Anda di halaman 1dari 16

LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN

Arief Muammar
Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Langsa
Kampus Zawiyah Cot Kala Jl. Meurandeh, Langsa, 24411, Aceh, Indonesia
Email: ariefmuammar@iainlangsa.ac.id

Abstract
This study discusses about the rule is not necessarily weak sanad weak matan hadith is a rule that
applies only to the weak hadith. The rules of tradition of this kind can be used with the following
conditions: first, the support strength of other traditions his matan matching, narrated of narrators
(sanad path) to another, as well as the quality is equal or better than the first chain of transmission
paths. Second, the narrators do not be evil, or a liar, nor a forger of hadith and is not known as one
who fahusya galaṭuhu (many false) and inattentive, not al-muttahimīna bil każib (accused of lying),
not heretical and not majḥūl ‘ain. Third, Hadith ḍa‘īf not too weak as mursal hadith, mu‘allal, and
mubham. So the traditions are not too weak, they could still acceptable (maqbūl) if there is a path
sanad from another hadith. Fourth, the hadith-hadith has a martyr and mutābi‘, meaning not only
narrated the hadith with a chain of transmission lines, because it could conflict with the rules that
have been understandable, as the hadith matrūk.

Keywords: Sanad, Matan, Ḍa‘īf, I‘tibār

Abstrak
Kajian ini membahas seputar kaidah lemah sanad belum tentu lemah matan hadis merupakan kaidah
yang hanya berlaku untuk hadis ḍa‘īf. Kaidah hadis semacam ini bisa digunakan dengan syarat:
pertama, mendapat dukungan kekuatan dari hadis lain yang senada matannya, diriwayatkan dari
perawi (jalur sanad) yang lain, serta kualitasnya pun sama atau lebih baik dari jalur sanad yang
pertama. Kedua, perawinya tidak bersifat fasik, atau pendusta, bukan pula pemalsu hadis dan tidak
dikenal sebagai orang yang fahusya galaṭuhu (banyak salah) dan lalai, bukan al-muttahimīna bil
każib (dituduh berdusta), bukan ahli bidah serta bukan majḥūl ‘ain. Ketiga, keḍa‘īfannya tidak terlalu
lemah seperti hadis mursal, mu‘allal, dan mubham. Maka hadis-hadis yang tidak terlalu lemah
tersebut masih bisa diterima (maqbūl) jika ada jalur sanad dari hadis yang lain. Keempat, hadis-
hadisnya memiliki syāhid dan mutābi‘, maksudnya hadis tersebut tidak hanya diriwayatkan dengan
satu jalur sanad saja, karena bisa bertentangan dengan kaidah-kaidah yang sudah dimaklumi, seperti
hadis matrūk.

Kata Kunci: Sanad, Matan, Ḍa‘īf, I‘tibār

Pendahuluan utama yaitu seputar ilmu hadis dan


Hadis menempati posisi kedua perangkat-perangkat ilmu lainnya yang
setelah Alquran dalam sumber hukum mendukung proses pengetahuan mengenai
Islam, kaum muslimin diperintahkan oleh hadis, bahkan ada dua unsur penting untuk
Allah dan Rasul-Nya untuk selalu tunduk mengidentifikasikan kualitas suatu hadis
dan patuh di bawah naungan Alquran dan yaitu sanad dan matan, kedua unsur tadi
Hadis dalam setiap dinamika kehidupan. dianggap sangat urgen oleh para ulama
Untuk memahami kualitas atau status hadis, hadis dalam objek kajian mereka, karena
maka kita harus mempersiapkan bekal dengan adanya jalur periwayatan yang

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 207 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

orisinal dan otentik inilah; khususnya jalur sanad karena ada syāhid dan tābi‘-
periwayatan yang sampai kepada Nabi saw, nya).
makanya Islam memiliki ribuan Pembahasan di atas dikenal dengan
keistimewaan (kelebihan) dibandingkan kaidah, “Ḍa’īf (lemah) isnād tidak
agama-agama lainnya di muka bumi. menentukan pula ḍa‘īf matannya”. Kaidah
Pembahasan mengenai klasifikasi ini tentunya berlaku untuk direalisasikan,
hadis berdasarkan kualitas sanad dan tetapi setelah melewati beberapa ketentuan
matannya, tentu sangat menarik untuk atau syarat yang telah disepakati oleh ulama
dikaji lebih intensif, sehingga nantinya kita pakar hadis. Di dalam artikel ini, penulis
bisa menentukan status suatu hadis, apakah juga akan memaparkan definisi sanad dan
hadis tersebut bisa diterima (sahih dan matan yang disertai dengan contoh-
hasan) atau ditolak (ḍa‘īf), bahkan yang contohnya, begitu juga dengan perbedaan
menjadi pertanyaan mendasar adalah, antara musnad, musnid dan isnād serta
dapatkah matan hadis ḍa‘īf diaplikasikan definisi hadis ḍa‘īf dan bentuk-bentuk
meskipun telah terbukti isnād-nya lemah i‘tibār hadis. Mudah-mudahan artikel ini
dalam rangkaian sanad suatu hadis? Itulah bisa menambah wawasan keilmuan para
yang menjadi pokok bahasan dari tulisan pembaca, khususnya dalam objek kajian
ini. hadis.
Hadis ḍa‘īf yang disebabkan oleh
lemahnya unsur periwayatan (jalur sanad Definisi Sanad dan Matan
suatu hadis), tidak serta-merta langsung 1. Pengertian Sanad
ditolak untuk dijadikan hujah, karena boleh Sanad secara etimologi (kebahasaan)
jadi sanadnya memang lemah, tapi dari segi berarti:
matannya belum tentu mengindikasikan 1.) Al-mu‘tamad (‫)اﻟُﻤ ْﻌﺘَ َﻤ ُﺪ‬, yaitu, “Yang
lemah, terlebih lagi jika ada jalur dipedomani atau sesuatu yang bisa
periwayatan beragam yang saling dijadikan pegangan”.1
menguatkan satu hadis dengan yang 2.) ‫ض‬ َ ْ َ‫ َﻣﺎ ارْ ﺗَﻔَ َﻊ ِﻣﻦ‬, yaitu, “sesuatu
ِ ْ‫اﻷر‬
lainnya, apa lagi jumlah ṭuruq-nya (jalur- yang terangkat (tinggi) dari
jalur sanad) itu banyak, maka status hadis tanah”.2
yang lemah tadi bisa berubah menjadi
maqbūl atau bisa terangkat menjadi hadis 1
Muḥammad bin Abī Bakr bin Abd al-Qādir
al-Rāzī, Mukhtār Al-Ṣiḥḥāḥ (Beirūt: Dār al-Fikr,
hasan ligairih (perpaduan antara beberapa 2003), 297.
2
hadis ḍa‘īf yang diriwayatkan dari banyak M. ‘Ajjāj al-Khaṭīb, Uṣūl al-Ḥadīṣ:
‘Ulūmuhu wa Muṣṭalāḥuhu (Beirūt: Dār al-Fikr,

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 208 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

Sanad dari segi terminologi, berarti:


‫ ِﻣ ْﻦ ُﺣ ْﺴ ِﻦ إِ ْﺳ َﻼِم اﳌ ْﺮِء‬: ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ُ ‫ﻗَ َﺎل َر ُﺳ‬
‫اﻟﺮَواةِ اَﻟّ ِﺬﻳْ َﻦ ﻧَـ َﻘﻠُ ْﻮا‬ ِ ِ ‫ أ‬،‫ﱳ‬ َ
ّ ُ‫َي ﺳْﻠﺴﻠَﺔ‬ ْ ِ ْ ‫ُﻫ َﻮ ﻃَ ِﺮﻳْ ُﻖ اﻟْ َﻤ‬ ‫ﺗَـ ْﺮُﻛﻪُ َﻣﺎ َﻻ ﻳَـ ْﻌﻨِﻴﻪ‬
.‫َوِل‬
‫ﺼ َﺪ ِرﻩِ ْاﻷ ﱠ‬ ِ ‫اﻟْﻤ‬
ْ ‫ﱳ ﻣ ْﻦ َﻣ‬
ََْ Kami diceritakan oleh Aḥmad bin
Nasar al-Naisaburi dan orang lain,
Sanad adalah jalannya matan, yaitu
mereka berkata, “Abu Mushir
silsilah para perawi yang
menceritakan kepada kami yang
memindahkan (meriwayatkan) matan
diriwayatkan dari Ismail bin
dari sumbernya yang pertama. 3
Abdullah bin Sama’ah, dari al-
Al-Ṭaḥanāwī mengemukakan Auza’i, dari Qurrah, dari al-Zuhri,
dari Abu Salamah Dari Abu
definisi yang hampir senada seperti yang
Hurairah, beliau berkata, Rasullah
dikutip oleh Nawir Yuslem yaitu: saw bersabda” Diantara kebaikan
seorang muslim adalah meninggalkan
ِ ْ ‫ﺻﻠَﺔُ إِ َﱃ اﻟْﻤ‬
‫ اﻟَﻄﱠ ِﺮﻳْ ُﻖ اﻟْ ُﻤ َﻮ ﱢ‬:‫َواﻟ ﱠﺴﻨَ ُﺪ‬
ُ‫اﲰَﺎء‬
ْ ‫َي‬
ْ ‫ أ‬،‫ﱳ‬ َ hal-hal yang tidak bermanfaat
baginya”.5
‫ﱠﺐ‬ ِ
َ ‫ُرَواﺗﻪ ُﻣَﺮﺗ‬ Dari keterangan hadis di atas terlihat
Dan sanad adalah jalan yang adanya silsilah para perawi hadis yang
menghubungkan kepada matan hadis,
yaitu nama-nama perawinya secara membawa kita kepada teks hadis yaitu
berurutan.4 Aḥmad bin Nashar al-Naisaburi, Abu
Jadi, sanad itu merupakan jalan Mushir, Ismail bin Abdullah bin Sama’ah,
penghubung antara perawi-perawi yang al-Auza’i, Qurrah, al-Zuhri, Abu Salamah,
meriwayatkan matan (teks) hadis dari dan Abu Hurairah. Silsilah atau rangkaian
sumbernya yang pertama. nama-nama itulah yang dinamai dengan
Berikut ini adalah contoh hadis yang sanad dari hadis di atas, karena mereka-lah
terdapat dalam kitab Sunan Al-Tirmiżī. yang menjadi jalan bagi kita untuk sampai
Adapun contoh sanad hadisnya yaitu: kepada matan (teks) hadis dari sumbernya

،‫اﺣ ٍﺪ‬
ِ ‫ و َﻏﻴـﺮ و‬،‫ي‬ ِ
َ ُ ْ َ ‫ﺼ ٍﺮ اﻟﻨـْﱠﻴ َﺴﺎﺑُﻮر ﱡ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ‬
ْ َ‫َﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻧ‬ yang pertama yaitu Nabi saw.

‫ﻴﻞ ﺑْ ِﻦ‬ ِ ِ ٍِ
َ ‫ َﻋ ْﻦ إ ْﲰَﺎﻋ‬،‫ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ُﻣ ْﺴﻬﺮ‬:‫ﻗَﺎﻟُﻮا‬ 2. Definisi Matan
ِ ‫ ﻋﻦ اﻷَوز‬،َ‫ﻋﺒﺪاﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ َﲰﺎﻋﺔ‬
‫ َﻋ ْﻦ‬،‫ َﻋ ْﻦ ﻗُـﱠﺮَة‬،‫اﻋ ﱢﻲ‬ َْ ْ َ َ َ ْ َْ
Definisi matan secara etimologi
:‫ ﻗَ َﺎل‬،َ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮة‬،َ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔ‬،‫ي‬ ‫اﻟﱡﺰْﻫ ِﺮ ﱢ‬ 6
ِ ْ‫ﺐ َوارْ ﺗَﻔَ َﻊ ِﻣﻦَ ْاﻷَر‬
adalah: ‫ض‬ َ ُ‫ﺻﻠ‬
َ ‫ َﻣﺎ‬yang berarti,

5
1989), 32. Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Diriwayatkan oleh al-Tirmizī, Sunan al-
PT. Mutiara Sumber Widya, 2010), 148. Tirmizī, jilid 4 (Beirūt: Dār al-Fikr, 1403H / 1983
3
Yuslem, Ulumul, 148. M), 559. No: 2318.
4 6
Yuslem, Ulumul, 149. Al-Ṭaḥānawī, Al-Rāzī, Mukhtār, 556. Lihat juga Mahmūd
Qawā‘id fī ‘Ulūm al-Ḥadīṣ, 26. Al-Ṭaḥḥān, Taysīr, 15. Al-Khaṭīb, Uṣūl, 32.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 209 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

“Sesuatu yang keras dan tinggi (terangkat) lain. 9 Dengan arti lain upaya
dari bumi (tanah)”. menerangkan hadis yang disertai dengan
Adapun definisi matan secara sanadnya. 10 Sedangkan menurut istilah,
terminologi yaitu:7 ‫َﻣﺎ ﯾَ ْﻨﺘَ ِﮭ ْﻲ إِﻟَ ْﯿ ِﮫ اﻟ ﱠﺴﻨَ ُﺪ ِﻣﻦَ ْاﻟ َﻜ َﻼ ِم‬ isnād berarti: ُ‫ أَيْ ﺑَﯿَﺎن‬،‫ﺚ إِﻟَﻰ ﻗَﺎﺋِﻠِ ِﮫ‬
ِ ‫َر ْﻓ ُﻊ ْاﻟ َﺤ ِﺪ ْﯾ‬
11
“Sesuatu yang berakhir (terletak setelah) .‫ُﻣ ْﺴﻨَﺪًا‬ ِ ‫ا ْﻟ َﺤ ِﺪ ْﯾ‬
‫ﺚ‬ ‫ﺑِ ِﺮ َواﯾَ ِﺔ‬ ‫ا ْﻟ َﻤﺘ َِﻦ‬ ِ ‫طَ ِﺮﯾ‬
‫ْﻖ‬
sanad yaitu berupa perkataan”. Matan “Mengangkat hadis kepada yang
menurut Nawir Yuslem yang beliau mengatakannya (sumbernya), yaitu
nukilkan dari ‘Ajjāj al-Khaṭīb adalah: ‫ھُ َﻮ‬ menjelaskan jalan matan dengan
8
ِ ‫ أَ ْﻟﻔَﺎظُ ا ْﻟ َﺤ ِﺪ ْﯾ‬yang artinya,
‫ﺚ اَﻟﱠﺘِﻲ ﺗَﻘُﻮْ ُم ﺑِﮭَﺎ َﻣ َﻌﺎﻧِﯿْﮫ‬ meriwayatkan hadis secara bersanad”.
“lafal hadis yang mengandung makna Contohnya adalah sebagai berikut:

‫ﺼ ٍﺮ اﻟﻨـْﱠﻴ َﺴﺎﺑُﻮِر ﱡ‬
‫ َو َﻏْﻴـ ُﺮ‬،‫ي‬ ْ َ‫َﲪَ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻧ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أ‬
(pengertian)”.
Contoh matan ialah seperti sabda
ِ ِ ٍِ ٍِ
Nabi saw. berikut ini: َ ‫ َﻋ ْﻦ إ ْﲰَﺎﻋ‬،‫ َﺣ ﱠﺪﺛَـَﻨﺎ أَﺑُﻮ ُﻣ ْﺴﻬﺮ‬:‫ ﻗَﺎﻟُﻮا‬،‫َواﺣﺪ‬
‫ﻴﻞ‬
‫ َﻋ ْﻦ‬،‫اﻋ ﱢﻲ‬ ِ ‫ ﻋﻦ اﻷَوز‬،َ‫ﺑ ِﻦ ﻋﺒﺪاﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑ ِﻦ َﲰﺎﻋﺔ‬
‫ ِﻣ ْﻦ‬: ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ُ ‫ ﻗَ َﺎل َر ُﺳ‬:‫ ﻗَ َﺎل‬،‫َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة‬ َْ ْ َ َ َ ْ َْ ْ
‫ُﺣ ْﺴ ِﻦ إِ ْﺳ َﻼِم اﳌ ْﺮِء ﺗَـ ْﺮُﻛﻪُ َﻣﺎ َﻻ ﻳَـ ْﻌﻨِ ِﻴﻪ‬ ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ‬،َ‫ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔ‬،‫ي‬ ‫ َﻋ ْﻦ اﻟﱡﺰْﻫ ِﺮ ﱢ‬،‫ﻗُـﱠﺮَة‬
َ ‫ ِﻣ ْﻦ‬: ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ُ ‫ ﻗَ َﺎل َر ُﺳ‬:‫ ﻗَ َﺎل‬،َ‫ُﻫَﺮﻳْـَﺮة‬
Dari Abu Hurairah, beliau berkata,
Rasullah saw., bersabda: “Di antara ‫ُﺣ ْﺴ ِﻦ إِ ْﺳ َﻼِم اﳌ ْﺮِء ﺗَـ ْﺮُﻛﻪُ َﻣﺎ َﻻ ﻳَـ ْﻌﻨِﻴﻪ‬
kebaikan seorang muslim adalah
meninggalkan hal-hal yang tidak
َ
Kami diceritakan oleh Aḥmad bin Nasar
bermanfaat baginya” al-Naisaburi dan orang lain, mereka
Lafaz yang terkandung dalam hadis berkata, “Abu Mushir menceritakan
kepada kami yang diriwayatkan dari
di atas mulai dari kata min ḥusni islām Ismail bin Abdullah bin Sama‘ah, dari
sampai kepada tarkuhu mālā ya‘nīhī al-Auza‘i, dari Qurrah, dari al-Zuhri,
dari Abu Salamah Dari Abu Hurairah,
disebut dengan matan (teks) hadis. Karena beliau berkata, Rasullah saw bersabda
lafal hadis tersebut memiliki makna atau “Di antara kebaikan seorang muslim
adalah meninggalkan hal-hal yang tidak
pengertian yang bisa dimengerti oleh bermanfaat baginya.
pembaca ataupun pendengar. 2. Musnid menurut bahasa yaitu sesuatu
yang menyandarkan. Maḥmūd al-Ṭaḥḥān
Perbedan Isnād, Musnid dan Musnad mendefinisikan musnid dengan
1. Isnād secara etimologi berarti
menyandarkan sesuatu kepada yang 9
Yuslem, Ulumul,152.
10
Ramli Abdul Wahid, al-Qāmūs al-Muḥīṭ fī
‘Ulūm al-Hadīṡ Kamus Lengkap Ilmu Hadis
(Medan: Perdana Publishing, 2011), 87.
7 11
Al-Khaṭīb, Uṣūl, 32 Al-Khaṭīb, Uṣūl, 32. Lihat juga al-Ṭaḥḥān,
8
Al-Khaṭīb, Uṣūl, 32. Taysīr, 15. Yuslem, Ulumul, 152.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 210 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

pengertian: ‫ْﺚ ِﺑ َﺴ َﻨ ِﺪ ِه َﺳ َﻮا ٌء‬ َ ‫ھُ َﻮ َﻣ ْﻦ ﯾَﺮْ ِوي ا ْﻟ َﺤ ِﺪﯾ‬ b. Setiap hadis marfū‘ (riwayat yang
َ ‫أَ َﻛﺎنَ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ ِﻋ ْﻠ ٌﻢ ِﺑ ِﮫ أَ ْم ﻟَﯿ‬
‫ْﺲ ﻟَﮫُ إِ ﱠﻻ ُﻣ َﺠ ﱠﺮ ُد اﻟﺮﱢ َوا َﯾ ِﺔ‬ disandarkan kepada Nabi) dengan
(musnid adalah orang yang sanad yang bersambung.
meriwayatkan hadis lengkap dengan c. Hadis yang menerangkan rangkaian
sanadnya, baik ia menguasai seluk beluk sanadnya.
tentang hadis atau hanya semata-mata d. Semakna dengan pengertian sanad.14
meriwayatkan hadis tersebut).12
Contohnya seperti Imam Ahmad bin Hadis Ḍa‘īf dan I‘tibār
Hanbal, Imam al-Nasa’i dan Abu Hadis bila ditinjau dari segi kualitas
Dawud. sanad dan matannya dapat dibedakan
menjadi dua golongan yakni: Hadis maqbūl
3. Kata musnad adalah bentuk mufrad dari
dan hadis mardūd. 15 Hadis maqbūl adalah
masānīd. Menurut bahasa ialah sesuatu
hadis yang dapat diterima dan dijadikan
yang disandarkan. Menurut terminologi
sebagai hujah. Hadis maqbūl ini terdiri atas
ilmu hadis, musnad adalah kitab yang
hadis sahih dan hadis ḥasan. Sementara
memuat hadis-hadis berdasarkan nama
yang dimaksud dengan hadis mardūd
sahabat yang meriwayatkannya dari
adalah hadis yang tidak bisa dijadikan
Rasul tanpa memperhatikan masalah
hujah atau tidak memenuhi syarat-syarat
yang dibicarakan hadis itu. Kitab
qabūl, dan hadis mardūd dinamai juga
terkenal tentang musnad adalah Musnad
dengan hadis ḍa‘īf.16
al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal.13
Selain pengertian di atas, menurut
Hadis Ḍa‘īf
Ramli Abdul Wahid yang beliau kutip dari
Kata al-ḍa‘īf secara etimologi
kitab Taysīr Muṣṭalāḥ al-Ḥadīṡ. Musnad
adalah lawan dari al-qawiy, yang berarti
juga memiliki beberapa pengertian di
“lemah”, hadis ḍa‘īf ini adalah hadis
antaranya:
mardūd, yaitu hadis yang ditolak dan tidak
a. Hadis yang bersambung sanadnya
dapat dijadikan hujah atau dalil dalam
dari awal sanad hingga akhir sanad
sampai kepada Nabi saw.
14
Yuslem, Ulumul, 163-164.
15
Ṣubḥī al-Ṣāliḥ,‘Ulūm al-Ḥadīṡ wa
12
Al-Ṭaḥḥān, Taysīr, 17, Wahid, al-Qāmūs, Muṣṭalāḥuhu (Beirūt: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn,
164. Lihat juga Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu 1973),141. Lihat juga M. Mushtafa ‘Azami, Studies
Hadis (Bandung: CitaPustaka Media Perintis, 2011), In Hadith Methodology and Literature, terj: A.
24. Yuslem, Ulumul, 154. Yamin, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka
13
Wahid, al-Qāmūs, 163. Yuslem, Ulumul, Hidayah, 1992), 101-102.
16
154. Al-Khaṭīb, Uṣūl, 303.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 211 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

menetapkan suatu hukum. 17 Tetapi menurut hasan, baik dari segi sanad maupun
M. Mustafa ‘Azami, hadis ḍa‘īf itu dapat matannya, maka kekuatannya lebih rendah
dikelompokkan ke dalam dua bagian: yaitu dibandingkan dengan hadis sahih dan hadis
hadis yang ditolak; tetapi masih bisa hasan. Dari keterangan di atas dapat
diterima, jika hadis tersebut mendapat diambil intisari bahwa hadis ḍa‘īf memiliki
dukungan kekuatan dari hadis lainnya. beberapa kriteria yaitu:
Bagian kedua adalah hadis yang ditolak a. Terputusnya perawi dalam satu jalur
secara total. 18 Menurut Imam Abi ‘Amar sanad hadis yang seharusnya
ibn al-Salah hadis ḍa‘īf ialah: “Setiap hadis- bersambung.
hadis yang tidak terdapat padanya sifat b. Terdapat cacat (‘illāt) dan
hadis sahih dan tidak pula sifat-sifat hadis kejanggalan (syużūż) pada diri
hasan maka dia disebut hadis ḍa‘īf.”19 seorang perawi atau matan dari hadis
Imām Ḥāfiẓ Ḥasan al-Mas‘ūdī tersebut.
memberikan definisi hadis ḍa‘īf sebagai c. Diriwayatkan oleh orang yang tidak
hadis yang kehilangan satu syarat atau lebih adil dan tidak ḍābiṭ (kuat hafalan).
dari hadis sahih atau hadis hasan.”20 Ketidaksahihan suatu hadis tidak
Menurut Imām al-Nawawī ketika harus berkumpul semua kriteria di atas,
mensyarah Ṣaḥīḥ Muslim, “hadis ḍa‘īf namun jika ada salah satu di antaranya yang
adalah hadis yang tidak mencukupi syarat- muncul, maka hadis tersebut sudah masuk
syarat hadis sahih dan hadis hasan, dan dalam kategori ḍa‘īf.22 Jika dipahami lebih
pembagiannya sangat banyak yaitu: hadis dalam, maka hadis ḍa‘īf (lemah) dapat
mauḍū‘, hadis maqlūb, syāż, munkar, terbagi menjadi dua macam, yaitu ḍa‘īf
mu‘allal, dan muḍṭarib”.21 sanad dan ḍa‘īf matan. Ḍa‘īf (lemah) sanad
Dengan demikian, dapat disimpul- maksudnya sebuah hadis yang sanadnya
kan bahwa hadis ḍa‘īf adalah hadis yang tidak valid memenuhi kriteria (standarisasi
tidak mencukupi syarat sahih maupun diterimanya sebuah periwayatan) hadis
sahih, seperti tidak bersambungnya para
17
Yuslem, Ulumul, 236. perawi yang meriwayatkan hadis pada jalur
18
‘Azami, Studies, 102.
19
Ibn al-Ṣalāḥ, ‘Ulūm al-Ḥadīṡ, Ed. Nur al- sanad serta terbukti rawinya tidak adil dan
Dīn ‘Attar (Madinah: Al-Maktabah al-‘Ilmiyyah,cet:
2, 1972), 37. tidak kuat hafalan, tentunya keḍa‘īfan sanad
20
Ḥāfiż Ḥasan Mas‘ūdī, Minḥatu al-Mugīṡ Fī
al-Muṣṭalāḥal-Ḥadīṡ (Surabaya: Ahmad Nabni, t.th), dapat diketahui setelah melewati proses
10.
21
Muḥammad Jamāl al-Dīn al-Qāsimī, penelitian atau analisis kritik (takhrīj)
Qawā‘id al-Taḥdīṡ Min Funūn Muṣṭalāḥal-Ḥadīṡ
22
(Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th.), 108. Wahid, Studi, 118.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 212 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

terhadap perawi hadis, yang dilakukan oleh 6.) Susunan lafalnya sesuai dengan
para kritikus yang memang pakar di bidang karakteristik pembicaraan atau ciri-
hadis. Adapun maksud dari ḍa‘īf matan ciri kenabian. 23
ialah sebuah hadis yang matannya tidak Sebagaimana yang kita ketahui
memenuhi kriteria hadis sahih, atau dengan bahwa hadis ḍa‘īf adalah hadis yang tidak
kata lain hadis tersebut ḍa‘īf disebabkan diterima kehujahannya (mardūd), akan
karena matannya yang kontradiktif dengan tetapi apabila ada sebuah hadis ḍa‘īf, yang
Alquran, sejarah, akal dan ciri-ciri setelah diteliti ternyata keḍa‘īfannya
kenabian. terletak disanadnya, yang disebabkan oleh
Dalam dari itu, menurut Ramli cacat pada diri seorang perawi, maka bukan
Abdul Wahid yang beliau kutip dari Ṣalāḥ berarti matannya tidak bisa digunakan lagi
al-Dīn bin Aḥmad al-Idlibī, beliau atau dengan kata lain dikenal dengan
menyatakan bahwa salah satu syarat kaidah:

ِ ْ َ‫ﻒ اْﻟ‬
(‫ﻤﱳ‬ ِ ِ ِْ ‫)ﺿﻌﻒ‬
َ ‫ﺿ ْﻌ‬
َ ‫اﻹ ْﺳﻨَﺎد َﻻ ﻳَـ ْﻘﺘَﻀﻲ‬
kesahihan matan hadis harus mencakup
beberapa poin berikut ini:
ُ َْ
“Jika ada hadis yang lemah
1.) Sanadnya sahih (penentuan kesahihan sanadnya disebabkan oleh cacat pada
sanad harus didahului dengan diri seorang perawi, maka matannya
belum tentu ḍa‘īf (lemah)”.
kegiatan takhīj al-ḥadīṡ dan
Kaidah hadis semacam ini bisa
dilanjutkan dengan kegiatan
digunakan dengan syarat:
penelitian sanad hadis).
a.) Mendapat dukungan kekuatan dari
2.) Tidak bertentangan dengan hadis
hadis lain yang senada matannya,
mutawātir atau hadis aḥād yang
diriwayatkan dari perawi (jalur sanad)
sahih.
yang lain, serta memiliki kualitas
3.) Tidak bertentangan dengan petunjuk
sama atau lebih baik dari jalur sanad
Alquran (ayat-ayat yang muḥkam)
yang pertama. Muḥammad Jamāl al-
4.) Sejalan dengan alur akal sehat
Dīn al-Qāsimī mengatakan, “siapa
5.) Tidak bertentangan dengan indera dan
saja yang melihat atau menemukan
realitas sejarah
suatu hadis lemah sanadnya, maka
hendaklah orang itu mengatakan
hadis ini lemah berdasarkan sanad ini,

23
Ramli Abdul Wahid, Ilmu-Ilmu Hadis
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013), 110-
111.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 213 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

sedangkan matannya tidak lemah, sangat lemah seperti hadis mauḍū‘,


karena boleh jadi hadis tersebut hadis matrūk,31 dan hadis munkar32
memiliki jalur sanad lain, yang lebih maka tergolong mardūd (ditolak)
sahih dari jalur sanad pertama kecuali bahkan tidak bisa dijadikan hujah.33
tidak ada jalur sanad yang lain atau d.) Hadis-hadisnya memiliki syāhid dan
hadis itu ḍa‘īf disertai dengan jelas mutābi’.34 Pendapat ini diberikan oleh
keḍa‘īfannya (terlalu lemah)”. 24 al-Zarkasyī. 35 Maksudnya hadis
b.) Perawinya tidak bersifat fasik, atau tersebut tidak hanya diriwayatkan
pendusta,25 bukan pula pemalsu hadis dengan satu jalur sanad saja, karena
dan tidak dikenal sebagai orang yang bisa bertentangan dengan kaidah-
fahusya galaṭuhu (banyak salah) dan kaidah yang sudah dimaklumi, seperti
lalai, bukan al-muttahimīna bil każib hadis matrūk.
(dituduh berdusta),26 bukan ahli bidah
serta bukan majḥūl ‘ain.
I‘tibār al-Ḥadīṡ
c.) Keḍa‘īfannya tidak terlalu lemah.
I’tibār adalah menyertakan sanad-
Pendapat ini disebutkan oleh Ibn
sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu,
Ḥajar, 27 seperti hadis mursal,28
yang hadis itu pada bagian sanadnya
mu‘allal,29 mubham.30 Maka hadis-
tampak hanya terdapat seorang perawi saja,
hadis yang tidak terlalu lemah
dan dengan menyertakan sanad-sanad yang
tersebut masih bisa diterima (maqbūl)
lain tersebut akan dapat diketahui apakah
jika ada jalur sanad dari hadis yang
ada periwayat yang lain ataukah tidak ada
lain, sedangkan hadis-hadis yang
24 31
Al-Qāsimī, Qawā‘id, 121. Hadis matrūk adalah hadis yang
25
Al-Qāsimī, Qawā‘id, 109. diriwayatkan oleh seorang perawi yang tertuduh
26
Al-Qāsimī, Qawā‘id, 116. dusta dalam hadis, atau menampakkan kefasikan
27
Al-Qāsimī, Qawā‘id, 116 dengan perbuatan atau perkataan, atau banyak lupa,
28
Hadis mursal ialah hadis yang perawinya atau banyak berandai-andai.Wahid, al-Qāmūs, 126.
32
adalah sahabat yang digugurkan (tidak disebut Hadis munkar adalah hadis yang di dalam
namanya). Lihat Wahid, al-Qāmūs, 156. sanadnya terdapat periwayat yang banyak
29
Hadis mu‘allal adalah hadis yang melakukan kesalahan, lalai, atau jelas kefasikannya.
tampaknya akurat, padahal memiliki cacat yang Lihat al-Ṭaḥḥān, Taysīr, 94. Lihat juga Wahid, al-
tersembunyi pada isnād, kadang-kadang ia terdapat Qāmūs, 154.
33
dalam teks hadis itu sendiri, misalnya seorang ulama Wahid, Studi, 115.
34
melakukan kekeliruan dalam mengutip atau Mutābi‘ sering juga disebut tābi‘ yaitu
melalaikan satu baris dalam mengutip. Al-Hakim perawi yang berstatus pendukung pada perawi yang
membagi cacat ini ke dalam sepuluh jenis, buku bukan sahabat Nabi. Syāhid adalah perawi yang
yang paling terkenal adalah al-‘ilal karya Daruqutni. berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai
Lihat Metodologi Kritik Hadis, terj: A. Yamin, 110. dan untuk sahabat Nabi. Lihat M. Syuhudi Ismail,
30
Hadis yang pada matan atau sanadnya ada Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan
seseorang yang tidak disebut namanya. Wahid, al- Bintang, 1992), 52.
35
Qāmūs, 134. Wahid, Studi, 115.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 214 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

untuk bagian sanad dari sanad hadis yang 2. Di dalam Sunan Ibnu Mājah, matan
dimaksud. 36 Di bawah ini adalah contoh dan sanadnya sebagai berikut:
i’tibār hadis yang lemah sanad tetapi
‫ ﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺷﻌﻴﺐ ﺑﻦ‬،‫ﻋﻤﺎر‬
ّ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻫﺸﺎم ﺑﻦ‬
matannya tidak lemah.
1. Di dalam Sunan al-Tirmiżī, matan dan
‫ ﺛﻨﺎ اﻷوزﻋﻲ ﻋﻦ ّﻗﺮة ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﻟﺮﲪﻦ‬،‫ﺷﺎﺑﻮر‬
sanadnya adalah sebagai berikut: ‫ ﻋﻦ اﻟﺰﻫﺮي ﻋﻦ أﰊ ﺳﻠﻤﺔ ﻋﻦ أﰊ‬،‫َﺣْﻴـ َﻮﺋﻴﻞ‬
‫اﻟﻨﻴﺴﺎﺑﻮري وﻏﲑ واﺣﺪ‬
ّ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﲪَﺪ ﺑﻦ ﻧﺼﺮ‬ ‫ ِﻣﻦ ﺣﺴﻦ‬: ‫ ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ‬:‫ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل‬
‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ ٌﻣﺴ ِﻬﺮ ﻋﻦ إﲰﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻋﺒﺪاﷲ‬:‫ﻗﺎﻟﻮا‬ .‫إﺳﻼم اﻟﻤﺮء ﺗﺮُﻛﻪ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ‬
‫اﻟﺰﻫ ِﺮي‬
ُ ‫ ﻋﻦ‬،‫ ﻋﻦ ﻗـُﱠﺮة‬،‫ ﻋﻦ اﻷوزﻋﻲ‬،‫ﺎﻋﺔ‬
َ َ‫ﺑﻦ َﲰ‬ Kami (Ibnu Mājah) diceritakan oleh
Hisyam bin Ummar, kami (Hisyam)
‫ ﻗﺎل رﺳﻮل‬:‫ﻋﻦ أﰊ َﺳﻠَ َﻤﺔ ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻗﺎل‬ diceritakan oleh Muḥammad bin

‫ ِﻣﻦ ﺣﺴﻦ إﺳﻼم اﻟﻤﺮء ﺗﺮُﻛﻪ ﻣﺎ ﻻ‬:


Syu‘aib bin Syabur, kami
‫اﷲ‬ (Muhammad) diceritakan oleh al-
Auza‘i dari Qurrah bin Abdurahman
‫ ﻻ ﻧﻌﺮﻓﻪ ﻣﻦ‬،‫ ﻫﺬا ﺣﺪﻳﺚ ﻏﺮﻳﺐ‬:‫ﻗﺎل‬.‫ﻳﻌﻨﻴﻪ‬ Ḥaiwail, dari al-Zuhri, dari Abu
Salamah Dari Abu Hurairah, beliau
‫ ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ﻋﻦ اﻟﻨﱯ‬،‫ﺣﺪﻳﺚ أﰊ ﺳﻠﻤﺔ‬ berkata, Rasullah Saw bersabda “Di
antara kebaikan seorang muslim
‫إﻻﻣﻦ ﻫﺬااﻟﻮﺟﻪ‬ adalah meninggalkan hal-hal yang
tidak bermanfaat baginya”.
Kami (al-Tirmiżī) diceritakan oleh
Aḥmad bin Naṣar an-Naisābūrī dan 3. Di dalam Muwaṭṭa’ Imam Malik,
beberapa orang lainnya, mereka sanad dan matannya sebagai berikut:
berkata “kami diceritakan oleh Abu
Mushir dari Ismail bin Abdullah bin ‫ﻋﻠﻲ ﺑﻦ‬
ّ ‫ ﻋﻦ اﺑﻦ ﺷﻬﺎب ﻋﻦ‬,‫ﺣﺪﺛﲏ ﻣﺎﻟﻚ‬
Sama‘ah, dari al-Auza‘i, dari
Qurrah, dari al-Zuhri, dari Abu ‫ ا ّن رﺳﻮل اﷲ‬,‫ﻋﻠﻲ ﺑﻦ أﰊ ﻃﺎﻟﺐ‬
ّ ‫ﺣﺴﲔ اﺑﻦ‬
‫ ِﻣﻦ ﺣﺴﻦ إﺳﻼم اﳌﺮء ﺗﺮُﻛﻪ ﻣﺎ ﻻ‬:‫ﻗﺎل‬
Salamah Dari Abu Hurairah, beliau
berkata, Rasullah saw., bersabda,
“Di antara kebaikan seorang muslim
adalah meninggalkan hal-hal yang ‫ﻳﻌﲏ‬
tidak bermanfaat baginya, Imam al-
Tirmizi ber-komentar, ”Ini adalah Malik bercerita kepada saya, dari Ibn
hadis garīb, kami tidak mengetahui Syihab dari Ali bin Husein Ibnu Ali
hadis ini dari Abu Salamah dan dari bin Abi Talib, bahwasanya
Abu Hurairah dari Rasulullah Saw Rasulullah saw. pernah bersabda,
kecuali dari jalur ini”.37 “Di antara kebaikan seorang muslim
adalah meninggalkan hal-hal yang
tidak bermanfaat baginya”.38

36
Wahid, Studi, 51. Lihat juga Ibn al-Ṣalāḥ,
‘Ulūm, 74-75.
37
Diriwayatkan oleh al-Tirmiżī, Sunan al-
38
Tirmiżī, Jilid 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1403H / 1983 Malik bin Anas, al-Muwaṭṭa’ (Cairo: Dar
M), 559: Hadis 2318. al-Hadis, 2004), 478.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 215 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

4. Di dalam Musnad Imam Aḥmad,


sanad dan matannya sebagai berikut:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪاﷲ ﺣﺪﺛﲏ أﰊ ﺛﻨﺎ اﺑﻦ ﳕﲑ و ﻳﻌﻠﻰ‬


‫ﻗﺎﻻ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺠﺎج ﻳﻌﲏ اﺑﻦ دﻳﻨﺎر اﻟﻮاﺳﻄﻰ ﻋﻦ‬
‫ ﻗﺎل‬:‫ﺷﻌﻴﺐ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﻋﻦ ﺣﺴﲔ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎل‬
‫ إ ّن ِﻣﻦ ﺣﺴﻦ إﺳﻼم اﻟﻤﺮء‬: ‫رﺳﻮل اﷲ‬
.‫ﻗﻠﺔ اﻟﻜﻼم ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ‬
Artinya: Kami (Ahmad) diceritakan
oleh Abdullah, saya (Abdullah)
diceritakan oleh Ayah saya, kami
diceritakan oleh Ibnu Numair dan
Ya‘la, mereka berdua berkata, kami
diceritakan oleh Hajjaj yaitu Ibnu
Dinar al-Wasiti dari Syu‘aib bin
Khalid dari Husain bin Ali beliau
berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“Di antara kebaikan seorang muslim
adalah meninggalkan hal-hal yang
tidak bermanfaat baginya”.39
Adapun hasil i‘tibār dari sanad
hadis di atas dapat dilihat pada skema di
bawah sebagai berikut: Kita dengan berzikir
dan berdoa kepada Allah swt. sebagaimana
zikir dan doa yang diajarkan oleh
Rasulullah saw di dalam hadisnya.

39
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad
(Kairo: Dār al-Ḥadīṡ, t.th.), 201.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 216 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
‫‪LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN‬‬ ‫‪Arief Muammar‬‬

‫رﺳول ﷲ‬

‫َﻋنْ أﺑﻲ ھرﯾرة‬ ‫ﺣﺳﯾن اﺑن ﻋﻠﻲّ ﺑن أﺑﻲ طﺎﻟب‬

‫ﻋن أﺑﻲ ﺳﻠﻣﺔ‬ ‫ﻋﻠ ّﻲ ﺑن ﺣﺳﯾن اﺑن ﻋﻠﻲّ‬ ‫ﻋن ﺷﻌﯾب ﺑن ﺧﺎﻟد‬

‫ﺣدﺛﻧﺎ ﺣ ّﺟﺎج ﯾﻌﻧﻲ‬


‫ﻋن اﺑن ﺷﮭﺎب اﻟزھري‬ ‫اﺑن دﯾﻧﺎر اﻟواﺳطﻰ‬

‫ﻗرّة ﺑن ﻋﺑداﻟرﺣﻣن‬ ‫ﻣﺎﻟك ﻓﻲ اﻟﻣوطﺄ‬


‫َﺣﯾ َْوﺋﯾل‬

‫ﻋن اﻷوزاﻋﻲ‬ ‫ﯾﻌﻠﻰ ﺑن ﻋﺑﯾد‬ ‫ﺛﻧﺎ اﺑن ﻧﻣﯾر‬

‫أﺣﻣد ﺑن ﺣﻧﺑل‬
‫ﺛﻧﺎ ﻣﺣﻣد ﺑن‬ ‫ﻋن إﺳﻣﺎﻋﯾل ﺑن‬ ‫ﻓﻲ اﻟﻣﺳﻧد‬
‫ﺷﻌﯾب ﺑن ﺷﺎﺑور‬ ‫ﻋﺑدﷲ ﺑن ﺳﻣﺎﻋﺔ‬

‫ﺣدﺛﻧﺎ ھﺷﺎم ﺑن ﻋﻣّﺎر‬ ‫ﺣدﺛﻧﺎ أﺑوﻣﺳﮭر‬

‫اﺑن ﻣﺎﺟﮫ‬ ‫ﺣدﺛﻧﺎ أﺣﻣد ﺑن‬


‫ﻧﺻر اﻟﻧﯾﺳﺎﺑوريّ‬

‫اﻟﺗرﻣذي‬

‫‪Skema‬‬
‫‪I‘tibār Sanad‬‬

‫‪Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis‬‬ ‫‪217‬‬ ‫‪Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H‬‬
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

Dari hadis-hadis diatas setelah lemah sanadnya, sedangkan hadis yang


dibuat skemanya maka nampaklah bahwa diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib tersebut Hanbal, Imam Malik dan Ibnu Majah
berperan sebagai syāhid terhadap hadis Abu adalah hadis sahih.
Hurairah karena perawi pada tingkat Hadis dari Mu‘az di atas, dapat kita
sahabat dari hadis-hadis tersebut ada dua ketahui bahwa di pertengahan sanad hadis
orang sahabat. Syāhid sangat diperlukan tersebut terdapat beberapa pendukung
dalam proses penelitian hadis untuk berupa mutābi, yaitu Ḥannad adalah
menguatkan posisi suatu hadis dalam segi mutābi’ bagi Muḥammad ibn Basysyar,
kuantitasnya. Sebuah hadis yang pada Waqi’, ‘Affan, Muhammad ibn Ja‘far, Hafs
mulanya garīb (hanya diriwayatkan oleh ibn Umar dan Yahya ibn Hammad adalah
seorang rawi) dapat naik tingkatannya mutābi‘ bagi “Abd al-Rahman ibn Mahdi.
menjadi hadis ‘Azīz, hadis masyhūr atau Hal tersebut semakin memperkuat
bahkan hadis mutāwātir bila ada syāhid. kedudukan sanad hadis Mu‘az ini dari
Posisi mutābi’ dalam sebuah hadis pertengahan sanadnya sampai ke pangkal
sangat berpengaruh pada kualitas hadis itu sanadnya. Seandainya salah satu hadis dari
sendiri. Karena ketika ada sebuah hadis Mu’az iniberstatus ḍa‘īf, disebabkan
yang dinilai dari segi sanad memiliki karena ḍa‘īf sanad hadisnya, maka hadis itu
kekurangan, maka akan menyebabkan hadis bisa naik statusnya menjadi ḥasan li gairih
tersebut tidak bisa mencapai derajat sahih berkat adanya mutābi’ dan begitu juga
atau hasan. Akan tetapi, ketika ditemukan seterusnya.
hadis yang sama dari jalur lain, maka posisi Maka di sinilah berlakunya kaidah,
hadis yang pertama bisa kuat dan bisa naik “lemahnya sanad tidak menentukan lemah
menjadi hadis ṣaḥiḥ li gairih (apabila pula matannya,” apa lagi ada jalur
pertamanya ia ḥasan li żātih) berkat periwayatan yang saling menguatkan satu
dukungan dari sanad lain tersebut. Hal ini sama lain, terlebih lagi jika jumlah ṭuruq
karena substansi matannya dijustifikasi oleh hadisnya beragam, maka status hadis yang
faktor eksternal. Dan kekurangan pada lemah tadi berubah menjadi maqbūl,
salah satu perawi dapat dihilangkan dengan bahkan matan hadis tersebut masih bisa
adanya bukti berupa hadis yang sama dan diselamatkan dengan melakukan ‘i’tibār
diriwayatkan dengan jalur yang berbeda. seperti di atas. Jika hadis tersebut ternyata
Hadis yang jalur sanadnya didapati ada unsure syāhid dan mutābi’-
diriwayatkan oleh Imam Tirmizi adalah nya, maka status hadis itu bisa naik

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 218 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

tingkatannya menjadi lebih tinggi dari Musnad juga memiliki beberapa


sebelumnya, jika sebelumnya berstatus pengertian di antaranya: hadis yang
ḍa‘īf, maka bisa naik menjadi ḥasan li bersambung sanadnya dari awal sanad
gairih (maqbūl). hingga akhir sanad sampai kepada Nabi
saw., setiap hadis marfū’ (riwayat yang
Kesimpulan
disandarkan kepada Nabi) dengan sanad
Berdasarkan pemaparan di atas,
yang bersambung, hadis yang menerangkan
dapat kita ambil kesimpulan bahwa sanad
rangkaian sanadnya serta semakna dengan
itu merupakan jalan penghubung antara
pengertian sanad. Hadis ḍa‘īf adalah hadis
perawi-perawi secara berurutan yang
yang terputusnya perawi dalam satu jalur
meriwayatkan matan (teks) hadis dari
sanad hadis yang seharusnya bersambung,
sumbernya yang pertama. Contohnya, Kami
terdapat cacat (‘illāt) dan kejanggalan
diceritakan oleh Aḥmad bin Nasar al-
(syużūż) pada diri seorang perawi atau
Naisaburi dan orang lain, mereka berkata
matan dari hadis tersebut, serta
“Abu Mushir menceritakan kepada kami
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan
yang diriwayatkan dari Ismail bin Abdullah
tidak dābit.
bin Sama‘ah, dari al-Auza‘i, dari Qurrah,
Hadis ḍa‘īf yang disebabkan oleh
dari al-Zuhri, dari Abu Salamah Dari Abu
lemahnya unsur periwayatan (jalur sanad
Hurairah, beliau berkata, Rasullah saw
suatu hadis), tidak serta-merta ditolak
bersabda “Di antara kebaikan seorang
secara totaluntuk dijadikan hujah, sebab
muslim adalah meninggalkan hal-hal yang
jika diteliti dari segi matannya bisa jadi
tidak bermanfaat baginya.
hasilnya belum tentupula terindikasi lemah.
Adapun matan adalah lafal hadis
Oleh karena itu, jika ada jalur periwayatan
yang mengandung makna (pengertian).
yang saling menguatkan satu sama lain,
Isnād ialah mengangkat hadis kepada yang
terlebih lagi jika jumlah ṭuruq hadisnya
mengatakannya (sumbernya), yaitu
beragam, maka status hadis yang lemah tadi
menjelaskan jalan matan dengan
berubah menjadi maqbūl, bahkan matan
meriwayatkan hadis secara bersanad.
hadis tersebut masih bisa diselamatkan
Musnid adalah orang yang meriwayatkan
dengan melakukan i‘tibār yaitu dengan
hadis lengkap dengan sanadnya, baik ia
menghadirkan syāhid dan mutābi’-nya. Jika
menguasai seluk beluk tentang hadis atau
hadis tersebut ternyata didapati ada unsur
hanya semata-mata meriwayatkan hadis
syāhid dan mutābi‘-nya, maka status hadis
tersebut.
itu bisa naik tingkatannya menjadi lebih

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 219 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

tinggi dari sebelumnya, jika sebelumnya hukum, walaupun tidak sekuat hadis ḥasan
berstatus ḍa‘īf, maka bisa naik menjadi li żātih. Demikian juga jika status suatu
ḥasan li gairih (maqbul). Dengan demikian, hadis sebelumnya bersifat hasan, maka
matan hadis tersebut masih bisa hadis tersebut bisa naik tingkatanya
diaplikasikan untuk menetapkan suatu menjadi ṣaḥīḥ li żātih.

Daftar Pustaka

Abū Dawūd, Sulaimān ibn al-Asy‘aṡ al-Sijistānī. Sunan Abī Dāwūd. Beirūt: Dār al-Fikr, 1414
H/1994.
As-Siddieqy, T.M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
‘Azami, M. Mushtafa. Studies In Hadith Methodology and literature, terj: Yamin, A.
Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992.
al-Bukhārī, Muḥammad ibn Ismā‘īl ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn Al-Mugīraḥ. Ṣaḥīḥ al-
Bukhārī. Beirūt: Dār al-Fikr, 1981.
al-Dārimī, Abū Muḥammad Abu Allāh Abd al-Raḥmān ibn Baḥram. Sunan al-Dārimī. Beirūt:
Dār al-Fikr, t.th.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Ḥasan Mas‘ūdī, Ḥāfīẓ. Minḥatu al-Mugīṡ Fī al-Muṣṭalāḥ al-Ḥadīṡ. Surabaya: Ahmad Nabni,
t.th.
Ibn Ḥanbal, Aḥmad. Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal.Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
_______. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Kaṡīr, Ibnu. al-Baiṡ al-Ḥadīṡ Syarḥ Ikhtiṣar ‘Ulūm al-Ḥadīṡ”. Beirūt: Dār al-Fikr, t.th.
al-Khaṭīb, M. ‘Ajjāj. Uṣūl al-Ḥadīṡ: ‘Ulūmuhu wa Muṣṭalāḥuhu. Beirūt: Dār al-Fikr, 1989.
al-Naisaburiy, Muslim ibn al-Ḥajjāj ibn Muslim al-Qusyairīy. Ṣaḥīḥ Muslim.Beirūt: Dār al-
Fikr, 1414 H/1993.
al-Nasā’i, Abū ‘Abd al-Raḥmān Aḥmad ibn Syu‘aib. Sunan al-Nasā’i. Beirūt: Dār al-Fikr,
1415 H/ 1995.
_______. Sunan al-Nasā’i al-Mujtabā. Mesir: Syirkah Maktabah al-Bābī al-Ḥalabī, 1383
H/1964.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 220 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

al-Qāsimī, Muḥammad Jamāl al-Dīn. Qawā‘id al-Taḥdīṡ Min Funūn Muṣṭalaḥ al-Ḥadīṡ.
Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyaḥ, t.th.
al-Qazwinī, Abū ‘Abdullāh Muḥammad ibn Yazīd. Sunan Ibnu Mājaḥ, Ed. Al-Attar, Sidqī
Jamīl. Beirūt: Dār al-Fikr, 1415 H/ 1995.
al-Rāzī, Muḥammad bin Abī Bakr bin Abd al-Qādir. Mukhtār Al-Ṣiḥḥāḥ. Beirūt: Dār al-Fikr,
2003.
al-Ṣalāḥ, Ibn.‘Ulūm al-Ḥadīṡ, Ed. Nur ad-Din ‘Attar. Madinaḥ: Al-Maktabat al-‘Ilmiyyaḥ,
1972.
al-Ṣaliḥ, Ṣubḥi.‘Ulūm al-Ḥadīṡwa Muṣṭalāḥuhu.Beirūt: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 1973.
al-Ṭaḥānawī. Qawā‘id fī ‘Ulūm al-Ḥadīṡ. T.t.: Tp, t.th.
al-Ṭaḥḥān, Maḥmūd. Taysīr Muṣṭalaḥ al-Ḥadīṡ. T.t.: Tp, t.th.
al-Tirmizī.Sunan Al-Tirmizī. Beirūt: Dār al-Fikr, 1983.
Wahid, Ramli Abdul. al-Qāmūs al-Muḥīṭ fī‘Ulūm al-Ḥadīṡ, Kamus lengkap Ilmu Hadis.
Medan: Perdana Publishing, 2011.
_______. Ilmu-Ilmu Hadis.Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013
_______. Studi Ilmu Hadis. Bandung: CitaPustaka Media Perintis, 2011.
Yuslem, Nawir. Metodologi Penelitian Hadis. Bandung: CV. Perdana Mulya Sarana, 2008
_______. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2010.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 221 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
LEMAH SANAD BELUM TENTU LEMAH MATAN Arief Muammar

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 222 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H

Anda mungkin juga menyukai