabangnya tebal, benjol, bintik-bintik, kotor, keriput, atau kerabangnya
retak biasanya jarang menetas atau daya tetasnya berkurang. Hal ini dipengaruhi faktor
genetik, makanan, suhu lingkungan, dan penyakit. Ketebalan kerabang ayam yang baik
yaitu 0.33 - 0.35 mm.
Warna Telur
 Bisa menyebabkan perbedaan daya tetas.
 Warna yang lebih gelap dapat menghasilkan daya tetas lebih tinggi.
 Biasanya pada ayam dengan warna kerabang lebih gelap daya tetasnya lebih tinggi,
sedangkan pada itik sebaliknya.
Warna Daya Tetas Daya tetas
(dari yang fertil) (dari semua telur)
Very Light Brown 71,1 64,1
Light Brown 76,1 66,9
Medium Brown 78,9 70,5
Medium Dark Brown 81,8 76,0
Dark Brown 81,8 74,5
Very Dark Brown 84,1 72,1
Umur Telur Tetas
Telur tetas yang baik untuk ditetaskan harus yang berumur antara satu sampai
dengan tujuh hari, yang paling optimal umur empat hari. Telur yang terlalu lama disimpan
dapat mengakibatkan terjadinya kematian embrio pada hari ke-2 hingga ke-4. Bila terjadi
perkembangan embrio tidak sempurna, karena tidak dalam lingkungan yang sesuai.
Sebaiknya telur tetas yang digunakan umurnya seragam, bila telur tetas terlalu beragam,
telur tidak serempak menetas.
Kebersihan Telur
Telur-telur yang akan ditetaskan hendaknya dalam keadaan bersih. Telur yang
kotor dan terkontaminasi bakteri dapat mengakibatkan telur membusuk dan meledak
dalam di dalam mesin tetas. Kebersihan telur ini dapat dilihat dari keadan bagian luar
kerbang telur.
Telur yang kotor dilakukan pencucian atau pembersihan, namun sebaiknya
diupayakan agar telur tetas yang akan ditetaskan bersih alami bukan karena dicuci atau

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 11


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

dibersihkan. Bila terpaksa telur harus dicuci atau dibersihkan terdapat beberapa cara
pencucian atau pembersihan telur. Pembersihan telur secara basah yaitu dicuci
menggunakan air hangat atau desinfektan khusus untuk pencucian telur dengan
menggunakan lap atau tissue, dan pembersihan telur secara kering yaitu menggunakan
ampelas halus.
Kualitas Interior
 Adanya blood/meat spot, bubbly air cell (bergelembung), tremulous air cell
(bergerak), waterry white (encer) maka daya tetas rendah bila dibandingkan dengan
yang normal.
 HU (Haugh Unit) tinggi, maka daya tetas tinggi. Jadi ada kaitannya dengan
kekentalan putih telur. Bila dicandling telur yang gambaran yolknya kurang jelas
maka daya tetas lebih tinggi 10-15 % daripada gambaran yolk yang jelas.
Metode Sanitasi Telur Tetas
Sanitasi telur tetas (melalui kerabang) hanya effektif membunuh mikroorganisme
yang berada pada kerabang, oleh karena itu menurunkan jumlahnya yang akan masuk.
Selain itu akan mencegah penyebaran mikroorganisma dari telur ke telur bila telah
disimpan dalam mesin tetas. Berbagai cara dilakukan, yang penting lakukan segera
setelah ditelurkan.

Lima Cara yang Umum digunakan :


(1) Formaldehyde gas
Telur tetas yang baru ditelurkan sebaiknya difumigasi dengan kekuatan 3 kali
selama 20 menit, sedangkan untuk telur tetas yang masuk mesin tetas difumigasi dengan
kekuatan 2 kali selama 20 menit di dalam lemari khusus. Ini sangat baik untuk
membunuh mikroorganisma secara langsung, karena gas mudah untuk memfumigasi telur
dalam jumlah banyak.
(2) Quatenary Amonia
Disemprotkan pada telur dengan larutan hangat-hangat kuku yang mengandung 200
ppm. Keuntungannya dapat segera dilakukan setelah telur diambil dari sarang.
Kelemahannya mengurangi daya kerja bila telur tertutup bahan-bahan organik (telur yang
kotor).

(3) Chlorine dioxide


Cara ini mungkin paling baik untuk membunuh bakteri. Disemprotkan dengan
konsentrasi 80 ppm dan dilakukan pada telur yang telah diambil dari sarang dan
ditempatkan pada flats atau tray.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 12


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

(4) Ozone (O3)


Biaya dapat lebih rendah & dilakukan pada lemari yg tertutup rapat dengan dosis yg
baik pada 1000 ppm. Kelemahannya Sanitasi dengan cara ini tidak dapat dilakukan
dengan cepat.

(5) Pencucian Telur


Mesin cuci telur yang modern sehingga effektif untuk sanitasi telur tetas. Desinfektan
yang khusus dapat ditambahkan pada cairan pencuci, setelah dicuci dapat disemprot
dengan cairan yang mengandung chlorine. Pencucian hendaknya sesedikit mungkin
menggunakan penyikatan karena akan merusak lapisan cuticle. Temperatur air pencuci
yaitu + 105 - 110 oF (40.5 - 43.3 oC) untuk memperkecil kehilangan panas dan embryo
muda tidak boleh dipanaskan di atas 99 oF (37.2 oC).

2.3. Alat dan Bahan Praktikum


2.3.1. Alat :
 Mesin Tetas
 Cawat petridis
 Gelas Ukur
 Labu Erlenmeyer
 Timbangan O’ haus
2.3.2. Bahan :
 KMnO4
 Formalin 40 %

2.4. Cara Kerja


Seleksi Telur Tetas
1. Lakukan pencucian pada telur yg kotor menggunakan air hangat dilap dengan tisue.
2. Setelah kering candling telur untuk melihat keadaan kerabang, apakah terdapat retak
halus (hair check). Bila terdapat yang retak maupun yang retak halus pada kerabang telur,
pisahkan telur tersebut jangan ditetaskan.
3. Berikan tanda huruf A pada kulit telur bagian atas dan huruf B pada kulit telur bagian
bawah (rotasi 180o), serta berikan penomoran angka secara berurut pada masing-masing
telur yang akan ditetaskan.
4. Timbang bobot telur tetas tersebut catat beratnya sesuai dengan nomor urut telur.
5. Ukur panjang dan lebar atau diameter telur dengan menggunakan jangka sorong untuk
menentukan bentuk telur (shape index). Rumus shape index :

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 13


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

Lebar telu r
SI  x 100
Panjang telur

Bila shape indeks kurang dari 69 bentuk telur lonjong, shape indeks antara 69 – 77 bentuk
telur normal (ovoid) dan di atas 77 bentuk telur bulat. Setelah dihitung catat bentuk telur
tersebut lonjong, norma atau bulat.
Fumigasi Telur Tetas
1. Fumigasi telur tetas sebaiknya dilakukan pada lemari khusus.
2. Ukur volume mesin tetas dengan alat ukur (meteran) yaitu panjang, lebar dan
tinggi dari mesin tetas bagian dalam.
3. Tutup semua ventilasi atau lubang pada mesin tetas dengan menggunakan kertas
bekas atau kertas koran.
4. Hitung kebutuhan KMn04 dan formalin 40 % sesuai dengan volume mesin tetas
pada konsentrasi 1- 2 kali selama 10 – 20 menit.
5. Timbang KmnO4 menggunakan neraca O’haus sesuai dengan perhitungan yang
saudara dapatkan, kemudian tempatkan KmnO4 pada cawan petridis.
6. Ukur volume formalin 40% dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan
perhitungan, lalu masukkan cairan formalin 40% pada labu erlenmeyer.
7. Tempatkan cawan petridis yang berisi KMnO4 pada tempat penyimpanan telur
tetas dalam mesin tetas, lalu tuangkan larutan formalin 40 % yang terdapat dalam
labu erlenmeyer secara hati-hati ke cawan petridis.
8. Tutup pintu mesin tetas dengan segera, agar gas yang timbul tidak sampai ke luar
dari dalam mesin tetas.
9. Cara perhitungan maupun Tabel kebutuhan untuk KmnO4 dan formalin sesuai
dengan ketentuan pada mesin tetas.

2.5. Pertanyaan
1. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada seleksi telur tetas ?
2. Mengapa telur tetas perlu diseleksi ?
3. Mengapa berat telur tetas perlu diperhatikan ?
4. Mengapa bentuk telur tetas perlu diperhatikan ?
5. Mengapa telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan ?
6. Berapa umur telur tetas yang sebainya ditetaskan ?
7. Mengapa telur tetas perlu difumigasi ?
8. Sebutkan dan jelaskan cara fumigasi telur tetas ?
9. Berapa ketebalan kerabang telur tetas yang baik untuk ditetaskan pada ayam,
itik & puyuh.
10. Bagaimana cara memprediksi ketebalan kerabang telur tetas ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 14


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Seleksi Telur Tetas ………………………….

Berat
No. Panjang Diameter
Telur Bentuk Kebersihan Keutuhan
Telur (cm) (cm)
(g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Keterangan : Untuk lajur kebersihan diisi keriput (ridges), bintik putih, sedangkan
untuk lajur keutuhan ada atau tidak adanya retak kerabang.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 15


Praktek -2 : Seleksi dan Fumigasi Telur Tetas

Pengamatan Fumigasi Telur Tetas


Perhitungan
Panjang mesin tetas = . ......... cm3 = .... m3
Lebar mesin tetas = . ......... cm3 = .... m3
Tinggi mesin tetas = . ......... cm3 = .... m3
Volume mesin tetas =. ...... m3
Kebutuhan KmnO4 = ........................................................... g
Kebutuhan Formalin = ........................................................... g

Tabel Pengamatan Fumigasi Telur Tetas

Volume Kekuatan Dosis Fumigasi Lama waktu fumigasi


Ruangan Fumigasi KmnO4 Formalin 40 % (menit)
( cm )3 (kali) (g) (ml)

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 2 - Hal 16


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

PENETASAN TELUR TETAS

Pokok Bahasan : Tatalasana Penetasan Telur Unggas


Sub Pokok Bahasan : Penetasan Telur Unggas
Alokasi Waktu : 4 x 2 jam

3.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
 Mengetahui dan mengerti menetaskan telur secara buatan melalui mesin tetas.
 Mengetahui dan mengerti perbedaan menetaskan telur unggas darat dengan
unggas air.
 Melaksanakan dan mengelola telur tetas unggas darat maupun unggas air secara
benar sampai menetas menjadi anak unggas.
 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam penetasan.

3.2. Landasan Teori


Perbedaan Unggas dengan Mammalia
Perlu diketahui bahwa perkembangan/pertumbuhan embryo ternak unggas
berbeda dengan binatang menyusui, yaitu :
 Ovum fertil tidak pernah lagi secara langsung mempunyai hubungan organik
dengan induknya.
 Hampir seluruh perkembangan embryo terjadi di luar tubuh induknya.
 Embryo tidak pernah lagi mendapat makanan langsung dari induknya.
Perbedaaan ini menyebabkan cara perkembangbiakkan ternak unggas sangat
berbeda dengan mamalia, oleh karena itu kita harus menetaskan telur-telur lalu
membesarkan anak-anaknya dengan induk buatan dan lama sekali tidak dibesarkan
oleh induknya.
Perkembangan embryo : - di luar tubuh induknya
- di dalam tubuh induknya
Perkembangan Extra Embryonic Membran
Secara anatomis embryo tidak mempunyai hubungan dengan tubuh induknya,
secara alamiah akan dibantu oleh membran-membran tertentu yang dapat memanfaatkan
makanan yang terdapat di dalam telur. Bagian membran terdapat pada Gambar 3-1.
Membran-membran tersebut adalah :

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 17


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Gambar 3-1. Membran pada Embrio


Yolk sac
Membungkus yolk, membran ini mensekresikan suatu enzym yang merubah isi yolk
ke dalam bentuk larutan, sehingga bahan makanan dapat diabsorbsi dan dimanfaatkan
oleh embryo yang sedang berkembang. Yolksac bersama-sama dengan isi sisanya (yolk)
sebelum terjadi penetasan akan masuk kedalam rongga tubuh dan berfungsi sebagai
persediaan makanan bagi anak ayam yang baru menetas. Jumlah sisa yolk + 5-6 gram,
oleh karena itu anak ayam yang baru menetas bisa tahan beberapa hari (+ 48 jam) tanpa
makan dan minum.

Amnion
Amniotic sac membantu embryo muda dalam perkembangannya, didalamnya berisi
cairan yang terlihat transparan dimana embryo berada didalamnya. Cairan amnion
tersebut terbentuk setelah terbentuk amnionnya. Gunanya cairan sebagai bantalan, untuk
meredam goncangan dari luar dan mencegah embryo menjadi kering atau shock.

Allantois
Bertindak sebagai circulatory system, fungsinya sebagai sistem :
Respiratori, menyediakan O2 dan membuang CO2.
Ekskretori, mengambil eksresi dari ginjal embryo
Digestive, membantu pencernaan albumen dan absorbsi Ca dari kerabang.

Chorion
Suatu membran dalam perkembangannya bergabung dengan inner cell membran
(keluar) dan ke dalam bergabung dengan allantois yang selanjutnya berguna untuk
menyempurnakan fungsi-fungsi metabolisme.
Dalam perkembangannya chorion dan allantois segera bergabung membentuk
chorioallantois dan chorioallantois ini membentuk hubungan dengan shell membran.

Amnion Sac
Membungkus embryo

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 18


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Perkembangan Embryo Selama Pertumbuhan


Rongga udara : karena selama pengeraman terjadi kehilangan cairan maka akan
mengurangi besar dan isi telur sehingga meningkatkan besar rongga udara. Setelah 19
hari pengeraman maka rongga udara + 1/3 dari bagian telur.

Gambar 3-2. Perkembangan Embrio Ternak Unggas

HARI 1
4 jam : jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk
12 jam : jantung mulai berdenyut. Dimulai terjadi sirkulasi darah dengan adanya
penggabungan pembuluh darah embryo dengan yolk sac.
16 jam : tanda pertama terlihat kemiripan bentuk embryo ayam
18 jam : kehadiran saluran alimentary/Alimentary track
20 jam : kehadiran vertebral column
21 jam : awal pembentukan sistem syaraf
22 jam : kepala mulai dibentuk
24 jam : awal pembentukan mata

HARI 2
25 jam : awal pembentukan telinga

HARI 3
60 jam : awal pembentukan hidung
62 jam : kaki mulai berkembang
64 jam : awal pembentukan sayap, embryo mulai berputar sehingga terletak dibagian
kiri. Sistem sirkulasi cepat berkembang selama hari ke-3.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 19


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

HARI 4
Lidah mulai terbentuk dan sekarang semua organ-organ tubuh hadir

HARI 5
 organ-organ reproduksi berdifferensiasi dan jenis kelamin mulai berkembang.
 jantung mulai memperlihatkan bentuk yang sebenarnya dan vascular area dari yolk
sac membungkus 1/3 bagian yolk.

HARI 6
Paruh dan gigi paruh (egg tooth) mulai berbentuk normal.

HARI 7
Tubuh mulai cepat berkembang, demikian juga kepala organ-organ tubuh nampak.

HARI 8
Mulai nampak awal pembentukan bulu

HARI 10
Paruh mulai mengeras, jari kaki mulai nampak

HARI 11
Dinding abdomen nampak, dan usus dapat terlihat di dalam yolk sac

HARI 13
Kerangka mulai mengeras dan organ-organ tertentu (utama) berdifferensiasi hanya untuk
pertumbuhan akhir.

HARI 14
Embryo berputar secara paralel dengan sumbu memanjang telur dan kepala secara normal
mengarah kepada bagian tumpul dari telur (ada rongga udara telur).

HARI 17
Kepala berputar dan paruh yang berada dibawah sayap dan menghadap/mengarah pada
bagaian terbawah dari air cell yang telah membesar.

HARI 19
Yolk sac mulai masuk ke dalam rongga tubuh dan anak ayam menempati posisi yang
diperlukan untuk pipping (melubangi) kerabang. Bahan-bahan yolk yang digunakan
sebagai supply makanan pada beberapa hari dari kehidupan anak ayam.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 20


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

HARI 20
 Yolk sac semuanya sudah masuk ke rongga tubuh
 Embryo telah memenuhi seluruh isi telur, kecuali air cell (rongga udara)
 Selanjutnya paruh anak ayam menembus inner shell membran dan masuk ke dalam
air cell.
 Secara perlahan anak ayam menghirup udara dan pernapasan pulmonary mulai
terjadi.
 Selanjutnya terjadi lubang/ pip pada kerabang, udara luar masuk dan pada saat itu
jantung menjadi sepenuhnya berfungsi dan anak ayam berada pada keadaan kritis
(periode kritis yang kedua).

HARI 21
 Setelah pipping terjadi (lubang), anak ayam istirahat untuk beberapa jam, kemudian
selanjutnya memotong jalur melingkar dari telur (kerabang) dengan arah berlawanan
dengan perputaran jarum jam. Lubang normalnya dekat dengan lapisan tumpul telur.
 Dari saat kerabang pecah sampai anak ayam nampak membebaskan diri + 10-20 jam.

Terjadi Pipping
Keadaan CO2 meningkat konsentrasinya, anak ayam di dalam memerlukan O2 lebih,
kemudian menembus inner shell membran kemudian kerabang.
Egg Tooth membantu menolong membuka selaput daripada kerabang. Pipping terjadi di
daerah rongga udara.

Syarat-syarat Kondisi Lingkungan Selama Inkubasi


Periode penetasan terdiri dari dua yaitu periode setter (pengeraman) dan periode
hatcher(penetasan). Periode setter yaitu periode dimana telur unggas mengalami
pemutaran, sedangkan periode hatcher yaitu periode dimana telur tidak mengalami
pemutaran. Untuk lebih jelasnya periode masing-masing unggas dapat dilihata pada Tabel
Jangka waktu menetas beberapa species unggas, serta waktu setter dan hatcher.
Keberhasilan dalam menetaskan telur unggas meliputi beberapa syarat-syarat yaitu
suhu, kelembaban, kandungan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), aliran udara, serta
pemutaran telur.
Suhu
Suhu lingkungan mesin tetas pada prinsipnya untuk semua telur unggas, pada periode
setter lebih tinggi dibandingkan dengan periode hatcher karena pada periode setter embrio
baru tumbuh, sedangkan pada periode hatcher suhu tidak perlu tinggi karena embrio
sudah menghasilkan panas tubuh.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 21


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Suhu lingkungan pada mesin tetas baik pada periode setter dan hatcher untuk semua
telur unggas berbeda, namun secara prinsip telur unggas dapat menetas pada temperatur
98 – 102 oF. Perbedaan suhu untuk semua unggas selama inkubasi dipengaruhi : besar
telur, kualitas kerabang, genetik, dan umur telur.
Kelembaban
Pada ayam sampai dengan hari ke-19 bobot telur berkurang 10,5 % karena evaporasi.
Untuk mendapatkan perkembangan embryo yang normal supaya jadi anak unggas dengan
berat ideal, perlu evaporasi dari isi telur dengan kecepatan tertentu. Bila isi telur cepat
kering menyebabkan anak unggas lebih kecil dari normal. Juga bila evaporasi tidak
terlalu cepat, anak unggas akan lebih besar daripada yang normal. Pada kedua kasus
tersebut menyebabkan embryo lemah, daya tetas rendah dan kualitas anak unggas rendah.
Kelembaban udara selama inkubasi pada periode harcher harus lebih tinggi
dibandingkan periode setter, karena pada periode hatcher embrio akan menetas untuk
memecahkan kerabangnya. Kelembaban udara untuk semua jenis unggas berkisar antara
60 - 80 %.
Kebutuhan O2 dan CO2
Kebutuhan oksigen selama inkubasi 21 % dan karbondioksida maksimal tidak
melebihi 0,5 %
Aliran Udara
Aliran udara selama inkubasi yaitu 12 cm/menit atau 2 m/detik, fungsinya untuk
untuk menyeragamkan suhu dan kelembaban, menyediakan O2 dan pengeluaran CO2, dan
membantu mengeluarkan suhu yang terlalu tinggi.
Pemutaran Telur
Pemutaran telur unggas pada saat periode setter perlu dilakukan agar embrio tidak
menempel pada kerabang dan suhu serta kelembaban pada semua bagian telur merata.
Periode hatcher telur tidak perlu diputar agar embrio tidak terjadi kesalahan posisi pada
saat memecahkan kerabang.
Jangka waktu menetas beberapa species unggas, serta waktu setter dan hatcher
Species Hari Setter Hacther
Chicken (ayam) 21 1 – 18 19 – 21
Turkey (kalkun) 28 1 – 25 26 – 28
Duck 28 1 – 25 26 – 28
Muscovy duck 32 1 – 29 30– 32
Goose (angsa) 32 1 – 29 30– 32
Pigeon (merpati) 18 1 – 15 16 – 18
Bob White Quail (puyuh tipe pedaging) 23 1 – 20 21– 23
Coturnix Quail (puyuh tipe petelur) 17 1 – 14 15 – 17
Ostrich 42 1 – 39 40 – 42

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 22


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Penyebab dan Tindakan Pencegahan Gagal Penetasan

Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan/Pencegahan


Telur meledak  Telur terkontaminasi bakteri  Telur dibersihkan dan difumigasi sebelum
 Telur kotor ditetaskan
 Pencucian telur kurang baik  Telur dibersihkan sebelum ditetaskan
 Mesin tetas kotor terkontaminasi bakteri  Telur dicuci bersih
 Mesin tetas dibersihkan dan difumigasi

Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan/Pencegahan


Telur tampak terang  Telur infertil karena perbandingan antara  Perbandingan jantan dan betina (sex ratio) (1 : 6-8)
saat diteropong jago (pejantan) dan induk (sex ratio) kurang  Gizi ransum ditambahkan vitamin A dan E sesuai
seimbang kebutuhan
 Telur infertil karena ransum induk dan  Umur pejantan minimal 12 bulan dan induk 10
pejantan defisiensi vitamin A dan E bulan
 Telur infertil karena umur induk atau  Pejantan diganti dengan yang baik dan diberi
pejantan terlalu muda atau terlalu tua ransum yang berkualitas
 Telur infertil karena karena pejantan kurang  Telur tetas harus disimpan pada suhu 12 – 15 oC
aktif mengawini betina atau kualitas sperma (55 – 60 oF) dan kelembaban 75 – 80 %
kurang baik  Tempat penyimpanan terlindung dari pengaruh
 Embrio mati dini karena penyimpanan telur panas dan angin langsung, bersih, serta tidak
tetas kurang baik berbau
 Embrio mati dini karena penyimpanan telur  Sebaiknya lama penyimpanan telur tetas tidak
tetas terlalu lama melebihi 7 hari
 Embrio mati dini karena fumigasi terlalu  Fumigasi dilakukan sesuai dosis dan waktu yang
lama atau dosis fumigan terlalu tinggi ditetapkan
Telur tampak seperti  Embrio mati umur 2 – 4 hari karena bawaan  Induk diseleksi hanya yang baik saja
ada gumpalan darah dari induk  Induk harus bebas penyakit
berbentuk cincin saat  Embrio mati umur 2 – 4 hari karena jago  Telur diseleksi sebelum ditetaskan
diteropong dan induknya terserang penyakit  Penanganan telur harus hati-hati
 Telur teralu lama atau tua  Suhu dikontrol dengan menggunakan termostat
 Penanganan telur terlalu kasar (pengaturan suhu) dan pengaturan ventilasi
 Suhu penetasan terlalu tinggi/terlalu rendah
Kematian embrio pada  Kualitas ransum induk kurang baik  Induk diberi ransum yang berkualitas baik sesuai
minggu kedua tinggi  Pengaruh faktor bawaan dari induk dengan kebutuhan
 Telur disimpan di tempat panas sebelum  Induk dipilih yang baik
ditetaskan  Penyimpanan telur harus benar
 Suhu penetasan terlalu tinggi atau terlalu  Termostat dikontrol dan ventilasi diatur
rendah  Pemutaran telur dilakukan teratur tiga kali sehari
 Pemutaran telur tidak teratur dan atau  Pembukaan dan penutupan ventilasi diatur sesuai
frekluensi pemutaran kurang perkembangan embrio
 Ventilasi kurang baik sehingga ruang
penetasan terlalu banyak CO2
Kantung udara terlalu  Telur terlalu besar dibandingkan besar rata-  Besar atau berat telur yang ditetaskan relatif
kecil (telur lama dalam rata telur tetas seragam sesuai dengan jenis unggas yang
penetasan) ditetaskan
Kantung udara terlalu  Telur terlalu kecil  Besar telur harus diseleksi
besar  Kelembaban pada hari ke -1 sampai hari ke-  Bak aiar harus terisi 2/3 bagian
19 terlalu rendah
Telur menetas terlalu  Kelembaban pada hari ke -1 sampai hari ke-  Jumlah air dalam bak harus dikurangi
dini 19 terlalu tinggi  Telur harus diseleksi
 Telur terlalu kecil  Termostat dikontrol dan ventilasi diatur
 Suhu pada hari ke -1 sampai hari ke-19
terlalu tinggi
Telur terlambat  Telur terlalu besar  Telur harus diseleksi
menetas  Telur sudah lama  Telur harus diseleksi
 Suhu pengeraman terlalu rendah  Termostat dikontrol dan ventilasi diatur
 Kelembaban pengeraman terlalu rendah  Bak air dikontrol, berisi air 2/3 bagian
Embrio tumbuh tetapi  Defiensi gizi pada ransum induk  Induk diberi ransum berkualitas baik
paruh belum ada dalam  Sirkulasi udara mesin tetas kurang baik  Pengaturan ventilasi perlu dikontrol
kantung udara  Suhu pada hari ke-1 sampai degan ke-10
terlalu tinggi  Termostat perlu dikontrol
 Kelembaban pada hari ke-19 terlalu tinggi
 Bak air dalam mesin tetas selalu dikontrol
Kerabang telur terlalu  Suhu pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-  Termostat dikontrol dan ventilasi diatur
dini retakk (pipping) 19 terlalu tinggi  Bak aiar dikontrol

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 23


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

 Kelembaban pada hari ke-1 sampai dengan


hari ke-19 terlalu tinggi
Embrio mati setelah  Kualitas ransum induk kurang baik  Induk diberi ransum berkualitas baik
kerabang telur retak  Induk terserang penyakit  Induk dipilih yang sehat
 Faktor bawaan oleh induk  Induk dipilih yang baik
 Adanya gen letal yang dibawa induknya  Induk dipilih yang baik
 Kerabang telur tipis  Telur diseleksi
 Peletakkan bagian ujung telur yang runcing  Bagian ujung telur yang runcing harus berada di
di atas bawah
 Pemutaran telur setelah dimasukkan ke  Telur harus diputar pada umur 4 – 18 hari
mesin tetas terlambat  Termostat, bak air, dan ventilasi diatur
 Telur tidak memperoleh suhu, kelembaban,
dan ventilasi yang sesuai
Posisi embrio abnormal  Kualitas ransum induk kurang baik  Induk diberi ransum berkualitas baik
 Bentuk telur abnormal  Bentuk telur ovoid (tidak bulat dan tidak lonjong)
 Peletakkan bagian ujung telur yang runcing  Bagian ujung telur yang runcing diletakkan di
berada di atas bagian bawah, sedangkan bagian yang tumpul di
 Pemutaran telur kurang benar atas
 Telur diputar saat umur 4 – 18 hari minimal tiga
kali sehari
Anak ayam lengket  Telur terlalu lama  Telur diseleksi
(albumen lengket pada  Sirkulasi udara dalam ruang penetasan  Ventilasi udara perlu selalu dikontrol
bulu) terlalu lambat  Termostat dikontrol
 Suhu ruang penetasan terlalu tinggi  Bak air dikontrol
 Kelembaban ruang penetasan tyerlalu tinggi
Anak ayam tidak  Bobot telur terlalu beragam  Telur diseleksi hanya yang besarnya sama atau
serempak menetas  Umur telur beragam seragam
 Telur berasal dari induk bangsa (breed)  Telur diseleksi hanya yang umurnya relatif sama
berbeda  Telur yang diseleksi hanya dari induk bangsa yang
 Adanya penyakit atau cekaman pada sama
sekelompok induk  Stress induk atau serangan penyakit harus dicegah
 Sirkulasi udara dalam mesin kurang baik  Ventilasi udara perlu dikontrol
Anak ayam yang  Sanitasi mesin tetas kurang baik  Mesin tetas harus disanitasi dengan baik dan benar
menetas lembek  Suhu ruang penetasan terlalu rendah  Termostat dan ventilasi udara harus dikontrol
 Kelembaban ruang penetasan terlalu tinggi  Bak air dan ventilasi udara harus dikontrol
Anak ayam yang  Telur terlalu dini ditetaskan  Telur diseleksi hanya yang cukup umur
menetas kekeringan  Kelembaban ruang penetasan terlalu rendah  Bak air dan ventilasi udara dikontrol
 Anak ayam terlalu lama berada dalam mesin  Anak ayam segera dikeluarkan dari mesin tetas
tetas setelah menetas setelah semua bulunya kering
Anak ayam yang baru  Sanitasi mesin tetas kurang baik  Mesin tetas disanitasi dengan baik
menetas basah, kotor,
dan bau kurang sedap
Pusar tidak menutup,  Terjadi radang pusar (omphalitis)  Telur dan mesin tetas disanitasi dengan baik
basah, dan bau  Ruang penetasan kotor  Mesin tetas disanitasi

Pusar basah dan tidak  Kualitas ransum untuk induk kurang baik  Induk diberi transum yang berkualitas baik sesuai
menutup dengan baik dengan kebutuhan
 Suhu ruang penetasan terlalu rendah  Termostat dan ventilasi udara dikontrol
 Suhu ruang penetasan berubah-ubah  Termostat dikontrol
 Kelembaban ruang penetasan terlalu tinggi  Bak air dan ventilasi udara dikontrol
 Kelembaban ruang penetasan setelah anak  Bak air dikontrol dan kelembaban diturunkan
ayam menetas tidak diturunkan
Anak ayam tidak dapat  Kualitas ransum untuk induk kurang baik  Induk diberi transum yang berkualitas baik sesuai
berdiri setelah menetas  Suhu ruang penetasan tidak memenuhi dengan kebutuhan
syarat  Suhu ruang penetasan harus sesuai
 Kelembaban ruang penetasan terlalu tinggi  Bak air dan ventilasi udara dikontrol
 Perlakuan pembukaan ventilasi ventilasi  Ventilasi dibuka sesuai dengan aturan mesin tetas
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan
Anak ayam pengkor  Kualitas ransum untuk induk kurang baik  Induk diberi ransum yang berkualitas baik sesuai
 Suhu ruang penetasan berubah-ubah dengan kebutuhan
 Posisi embrio tidak normal  Termostat dikontrol
 Telur yang akan ditetas harus diseleksi
Jari-jari anak ayam  Kualitas ransum untuk induk kurang baik  Induk diberi ransum yang berkualitas baik
bengkok  Suhu ruang penetasan tidak memenuhi  Termostat harus dikontrol
syarat

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 24


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Kaki anak ayam tidak  Alas temapat anak ayam licin  Alas tempat anak ayam dibuat dari bahan yang
lurus dan berjauhan tidak licin
satu sama lain
Bulu pendek  Kualitas ransum untuk induk kurang baik  Induk diberi pakan berkualitas
 Suhu pada 10 hari pertama masa penetasan  Suhu diatur sesuai periode penetasan
terlalu tinggi
Mata tertutup  Suhu menjelang menetas terlalu tinggi  Termostat dikontrol
 Kelembaban menjelang menetas terlalu  Bak air dikontrol
tinggi  Sisa-sisa bulu rontok dalam ruang penetasan
 Ada banyak sisa-sisa bulu rontok dalam dibersihkan
ruang penetasan

3.3. Alat dan Bahan Praktikum


3.3.1. Alat :
 Egg tray
 Mesin tetas
 Timbangan O’ haus
 Candler

3.3.2. Bahan :
 Telur tetas unggas darat (ayam atau puyuh)
 Telur tetas unggas air (itik)

3.4. Cara Kerja


1. Setelah telur diseleksi dan difumigasi, susun telur secara horizontal pada rak
telur mesin tetas.
2. Masukkan rak telur dan tutup pintu mesin tetas. Atur kondisi temperatur dalam
mesin tetas antara 98 – 102 oF, dengan cara memutar sekrup pada bagian
thermoregulator.
3. Hari pertama sampai dengan hari ketiga tidak usah diputar, dan baru diputar pada
hari keempat. Pemutaran dilakukan pada hari keempat sampai dengan
berakhirnya periode setter. Untuk ayam sampai hari kedelapan belas, sedangkan
untuk itik sampai hari keduapuluh lima. Pemutaran telur setiap harinya
dilakukan dua kali, baik pada telur ayam maupun telur itik yaitu pukul : 07.00 -
09.00 WIB dan pukul 14.00 - 16.00 WIB.
4. Pembasahan telur, hanya dilakukan pada telur itik (telur unggas air) saja dengan
cara disemprot secara merata dengan air. Untuk penyemprotan sampai hari ke-
14 cukup satu kali (penyemprotan dilakukan pukul 14.00 WIB), sedangkan
untuk hari ke-15 sampai hari ke-27 (menetas) 2 kali (penyemprotan dilakukan
pukul 07.00-09.00 dan 14.00 WIB).
5. Pembasahan telur itik dilakukan sesudah pemutaran.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 25


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

6. Catat setiap harinya pada lembaran yang telah disediakan yaitu nama dan NPM
yang bertugas, tanda tangan, kelompok, suhu, dan kejadian yang diluar dugaan
(misal : mati listrik, telur ada yang pecah, dsb).
7. Perhatikan bak air untuk kelembaban, jangan sampai kering. Isi bak air antara
1/2 sampai 3/4 bagian wadah (sebaiknya pertahankan air dalam wadah ¾
bagian).
8. Apabila terjadi mati listrik, saudara siapkan penyalaan lampu tempel dan tunggu
sampai suhu penetasan tercapai. Catat juga lamanya mati listrik tersebut.
9. Catat kejadian-kejadian selama penetasan berlangsung dalam Tabel pengamatan
penetasan telur pada kolom keterangan.
10. Hitung persentase fertilitas pada hari ke tujuh dan persentase daya tetas.
11. Beri ulasan pada laporan akhir faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
fertilitas dan daya tetas.

JADWAL DAN CARA KERJA PENETASAN TELUR AYAM

Tanggal
Penetasan Hari
ke-
Hari Penetasan Pengerjaan
Telur Ayam
1 Kontrol suhu, air dan telur jangan diputar, ventilasi tertutup
2 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi tertutup
3 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi tertutup
4 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 1/4 bagian
5 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 1/2 bagian
6 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 3/4 bagian
7 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya,
candling, pecahkan, gambar
8 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya
9 Idem
10 Idem
11 Idem
12 Idem
13 Idem
14 Kontrol suhu, air dan telur diputar, candling, pecahkan, gambar
15 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya
16 Idem
17 Idem
18 Idem
19 Kontrol suhu, air dan telur tidak diputar, ventilasi buka seluruhnya
20 Idem
21 diharapkan menetas

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 26


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

3.5. Pertanyaan
1. Jelaskan periode penetasan pada unggas ?
2. Bagaimana secara prinsip suhu serta kelembaban untuk setiap periode penetasan
unggas ?
3. Mengapa telur perlu diputar saat periode pengeraman (setter) ?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan fertilitas telur unggas rendah ?
5. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan daya tetas telur unggas rendah ?
6. Mengapa pada telur itik perlu dibilas atau disemprot dengan air saat penetasan
berlangsung ?
7. Apa penyebab kaki pengkor pada anak ayam setelah menetas ?
8. Berapa hari sebaiknya telur ditetaskan setelah ditelurkan dari induknya ?
9. Berfungsi sebagai apa amnion ?
10. Sebutkan periode kematian embrio unggas pada saat menjelang menetas?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 27


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Penetasan Telur Unggas


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Tabel Pengamatan Fertilitas dan Daya Tetas


Jumlah telur yang ditetaskan : ………. butir

Nomor Telur Infertil Fertil Tidak Menetas Menetas


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Jumlah ………. butir ………. butir ………. butir ………. butir

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 28


Praktek -3 : Penetasan Telur Tetas

Perhitungan Fertilitas :

Jumlah telur yang bertunas/f ertil


Fertilitas  x 100 %  .......%
Jumlah telur yang ditetas kan

Jumlah telur yang menetas


Daya Tetas 1  x 100 %  .......%
Jumlah telur yang ditetas kan
Jumlah telur yang menetas
Daya Tetas 1  x 100 %  .......%
Jumlah telur
Jumlah telur yang
yang ditetas
menetas kan
Daya Tetas 2  x 100 %  .......%
Jumlah telur yang fertil
Jumlah telur yang menetas
Daya Tetas 1  x 100 %  .......%
Jumlah telur yang ditetas kan

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 3 - Hal 29


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

TATALAKSANA PEMELIHARAAN AYAM BROILER

Pokok Bahasan : Tatalaksana Pemeliharaan


Sub Pokok Bahasan : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler
Alokasi Waktu : 6 x 2 jam

4.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mampu mengerjakan penyiapan kandang untuk pemeliharaaan ayam
broiler dari DOC sampai dipasarkan.
2. Menghitung kebutuhan luas kandang sesuai dengan jumlah ayam broiler
yang akan dipelihara.
3. Mengatur pemanas untuk pemeliharaan ayam broiler periode starter.
4. Menangani tatalaksana pemeliharaan dari ayam broiler dari DOC sampai
dipasarkan.

4.2. Landasan Teori


Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya bisa
dipanen pada umur sekitar 5-6 minggu dengan berat badan sekitar 1,3 sampapai 2
kg untuk tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang
relatif singkat maka jenis ayam broiler ini mempersyaratkan adanya pertumbuhan
yang cepat, dada lebar yang disertai timbunan daging dan yang baik dan warna bulu
yang disenangi biasanya warna putih.
Periode pemeliharaan broiler yang umum di Indonesia terdiri dari dua fase
yaitu fase starter dan fase finisher. Fase starter dipelihara pada umur 1 hari sampai
dengan 3 atau 4 minggu, sedangkan fase finisher dipelihara dari umur 4 tau 5
minggu sampai dipasarkan. Ayam broiler yang dipasarkan di Indonesia umunya
berkisar antar berat badan 1 – 1,7 kg dan itu dicapai antara umur 3 sampai 5 minggu.
Periode starter memerlukan protein ransum lebih tinggi (21 – 23 %)
dibandingkan periode finisher (19 – 21 %), karena pada periode starter terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan periode finisher.
Sebelum pemeliharaan ayam broiler perlu persiapan kandang selama satu
sampai dua minggu sebelum anak ayam (DOC) masuk kandang. Persiapan kandang
meliputi pembersihan lantai kandang dari litter bekas, membersihkan lantai
kandang dengan cara disikat menggunakan air, pengapuran dan penyemprotan
dengan formalin.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 30


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

Setelah persiapan kandang selesai, satu hari sebelum DOC datang pembatas
anak ayam (chick guard) dan alat pemanas disiapkan. Bentuk chick guard ada yang
berbentuk bulat dan ada juga yang membentuk persegi empat. Tinggi chick guard
45 – 55 cm. Kegunaan dari chick guard agar anak ayam terkonsentrasi pada tempat
makan dan minum, serta suhu tubuh dapat dipertahankan sesuai dengan suhu
pemanas. Untuk mencegah kemungkinan anak ayam memakan bahan dasar dari
litter yang dapat menyebabkan kematian, maka di sekitar daerah yang dibatasi oleh
chick guard pada hari-hari dalam minggu pertama ini, perlu ditutup dengan kertas
koran.
Setelah DOC datang perlu diistirahatkan kurang lebih ½ sampai satu jam,
agar DOC dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mengurangi stress selam
perjalanan. Selanjutnya berikan campuran gula pada air minumnya secukupnya
selama 3 jam agar energi tubuh anak ayam yang hilang dapat digantikan.
Pemberian makan dilakukan setelah 3 jam dengan cara ditabur pada feed
tray atau tutup boks anak ayam sampai umur seminggu. Pemberian makan tersebut
dilakukan sedikit demi sedikit.
Pemberian makan pada ayam broiler dari umur seminggu sampoai
dipasarkan dilakukan minimal 2 kali, tetapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin
sampai 7 kali per hari dengan pemberian ransum sedikit-demi sedikit. Pemberian
minum tidak ada aturannya, namun dikontrol agar air jangan sampai kosong pada
tempat minum.
Pencatatan perlu dilakukan pada pemeliharaan ayam broiler, meliputi bobot
badan, konsumsi, konversi dan mortalitas. Pencatatan bobot badan, konsumsi dan
konversi dilakukan setiap minggu, sedangkan pencatatan mortalitas dilakukan
setiap hari.
Catatan mortalitas perlu dilakukan agar ayam dapat terkontrol apa penyebab
kematian dan berhubungan pula dengan keuntungan usaha. Angka mortalitas
sebaiknya tidak melebihi 5 % sampai ayam broiler dipasarkan.
Untuk mengetahui efisien atau tidaknya ransum yang diberikan kepada
ayam yang dipelihara, diantaranya bisa dilihat dari angka konversi ransum.
Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk
menghasilkan setiap kilogram pertambahan berat badan. Dengan angka konversi
ransum yang rendah (kecil), artinya banyaknya ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit atau sebaliknya. Semakin kecil
angka konversi biasanya semakin baik.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 31


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

4.3. Alat dan Bahan Praktikum


4.3.1. Alat :
 Kandang ayam broiler
 Tempat ransum
 Tempat minum
 Sekat kandang (seng)
 Pemanas (lampu pijar atau sumber pemanas minyak tanah [semawar])
 Sprayer
 Timbangan
 Sapu lidi
 Thermometer ruang
 Hygrometer ruang
4.3.2. Bahan :
 Anak ayam broiler (DOC)
 Ransum starter
 Guila merah
 Obat-obatan dan vitamin
 Desinfektan
 Sekam
 Kertas koran

4.4. Cara Kerja


1. Membersihkan kandang dari bekas kotoran/litter dengan menggunakan sekop.
2. Setelah bersih kandang dicuci dengan air sabun sampai bersih, lalu keringkan
satu sampai dengan dua hari.
3. Kandang yang telah kering dikapur sampai merata.
4. Peralatan kandang seperti tempat rasum dan tempat minum dicuci dengan
larutan desinfektan yang telah disediakan.
5. Mengukur dan menghitung luas lantai sesuai dengan jumlah broiler yang kan
dipelihara.
6. Memasang sekam sebagai litter pada lantai kandang, dan kemudian dipasang
sekat pembatas (chick guard). Di atas sekam dilapisi kertas koran.
7. Sehari sebelum ayam datang semua peralatan kandang dan perlengkapannya
seperti tempat ransum, tempat minum, kertas koran, sekam dan brooder
disemprot dengan desinfektan.
8. Setelah penyemprotan selesai dan kering, nyalakan pemanas dan atur suhu
sesuai dengan yang dibutuhkan DOC.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 32


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

9. Menyiapkan air minum yang dicampur dengan gula merah.


10. Mengeluarkan DOC dari boks dan memasukkan ke dalam kandang sambil
ditimbang beratnya, dihitung jumlahnya serta diseleksi penampilan dan kondisi
fisiknya.
11. Biarkan DOC 30 menit di dalam kandang, jangan diberi makan atau minum,
agar anak ayam dapat mengurangi stress dalam perjalanan dan beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya.
12. Setelah 30 menit, anak ayam (DOC) diberi air minum yang telah dicampur gula
merah. Kegunaan air gula untuk menggantikan energi yg hilang selama
perjalanan.
13. Setelah 3 jam barulah DOC diberi ransum yang ditabur pada feed tray atau
bekas tutup boks anak ayam sebagai tempat ransum.
14. Pemeliharaan pada minggu pertama, ransum yang diberikan adlibitum dan
sehari diberikan 3 kali yaitu pagi, siang dan sore, sedangkan air minum perlu
dikontrol agar tidak kehabisan.
15. Ransum yang diberikan ditabur pada feed tray atau tutup boks selama minggu
pertama, serta kertas koran yang menutupi sekam diganti setiap hari selama
minggu pertama.
16. Pada minggu pertama dilakukan vaksin ND dan vaksin gumboro yang
diberikan berbeda harinya, jangan dilakukan secara bersamaan.
17. Catat konsumsi ransum, bobot badan, konversi dan kematian (mortalitas) setiap
minggunya
18. Pemeliharaan pada minggu kedua, pada minggu kedua setiap harinya sama
yang dilakukan pada minggu pertama yaitu pemberian ransum sehari tiga kali,
air minum secukupnya dan pencatatan, namun tidak dikakukan vaksinasi.
19. Pemeliharaan pada minggu ketiga, pada minggu ketiga kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu kedua.
20. Pemeliharaan pada minggu keempat, pada minggu keempat kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga, namun pada awal minggu keempat
dilakukan vaksinasi ND melalui air minum.
21. Pemeliharaan pada minggu kelima, pada minggu kelima kegiatan setiap
harinya sama dengan minggu ketiga. Bila bobot badan ayam telah mencapai
berat untuk dipasarkan maka timbang berat badan masing-masing.
22. Buat format tabel yang didalamnya terdapat kolom bobot badan per minggu,
pertambahan bobot badan per minggu, konsumsi ransum per minggu dan
komulatif, konversi per minggu dan komulatif. Buat pula format tabel tersendiri

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 33


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

mengenai data mortalitas, biaya produksi, hasil penjualan, sehingga dapat


mengetahui keuntungan yang diperoleh.

4.5. Pertanyaan
1. Terdiri dari berapa periode ayam broiler ?
2. Apa kegunaan dari chick guard ?
3. Mengapa anak ayam yang baru datang perlu diistirahatkan ?
4. Mengapa anak ayam perlu diberikan air gula, setelah anak ayam datang ?
5. Mengapa protein yang diberikan pada saat periode starter lebih tinggi
dibandingkan periode selanjutnya ?
6. Jelaskan kegunaan dari angka konversi ?
7. Berapa nilai maksimal dari mortalitas ayam broiler sampai dipasarkan ?
8. Mengapa ayam broiler perlu diberikan kertas koran selam umur minggu
pertama ?
9. Jelaskan bagaimana persiapan kandang untuk pemeliharaan ayam broiler
sebelum anak ayam tiba ?
10. Kapan pemanenan ayam broiler dilaksanakan ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 34


Praktek -4 : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Tabel Pengamatan Performan Ayam Broiler

Umur Bobot Konsumsi Ransum Konversi


PBB
(minggu) Badan minggu Kum. minggu Kum.
1
2
3
4
5

INDEKS PERFORMANS (IP)

Rata - rata berat panen x (100 - persentase kematian)


IP  x 100
Rata - rata umur panen x konversi ransum

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 4 - Hal 35


Praktek -5 : Recording

PENCATATAN

Pokok Bahasan : Tatalaksana Pemeliharaan ayam


Sub Pokok Bahasan : Pencatatan (Recording)
Alokasi Waktu : 1 x 3 jam

5.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan mengerti kegunaan dari recording (pencatatan) unggas.
2. Membuat dan menyusun format recording unggas sesuai dengan kebutuhan.

5.2. Landasan Teori


Pencatatan (recording) Unggas
Dalam meningkatkan keuntungan usaha, hal yang cukup penting adalah
melakukan pencatatan terhadap semua aspek usaha pemeliharaan unggas ini. Dengan
adanya buku catatan (recording), maka semua sarana usaha yang digunakan akan tercatat,
demikian juga perlakuan-perlakuan selama pemeliharaan (misalnya vaksinasi, pemberian
vitamin, obat-obatan dll), serta produksi yang telah dicapai.

Kegunaan Pencatatan
1. Evaluasi terhadap usaha yang telaha dilakukan
2. Membuat perencanaan usaha
3. Mengetahui pendapatan usaha
4. Pengetahuan tentang fluktuasi harga input dan output produksi
5. Perbaikan Manajemen
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari pencatatan dan pembukuan, maka
pencatatan harus memuat informasi :
1. Inventarisasi sumber-sumber input produksi, jumlah dan nilainya yang digunakan
dalam usaha ternak pada awal tahun dan akhir tahun.
2. Catatan produksi secara fisik serta nilai uang berupa :
a. Hasil usaha utama
b. Hasil Usaha Sampingan
c. Nilai jasa dari tenaga kerja dan mesin yang dijual pada orang lain
3. Catatan mengenai jumlah dan nilai dari input teknis yang digunakan dalam proses
produksi (DOC, pakan, dsb).
4. Catatan penjualan yang menunjukkan jumlah dan nilai uang dari hasil yang ditahan
untuk digunakan sendiri oleh peternak.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 36


Praktek -5 : Recording

Pencatatan yang cukup penting untuk dilakukan diantaranya :


1. Data Populasi
2. Data Konsumsi
3. Data Produksi
4. Data Pemeliharaan Kesehatan
5. Data Kematian Unggas (mortalitas)
6. Data Persediaan Ransum
7. Data Biaya Operasional
8. Data Penjualan

1. Data Populasi
Tabel Data Populasi bentuknya bermacam-macam, bisa populasi dari semua tahap
umur itu disatukan atau dipisah-pisahkan dalam beberapa tabel. Tetapi untuk lebih
memudahkan lebih baik dipisah-pisahkan untuk setiap tahap umur. Adapun bentuknya
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Populasi Untuk Anak/Dara/Induk

Tanggal Jumlah Tambahan Mati/Afkir Jumlah


Awal Jantan Jantan Akhir
Jantan Betina Betina Jantan
Betina Betina
- - - - -
- - - - -
Keterangan : Anak/Dara/Induk dalam mengisi pilih salah satu misalnya tabel ini dipakai
untuk anak saja, dara saja atau induk saja supaya mudah.
2. Data Konsumsi Anak dan Dara
Data konsumsi ini digunakan untuk mempermudah dalam pemberian pakan.
Dengan melihat jumlah populasi anak dan dara maka berapa pakan yang harus
diberikan dapat dihitung, sedangkan untuk konsumsi induk dapat disatukan dalam
catatan data produksi. Tabel data konsumsi ini bisa berbentuk seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Konsumsi Anak dan Dara

Tanggal Jumlah Jml Ransum Jumlah Dara Jml Ransum


Anak Starter ( Kg ) ( Ekor ) Dara (Kg)
( Ekor )
- - - - -
- - - - -

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 37


Praktek -5 : Recording

3. Data Produksi Telur


Data produksi telur ini dipakai untuk mencatat produksi maupun konsumsi dari
sekelompok ayam induk yang umurnya relatif sama. Dari tabel ini kita bisa melihat
sampai dimana tingkat produksinya sekaligus konversi pakannya. Konversi pakan adalah
suatu angka hasil bagi jumlah pakan yang dikonsumsi dalam kg dengan jumlah telur yang
dihasilkan dalam kg. Dengan kata lain adalah perbandingan berapa kg pakan yang
dihabiskan untuk memproduksi telur 1 kg. Makin kecil angka ini maka makin efisien
ayam tersebut dalam menggunakan ransum. Tabel produksi telur dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Data Produksi

Tanggal Jml Induk Jml Telur Berat Konsumsi Konversi


(Ekor) (Butir) Telur Ransum(kg) Ransum
( Kg )
- - - - - -
- - - - - -

4. Data Pemeliharaan Kesehatan


Pada tabel data pemeliharaan kesehatan ini dapat dituliskan segala macam bentuk
perlakuan yang berhubungan dengan kesehatan misalnya vaksinasi, pemberian obat
kalau sakit, pemberian vitamin, pemberian egg stimulant (perangsang telur) dan lain-
lain. Tabel ini dipakai untuk semua tahap pemeliharaan baik anak, dara maupun
induk. Tabelnya berbentuk seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Pemeliharaan Kesehatan

Tanggal Kelompok Bentuk Jenis Dosis Cara


Ayam Pengobatan Obat Pengobatan
- - - - - -
- - - - - -
Keterangan : Kelompok Ayam : Anak, Dara, Induk
Bentuk pengobatan : Vaksin, obat, vitamin, suplement
Jenis obat : vaksin : tetelo, gumboro dll
Obat : cacing, coksidiosis dll
Vitamin : vitachick dll
Suplement : egg stimulant dll.
Cara Pengobatan : minum, suntik, tetes mata dll

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 38


Praktek -5 : Recording

5. Data Kematian Unggas (Mortalitas)


Tabel pencatatan kematian (mortalitas) pada usaha ternak unggas sangat diperlukan
untuk memantau apakah manajemen pemeliharaan dilakukan secara baik atau tidak.
Pada usaha ternak ayam broiler angka kematian tidak boleh melebihi 5 % sampai
dengan dipasarkan.
Tabel mortalitas unggas tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Kematian Unggas (Mortalitas)

Umur Tanggal Populasi Jumlah (ekor) Prosentase


(minggu) kematian Awal kematian

6. Data Persediaan Ransum


Dari Tabel 6 dapat diketahui berapa jumlah atau sisa ransum yang masih tersedia di
gudang. Setiap pemasukkan maupun pengambilan ransum dicatat disini. Bentuk tabelnya
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Persediaan Ransum
Tanggal Jenis Jumlah Masukan Keluaran Jumlah
Ransum Awal (Kg) (Kg) Sisa (Kg)
(Kg)
- - - - - -
- - - - - -

7. Data Pengeluaran/Biaya Operasional


Pada tabel pengeluaran dapat dicatat segala jenis pengeluaran atau biaya operasional
misalnya pembelian ayam (induk, dara, anak), ransum, bahan ransum (jagung, dedak,
konsentrat dll), obat-obatan, vitamin, vaksin, sekam, bayar listrik karena pemeliharaan,
onkos-ongkos dll. Pokoknya seluruh pengeluaran yang sifatnya habis sesaat, jadi diluar
kandang dan peralatan yang umurnya cukup lama. Tabel ini sangat berguna untuk bahan
perhitungan dalam analisa usaha. Tabelnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Pengeluaran/Biaya Operasional
Tanggal Jenis Jumlah (tulis Harga Jumlah
Barang dengan Satuan Harga (Rp.)
satuannya) (Rp.)
- - - - -

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 39


Praktek -5 : Recording

8. Data Penjualan
Pada tabel data penjualan dapat dicatat semua jenis hasil produksi yang dapat
dijual misalnya telur, ayam, pupuk dll dan berapa banyaknya. Tabel ini sangat penting
juga untuk menghitung analisa hasil usaha. Tabelnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Penjualan
Tanggal Jenis Produk Harga Banyaknya Jumlah
Tulis Satuan (Rp.) tulis Harga ( Rp.)
satuannya satuannya
- - - - -
- - - - -

5.3. Alat dan Bahan Praktikum


5.3.1. Alat :
 alat tulis
 mistar

5.3.2. Bahan :
 kertas bergaris

5.4. Cara Kerja


1. Buatlah beberapa format tabel recording (catatan) yang diperlukan pada
pemeliharaan ayam petelur atau ayam broiler .
2. Berikan judul untuk masing-masing format tabel recording (catatan).

5.5. Pertanyaan
1. Apa kegunaan pencatatan (recording) ?
2. Harus memuat informasi apa saja, agar pencatatan dan pembukuan usaha ternak
unggas memperoleh hasil yang optimal?
3. Pencatatan apa saja yang diperlukan pada peternakan, baik ayam broiler maupun ayam
petelur ?
4. Apa perbedaan pencatatan pada peternakan ayam broiler dengan ayam petelur ?
5. Mengapa data mortalitas diperlukan ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 40


Praktek -5 : Recording

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Recording


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Buatlah beberapa format pencacatan pada peternakan ayam broiler atau ayam petelur
ras.

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 5 - Hal 41


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

VAKSINASI AYAM

Pokok Bahasan : Vaksinasi


Sub Pokok Bahasan : Vaksinasi Ayam
Alokasi Waktu : 1 x 3 jam

6.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui persyaratan cara memvaksin ayam.
2. Mengetahui dan melaksanakan cara vaksinasi ayam yang benar.

6.2. Landasan Teori


Pencegahan Penyakit Dan Kekebalan Tubuh
Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi individu ternak unggas
terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya terutama yang disebabkan
oleh virus. Vaksinasi merupakan salah satu di antara berbagai cara pencegahan penyakit
yang paling efektif. Tujuan vaksinasi agar ternak memiliki kekebalan tubuh atau daya
kebal sehingga terlindung dari serangan penyakit. Virus merangsang pembentukan
imunitas yang lebih baik dibanding dengan jasad renik yang lain. Oleh sebab itu hampir
seluruh vaksinasi unggas ditujukan untuk melindungi penyakit virus, antara lain penyakit
tetelo (ND), gumboro, dan lain sebaginya. Vaksinasi biasanya paling sering dilakukan
pada unggas darat terutama ayam karena sangat rentan oleh penyakit.
Pada dasarnya ayam sudah dibekali secara alami unrtuk mempertahankan diri
terhadap serangan penyakit, tetapi kekebalan yang terdapat pada ayam sifatnya terbatas,
dan biasanya hanya mampu menanggulangi atau menolak terhadap serangan-serangan
penyakit tertentu. Kekebalan yang terdapat pada tubuh ayam terbagi menjadi dua
kategori, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif. Kekebalan aktif terjadi pada saat
ayam terserang suatu penyakit atau karena adanya vaksin yang dimasukkan. Kekebalan
yang bersifat aktif sifatnya lambatdan membutuhkan waktu yang relatif lama. Kekebalan
pasif waktunya relatif singkatdan didapatkan dari induk ayam dalam bentuk kuning telur
yang mengandung antibodi atau suatu injeksi yang digunakan untuk membentuk
kekebalan bagi ayam yang sudah memiliki kekebalan aktif. Pada saat ayam menginjak
umur tertentu, perlu mendapatkan vaksinasi terhadap beberapa penyakit yang menular,
sebab sifat kebal yang terkandung dalam tubuh ayam sifatnya terbatas. Kekebalan itu
baru akan bereaksi dengan baik bila telah mendapatkan vaksinasi.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 42


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

Vaksinasi yaitu suatu tindakan dimana ayam dengan sengaja dimasuki agen penyakit
(antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya
tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu, dan aman untuk tidak
menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari
sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak
menyerang, sedangkan vaksin merupakan suatu produk biologis yang berisi sejumlah
besar jasad renik yang diketahui sebagai penyebab suatu penyakit. Daya kerja vaksin
adalah spesifik, oleh sebab itu terhadap setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin
yang berbeda. Vaksin berisikan jasad renik hidup atau yang sudah mati, sehingga
berdasarkan sifatnya dikenal vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif yaitu vaksin yang dibuat dari virus dalam keadaan hidup yang telah
dilemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang dalam tubuh induk semangnya. Vaksin
inaktif yaitu vaksin yang dibuat dari virus dalam keadaan mati.
Vaksinasi yang dilakukan umumnya untuk mencegah penyakit menular. Vaksin
tersebut diantaranya :
1. Vaksinansi New Castle Disease (ND/tetelo/cekak)
2. Vaksinasi Fowl Fox (Cacar Unggas)
3. Vaksinasi Infectious Laryngo Tracheitis (ILT)
4. Vaksinasi Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro)
5. Vaksinasi Infectious Bronchitis (IB)
6. Vaksinasi Avian Encephalomyelitis
7. Vaksinasi Marek’s Disease
8. Vaksinasi Egg Drop Syndrome

Waktu Vaksinasi
Pelaksanaan vaksinasi yang tepat harus disesuaikan dengan sifat penyakit, umur
ayam, dan jenis ayam yang dipelihara. Pelaksnan vaksinasi ini biasanya berbeda satu
sama lain, tergantung dari kebutuhan dan situasi penyakit yang ada di wilayah peternakan
tersebut.

Syarat-syarat Vaksinasi
Dalam melaksanakan vaksinasi agar efektif dalam memperoleh kekebalan terhadap
penyakit tertentu perlu diperhatikan :
 Vaksin yang digunakan tidak kadaluarsa
 Vaksin harus selalu dalam keadaan dingin dalam lemari es atau memakai thermos yang
didalamnya ada es batu.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 43


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

 Vaksin yang sudah dicampur dengan pelarut harus habis digunakan dalam waktu
kurang dari 2 jam.
 Vaksinasi hanya dilakukan pada ayam sehat
 Vaksinasi jangan dilakukan pada saat perlakukan lain berlangsung, seperti pindah
kandang, debeaking, dan sebaginya.
 Vaksinasi dilakukan serentak pada semua ayam
 Vaksinasi dilakukan sebaiknya pada pagi atau sore hari dimana temperatur lingkungan
relatif rendah.
 Hindari cahaya matahari langsung atau panas pada waktu melakukan vaksinasi
 Sisa vaksin harus dibuang pada tempat yang aman

Pelarut Vaksinasi
Vaksin perlu dilarutkan pada pelarut tertentu, diantaranya Aquadest, biaqudest, NaCl
fisiologis, dan methyline blue. Bila dalam keadaan kondisi tidak memungkinkan untuk
memperoleh pelarut tersebut dapat digunakan air mineral (seperti AQUA) dan air kelapa.
Pelarut methyline blue biasnya digunakan untuk mencampur vaksin ND pada anak
ayam. Pencampuran antara vaksin dan pelarut harus cepat digunakan kurang dari 2 jam
agar kerja vaksin efektif.

Cara Vaksinasi
Cara melakukan vaksinasi terdapat beberapa cara yaitu melalui tetes mata atau tetes
hidung, air minum, injeksi (intramuscular dan subcutan), tusuk sayap, dan sparayer
(disemprot). Vaksinasi melalui tetes mata atau hidung biasa dilakukan pada anak ayam,
dan sebagai indikator bahwa vaksin telah masuk adanya gerakan menelan. Vaksinasi
injeksi/suntik dilakukan pada ayam yang dewasa pada bagian intramuscular (artinya
jarum suntik masuk ke dalam otot/daging) atau subcutan (artinya jarum suntik terletak
diantara kulit dan otot/daging). Vaksinasi melalui alat penyemprot khusus (sprayer) biasa
dilakukan pada peternakan besar. Vaksinasi tusuk sayap biasa dilakukan pada
pencegahan penyakit fowl fox dengan cara menggoreskan kedua jarum suntik pada otot
sayap.
Vaksinasi melalui air minum biasanya dilakukan pada ayam yang dewasa dan
populasinya banyak. Vaksinasi ini dilakukan dengan cara ayam dipuasakan minum
terlebih dahulu selama kurang lebih dua jam atau lebih.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 44


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

6.3. Alat dan Bahan Praktikum


6.3.1. Alat :
 Spuit atau alat suntik dari plastik
 Botol tetes mata

6.3.2. Bahan :
 Anak ayam (DOC)
 Ayam dewasa (dara)
 Vaksin ND dosis 100 ekor
 Methylene Blue
 Biaquadest

6.4. Cara Kerja


1. Siapkan vaksin ND untuk 100 ekor (100 dosis), buka segel jangan sampai tutup dari
karet terbuka.
2. Ambil sebagian cairan methyline blue melalui spuit, lalu suntikan cairan tersebut ke
dalam vaksin.
3. Setelah tercampur, goyangkan dengan arah angka delapan botol vaksin tersebut.
4. Setelah campuran homogen masukkan kedalam botol methyline blue.
5. Campuran tersebut sudah siap untuk dilakukan vaksinasi melalui tetes mata atau tetes
hidung.
6. Cara meneteskan pada mata atau hidung anak ayam yaitu pegang bagian tubuh anak
ayam oleh tiga jari yaitu kelingking, jari manis, jari tengah tangan kiri serta jari
telenjuk dan jempol tangan kiri memegang kepala anak ayam.
7. Setelah posisi tersebut teteskan satu tetes pada salah satu matanya, jangan dilakukan
pada kedua matanya.
8. Indikator bahwa vaksin sudah masuk yaitu adanya gerakan menelan.
9. Prosedur pembuatan vaksinasi ND untuk ayam dewasa sama dengan pada vaksinasi
ND ayam, hanya yang menjadi pelarut selain methyline blue biasanya pelarut aqudest.
10. Dalam membuat vaksinasi ND untuk ayam dewasa, pelarut harus diperhitungkan.
Misal vaksin ND untuk 100 dosis, maka pelarut yang digunakan jangan melebihi 1 ml
per ekornya.
11. Setelah larutan vaksin ND selesai dibuat, maka vaksin siap disuntikan melalui
intramuscular atau subcutan.
12. Cara vaksinasi ND untuk ayam dewasa bisa dilakukan oleh seorang atau dua orang.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 45


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

13. Vaksinasi ND yang dilakukan seorang yaitu tangan kiri memegang kedua kaki ayam
sambil bagian tubuh dan kepala ayam dikepit oleh lengan tangan kiri, sedangkan
tangan kanan memegang spuit untuk siap disuntikan.
14. Vaksinasi ND yang dilakukan oleh dua orang yaitu seorang memegang ayam dan
seorang lagi menyuntikan. Orang yang memegang ayam yaitu tangan kiri memegang
kedua kaki ayam dan tangan kanan memegang kepala dan tubuh ayam.
15. Setelah siap pada posisi menyuntik, vaksinasi disuntikan pada otot di sebelah tulang
dada mentok (strenum) atau bagian paha. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular
yaitu jarum suntik masuk ke dalam otot dada atau paha ayam.

6.5. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan kekebalan tubuh ayam ?
2. Apa manfaat dilakukan vaksinasi pada unggas?
3. Apa persyaratan dalam melaksanakan vaksinasi pada unggas ?
4. Jelaskan mengenai macam vaksin pada unggas.
5. Bagaimana cara atau metode vaksinasi dilakukan ?
6. Tergantung faktor apa saja jenis vaksin yang diberikan pada unggas atau ayam ?
7. Jelaskan macam pelarut vaksinasi.
8. Mengapa pelaksanaan vaksinasi tidak boleh dilakukan pada temperatur lingkungan
tinggi atau siang hari ?
9. Berapa ml maksimal pelarut yang diberikan pada setiap ekor ayam dewasa ?
10. Mengapa vaksin tidak boleh terkena cahaya matahari ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 46


Praktek -6 : Vaksinasi Ayam

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Vaksinasi Ayam


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelomp[ok :
Asisten :

Vaksin Anak Ayam


Umur Ayam :
Metode atau Cara Vaksin :
Dosis Vaksin :
Nama Jenis Pelarut :
Volume Pelarut :

Vaksin Ayam Dewasa


Umur Ayam :
Metode atau Cara Vaksin :
Dosis Vaksin :
Nama Jenis Pelarut :
Volume Pelarut :

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 6 - Hal 47


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

MENYUSUN RANSUM UNGGAS

Pokok Bahasan : Ransum


Sub Pokok Bahasan : Menyusun Ransum Unggas
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

7.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui syarat-syarat dalam menyusun ransum unggas
2. Dapat menyusun ransum unggas yang benar sesuai dengan kebutuhan.

7.2. Landasan Teori


Pakan untuk Unggas
Pakan adalah bahan makanan untuk ternak unggas seperti jagung, bungkil kedele,
tepung ikan dan lain sebagainya. Pakan ini terdiri dari pakan konvensional yaitu pakan
yang sering digunakan terdiri dari jagung, bungkil kedele, bungkil kelapa, dedak halus,
tepung ikan, minyak kelapa, tepung tulang dan kulit kerang; dan pakan inkonvensional
adalah pakan relatif yang jarang digunakan seperti sorghum, bungkil kacang tanah,
limabh penetasan, dan sebagainya. Pakan inkonvensional ini digunakan bila pakan
konvensional harganya sangat mahal atau ketersediannya kurang.
Ransum adalah campuran dua atau lebih pakan yang disusun sedemikian rupa
sehingga campuran bahan pakan tersebut mengandung nutrien yang sesuai dengan
kebutuhan ternak unggas untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi yang dijatahkan
untuk selama 24 jam.
Bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas pada dasarnya dibagi ke dalam
3 kelompok yaitu bahan pakan sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral.
Bahan pakan yang mengandung protein kasar di atas 18 persen dikelompokkan sebagai
bahan pakan sumber protein, sedangkan yang proteinnya kurang dari 18 persen
dikelompokkan sebagai bahan pakan sumber energi. Beberapa contoh bahan pakan dan
komposisi nutriennya yang dapat digunakan dalam menyusun ransum unggas disajikan
pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 contoh bahan pakan sumber energi adalah nomor 1 s/d 10 ditandai
dengan kandungan proteinnya kurang dari 18 persen, sedangkan nomor 11 s/d 22 adalah
bahan pakan sumber protein, dan nomor 22, 23 dan 24 adalah sumber mineral. Dari bahan
pakan sumber energi, jagung masih merupakan pilihan terbaik karena disamping
kandungan energinya cukup tinggi, juga mengandung asam lemak linoleat yang esensial
bagi ternak ayam, dan xantophil yaitu pigmen yang memberi warna pada kaki, kulit dan

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 48


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

kuning telur. Oleh karena itu penggunaan jagung kuning belum bisa digantikan oleh
pakan lain dan penggunaannya berkisar antara 20 – 60 persen dalam ransum unggas
tergantung tujuan pemeliharaan. Penggunaan pakan sumber energi yang lain hanya
melengkapi agar komposisi nutrien ransum sesuai dengan kebutuhan dan untuk menekan
harga ransum.
Kualitas bahan pakan sumber protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya dan
secara garis besar dibagi dua yaitu protein hewan yaitu yang berasal dari hewan dan nabati
yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani umumnya lebih baik dari nabati karena
mengandung asam-asam amino esensial lebih lengkap, dan di antara sumber potein
hewani tepung ikan masih merupakan yang terbaik.
Syarat-syarat Bahan Pakan
a. memiliki kandungan nutrien yang baik
b. tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah diperoleh
c. harga relatif murah
d. tidak mengganggu kesehatan ternak.

Tabel 1. Komposisi Energi dan Nutrien Bahan Pakan


No Bahan Pakan EM Protein Lemak SK Ca P
(kka/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Jagung kuning 3370 8,6 3,9 2,0 0,02 0,10
2 Menir 3000 7,5 2,0 1,0 0,88 0,39
3 Dedak jagung 1680 9,7 7,2 6,8 0,03 0,27
4 Dedak padi 1630 12,0 8,2 8,0 0,12 1,18
5 Bekatul 2860 12,0 12,0 3,0 0,04 0,16
6 Dedak gandum 1300 15,0 4,0 10,0 0,14 0,33
7 Sorghum 3250 10,0 2,8 2,0 0,03 0,10
8 Onggok 2956 2,8 0,3 8,2 0,35 0,19
9 Gaplek 2970 1,5 0,7 0,9 0,30 0,35
10 Minyak kelapa 8600 - 100,0 - - -
11 Bungkil kedele 2850 44,4 4,0 6,2 0,30 0,68
12 Bungkil kelapa 1650 20,5 6,7 12,0 0,18 0,28
13 Tp. daun lamtoro 1140 23,2 2,4 22,3 0,50 0,19
14 Tp. daun singkong 1720 31,3 4,8 19,4 0,90 0,37
15 Tp. daun pepaya 1230 23,5 9,1 11,3 0,40 -
16 Ampas tahu 4140 26,6 18,3 14,5 0,19 0,29
17 Tepung ikan 3080 53,0 4,2 1,0 0,50 2,6
18 Tepung darah 2850 80,1 1,6 1,0 0,15 0,32
19 Tepung bulu ayam 2310 85,0 2,5 1,0 0,50 0,32
20 Tepung bekicot 3010 60,9 7,0 4,5 0,69 0,43
21 Tp. kepala udang 1750 40,3 - 6,9 7,56 1,65
22 Tepung tulang 1000 12,0 3,0 2,0 29,00 13,50
23 Tepung kerang - - - - 37-39 -
24 Kapur - - - - 33-38 -

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 49


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Evaluasi Bahan Pakan


Bahan pakan yang digunakan dalam susunan ransum harus dievaluasi terutama untuk
bahan pakan yang baru diperkenalkan atau yang terlalu lama disimpan dan yang diduga
ada pemalsuan. Evaluasi dapat dilakukan secara fisik, kimia, biologis dan mikroskopis.
Evaluasi bahan pakan secara fisik dapat dilakukan secara langsung dengan
menggunakan panca indara kita misalnya dari bau, rasa, warna dan perabaan.
Ketrampilan mengevaluasi secara fisik biasanya berdasarkan pengalaman. Bisa pula
dengan menggunakan alat-alat sederhana maupun canggih.
Evaluasi bahan pakan secara kimiawi dilakukan di laboratorium biasanya dianalisis
mengenai kandungan nutrien dengan analilsis proksimat seperti kandungan air, protein,
energi, lemak, serat kasar dan abu. Dapat pula dilakukan dengan analisis yang lebih
canggih seperti untuk mengukur komposisi asam-asam amino dan kandungan racun dan
antinutrisi bahan.
Evaluasi secara biologis bahan pakan untuk unggas biasanya dilakukan secara
langsung pada unggas. Yaitu bahan pakan yang akan dievaluasi dicampurkan ke dalam
susunan ransum dengan jumlah tertentu, kemudian diberikan pada unggas, dab
selanjutnya dilihat pengaruhnya seperti pertambahan bobot badan, komsumsi ransum dan
sebagainya.
Evaluasi secara mikroskopis diamati melalui mikroskop untuk mengamati pemalsuan
bahan pakan.

Kebutuhan Nutrien Pada Unggas


Nutrien atau zat-zat makanan yang diperlukan oleh ternak unggas adalah
karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Semua bahan bahan pakan
mengandung nutrien tersebut namun kebutuhannya bervariasi tergantung pada jenis,
umur dan varietas masing-masing.
Unggas mengkonsumsi ransum pertama kali adalah untuk memenuhi kebutuhan
energi yang befungsi dalam memellihara panas tubuh dan poses-proses metabolisme
dalam tubuh. Energi tersebut diperoleh dari karbohidrat dan lemak dalam ransum yang
dikonsumsinya. Bila karbohidrat dan lemak itu berlebihan maka akan disimpan dalam
bentuk lemak tubuh, tetapi bila kurang maka protein ransum akan dimanfaatkan menjadi
sumber energi. Apabila masih kekurangan maka lemak tubuh dan kemudian protein tubuh
akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Hal itu terjadi dalam
kasus kekurangan makanan/nutrien sehingga unggas tetap hidup tetapi badannya menjadi
kurus. Oleh karena itu pemberian ransum pada unggas umumnya disediakan berlebih.
Protein diperlukan untuk membangun tubuh atau pertumbuhan jaringan teutama
daging dan pembentukan telur. Mineral terutama untuk membangun kerangka sedangkan

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 50


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

vitamin diplerlukan dalam bebagai proses metabolisme dan untuk memelihara organ-
organ dan sistem-sistem dalam tubuh.
Dalam menyusun ransum unggas maka yang diperhatikan adalah kebutuhan energi
metabolis (EM), protein, lemak, dan mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P). Sedangkan
kebutuhan viamin dan mineral lainnya secara teoritis dapat terpenuhi dari bahan pakan
yang digunakan karena kebutuhannya relatif sedikit. Namun untuk menjaga jangan
sampai kekurangan biasanya ke dalam ransum unggas ditambahkan Premix atau
sejenisnya yang mengandung mineral mikro dan vitamin sintetis dalam kandungan yang
tinggi. Penggunaannya biasanya sekitar 0,25 – 0,50 persen dalam ransum.
Kebutuhan energi dan nutrien pada unggas bervariasi sesuai dengan umur dan tujuan
pemeliharaan. Untuk mengetahui kebutuhan energi dan nutrien unggas dapat dilihat
Tabel pada NRC untuk unggas, Ilmu Nutrisi Unggas (Juju Wahju) dan Tabel kebutuhan
nutrien unggas lainnya.

Penyusunan Ransum Unggas


Untuk dapat menyusun ransum unggas yang diperlukan adalah :
a. Pengetahuan tentang kebutuhan nurien dan energi untuk unggas.
b. Pengetahuan tentang komposisi nurien dan energi bahan pakan yang akan digunakan.
c. Pengetahuan tentang harga masing-masing bahan pakan yang selanjutnya dapat
menentukan harga masing-masing Energi dan proteinnya.
d. Pengetahuan tentang cara menyusun ransum yang dapat menghasilkan ransum sesuai
dengan kebutuhan dan harga yang ekonomis.

Cara Menyusun Ransum

Ada beberapa cara menyusun ransum yaitu :

a. Trial and Error Method (Metode Coba-coba).


b. Pearson’s Square Method (Metode Bujur Sangkar)

c. Exact Method (Metode Aljabar)

d. Simultaneous Equation Method (metode Persamaan Simultan)

e. Linier Programming Method (Metode Program Linier)


Dari kelima cara di atas yang akan diterangkan adalah cara menyusun ransum metode
Trial and Error (Metode Coba-coba) dan Pearson’s Square (Metode Bujur Sangkar),
sedangkan metode lainnya saudara dapat lihat pada buku ransum unggas lainnya. Dalam
menyusun ransum maka metode a dan b adalah yang paling sederhana dan dapat

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 51


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

menggunakan mesin hitung biasa, namun tidak dapat meminimalkan harga ransum.
Untuk menghasilkan kebutuhan nutrien yang optimal dengan harga seminimal mungkin
perlu menggunakan metode Linier Programming yang memerlukan perangkat
komputer untuk mempercepat proses perhitungan. Software penyusunan ransum unggas
yang sering digunakan dengan metode Linier Programming yaitu Mixit dan
Feedmania.
Dalam menyusun ransum unggas perlu pengetahuan mengenai batas-batas
penggunaan masing-masing bahan pakan dalam ransum unggas, agar menghasilkan
performan unggas yang optimal sesuai dengan kebutuhanya dengan harga ransum yang
ekonomis. Sebagai contoh apabila penggunaan dedak padi terlalu tinggi pada ransum
sampai 40 % dapat mengakibatkan ransum menjadi amba (cepat kenyang), sehingga
ransum yang dikonsumsi sebagaian kebutuhan nutriennya tidak terpenuhi, selain itu
dedak padi mengandung anti nutrisi vitat yang dapat mengganggu metabolisme
penyerapan kalsium. Batas penggunaan bahan pakan untuk unggas dapat dilihat pada
buku Meramu Pakan Unggas karangan Bambang Murtidjo.

Trial and Error Method


Metode trial and error diawali dengan mencoba-coba dan kemudian dihitung hingga
sesuai dengan kebutuhab nutrien unggas.

Contoh 1.

Misalnya hendak disusun ransum ayam buras periode produksi (umur diatas 22 minggu)
dengan kandungan protein ransum 15 % dan Energi Metabolis 2600 Kkal/kg.

Langkah pertama :

Inventarisasi bahan pakan yang tersedia di sekitar lokasi yang biasa digunakan dalam
campuran ransum. Selanjutnya cari komposisi nutrien semua bahan pakan yang akan
digunakan. Dihasilkan bahan sebagai berikut :
Bahan Pakan Terpilih Protein (%) Energi Metabolis
(Kkal/kg)
Jagung kuning 8,6 3370
Dedak padi 12 1630
Onggok 2,84 2956
Bungkil kedele 44,4 2240
Bungkil kelapa 20,5 1650
Tepung daun lamtoro 23,2 1140
Tepung ikan 53 3080

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 52


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Langkah kedua :
- Jumlah bahan pakan yang dicoba berdasarkan perkiraan penyusun dengan dasar
penggunaan bahan pakan maksimum (tabel 8).
- Kebutuhan standar yaitu: kebutuhan nutrien unggas pada periode prouksi (tabel 7).
- Total jumlah bahan pakan dalam 100 kg ransum, 0,5 kg adalah premik.

Dari formula 1 terlihat bahwa protein ransum berlebih dari standarnya (16,97% - 15,00%
= 1,97%) dan energi metabolis ransum kurang dari standarnya (2194,12 – 2600 Kkal/Kg
= - 405,88 Kkal/Kg). Untuk mengatasi kasus demikian, diambil kiat sebagai berikut :
- Kasus protein kelebihan dan energi kekurangan maka perlu penggantian bahan pakan
yang berenergi rendah dan berprotein tinggi dengan bahan pakan berenergi tinggi
berprotein rendah, dengan sarat bahan pakan yang kedua memiliki kandungan energi
lebih tinggi dari pada bahan pakan pertama.
- Kasus energi cukup tapi protein berlebih, maka perlu ada pergantian bahan pakan
sumber protein tetapi jangan mengurangi jumlah tepung ikan. Untuk mengurangi
kandungan protein tanpa mengganggu keseimbangan asam amino, cukup mengurangi
protein asal nabati yaitu bungkil kedele diganti oleh bungkil kelapa. Tetapi karena
bungkil kedele memiliki kandungan energi lebih tinggi dari pada bungkil kelapa maka
untuk mengimbanginya jagung kuning ditingkatkan.
- Kasus-kasus enegi kurang tetapi protein sudah cukup, maka perlu ada pergantian
bahan pakan berenergi endah oleh bahan pakan berenergi tinggi dengan srat yang
saling menggantikan memiliki kandungan protein yang hampir sama, apabila
kekurangan energi ini cukup banyak maka disarankan ke dalam ransum tersebut
ditambahkan miyak atau lemak dengan jumlah tidak lebih dari 2% untuk menghindari
ransum cepat tengik.

Formula 1.

Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis


Jagung Kuning 20 8,6 x 0,20 = 1,72 3370 x 0,20 = 674
Dedak Padi 50 12 x 0,25 = 6,00 1630 x 0,25 = 815
Onggok 7 2,84 x 0,07 = 0,1988 2956 x 0,07 = 206,92
Bungkil Kedele 10 44,4 x 0,10 = 4,44 2240 x 0,10 = 224
Bungkil Kelapa 3 20,5 x 0,03 = 0,615 1650 x 0,03 = 49,5
Tp. Daun Lamtoro 3,5 23,2 x 0,035 = 0,812 1140 x 0,035 = 39,9
Tp. Ikan 6 53 x 0,06 = 3,18 3080 x 0,06 = 184,8
Total = 16,966 2194,12
Kebutuhan Standar = 15 2600

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 53


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Berdasarkan kiat-kiat di atas kita melangkah ke formula 2 dengan perubahan :

- Jagung digunakan sampai batas maksimum yaitu 40%.


- Onggok digunakan 10%, dan pemakaian dedak padi dikurangi menjadi 29%.
- Tepung daun lamtoro dikurang menjadi 1,5%

Formula 2
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40 8,6 x 0,40 = 3,44 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 29 12 x 0,29= 3,48 1630 x 0,25 = 3,48
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kedele 10 44,4 x 0,10 = 4,44 2240 x 0,10 = 224
Bungkil Kelapa 3 20,5 x 0,03 = 0,615 1650 x 0,03 = 49,5
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Tp. Ikan 6 53 x 0,06 = 3,18 3080 x 0,06 = 184,8
Total = 15,787 2591,7
Kebutuhan Standar = 15 2600

Dari formula 2 masih terjadi kelebihan protein 0,0787% dan kekurangan EM sekitar
8,3 Kkal/kg. Kelebihan protein tersebut sebetulnya dianggap normal karena hanya 5,25%
dari angka kebutuhan. Akan tetapi formula 2 masih dapat diperbaiki lagi dengan cara
menggantikan sejumlah Bk kedele oleh bungkil kelapa, dan untuk mengejar kekurangan
energi ditambhakan sedikit minyak kelapa. Hasilnya seperti terlihat pada formula 3.
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40 8,6 x 0,40 = 3,44 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 29 12 x 0,29= 3,48 1630 x 0,25 = 3,48
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kedele 7 44,4 x 0,07 = 3,108 2240 x 0,07 = 156,8
Bungkil Kelapa 5,7 20,5 x 0,057 = 1,168 1650 x 0,57 = 94,05
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Tp. Ikan 6 53 x 0,06 = 3,18 3080 x 0,06 = 184,8
Minyak kelapa 0,36 0 x 0,0036 = 0 8600 x 0,0036 = 30,96
Total 100 = 15,008 2600,01
Kebutuhan Standar = 15 2600

Makanan pelengkap (feed suplement) biasanya terdiri dari vitamin-vitamin


sitesis untuk menjaga keseimbangan vitamin dan mineral sesuai dengan kualitas bahan
pakan asal tropis yang tidak tetap. Bahkan asam amino sintetik, obat anticoccidiosis
dan anti jamur juga dapat dimasukan dalam kategori makanan pelengkap. Formula 3
sudah dianggap sesuai dengan kebutuhan protein dan energi untuk unggas yang sedang
bertelur, walaupun demikian formula 3 masih belum tuntas karena belum diperiksa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 54


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

kandungan asam amino esensial methionin, lisin, dan triptophan; asam lemak linoleat;
dan serat kasar yang menjadi batasan dalam mempengaruhi kecernaan ransum. Batas
maksimum serat kasar adalah 4%.
Ransum yang baik harus mengikuti Format tabel dibawah ini :
Pakan Jumlah Protein Methionin Triptophan Lisin Ca P Energi Harga
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg) (Rp/kg)

Total
Standar

Kelemahan metode coba-coba ini memerlukan waktu lama serta keuletan, apalagi
jika bahan yang akan digunakannya cukup banyak. Kiat formulasi ransum dengan
metode coba-coba adalah harus banyak latihan dan membuat formulasi sampai dengan
beberapa langkah agar mudah dalam mendapatkan formula ransum yang paling sesuai
dan paling murah.

Pedoman umum untuk mempersingkat proses pehitungan :


- Bila protein lebih, energi cukup. Maka bahan pakan sumber protein harus dikurangi.
Bila ransum yang disusun untuk unggas yang sedang bertelur, maka yang dikurangi
adalah bahan pakansumber protein asal nabati yang memiliki kandungan energi tidak
terlalu tinggi, seperti bungkil kelapa, bungkil kedele dan sejenisnya.
- Bila protein cukup, energi berlebih. Maka bahan sumber energi dikurangi. Bila
kelebihannya sedikit, maka yang dikurangi cukup jagung saja. Tetapi bila
kelebihannya cukup banyak maka yang dikurangi adalah minyak atau lemak.
- Bila serat kasar berlebih. Maka bahan pakan berserat kasar tinggi jangan terlalu
banyak digunakan, bahan pakan yang seratnya tinggi adalah dedak padi.
- Bila protein dan energi berlebih. Maka penggunaan bahan pakan yang tinggi protein
dan energinya harus dikurangi. Bahan pakan yang tinggi protein dan energinya adalah
tepung ikan. Tepung ikan disarankan dalam ransum unggas yang sedang bertelur
antara 6 – 9 %.

b. Person’s Square Method (metode bujur sangkar)


Metode person’s square biasanya digunakan untuk memperoleh suatu ransum
yang berasal dari dua bahan pakan atau lebih, untuk mudahnya jumlah bahan pakan yang
digunakan adalah kelipatan 2. Prinsip perhitungan metode ini yaitu mencampur dua
bahan yang masing-masing memiliki konsentrasi tinggi dengan bahan lain yang
konsentrasinya rendah. Sebagai contoh apabila kita akan membuat ransum yang
mengandung protein 15% dan bahan pakan lainnya mengandung protein dibawah 15%.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 55


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Pencampuran tidak akan tercapai apabila kedua bahan yang digunakan sama-sama
mengandung protein diatas 15% atau dibawah 15%. Contoh 1.
- Berapa bagian konsentrat ransum dan dedak padi yang harus dicampurkan apabila
campuran ransum tersebut mengandung protein 15%. Protein konsentrat 36% dan
protein dedak padi 12%.

Penyelesaian :

Konsentrat 36 3/24 3/24 X 100% = 12,50%

15

Dedak 12 21/24 21/24 X 100% = 87,50%


Pengecekan : protein dari konsentrat 12,50% X 36% = 4,5%
Protein dedak 87,50% X 12% = 10,5%
Jumlah = 15,0% (sesuai)

Dengan demikian untuk mendapatkan campuran ransum yang mengandung protein 15%,
maka jumlah konsentrat yang harus dicampurkan adalah sebanyak 12,5 bagian dan dedak
padi 87,5 bagian.

Contoh 2.
Misalnya hendak disusun ransum ayam buras periode produksi (umur diatas 22
minggu) dengan kandungan protein 15% dan energi metabolis 2600 Kkal/kg. Bahan
pakan yang akan digunakan sebanyak 7 bahan.
Langkah 1 adalah inventarisasi bahan pakan yang akan digunakan, dan catat kandungan
protein dan Energi Metabolis seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini . Data
akan lebih lengkap apabila disertai dengan daftar harga bahan pakan untuk setiap
kg, dan harga ransum yang sudah jadi di toko “Poultry Shop”.
Langkah 2 : adalah pengelompokan bahan, yaitu :
- Kelompok 1 adalah bahan pakan bernergi < 2600 Kkal/kg dengan kandungan protein
> 15% dan < 15%. Termasuk kelompok in adalah dedak padi, bungkil kedele, bungkil
kelapa, dan daun lamtoro.
- Kelompok 2 adalah bahan pakan bernergi > 2600 Kkal/kg dengan kandungan protein
> 15% dan < 15%. Termasuk kelompok in adalah jagung kuning, onggok, dan tepung
ikan.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 56


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Bahan Pakan Terpilih Protein (%) Energi Metabolis


(Kkal/kg)
Jagung kuning 8,6 3370
Dedak padi 12 1630
Onggok 2,84 2956
Bungkil kedele 44,4 2240
Bungkil kelapa 20,5 1650
Tepung daun lamtoro 23,2 1140
Tepung ikan 53 3080
Langkah 3 pilih setiap kelompok hanya diwakili dua bahan pakan yang memenuhi
persyaratan, sisa bahan pakan langsung ditentukan penggunaannya dengan berpegang
pada batasan penggunaan dalam ransum. Pada kasus ini bahan pakan yang akan
ditentukan penggunaannya adalah bungkil kelapa, tepung daun lamtoro dan onggok.

Langkah 4
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kelapa 7 20,5 x 0,007 = 1,435 1650 x 0,07 = 115,5
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Feed sulement 0,5 - -
Total 19,0 = 2,067 428,2
Kebutuhan Standar 100 = 15 2600
Kekurangan : Jumlah bahan pakan 100 – 19 = 81 bagian
Protein ransum 15% - 2,067% = 12,933%
Energi ransum 2600 – 428,2 = 2171,8 Kkal/kg
atau protein ransum yang harus disusun adalah 12,933/81 x 100% = 15,97 %
Energi ransum yang harus disusun adalah 2171,8/81 x 100 = 2681,23 Kkal/kg.

Langkah 5
Campuran 1.
Dedak 12 28,43 28,43/32,4 x 100 % = 87,75 %

EM = 87,75 % x 1630 = 1430,32


15,97 Kkal/kg

3,97 3,97/32,4 x 100 % = 12,25 %


Bungkil kedele 44,4

32,4 EM = 12,25 % x 2240 = 274,4


Kkal/kg
Jumlah enerrgi metabolis pada campuran 1 adalah (1430, 32 + 274,4) Kkal/kg =
1704,72 Kkal/kg

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 57


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Campuran 2.
Jagung 8,6 37,03 37,03/44,4 x 100 % = 83,40 %

EM = 83,40 % x 3370 = 2810,58


15,97 Kkal/kg

7,37 7,37/44,4 x 100 % = 16,60 %


Tepung ikan 53

44,4 EM = 16,60 % x 3380 = 511,28


Kkal/kg

Jumlah enerrgi metabolis pada campuran 2 adalah (2810,58 + 511,28) Kkal/kg =


3321,86 Kkal/kg

Langkah 6 :
Menggabungkan campuran 1 (EM = 1704,72 Kkal/kg ) dengan campuran 2 (EM =
3321,86 Kkal/kg) membentuk suatu campuran yang mengnadung EM = 2681,23
Kkal/kg.

Campuran 1 1704,72 640,63 640,63/1617,14 x 100 % =


39,61 %

15,97

Campuran 3321,86 976,51 976,51/1617,14 x 100% = 60,93


%

1617,14

Banyaknya bahan pakan yang digunakan adalah :


Dedak padi : 87,75 % x 39,61 % x 81 bagian = 28,15 bagian
Bungkil Kedele : 12,25 % x 39,61 % x 81 bagian = 3,93 bagian
Jagung kuning : 83,40 % x 60,39 % x 81 bagian = 40,80 bagian
Tepung ikan : 16,60 % x 60,39 % x 81 bagian = 8,12 bagian

Cek ransum
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40,80 8,6 x 0,408 = 3,509 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 28,15 12 x 0,29 = 3,378 1630 x 0,25 = 3,48

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 58


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Onggok 10,00 2,84 x 0,10 = 0,284 2956 x 0,10 = 295,6


Bungkil Kedele 3,93 44,4 x 0,0393 = 3,108 2240 x 0,07 = 156,8
Bungkil Kelapa 7,00 20,5 x 0,07 = 1,168 1650 x 0,57 = 94,05
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Tp. Ikan 8,12 53 x 0,0812 = 4,304 3080 x 0,06 = 184,8
Makanan pelengkap 0,50 8600 x 0,0036 = 30,96
Total 100,00 = 15,003 2600,01
Kebutuhan Standar 15,000 2600,00

Pengecekan kandungan nutrien ransum harus lengkap seperti format tabel di


bawah ini :
Pakan Jumlah Protein Methionin Triptophan Lisin Ca P Energi Harga
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg) (Rp/kg)

Total
Standar

Untuk meyakinkan bahwa ransum yang kita susun lebih murah daripada ransum
yang diperoleh dari Poultry Shop, maka biaya ransum yang kita susun harus dihitung
biayanya. Komponen biaya yang harus diperhitungkan adalah :
Biaya pembelian bahan pakan, biaya bahan pakan ini adalah besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan pakan tersebut sampai siap disusun menjadi
ransum di lokasi kandang.
Biaya pencampuran ransum, upah yang harus dibayarkan untuk mencampur setiap kg
ransum. Misalnya seorang pekerja dapat menyelesaikan pencampuran ransum 1000 kg
dengan upah Rp. 10.000 biaya per kg ransum adalah Rp 10,-/kg

7.3. Alat dan Bahan Praktikum


7.3.1. Alat :
 Timbangan O’ haus
 Plastik

7.3.2. Bahan :
 Jagung
 Dedak
 Bungkil kelapa
 Bungkil kedele
 Tepung Ikan
 Minyak Kelapa
 Tepung Kerang arau tepung tulang
 Top Mix

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 59


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

7.4. Cara Kerja


1. Mencari informasi mengenai kebutuhan nutrisi unggas yang ditugaskan pada saudara
atau kelompoknya oleh dosen.
2. Siapkan tabel atau data kandungan nutrisi unggas (EM, protein, serat kasar, lemak
kasar, Ca dan P) masing-masing bahan pakan penyusun ransum unggas.
3. Hitung berapa jumlah masing-masing bahan pakan dalam 100 % atau 100 kg ransum.
Data yang telah didapat untuk masing-masing bahan pakan dimasukkan ke dalam tabel
pengamatan.
4. Setelah diketahui jumlah masing-masing bahan pakan, susun bahan pakan lapis demi
lapis sampai berbentuk piramid dari mulai bahan pakan yang jumlahnya banyak
sampai jumlahnya sedikit di atas plastik yang telah disediakan. Untuk premix (feed
supplement) campurkan dengan sedikit jagung dalam satu wadah (campuran premnix).
Bila dalam susunan ransum terdapat minyak kelapa, maka minyak kelapa harus
dicampur dengan jagung dalam satu wadah agar tidak menggumpal dalam menyusun
ransum (campuran minyak kelapa).
5. Aduk dan gilas dengan kedua telapak tangan bahan pakan yang terbentuk seperti
piramid serta tambahkan sedikit demi sedikit campuran premix dan campuran minyak
kelapa. Pengadukan dilakukan kurang lebih 15 menit sampai bahan pakan homogen
dalam menyusun ransum.

7.5. Pertanyaan
1. Apa perbedaan antara ransum dan pakan ?
2. Sebutkan bahan pakan unggas sebagai sumber protein ?
3. Sebutkan bahan pakan unggas sebagai sumber energi ?
4. Sebutkan syarat memilih bahan pakan unggas ?
5. Kriteria apa saja dalam menyusun ransum unggas ?
6. Kapan ransum konvensional dipergunakan ?
7. Sebutkan 5 bahan pakan konvensional untuk ransum unggas ?
8. Kebutuhan nutrien apa saja yg perlu diperhatikan dalam menyusun ransum unggas ?
9. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi unggas ?
10. Metode perhitungan yg mana dalam penyusunan ransum unggas yang menghasilkan
kebutuhan nutrisi yang optimal dengan harga yang minimal atau ekonomis ?
11. Seorang peternak memelihara itik dengan populasi 500 ekor, dengan kebutuhan
konsumsi ransum setiap ekor 200 gram/hari. Bahan pakan yang tersedia yaitu dedak
padi, jagung dan konsentrat dengan masing-masing kandungan protein 12 %, 9 %
dan 36 %. Diketahui bahwa campuran antara dedak dan padi dengan perbandingan 2
: 1. Berapa kg masing-masing bahan pakan yang harus disediakan peternak tersebut
dalam seminggu, apabila kebutuhan protein untuk itik tersebut 18%.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 60


Praktek -7 : Menyusun Ransum Unggas

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Menyusun Ransum Unggas


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelompok :
Asisten :

Tabel Pengamatan Susunan Ransum

Pakan Jumlah Protein Methionin Triptophan Lisin Ca P Energi Harga


(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg) (Rp/kg)

Total

Standar

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 7 - Hal 61


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

PEMOTONGAN PARUH

Pokok Bahasan : Manajemen Layer


Sub Pokok Bahasan : Pemotongan Paruh (Debeaking)
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

8.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan mengerti kegunaan pemotong paruh.
2. Mengetahui dan melaksanakan cara pemotongan paruh yang baik.

8.2. Landasan Teori


Keberhasilan suatu usaha peternakan harus memperhatikan sapta usaha peternakan
yang meliputi bibit, perkandangan, makanan, tatalaksana pemeliharaan, pengendalian,
reproduksi, dan pasca panen/pemasaran. Selanjutnya agar usaha tersebut berjalan
berkesinambungan dan memperoleh hasil yang optimal, maka para peternak harus selalu
melakukan tindakan yang dapat meningkatkan efisiensi dengan menggunakan teknologi
yang tepat.
Para peternak besar telah menyadari perlunya melakukan pemotongan paruh
(debeaking) sehubungan dengan ayam sering terjadi sifat patuk mematuk (kanibalisme)
yang dapat merugikan. Sebenarnya sifat ini sudah terdapat pada bangsa ayam secara
turun temurun dan sampai sekarang belum dapat dihilangkan sifat kanibalisme ini.
Usaha-usaha seleksi maupun pemulian hanya mampu memperkecil terhadap
kemungkinan-kemungkinan timbulnya sifat ini.
Terdapat beberapa bentuk dari sifat kanibalisme yaitu terjadinya pematukan pada
bagian-bagian badan seperti jari-jari kaki, pial atau vent. Selain itu juga terjadi
pematukan/pencabutan bulu, ekor atau sayap sampai taraf memakan. Sering pula terjadi
pematukan terhadap telur sehingga menjadi pecah yang kemudian juga dimakannya.
Pada anak ayam kejadian yang sering terlihat adalah pematukan terhadap jari-jari kaki
dan bulu.
Penyebab Timbulnya kanibalisme
Berdasarkan para pakar unggas bahwa penyebab yang dapat menimbulkan
kanibalisme adalah luas kandang terlalu sempit, temperatur kandang yang terlalu tinggi,
defisiensi zat makanan, tidak teraturnya pemberian makanan, kurang tempat makan dan
tempat minum baik dari segi jumlah maupun luasnya, intensitas cahaya yang berlebih,
bentuk ransum, sifat peck order (sifat menurun), banyak mengangur, tidak seragam umur

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 62


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

dalam satu kandang, adanya gangguan external parasit, kurang sarang dan akibat
kekurangan garam.

Pencegahan Kanibalime
Mengontrol kanibalisme ialah melalui tindakan pencegahan sebelumnya, sebab bila
sudah dimulai kejadiannya apalagi kalau sudah menyebar akan lebih sulit untuk
mencegahnya. Dikatakannya pula bahwa usaha-usaha untuk mengurangi atau mencegah
timbulnya kanibalisme dapat dilakukan dengan jalan jumlah ayam yang dipelihara
disesuaikan dengan luasnya, kontruksi kandang harus memenuhi syarat, mutu makanan
yang baik, pemberian makan dan air minum harus teratur, jumlah makanan harus
mencukupi, intensitas cahaya jangan berlebih, pisahkan ayam yang tingkat sosial rendah
atau tinggi, pemeliharaan hendaknya umur yang seragam, usahakan menggunakan sarang
yang cukup, mencat dinding kandang atau pintu dengan warna merah, menggunakan
lampu merah, menggunakan obat penenang, menggunakan salep anti pick, mengantung
sesuatu dalam kandang seperti wortel, menambahkan garam pada makanan dan minuman,
dan melakukan debeaking.

Debeaking
Cara yang dianggap baik sampai sekarang untuk mencegah terhadap kemungkinan
timbulnya kanibalisme adalah melalui pemotongan paruh atau debeaking, dan merupakan
cara yang efektif. Debeaking pada ayam sudah merupakan cara yang paling sering
dilakukan untuk mencegah kanibalisme, terutama sekali apabila pemeliharaan dilakukan
secara terkurung dan berkelompok.
Untuk mendapatkan hasil debeaking yang baik maka dilakukan sedemikian rupa
sehingga kemungkinan terjadinya stress kecil dan tidak tumbuh kembali untuk mencapai
panjang yang normalnya. Debeaking dilakukan terlalu keras malah dapat memperlambat
dewasa kelamin, berat badan yang kurang dan performan yang buruk pada saat periode
bertelur.

Metode Debeaking
Terdapat dua metoda debeaking yaitu cold debeaking dan hot debeaking. Pada cold
debeaking terutama dilakukan pada anak ayam, karena tidak ada pembakaran yang dapat
mematikan jaringan dari paruh, sehingga sering terjadi pertumbuhan kembali sehingga
mencapai panjang yang normal. Oleh karena itu debeaking perlu diulang kembali yaitu
sebelum mencapai umur dewasa kelamin.
Pada hot debeaking digunakan alat debeaking yang mempunyai pisau pemotong yang
dipanaskan dengan temperatur 1110 oF - 1500 oF, sehingga dapat mematikan jaringan dari

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 63


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

paruh oleh karena itu bila pelaksanaannya baik dan tepat maka tidak perlu pengulangan
kembali.
Cara debeaking ternyata mempunyai banyak variasi, tetapi pada dasarnya ada dua
cara, yaitu :
1. Block debeaking, yaitu pemotongan yang dilakukan memberikan hasil paruh bagian
atas sama panjangnya dengan paruh bagian bawah.
2. Conventional debeaking, yaitu pemotongan yang dilakukan memberikan hasil paruh
bagian atas lebih pendek daripada paruh bagian bawah.
Selain kedua metoda debeaking di atas terdapat metoda debeaking yang lainnya yaitu
V-Notch debeaking dan partial debeaking.

Umur Pelaksaanan Debeaking


Debeaking pada dasarnya dilakukan pada anak ayam dan ayam yang berumur muda.
Debeaking pada anak ayam biasa dilakukan pada umur satu hari atau pada umur 6-9 hari
dan sebaiknya jangan dilakukan pada umur 2-3 hari karena akibat yang ditimbulkannya
dapat lebih buruk karena terjadi penurunan konsumsi makanan maupun minuman secara
sangat tajam.
Debeaking pada umur muda biasanya dilakukan pada ayam tipe petelur, yaitu umur
10-14 mingggu dan 3-4 minggu sebelum periode produksi yaitu umur 18-20 minggu.

Pengaruh Umur Debeaking Terhadap Performans Ayam


Mengenai umur yang baik untuk melaksanakan debeaking banyak sekali para peneliti
yang mengemukan pendapatnya, tetapi secara umum sebaiknya tidak dilakukan pada
umur di atas lima bulan. Debeaking pada ayam broiler tidak perlu dilakukan karena
sifatnya yang plagmatis (lamban) dan periode pemeliharaan yang relatif pendek.
Bagaimanapun baiknya kita melakukan debeaking maka tetap akan menimbulkan
stress yang kemungkinan dapat mempengaruhi performan ayam. Debeaking dapat
menurunkan jumlah konsumsi makanan selama periode pertumbuhan dan berat badan
yang lebih ringan. Debeaking yang dilakukan pada ayam muda tipe petelur umur 1 hari,
6-9 hari; 8, 12 dan 20 minggu dapat menurunkan konsumsi ransum, menurunkan
pertambahan berat badan, menghambat dewasa kelamin, produksi telur tahunan sedikit
menurun dan berat telur sedikit relatif rendah bila dibandingkan dengan tidak di
debeaking.

Pengaruh Metoda Debeaking Terhadap Performan Ayam


Berbagai metoda debeaking telah dilakukan oleh para peneliti, yaitu untuk melihat
bagaimana pengaruhnya terhadap performan ayam. Debeaking pada ayam dari mulai

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 64


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

umur sehari sampai menjelang bertelur sebaiknya dilakukan pemotongan 1/3 sampai 1/2
bagian paruh baik pada bagian atas saja (metoda conventional debeaking) ataupun bagian
atas dan bawah (metoda blok debeaking), hasilnya tidak menunjukkan perbedaan dalam
pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konsumsi air minum dan efisiensi
penggunaan makanan bila dibandingkan dengan ayam yang tidak di debeaking.
Perlakuan debeaking dengan metoda conventional memberikan hasil konsumsi
ransum, konsumsi air minum dan pertambahan berat badan yang lebih baik dibandingkan
block debeaking.

8.3. Alat dan Bahan Praktikum


8.3.1. Alat :
 Electric Debeaking
 Gunting Kuku

8.3.2. Bahan :
 DOC
 Ayam dara

8.4 Cara Kerja


1. Peganglah anak ayam dengan cara 3 jari tangan kanan dari kelingking sampai jari
tengah memegang tubuhnya, sedangkan jari telunjuk dimasukan diantara paruh atas
dan bawah serta menekan lidah anak ayam dan paruh bawahnya, sambil ibu jari
memegang kepala anak ayam.
2. Setelah posisi seperti pada nomor 1 maka paruh bagian atas masukkan ke dalam pisau
elektric debeaking, lalu injak pedal elektric debeaking sehingga pisaunya memotong
paruh.
3. Untuk ayam yang besar, peganglah tubuh ayam oleh tangan kiri sedangkan 3 jari
tangan kanan dari kelingking sampai jari tengah memegang bagian leher, jari
telunjuk dimasukan diantara paruh atas dan bawah serta menekan lidah ayam dan
paruh bawahnya, sambil ibu jari memegang kepala ayam.
4. Setelah posisi seperti pada nomor 3 maka paruh bagian atas masukkan ke dalam pisau
elektric debeaking, lalu injak pedal elektric debeaking sehingga pisaunya memotong
paruh.
5. Cara kerja nomor 1 sampai dengan nomor 4 yaitu menggunakan metode conventional
debeaking.
6. Metode block debeaking dilakukan dengan memotong paruh bagian atas dan bawah
1/3 – 1/2 bagian paruh, dengan cara yang sama pada metode conventional debeaking.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 65


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

7. Sebelum dilakukan debeaking sebaiknya diberikan obat anti stress dan vitamin K.

Gambar 3. Pemotong Paruh

8.5. Pertanyaan
1. Apa manfaat debeaking pada unggas ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadi kanibalisme ?
3. Jelaskan bentuk atau macam dari sifat kanibalisme ?
4. Bagaimana cara mengatasi atau mengurangi kanibalisme ?
5. Jelaskan apakah perlu debeaking dilakukan pada ayam broiler ?
6. Pada umur berapa ayam perlu di potong paruhnya ?
7. Metode pemotongan paruh mana yang terbaik ?
8. Sebaiknya berapa bagian paruh yang harus dipotong ?
9. Jelaskan apakah terdapat efek samping dari pemotong paruh dibandingkan dengan
yang tidak dipotong paruhnya terhadap performan ayam ?
10. Jelaskan metode debeaking sumber pemanas yang digunakan ?
11. Jelaskan apakah itik (unggas air) perlu dilakukan debeaking ?

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 66


Praktek -8 : Pemotongan Paruh

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Pemotongan Paruh (Debeaking)


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelomp[ok :
Asisten :

Tabel Pengamatan Debeaking

Berapa Berdasarkan
Metode bagian Sumber panas
Umur Ayam Keterangan
Debeaking paruh yang yang
dipotong digunakan

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak-8 Hal 67


Praktek -9 : Boneless

BONELESS

Pokok Bahasan : Pasca Panen


Sub Pokok Bahasan : Boneless
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

9.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui kegunaan dari pemotongan ayam dengan cara memisahkan antara
tulang dengan daging (boneless).
2. Melaksanakan pemotongan untuk memisahkan antara daging dan tulang ayam
dengan benar.

9.2. Landasan Teori


Pasca panen ayam broiler setelah dipotong terdapat beberapa bentuk yaitu
New York Dress, Ready to Cook, Empty Carcas, Cut Up dan Boneless. New York
Dress yaitu karkas ayam tanpa bulu dan darah. Ready to Cook yaitu karkas ayam
tanpa darah, bulu, kaki, kepala, leher dan jeroan. Empty Carcas atau disebut juga
karkas kosong yaitu karkas ayam tanpa darah, bulu, kaki, kepala, leher , dan giblet.
Cut Up yaitu karkas yang dipotong-potong setiap bagian mel;iputi sayap, paha
punggung, dan dada. Boneless adalah karkas ayam yang dipisahkan antara tulang
dan daging.
Boneless ini dilakukan pada ayam broiler dengan berat 2 kg ke atas, agar
mudah dalam melakukan pemisahan antara tulang dan daging. Hasil dari boneless
digunakan untuk pembuatan sosis atau nuget.

9.3. Alat dan Bahan Praktikum


9.3.1. Alat :
 Pisau
 Plastik
 wadah

9.3.2. Bahan :
 ayam broiler

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 68


Praktek -9 : Boneless

9.4. Cara Kerja


Cara kerja dari boneless dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

No. Cara Kerja

1 Gores dengan pisau kulit sepanjang


tulang belakang sampai ujung ekor

2. Gores kulit bagian tengah dada dari


atas dada sampai ujung tulang dada.

3. Goret juga kulit antara paha dan


dada

4. Tengkurapkan ayam lalu tekan


dengan ibu jari bagian ujung paha
atas, dan jari lain pegang paha.
Tekan sampai paha terbuka

5. Telentangkan ayam, kerat dan


putuskan urat-urat di sendi paha dan
tulang duduk (daging tidak terkerat
sehingga paha masih nempel)

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 69


Praktek -9 : Boneless

6. Tangan kiri pegang badan ayam,


tangan kanan pegang paha lalu tarik
ke arah bawah dan belakang, hingga
lepas. Lakukan juga pada paha lain.

7. Kerat dan putuskan urat-urat di sendi


bahu (potong dari atas jangan dari
depan)

8. Kerat daging dari bahu menyusuri


tulang terlihat ke depan sampai
daging dada.

9. Masukkan ibu jari dan telunjuk ke


lubang tulang rangka dan belikat,
lalu tarik sayap ke arah bawah dan
bel;akang hingga daging lepas

10. Di tulang dada tersisa daging sasami


lalu kerat sesuai bentuknya dan
lepaskan.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 70


Praktek -9 : Boneless

11. Cara yang benar akan menghjasilkan


2 potong daging paha, 2 potong
daging sayap, dan 2 potong daging
sasami.

12. Mengeluarkan tulang dari paha.


Kerat dengan ujung pisau mengikuti
tulang dari lutut ke pangkal paha.

13. Iris atau putuskan urat-urat di sendi


pangkal paha tengah.

14. Keluarkan tulang dari tengah dengan


xara diangkat sampai ujung paha.

15. Lalu putuskan urat-urat disendi


ujung tulang hingga lepas dari
daging.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 71


Praktek -9 : Boneless

16. Lepaskan tulang yang sebagian lagi


di ujung lain.

17. Hasilnya potongan daging paha


tanpa tulang.

18. Ambil sayap yang bersatu dengan


daging dada/ Lalu iris daging
dadanya di ujung sendi bahu.

19. Potong sendi sayap kedua dari ujung


sayap.

20. Ambil sayap yang besar lalu kerat


urat-urat di ujung sendi dan daging
sayap dibalikkan atau ditarik ke
ujung lain sehingga jadi drumstick
kecil.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 72


Praktek -9 : Boneless

21. Hasilnya yaitu 1 potong daging


dada, 1 potong baby drumstick (wing
stick), 1 potong tulang ujung sayap
(wing tip)

22. Hasil yang diperoleh dari satu buah


karkas yaitu 2 potong daging paha
(boneless leg), 2 potong daging dada
(boneless breast), 2 potong wing
stick, 2 potong daging sasami.

23. Setelah selesai bereskan di baki &


sisa-sisa yg lain letakkan secara
terpisah.

24. Hasil Kerja akan diperiksa dan


dinilai.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 73


Praktek -9 : Boneless

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Boneless


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelomp[ok :
Asisten :

Hasil Boneless

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 9 - Hal 74


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

ANALISIS USAHA TERNAK UNGGAS

Pokok Bahasan : Analisis Usaha Ternak Unggas


Sub Pokok Bahasan : Analisis Usaha Ayam Broiler (Pola Kemitraaan)
Alokasi Waktu : 1 x 2 jam

10.1. Maksud dan Tujuan Praktikum


Mahasiswa diharapkan :
1. Mengetahui dan mengerti pola usaha peternakan broiler.
2. Mampu menghitung analisis usaha peternakan ayam broiler dengan benar.

10.2. Landasan Teori


Dalam usaha perunggasan, kerja sama kemitraan bukanlah hal baru. Namun
sekalipun demikian, masalah ini masih relevan untuk terus dikaji. Hal ini dikarenakan
dari berbagai model kemitraan yang sudah dikembangkan, namun hasilnya jauh dari
memenuhi harapan. Ini tercermin dari iklim usaha perunggasan di sini yang masih
diwarnai gejolak.
Pola kemitraan antara perusahaan peternakan dengan peternak rakyat sudah
diperkenalkan pemerintah sejak tahun 1984 yang dikenal dengan PIR Prunggasan.
Pelaksanaan PIR perunggasan waktu itu merupakan tindak lanjut dari Keppres No. 50
Tahun 1981. Inti dari Keppres No. 50 Tahun 1981 tersebut adalah : 1. Perusahaan
peternakan ayam ras diperbolehkan bergerak pada industri dan atau pada industri hilir
ayam ras, sedang usaha budidaya ayam ras hanya untuk peternak rakyat. 2. Skala usaha
budidaya dibatasi (750 ekor per siklus untuk ayam pedaging atau 5.000 ekor per siklus
untuk ayam petelur) untuk mencegah kelebihan penawaran.
Pola usaha perunggasan yang berkembang saat ini bervariasi tergantung dari
aktivitas, modal dan penguasaan pasar.
Pelaku usaha pada perunggasan diklasifikasikan menjadi : industri peternakan,
agen/poultry shop, koperasi, kelompok tani/ternak dan peternak.
Pola usaha perunggasn ditingkat peternak terdiri atas pola mandiri dan pola kemitraan.
Pola kemitraan perunggasan yang berkembang saat ini terdiri atas : Pola Makloon, Pola
Kontrak Harga dan Pola Sewa Kandang.

Pola Mandiri
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sejumlah modal untuk
pembelian DOC, pakan dan obat-obatan.
2. Pemasaran hasil produksi dilakukan langsung ke pasar atau ke bandar ayam.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 75


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

3. Harga sarana produksi (harga DOC, pakan dan obat-obatan) dan harga ayam panen
berdasarkan harga pasar.
4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah),
namun berpeluang memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila harga ayam hasil
panen tinggi.
5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak.

Pola Makloon
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja.
2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil.
3. Peternak menerima imbalan Rp 650,- per ekor DOC yang dipelihara dari pihak inti
dan memiliki hak atas pupuk kandang dan karung ransum.
4. Prestasi peternak dihargai dengan bonus (mortalitas, FCR dan IP).
5. Peternak tidak menanggung resiko usaha (sakit dan harga murah)
6. Indeks produksi atau indeks performan diukur melalui perhitungan :

BB ayam rata - rata x persentase ayam hidup


IP  x 100
umur ayam rata - rata x konversi ransum (FCR)

Pola kontrak Harga

1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja.


2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil.
3. Sebelum proses produksi dilaksanakan, ada perjanjian/ kesepakatan antara inti dan
plasma mengenai harga DOC, pakan, obat-obatan dan harga ayam panen.
4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah),
serta kehilangan peluang memperoleh harga panen yang lebih baik (bila harga hasil panen
tinggi).
5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak.

Pola Kontrak Kandang

Peternak mengontrakkan kandang pada pihak lain dengan besaran nilai kontrak antara
Rp 150,- s/d Rp 300,- per ekor ayam per periode pemeliharaan.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 76


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

10.3. Data Hasil Panen dan Asumsi Tenis


Nama Peternak : Bapak Dadan Dahlan
Periode : 03 Juli – 01 Agustus 2006
Jumlah DOC : 5.000 ekor dan bonus 80 ekor
Strain DOC/Breeder : Cobb/PT. Anwar Sierad
Jumlah ayam dipanen : 4.930 ekor
Berat ayam dipanen : 7.605 kg
Berat rata-rata : 1,43 kg
Kematian : 96 ekor (1,89 %)
Mati di box : 4 ekor (0,08 %)
Culling/afkir : 50 ekor (0,98 %)
Total jumlah ayam : 5.080 ekor
Konsumsi ransum : 10.230 kg
Konsumsi ransum per ekor : 2,01 kg
Umur panen : 30 hari

Konsumsi ransum 10.230 kg


FCR    1,45
Berat ayam dipanen 7.065 kg

1,43 x 98,11
IP  x 100  322,52
30 x 1,45

Ketentuan Kontrak Harga :


1. Harga DOC : Rp 3.500
2. Harga ransum : Rp 3.000 per kg
3. Harga ayam : Bobot 1,10 – 1,39 = Rp 9.500
Bobot 1,40 – 1,59 = Rp 9.000
Bobot 1,60 – 1,80 = Rp 8.700

4. Biaya Obat-obatan : Rp 250 per ekor


5. Biaya tenaga kerja : Rp 150 per ekor
6. Biaya sewa kandang : Rp 250 per ekor
7. Biaya operasional : Rp 150 per ekor
Catatatan : Bila harga ayam dipasaran lebih rendah dari harga kontrak, maka berlku
harga kontrak. Sebaliknya bila harga dipasaran lebih tinggi dari harga kontrak
maka selisih harganya 10 – 40 % diberikan kepada peternak.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 77


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

Asumsi harga dipasaran :


1. Harga DOC : Rp 3.300
2. Harga ransum : Rp 2.950 per kg
3. Harga ayam : Bobot 1,10 – 1,39 = Rp 10.000
Bobot 1,40 – 1,59 = Rp 9.700
Bobot 1,60 – 1,80 = Rp 9.300

4. Biaya Obat-obatan : Rp 225 per ekor


5. Biaya tenaga kerja : Rp 150 per ekor
6. Biaya sewa kandang : Rp 250 per ekor
7. Biaya operasional : Rp 150 per ekor
Catatatan : Harga ayam dipasaran tidak tetap/fluktuatif tergantung situasi pasar.

10.4. Perhitungan Analisis Usaha


A. Analisis Usaha Pola Mandiri
Input :
 Bibit/DOC = 5.000 ekor x Rp 3.300 = Rp 16.500.000
 Ransum = 5.000 ekor x 2,01 kg x Rp 2.950 = Rp 30.178.500
 Sewa kandang = 5.000 ekor x Rp 250 = Rp 1.250.000
 Tenaga kerja = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
 Obat-obatan = 5.000 ekor x Rp 225 = Rp 1.125.000
 Biaya Operasional = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
Rp 50.553.500

Output :
 Ayam hidup = 4.930 ekor x Rp 9.700 x 1,43 kg = Rp 68.530.500
 Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 69.155.500

Keuntungan usaha = output – input


= Rp 69.155.500 – 50.553.500
= Rp 18.602.000 per periode

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 78


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

B. Analisis Usaha Pola Makloon


Ketentuan Pembayaran Makloon :
1. Upah pokok pelihara : Rp 650,-/ekor check in
2. Bonus mortalitas : Rp 25,-/ekor check out (di bawah 5%)
Rp 50,-/ekor check out (di bawah
3%)
3. Bonus FCR : Rp 50,-/ekor check in
(Bonus FCR diperoleh peternak apabila selisih FCR – BB  0,25)

4. Bonus IP 230 – 249 : Rp 50,-/ekor check out


250 – 269 : Rp 100,-/ekor check out
270 – 289 : Rp 150,-/ekor check out
290 – 309 : Rp 200,-/ekor check out
 310 : Rp 250,-/ekor check out

Input :
 Sewa kandang = 5.000 ekor x Rp 250 = Rp 1.250.000
 Tenaga kerja = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
 Biaya Operasional = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
Rp 2.750.000

Output
 Upah pokok pelihara = 5.000 ekor x Rp 650 = Rp 3.250.000
 Bonus mortalitas = 4.930 ekor x Rp 50 = Rp 246.500
 Bonus FCR = 5.000 ekor x Rp 100 = Rp 500.000
 Bonus IP 230 – 249 = 4.930 ekor x Rp 250 = Rp 1.232.500
 Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 5.854.000

Keuntungan usaha = output – input


= Rp 5.854.000 – 2.750.000
= Rp 3.104.000 per periode

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 79


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

C. Analisis Usaha Pola Kontrak Harga


Input :
 Bibit/DOC = 5.000 ekor x Rp 3.500 = Rp 17.500.000
 Ransum = 5.000 ekor x 2,01 kg x Rp 3.000 = Rp 30.690.000
 Sewa kandang = 5.000 ekor x Rp 250 = Rp 1.250.000
 Tenaga kerja = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
 Obat-obatan = 5.000 ekor x Rp 250 = Rp 1.250.000
 Biaya Operasional = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
Rp 52.190.000

Output :
 Ayam hidup = 4.930 ekor x Rp 9.000 x 1,43 kg = Rp 63.585.000
 Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 64.210.000
 Keuntungan selisih harga = 700 ekor x 20 % x 7.065 kg = Rp 989.100
Rp 65.199.100
Keuntungan usaha = output – input
= Rp 65.199.100 – 52.190.000
= Rp 12.020.000 per periode

D. Analisis Usaha Pola Kontrak Kandang


Ketentuan Pembayaran pola kontrak kandang Rp 150 – 300 (Rp 250,-/ ekor/periode).
Jadi biaya sewa kandang yang diperoleh pemilik kandang Rp 1.250.000,-/periode.

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 80


Praktek -10 : Analisa Usaha Ayam Broiler

Lembar Kerja Praktikum

Sub Pokok Bahasan : Analisis Usaha Ayam Broiler (Pola Kemitraaan)


Tanggal Praktikum :
Nama Mahasiswa :
NPM Mahasiswa :
Kelomp[ok :
Asisten :

Sumedang, September 2019

Dosen/Asisten Mahasiswa

Praktikum Manajemen Ternak Unggas (2019) Prak 10 - Hal 81

Anda mungkin juga menyukai