Anda di halaman 1dari 19

Percobaan 3

PEMISAHAN SENYAWA ORGANIK

Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Uji Alkaloid

I. Tujuan Percobaan

1. Menentukan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi kafein

2. Menentukan Rf kristal kafein

3. Menentukan titik leleh kafein

II. Prinsip

Senyawa tersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam

pelarut lain.

III. Teori dasar

Kelarutan senyawa dalam suatu pelarut dinyatakan sebagai jumlah gram zat

terlarut dalam 100 mL pelarut pada 25 oC. Senyawa akan larut dalam suatu

pelarut jika kekuatan atraktif antara kedua molekul (zat terlarut dan pelarut)

adalah sesuai atau disukai. Yang polar larut dalam pelarut polar, dan

sebaliknya. Jadi sifat kepolaran senyawa, zat terlarut maupun pelarut,

merupakan dasar paling penting dalam proses pelarutan. Kepolaran ditentukan

oleh perbedaan keelektronegatifan unsur-unsurnya. Senyawa non-polar terjadi

karena perbedaan kelektronegatifan kecil atau sama, misalnya C-C, C-H

sedangkan senyawa polar terdapat perbedaan keelektronegatifan besar seperti

pada C-O, C-N, C-X. Demikian pula diantara molekul yang mengandung O-H
atau N-H akan terjadi ikatan hidrogen (antar molekul) sangat menentukan

kelarutan.

Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu

atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip

kelarutan. Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur,

disebut ekstraksi cair-cair. Dalam sistem ini satu atau lebih senyawa berpartisi

di antara kedua pelarut, yaitu sebagian kecil senyawa akan berada dalam salah

satu pelarut, dan sebagian besar lainnya akan berada dalam pelarut yang kedua.

Partisi adalah keadaan kesetimbangan. Keberhasilan pemisahan sangat

tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa tersebut dalam kedua pelarut.

Secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawa tersebut kurang larut

dalam pelarut yang satu dan sangat larut di pelarut lainnya. Air banyak dipakai

dalam sistem ekstraksi cair-cair senyawa organik, karena banyak senyawa

organik yang bersifat ion atau sangat polar yang cukup larut dalam air. Pelarut

lainnya adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air (yaitu bukan

dari golongan alkohol dan aseton). Dalam sistem ekstraksi ini akan dihasilkan

dua fasa yaitu fasa air (aqueous) dan fasa organik. Selain syarat kelarutan yang

harus berbeda jauh perbedaannya di kedua pelarut tersebut, juga syarat lain

adalah pelarut organik harus mempunyai titik didih jauh lebih rendah dari

senyawa terektraksi (biasanya dibawah 100 oC), tidak mahal dan tidak bersifat

racun.

Dasar metoda ekstraksi cair-cair adalah distribusi senyawa diantara dua fasa

cair yang berada dalam keadaan kesetimbangan. Perbandingan konsentrasi di


kedua fasa cair disebut koefisien distribusi, K, yaitu K = Ca/Cb. Perpidahan

senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lain akhirnya mencapai keadaan

setimbang (pada suhu tertentu), maka K bisa ditentukan. Efisiensi proses

ekstraksi ini tergantung pada jumlah ekstraksi dilakukan, bukan volume

pelarut. Hal ini dinyatakan dengan perhitungan konsentrasi zat terlarut :

Cn = Co [ KV1 /(KV1+V1)]n

dimana Co adalah konstrensi semula, V1 volume semula, K koefisien distribusi

dan V2 volume pengekstrak. Dengan persamaan ini kelihatan akan lebih efektif

n kali ekstraksi dari pada satu kali ekstraksi

Ekstraksi asam-basa, adalah termasuk jenis ekstraksi yang didasarkan pada

sifat asam dan basa senyawa organik, disamping kelarutannya. Senyawa asam

atau basa organik direaksikan dengan basa atau asam sehingga membentuk

garamnya. Garam ini tidak larut dalam pelarut organik (non polar) tetapi larut

baik dalam air. Ekstraksi basa, dikembangkan untuk isolasi kopalen asam

organik dari campurannya, juga kovalen basa organik (alkaloid) yang

diekstraksi dengan asam mineral dengan cara titrasi.

Ekstraksi padat-cair, adalah juga termasuk cara ekstraksi yang lazim disebut

ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan diekstraksi (biasanya zat padat)

terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi senyawa

organik (padat) dari bahan alam. Efesiensi ekstraksi padat cair ini ditentukan

oleh besarnya ukuran partikel zat padat yang mengandung zat organik, dan

banyaknya kontak dengan pelarut. Maka dari itu dalam praktek isolasi bahan
alam harus menggunakan peralatan ekstraksi kontinu yang biasa disebut

soxhlet.

Penyaringan dan corong pisah. Corong pisah adalah alat untuk melakukan

ekstraksi cair-cair, yaitu proses pengocokan sistem dua pelarut, agar supaya

proses partisi bisa berjalan lebih cepat. Setelah dibiarkan beberapa lama sampai

kedua pelarut terpisah dengan baik, baru dilakukan pemisahan salah satu

pelarut. Identifikasi pelarut bagian atas dan bawah, ditentukan atas dasar

perbedaan kerapatannya (g/mL). Kerapatan yang besar ada dibagian bawah.

Proses penyaringan, merupakan bagian penting dalam pemisahan zat padat dari

larutan atau zat cair. Dilakukan dengan menggunakan kertas saring yang

dipasang dalam corong. Ada dua macam cara penyaringan yaitu penyaringan

gaya berat (biasa) dan penyaringan dengan pengisapan (suction). Penyaringan

biasa, digunakan untuk mengumpulkan cairan dari zat padat yang tak larut.

Kertas saring yang digunakan adalah jenis lipat (fluted). Penyaringan cara ini

sering dilakukan pada kondisi suhu panas (penyaringan panas), misalnya untuk

memisahkan karbon aktif setelah proses penghilangan warna larutan

(decolorizing). Cara penyaringan lain adalah penyaringan dengan pengisapan

(suction), yaitu cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan

digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam

rekristalisasi. Pengisapan dilakukan dengan menggunakan aspirator-air atau

pompa vakum dengan desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah

corong Buchner atau corong Hirsch. Untuk jelasnya, cara-cara penyaringan dan

penggunaan corong pisah, bisa dilihat pada gambar lampiran cara menyaring
dan ekstraksi. Pengeringan ekstrak. Ekstraksi yang melibatkan air sebagai

pelarut, umumnya air akan sedikit terlarut dalam sejumlah pelarut organik

seperti kloroform, benzen dan eter. Air ini harus dikeluarkan sebelum

dilakukan destilasi pelarut. Ada dua tahap pengeringan, pertama ekstrak

ditambahkan larutan jenuh natrium klorida (garam dapur) sejumlah volume

yang sama. Garam akan menaikkan polaritas air, berarti menurunkan

kelarutannya dalam pelarut organik. Kemudian tambahkan zat pengering

garam anorganik anhidrat yang betul-betul kering atau baru. Zat pengering ini

adalah anhidrat dari garam berair kristal, yang kapasitasnya sebanding dengan

jumlah air kristalnya. Yang umum digunakan adalah MgSO4, Na2SO4 dan

CaCl2. Magnesium sulfat adalah pengering paling efektif (air kristalnya sampai

dengan 7H2O) akan tetapi sangat mahal. Kalsium klorida lebih murah, akan

tetapi sering membentuk komplek dengan beberapa senyawa organik yang

mengandung oksigen (misalnya etanol).

Kafein

Kafein adalah senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid. Alkaloid

adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen dalam strukturnya dan

banyak ditemukan dalam tanaman. Senyawa alkaloid umumnya memiliki rasa

pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis aktif bagi manusia. Beberapa

senyawa yang termasuk alkaloid dan sering Anda dengar di antaranya: nikotin,

morfin, striknin dan kokain. Senyawa ini di dalam tumbuhan peranannya bisa

bermacam-macam, di antaranya sebagai pestisida, misalnya nikotin dalam

tembakau bisa digunakan sebagai insektisida. Struktur kafein terbangun dari


system cincin purin, yang secara biologis penting dan di antaranya banyak

ditemukan dalam asam nukleat.

Kafein bertindak sebagai stimulant, yang dapat menstimulasi kerja jantung,

pernafasan, system syaraf pusat dan sebagai diuretik. Kafein dapat

menyebabkan kegelisahan, insomnia dan sakit kepala dan secara fisik bersifat

sebagai candu. Seseorang yang meminum 4 cangkir kopi per hari dapat

mengalami sakit kepala, insomnia dan kemungkinan nausea. Kafein cukup

banyak terkandung dalam teh. Teh telah dikonsumsi sebagai minuman selama

hamper 2000 tahun, dimulai di Cina. Minuman ini dibuat dengan menyeduh

daun dan kuncup muda pohon teh, Camellia sinensis, di dalam air panas.

Sekarang, terdapat dua varietas utama pohon teh yang digunakan, yaitu pohon

teh Cina berdaun kecil (C. sinensis sinensis) dan pohon teh Assam berdaun

lebar (C. sinensis assamica). Hibrid dari kedua varietas ini juga elah

dibudidayakan. Daun teh sebagian besar mengandung selulosa, suatu polimer

dari glukosa (monomer dari selulosa, disebut monosakarida) yang tak larut

dalam air. Selulosa di dalam tumbuhan berfungsi hampir sama dengan serat

protein dalam hewan, yaitu sebagai material pembangun struktur tanaman. Di

samping selulosa, di dalam daun teh terdapat beberapa senyawa lain, termasuk
kafein, tannin (senyawa fenolik, yaitu senyawa yang memiliki suatu gugus –

OH yang terikat pada cincin aromatik) dan sejumlah kecil klorofil.

Metabolisme di dalam tubuh manusia akan mengubah kafein menjadi lebih dari

25 metabolit, terutama paraxanthine, theobromine, dan theophylline. Jika

terlampau banyak mengkonsumsi kafein akan menyebabkan sakit maag,

insomnia, diuresis, pusing, dan gemetaran. Jika konsentrasi mencapai 10

nmol/mL dalam darah, kafein dapat menstimulasi sistem saraf pusat (Misra et

al, 2008).

IV. Alat & bahan

 Alat

 Erlenmeyer

 Gelas ukur

 Gelas piala

 Alat alat untuk destilasi

 Plat TLC

 Kertas saring

 Pipet

 Penyaring isap

 Corong buchner

 Pemanas + magnetic stirer

 Bahan

 Teh kering

 Natrium karbonat
 Air

 Diklorometana

 Kalsium klorida anhidrat

 Aseton panas

 Ligroin atau n-heksan

 Eluen etil asetat-metanol

 Eluen kloroform-metanol

 Pereaksi Meyer

 Pereaksi Dragendorff

V. Prosedur

A. Ekstraksi padat/cair: ekstraksi kafein dari teh

Dimasukkan 25 g daun teh kering dan 20 g natrium karbonat ke dalam labu

erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 225 mL air mendidih. Kemudian biarkan

campuran selama 7 menit, selanjutnya dekantasi campuran reaksi ke dalam

labu erlenmeyer lain. Ke dalam daun teh ditambahkan lagi 50 mL air panas lalu

segera dekantasi ekstrak teh dan digabungkan dengan ekstrak teh sebelumnya.

Untuk mengekstrak sisa kafein yang mungkin ada, didihkan air berisi daun teh

selama 20 menit, lalu dekantasi ekstraknya. Dinginkan ekstrak teh hingga suhu

kamar, lalu lakukan ekstraksi di dalam corong pisah dengan penambahan 30

mL diklorometana. Kocok corong pisah secara perlahan selama 5 menit


(supaya tidak terbentuk emulsi), sambil membuka keran corong pisah untuk

mengeluarkan tekanan udara/gas dari dalam corong pisah.

Gambar pengocokan corong pisah

Ulangi ekstraksi dengan menambahkan 30 mL diklorometana ke dalam corong

pisah. Digabungkan ekstrak diklorometana dan semua fraksi yang berwujud

emulsi di dalam labu erlenmeyer 125 mL, lalu tambahkan kalsium klorida

anhidrat ke dalam gabungan ekstrak dan emulsi, sambil diaduk/digoyang

selama 10 menit. Secara hati hati, dekantasi ekstrak diklorometana jangan

sampai gumpalan kalsium klorida anhidrat ikut terbawa. Bilas erlenmeyer dan

kertas saring dengan 5 mL diklorometana. Gabungkan filtrat dan lakukan

distilasi untuk menuapkan diklorometana. Dilakukan rekristalisasi

menggunakan 5 mL aseton panas, lalu dipindahkan dengan pipet larutan ini ke

dalam labu erlenmeyer kecil, dan dalam keadaan panas, ditambahkan ligroin

(atau n-heksan) tetes demi tetes sampai terbentuk kekeruhan. Dinginkan

perlahan labu erlenmeyer sampai dengan suhu kamar.


Kristal yang terbentuk disaring dengan penyaringan isap (vakum). Dicuci

kristal dengan beberapa tetes ligroin (n-heksan) dingin. Lakukan uji titik leleh

terhadap kristal kafein.

B. Uji kromatografi lapis tipis (TLC)

Dilarutkan sedikit sampel kristal kafein hasil ekstraksi dari daun teh dengan

sedikit diklorometana atau kloroform. Kemudian dilarutan sampel ini

ditotolkan di atas pelat TLC sampai nodanya cukup tebal. Dilakukan elusi TLC

menggunakan eluen etil asetat : metanol = 3 : 1 dan dilakukan elusi juga dengan

eluen kloroform-metanol = 9 : 1. Dilakukan elusi sampai batas atas pelat,

dikeluarkan dan dikeringkan di udara. Disemprot pelat yang telah

dikembangkan dengan pereaksi semprot dragendorff dan setelah itu

dipanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda pada

pelat yang berwarna jingga. Ditentukan Rf masing-masing noda.

C. Uji Alkaloid

Dilarutkan kristal kafein dalam air. Diteteskan 1-2 tetes pereaksi Meyer.

Apabila larutan tersebut mengandung alkaloid, maka akan terjadi endapan

kuning muda. Ke dalam larutan kafein lainnya masukkan 1-2 tetes pereaksi

Dragendorff; pengujian positif akan ditunjukkan dengan terjadinya endapan

jingga.
VI. Hasil & pembahasan

Hasil pengamatan

Ekstraksi padat/cair: ekstraksi kafein dari teh

25 gram daun teh + air panas 225 ml + natrium karbonat 20,0067 gram

dilarutkan menghasilkan coklat kehitaman. Ekstraksi teh + 90 ml DCM dengan

corong pisah terbentuk dua fasa yaitu coklat dan bening setelah di kocok , ada

gas yang keluar dan ada emulsi. Hasil ekstraksi yang bening + CaCl2 di

destilasi menghasilkan cairan bening, di destilasi sampai airnya hampir habis

dengan suhu akhir 40 oC. Di larutkan dengan aseton dengan heksan. RBF

kosong = 98,0034 mg kemudian RBF hasil distilasi = 102,9336, hasil murni

kafein di dapat = 4,9302 mg.

Persen rendemen,

102,9336 𝑚𝑔 − 98,0034 𝑚𝑔
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100 %
25000 𝑚𝑔

4,9302 𝑚𝑔
= 𝑥100 % = 0,0001972 𝑥 100 % = 0,01972 %
25000 𝑚𝑔

Uji kromatografi lapis tipis (TLC)

Totol kristal kafein + DCM dan di elusi menghasilkan campuran agak berwarna

kekuningan. Totolan tidak terlalu terlihat. Setelah dielusi basah, tidak terlihat

totolannya. Setelah di panaskan menghasilkan plat berwarna coklat dengan ada

jejak totolan dari bawah ke atas berwarna kuning. Hasil elusi dengan eluen etil-

asetat : metanol 3 : 1 dengan eluen kloroform : metanol 9 : 1


Uji alkaloid

Kristal kafein + meyer menghasilkan berwarna kuning muda. Kristal kafein +

dragendorff menghasilkan warna jingga.

Pembahasan

A. Ekstraksi padat/cair: ekstraksi kafein dari teh

Pada percobaan ini yaitu ekstraksi kafein dari teh. Ekstraksi adalah metoda

pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari

satu fasa ke fasa lain dan didasarkan kepada prinsip kelarutan. Dalam

percobaan ini digunakan air panas sebagai pengekstrak teh yang larut dalam

air, karena larutan yang panas itu lebih cepat larut dibandingkan pelarut dingin.

Karena semangkin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam

mengurangi molekul-molekul padatan untuk dapat larut semangkin tinggi

(kortz, 2003). Hal ini karena berdasarkan kelarutan pada kafein yang

semangkin meningkat seiring bertambahnya suhu, yaitu sebesar 22 mg/mL

pada 25 oC, 180 mg/mL pada 80 oC, dan 670 mg/mL pada 100 oC. Karena teh

dapat larut dengan baik pada air panas, sehingga harus dilarutkan pada air

panas yang mendidih dan ditambahkan natrium karbonat (Na2CO3). Natrium

karbonat (Na2CO3) adalah senyawa yang bersifat basa sehingga akan bereaksi

dengan tanin yang bersifat asam membentuk garam, garam ini larut dalam air.

Hasil dari penyaringan dengan pengisapan (suction) ekstraksi di dalam corong

pisah yaitu cara penyaringan yang memerlukan kecepatan dan kuat dan
digunakan untuk memisahkan padatan kristal dari cairannya dalam

rekristalisasi. Pengisapan dilakukan dengan menggunakan aspirator-air atau

pompa vakum dengan desain khusus. Dan corongnya yang digunakan adalah

corong Buchner atau corong Hirsch. Hasil dari penyaringan dengan

menggunakan aspirator-air atau pompa vakum lalu kafein diekstraksi dari air

dengan diklorometana (metilen klorida), yang merupakan pelarut organik yang

tak larut air yang bersifat polar dan mempunyai titik didih 41 oC. Karena

kelarutan kafein dalam diklorometana lebih baik (140 mg/mL) dari pada dalam

air (22 mg/mL), maka kafein larut dengan mudah di dalam diklorometana.

Namun, tannin juga sedikit larut dalam diklorometana, padahal kafein yang

diekstraksi sebaiknya dapat dipisahkan dari kandungan tannin, jadi tannin

harus tetap berada dalam fasa air. Oleh karena tannin merupakan senyawa

fenolik yang bersifat cukup asam, maka senyawa ini dapat diubah dulu menjadi

garam (deprotonasi gugus –OH) menggunakan natrium karbonat, sehingga

tannin berubah menjadi anion fenolik yang tidak larut dalam diklorometana,

tetapi larut di dalam air. Namun ada kekurangan dari pengubahan tannin

menjadi garamnya, yaitu garam tannin ini berfungsi sebagai surfaktan anion

yang menyebabkan material lain dalam sampel seperti minyak dan

diklorometna dapat membentuk emulsi dengan air. Agar dapat memisahkan

fasa air dan fasa dikiorometana, maka proses pembentukan emulsi ini di cegah

dengan tidak mengguncangkan corong pisah dengan terlalu kuat karena emulsi

ini bisa memerangkap kafein yang larut dalam diklorometana sehingga jika

dibiarkan atau dibuang, kafeinnya akan terbuang juga. maka semua emulsi
dimasukkan ke dalam labu. Karena masih mengandung air, maka

ditambahkanlah CaCI2 anhidrat, yang berfungsi untuk menyerap air. Pada saat

mengguncangkan corong pisah, diklorometana akan berada dibawah

sedangkan kafein berada di atas karena masa jenis diklorometana lebih besar

dari pada air. Massa jenis air1.000 g/ml sedangkan massa jenis diklorometana

1,335 g/ml. Setelah penambahan itu, dekantasi jangan sampai CaCI2 anhidrat

ikut terbawa. Akhimya dalam labu didih, hanya terdapat diklorometana dan

kafein yang terlarut saja. Untuk menghilangkan dikiorometananya, uapkan

dengan destilasi. Pada akhirnya. setelah labu didih hampir kehabisan

dikiorometana, di sana akan tersisa Kristal kafein, kemudian dilarutkan dalam

aseton dan n-heksan sehingga mendapatkan kristal lebih murni. Maka di dapat

RBF kosong = 98,0034 mg kemudian RBF hasil distilasi = 102,9336, hasil

murni kafein di dapat = 4,9302 mg.

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih

dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola

(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari

tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga

digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan

(Misra et al, 2008). Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom nitrogen

dalam strukturnya dan banyak ditemukan dalam tanaman. Senyawa alkaloid

umumnya memiliki rasa pahit dan seringkali memiliki sifat fisilogis aktif bagi

manusia.
B. Uji kromatografi lapis tipis (TLC)

Rf, merupakan nilai dan jarak relative pada pelarut Harga Rf dihitung sebagai

jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen

(fase gerak).

a) Rf = 3.1 / 5 = 0,62

b) Rf = 2.3 / 5 = 0,46

Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena

itu Rf juga disebut factor referensi. Pada KLT digunakan pelat alumunium

dengan bagian belakang silica, terdapat dua fasa yaitu fasa diam: silica dan fasa

gerak : eluen. Penyemprotan dengan reagen dragendroff dan pengeringannya

setelah proses elusi dimaksudkan untuk memberi warna pada zat organik yang

kita dapat pada sample sehingga dapat dilihat “perjalanan’ noda kafein.

Kepolaran etil-asetat lebih tinggi dibandingkan dengan kloroform. Kloroform

bersifat nonpolar. sehingga saat dielusi, kioroform. tidak tertahan oleh plat

silica, dan akhirnya noda kafein pun tidak terbawa jauh (nilai Rf kecil).
Sedangkan, etil-asetat bersifat semipolar, akibatnya agak tertahan pada plat

silica, dan kafein bersifat semi polar. namun lebih polar daripada etil-asetat

Jadi, noda itu ditarik oleh etil-asetat ke atas dan silica untuk diam ditempat,

jadilah akhirnya tarik-menarik, namun silica tetap “menang”, sehingga noda

kafein tidak terbawa terlalu jauh (nilai Rf lebih besar dan B). Pada akhirnya,

kita bisa menyusun keempat-empatnya menurut kepolaran, dimulai dan yang

paling tidak polar

 eluen kloroform:methanol 9:1

 eluen etil-asetat:methanol 3:1

 kafein

 silica

C. Uji Alkaloid

Kristal kafein mengandung gugus N, jika dicampurkan dengan pereaksi meyer

yang mengandung Na-Pb-iodida akan terbentuk endapan berwarna kuning

muda yang berasal dan Pb. Sedangkan, jika Kristal kafein dicampur dengan

pereaksi dragendorf yang mengandung Na-Bi-lodida akan berubah warna

menjadi jingga dan ion Bi-nya. Karena pada percobaan berubah warna menjadi

kuning muda dan jingga, maka terbukti bahwa kafein adalah salah satu dan

senyawa alkaloid yang memiliki gugus atom N.

VII. Kesimpulan
Pada proses ekstraksi, prinsip yang digunakan adalah perbedaan kelarutan.

Dalam hal ini, untuk mengisolasi kafein pada teh, kita harus mendapatkan

kafein tanpa zat lain. Akan tetapi, di dalam teh terdapat tannin. Prinsip

perbedaan kelarutan dalam pelarut digunakan untuk memisahkan kedua zat ini

Tannin akan larut dalam air dan tidak larut dalam diklorometana yang bisa

melarutkan zat organik dan kafein akan larut baik dalam diklorometana

daripada air, sehingga keduanya dapat dipisahkan. Sedangkan, nilai Rf kafein

adalah 0,62 pada eluen etil-asetat : methanol 3:1 dan 0,46 pada eluen kloroform

: methanol 9:1. Dan sini kita bisa menentukan urutan ketidakpolaran eluen

menurut ketidak polarannya. yang paling tidak polar adalah :

 eluen kloroform:methanol 9:1

 eluen etil-asetat:methanol 3:1

 kafein

 silica

VIII. Pustaka
1. Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Jain. 2008. Study of

Extraction and HPTLC – UV Method for Estimation of Caffeine in

Marketed Tea (Camellia sinensis) Granules. International Journal of

Green Pharmacy : 47-51.

2. Tim Asisten Kimia Organik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik.

Laboratorium Farmasi Unit A Universitas Islam Bandung.

3. Day, R.A dan Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:

Erlangga.

4. Mayo, D.W., Pike, R.M., Trumper, P.K., Microscale Prganic Laboratory,

3rd edition, john woley & sons. New York, 1994 : 73 – 89; 144 – 153

5. Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3 rd

edition. Boston. 1999 : 127 – 155.


IX. Pemerian

http://id.scribd.com/doc/123911219/84952243-Laporan-Kimor-Isolasi-

Kurkumin-Dari-Kunyit

http://id.scribd.com/doc/78944314/KOLOM

http://diaharrazy.files.wordpress.com/2010/12/lap-kimor-4-3rd-fa09.pdf

http://yudapedia.files.wordpress.com/2009/11/kromatografi-kolom-dan-klt-

isolasi-kurkumin-dari-kunyit.pdf

http://dyanacciqeezt.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://www.slideshare.net/miemiethatha/laporan-kelompok-edit

http://yustinapaadanya.blogspot.com/2012/05/v-

behaviorurldefaultvmlo_12.html

http://blogs.itb.ac.id/tinachoirunnisa/2012/12/18/kromatografi-kolom-dan-

kromatografi-lapis-tipis-isolasi-kurkumin-dari-kunyit-cucurma-longa-l/

Anda mungkin juga menyukai