BAIK DAN BURUK MAKALAH Dosen Pembimbing PDF
BAIK DAN BURUK MAKALAH Dosen Pembimbing PDF
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Akhlak Tasawuf”
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk.
Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator
untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatar belakangi sesuatu
yang mutlak dan relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan
rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki
indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana
ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ilmu akhlak kita berjumpa dengan istilah baik buruk, benar salah, apakah
kita pakai itu banar atau salah dan apakah kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat untuk
baik apa buruk.
A. Pengertian
1. Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa
arab ) / good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik
adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan,
persesuaian, dan seterusnya1. Pengertian baik menurut Ethik adalah sesuatu yang
berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk
tujuan apabila yang merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya
tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang
mendatangkan memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan adapula
yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut
baik / kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi
tujuan manusia. Walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-
beda, sesungguhnya pada akhirnya semuaya mempunyai tujuan yang sama
sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia akan tetapi binatang
pun mempunyai tujuan.2
Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana disebutkan bahwa akan
mempermudah dalam mengetahui yang buruk dan diartikan dan diartikan
sesuatu yang tidak baik. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang tidak baik, dan tidak disukai
kehadirannya oleh manusia. Kebaikan yang berhubungan dengan tujuan ini
dapat kita bedakan dengan kebaikan sebagai tujuan sementara untuk mencapai
tujuan terakhir. Tujuan sementara mungkin hanya sekali bagi seseorang atau
sesuatu golongan. Dan tujuan sementara ini sebagai alat atau jalan untuk
mencapai tujuan akhir ini terdapat bermacam-macam dan beraneka ragam.
Didalam akhlak Islamiyah, antara baik sebagai akhlak / cara / tujuan
sementara harus segaris atau sejalan dengan baik sebagai tujuan sementara dan
1. H. Abuddin Nata, Ma. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada hlm 104
2. Ahmad Mustofa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia hlm 56
tujuan akhir berada dalam satu garis lurus yaitu berdasarkan satu norma karena
didalam akhlak Islamiyah ini disamping bai itu harus benar. Missal untuk
menjadi seorang pengusaha yang kaya. Ia harus berusaha dengan jalan yang
halal, tidak dengan menganiaya orang lain, tidak dengan jalan korupsi,. Sebab
didalam akhlak Islamiyah ada garis yang jelas antara yang boleh dan tidak
boleh, antara yang boleh dilampaui atau tidak, antara halal dan haram.
Berbeda dengan akhlak Machiavelli, yang dianut oleh komunis untuk
mencapai tujuan dapat dengan segala macam cara, seperti untuk mencapai
kemenangan kekuasaan memelaratkan rakyat agat bisa dikuasai dan untuk
mencapai kemenangan dengan membinasakan orang lain.
Jadi menurut akhlak Islam, perbuatan itu disamping baik juga harus
belajar, yang benar juga harus baik.
2. Benar dan Salah
Pengertian menurut etika ( Ilmu akhlak ) ialah hal-hal yang sesuai
dengan peraturan-peraturan sebaliknya. Pengertian salah menurut etika hal yang
tidak sesuai dengan peraturean-peraturan yang berlaku.3
Secara objektif “benar” adalah satu, tidak ada dua benar yang
berrtentangan. Kebenaran yang objektif yang merupakan kebenaran yang pasti
dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat
adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang
Maha Satu, Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang Maha Benar.4
Dan peraturan yang buat manusia yang bersifat relative itu adalah benar apabila
tidak bertentangan dengan peraturan yang objektif yang dibuat oleh Yang Maha
Satu Yang Maha Benar, yaitu peraturan yang bertentangan dengan wahyu,
karena kebenaran mutlak adalah kebenaran dari Yang Maha Benar.
Artinya :
Kebenaran adalah Tuhanmu dan janganlah kalian termasuk orang yang ragu-
ragu.
Peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia, akan dijamin
kebenarannya apabila peraturan-peraturan itu tidak bertentangan dengan
peraturan yang dibuat oleh Tuhan.
3. Ibid, hlm 53
4. mahmud Shaltat. 1994. Syariat Islam. Jakarta : Bumi Aksara hlm 83
B. Peraturan Baik dan Buruk
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.4
Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran manusia
dengan pandangan filsafat tentang manusia ( antropologi metafisika ) dan ini
tergantung pula dari metafisika pada umumnya.
Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang
mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya :
1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan
dipegang teguh oleh masyarakat. Didalam masyarakat kita jumpai adat istiadat
yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap
dansebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang
dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang
buruk.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari
mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari
golongan bangsanya.
Pada masa sekarang, kirta dapat membenarkan adat istiadat semacam itu
dan bukan mengingkarinya, dan bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka
tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk bagi perbuatan-perbuatan kita.
Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat istiadat pada hakikatnya produk budaya
manusia yang sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan paham adat istiadat ini
menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat. Berpegang adat
istiadat itu, meskipun tidak benar ada juga faedahnya, sebab ada juga orang-
orang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, dan banyak pula orang-
orang yang tidak mau mengikutinya adat istiadat dari lingkungannya.
Artinya :
Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas
/ memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan
untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala
yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah
ketaatannya.6
5. Ibid hlm 85
6. Muhammad Al Baqir. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung : Karisma hlm
BAB III
KESIMPULAN / PENUTUP