Anda di halaman 1dari 6

TELAAH JURNAL

PENGARUH CLAY THERAPY TERHADAP KEKUATAN OTOT PENDERITA

STROKE DI KELURAHAN TEGALMADE MOJOLABAN

1. Latar Belakang

Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih tinggi. Penyakit

tidak menular tersebut antara lain, penyakit jantung koroner, penyakit stroke,

hipertensi, gagal jantung, DM (diabetes melitus) dan lain-lain. World Health

Organization (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap

tahunnya. Salah satu dampak yang terjadi pada pasien stroke mengalami kelemahan

di salah satu sisi tubuh. Oleh karena itu, pasien stroke memerlukan rehabilitasi latihan

rentang gerak (ROM) secara cepat dan tepat. Latihan untuk menstimulasi gerak tangan

salah satunya berupa latihan menggenggam yang merupakan latihan fungsional

tangan. Terapi latihan menggunakan clay therapy dapat dilakukan baik secara aktif-

asistif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan clay therapy

terhadap peningkatan kekuatan otot pada penderita stroke di Kelurahan Mojolaban.

2. Tujuan Penelitian

Diketahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada

pasien stroke non hemoragik

3. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegalmade pada bulan Februari sampai Maret

2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan

pre eksperimen. Desain penelitian one group pre test and post test design with control
group. Pada penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan kelompok perlakuan,

kemudian dibandingkan antara hasil sebelum dan sesudah pemberian perlakuan

maupun kontrol (Notoatmodjo, 2012). Kelompok kontrol yang dinilai sebelum dan

sesudah diberikan terapi ROM (Range of Motion) dan clay therapy, sedangkan pada

kelompok kontrol yang dinilai sebelum dan sesudah diberikan terapi ROM (Range of

Motion) tanpa dilakukan clay therapy.

Pelaksanaan Intervensi, peneliti menggunakan pelaksanaan intervensi dari penelitian

Wirastania (2016), tahapan sebagai berikut:

1) Tahap 1 (Pembukaan)

Tahap pertama dengan waktu 5 menit, membuka kegiatan apa dan mengemukakan

tema dari permainan dengan menggunakan media clay yang akan dilakukan.

Kemudian mempersiapkan bahan dan alat-alat yang digunakan.

2) Tahap 2 (Inti)

Langkah inti ini dilakukan dengan waktu selama 10 menit, menjelaskan mengenai

cara-cara dalam pengolahan plastisin. Selanjutnya plastisin siap dibentuk sesuai

dengan tema yang telah ditentukan.

3) Tahap 3 (Penutup)

Tahap penutupan ini dilakukan selama 5 menit, mendiskusikan hasil permainan

yang telah dilakukan dan pencapaian hasil kegiatan.

4. Study Populasi

Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik populasi sampling yaitu

seluruh pengunjung di Puskesmas Tegalmade Mojolaban yang memiliki penyakit

stroke dalam kurun waktu bulan Desember sampai Januari 2018. Didapatkan
responden penelitian sebanyak 32 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan

kelompok intervensi dengan masing-masing 16 responden pada setiap kelompok.

5. Hasil Penelitian

Responden paling banyak adalah berumur 56-65 tahun masing-masing sebanyak 5

responden (31,3%) baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.

Jenis kelamin responden paling banyak adalah yaitu laki-laki baik pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol. Jumlah kelompok perlakuan sebanyak 9

responden (56,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 10 responden (62,5%).

Kekuaatan otot pre-test pada kelompok perlakuan sebanyak 12 responden (75,0%) dan

sebanyak 4 responden (25,0%) dengan nilai kekuatan otot mampu melawan gaya berat

sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 13 responden (81,3%) dengan nilai

kekuatan otot 4 yaitu dapat melawan gaya dan mengatasi tahanan serta sebanyak 3

responden (18,8%) dengan nilai kekuatan otot 3 yaitu mampu melawan gaya berat.

Kekuatan otot post-test pada kelompok perlakuan nilai kekuatan otot 4 adalah mampu

melawan tahanan, tetapi tidak maksimal dan full ROM sebanyak 7 responden (43,8%)

dan pada nilai kekuatan otot mampu melawan tahanan, gravitasi dan full ROM

sebanyak 4 responden (25,0%) serta kembali normal sebanyak 5 responden (31,3%).

Pada kelompok kontrol dengan nilai kekuatan otot (4) yaitu mampu melawan tahanan

tetapi tidak maksimal dan full ROM sebanyak 11 responden (68,8%) dan pada nilai

kekuatan otot (3) mampu melawan gaya berat berjumlah 3 responden (18,8%) serta

nilai kekuatan otot kembali normal sejumlah 2 responden (12,5%).

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pengaruh Pemberian Clay

Therapy terhadap Penderita stroke di Kelurahan Tegalmade Mojolaban tidak terdapat


pengaruh dari pemberian clay therapy terhadap peningkatan kekuatan otot pada

Penderita stroke di Kelurahan Tegalmade Mojolaban, dengan p value = 0,559 yang nilai

α > 0,05.

6. Pembahasan Hasil

1) Kekuatan Otot Pre-Test Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Control

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui dari hasil pre test pada kelompok perlakuan paling

banyak adalah melawan gaya dan mengatasi tahanan sebanyak 12 responden

(75,0%) dan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 13 responden (81,3%). Dari

hasil observasi dan uraian data penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa

rata-rata responden yang menderita stroke sebelum diberikan terapi latihan

kekuatan ototnya mampu melawan gaya tetapi berat. Sehingga setelah diberikan

terapi latihan (ROM dan clay therapy) kekuatan otot dapat dipertahankan atau

dapat meningkatkan kekuatan otot.

2) Kekuatan Otot Post-Test Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol

Diketahui dari hasil pre- test pada kelompok perlakuan paling banyak adalah

melawan gaya dan mengatasi tahanan sebanyak 7 responden (43,3%) dan pada

kelompok kontrol adalah sebanyak 11 responden (68,8%). Dari hasil observasi dan

uraian data penelitian didapatkan bahwa responden yang diberikan terapi ROM dan

clay therapy mengalami peningkatan kekuatan otot. Kekuatan otot post test pada

penelitian ini adalah mampu melawan tahanan tetapi tidak maksimal dan full ROM

pada kelompok kontrol adalah mampu melawan gaya (gravitasi) tetapi berat untuk

menggenggam /mengepal.
3) Kekuatan Otot Pre-Test Dan Post-Test Pada Kelompok Perlakuan

Adanya perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah diberikan clay therapy

disebabkan karena adanya rangsangan pada otot. Menurut Prok, Gessal & Angliadi

(2016) latihan menggenggam akan merangsang serat-serat otot untuk berkontraksi,

hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karakteristik latihan

yang menggunakan bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih

reseptor sensorik dan motorik. Respon akan disampaikan ke korteks sensorik di

otak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melalui

sistem limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon cepat pada

saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut. Salah satu media latihan yang

bisa digunakan yaitu penggunaan bola seperti bola karet.

4) Kekuatan Otot Pre-Test Dan Post-Test Pada Kelompok Kontrol

Menurut Saryono (2011) bahwa otot skelet harus dirangsang oleh sel syaraf untuk

berkontraksi. Satu unit motor di inervasi oleh satu neuron. Jika sel otot tidak

dirangsang, sel akan mengecil (atrofi) dan mati, bahkan kadang kadang diganti

dengan jaringan konektif yang irreversible ketika rusak. Gunakanlah otot atau otot

akan kehilangan fungsinya kalau tidak digunakan. Masalah akan timbul bagi

pasien yang menetap tanpa aktivitas (bedrest), dan immobilisasi anggota tubuh.

5) Perbedaan Kekuatan Otot Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok

Perlakuan

Berdasarkan table 4.8 hasil Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai p value

= 0,559 yang nilai α > 0,05 dan dengan kekuatan hubungan - 0,526 < 1,96 (Ztabel)

maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya bahwa tidak terdapat perbedaan

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


7. Kesimpulan dan Saran

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan penelitian yang sama

dengan variabel yang sama maupun berbeda tetapi dengan pelaksanaan terapi yang

berbeda sehingga dapat menjadikan hasil yang berpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai