Ekstraksi Isolasi Kafein Dari Teh Dan Uji Alkaloid
Ekstraksi Isolasi Kafein Dari Teh Dan Uji Alkaloid
I. Tujuan Percobaan
II. Prinsip
Senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam
pelarut lain.
Kelarutan senyawa dalam suatu pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat
terlarut dalam 100 mL pelarut pada 25 oC. Senyawa akan larut dalam suatu
pelarut jika kekuatan atraktif antara kedua molekul (zat terlarut dan pelarut)
adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut dalam pelarut polar, dan
pada C-O, C-N, C-X. Demikian pula diantara molekul yang mengandung O-H
atau N-H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat menentukan
kelarutan.
atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip
kelarutan. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur,
disebut ekstraksi cair-cair. Dalam sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi
di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil senyawa akan berada dalam salah
satu pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada dalam pelarut yang kedua.
dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak dipakai
organik yang bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air. Pelarut
lainnya adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan
dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem ekstraksi ini akan dihasilkan
dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik. Selain syarat kelarutan yang
harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain
adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari
senyawa terektraksi (biasanya dibawah 100 oC), tidak mahal dan tidak bersifat
racun.
Dasar metoda ekstraksi cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa
senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lain akhirnya mencapai keadaan
Cn = Co [ KV1 /(KV1+V1)]n
dan V2 volume pengekstrak. Dengan persamaan ini kelihatan akan lebih efektif
sifat asam dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya. Senyawa asam
atau basa organik direaksikan dengan basa atau asam sehingga membentuk
garamnya. Garam ini tidak larut dalam pelarut organik (non polar) tetapi larut
baik dalam air. Ekstraksi basa, dikembangkan untuk isolasi kopalen asam
Ekstraksi padat-cair, adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut
ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi (biasanya zat padat)
terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa
organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi ekstraksi padat cair ini ditentukan
oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik, dan
banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan
alam harus menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut
soxhlet.
Penyaringan dan corong pisah. Corong pisah adalah alat untuk melakukan
ekstraksi cair-cair, yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut, agar supaya
proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama sampai
kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah satu
pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar
Proses penyaringan, merupakan bagian penting dalam pemisahan zat padat dari
larutan atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang
dipasang dalam corong. Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan
biasa, digunakan untuk mengumpulkan cairan dari zat padat yang tak larut.
Kertas saring yang digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara ini
sering dilakukan pada kondisi suhu panas (penyaringan panas), misalnya untuk
(suction), yaitu cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan
pompa vakum dengan desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah
corong Buchner atau corong Hirsch. Untuk jelasnya, cara-cara penyaringan dan
penggunaan corong pisah, bisa dilihat pada gambar lampiran cara menyaring
dan ekstraksi. Pengeringan ekstrak. Ekstraksi yang melibatkan air sebagai
pelarut, umumnya air akan sedikit terlarut dalam sejumlah pelarut organik
seperti kloroform, benzen dan eter. Air ini harus dikeluarkan sebelum
garam anorganik anhidrat yang betul-betul kering atau baru. Zat pengering ini
adalah anhidrat dari garam berair kristal, yang kapasitasnya sebanding dengan
jumlah air kristalnya. Yang umum digunakan adalah MgSO4, Na2SO4 dan
CaCl2. Magnesium sulfat adalah pengering paling efektif (air kristalnya sampai
dengan 7H2O) akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah, akan
Kafein
pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis aktif bagi manusia. Beberapa
senyawa yang termasuk alkaloid dan sering Anda dengar di antaranya: nikotin,
morfin, striknin dan kokain. Senyawa ini di dalam tumbuhan peranannya bisa
menyebabkan kegelisahan, insomnia dan sakit kepala dan secara fisik bersifat
sebagai candu. Seseorang yang meminum 4 cangkir kopi per hari dapat
banyak terkandung dalam teh. Teh telah dikonsumsi sebagai minuman selama
hamper 2000 tahun, dimulai di Cina. Minuman ini dibuat dengan menyeduh
daun dan kuncup muda pohon teh, Camellia sinensis, di dalam air panas.
Sekarang, terdapat dua varietas utama pohon teh yang digunakan, yaitu pohon
teh Cina berdaun kecil (C. sinensis sinensis) dan pohon teh Assam berdaun
lebar (C. sinensis assamica). Hibrid dari kedua varietas ini juga elah
dari glukosa (monomer dari selulosa, disebut monosakarida) yang tak larut
dalam air. Selulosa di dalam tumbuhan berfungsi hampir sama dengan serat
samping selulosa, di dalam daun teh terdapat beberapa senyawa lain, termasuk
kafein, tannin (senyawa fenolik, yaitu senyawa yang memiliki suatu gugus –
Metabolisme di dalam tubuh manusia akan mengubah kafein menjadi lebih dari
nmol/mL dalam darah, kafein dapat menstimulasi sistem saraf pusat (Misra et
al, 2008).
Alat
Erlenmeyer
Gelas ukur
Gelas piala
Plat TLC
Kertas saring
Pipet
Penyaring isap
Corong buchner
Bahan
Teh kering
Natrium karbonat
Air
Diklorometana
Aseton panas
Eluen kloroform-metanol
Pereaksi Meyer
Pereaksi Dragendorff
V. Prosedur
erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 225 mL air mendidih. Kemudian biarkan
labu erlenmeyer lain. Ke dalam daun teh ditambahkan lagi 50 mL air panas lalu
segera dekantasi ekstrak teh dan digabungkan dengan ekstrak teh sebelumnya.
Untuk mengekstrak sisa kafein yang mungkin ada, didihkan air berisi daun teh
selama 20 menit, lalu dekantasi ekstraknya. Dinginkan ekstrak teh hingga suhu
emulsi di dalam labu erlenmeyer 125 mL, lalu tambahkan kalsium klorida
sampai gumpalan kalsium klorida anhidrat ikut terbawa. Bilas erlenmeyer dan
dalam labu erlenmeyer kecil, dan dalam keadaan panas, ditambahkan ligroin
kristal dengan beberapa tetes ligroin (n-heksan) dingin. Lakukan uji titik leleh
Dilarutkan sedikit sampel kristal kafein hasil ekstraksi dari daun teh dengan
ditotolkan di atas pelat TLC sampai nodanya cukup tebal. Dilakukan elusi TLC
menggunakan eluen etil asetat : metanol = 3 : 1 dan dilakukan elusi juga dengan
dipanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda pada
C. Uji Alkaloid
Dilarutkan kristal kafein dalam air. Diteteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer.
kuning muda. Ke dalam larutan kafein lainnya masukkan 1-2 tetes pereaksi
jingga.
VI. Hasil & pembahasan
Hasil pengamatan
25 gram daun teh + air panas 225 ml + natrium karbonat 20,0067 gram
corong pisah terbentuk dua fasa yaitu coklat dan bening setelah di kocok , ada
gas yang keluar dan ada emulsi. Hasil ekstraksi yang bening + CaCl2 di
dengan suhu akhir 40 oC. Di larutkan dengan aseton dengan heksan. RBF
Persen rendemen,
102,9336 𝑚𝑔 − 98,0034 𝑚𝑔
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100 %
25000 𝑚𝑔
4,9302 𝑚𝑔
= 𝑥100 % = 0,0001972 𝑥 100 % = 0,01972 %
25000 𝑚𝑔
Totol kristal kafein + DCM dan di elusi menghasilkan campuran agak berwarna
kekuningan. Totolan tidak terlalu terlihat. Setelah dielusi basah, tidak terlihat
jejak totolan dari bawah ke atas berwarna kuning. Hasil elusi dengan eluen etil-
Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu ekstraksi kafein dari teh. Ekstraksi adalah metoda
pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari
satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dalam
percobaan ini digunakan air panas sebagai pengekstrak teh yang larut dalam
air, karena larutan yang panas itu lebih cepat larut dibandingkan pelarut dingin.
Karena semangkin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam
(kortz, 2003). Hal ini karena berdasarkan kelarutan pada kafein yang
pada 25 oC, 180 mg/mL pada 80 oC, dan 670 mg/mL pada 100 oC. Karena teh
dapat larut dengan baik pada air panas, sehingga harus dilarutkan pada air
karbonat (Na2CO3) adalah senyawa yang bersifat basa sehingga akan bereaksi
dengan tanin yang bersifat asam membentuk garam, garam ini larut dalam air.
pisah yaitu cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan
digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam
pompa vakum dengan desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah
menggunakan aspirator-air atau pompa vakum lalu kafein diekstraksi dari air
tak larut air yang bersifat polar dan mempunyai titik didih 41 oC. Karena
kelarutan kafein dalam diklorometana lebih baik (140 mg/mL) dari pada dalam
air (22 mg/mL), maka kafein larut dengan mudah di dalam diklorometana.
Namun, tannin juga sedikit larut dalam diklorometana, padahal kafein yang
harus tetap berada dalam fasa air. Oleh karena tannin merupakan senyawa
fenolik yang bersifat cukup asam, maka senyawa ini dapat diubah dulu menjadi
tannin berubah menjadi anion fenolik yang tidak larut dalam diklorometana,
tetapi larut di dalam air. Namun ada kekurangan dari pengubahan tannin
menjadi garamnya, yaitu garam tannin ini berfungsi sebagai surfaktan anion
fasa air dan fasa dikiorometana, maka proses pembentukan emulsi ini di cegah
dengan tidak mengguncangkan corong pisah dengan terlalu kuat karena emulsi
ini bisa memerangkap kafein yang larut dalam diklorometana sehingga jika
dibiarkan atau dibuang, kafeinnya akan terbuang juga. maka semua emulsi
dimasukkan ke dalam labu. Karena masih mengandung air, maka
ditambahkanlah CaCI2 anhidrat, yang berfungsi untuk menyerap air. Pada saat
sedangkan kafein berada di atas karena masa jenis diklorometana lebih besar
dari pada air. Massa jenis air1.000 g/ml sedangkan massa jenis diklorometana
1,335 g/ml. Setelah penambahan itu, dekantasi jangan sampai CaCI2 anhidrat
ikut terbawa. Akhimya dalam labu didih, hanya terdapat diklorometana dan
aseton dan n-heksan sehingga mendapatkan kristal lebih murni. Maka di dapat
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih
dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola
(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari
digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan
(Misra et al, 2008). Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen
umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis aktif bagi
manusia.
B. Uji kromatografi lapis tipis (TLC)
Rf, merupakan nilai dan jarak relative pada pelarut Harga Rf dihitung sebagai
jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen
(fase gerak).
a) Rf = 3.1 / 5 = 0,62
b) Rf = 2.3 / 5 = 0,46
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena
itu Rf juga disebut factor referensi. Pada KLT digunakan pelat alumunium
dengan bagian belakang silica, terdapat dua fasa yaitu fasa diam: silica dan fasa
setelah proses elusi dimaksudkan untuk memberi warna pada zat organik yang
kita dapat pada sample sehingga dapat dilihat “perjalanan’ noda kafein.
bersifat nonpolar. sehingga saat dielusi, kioroform. tidak tertahan oleh plat
silica, dan akhirnya noda kafein pun tidak terbawa jauh (nilai Rf kecil).
Sedangkan, etil-asetat bersifat semipolar, akibatnya agak tertahan pada plat
silica, dan kafein bersifat semi polar. namun lebih polar daripada etil-asetat
Jadi, noda itu ditarik oleh etil-asetat ke atas dan silica untuk diam ditempat,
kafein tidak terbawa terlalu jauh (nilai Rf lebih besar dan B). Pada akhirnya,
kafein
silica
C. Uji Alkaloid
muda yang berasal dan Pb. Sedangkan, jika Kristal kafein dicampur dengan
menjadi jingga dan ion Bi-nya. Karena pada percobaan berubah warna menjadi
kuning muda dan jingga, maka terbukti bahwa kafein adalah salah satu dan
VII. Kesimpulan
Pada proses ekstraksi, prinsip yang digunakan adalah perbedaan kelarutan.
Dalam hal ini, untuk mengisolasi kafein pada teh, kita harus mendapatkan
kafein tanpa zat lain. Akan tetapi, di dalam teh terdapat tannin. Prinsip
perbedaan kelarutan dalam pelarut digunakan untuk memisahkan kedua zat ini
Tannin akan larut dalam air dan tidak larut dalam diklorometana yang bisa
melarutkan zat organik dan kafein akan larut baik dalam diklorometana
adalah 0,62 pada eluen etil-asetat : methanol 3:1 dan 0,46 pada eluen kloroform
: methanol 9:1. Dan sini kita bisa menentukan urutan ketidakpolaran eluen
kafein
silica
VIII. Pustaka
1. Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of
3. Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
3rd edition, john woley & sons. New York, 1994 : 73 – 89; 144 – 153
http://id.scribd.com/doc/123911219/84952243-Laporan-Kimor-Isolasi-
Kurkumin-Dari-Kunyit
http://id.scribd.com/doc/78944314/KOLOM
http://diaharrazy.files.wordpress.com/2010/12/lap-kimor-4-3rd-fa09.pdf
http://yudapedia.files.wordpress.com/2009/11/kromatografi-kolom-dan-klt-
isolasi-kurkumin-dari-kunyit.pdf
http://dyanacciqeezt.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.slideshare.net/miemiethatha/laporan-kelompok-edit
http://yustinapaadanya.blogspot.com/2012/05/v-
behaviorurldefaultvmlo_12.html
http://blogs.itb.ac.id/tinachoirunnisa/2012/12/18/kromatografi-kolom-dan-
kromatografi-lapis-tipis-isolasi-kurkumin-dari-kunyit-cucurma-longa-l/