1. Latar Belakang
Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih tinggi. Penyakit
tidak menular tersebut antara lain, penyakit jantung koroner, penyakit stroke,
tahunnya. Salah satu dampak yang terjadi pada pasien stroke mengalami kelemahan
di salah satu sisi tubuh. Oleh karena itu, pasien stroke memerlukan rehabilitasi latihan
rentang gerak (ROM) secara cepat dan tepat. Latihan untuk menstimulasi gerak tangan
tangan. Terapi latihan menggunakan clay therapy dapat dilakukan baik secara aktif-
asistif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan clay therapy
2. Tujuan Penelitian
Diketahui pengaruh terapi aktif mengenggam bola karet terhadap kekuatan otot pada
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tegalmade pada bulan Februari sampai Maret
2018. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan
pre eksperimen. Desain penelitian one group pre test and post test design with control
group. Pada penelitian ini terdapat kelompok kontrol dan kelompok perlakuan,
maupun kontrol (Notoatmodjo, 2012). Kelompok kontrol yang dinilai sebelum dan
sesudah diberikan terapi ROM (Range of Motion) dan clay therapy, sedangkan pada
kelompok kontrol yang dinilai sebelum dan sesudah diberikan terapi ROM (Range of
1) Tahap 1 (Pembukaan)
Tahap pertama dengan waktu 5 menit, membuka kegiatan apa dan mengemukakan
tema dari permainan dengan menggunakan media clay yang akan dilakukan.
2) Tahap 2 (Inti)
Langkah inti ini dilakukan dengan waktu selama 10 menit, menjelaskan mengenai
3) Tahap 3 (Penutup)
4. Study Populasi
stroke dalam kurun waktu bulan Desember sampai Januari 2018. Didapatkan
responden penelitian sebanyak 32 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan
5. Hasil Penelitian
Jenis kelamin responden paling banyak adalah yaitu laki-laki baik pada kelompok
Kekuaatan otot pre-test pada kelompok perlakuan sebanyak 12 responden (75,0%) dan
sebanyak 4 responden (25,0%) dengan nilai kekuatan otot mampu melawan gaya berat
kekuatan otot 4 yaitu dapat melawan gaya dan mengatasi tahanan serta sebanyak 3
responden (18,8%) dengan nilai kekuatan otot 3 yaitu mampu melawan gaya berat.
Kekuatan otot post-test pada kelompok perlakuan nilai kekuatan otot 4 adalah mampu
melawan tahanan, tetapi tidak maksimal dan full ROM sebanyak 7 responden (43,8%)
dan pada nilai kekuatan otot mampu melawan tahanan, gravitasi dan full ROM
Pada kelompok kontrol dengan nilai kekuatan otot (4) yaitu mampu melawan tahanan
tetapi tidak maksimal dan full ROM sebanyak 11 responden (68,8%) dan pada nilai
kekuatan otot (3) mampu melawan gaya berat berjumlah 3 responden (18,8%) serta
Penderita stroke di Kelurahan Tegalmade Mojolaban, dengan p value = 0,559 yang nilai
α > 0,05.
6. Pembahasan Hasil
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui dari hasil pre test pada kelompok perlakuan paling
(75,0%) dan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 13 responden (81,3%). Dari
hasil observasi dan uraian data penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa
kekuatan ototnya mampu melawan gaya tetapi berat. Sehingga setelah diberikan
terapi latihan (ROM dan clay therapy) kekuatan otot dapat dipertahankan atau
Diketahui dari hasil pre- test pada kelompok perlakuan paling banyak adalah
melawan gaya dan mengatasi tahanan sebanyak 7 responden (43,3%) dan pada
kelompok kontrol adalah sebanyak 11 responden (68,8%). Dari hasil observasi dan
uraian data penelitian didapatkan bahwa responden yang diberikan terapi ROM dan
clay therapy mengalami peningkatan kekuatan otot. Kekuatan otot post test pada
penelitian ini adalah mampu melawan tahanan tetapi tidak maksimal dan full ROM
pada kelompok kontrol adalah mampu melawan gaya (gravitasi) tetapi berat untuk
menggenggam /mengepal.
3) Kekuatan Otot Pre-Test Dan Post-Test Pada Kelompok Perlakuan
Adanya perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah diberikan clay therapy
disebabkan karena adanya rangsangan pada otot. Menurut Prok, Gessal & Angliadi
hanya dengan sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan karakteristik latihan
yang menggunakan bola karet dengan tekstur lentur dan halus akan melatih
otak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara langsung melalui
sistem limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon cepat pada
saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut. Salah satu media latihan yang
Menurut Saryono (2011) bahwa otot skelet harus dirangsang oleh sel syaraf untuk
berkontraksi. Satu unit motor di inervasi oleh satu neuron. Jika sel otot tidak
dirangsang, sel akan mengecil (atrofi) dan mati, bahkan kadang kadang diganti
dengan jaringan konektif yang irreversible ketika rusak. Gunakanlah otot atau otot
akan kehilangan fungsinya kalau tidak digunakan. Masalah akan timbul bagi
pasien yang menetap tanpa aktivitas (bedrest), dan immobilisasi anggota tubuh.
Perlakuan
Berdasarkan table 4.8 hasil Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai p value
= 0,559 yang nilai α > 0,05 dan dengan kekuatan hubungan - 0,526 < 1,96 (Ztabel)
maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya bahwa tidak terdapat perbedaan
dengan variabel yang sama maupun berbeda tetapi dengan pelaksanaan terapi yang