Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS TIPE II

DI IRINA ST. PAULA DI RUMAH SAKIT UMUM

GUNUNG MARIA TOMOHON

DISUSUN OLEH:

FONNY VERONIKA RUNTULALO


NIM: 10061193

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA


SALLE

MANADO

2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah
kami dapat menyusun Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny L.S dengan
Diabetes Mellitus Tipe II di Irina St. Paula Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon.
Laporan Asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan Praktek Profesi Keperawatan di Unika De La Salle.
Dalam menyusun Laporan Asuhan Keperawatan ini kelompok mendapat
bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Constantjin Simbar, Penata Anestesi sebagai Kepala Bagian Diklat


RS Gunung Maria Tomohon.

2. Ns. Margaretha Bangkut, S.Kep, selaku CI Medikal Bedah dan Kepala


Ruangan Irina Paula.

3. Klien L.S beserta keluarga yang telah bersedia kelompok jadikan kasus,
serta banyak memberikan informasi sehubungan dengan penyusunan
Laporan Asuhan Keperawatan ini.

Kami menyadari sepenuhnya Laporan Asuhan Keperawatan ini jauh dari


sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Laporan Asuhan Keperawatan ini.
Semoga Laporan Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.

Tomohon, April 2012

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metaolik terutama
metabolism karbohidrat yang disebutkan oleh berkurangnya atau ketiadaan
hormon insulin dari sel beta Pankreas. Penyakit Diabetes Mellitus dapat terjadi
pada semua kelompok usia dan populasi, pada bangsa manapun dan pada usia
berapapun. Kejadian Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan faktor keturunan dan
kejadian DM tipe II 9 kali lebih banyak daripada DM tipe I.
Kejadian DM di Indonesia menempati 5 besar dunia setelah India, Rusia, Jepang,
Brazilia, dan diramalkan akan semakin meningkat mencapai 12 juta orang di
tahun 2025 ( Sutedjo, 2010).
Proses keperawatan adalah merupakan salah satu alat bagi perawat untuk
memecahkan masalah yang terjadi pada klien. Proses keperawatan adalah proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerha sama antara perawat dengan pasien,
keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat,
2005).
Kejadian Diaetes Mellitus di Indonesia lebih banyak ditemukan di wilayah
perkotaan daripada di wilayah pedesaan. Di Manado terdapat 6, 1 % dari total
jumlah penduduk menderita DM. Penyakit ini berjalan langgeng diidap sepanjang
hidup, tidak dapat diobat dalam waktu pendek dan sembuh. Penyakit ini
memerlukan biaya yang tinggi, dan terus-menerus, oleh karena itu menciptakan
beban ekonomi yang berat bagi keluarga penderita. (Sutedjo, 2010).
Penatalaksanaan DM secara terpadu memutuhkan sinergitas dari berbagai
pribadi mulai dari dokter, penderita DM, perawat, ahli gizi, laboran dan
laboratorium. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan diet,
latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan.
Ketidakpedulian terhadap pengoatan atau terapi dapat meningkatkan resiko
berkembangnya masalah kesehatan atau dapat memperburuk penyakit yang
dialami.
Kematian penderita DM lebih banyak disebabkan oleh komplikasinya
daripada penyakitnya sendiri. Komplikasi yang berbahaya sehingga perlu
dihindari adalah akiobat gangguan pembuluh darah kecil atau mikrovaskuler dan
neuriopati pada saraf otonom yang menyebabkan penyakit gawat, di antaranya
infark jantung dan gagal ginjal (Sutedjo, 2010). Hal tersebut merupakan dampak
dari tidak ditanganinya penyakit DM.
Alasan kelompok memilih laporan Asuhan Keperawatan pada klien
degnan DM yaitu bahwa penyakit DM merupakan masalah keperawatan medical
bedah yang dapat menginspirasi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan
pada pasien DM guna mencegah komplikasi.

B. Tujuan Penulisan:

1. Tujuan Umum :
Memberikan gambaran dalam memberikan asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
secara intensif.
2. Tujuan Khusus :
1. Mendeskripiskan pengkajian pada pasien dengan Diabetes
Mellitus.
2. Mendeskripsikan diagnose keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Mellitus.
3. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan. pada pasien
dengan Diabetes Mellitus
4. Mendeskripiskan implementasi keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Mellitus.
5. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Diabetes Mellitus.

C. Manfaat :
1. Bagi Rumah Sakiit: Sebagai masukan bagi Rumah sakit
untuk meningkatkan mutu pelayanan pada pasien,
khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diabetes mellitus.
2. Bagi Institusi Pendidikan : Sebagai bahan pembelajaran
lanjut tentang asuhan keperawatan khususnya penyakit
Diabetes Mellitus. Demikian catatan Asuhan keperawatan
ini memberi masukan bagi institus pendidikan khususnya
Unika de la Salle teristimewa dalam menyusun syllabus
dan metode pengajaran di Fakultas Keperawatan.
3. Bagi Mahasiswa:
Menumbuhkan motivasi bagi mahasiswa keperawatan
untuk meningkarkan pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada umumnya secara
lebih khusus pada para pasien Diebetes Mellitus.
4. Bagi Masyarakat:
Untuk memberikan pengetahuan pada masyarakat
khususnya pada para penderita DM dan keluarga tentang
penyakit DM sehingga mampu menghindari terjadinya
komplikasi

D. Identifikasi Masalah :
1. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pasien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II:
a. Konsep dasar penyakit DM tipe II
b. Konsep dasar Asuhan Keperawatan penyakit DM tipe II
2. Pengkajian
3. Asuhan Keperawatan
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE II

A. Konsep dasar penyakit


I. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer
dkk, 1999)
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Arjatmo, 2002).
II. Etiologi
Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti, namun
dimungkinkan karena faktor :
1. Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) disebabkan oleh destruksi
sel β pula longerhans akibat proses outoimun.
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DN tipe I. kecenderungan genetik ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplutasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autoimun yang merupakan respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu autountiboq terhadap sel-sel pulau
langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beku.
2. Diabetes mellitus tak tergantung insulin (NIDDM) disebabkan relatif
sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
artinya terjadi defrisiensi realtif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin lain. Berarti sel β Pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
ganguan sekresi isulin pada diabetes mellitus II masih belum diketahui.
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II, yaitu:
1. Usia (resistensi insulin cenderubng meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta
penduduk asli Anmerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan
golongan Afro Amerika).

III. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut:
1. Tipe I : diabetes mellitus tergantung insulin (IDOM : insulin
dependant diabetes mellitus).
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM : non
insulin dependent diabetes mellitus).
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya.
4. Diabetes mellitus gastusional (GDM)

IV. Anatomi dan Fisiologi


Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping. Letaknya
retroperitoneal pada abdomen bagian kuadran kiri atas, dan terbentang
secara horizontal dari cincin duodenum ke limpa apda vertebra lumbalis I
dan II dibelakang lambung. Sturukturnya mirip dengan kelenjar ludah
yang panjangnya kira-kira 10-20 cm, lebar 2,5 – 5 cm, dengan berat rata-
rata 60-90 gram, dan dibagi dalam 3 segmen utama yaitu kaput, korpus
dan kauda.

a. Kaput / kepala Pankreas, merupakan bagian yang lebar dari Pankreas,


terletak di sebelah kanan rongga abdoen dan di dalam lekukan
duodenum yang melingkarinya.
b. Korpus/badan Pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini yang
letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.
c. Kauda/ekor Pankreas, merupakan bagian nag runcing terletak di
sebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limpa.

Pankreas berperan sebagai kelenjar eksokrin dan endoksin. Kedua fungsi


tersebut dilakukan oleh sel-sel yang berbeda.

1. Eksokrim, terdiri dari sel asinar.


2. Endokrin, terdiri dari sel-sel:
- Sel α, penghasil hormone glukogen
- Sel β, penghasil homron insulin
- Sel delta, pengahasil hormone somastastasin
- Sel f, penghasil hormone polipeptida Pankreas

Fisiologis Pankreas

1. Sebagai eksokrin, menghasilkan getah Pankreas yang menganduing


enzim-enzim perncernaan seperti enzim amylase Pankreas, enzim-
enzim proteolitik, dan lain-lain.
2. Sebagai endokrin, menghasilkan hormon insulin, glucagon,
somatostain, dan polipeptida Pankreas.
V. Tanda dan Gejala
1. Diabetes Tipe I (IDDM)
- Hiperglikemia berpuasa
- Glukosuria, dieresis osmatik, poliuria, polidopsia, polifagra
- Keletihan, kelemahan
- Ketoasidosis diabetik (mual, myeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian).
2. Diabetes Tipe II (NIDDM)
- Polifagia
- Poliuria
- Polidipsia
- Lemas
- Berat badan turun
- Mengantuk (somnolen) yang terjadi selama bebeapa hari atau
beberapa minggu
- Kesemutan, rasa mual.
- Kelemahan tubuh
- Infeksi saluran kemih
- Gatal
- Mata kabur
- Impotensi pada laki-laki
- Pruritis vulva pada perempuan
- Intakruns glukosa lambat dan progresif.

Gejala khas DM, yaitu poliuria dieresis osamtic, polidpsia, poliagia


dan berat badan menurun.

VI. Patofisiologi
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sela baru dan mengganti sel
yang rusak. Tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dai
bahan makanan. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat,
lemak dan protein.
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan
20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua
proses terganggu karean terdapat defiseinsi insulin. Penyerapan glukosa ke
dalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehinga
terjadi hiperglikemia.
Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glukogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi
hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi
hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air
maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra seluler, hal ini akan
merangsang pusat hasu sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menipis, karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukkan asetat
dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis.
Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan urine dan pernafasan, akibatnya bau urine dan nafas
penderita berbau aseton atau bau buah-buah. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetic.

DM Tipe I DM Tipe II

Sel β pancreas hancur Jumlah Sel β pancreas menurun

Defisiensi insulin

Hipeglikemia Katabolisme Lipolisis


Protein meningkat Meningkat

Penurunan BB
Poliagi

Glukosuria Glukoneogenesis Gliserol asam lemak


meningkat bebas meningkat

Dieresis osmotik Kehilangan


elektrolit urine Ketogenesis

Kehilangan cairan
hipotonik

Polidipsi Hiperosmolanitus ketousidaris Ketoruria


s
Coma
VII. Pemeriksaaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar gluikosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring


diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar darah glukosa sewaktu <> 100-200 >200

- Plasma <80 80-200 >200


- Darah kapiler <80 110-120 >126

Kadar glukosa darah puasa <90 90-100 >110

- Plasma vena
- Darah kapiler

Criteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsusi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (PP) >200 mg/dl)

VIII. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan DM adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tetapi
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada
5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:
a. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopatik diabetic
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
7) Menarik dan mudah diberikan.

Prinsip diet DM adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan


2) Jadwal diit ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan


kandungan kalorinya.

1) Diit DM I : 1100 kalori


2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2800 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan


normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes


remaja, atau diabetes komplikasi,

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaknya diskusi


pedoman 3 J yaitu:

JI : Jadwal kalori yang diberikan harus habis jangan dikurangi


atau ditambah

JJ II : Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

JJ III : Jenis makanan yang manis harus dihindari

b. Latihan
c. Penyuluhan
d. Obat
1) Tablet OAD (oral antidiabetes)
2) Insulin
e. Cangkol pankreas

IX. Komplikasi
- Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari gukosa darah.
1. Hipoglikemic
2. Sindrom hipoglikemik non kotakik (HHNK)
- Koplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan
1. Makrovaskuler (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner vaskuler peife dan vaskuler seleberal
2. Mikrovaskuler (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(reptinopati) dan ginjal (nefropati)
kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat dan menunda
awitan baik komplikasi mikrovaskuler maupun makrovskuler.
3. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik, motorik dan outonom
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data akurat sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada. Pengkajian keperawatan Diabetes meliputi :

a. Aktifitas dan Istirahat


Gejala : letih, lemah, sulit berjalan/bergerak, tonus otot menurun, kram
otot, gangguan istirahat/ tidur.
Tanda : Takikardi dan takipnea pada saat istirahat atau dengan aktivitas,
letargi/ disorientasi, koma dan penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, Infark Miokard Akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardi. Perubahan tekanan darah postural : Hipertensi, nadi
menurun/ tidak ada, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola
mata cekung.
c. Intregritas Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain.
Tanda : Ansietas.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat ), urin berkabut, bau busuk
(infeksi ), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun :
hiperaktif (diare).
e. Makanan/ cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet;
peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari/ minggu, haus, penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekeakuan/distensi abdomen,
muntah, hipertiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah ), bau halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton ).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi : mengantuk, latergi, stupor/ koma, gangguan memori
(baru, masa lalu); kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas
kejang.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat ).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala : Kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/ tidak).
Tanda : Batuk dengan sputum/ tanpa sputum (infeksi), frekuensi
pernafasan.
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurun kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia/paralisis otot termasuk otot pernafasan
(jika kadar kalium menurun dengan tajam ).
j. Seksualitas
Gejala : Raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
k. Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga : DM, Stoke, Hipertensi, penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretik ( tiazid ) : Dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah ), menggunakan
obat diabetik.
Tanda : Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan
diri, pemantauan glukosa darah.
l. Test Diagnostik
Beberapa tes yang dilakukan yaitu glukosa darah : meningkat 100-200
mg/dL atau lebih, aseton plasma (keton) : positif secara mencolok, asam
lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat, urin : gula dan aseton
positif. Berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) : leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum/kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).

II. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, defisiensi insulin dan
status hipermetabolisme, penurunan masukan oral : anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
2. Defisit cairan berhubungan dieresis osmotic, dan kurang asupan cairan,
kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah ), masukan dibatasi : mual,
kacau mental.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit,
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah ; insufisiensi insulin.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati.
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.

III. Perencanaan Keperawatan dan Implementasi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan


defisiensi insulin
Tujuan : Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : BB ideal.
Intervensi :
- Mandiri
1. Timbang berat badan
R : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (absorpsi dan
utilisasinya ).
2. Tentukan program diet dan pola makan klien
R : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, kembung,
mual, muntahan makanan yang belum dicerna.
R : hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung (distensi/ileus
paralitik )
4. Berikan makanan yang mengandung nutrient dan elektrolit.
R : pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik.
5. Identifikasi makanan yang disukai/tidak disukai
R : jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam
perencanaan makanan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
6. Observasi tanda-tanda hiperglikemi, seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, peka
rangsangan, cemas, sakit kepala.
R : metabolism karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan
berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin maka
hipoglikemia dapat terjadi ).
- Kolaborasi :
7. Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah.
R : gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan
dan terapi insulin terkontrol.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet.
R : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
9. Berikan obat metoklopamid (raglan )
R : dapoat bermanfaat dalam mengatasi gejala berhungan dengan
neuropati otonom yang mempengaruhi saluran cerna, yang
selanjutnya meningkatkan pemasukan melalui oral dan absorpsi zat
makanan (nutrient).
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dieresis osmotic.
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil : mempertahankan volume cairan yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit, turgor kulit normal, hidrasi adekuat, TTV stabil,
pengisian kapiler baik.
Intervensi :
- Mandiri
1. Pantau TTV
R : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardi. Perkiraan berat ringannya hipovolemia ketika tekanan
darah sistolik pasien turun lebih 10 mmHg dari posisi berbaring ke
posisi duduk/berdiri.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane
mukosa.
R : merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis.
R : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine
yang sangat berlebihan.
R : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu
sebelumnya ( beberapa jam sampai beberapa hari ).
- Kolaborasi :
5. Berikan cairan dan elektrolit sesuai indikasi.
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respon pasien secara individual
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tanda-tanda infeksi tidak ada,
nilai leukosit dalam batasan normal (4000- 10000/mm3).
Intervensi :
- Mandiri :
1. Observasi tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan,urine warna
keruh/berkabut), keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
ketoasidosis nasokomial.
2. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasive
R : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
- Kolaborasi :
3. Observasi hasil laboratorium ( leukosit)
R : gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan
dan terapi insulin terkontrol.
4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
R : penanganan awal dapat membantu terjadinya sepsis
4. Resiko terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
Tujuan : tidak terjadi perubahan sensori perseptual.
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat mental biasanya mengenali dan
mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
- Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
R : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti
suhu yang meningkat dan mempengaruhi fungsi mental.
2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
kebutuhannya.
R : menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.
3. Bantu pasien ambulasi dalam perubahan posisi.
R : meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa
keseimbangan dipengaruhi.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik,
perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.
Tujuan : tidak terjadi kelelahan akibat penurunan metabolik.
Kriteria hasil : keluhan lelah tidak ada, dapat melakukan secara mandiri.
Intervensi :
- Mandiri :
1. Observasi TTV
R : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
2. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat ditoleransi klien.
R : meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi klien.
3. Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas
R : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun klien sangat lemah.
4. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat cukup/tanpa
diganggu.
R : mencegah kelelahan yang berlebihan.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan : tidak terjadi ketidakberdayaan
Kriteria hasil : mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara
sehatuntuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan
perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri,
Intervensi :
- Mandiri :
1. Anjurkan klien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
R : mengidentifikasi area perhatiannya dan mudahkan cara
pemecahan masalah.
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan
perhatiannya.
R : meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan
keluarga untuk memecahkan masalahnya.
3. Anjurkan klien untuk membuat keputusan sehubungan dengan
perawatannya.
R : mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian
dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
4. Berikan dukungan pada klien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai
dengan usaha yang dilakukan.
R : meningkatkan perasaan control terhadap situasi.
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan dasar), mengenai penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Tujuan : klien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
Kriteria hasil : klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, klien
melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
Intervensi :
- Mandiri :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk klien.
R : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan.
R : partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja
sama dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.
3. Diskusikan topic-topik utama, seperti :
Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut
dibandingkan dengan kadar gula darah klien, tipe DM yang dialami
klien, hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula
darah yang tinggi, Rasional terjadinya ketoasidosis, komplikasi
penyakit akut dan kronis meliputi gangguan penglihatan
(retinopati), perubahan dalam neurosensori dan kardiovaskuler,
perubahan fungsi ginjal.
R : Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi
meningkatkan penyerapan pada individu yang belajar.

IV. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
Adapun evaluasi akhir yang diharapkan antara lain :
a. Klien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat
b. Volume cairan teratasi
c. Tidak terjadi infeksi
d. Tidak terjadi perubahan sensori perseptual
e. Tidak terjadi kelelahan akibat penurunan energi metabolik
f. Tidak terjadi ketidakberdayaan
g. Klien mendapatkan informasi tentang penyakit DM dan perubahan gaya
hidup.
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIKA DE LA SALLE

Nama Mahasiswa yang mengkaji NIM :

Ruangan : St Paula Tanggal Pengkajian : 23 April 2012


Kamar : IV1 Waktu Pengkajian : pkl 15.00 Wita
Tgl Masuk RS : 23 April 2012 Auto Anamnese :
Allo Anamnese : orang tua
I. IDENTIFIKASI
A. Klien
Nama Initial : Ny. L.S
Tempat/Tgl Lahir ( umur ) : Lemoh, 16 april 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Anak : 3 orang
Agama/Suku : Protestan/Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat rumah : Lemoh Timur Lingkungan
11
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. O.T
Alamat : Lemoh Timur Lingkungan 11
Hubungan Dengan Klien : Suami

II. DATA MEDIK


A. Dikirim Oleh : UGD
B. Diagnosa Medik :
 Saat Masuk : DM
 Saat Pengkajian : DM

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT : Klien tampak lemah
Alasan : baring lemah,
Penggunaan alat medik IVFD
Lain-Lain: Tidak ada

B. TANDA TANDA VITAL


1. Kesadaran :
 Kualitatif : Apatis
 Kuantitatif
Skala Coma Glasgow :- Respon Motorik :6
- Respon Bicara :4
- Respon Membuka Mata : 3 +
Jumlah : 13
Flapping Tremor/Asterixis : Negatif

2. Tekanan Darah : 150/90 mmHg


MAP : 110 mmHg
Kesimpulan : Tinggi
3. Suhu : 36,7 oC Axillar
4. Nadi : 96 x/Menit
5. Pernafasan : Frekuensi 20 x/Menit
Irama : Teratur
Jenis : Dada Perut

C. PENGUKURAN
1. Lingkar Lengan atas : 30 Cm 3. Tinggi Badan : 161 Cm
2. Lipat Kulit Triceps : 26 Cm 4. Berat Badan : 58 Kg

Indeks Masa Tubuh ( IMT ): 22,1 Kg/m3

Kesimpulan : Berat badan normal

Catatan : Klien harus mempertahankan berat badan dengan


makan teratur

D. GENOGRAM

Ket:
Laki-laki
Perempuan

Meninggal
Klien
IV. PNGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Riwayat Penyakit yang Pernah Dialami
Sakit Berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan,/
persalinan, abortus, transfuse, reaksi alergi.
Kapan Catatan
Sejak Tahun 2000 Catatan
DM

Klien jarang taat diet, suka


makan camilan/snack/kue
Kapan Catatan
Sejak tahun 2006 saat nonton TV. Klien sering
Sectio Caesarea control dokter

1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum Sakit
Klien tidak menyadari bahwa kesehatan itu sangat penting
sehingga klien tidak memiliki kebiasaan hidup disiplin untuk
diit DM.
Klien selalu melakukan kontrol ke dokter
b. Keadaan Sejak sakit
Klien masuk Rumah sakit dengan keluhan utama nyeri ulu
hati. Nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri dialami sejak tanggal
22 Mei disertai dengan muntah dan sakit kepala, klien segera
dibawa ke Rumah Sakit dan tiba di UGD pukul 00.30. Klien
segera mendapat pengobatan.
Klien berharap tidak mengalami muntah dan dapat makan
serta nyeri ulu hati hilang
2. Data Objektif
Obsevasi: Nyeri berat, skala 8. Ekspresi wajah meringis
 Kebersihan rambut : Kotor berminyak
 Kulit Kepala : Kotor
 Kebersihan Kulit : Bersih, lembab, dan tidak
berbau
 Higiene rongga mulut : Kotor, sedikit bau karena
muntah dan belum sikat gigi
 Kebersihan Genetalia : Bersih, tidak berbau
 Kebersihan Anus : Bersih
Tanda/scar Vaksinasi : BCG
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Klien makan 3x /hari, jenis nasi ikan sayur ( sesuai diet tapi
kadang-kadang diet tidak ditaati, apalagi saat nonton TV selalu
makan cemilan/kue)
Klien Minum Teratur Kira-kira 6-8 gelas dalam 200 cc.
b. Keadaan sejak sakit :
Klien tidak ada nafsu makan, rasa mual muntah, tiap makan
selalu dimuntahkan, klien menyatakan nyeri ulu hati.
2. Data Objektif
a. Observasi
Klien sering muntah, berisi cairan
Setiap makan muntah ( 1 Sendok makan langsung muntah )
Klien malas makan, Porsi makan tidak dihabiskan
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Rambut : Kotor dan berminyak
 Hidrasi Kulit : Lembab
 Palpebrae : Odema Conjungtiva : Tidak anemis
 Sclera : Icterus
 Hidung : Tidak ada kelainan
 Rongga Mulut : Kotor, berbau Gusi:Warna Merah Muda
 Gigi Geligi : Lengkap Gigi Palsu : Tidak ada
 Kemampuan Mengunyah Keras : Baik
 Lidah : Kotor Tonsil: Tidak ada peradangan
 Kelenjar getah bening leher : Tidak ada pembengkakan
 Kelenjar Parotis : Tidak ada pembengkakan
 Kelenjar Thyroid : Tidak ada pembengkakan
 Abdomen:
- Inspeksi : Bentuk : Simetris

Bayangan Vena :+

Benjolan Vena :-

- Auskultasi : Peristaltik 15 x/ Menit


- Palpasi : Tanda nyeri umum: Nyeri tekan
Masa tidak teraba
Hidrasi Kulit baik
Nyeri Tekan : Epigastrium
Hepar tidak teraba pembengkakan
- Perkusi :
Acites : Tidak teraba tanda tanda asites
Lingkar Perut : 80 Cm
 Kelenjar Limfe Inguinal :
 Kulit :
o Spider Naevi : negativ
o Uremic fros : negativ
o Edema : negativ
o Icterik : negativ
o Tanda Radang : negativ
 Lesi : Tidak jelas

c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium :
Tanggal 23-4 2012 Nilai Normal
Leukosit : 13.000 4,8 – 10,8 gr/ul
Hb : 11,2 12,0 – 16,0 gr/ul
HCT/PCV : 14,2 %
Trombosit : 406.000 150-450 gr/ul
Natrium : 134 136 -140
Kalium : 3,6 3,5 – 4,0
Chlorida : 89 97 – 114,5
Ureum : 41 10-50
Kreatinin : 0,7 0-1,1
GDS : 401 gr %
d. Terapi : Braxidin 3 X 1 Gliquidon 3 x 1
Rantin Injeksi 2 X 1 am/ iv
C. KAJIAN POLA ELIMINASI
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 1x/Hari, Warna Kecoklatan,
konsistensi lembek, bau busuk
Klien Mengatakan BAK 4x/Hari, Warna Kuning, Frekuensi
kira-kira 250 cc, bau pesing
b. Keadaan sejak sakit
Klien mengatakan BAB 1x/Hari, Warna Kecoklatan,
konsistensi lembek, bau busuk
Klien Mengatakan BAK 4-5x/Hari, Warna Kuning,
Frekuensi kira-kira 400 cc, bau pesing
2. Data Objektif
a. Observasi
Klien menggunakan Bedpan untuk BAB/BAK, Warna
kuning the, bau ammonia
b. Pemeriksaan Fisik
 Peristaltik usus 15 x/Menit
 Palpasi supra pubica : Kandung kemih Kosong
 Nyeri ketuk ginjal : Kiri negatif
Kanan negatif
 Mulut uretra tidak terdapat peradangan
 Anus
- Peradangan : negativ
- Fissura : negativ
- Hemoroid : negativ
- Prolapsus recti : negativ
- Fistula ani : negativ
- Masa Tumor : negativ
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
o Tanggal 23-4 2012 Nilai Normal
o Leukosit : 13.000 4,8 – 10,8
o Hb : 11,2 12,0 – 16,0
o HCT/PCV : 14,2 %
o Trombosit : 406.000 150-450
o Natrium : 134 136 -140
o Kalium : 3,6 3,5 – 4,0
o Chlorida : 89 97 – 114,5
o Ureum : 41 10-50
o Kreatinin : 0,7 0-1,1
 Lain-Lain
d. Terapi

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Data Subjektif
a. Keadaan Sebelum sakit
Klien mengatakan pekerjaan dirumah sendiri, klien tidak
ada kegiatan olah raga, waktu senggang digunakan klien
untuk nonton TV
b. Keadaan Sejak sakit
Klien mengatakan rasa lemah untuk melakukan aktivitas
untuk ke kamar mandi/toilet, untuk makan, untuk ganti
pakaian, bahkan untuk dudukpun harus dibantu karena
lemah
2. Data Objektif
a. Observasi
 Aktivitas Harian
o Makan :2
o Mandi :2
o Berpakaian :2 0 : Mandiri
o Kerapian :2 1 : Bantuan dengan alat
o Buang Air Besar :2
o Buang Air Kecil :2 2 : Bantuan orang
o Mobilisasi ditempat tidur : 2
3 : Bantuan orang dan alat
4 : Bantuan penuh
o Ambulasi : Klien mengguanakan kursi
roda
 Postur tubuh : Normal
 Gaya jalan : Normal
 Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
 Fiksasi : Tidak ada
 Tracheostomic : Tidak ada
b. Pemeriksaan Fisik
 IVP
 Perfusi pembuluh perifer kuku
 Thoraks dan pernafasan
o Inspeksi: Bentuk Thoraks
Stridor Dyspnea d ‘Effort negativ
Sianosis tidak nampak
o Palpasi :Vocal Fremitus
o Perkusi : Sonor
Batas paru hepar
Kesimpulan
o Auskultasi : Suara nafas
Suara ucapan
Suara Tambahan
 Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Klien menggunakan alat pacu jantung : tidak
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5
Thrill : Negativ
o Perkusi : Batas atas jantung ICS 2-3 Bunyi Pekak

Batas kanan jantung linea centralis kanan bunyi


pekak ICS 2

Batas kiri jantung linea medio clvicularis kiri


bunyi pekak ICS 5

o Auskultasi :
Bunyi jantung 11 A : katub aorta di ICS 2 linea
sternalis kananBunyi jantung 11 P :katub
pulmonalis di ICS 2 linea sentralis kiri
Bunyi jantung 1 T : Katub Tricuspid di ICS
4Linea centralis kiri
Bnyi jantung 1 M : Katub netral di ICS 5 Linea
medioclvicula kiri/apex
Bunyi jantung 111 Irama
Murmur tidak terdengar
HR 82 x/Menit
Bunyi Aorta :
A Renalis
A femoralis
 Lengan dan tungkai
o Atrofi otot negativ
o Rentang gerak
- Mati sendi negativ
- Kaku sendi negativ
o Uji kekuatan otot : Kiri : dapat melakukan ROM
Kanan : dapat melakukan ROM
o Refleks Fisiologik : baik
o Refleks Patologik : Babinski, Kiri : positif
Kanan : positiv
o Clubing Jari-Jari : negativ
o Varices Tungkai : negativ
 Columna Vertebraris
o Inspeksi : Kelainan bentuk tidak ada
o Palpasi : Nyeri tekan negative
o N 111-1V-V1 : Dapat menggerakkan mata ke segala
arah
o N V111 Romberg Test : negativ
o N X1 : Fungsi pengecapan baik
o Kaku kuduk : negativ
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
Tanggal 23-4 2012 Nilai Normal
o Leukosit : 13.000 4,8 – 10,8
o Hb : 11,2 12,0 – 16,0
o HCT/PCV : 14,2
o Trombosit : 406.000 150-450
o Natrium : 134 136 -140
o Kalium : 3,6 3,5 – 4,0
o Chlorida : 89 97 – 114,5
o Ureum : 41 10-50
o Kreatinin : 0,7 0-1,1
 Lain-Lain
d. Terapi

E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan waktu tidur kira-kira 6 jam dalam 1 hari.
Setelah bangun tidur klien melaksanakan pekerjaan rumah.
Tidur siang tidak pernah oleh karena tidak terbiasa.
b. Keadaan Sejak sakit
Klien mengatakan sering terbangun oleh karena muntah-
muntah. Terutama pada malam hari
2. Data objektif
a. Observasi

Expresi wajah mangantuk : negative


Banyak menguap : negative
Palpebrae inferior berwarna gelap : positive
b. Terapi
F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran. Mudah mempelajari sesuatu. Bila klien
merasa nyeri klien bisa mancari posisi yang enak bagi
klien atau segera memeriksakan diri di tempat
kesehatan. Nyeri tidak dirasakan
b. Keadaan sejak sakit
Kien malas bicara,tapi kalu diajak bicara klien mau
bicara.
2. Data Objektif
a. Obsevasi
Kemampuan bicara klien masih baik. Klien malas
bicara
b. Pemeriksaan fisik
 Penglihatan
o Cornea Warna coklat
o Visus : 6/6
o Pupil : Isokor
o Lensa Mata : Bening
o Tekanan Intra Ocular ( TIO ): -
 Pendengaran
o Pina : Simetris kiri, kanan
o Canalis : Bersih
o Membran Tympani : utuh
o Test Pendengaran : Baik
 Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan
tungkai baik
 N1 : baik
 N 11 : baik
 N V Sensorik : baik
 N V11 Sensorik : baik
 N V111 Pendengaran : baik
 Test Romberg : negatif
c. Pemeriksaaan Diagnostik
 Laboratorium
 Lain-Lain
d. Terapi
G. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan kalau klien sebagai penderita DM dapat
melanjutkan hidup
b. Keadaan sejak sakit
2. Data Objektif
a. Obsevasi
 Kontak Mata : Kontak mata baik
 Rentang perhatian :Klien kurang memperhatikan
penjelasan
 Suara dan cara bicara : Pelan dan kurang jelas
 Postur tubuh : Normal
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan bawaan yang nyata :
 Abdomen :Bentuk : datar
Bayangan vena : positif
Bayangan massa : negatif
 Kulit : Lesi Kulit
 Penggunaan protesa : negatif

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN


SESAMA
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan tinggal bersama suami, anak, serta kedua
orang tua klien. Klien sering mengikuti kegiatan di
lingkungan dan di masyarakat dan klien merasa senang.
b. Keadaan sejak sakit
Menurut keluarga klien (suami dan orang tua) mereka dapat
menerima keadaan sakit yang diderita klien. Penyakit yang
dialami klien tidak mengganggu hubunga klien dengan
keluarga ataupun lingkungan sekitar.
2. Data Objektif
a. Observasi
Komunikasi verbal dengan keluarga baik

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI-SEKSUALITAS


1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien mulai menstruasi sejak umur 16 Tahun
Klien menggunakan kontrasepsi suntik Depoprovera
b. Keadaan sejak sakit
Klien menstruasi secara teratur, setiap bulan haid lancer
kira-kira 3 hari, dan biasanya haid selesai pada hari ke
empat
2. Data Objektif
a. Observasi
Genetali klien bersih saat dikaji
b. Pemeriksaan Fisik
Tidak ada kelainan pada daerah anus dan vagina, tampak
bersih
c. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
 Lain-Lain
d. Terapi

J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI


TERHADAP STRES
1. Data Subjektif
a. Keadaan saat sakit
Biasanya yang membuat klien marah adalah anaknya, yang
membantu klien untuk mengatasi masalah adalah suami dan
orang tua.
Jika ada masalah biasanya klien istirahat dan
berkomunikasi.
b. Keadaan sejak sakit
Klien merasa tak dapat memenuhi kebutuhan makan,
BAB,BAK,dan mandi, klien merasa lemah
2. Data objektif
a. Observasi
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
b. Pemeriksaan fisik
 Tekanan darah : Berbaring : 150/90 mm/hg
Duduk : 150/90 mm/hg
Berdiri : 150/90 mm/hg
Kesimpulan Hipotensi Ortostatik : Negatif
 HR : 82 x/menit
 Kulit : Keringat dingin : negatif
Basah : negativ
c. Terapi
K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakit
Klien tetap memakai nilai budaya minahsa yang dianutya
yaitu sopan santun dan rajin pergi kegereja dan kegiatan
rohani di lungkungannya.
b. Keadaan sejak sakit
Klien rajin berdoa
2. Data Objektif
a. Observasi
Saat dikaji klien tidak terlihat berdoa ataupun membaca
kitab suci, tapi klien meyakini dan berdoa setiap saat.
KLASIFIKASI DATA
DS:
 Klien mengatakan nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk
 Klien mengatakan mual, muntah
 Klien mengatkan tidak ada nafsu makan
 Klien mengatakan badan rasa lemah
 Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas mandi, makan, ke
toilet, duduk sendiri tanpa bantuan orang lain
 Klien mengatakan suka makan kue
 Klien mengatakan tidak kuat untuk diet
DO:
 Kesadaran apatis = E3M6V4
 KU lemah
 Ekspresi wajah meringis
 Nyeri tekan epigastrium
 T. 150/90
 N. 96 X M
 R. 20 X ho
 5 B. 36, 70 C
 Klien tampak muntah tiap kali makan berisi cairan dan sisa makanan
 Klien tampak malas makan
 Aktivitas : makan-minum, mandi, BAB/BAK, berpakaian dibantu orang
lain.
 Mulut Bau
 Laboratorium :
 Lekosit : 13.000. gr/ul
 HB : 11, 2 gr/ul
 HCR/PCV : 14, 2.
 Trombosit : 406.000 gr/ul
 Natrium : 134
 Kalium : 3, 6
 Ureum : 41
 Creatinin : 0, 7
 6 DS : 401 gr
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Defisiensi Insulin Nyeri

Klien mengatakan nyeri ulu


Glukogen meningkat
hati
Lipolisis meningkat

Asam lemak bebas meningkat


Asam lemak teroksidasi

DO: Ketoanemia

- Keadaan umum PH menurun


lemah
- Ekspresi wajah klien Iritasi mukosa lambung
tampak meringis
- Tanda-tanda vital
T : 150/90 Ekskresi serotonin, bradikini,
N : 96 x/mt histamine
R : 20 x/mt
SB : 36, 7 0 C Nyeri

2. DS : Defisiensi insulin
Nutrisi kurang
- Klien mengatakan
Glukogen meningkat dari kebutuhan
mual muntah
- Tidak ada nafsu
makan Lipolisis meningkat
DO :
Asam lactate teroksidasi
- Keadaan umum
lemah Ketoanemia
- Klien muntah berisi
cairan dan sisa PH
makanan
- Tiap makan muntah
Iritasi mukosa lambung
- Klien malas makan

Mual Muntah
Intake tidak adekwat

Nutrisi kurang dari kebutuhan


3 DS : Defisiensi insulin Deficit
Klien mengatakan rasa Perawatan diri
lemah untuk beraktivitas Glukogen meningkat
terutama untuk mandi,
makan, ke toilet, dan duduk Hiperglikemi

DO: Sel Kelaparan


- Keadaan umum
lemah Produksi energy metabolisme
- Aktivitas klien
dibantu orang lain Kelemahan

Deficit perawatan diri

DS :
Kurang
4. Klien mengatakan sering Defisiensi insulin
Pengetahuan
makan kue/camilan saat
nonton TV Glukogen meningkat
Klien tidak patuh diet
Hiperglikemi
DO :
Keadaan umum lemah Hiperosmolaritas
GDS 401 mg/dl
Koma

Kalori keluar

Rasa Lapar

Polifagi

Kurang Informasi

Kurang Pengetahuan
DS:
5. Klien mengatakan badan Defisiensi insulin
rasa lemah Resiko Infeksi
DO: Glukogen meningkat
Keadaan umum lemah
Tanda-tanda Vital Hiperglikemi
T : 150/90
N : 96 x/mt Sel Kelaparan
R : 20 x/mt
SB : 36,70 C Hilang Protein Tubuh
Kadar Leukosit : 13.000/ul
Mulut Berbau Respon Perdarahan lambat

Resiko Infeksi

DS:
6. Klien mengatakan mual Defisiensi insulin Resiko
Muntah tiap kali makan kekurangan
Glukogen meningkat volume cairan
tubuh
DO: Hiperglikemi
- Keadaan umum
lemah Glukosuria
- Tanda-tanda vital
Diuretik Osmotik
T : 150/90
N : 96 x/mt Asupan cairan tidak adekwat
R : 20 x/mt
SB : 36,70 C Volume Cairan kurang dari
kebutuhan tubuh

SKALA PRIORITAS
No Diagnosa Keperawatan Skala
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung 1
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2
3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan 3
penurunan produksi energy metabolic, perubahan
4. kimia : insufisiensi insulin. 4
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
5. paparan sumber informasi 5
Resiko kekeurangan volume cairan tubuh
6. berhubungan dengan dieresis osmotic 6
Resiko infeksi berhubungan dengan respon
perdarahan lambat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolic, perubahan energi metabolik, perubahan kimia darah : insufisiensi
insulin..
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
5. Resiko kekeurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dieresis osmotic
6. Resiko infeksi berhubungan dengan respon perdarahan lambat

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dibahas dalam asuhan keperawatan


pada Ny. L.S, dengan diagnosa medis DM Tipe II, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

1. Dalam tinjauan teori disebutkan ada 7 diagnosa keperawatan pada klien dengan
penyakit DM, antara lain :

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, defisiensi insulin dan
status hipermetabolisme, penurunan nasukan oral : anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.

2. Defisit cairan berhubungan dieresis osmotic, dan kurang asupan cairan,


kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah , masukan dibatasi : mual,
kacau mental.

3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,


penurunan fungsi leukosit.

4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/ insulin dan elektrolit.

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolic,


perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.

6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif


yang tidak dapat diobati.

7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar ) mengenai penyakit, prognosis,


dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.

Sementara itu dalam pengkajian kelompok menemukan 6 diagnosa


keperawatan pada asuhan keperawatan kasus antara lain :

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung


2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan produksi energy


metabolik, perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber


informasi

5. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan dieresis


osmotik

6. Resiko infeksi berhubungan dengan respon perdarahan lambat.

Pada kasus ini kelompok juga menetapkan diagnose antara lain :

- Diagnosa keperawatan defisit volume cairan berhubungan dengan


diuresis osmotik ( dalam diagnose teori ) sebagai masalah resiko.

- Diagnosa keperawatan deficit self care

- Diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa


lambung.

2. Masalah keperawatan yang belum teratasi, implementasi keperawatan tetap


dilanjutkan oleh perawat ruangan.

3. Pada kasus pasien ny.L.S dengan DM, seharusnya diadakan pemeriksaan kadar
gula darah setiap hari dan konsultasi gizi namun karena pasien ini menggunakan
pembiayaan dari jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) oleh RS tidak bisa
dilakukan.

B. SARAN

1. Bagi institusi pendidikan : supaya praktek profesi keperawatan lebih


dikembangkan dengan pemberian panduan prakek profesi keperawatan
pada peserta praktek profesi keperawatan.

2. Bagi Rumah Sakit : supaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien terutama asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit DM. Di samping itu juga pihak
RS lebih meningkatkan suasana ruangan perawatan yang nyaman, dengan
lebih memperketat batasan barang-barang pasien yang dibawa ke RS.

3. Bagi mahasiswa : upaya secara mandiri dapat menerapkan dan


membandingkan asuhan keperawatan teori yang didapat dalam pendidikan
asuhan keperawatan kasus yang ditemukan di lapangan.

4. Bagi pasien / masyarakat :

Supaya dapat menjaga kesehatan sesuai instruksi yang diberikan tim


kesehatan dan mencari informasi kesehatan berkaitan dengan penyakit
yang dideritanya, serta pasien dengan penyakit DM dapat patuh untuk
menjalani diet, sehingga dapat melanjutkan hidup produktif walaupun
menderita DM.
K

Anda mungkin juga menyukai