Modul Praktikum Mtu 2019 PDF
Modul Praktikum Mtu 2019 PDF
oleh :
Tim Praktikum
Manajemen Ternak Unggas
Tim Penulis
TATA TERTIB
• Setiap individu yang telibat dalam pelaksanaan praktikum harus berlaku sopan, santun
dan menjunjung etika akademik serta saling menghargai dalam pelaksanaan
praktikum.
• Setiap individu yang terlibat dalam pelaksanaan praktikum wajib menjaga kebersihan
dan kenyamanan ruang laboratorium dan atau tempat praktikum lainnya.
• Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan praktikum wajib memakai jas/pakaian
laboratorium.
• Setiap individu yang terlibat dalam kegiatan praktikum dilarang merokok, makan dan
minum, membuat kericuhan selama kegiatan praktikum.
• Peserta praktikum dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di
laboratorium dan atau tempat praktikum lainnya yang tidak sesuai dengan acara
praktikum mata kuliah.
• Peserta praktikum membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum dan
mengembalikannya kepada laboran.
• Peserta praktikum tidak boleh menggunakan handphone untuk pembicaraan dan atau
mengirim pesan (SMS) selama kegiatan praktikum.
• Peserta praktikum wajib membawa modul praktikum dan memakai name tag selama
praktikum berlangsung.
• Peserta praktikum wajib hadir 5 (lima) menit sebelum praktikum berlangsung.
Mahasiswa yang terlambat wajib lapor kepada asisten.
DAFTAR ISI
Praktikum Halaman
5. Recording ................................................................................... 36
9. Boneless ..................................................................................... 68
Tabel 1.1. Perbedaan Spesifikasi Mesin Tetas Modern dan Mesin Tetas Konvensional
Berdasarkan syarat-syarat tersebut, model rak telur yaitu : Rak Telur Sederhana
(Gambar 1.2.), Rak Telur Yang Dilipat (Gambar 1.3.), Rak Telur Dengan Dasar Jeruji
(Gambar 1.4.), dan Rak Telur Dengan Pengatur Posisi (Gambar 1.5.)
Sumber Pemanas
Mesin tetas yang dibuat merupakan mesin tetas kombinasi menggunakan dua
sumber panas yaitu lampu tempel dan listrik. Penggunaan mesin tetas kombinasi
mempunyai keuntungan yaitu bila listrik mati, bisa menggunakan lampu tempel.
Termoregulator
Termoregulator yang digunakan pada mesin tetas kombinasi yaitu termoregulator
ganda, yang dapat dibeli di Missouri (daerah Bandung).
Termoregulator terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Kapsul
Kapsul ini berupa pelat kuningan tipis yang di dalamnya berisi larutan eter. Eter ini
biasnya akan mengembang atau menipis bila terjadi perubahan suhu. Eter mudah
menguap kalau dipanaskan. Kerja eter dimanfaatkan untuk mengangkat atau
menurunkan pen setang termoregulator yang terletak di atasnya. Gambar kapsul dapat
dilihat pada Gambar 1.8.
Tangkai Termoregulator
Tangkai ini berguna untuk mengangkat tutup pipa dan berfungsi dengan baik bila
dihubungkan dengan kapsul. Pada tangkai ini digunakan pemberat untuk mengatur
keseimbangan. Penampang tangkai thrmoregulator dapat dilihat pada Gambar 1.10.
1.3.2. Bahan :
KMnO4
Formalin (H2CO) 40 %
KMnO4 :
0,125
x 60 2,65 g
2,83
Formalin :
0,125
x 120 5,3 ml
2,83
1.5. Pertanyaan
1. Sebutkan keuntungan menetaskan telur dengan mesin tetas dibandingkan
dengan alami oleh induk ayam, entog ataupun angsa.
2. Berdasarkan aliran udara, mesin tetas yang saudara gunakan di Laboratorium
Produksi Ternak Unggas disebut apa ?
3. Sebutkan sumber panas yang dihasilkan pada mesin tetas ?
4. Apa perbedaan antara mesin tetas konvensional dengan mesin tetas modern ?
5. Sebutkan kapasitas telur yang dapat di tetaskan dalam mesin tetas?
6. Jelaskan berapa cara fumigasi pada mesin tetas ?
7. Mengapa fumigasi mesin tetas dilakukan dengan konsentrasi 3 kali?
8. Sebutkan ada berapa bentuk rak telur pada mesin tetas konvensional ?
9. Mengapa mesin tetas perlu difumigasi ?
10. Sebutkan perusahaan yang mengeluarkan mesin tetas modern ?
Perhitungan
Panjang mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Lebar mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Tinggi mesin tetas = . ......... cm = ..... m
Volume mesin tetas =. ...... m3
Kebutuhan KmnO4 = ........................................................... g
Kebutuhan Formalin = ........................................................... g
Bobot Telur
Bobot telur tetas yang seragam akan menghasilkan anak ayam yang seragam.
Sebaliknya kalau bobot telur beragam telur-telur tetas tidak akan serempak menetas.
Bobot telur berkaitan erat dengan bobot tetas (bobot anak ayam). Bobot tetas biasanya
berkisar antara 62 – 68 % dari berat telur tetas. Semakin berat bobot telur semakin berat
bobot DOC, begitu pula sebaliknya. Namun bobot telur terlalu berat atau kecil, akan
menyebabkan daya tetas rendah dibandingkan dengan bobot normal. Oleh karena itu
perlu diperhatikan bobot telur tetas yang ideal.
Bobot telur yang ideal :
- Ayam ras : 55 – 65 g
- Ayam kampung : 35 – 45 g
- Itik : 65 – 75 g
- Puyuh : 9 – 11 g
Bentuk Telur
Bentuk telur yang baik adalah ovoid (tidak bulat dan dan tidak lonjong). Bentuk
terlalu lonjong atau terlalu bulat, maka daya tetas rendah. Hasil penelitian membuktikan
bahwa telur bentuk ovoid dapat menetas hingga 70 – 75 %, sedangkan yang bulat atau
dibersihkan. Bila terpaksa telur harus dicuci atau dibersihkan terdapat beberapa cara
pencucian atau pembersihan telur. Pembersihan telur secara basah yaitu dicuci
menggunakan air hangat atau desinfektan khusus untuk pencucian telur dengan
menggunakan lap atau tissue, dan pembersihan telur secara kering yaitu menggunakan
ampelas halus.
Kualitas Interior
Adanya blood/meat spot, bubbly air cell (bergelembung), tremulous air cell
(bergerak), waterry white (encer) maka daya tetas rendah bila dibandingkan dengan
yang normal.
HU (Haugh Unit) tinggi, maka daya tetas tinggi. Jadi ada kaitannya dengan
kekentalan putih telur. Bila dicandling telur yang gambaran yolknya kurang jelas
maka daya tetas lebih tinggi 10-15 % daripada gambaran yolk yang jelas.
Metode Sanitasi Telur Tetas
Sanitasi telur tetas (melalui kerabang) hanya effektif membunuh mikroorganisme
yang berada pada kerabang, oleh karena itu menurunkan jumlahnya yang akan masuk.
Selain itu akan mencegah penyebaran mikroorganisma dari telur ke telur bila telah
disimpan dalam mesin tetas. Berbagai cara dilakukan, yang penting lakukan segera
setelah ditelurkan.
Lebar telu r
SI x 100
Panjang telur
Bila shape indeks kurang dari 69 bentuk telur lonjong, shape indeks antara 69 – 77 bentuk
telur normal (ovoid) dan di atas 77 bentuk telur bulat. Setelah dihitung catat bentuk telur
tersebut lonjong, norma atau bulat.
Fumigasi Telur Tetas
1. Fumigasi telur tetas sebaiknya dilakukan pada lemari khusus.
2. Ukur volume mesin tetas dengan alat ukur (meteran) yaitu panjang, lebar dan
tinggi dari mesin tetas bagian dalam.
3. Tutup semua ventilasi atau lubang pada mesin tetas dengan menggunakan kertas
bekas atau kertas koran.
4. Hitung kebutuhan KMn04 dan formalin 40 % sesuai dengan volume mesin tetas
pada konsentrasi 1- 2 kali selama 10 – 20 menit.
5. Timbang KmnO4 menggunakan neraca O’haus sesuai dengan perhitungan yang
saudara dapatkan, kemudian tempatkan KmnO4 pada cawan petridis.
6. Ukur volume formalin 40% dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan
perhitungan, lalu masukkan cairan formalin 40% pada labu erlenmeyer.
7. Tempatkan cawan petridis yang berisi KMnO4 pada tempat penyimpanan telur
tetas dalam mesin tetas, lalu tuangkan larutan formalin 40 % yang terdapat dalam
labu erlenmeyer secara hati-hati ke cawan petridis.
8. Tutup pintu mesin tetas dengan segera, agar gas yang timbul tidak sampai ke luar
dari dalam mesin tetas.
9. Cara perhitungan maupun Tabel kebutuhan untuk KmnO4 dan formalin sesuai
dengan ketentuan pada mesin tetas.
2.5. Pertanyaan
1. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada seleksi telur tetas ?
2. Mengapa telur tetas perlu diseleksi ?
3. Mengapa berat telur tetas perlu diperhatikan ?
4. Mengapa bentuk telur tetas perlu diperhatikan ?
5. Mengapa telur yang kotor sebaiknya tidak ditetaskan ?
6. Berapa umur telur tetas yang sebainya ditetaskan ?
7. Mengapa telur tetas perlu difumigasi ?
8. Sebutkan dan jelaskan cara fumigasi telur tetas ?
9. Berapa ketebalan kerabang telur tetas yang baik untuk ditetaskan pada ayam,
itik & puyuh.
10. Bagaimana cara memprediksi ketebalan kerabang telur tetas ?
Berat
No. Panjang Diameter
Telur Bentuk Kebersihan Keutuhan
Telur (cm) (cm)
(g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Keterangan : Untuk lajur kebersihan diisi keriput (ridges), bintik putih, sedangkan
untuk lajur keutuhan ada atau tidak adanya retak kerabang.
Dosen/Asisten Mahasiswa
Amnion
Amniotic sac membantu embryo muda dalam perkembangannya, didalamnya berisi
cairan yang terlihat transparan dimana embryo berada didalamnya. Cairan amnion
tersebut terbentuk setelah terbentuk amnionnya. Gunanya cairan sebagai bantalan, untuk
meredam goncangan dari luar dan mencegah embryo menjadi kering atau shock.
Allantois
Bertindak sebagai circulatory system, fungsinya sebagai sistem :
Respiratori, menyediakan O2 dan membuang CO2.
Ekskretori, mengambil eksresi dari ginjal embryo
Digestive, membantu pencernaan albumen dan absorbsi Ca dari kerabang.
Chorion
Suatu membran dalam perkembangannya bergabung dengan inner cell membran
(keluar) dan ke dalam bergabung dengan allantois yang selanjutnya berguna untuk
menyempurnakan fungsi-fungsi metabolisme.
Dalam perkembangannya chorion dan allantois segera bergabung membentuk
chorioallantois dan chorioallantois ini membentuk hubungan dengan shell membran.
Amnion Sac
Membungkus embryo
HARI 1
4 jam : jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk
12 jam : jantung mulai berdenyut. Dimulai terjadi sirkulasi darah dengan adanya
penggabungan pembuluh darah embryo dengan yolk sac.
16 jam : tanda pertama terlihat kemiripan bentuk embryo ayam
18 jam : kehadiran saluran alimentary/Alimentary track
20 jam : kehadiran vertebral column
21 jam : awal pembentukan sistem syaraf
22 jam : kepala mulai dibentuk
24 jam : awal pembentukan mata
HARI 2
25 jam : awal pembentukan telinga
HARI 3
60 jam : awal pembentukan hidung
62 jam : kaki mulai berkembang
64 jam : awal pembentukan sayap, embryo mulai berputar sehingga terletak dibagian
kiri. Sistem sirkulasi cepat berkembang selama hari ke-3.
HARI 4
Lidah mulai terbentuk dan sekarang semua organ-organ tubuh hadir
HARI 5
organ-organ reproduksi berdifferensiasi dan jenis kelamin mulai berkembang.
jantung mulai memperlihatkan bentuk yang sebenarnya dan vascular area dari yolk
sac membungkus 1/3 bagian yolk.
HARI 6
Paruh dan gigi paruh (egg tooth) mulai berbentuk normal.
HARI 7
Tubuh mulai cepat berkembang, demikian juga kepala organ-organ tubuh nampak.
HARI 8
Mulai nampak awal pembentukan bulu
HARI 10
Paruh mulai mengeras, jari kaki mulai nampak
HARI 11
Dinding abdomen nampak, dan usus dapat terlihat di dalam yolk sac
HARI 13
Kerangka mulai mengeras dan organ-organ tertentu (utama) berdifferensiasi hanya untuk
pertumbuhan akhir.
HARI 14
Embryo berputar secara paralel dengan sumbu memanjang telur dan kepala secara normal
mengarah kepada bagian tumpul dari telur (ada rongga udara telur).
HARI 17
Kepala berputar dan paruh yang berada dibawah sayap dan menghadap/mengarah pada
bagaian terbawah dari air cell yang telah membesar.
HARI 19
Yolk sac mulai masuk ke dalam rongga tubuh dan anak ayam menempati posisi yang
diperlukan untuk pipping (melubangi) kerabang. Bahan-bahan yolk yang digunakan
sebagai supply makanan pada beberapa hari dari kehidupan anak ayam.
HARI 20
Yolk sac semuanya sudah masuk ke rongga tubuh
Embryo telah memenuhi seluruh isi telur, kecuali air cell (rongga udara)
Selanjutnya paruh anak ayam menembus inner shell membran dan masuk ke dalam
air cell.
Secara perlahan anak ayam menghirup udara dan pernapasan pulmonary mulai
terjadi.
Selanjutnya terjadi lubang/ pip pada kerabang, udara luar masuk dan pada saat itu
jantung menjadi sepenuhnya berfungsi dan anak ayam berada pada keadaan kritis
(periode kritis yang kedua).
HARI 21
Setelah pipping terjadi (lubang), anak ayam istirahat untuk beberapa jam, kemudian
selanjutnya memotong jalur melingkar dari telur (kerabang) dengan arah berlawanan
dengan perputaran jarum jam. Lubang normalnya dekat dengan lapisan tumpul telur.
Dari saat kerabang pecah sampai anak ayam nampak membebaskan diri + 10-20 jam.
Terjadi Pipping
Keadaan CO2 meningkat konsentrasinya, anak ayam di dalam memerlukan O2 lebih,
kemudian menembus inner shell membran kemudian kerabang.
Egg Tooth membantu menolong membuka selaput daripada kerabang. Pipping terjadi di
daerah rongga udara.
Suhu lingkungan pada mesin tetas baik pada periode setter dan hatcher untuk semua
telur unggas berbeda, namun secara prinsip telur unggas dapat menetas pada temperatur
98 – 102 oF. Perbedaan suhu untuk semua unggas selama inkubasi dipengaruhi : besar
telur, kualitas kerabang, genetik, dan umur telur.
Kelembaban
Pada ayam sampai dengan hari ke-19 bobot telur berkurang 10,5 % karena evaporasi.
Untuk mendapatkan perkembangan embryo yang normal supaya jadi anak unggas dengan
berat ideal, perlu evaporasi dari isi telur dengan kecepatan tertentu. Bila isi telur cepat
kering menyebabkan anak unggas lebih kecil dari normal. Juga bila evaporasi tidak
terlalu cepat, anak unggas akan lebih besar daripada yang normal. Pada kedua kasus
tersebut menyebabkan embryo lemah, daya tetas rendah dan kualitas anak unggas rendah.
Kelembaban udara selama inkubasi pada periode harcher harus lebih tinggi
dibandingkan periode setter, karena pada periode hatcher embrio akan menetas untuk
memecahkan kerabangnya. Kelembaban udara untuk semua jenis unggas berkisar antara
60 - 80 %.
Kebutuhan O2 dan CO2
Kebutuhan oksigen selama inkubasi 21 % dan karbondioksida maksimal tidak
melebihi 0,5 %
Aliran Udara
Aliran udara selama inkubasi yaitu 12 cm/menit atau 2 m/detik, fungsinya untuk
untuk menyeragamkan suhu dan kelembaban, menyediakan O2 dan pengeluaran CO2, dan
membantu mengeluarkan suhu yang terlalu tinggi.
Pemutaran Telur
Pemutaran telur unggas pada saat periode setter perlu dilakukan agar embrio tidak
menempel pada kerabang dan suhu serta kelembaban pada semua bagian telur merata.
Periode hatcher telur tidak perlu diputar agar embrio tidak terjadi kesalahan posisi pada
saat memecahkan kerabang.
Jangka waktu menetas beberapa species unggas, serta waktu setter dan hatcher
Species Hari Setter Hacther
Chicken (ayam) 21 1 – 18 19 – 21
Turkey (kalkun) 28 1 – 25 26 – 28
Duck 28 1 – 25 26 – 28
Muscovy duck 32 1 – 29 30– 32
Goose (angsa) 32 1 – 29 30– 32
Pigeon (merpati) 18 1 – 15 16 – 18
Bob White Quail (puyuh tipe pedaging) 23 1 – 20 21– 23
Coturnix Quail (puyuh tipe petelur) 17 1 – 14 15 – 17
Ostrich 42 1 – 39 40 – 42
Pusar basah dan tidak Kualitas ransum untuk induk kurang baik Induk diberi transum yang berkualitas baik sesuai
menutup dengan baik dengan kebutuhan
Suhu ruang penetasan terlalu rendah Termostat dan ventilasi udara dikontrol
Suhu ruang penetasan berubah-ubah Termostat dikontrol
Kelembaban ruang penetasan terlalu tinggi Bak air dan ventilasi udara dikontrol
Kelembaban ruang penetasan setelah anak Bak air dikontrol dan kelembaban diturunkan
ayam menetas tidak diturunkan
Anak ayam tidak dapat Kualitas ransum untuk induk kurang baik Induk diberi transum yang berkualitas baik sesuai
berdiri setelah menetas Suhu ruang penetasan tidak memenuhi dengan kebutuhan
syarat Suhu ruang penetasan harus sesuai
Kelembaban ruang penetasan terlalu tinggi Bak air dan ventilasi udara dikontrol
Perlakuan pembukaan ventilasi ventilasi Ventilasi dibuka sesuai dengan aturan mesin tetas
tidak memenuhi syarat yang ditetapkan
Anak ayam pengkor Kualitas ransum untuk induk kurang baik Induk diberi ransum yang berkualitas baik sesuai
Suhu ruang penetasan berubah-ubah dengan kebutuhan
Posisi embrio tidak normal Termostat dikontrol
Telur yang akan ditetas harus diseleksi
Jari-jari anak ayam Kualitas ransum untuk induk kurang baik Induk diberi ransum yang berkualitas baik
bengkok Suhu ruang penetasan tidak memenuhi Termostat harus dikontrol
syarat
Kaki anak ayam tidak Alas temapat anak ayam licin Alas tempat anak ayam dibuat dari bahan yang
lurus dan berjauhan tidak licin
satu sama lain
Bulu pendek Kualitas ransum untuk induk kurang baik Induk diberi pakan berkualitas
Suhu pada 10 hari pertama masa penetasan Suhu diatur sesuai periode penetasan
terlalu tinggi
Mata tertutup Suhu menjelang menetas terlalu tinggi Termostat dikontrol
Kelembaban menjelang menetas terlalu Bak air dikontrol
tinggi Sisa-sisa bulu rontok dalam ruang penetasan
Ada banyak sisa-sisa bulu rontok dalam dibersihkan
ruang penetasan
3.3.2. Bahan :
Telur tetas unggas darat (ayam atau puyuh)
Telur tetas unggas air (itik)
6. Catat setiap harinya pada lembaran yang telah disediakan yaitu nama dan NPM
yang bertugas, tanda tangan, kelompok, suhu, dan kejadian yang diluar dugaan
(misal : mati listrik, telur ada yang pecah, dsb).
7. Perhatikan bak air untuk kelembaban, jangan sampai kering. Isi bak air antara
1/2 sampai 3/4 bagian wadah (sebaiknya pertahankan air dalam wadah ¾
bagian).
8. Apabila terjadi mati listrik, saudara siapkan penyalaan lampu tempel dan tunggu
sampai suhu penetasan tercapai. Catat juga lamanya mati listrik tersebut.
9. Catat kejadian-kejadian selama penetasan berlangsung dalam Tabel pengamatan
penetasan telur pada kolom keterangan.
10. Hitung persentase fertilitas pada hari ke tujuh dan persentase daya tetas.
11. Beri ulasan pada laporan akhir faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
fertilitas dan daya tetas.
Tanggal
Penetasan Hari
ke-
Hari Penetasan Pengerjaan
Telur Ayam
1 Kontrol suhu, air dan telur jangan diputar, ventilasi tertutup
2 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi tertutup
3 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi tertutup
4 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 1/4 bagian
5 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 1/2 bagian
6 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka 3/4 bagian
7 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya,
candling, pecahkan, gambar
8 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya
9 Idem
10 Idem
11 Idem
12 Idem
13 Idem
14 Kontrol suhu, air dan telur diputar, candling, pecahkan, gambar
15 Kontrol suhu, air dan telur diputar, ventilasi buka seluruhnya
16 Idem
17 Idem
18 Idem
19 Kontrol suhu, air dan telur tidak diputar, ventilasi buka seluruhnya
20 Idem
21 diharapkan menetas
3.5. Pertanyaan
1. Jelaskan periode penetasan pada unggas ?
2. Bagaimana secara prinsip suhu serta kelembaban untuk setiap periode penetasan
unggas ?
3. Mengapa telur perlu diputar saat periode pengeraman (setter) ?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan fertilitas telur unggas rendah ?
5. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan daya tetas telur unggas rendah ?
6. Mengapa pada telur itik perlu dibilas atau disemprot dengan air saat penetasan
berlangsung ?
7. Apa penyebab kaki pengkor pada anak ayam setelah menetas ?
8. Berapa hari sebaiknya telur ditetaskan setelah ditelurkan dari induknya ?
9. Berfungsi sebagai apa amnion ?
10. Sebutkan periode kematian embrio unggas pada saat menjelang menetas?
Perhitungan Fertilitas :
Dosen/Asisten Mahasiswa
Setelah persiapan kandang selesai, satu hari sebelum DOC datang pembatas
anak ayam (chick guard) dan alat pemanas disiapkan. Bentuk chick guard ada yang
berbentuk bulat dan ada juga yang membentuk persegi empat. Tinggi chick guard
45 – 55 cm. Kegunaan dari chick guard agar anak ayam terkonsentrasi pada tempat
makan dan minum, serta suhu tubuh dapat dipertahankan sesuai dengan suhu
pemanas. Untuk mencegah kemungkinan anak ayam memakan bahan dasar dari
litter yang dapat menyebabkan kematian, maka di sekitar daerah yang dibatasi oleh
chick guard pada hari-hari dalam minggu pertama ini, perlu ditutup dengan kertas
koran.
Setelah DOC datang perlu diistirahatkan kurang lebih ½ sampai satu jam,
agar DOC dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mengurangi stress selam
perjalanan. Selanjutnya berikan campuran gula pada air minumnya secukupnya
selama 3 jam agar energi tubuh anak ayam yang hilang dapat digantikan.
Pemberian makan dilakukan setelah 3 jam dengan cara ditabur pada feed
tray atau tutup boks anak ayam sampai umur seminggu. Pemberian makan tersebut
dilakukan sedikit demi sedikit.
Pemberian makan pada ayam broiler dari umur seminggu sampoai
dipasarkan dilakukan minimal 2 kali, tetapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin
sampai 7 kali per hari dengan pemberian ransum sedikit-demi sedikit. Pemberian
minum tidak ada aturannya, namun dikontrol agar air jangan sampai kosong pada
tempat minum.
Pencatatan perlu dilakukan pada pemeliharaan ayam broiler, meliputi bobot
badan, konsumsi, konversi dan mortalitas. Pencatatan bobot badan, konsumsi dan
konversi dilakukan setiap minggu, sedangkan pencatatan mortalitas dilakukan
setiap hari.
Catatan mortalitas perlu dilakukan agar ayam dapat terkontrol apa penyebab
kematian dan berhubungan pula dengan keuntungan usaha. Angka mortalitas
sebaiknya tidak melebihi 5 % sampai ayam broiler dipasarkan.
Untuk mengetahui efisien atau tidaknya ransum yang diberikan kepada
ayam yang dipelihara, diantaranya bisa dilihat dari angka konversi ransum.
Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk
menghasilkan setiap kilogram pertambahan berat badan. Dengan angka konversi
ransum yang rendah (kecil), artinya banyaknya ransum yang digunakan untuk
menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit atau sebaliknya. Semakin kecil
angka konversi biasanya semakin baik.
4.5. Pertanyaan
1. Terdiri dari berapa periode ayam broiler ?
2. Apa kegunaan dari chick guard ?
3. Mengapa anak ayam yang baru datang perlu diistirahatkan ?
4. Mengapa anak ayam perlu diberikan air gula, setelah anak ayam datang ?
5. Mengapa protein yang diberikan pada saat periode starter lebih tinggi
dibandingkan periode selanjutnya ?
6. Jelaskan kegunaan dari angka konversi ?
7. Berapa nilai maksimal dari mortalitas ayam broiler sampai dipasarkan ?
8. Mengapa ayam broiler perlu diberikan kertas koran selam umur minggu
pertama ?
9. Jelaskan bagaimana persiapan kandang untuk pemeliharaan ayam broiler
sebelum anak ayam tiba ?
10. Kapan pemanenan ayam broiler dilaksanakan ?
Dosen/Asisten Mahasiswa
PENCATATAN
Kegunaan Pencatatan
1. Evaluasi terhadap usaha yang telaha dilakukan
2. Membuat perencanaan usaha
3. Mengetahui pendapatan usaha
4. Pengetahuan tentang fluktuasi harga input dan output produksi
5. Perbaikan Manajemen
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari pencatatan dan pembukuan, maka
pencatatan harus memuat informasi :
1. Inventarisasi sumber-sumber input produksi, jumlah dan nilainya yang digunakan
dalam usaha ternak pada awal tahun dan akhir tahun.
2. Catatan produksi secara fisik serta nilai uang berupa :
a. Hasil usaha utama
b. Hasil Usaha Sampingan
c. Nilai jasa dari tenaga kerja dan mesin yang dijual pada orang lain
3. Catatan mengenai jumlah dan nilai dari input teknis yang digunakan dalam proses
produksi (DOC, pakan, dsb).
4. Catatan penjualan yang menunjukkan jumlah dan nilai uang dari hasil yang ditahan
untuk digunakan sendiri oleh peternak.
1. Data Populasi
Tabel Data Populasi bentuknya bermacam-macam, bisa populasi dari semua tahap
umur itu disatukan atau dipisah-pisahkan dalam beberapa tabel. Tetapi untuk lebih
memudahkan lebih baik dipisah-pisahkan untuk setiap tahap umur. Adapun bentuknya
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Populasi Untuk Anak/Dara/Induk
8. Data Penjualan
Pada tabel data penjualan dapat dicatat semua jenis hasil produksi yang dapat
dijual misalnya telur, ayam, pupuk dll dan berapa banyaknya. Tabel ini sangat penting
juga untuk menghitung analisa hasil usaha. Tabelnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Penjualan
Tanggal Jenis Produk Harga Banyaknya Jumlah
Tulis Satuan (Rp.) tulis Harga ( Rp.)
satuannya satuannya
- - - - -
- - - - -
5.3.2. Bahan :
kertas bergaris
5.5. Pertanyaan
1. Apa kegunaan pencatatan (recording) ?
2. Harus memuat informasi apa saja, agar pencatatan dan pembukuan usaha ternak
unggas memperoleh hasil yang optimal?
3. Pencatatan apa saja yang diperlukan pada peternakan, baik ayam broiler maupun ayam
petelur ?
4. Apa perbedaan pencatatan pada peternakan ayam broiler dengan ayam petelur ?
5. Mengapa data mortalitas diperlukan ?
Buatlah beberapa format pencacatan pada peternakan ayam broiler atau ayam petelur
ras.
Dosen/Asisten Mahasiswa
VAKSINASI AYAM
Vaksinasi yaitu suatu tindakan dimana ayam dengan sengaja dimasuki agen penyakit
(antigen) yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk merangsang pembentukan daya
tahan atau daya kebal tubuh terhadap suatu penyakit tertentu, dan aman untuk tidak
menimbulkan penyakit. Agen tersebut biasanya substansi biologis yang terdiri dari
sejumlah jasad renik dari jenis penyakit yang diupayakan untuk dicegah agar tidak
menyerang, sedangkan vaksin merupakan suatu produk biologis yang berisi sejumlah
besar jasad renik yang diketahui sebagai penyebab suatu penyakit. Daya kerja vaksin
adalah spesifik, oleh sebab itu terhadap setiap macam penyakit harus dipergunakan vaksin
yang berbeda. Vaksin berisikan jasad renik hidup atau yang sudah mati, sehingga
berdasarkan sifatnya dikenal vaksin aktif dan vaksin inaktif.
Vaksin aktif yaitu vaksin yang dibuat dari virus dalam keadaan hidup yang telah
dilemahkan, yang akan tumbuh dan berkembang dalam tubuh induk semangnya. Vaksin
inaktif yaitu vaksin yang dibuat dari virus dalam keadaan mati.
Vaksinasi yang dilakukan umumnya untuk mencegah penyakit menular. Vaksin
tersebut diantaranya :
1. Vaksinansi New Castle Disease (ND/tetelo/cekak)
2. Vaksinasi Fowl Fox (Cacar Unggas)
3. Vaksinasi Infectious Laryngo Tracheitis (ILT)
4. Vaksinasi Infectious Bursal Disease (IBD/gumboro)
5. Vaksinasi Infectious Bronchitis (IB)
6. Vaksinasi Avian Encephalomyelitis
7. Vaksinasi Marek’s Disease
8. Vaksinasi Egg Drop Syndrome
Waktu Vaksinasi
Pelaksanaan vaksinasi yang tepat harus disesuaikan dengan sifat penyakit, umur
ayam, dan jenis ayam yang dipelihara. Pelaksnan vaksinasi ini biasanya berbeda satu
sama lain, tergantung dari kebutuhan dan situasi penyakit yang ada di wilayah peternakan
tersebut.
Syarat-syarat Vaksinasi
Dalam melaksanakan vaksinasi agar efektif dalam memperoleh kekebalan terhadap
penyakit tertentu perlu diperhatikan :
Vaksin yang digunakan tidak kadaluarsa
Vaksin harus selalu dalam keadaan dingin dalam lemari es atau memakai thermos yang
didalamnya ada es batu.
Vaksin yang sudah dicampur dengan pelarut harus habis digunakan dalam waktu
kurang dari 2 jam.
Vaksinasi hanya dilakukan pada ayam sehat
Vaksinasi jangan dilakukan pada saat perlakukan lain berlangsung, seperti pindah
kandang, debeaking, dan sebaginya.
Vaksinasi dilakukan serentak pada semua ayam
Vaksinasi dilakukan sebaiknya pada pagi atau sore hari dimana temperatur lingkungan
relatif rendah.
Hindari cahaya matahari langsung atau panas pada waktu melakukan vaksinasi
Sisa vaksin harus dibuang pada tempat yang aman
Pelarut Vaksinasi
Vaksin perlu dilarutkan pada pelarut tertentu, diantaranya Aquadest, biaqudest, NaCl
fisiologis, dan methyline blue. Bila dalam keadaan kondisi tidak memungkinkan untuk
memperoleh pelarut tersebut dapat digunakan air mineral (seperti AQUA) dan air kelapa.
Pelarut methyline blue biasnya digunakan untuk mencampur vaksin ND pada anak
ayam. Pencampuran antara vaksin dan pelarut harus cepat digunakan kurang dari 2 jam
agar kerja vaksin efektif.
Cara Vaksinasi
Cara melakukan vaksinasi terdapat beberapa cara yaitu melalui tetes mata atau tetes
hidung, air minum, injeksi (intramuscular dan subcutan), tusuk sayap, dan sparayer
(disemprot). Vaksinasi melalui tetes mata atau hidung biasa dilakukan pada anak ayam,
dan sebagai indikator bahwa vaksin telah masuk adanya gerakan menelan. Vaksinasi
injeksi/suntik dilakukan pada ayam yang dewasa pada bagian intramuscular (artinya
jarum suntik masuk ke dalam otot/daging) atau subcutan (artinya jarum suntik terletak
diantara kulit dan otot/daging). Vaksinasi melalui alat penyemprot khusus (sprayer) biasa
dilakukan pada peternakan besar. Vaksinasi tusuk sayap biasa dilakukan pada
pencegahan penyakit fowl fox dengan cara menggoreskan kedua jarum suntik pada otot
sayap.
Vaksinasi melalui air minum biasanya dilakukan pada ayam yang dewasa dan
populasinya banyak. Vaksinasi ini dilakukan dengan cara ayam dipuasakan minum
terlebih dahulu selama kurang lebih dua jam atau lebih.
6.3.2. Bahan :
Anak ayam (DOC)
Ayam dewasa (dara)
Vaksin ND dosis 100 ekor
Methylene Blue
Biaquadest
13. Vaksinasi ND yang dilakukan seorang yaitu tangan kiri memegang kedua kaki ayam
sambil bagian tubuh dan kepala ayam dikepit oleh lengan tangan kiri, sedangkan
tangan kanan memegang spuit untuk siap disuntikan.
14. Vaksinasi ND yang dilakukan oleh dua orang yaitu seorang memegang ayam dan
seorang lagi menyuntikan. Orang yang memegang ayam yaitu tangan kiri memegang
kedua kaki ayam dan tangan kanan memegang kepala dan tubuh ayam.
15. Setelah siap pada posisi menyuntik, vaksinasi disuntikan pada otot di sebelah tulang
dada mentok (strenum) atau bagian paha. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular
yaitu jarum suntik masuk ke dalam otot dada atau paha ayam.
6.5. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan kekebalan tubuh ayam ?
2. Apa manfaat dilakukan vaksinasi pada unggas?
3. Apa persyaratan dalam melaksanakan vaksinasi pada unggas ?
4. Jelaskan mengenai macam vaksin pada unggas.
5. Bagaimana cara atau metode vaksinasi dilakukan ?
6. Tergantung faktor apa saja jenis vaksin yang diberikan pada unggas atau ayam ?
7. Jelaskan macam pelarut vaksinasi.
8. Mengapa pelaksanaan vaksinasi tidak boleh dilakukan pada temperatur lingkungan
tinggi atau siang hari ?
9. Berapa ml maksimal pelarut yang diberikan pada setiap ekor ayam dewasa ?
10. Mengapa vaksin tidak boleh terkena cahaya matahari ?
Dosen/Asisten Mahasiswa
kuning telur. Oleh karena itu penggunaan jagung kuning belum bisa digantikan oleh
pakan lain dan penggunaannya berkisar antara 20 – 60 persen dalam ransum unggas
tergantung tujuan pemeliharaan. Penggunaan pakan sumber energi yang lain hanya
melengkapi agar komposisi nutrien ransum sesuai dengan kebutuhan dan untuk menekan
harga ransum.
Kualitas bahan pakan sumber protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya dan
secara garis besar dibagi dua yaitu protein hewan yaitu yang berasal dari hewan dan nabati
yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani umumnya lebih baik dari nabati karena
mengandung asam-asam amino esensial lebih lengkap, dan di antara sumber potein
hewani tepung ikan masih merupakan yang terbaik.
Syarat-syarat Bahan Pakan
a. memiliki kandungan nutrien yang baik
b. tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah diperoleh
c. harga relatif murah
d. tidak mengganggu kesehatan ternak.
vitamin diplerlukan dalam bebagai proses metabolisme dan untuk memelihara organ-
organ dan sistem-sistem dalam tubuh.
Dalam menyusun ransum unggas maka yang diperhatikan adalah kebutuhan energi
metabolis (EM), protein, lemak, dan mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P). Sedangkan
kebutuhan viamin dan mineral lainnya secara teoritis dapat terpenuhi dari bahan pakan
yang digunakan karena kebutuhannya relatif sedikit. Namun untuk menjaga jangan
sampai kekurangan biasanya ke dalam ransum unggas ditambahkan Premix atau
sejenisnya yang mengandung mineral mikro dan vitamin sintetis dalam kandungan yang
tinggi. Penggunaannya biasanya sekitar 0,25 – 0,50 persen dalam ransum.
Kebutuhan energi dan nutrien pada unggas bervariasi sesuai dengan umur dan tujuan
pemeliharaan. Untuk mengetahui kebutuhan energi dan nutrien unggas dapat dilihat
Tabel pada NRC untuk unggas, Ilmu Nutrisi Unggas (Juju Wahju) dan Tabel kebutuhan
nutrien unggas lainnya.
menggunakan mesin hitung biasa, namun tidak dapat meminimalkan harga ransum.
Untuk menghasilkan kebutuhan nutrien yang optimal dengan harga seminimal mungkin
perlu menggunakan metode Linier Programming yang memerlukan perangkat
komputer untuk mempercepat proses perhitungan. Software penyusunan ransum unggas
yang sering digunakan dengan metode Linier Programming yaitu Mixit dan
Feedmania.
Dalam menyusun ransum unggas perlu pengetahuan mengenai batas-batas
penggunaan masing-masing bahan pakan dalam ransum unggas, agar menghasilkan
performan unggas yang optimal sesuai dengan kebutuhanya dengan harga ransum yang
ekonomis. Sebagai contoh apabila penggunaan dedak padi terlalu tinggi pada ransum
sampai 40 % dapat mengakibatkan ransum menjadi amba (cepat kenyang), sehingga
ransum yang dikonsumsi sebagaian kebutuhan nutriennya tidak terpenuhi, selain itu
dedak padi mengandung anti nutrisi vitat yang dapat mengganggu metabolisme
penyerapan kalsium. Batas penggunaan bahan pakan untuk unggas dapat dilihat pada
buku Meramu Pakan Unggas karangan Bambang Murtidjo.
Contoh 1.
Misalnya hendak disusun ransum ayam buras periode produksi (umur diatas 22 minggu)
dengan kandungan protein ransum 15 % dan Energi Metabolis 2600 Kkal/kg.
Langkah pertama :
Inventarisasi bahan pakan yang tersedia di sekitar lokasi yang biasa digunakan dalam
campuran ransum. Selanjutnya cari komposisi nutrien semua bahan pakan yang akan
digunakan. Dihasilkan bahan sebagai berikut :
Bahan Pakan Terpilih Protein (%) Energi Metabolis
(Kkal/kg)
Jagung kuning 8,6 3370
Dedak padi 12 1630
Onggok 2,84 2956
Bungkil kedele 44,4 2240
Bungkil kelapa 20,5 1650
Tepung daun lamtoro 23,2 1140
Tepung ikan 53 3080
Langkah kedua :
- Jumlah bahan pakan yang dicoba berdasarkan perkiraan penyusun dengan dasar
penggunaan bahan pakan maksimum (tabel 8).
- Kebutuhan standar yaitu: kebutuhan nutrien unggas pada periode prouksi (tabel 7).
- Total jumlah bahan pakan dalam 100 kg ransum, 0,5 kg adalah premik.
Dari formula 1 terlihat bahwa protein ransum berlebih dari standarnya (16,97% - 15,00%
= 1,97%) dan energi metabolis ransum kurang dari standarnya (2194,12 – 2600 Kkal/Kg
= - 405,88 Kkal/Kg). Untuk mengatasi kasus demikian, diambil kiat sebagai berikut :
- Kasus protein kelebihan dan energi kekurangan maka perlu penggantian bahan pakan
yang berenergi rendah dan berprotein tinggi dengan bahan pakan berenergi tinggi
berprotein rendah, dengan sarat bahan pakan yang kedua memiliki kandungan energi
lebih tinggi dari pada bahan pakan pertama.
- Kasus energi cukup tapi protein berlebih, maka perlu ada pergantian bahan pakan
sumber protein tetapi jangan mengurangi jumlah tepung ikan. Untuk mengurangi
kandungan protein tanpa mengganggu keseimbangan asam amino, cukup mengurangi
protein asal nabati yaitu bungkil kedele diganti oleh bungkil kelapa. Tetapi karena
bungkil kedele memiliki kandungan energi lebih tinggi dari pada bungkil kelapa maka
untuk mengimbanginya jagung kuning ditingkatkan.
- Kasus-kasus enegi kurang tetapi protein sudah cukup, maka perlu ada pergantian
bahan pakan berenergi endah oleh bahan pakan berenergi tinggi dengan srat yang
saling menggantikan memiliki kandungan protein yang hampir sama, apabila
kekurangan energi ini cukup banyak maka disarankan ke dalam ransum tersebut
ditambahkan miyak atau lemak dengan jumlah tidak lebih dari 2% untuk menghindari
ransum cepat tengik.
Formula 1.
Formula 2
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40 8,6 x 0,40 = 3,44 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 29 12 x 0,29= 3,48 1630 x 0,25 = 3,48
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kedele 10 44,4 x 0,10 = 4,44 2240 x 0,10 = 224
Bungkil Kelapa 3 20,5 x 0,03 = 0,615 1650 x 0,03 = 49,5
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Tp. Ikan 6 53 x 0,06 = 3,18 3080 x 0,06 = 184,8
Total = 15,787 2591,7
Kebutuhan Standar = 15 2600
Dari formula 2 masih terjadi kelebihan protein 0,0787% dan kekurangan EM sekitar
8,3 Kkal/kg. Kelebihan protein tersebut sebetulnya dianggap normal karena hanya 5,25%
dari angka kebutuhan. Akan tetapi formula 2 masih dapat diperbaiki lagi dengan cara
menggantikan sejumlah Bk kedele oleh bungkil kelapa, dan untuk mengejar kekurangan
energi ditambhakan sedikit minyak kelapa. Hasilnya seperti terlihat pada formula 3.
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40 8,6 x 0,40 = 3,44 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 29 12 x 0,29= 3,48 1630 x 0,25 = 3,48
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kedele 7 44,4 x 0,07 = 3,108 2240 x 0,07 = 156,8
Bungkil Kelapa 5,7 20,5 x 0,057 = 1,168 1650 x 0,57 = 94,05
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Tp. Ikan 6 53 x 0,06 = 3,18 3080 x 0,06 = 184,8
Minyak kelapa 0,36 0 x 0,0036 = 0 8600 x 0,0036 = 30,96
Total 100 = 15,008 2600,01
Kebutuhan Standar = 15 2600
kandungan asam amino esensial methionin, lisin, dan triptophan; asam lemak linoleat;
dan serat kasar yang menjadi batasan dalam mempengaruhi kecernaan ransum. Batas
maksimum serat kasar adalah 4%.
Ransum yang baik harus mengikuti Format tabel dibawah ini :
Pakan Jumlah Protein Methionin Triptophan Lisin Ca P Energi Harga
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kkal/kg) (Rp/kg)
Total
Standar
Kelemahan metode coba-coba ini memerlukan waktu lama serta keuletan, apalagi
jika bahan yang akan digunakannya cukup banyak. Kiat formulasi ransum dengan
metode coba-coba adalah harus banyak latihan dan membuat formulasi sampai dengan
beberapa langkah agar mudah dalam mendapatkan formula ransum yang paling sesuai
dan paling murah.
Pencampuran tidak akan tercapai apabila kedua bahan yang digunakan sama-sama
mengandung protein diatas 15% atau dibawah 15%. Contoh 1.
- Berapa bagian konsentrat ransum dan dedak padi yang harus dicampurkan apabila
campuran ransum tersebut mengandung protein 15%. Protein konsentrat 36% dan
protein dedak padi 12%.
Penyelesaian :
15
Dengan demikian untuk mendapatkan campuran ransum yang mengandung protein 15%,
maka jumlah konsentrat yang harus dicampurkan adalah sebanyak 12,5 bagian dan dedak
padi 87,5 bagian.
Contoh 2.
Misalnya hendak disusun ransum ayam buras periode produksi (umur diatas 22
minggu) dengan kandungan protein 15% dan energi metabolis 2600 Kkal/kg. Bahan
pakan yang akan digunakan sebanyak 7 bahan.
Langkah 1 adalah inventarisasi bahan pakan yang akan digunakan, dan catat kandungan
protein dan Energi Metabolis seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini . Data
akan lebih lengkap apabila disertai dengan daftar harga bahan pakan untuk setiap
kg, dan harga ransum yang sudah jadi di toko “Poultry Shop”.
Langkah 2 : adalah pengelompokan bahan, yaitu :
- Kelompok 1 adalah bahan pakan bernergi < 2600 Kkal/kg dengan kandungan protein
> 15% dan < 15%. Termasuk kelompok in adalah dedak padi, bungkil kedele, bungkil
kelapa, dan daun lamtoro.
- Kelompok 2 adalah bahan pakan bernergi > 2600 Kkal/kg dengan kandungan protein
> 15% dan < 15%. Termasuk kelompok in adalah jagung kuning, onggok, dan tepung
ikan.
Langkah 4
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Onggok 10 2,84 x 0,10= 0,284 2956 x 0,10 = 295,6
Bungkil Kelapa 7 20,5 x 0,007 = 1,435 1650 x 0,07 = 115,5
Tp. Daun Lamtoro 1,5 23,2 x 0,015 = 0,348 1140 x 0,015 = 17,1
Feed sulement 0,5 - -
Total 19,0 = 2,067 428,2
Kebutuhan Standar 100 = 15 2600
Kekurangan : Jumlah bahan pakan 100 – 19 = 81 bagian
Protein ransum 15% - 2,067% = 12,933%
Energi ransum 2600 – 428,2 = 2171,8 Kkal/kg
atau protein ransum yang harus disusun adalah 12,933/81 x 100% = 15,97 %
Energi ransum yang harus disusun adalah 2171,8/81 x 100 = 2681,23 Kkal/kg.
Langkah 5
Campuran 1.
Dedak 12 28,43 28,43/32,4 x 100 % = 87,75 %
Campuran 2.
Jagung 8,6 37,03 37,03/44,4 x 100 % = 83,40 %
Langkah 6 :
Menggabungkan campuran 1 (EM = 1704,72 Kkal/kg ) dengan campuran 2 (EM =
3321,86 Kkal/kg) membentuk suatu campuran yang mengnadung EM = 2681,23
Kkal/kg.
15,97
1617,14
Cek ransum
Bahan Pakan Jumlah Protein Energi Metabolis
Jagung Kuning 40,80 8,6 x 0,408 = 3,509 3370 x 0,40 = 1348
Dedak Padi 28,15 12 x 0,29 = 3,378 1630 x 0,25 = 3,48
Total
Standar
Untuk meyakinkan bahwa ransum yang kita susun lebih murah daripada ransum
yang diperoleh dari Poultry Shop, maka biaya ransum yang kita susun harus dihitung
biayanya. Komponen biaya yang harus diperhitungkan adalah :
Biaya pembelian bahan pakan, biaya bahan pakan ini adalah besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan pakan tersebut sampai siap disusun menjadi
ransum di lokasi kandang.
Biaya pencampuran ransum, upah yang harus dibayarkan untuk mencampur setiap kg
ransum. Misalnya seorang pekerja dapat menyelesaikan pencampuran ransum 1000 kg
dengan upah Rp. 10.000 biaya per kg ransum adalah Rp 10,-/kg
7.3.2. Bahan :
Jagung
Dedak
Bungkil kelapa
Bungkil kedele
Tepung Ikan
Minyak Kelapa
Tepung Kerang arau tepung tulang
Top Mix
7.5. Pertanyaan
1. Apa perbedaan antara ransum dan pakan ?
2. Sebutkan bahan pakan unggas sebagai sumber protein ?
3. Sebutkan bahan pakan unggas sebagai sumber energi ?
4. Sebutkan syarat memilih bahan pakan unggas ?
5. Kriteria apa saja dalam menyusun ransum unggas ?
6. Kapan ransum konvensional dipergunakan ?
7. Sebutkan 5 bahan pakan konvensional untuk ransum unggas ?
8. Kebutuhan nutrien apa saja yg perlu diperhatikan dalam menyusun ransum unggas ?
9. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi unggas ?
10. Metode perhitungan yg mana dalam penyusunan ransum unggas yang menghasilkan
kebutuhan nutrisi yang optimal dengan harga yang minimal atau ekonomis ?
11. Seorang peternak memelihara itik dengan populasi 500 ekor, dengan kebutuhan
konsumsi ransum setiap ekor 200 gram/hari. Bahan pakan yang tersedia yaitu dedak
padi, jagung dan konsentrat dengan masing-masing kandungan protein 12 %, 9 %
dan 36 %. Diketahui bahwa campuran antara dedak dan padi dengan perbandingan 2
: 1. Berapa kg masing-masing bahan pakan yang harus disediakan peternak tersebut
dalam seminggu, apabila kebutuhan protein untuk itik tersebut 18%.
Total
Standar
Dosen/Asisten Mahasiswa
PEMOTONGAN PARUH
dalam satu kandang, adanya gangguan external parasit, kurang sarang dan akibat
kekurangan garam.
Pencegahan Kanibalime
Mengontrol kanibalisme ialah melalui tindakan pencegahan sebelumnya, sebab bila
sudah dimulai kejadiannya apalagi kalau sudah menyebar akan lebih sulit untuk
mencegahnya. Dikatakannya pula bahwa usaha-usaha untuk mengurangi atau mencegah
timbulnya kanibalisme dapat dilakukan dengan jalan jumlah ayam yang dipelihara
disesuaikan dengan luasnya, kontruksi kandang harus memenuhi syarat, mutu makanan
yang baik, pemberian makan dan air minum harus teratur, jumlah makanan harus
mencukupi, intensitas cahaya jangan berlebih, pisahkan ayam yang tingkat sosial rendah
atau tinggi, pemeliharaan hendaknya umur yang seragam, usahakan menggunakan sarang
yang cukup, mencat dinding kandang atau pintu dengan warna merah, menggunakan
lampu merah, menggunakan obat penenang, menggunakan salep anti pick, mengantung
sesuatu dalam kandang seperti wortel, menambahkan garam pada makanan dan minuman,
dan melakukan debeaking.
Debeaking
Cara yang dianggap baik sampai sekarang untuk mencegah terhadap kemungkinan
timbulnya kanibalisme adalah melalui pemotongan paruh atau debeaking, dan merupakan
cara yang efektif. Debeaking pada ayam sudah merupakan cara yang paling sering
dilakukan untuk mencegah kanibalisme, terutama sekali apabila pemeliharaan dilakukan
secara terkurung dan berkelompok.
Untuk mendapatkan hasil debeaking yang baik maka dilakukan sedemikian rupa
sehingga kemungkinan terjadinya stress kecil dan tidak tumbuh kembali untuk mencapai
panjang yang normalnya. Debeaking dilakukan terlalu keras malah dapat memperlambat
dewasa kelamin, berat badan yang kurang dan performan yang buruk pada saat periode
bertelur.
Metode Debeaking
Terdapat dua metoda debeaking yaitu cold debeaking dan hot debeaking. Pada cold
debeaking terutama dilakukan pada anak ayam, karena tidak ada pembakaran yang dapat
mematikan jaringan dari paruh, sehingga sering terjadi pertumbuhan kembali sehingga
mencapai panjang yang normal. Oleh karena itu debeaking perlu diulang kembali yaitu
sebelum mencapai umur dewasa kelamin.
Pada hot debeaking digunakan alat debeaking yang mempunyai pisau pemotong yang
dipanaskan dengan temperatur 1110 oF - 1500 oF, sehingga dapat mematikan jaringan dari
paruh oleh karena itu bila pelaksanaannya baik dan tepat maka tidak perlu pengulangan
kembali.
Cara debeaking ternyata mempunyai banyak variasi, tetapi pada dasarnya ada dua
cara, yaitu :
1. Block debeaking, yaitu pemotongan yang dilakukan memberikan hasil paruh bagian
atas sama panjangnya dengan paruh bagian bawah.
2. Conventional debeaking, yaitu pemotongan yang dilakukan memberikan hasil paruh
bagian atas lebih pendek daripada paruh bagian bawah.
Selain kedua metoda debeaking di atas terdapat metoda debeaking yang lainnya yaitu
V-Notch debeaking dan partial debeaking.
umur sehari sampai menjelang bertelur sebaiknya dilakukan pemotongan 1/3 sampai 1/2
bagian paruh baik pada bagian atas saja (metoda conventional debeaking) ataupun bagian
atas dan bawah (metoda blok debeaking), hasilnya tidak menunjukkan perbedaan dalam
pertambahan berat badan, konsumsi ransum, konsumsi air minum dan efisiensi
penggunaan makanan bila dibandingkan dengan ayam yang tidak di debeaking.
Perlakuan debeaking dengan metoda conventional memberikan hasil konsumsi
ransum, konsumsi air minum dan pertambahan berat badan yang lebih baik dibandingkan
block debeaking.
8.3.2. Bahan :
DOC
Ayam dara
7. Sebelum dilakukan debeaking sebaiknya diberikan obat anti stress dan vitamin K.
8.5. Pertanyaan
1. Apa manfaat debeaking pada unggas ?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadi kanibalisme ?
3. Jelaskan bentuk atau macam dari sifat kanibalisme ?
4. Bagaimana cara mengatasi atau mengurangi kanibalisme ?
5. Jelaskan apakah perlu debeaking dilakukan pada ayam broiler ?
6. Pada umur berapa ayam perlu di potong paruhnya ?
7. Metode pemotongan paruh mana yang terbaik ?
8. Sebaiknya berapa bagian paruh yang harus dipotong ?
9. Jelaskan apakah terdapat efek samping dari pemotong paruh dibandingkan dengan
yang tidak dipotong paruhnya terhadap performan ayam ?
10. Jelaskan metode debeaking sumber pemanas yang digunakan ?
11. Jelaskan apakah itik (unggas air) perlu dilakukan debeaking ?
Berapa Berdasarkan
Metode bagian Sumber panas
Umur Ayam Keterangan
Debeaking paruh yang yang
dipotong digunakan
Dosen/Asisten Mahasiswa
BONELESS
9.3.2. Bahan :
ayam broiler
Hasil Boneless
Dosen/Asisten Mahasiswa
Pola Mandiri
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sejumlah modal untuk
pembelian DOC, pakan dan obat-obatan.
2. Pemasaran hasil produksi dilakukan langsung ke pasar atau ke bandar ayam.
3. Harga sarana produksi (harga DOC, pakan dan obat-obatan) dan harga ayam panen
berdasarkan harga pasar.
4. Peternak sepenuhnya menanggung resiko usaha/produksi (sakit dan harga murah),
namun berpeluang memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila harga ayam hasil
panen tinggi.
5. Membangun jiwa entrepreneurship peternak.
Pola Makloon
1. Peternak menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja.
2. Inti menyediakan DOC, pakan, obat-obatan dan jaminan pemasaran hasil.
3. Peternak menerima imbalan Rp 650,- per ekor DOC yang dipelihara dari pihak inti
dan memiliki hak atas pupuk kandang dan karung ransum.
4. Prestasi peternak dihargai dengan bonus (mortalitas, FCR dan IP).
5. Peternak tidak menanggung resiko usaha (sakit dan harga murah)
6. Indeks produksi atau indeks performan diukur melalui perhitungan :
Peternak mengontrakkan kandang pada pihak lain dengan besaran nilai kontrak antara
Rp 150,- s/d Rp 300,- per ekor ayam per periode pemeliharaan.
1,43 x 98,11
IP x 100 322,52
30 x 1,45
Output :
Ayam hidup = 4.930 ekor x Rp 9.700 x 1,43 kg = Rp 68.530.500
Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 69.155.500
Input :
Sewa kandang = 5.000 ekor x Rp 250 = Rp 1.250.000
Tenaga kerja = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
Biaya Operasional = 5.000 ekor x Rp 150 = Rp 750.000
Rp 2.750.000
Output
Upah pokok pelihara = 5.000 ekor x Rp 650 = Rp 3.250.000
Bonus mortalitas = 4.930 ekor x Rp 50 = Rp 246.500
Bonus FCR = 5.000 ekor x Rp 100 = Rp 500.000
Bonus IP 230 – 249 = 4.930 ekor x Rp 250 = Rp 1.232.500
Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 5.854.000
Output :
Ayam hidup = 4.930 ekor x Rp 9.000 x 1,43 kg = Rp 63.585.000
Pupuk kandang = 250 sac x Rp 2.500 = Rp 625.000
Rp 64.210.000
Keuntungan selisih harga = 700 ekor x 20 % x 7.065 kg = Rp 989.100
Rp 65.199.100
Keuntungan usaha = output – input
= Rp 65.199.100 – 52.190.000
= Rp 12.020.000 per periode
Dosen/Asisten Mahasiswa