ASETANILIDA
MILAWATI 110118249
KP - H
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Daftar pustaka
1. Furniss Bs et al, eds, 1969, Vogel’s textbook of Practiccal Organic Chemistry, 5th ed,
longman; Scienfic and Technical, New York, 916 – 918
2. Vishnoi N.K, 1979, Advanced Practical Organik Chemistry, 1th ad vikas publishing
house, pvt ltd, New Delhi, page 330 – 331
3. Mc Murry J, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brook/Cole publishing company
pacific grove, USA, 1002.
1.2.Prosedur
Method 2 – chemicals required (i) anilin 10 ml (ii) acetic anhydride 10ml (iii) glacial acetic
acid 10 ml (iv) zinc dust 0,5 gram.
Procedure. Place 10ml aniline, 10 ml glacial acetic acid, 10ml acetic anhydride 0,5 gram zinc
dust in a 250ml round bottom flask fitted with a reflux condenser. Heat the reaction mixture to
boiling for about 40 minutes. Detuch the condenser and pour the hot cintents slowly so as to
prevent any residual zinc dust from escaping the flask, into 500ml beaker containing about
250ml of cold water whilst stiring vigorously the resultant solution. Cool the beaker in ice bath
when crude acetanilide seperates. Filter it in a Buchner funnel using suction, wash with cold
water, drain well with the help of an inverted glass stopper and dry on the filter paper in air. The
yield of crude acetanilide m.p. 113o, is about 15 gram. Recrystallize it from hot water containing
2% reactified spirit.
1.3.Dasar Teori
Asetanilida dapat diperoleh dari asetil amina. Amina aromatis primer dapat berekasi dengan
anhidrida asetat menghasilkan turunan monoasetil. Bila cara pemanasan selama reaksi
diperpanjang dan dengan kelebihan anhidrida assetat maka akan menghasilkan juga bentuk atau
rurunan diasetil. Umumnya bentuk diasetil tidak stabil dalam air, dan mengalami hidrolisis
menjadi bentuk monoasetil . bila hasil resetilasi dijumpai dalam campuran mono dan diasetil,
maka dari hasil rekristalisasi dengan pelarut yang mengandung air. Misalnya etanol encer hanya
bentuk monoasetil yang diperoleh
Asetanilida disintesis dari anilin dengan asetanilasi dengan asetat anhidrida dengan adanya
asam asetat glasial. Anilin atau fenilamin adalah amine primer dan bersifat basa. Anhidrida
asetat, anhidrida asam asetat disini bertindak sebagai sumber asli asetat anilin dengan
merekasikan reaksi substitusi nukleofilik kelompok anhidrida dan reaksi ini disebut asetilasi.
Dalam rekasi ini anilin bertindak sebagai elektrofil. Disini atom hydrogen gugus – NH2
digantikan oleh gugus asil.
Anilin bertindak sebagai nukleofil dan karbonil asetat anhidirda bertindak sebagai elektrofil.
Anilin menyerang adisi nukleofilik bermuatan negative menorah melalui elektronnya untuk
membentuk ikatan rangkap. Bersamaan dengan itu, ikatan putuas antara karbon dan oksigen,
memisahkan inti proton dari nitrogen bermuatan positif melalu deprotonasi. Nitrogen dan
menjadi bermuatan netral, dan produk asetanilida yang diinginkan terbentuk.
Anilin merupakan senyawa turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi nitrobenzene.
Anilin memiliki rumus molekuk C6H5NH2 . Anilin merupakan cairan minyak yang tidak
berwarna yang mudah menjadi coklat karena oksidasi atau terkena cahaya, bau khas, basa
organic penting karena merupakan dasar dari zat warna dan obat, toksik bila terkena, terhirup
atau terserap kulit. Senyawa ini merupakan dasar untuk pembuatan zat diazo. Anilin dapat
diubah menjadi garam diazonium dengan bantuan asam nitrit dan asam klorida (Groggins,1958)
Reaksi asetat anhidrida dengan anilin membutuhkan refluks untuk dapat menghasilkan
anhidirida asetanilida. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensisntesis
suatu senyawa, baik organic maupun non organic. Cara ini biasanya menggunakan untuk
mensintesis senyawa – senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pelarut jika dipanaskan
biasanya pada keadaan ini maka pelarut tersebut akan menguap sebelum rekasi berjalan sampai
selesai. Prinsip dari refluks ini adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat bersama – sama dengan pelarut lalu dipanaskan, uap
– uap cairan pelarut terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul molekul cairan pelarut
yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, kemudian pelarut akan kembali pada sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan.
Rekristalisasi adalah permurnian zat padat secara mengkristalkan kembali dari cairan pelarut
atau campuran pelarut, melarutkan Kristal dalam pelarut panas (atau campuran pelarut)
kemudian mendinginkan Kristal dalam pelarut panas (atau campuran pelarut) kemudian
mendinginkan larutan secara perlahan. Sampai berbentuk Kristal yang murni (Samhoedi, 1976).
- Metode rekristalisasi:
1. Rekristalisasi langsung dari pelarut ( tunggal atau campuran)
2. Rekristalisasi dengan cara penguapan pelarut
3. Rekristalisasi dengan cara presipitasi
4. Rekristalisasi atas dasar reaksi asam dan basa
(Samhoedi, 1976)
- Tujuan rekristalisasi :
1. Mengjilangkan kotoran yang dihasilkan selama reaksi baik mekanis datau fisis
2. Mendapatkan Kristal yang bagus
(Samhoedi, 1976)
- Proses rekristalisasi terdiri dari :
1. Melarutkan zat yang belum murni ke dala pelarut yang cocok pada atau dekat titik
didihnya
2. Menyaring larutan panas dari partikel – partikel / kotoran – kotoran / bahan yang
tidak larut
3. Pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk Kristal
4. Pemisahan Kristal larutan induk
5. Pengeringan
- syarat pelarut yang baik untuk rekristalisasi
1. daya larut itnggi terhdap kotoran, sehingga pada pendinginan tidak ada endapan
kotoran atau sama sekali tidak melarutkan kotoran tersebut.
2. Daya melarutkan terhadap zat tinggi dalam keadaan panas, tetapi rendah dalam
keadaan dingin.
3. Dapat memberikan Kristal yang baik dan titik didih realtif rendah sehingga mudah
dikeringkan
4. Tidak bereaksi terhadap gas
5. Kalau mungkin hargany murah, tidak mudah beracun dan tidak mudah terbakar.
(Samhoedi, 1976)
1.4.Tujuan dan untuk kerja
a. Mahasiswa mempu menjelaskan rekasi pembentukan asetanilida
b. Mampu menjelaskan arti refluks, tujuan dan manfaatnya
c. Terampil dalam meggunakan karbon aktif dalam proses pemurnian melalui rekristalisasi
d. Mampu menghasilkan bentuk Kristal yang homogen
BAB II
METODE KERJA
1. Anilina 5 ml
2. Anhidrida asetat 5 ml
3. Asam asetat glasial 5 ml
4. Serbuk Zn 0,25 g
5. Etanol 5 ml
2.2 Alat
a. Reaksi Umum
b. Reaksi Khusus
2.4 Skema Kerja
Zn 0,25 gram dan batu didih dimasukkan dalam labu alas bulat 250 ml
Direfluks dalam penangas air selama 40-60 menit, sambil digoyangkan perlahan
Filtrat Kristal
Dimasukkan dalam beaker glass
Kristal Filtrat
Kristal
HASIL PERCOBAAN
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan sintesis asetanilida. Banyak
yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan sintesis asetinilida, yaitu menyiapkan bahan-
bahan yang dibutuhkan, pertama menimbang Zn 0,25 gram, anilin 5m, asam asetat glasial 5 ml,
anhidrida asetat 5 ml, dan menyiapkan batu didih sekitar 3-4 biji. Lalu siapkan alat yang
dibutuhkan, siapkan labu alas bulat kering berukuran 250 ml, serta pemasangan refluks. Refluks
disini adalah peristiwa dimana uap yang mengkondensasi dikembalikan kedalam labu.
Yang pertama dimasukkan kedalam labu alas bulat adalah serbuk Zn. Labu dalam
posisi tegak dan serbuk Zn dimasukkan dengan bantuan kertas perkamen yang dibuat seperti
corong adar menghindari serbuk Zn yang tertempel pada dinding labu alas bulat dan juga untuk
menhindari tertumpahnya serbuk Zn yang akan dimasukkan. Zat-zat tersebut memiliki fungsinya
masing-masing. Serbuk Zn berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi dari anilin menjadi
nitobenzen dan juga untuk mengikat kotoran. Setelah serbuk Zn masuk kedalam labu alas bulat,
lalu masukkan batu didih. Batu didih disini berfungsi untuk mencegah terjadinya bumping atau
letupan-letupan yang terjadi akibat reaksi. Kemudian masukkan anilin, asam asetat glasial. Asam
asetat glasial sendiri juga memiliki fungsi untuk mempercepat terjadinya pergeseran reaksi
membentuk asetanilida. Setelah itu, masukkan anhidrida asetat, berfungsi sebagai pengering
yang memiliki sifat reversible sehingga dapat mengikat atau menarik air.
Campuran bahan yang sudah dimasukkan kedalam labu alas bulat direaksikan
dengan cara direfluks dalam penagas air selama 40-60 menit untuk mempercepat reaksi. Karena
campuran-campuran ini berupa senyawa organik, umumnya senyawa organik berjalan lambat
pada suhu ruang, sehingga akan berjalan cepat jika dilakukan pemanasan pada suhu yang tinggi.
selain, itu pemanasan ini juga berfungsi untuk tidak mengurangi jumlah zat yang ada. Pada saat
pemanasan di penangas air, perlu dipasang pendingin balik agar asam asetat dan anhidrida asetat
tidak menguap. Selama pemanas, labu digoyang-goyangkan agar cairan di dalam labu menjadi
homogen. Setelah proses refluks selesai, siapkan air dingin 125 ml. 100 ml air dingin untuk
dicampurkan dengan bahan yang sudah dipanaskan, dan 25 ml air dingin untuk membilas jika
ada bahan yang tertinggal di dalam labu alas bulat tersebut. Air dingin disini berperan sebagai
pelarut yang akan menghidrolisis asam asetat yang masih tersisa di dalam campuran dan
mempercepat terbentuknya kristal. Jika kristal sudah terbentuk, siapkan corong bunchner dan
labu hisap untuk penyaringan menggunakan pompa hisap.