FUNGSIONAL PERAWAT
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA Nn. N
DENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI
DI RUANG Al-Fajr RSUD BRIGJEND. H.HASSAN BASERY KANDANGAN
A.Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Nn.N
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :2
Pendidikan : Mahasiswa
Suku/bangsa : Banjar /Indonesia
Tanggal Masuk RS : 26 Juni 2019
No. Medical Record. : 127746
Ruang/kamar : Al-Fajr/ II
Diagnosa Medis : Tonsilitis Kronik Hipertrofi
Tanggal Pengkajian : 28 Juni 2019
Alamat : Desa Lungau
C. Keadaan Umum
1. Penampilan : Klien tampak lemah.
2. Kesadaran :
Kualitas : Composmentis
Kuantitas : E=4, M=6, V=5, GCS=15
Fungsi kortikal (orientasi) : Baik mampu mengenal ruangan,waktu,tempat,dan
orang- orangyang ada di sekitarnya.
3. Berat badan/Tinggi badan : 53 kg / 155 cm
4. TTV
T = 100/80 mmHg
P = 80x/menit
R = 20x/menit
S = 36,40 C
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan rambut
Bentuk simetris tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri.
2. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera mata putih, tidak memakai
alat bantu penglihatan,lapang pandang baik,tidak ada keluhan.
3. Hidung
Bentuk simetris,tidak ada lesi dan benjolan, fungsi penciuman baik.
4. Telinga
Bentuk simetris, telinga bersih, fungsi pendengaran baik.
5. Oral Cavity
Mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih, terlihat luka insisi pada tonsil,
merah.
6. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tyroid, pergerakan leher
baik.
7. Dada
Bentuk simetris, pergerakan dada baik, pola nafas normal.
8. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tidak ada keluhan.
9. Genetalia
Tidak terpasang DC
5 4
5 5
12. Integumen.
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
E. Pola Aktivitas
NO AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1. Nutrisi dan Cairan
*Nutrisi
Jenis Bubur Bubur
Frekuensi 3x1 3x1
Tambahan - -
Pantangan - -
Keluhan - -
*Cairan
Jenis Air putih Air putih
Frekuensi ± 7 gelas/hari ± 7 gelas/hari
Jumlah 1680 ml/hari 1680 ml/hari
2. Istirahat dan Tidur
Tidur siang ± 2 jam 1 jam
Tidur malam 8 jam/hari ± 5-6 jam/hari
Kualitas - -
3. Eliminasi
*BAB
Bentuk Normal feces Normal feces
Frekuensi 1x2/hari 1x/hari
Warna Kuning khas Kuning khas
*BAK
Warna Kuning khas Kuning khas
Frekuensi 2-4x/hari 3x/hari
Keluhan - -
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari Di seka 1x/hari
Gosok Gigi 2x/hari 2x/hari
Cuci Rambut 3x/minggu -
Ganti Pakaian 1x/hari 2x/hari
F. Data Penunjang
1. Data fsikologis
Klien terlihat stabil, persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan
penyakitnya.
2. Data sosial
Hubungan klien dengan lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan baik,serta
dukungan keluarga sangat penuh untuk kesembuhan klien.
3. Data spiritual
Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
4. Data ekonomi
Klien termasuk keluarga yang perekonomiannya menengah.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal
Eosinofil 3 0-1%
Basofil 0 1-4%
Batang 0 2-5%
Segmen 62 40-70%
Limfosit 31 19-48%
Monosit 4 3-9%
PT 12,5 9,8-13 detik
APTT 38,0 76-36 detik
Gol darah B
G. Therapy
2. 28 Juni 2019 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya -Deteksi dini
12.00 infeksi tindakan tanda-tanda terjadinya
berhubungan keperawatan infeksi. infeksi.
dengan selama 2X24 jam
penyebaran diharapkan
kuman akibat menunjukkan
invasif pasca peningkatan
operatif. penyembuhan luka
tepat waktu 2. Observasi -Mengetahui
dengan kriteria TTV. keadaan
hasil : umum klien
- Tanda-tanda dan
infeksi tidak Merupakan
terjadi. tanda adanya
infeksi
apabila terjadi
peradangan.
-Antibiotik
dapat
3. Kolaborasi mencegah
dengan dokter sekaligus
pemberian membunuh
antibiotik. kuman
penyakit
untuk
berkembang
biak.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. N Tgl MRS : 26 – 06 - 2019
Umur : 23 tahun No.Med.rec : 127746
Jenis kelamin : Perempuan Dx.medis : Tonsilitis Kronik
No Tgl/ jam No. Implementasi Hasil/Respon Paraf
Diagnosa
keperawatan
1 28 Juni 2019 DX.I 1.Mengkaji tingkat Hasil :
11.30 nyeri. Skala nyeri klien
2, nyeri dengan
tidak nyaman.
Hasil :
2. Menganjurkan teknik Klien terlihat
relaksasi dan distraksi. tenang.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Nn. N Tgl MRS : 26-06-2019
Umur : 23 tahun No.Med.rec : 127746
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis : Tonsilitis Kronik
Tgl / jam No.DX Perkembangan Pasien Paraf
Keperawatan Pelaksana
29-06- DX.I S : Klien masih mengeluh nyeri.
2019 O : Skala nyeri 2
08.00 A : Nyeri belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
29-06-2019 DX.II S:-
08.30 O : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
A : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
P : Pertahankan intervensi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran
tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada
remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan
karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya
infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik. Karena
itu tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan adanya tonsilitis
berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadang-kadang, meskipun
jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu bernapas, terutama
malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut terus. Juga terjadi
pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan anak kemudian
bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis
media atau glue ear,menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang
sering dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan operasi
dan pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik pengobatan
medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan oleh perubahan
fisiologis yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat diketahui lebih dalam
mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid membentuk cincin jaringan
limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai
cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan
limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas
dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan
makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin
waldeyer menjadi hipertrofi pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa
pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada
fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi
sisa jaringan.
1.3 Tujuan
1. menjelaskan konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis.
2. mengetahui dan menjelaskan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaa, implementasi dan evaluasi.
3. menyertakan sumber dari referensi makalah yang dibuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering didahului oleh
dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus (sekitar satu dari tujuh)
yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum dari bakteri yang terlibat adalah
streptokokus (juga dikenal sebagai 'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah suatu
tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad
Soepardi,1995)
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman
yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin
C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang
gangguan pecernaan.
4.Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun
dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca
kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya
sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang
2.3 ETIOLOGI/PREDISPOSISI
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus, Haemalphilus
influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens.
2.6 KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus. Komplikasi yang lain dapat berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx (
Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
2.7 PENGOBATAN
Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya perlu
diobati dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda nyeri juga mungkin
berguna untuk mengurangi rasa sakit .
Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu diobati dengan
antibiotik (misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi terhadap penisilin). Jika
anak Anda mendapatkan antibiotik, penting sekali untuk meminum obat sampai tuntas
agar bakteri benar-benar musnah dan tidak menjadi resisten obat.
Bedah amandel
Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah menjadi
tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis sering
berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan komplikasi
serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan
dibandingkan dulu
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut
terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dilakukan jika diperlukan
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
3) Diet
a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.
Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari adanya kepingan kecil)
Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan)
b) Menawarkan makanan
Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahaan.
Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak bumbu
selama 1 minggu
c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
Memberikan analgesik (hindari aspirin)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
d) Mengajari pasien mengenal hal berikut
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu
Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi.
Epitel terkikis
Inflamasi tonsil
resiko infeksi
2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)
2. Post Operasi
A. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding
inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan mencari posisi yang
paling
mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
(Doenges,2000)
D. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan
steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di atas
adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.
PENUTUP
Kesimpulan
Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir
dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.
Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi
Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai
tanda, gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streepfokus
bila hemolitil, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi
virus. Ciri-ciri atau dengan tanda dan gejala : Demam, Tidak enak badan, mual, muntah,
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, dengan pengobatan / therapi-therapi dari
dokter dan insisi bedah, dapat menyembuhkan tonsillitis
Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit tonsilitis dan
mengaplikasikan/menerapkan asuhan keperawatan pada pasien tonsilitis dengan baik dan
benar. Semoga perpustakaan lebih melengkapi literatur bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf
https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/
http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/
SOP PERAWATAN LUKA
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS : Perawat
PERALATAN
B. TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / pasien.
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan.
C. TAHAP KERJA
1. Menutup sampiran
2. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril.
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Letakkan pengalas dibawah area luka
5. Letakkan bengkok dekat pasien
6. Buka balutan lama ( hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan
menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas ke dalam bengkok. Jika
menggunakan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit
dibawahmya, setelah itu ditarik secara perlahan secara sejajar dengan kulit dan
ke arah balutan.
7. Bila balutan merekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat
balutan dengan perlahan.
8. Letakkan balutan kotor ke bengkok lalu buang ke kantong plastik, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
9. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka.
10. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril.
11. Membersihkan luka sesuai dengan jenis lukanya apakah luka bersih atau kotor
serta sejenisnya.
12. Menutup luka dengan cara tertentu sesuai keadaan luka
13. Plester dengan rapi
14. Buka sarung tangan dan masukkan kedalam bengkok
15. Lepaskan masker
16. Atur dan rapikan posisi pasien.
17. Buka sampiran
18. Evaluasi keadaan umum pasien.
19. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaaan bersih,
kering dan rapi.
D. TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengna klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan.