Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) salah satu masalah kesehatan publik yang
signifikan. Diabetes Mellitus termasuk penyakit tidak menular atau
degeneratif sejak beberapa tahun sebelumnya, penyakit ini telah terjadi
permasalahan tersendiri bagi tiap negara di dunia. Sehingga saat ini penyakit
degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia (Cabral,
2016). Diabetes Mellitus (DM) suatu penyakit dimana tubuh klien tidak bisa
secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya
(Yurike, 2014).
Sehingga kadar gula darah dalam tubuh tidak seimbang. Hal ini
mengakibatkan dalam pemenuhan nutrisi perlu ada batasan atau diit khusus
yang dapat menimbulkan intake makanan yang tidak adekuat menyebabkan
nutrisi dalam tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Biasanya ditandai dengan penurunan
berat badan, membrane mukosa dan kojungtiva pucat, dan lain sebagainya
(Ketut & Brigitta, 2019).
World Health Organization (WHO) tahun 2015 ada 415 juta jiwa yang
mengidap Diabetes Mellitus dan akan diperkirakan mengalami peningkatan
menjadi 642 juta jiwa pada tahun 2040 (WHO, 2016). International Diabetes
Ferederation (IDF) pada tahun 2017 prevalensi Diabetes Mellitus di dunia
mencapai 424,9 juta jiwa dan akan diperkirakan mencapai 628,6 juta jiwa
pada tahun 2045. Peningkatan pada tahun 2019 tersebut akan terus
mengalami kenaikan hingga mencapai 16,7 juta jiwa pada tahun 2045. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa
prevalensi klien penyakit diabetes mellitus di Indonesia mengalami
peningkatan 1,5 % (2013) menjadi 2,0 % (2018). Sedangkan prevalensi klien
penyakit diabetes mellitus di Jawa Timur 1,8 % (2013) menjadi 2,3 % (2018).
Diabetes Mellitus di RSUD Bangil Pasuruan setiap tahun mengalami
peningkatan, tahun 2019 kasus Diabetes Mellitus tipe 2 sebanyak 477 jiwa

1
(Sheila, 2019).
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya obesitas, dislipidemia, ras, usia, pre-diabetes, gaya hidup, riwayat
keluarga, idiopat, dan genetik. Hal tersebut dapat mengakibatkan jumlah sel
pancreas menurun, sehingga terjadi proses defisiensi insulin. Klien Diabetes
Mellitus mengalami resistensi insulin dan difiensi insulin dapat menyebabkan
hiperglikemia. Hiperglikemi itu sendiri adalah suatu dimana kadar gula darah
dalam tubuh melebihi batas normal. Akibatnya dalam pemberian asupan
makanan perlu ada pembatasan diit khususnya diit rendah gula. kemudian
mengakibatkan intake makanan yang tidak adekuat menyebabkan nutrisi
dalam tubuh berkurang sehingga mengakibatkan masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh (Ketut & Brigitta, 2019).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun
yang disebabkan gula darah tinggi. Klien harus dapat beradaptasi dengan
penyakit dideritanya, sehingga dapat mengontrol pola keseharian dan
merubahnya. Menurut Sistem Adaptasi Callista Roy klien dapat mengubah
perilakunya menjadi perilaku adaptif dengan meningkatkan intergritas dan
membantu klien untuk mencapai tujuan dari adaptasi sendiri, seperti bertahan
hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan pola hidup yang di alaminya.
Klien dapat menerima kondisi dirinya dan mampu untuk mengikuti
perubahan yang terjadi pada dirinya (Cabral, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Diabetes Mellitus (DM)
dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Tubuh berbasis
Teori Adaptasi Callista Roy di Ruang ICU RSUD Praya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus
(DM) dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Tubuh
Berbasis Teori Adaptasi Callista Roy.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian Keperawatan klien Diabetes Mellitus (DM)

2
tipe 2 dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Berbasis Teori Adaptasi Callista Roy di Ruang ICU RSUD Praya.
b. Mampu menentukan Diagnosis Keperawatan klien Diabetes Mellitus
(DM) tipe 2 dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Berbasis Teori Adaptasi Callista Roy di Ruang ICU
RSUD Praya.
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang harus dilakukan klien
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dengan masalah Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berbasis Teori Adaptasi Callista
Roy di Ruang ICU RSUD Praya.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan pada
klien yang mengalami Diabetes Mellitus (DM) dengan masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berbasis Teori
Callista Roy di Ruang ICU RSUD Praya.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan klien
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dengan masalah Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berbasis Teori Adaptasi Callista
Roy di Ruang ICU RSUD Praya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat dari teori studi kasus ini adalah pengembangan pengetahuan.
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada klien Diabetes Mellitus (DM)
dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Tubuh agar perawat
mampu memenuhi kebutuhan dasar klien selama dirawat dirumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Manfaat untuk Keluarga dan klien dapat menambah pengetahuan
tentang bagaimana penyakit ini terjadi dan cara penanganan pemenuhan
kebutuhan dasar bisa dilakukan keluarga dan klien setelah dirawat di rumah.
Sedangkan untuk Perawat dapat menjadikan ini sebagai bahan masukan untuk
lebih baik lagi dalam melakukan tindakan Asuhan Keperawatan pada klien
khususnya klien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2. Karya Tulis Ilmiah ini
semoga bisa menjadi bahan dasar atau referensi selanjutnya bagi peneliti yang

3
mengambil kasus Diabetes Mellitus (DM) tipe 2.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus


1. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) biasanya disebabkan oleh gangguan sekresi
insulin, dan gangguan kerja insulin. Yang dapat menyebabkan penyakit
metabolic yang berlangsung kronik progresif yang di tandai adanya
hiperglikemia. Diabetes non-insulin atau diabetes tipe 2 kebanyakan di
akibatkan karena tingkat resistensi insulin. Tingkatan insulin yang normal,
rendah ataupun bisa meningkat akan tetapi fungsi dari insulin dalam
proses metabolisme zat gula rendah yang mengakibatkan gula darah akan
tinggi sehingga mengakibatkan hipergikemia (gula darah tinggi) (Ni Ketut &
Brigitta, 2019).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang mengganggu
metabolisme biasanya di tandai gula darah tinggi sangat berhubungan dengan
ketidak normalan kadar karbohidrat, protein, dan lemak yang di akibatkan
sekresi insulin menurun bahkan sensivitasnya juga mengalami penurunan
yang menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler dan neuropati.
(Wijayanti, dkk ,2019).
2. Etiologi
Penyebab pasti yang melatar belakangi seseorang mengalami diabetes
hingga saat ini belum diketahui secara jelas. Namun, ada beberapa faktor
tertentu yang meningkatkan resiko seseorang mengidap diabetes ini,
diantaranya: obesitas, dislipidemia, ras, usia, pre-diabetes, gaya hidup,
riwayat keluarga atau herediter, sindrom ovarium polikistik, seseorang
dengan riwayat diabetes gestasional, serta penderita hipertensi, penyakit
jantung coroner, dan hipertiroidisme diketahui juga mempunyai resiko tinggi
Diabetes. (Ni Ketut & Brigitta , 2019).
Faktor Resiko Diabetes Mellitus Menurut (Ni Ketut & Brigitta,
2019) Adalah:

4
a. Obesitas
Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko utama untuk Diabetes
Mellitus tipe 2. Hal ini karena semakin banyak jaringan lemak yang
dimiliki, semakin banyak pula sel-sel tubuh yang menjadi insulin.
b. Distribusi Lemak
Kelebihan lemak diperut meningkatkan resiko Diabetes Mellitus
tipe 2 daripada jika tubuh menyimpan lemak di ditempat lain, seperti
pinggul dan paha.
c. Gaya Hidup Yang Tidak Efektif
Semakin kurang aktif, resiko diabetes tipe 2 semakin besar. Olah raga
dapat mengatur bahkan mengendalikan berat badan memakai zat gula
untuk energi dan menciptakan sel tubuh semakin sensitif kepada insulin.
d. Riwayat Keluarga
Resiko Diabetes Mellitus tipe 2 naik apabila keluarga kandung atau
orang tua mempunyai Riwayat diabetes mellitus tipe 2.
e. Usia
Usia pada tahap ini sangat erat kaitannya dalam proses timbulnya
penyakit diabetes mellitus. Hal ini disebabkan kebiasaan kurang
melakukan olah raga kehilangan massa otot, mengalami peningkatan berat
badan saat mereka bertambah usia.
f. Pre-Diabetes
Pre-Diabetes adalah keadaan glukosa cenderung lebih tinggi dari
biasanya. Akan tetapi kurang tinggi untuk digolongkan menjadi penyakit
diabetes. Jika tidak mendapat pengobatan pre-diabetes akan menjadi
diabetes tipe 2.
g. Diabetes Gestational
Diabetes gestasional bisa dialami pada masa kehamilan dan
meningkatkan resiko terkena Diabetes Mellitus tipe 2. Perempuan yang
melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 9 pon (4 kilogram), juga
beresiko terkena Diabetes Mellitus tipe 2.
h. Sindrom Ovarium Polokistik
Bagi wanita, memiliki sindrim ovarium polokistik meningkatkan

6
resiko Diabetes. Kondisi ini umumnya ditandai dengan periode menstruasi
yang tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.
3. Manisfestasi Klinis
Seringkali tidak dirasakan dan disadari oleh klien pada awalnya,
sehingga terjadi Diabetes Mellitus ini, ada beberapa keluhan dan gejala yang
perlu diperhatikan oleh klien Diabetes Mellitus (Andra & Yessie, 2017):
1) Keluhan Klasik
a) Banyak Kencing (poliuria)
Banyak kencing yaitu dimana keadaan pasien sering kencing akibat
kadar gula darah yang tinggi.
b) Banyak Minum (polidipsia)
Karena banyaknya cairan yang keluar sehingga rasa haus sering
dialami penderita, maka untuk menghilangkan rasa haus pasien akan
banyak minum.
c) Banyak Makan (polifagia)
Pasien sering makan karena rasa lapar yang selalu muncul pada
penderita diabetes mellitus, keseimbangan kalori negative dialami
oleh pasien sehingga pasien banyak makan.
d) Berat badan dan Lelah rendah
Berat badan yang mengalami penurunan dalam jangka waktu relative
pendek seharusnya dapat menumbuhkan rasa curiga. Kondisi Lelah
yang tinggi menunjukkan rendahnya presentase tubuh. Dapat di
akibatkan karena zat gula dalam darah tidak bisa masuk dalam sel,
mengakibatkan sel mengalami penurunan bahan bakar yang
digunakan untuk menciptakan tenaga. Selain itu agar tetap hidup
sumber tenaga harus diperoleh dari simpanan lain yaitu sel lemak
dari otot akhirnya mengakibatkan klien menjadi kurus akibat
hilangnya jaringan lemak dan otot.
2) Keluhan Lain
a) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Rasa sakit dan kesemutan dikaki setiap malam hari akan
dirasakan oleh klien yang mengalami Diabetes Mellitus.

7
b) Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan juga sering terjadi pada penderita
penyakit Diabetes Mellitus, karena gangguan penglihatan sehingga
penderita sering mengganti kacamata supaya bias melihat dengan
baik.
c) Gatal/Bisul
Gatal dan bisul juga sering menyerang penderita Diabetes
Mellitus biasanya terjadi pada daerah kemaluan, lipatan ketiak, dan
bawah payudara. Selain gatal-gatal bisul juga menyerang si
penderita Diabetes Mellitus luka juga akan lama sembuh.
d) Gangguan Ereksi
Merupakan masalah tersembunyi akibatnya muncul tidak secara
menerus dikatakan oleh kliennya. Sebab sangat erat hubungannya
dengan kebiasaan masyarakat yang tetap pada keyakinan bahwa
menceritakan permasalahan seks atau bahkan melibatkan kejantanan
atau kemampuan klien lainnya.
e) Keputihan
Keluhan yang sering muncul pada kalangan wanita salah
satunya adalah keputihan dan rasa gatal yang selalu menjadi masalah
terbesar bagi kelompok wanita.
4. Patofisiologis
Pasien Diabetes mengalami resistensi insulin dan defisiensi insulin
relative, dan kemungkinan keduanya berkontribusi terhadap diabetes tipe 2
Hiperglikemia dapat merusak fungsi sel-beta pankreas dan memperburuk
resistensi insulin, mengarah ke siklus hiperglikemia yang menyebabkan
keadaan metabolik yang memburuk. Diabetes tipe 2 sering di sertai dengan
kondisi lain, termasuk hipertensi, konsentrasi kolesterol low- density
lipoprotein (LDL) serum tinggi, dan konsentrasi kolesterol high- density
lipoprotein (HDL) serum rendah, seperti diabetes tipe 2, yang
meningkatkan resiko kasdiovaskuler.
Konstelasi kondisi klinis ini disebut sebagai sindrom metabolik.
Hyperinsulinemia yang terjadi sebagai respon terhadap resistensi insulin

8
dapat menjadi penyebab kelainan lain. Peningkatan kadar asam lemak bebas
dan faktor oksidatif telah terlibat dalam potogenesis sindrom metabolik,
diabetes tipe 2, dan komplikasi kardiovaskuler (Ni Ketut & Brigitta , 2019).

5. WOC Diabetes Mellitus (DM)

DM Tipe 1 DM Tipe 2

Reaksi autoimun Idiopatik, usia, genetik, dll

Sel beta pankreas hancur jumlah sel pankreas menurun

Defisiensi insulin

Katabolisme protein
Hiperglikemi meningkat Liposis
meningkat

Penurunan berat badan


Fleksibilitas
darah merah Pembatasan diet

Resiko nutsisi kurang dari


Pelepasan O2 Intake tidak kebutuhan Tubuh
adekuat

Hipoksia perifer Poliuria Defisit volume cairan

perfusi jaringan perifer tidak


Nyeri
efektif

Gambar 2.1 WOC Diabetes Mellitus

9
6. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut (Hasdianah, 2012) adalah:
a) Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 (tergantung insulin) merupakan suatu
kondisi dimana tubuh perlu insulin karena tubuh tidak bisa menghasilkan
insulin. Hal ini sering terjadi karena penyakit autoimun masalah genetic
bahkan virus. Disebabkan tubuh kurang atau tidak dapat menghasilkan
insulin. Pasien diabetes mellitus membutuhkan injeksi setiap hari. Disisi
lain faktor yang menyebabkan diabetes tipe 1 antara lain faktor
lingkungan, imunologi dan keturunan.
b) Diabetes Mellitus tipe 2
Sering juga disebut insulin requirement (tergantung insulin)
merupakan suatu kondisi yang memerlukan insulin dalam waktu
sementara atau bahkan seterusnya. Ketika kinerja pankreas tidak normal
dapat mengakibatkan tubuh dalam menghasilkan insulin terganggu
sehingga respon tubuh terhadap insulin tidak normal. Disisi lain juga
disebabkan akibat dari resistensi insulin yaitu keabnormalan jumlah
insulin. Dapat juga disebabkan oleh kurangnya insulin atau masalah
pada produksi atau sekresi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 sangat
diketahui secara umum dengan beberapa faktor resikonya, antara kain
kegemukan, dan kurang olah raga. Kegemukan, Riwayat keluarga dan
pola hidup juga dapat mempengaruhi timbulnya beberapa penyakit
diabetes mellitus.
c) Diabetes Mellitus tipe 3 gestasional
Diabetes Mellitus tipe ini terjadi pada kalangan ibu hamil. Karena,
dalam proses pemulihan setelah melahirkan kondisi gestasional
kemungkinan bisa merusak Kesehatan ibu dan janin. Dan sekitar 20-
50%. Perempuan yang mengidap gastasional bisa hidup meskipun
gastasional sifatnya tidak bertahan lama, jika tidak ditangani secara
benar atau baik akan memberikan resiko yang buruk bagi ibu dan janin.
Resikonya yang didapat oleh bayi misalnya berat badan tinggi bahkan
diatas normal, cacat otot rangka dan penyakit kronis bawaan.

10
7. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM)
Meskipun komplikasi jangka panjang dari Diabetes berkembang secara
bertahap, komplikasi bisa menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan
mengancam jiwa. Beberapa komplikasi potensial Diabetes menurut (Ni Ketut
& Brigitta, 2019) meliputi:
a) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Diabetes meningkatkan resiko berbagai masalah kardiovaskuler, termasuk
penyakit arteri coroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung,
stroke, penyempitan arteri (aterosklerosis), dan tekanan darah tinggi.
b) Kerusakan Saraf (neuropati)
Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler)
terutama di kaki. Ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, rasa
terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai di ujung jari kaki dan secara
bertahap menyebar ke tubuh bagian atas. Gula darah yang tidak terkontrol
pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa di bagian tubuh yang terkena.
Kerusakan pada saraf yang mengontrol pencernaan dapat menyebabkan
masalah dengan mual, muntah, diare, atau sembelit.
c) Kerusakan Ginjal (nefropati)
Ginjal mengandung jutaan kluster pembuluh darah kecil yang menyaring
limbah dari tubuh. Diabetes dapat merusak sistem penyaringan tersebut.
Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal atau penyakit ginjal
tahap akhir yang ireversibel, yang akhirnya memerlukan dialysis atau
transplantasi ginjal.
d) Kerusakan Mata
Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetik retinopathy),
berpotensi menyebabkan kebutaan. Diabetes juga meningkatkan resiko
kondisi penglihatan serius lainnya, seperti katarak dan glaukoma.
e) Kerusakan Kaki
Kerusakan saraf di kaki atau aliran darah yang buruk ke kaki
meningkatkan resiko berbagai komplikasi kaki. Jika tidk diobati, luka dan
lecet bias menjadi infeksi serius. Kerusakan parah mungkin menyebabkan

11
dilakukannya amputasi kaki.
f) Gangguan Pendengaran
Masalah pendengaran lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
g) Gangguan kulit
Diabetes dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah kulit,
termasuk infeksi bakteri dan jamur.
h) Penyakit Alzheimer
Diabetes tipe 2 dapat meningkatkan resiko penyakit Alzheimer.
Semakin buruk kendali gula darah, semakin besar resikonya.
B. Konsep teori keperawatan Adaptasi Roy
1) Pengertian Model Keperawatan Adaptasi Roy
Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang
bertujuan membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat sakit. Teori adaptasi Callista Roy
memandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku
secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi (Alligood, 2017).
2) Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy
a. Manusia adalah keseluruhan dari bio psikologi dan sosial yang
terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan bio psikososial.
c. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia
memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
d. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi

12
rangsangan baik positif maupun negatif.

e. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat
dihindari dari kehidupan manusia.
3) Komponen System dalam Model Adaptasi Roy
System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya
sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan
dari setiap bagian-bagiannya. System dalam model adaptasi Roy sebagai
berikut ( Roy, 1991 ) :
a. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang
dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu
stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan
dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
2. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.
3. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai
pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.

b. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme


koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator
dan kognator yang merupakan subsistem.

13
1. Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-
proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
2. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi
stimulus umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol
proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
c. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau
respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang
tidak mendukung tujuan ini.

14
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1. Pertama, fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang
adaptasi fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2. Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana
seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang
berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan
dengan orang lain
4. Keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang
mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan
melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu
maupun kelompok.
4) Konsep Keperawatan dengan Model Adaptasi Roy
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi
keperawatan adalah :
1. Manusia
2. Lingkungan
3. Kesehatan
4. Keperawatan
Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada
konsep adaptasi.
a. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara
holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output,
dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia

15
di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator
dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu
sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam
istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem
manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control
dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan
satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat
adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan. Proses
control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping yang telah di identifikasi yaitu : subsistem regulator dan
subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
1. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri
dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
terdiri dari 4 bagian yaitu :

16
a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984
dalam Roy 1991).
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-
komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan. Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan ( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem
fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
(Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

17
i) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991).
2. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep
diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan
the personal self.
a) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
b) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.
3. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan
dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .
4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.

18
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon
inefektif. Respon- respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih
lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem. Subsistem
regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping
dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi,
termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
b. Konsep sehat;
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari
meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa
sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik,
mental dan social. Integritas adaptasi individu di manifestasikan
oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan
pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh

19
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
c. Konsep lingkungan;
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok.
Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis
yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam
tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal,
kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang tampak akan
tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar.
d. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar
dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Roy mendefinisikan
bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual,
dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal
pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak

20
terhadap seseorang.
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu.
Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada
dan timbul relevan dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur
secara objektif. Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk
perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam
proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama
dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah
tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.

1). Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien
sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing
mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai
pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing
mode adaptasi secara sistematik dan holistic

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola


perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon
adaptif yang memerlukan dukungan perawat.Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan
pengkajian tahap kedua.Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data
tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon
adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan,
pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan
emosi; budaya;dan lingkungan fisik
2). Perumusan diagnosa keperawatan

21
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:
a) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy
dan berhubungan dengan 4 mode adaptif .
b) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari
perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya.
c) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode
berhubungan dengan stimulus yang sama.
3). Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi
pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi
meningkat.
4). Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga
memperluas kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi
sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
5). Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan
keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.

22
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

Ruang : ICU
Tgl. Pengkajian : 12 s/d 16 Desember 2022

Masuk Rawat : 10 Desember 2022

Dari : IGD
Nama Pasien : Tn. M TB/BB : 160 cm/ 65
kg
Dx. Medis : DM Tipe 2 Gol. Darah
:-
No. Rekam Medis : 452330
Jenis Kelamin :L Agama : Islam
Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Petani
Pendidikan Terakhir : SMP Status : Kawin
Perkawinan
Jumlah Anak :4
Tindakan medis yang sudah didapat di RS:
a. Ronthen
b. laboratorium
c. Inf. RL 20 tpm
d. Inj ketorolac 30 mg via iv
e. Inj ranitidine 1 ampl via iv
f. Inj santagesik 1 ampl via iv / 8 jam
g. Apidra insulin 3x12 unit
h. Latus 0-10 unit
i. Amlodipine 10 mg tablet via oral
A. POLA PERSEPSI KESEHATAN

22
1) STATUS KESEHATAN SAAT INI
a) Keluhan Utama : Mual, muntah setiap makan, nyeri perut dan demam.
Serta pasien mengatakan ada luka pada kaki kanan sejak 2 minggu yang
lalu
b) Lama Keluhan : Keluhan dirasakan sejak 2 hari sebelum di bawa ke RS
c) Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan: Untuk mengatasi
keluhan yang dirasakan pasien istirahat dan minum obat
2) RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a) Penyakit yang pernah dialami :
□ Tidak dirawat
b) Alergi
□ Tidak
c) Kebiasaan:
□ Merokok : Ya, sebanyak 7 batang/hari, lamanya sejak masih muda
d) Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada keluarga
yang mempunyai penyakit seperti ini dan tidak ada Riwayat
penyakit keturunan
e) Pengetahuan Pasien tentang penyakitnya : Pasien tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
f) Siapa yang membuat keputusan tentang perawatan Kesehatan
pasien? Suami pasien
3) GENOGRAM

25
Genogram : Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal

Tanda- tanda Vital : TD: 162/77 mmHg, N: 105 x /mnt, S: 37,0°C,


RR: 20 x/ mnt, SPO2 :97%, GDS : 208
B. POLA PERSEPTUAL KOGNITIF
Tingkat Kesadaran : CM
Nilai GCS : 15
1. Sistem Penglihatan
a) Bola Mata : Simetris
b) Palpebra : Normal
c) Konjunctiva : Merah Muda
d) Sklera : Normal
2. Sistem Pendengaran
a) Pendengaran : Baik
3. Pemeriksaan Penunjang (Laboraturium/ Radiologi ) :
C. PROTEKSI
Status mental : Kooperat
Pengkajian Restrain :Tidak ada masalah yang teridentifikasi
Pernah menggunakan restrain sebelumnya : Tidak
D. POLA NUTRISI
BMI =
1) Keluhan : Ada masalah yang berhubungan dengan nutrisi
2) Kebiasaan
a) Pola makan : Tidak teratur 2x sehari tapi setiap makan selalu mual
muntah
b) Jenis makanan dan minuman
- Disukai : Semua jenis makanan di sukai

26
- Tidak disukai : Semua makanan di sukai
c) Diet saat ini : Tidak ada diet khusus
3)Pengkajian nutrisi
a) Mulut : Bersih
b) Gigi : Tdk lengkap
c) Lidah : Bersi
d) Esoephagus : Gangguan Menelan □ Tdk ada
e) Tenggorokan : □ Tdk merah
f) Abdomen : - Bising Usus : □ Normal ( 12-16 X/mnt)
g) Gangguan Sal. Cerna: Ada masalah
h) Intake Nutrisi : Oral
4) Penurunan Berat badan dalam 3 bulan : Tidak Ada
5) Penyakit : HT yang tidak terkontrol
6) Pemeriksaan Penunjang tidak ada pemeriksaan penunjang :
Tidak ada pemeriksaan khusus terkait pola nutrisi
E. POLA ELIMINASI
1) Keluhan: Tidak ada keluhan
2) Kebiasaan Eliminasi
a) Sebelum Sakit
- Frekuensi Buang Air Besar (BAB): 1-2x sehari dengan warna kuning
konsistensi lunak
- Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) : 4-5x sehari dengan warna kuning
b) Saat Sakit
- Frekuensi Buang Air Besar (BAB) : Pasien mengatakan tidak pernah
BAB selama sakit
- Frekuensi Buang Air Kecil (BAK) : 3-4x sehari dengan warna agak
kekuningan dengan berat 1000-1200 cc dan menggunakan alat bantu
3) Pemeriksaan Penunjang : ( Laboraturium/Radiologi )
Tidak ada pemeriksaan penunjang tentang pola eliminasi
F. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keluhan : Pasien mengeluh Mual muntah saat makan
2. Kebiasaan Diri

27
a) Mandi
- Sebelum Sakit : Pasien mandi 2-3x sehari

- Saat Sakit : Mandi dengan cara di lap


b) Cuci Rambut
- Sebelum Sakit : Pasien cuci rambut 3x dalam seminggu

- Saat Sakit : Selama dirumah sakit pasien tidak cuci rambut


c) Sikat Gigi
- Sebelum sakit : Pasien sikat gigi 3x sehari

- Saat Sakit
: Selama dirumah sakit pasien tidak sikat gigi
3. Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari :
- Tidak dibantu
4. Pengkajian Sistem Muskuloskletal
a) Berjalan : Normal
b) Lokasi : Tidak ada
c) Aktivitas : Dilakukan Sendiri
d) Gangguan pergerakan : Tidak ada
e) Alat ambulatory : Tidak ada
f) Kekuatan otot : 5 5
5 5
5. Pemeriksaan Penunjang ( Laboraturium/ Radiologi )
6. Pengkajian Sirkulasi
CRT : <2 Detik
Akral : Hangat
a. Hidung : Normal, tidak ada secret dan terpasang oksigen
b. Dada : Normal
c. Thoraks
- I : Pergerakan dinding dada simetris, penggunaan otot bantu
nafas dengan nasal kanul
-P : Tidak teraba benjolan pada dada
-P : Sonor dikedua lapang paru
-A :Vesikuler +/ terdapat suara tambahan pada thoraks
2) Perdarahan : Tidak ada perdarahan

28
3) Turgor : Sawo mateng
4) Ascites : Tidak
5) Oedema Ekstremitas : Tidak ada
6) Pemeriksaan Penunjang ( Laboraturium/ Radiologi ) :

G. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1) Sebelum Sakit
a) Keluhan : Tidak ada masalah dengan pola tidur
b) Jumlah jam tidur : 6-8 jam (Puas)
c) Tidur siang : Ya
d) Berapa jam : 2-3 jam
e) Kesulitan memulai tidur : Tidak
f) Kesulitan mempertahankan tidur : Tidak
2) Saat Sakit
a) Keluhan : Ada masalah dengan pola tidur
b) Jumlah jam tidur : 4-8 jam (Kurang Puas)
c) Tidur siang : Ya
d) Berapa jam : 1-2 jam
e) Kesulitan memulai tidur : Ya
f) Kesulitan mempertahankan tidur : Ya
H. KENYAMANAN
1) Keluhan : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
2) Nyeri/Tidak nyaman : Ya

Jika Ya, Onset nyeri : ……………….

Lokasi Intensitas Lama Faktor Kualitas Pola Hal-hal yang


(0-10) Nyeri Pencetus Nyeri Serangan menyebabkan
nyeri hilang
Kepala dan 4 +-20 Bergerak Ditusuk- Menetap Istirahat/tidur
perut menit tusuk

Nyeri mempengaruhi : Aktivitas Fisik

29
K KUALITAS POLA METODE PENGALIHAN
E Terbakar, Tumpul, Tertekan, Menetap Intermiten NYERI
Y Berat, Tajam, Kram Istirahat, Panas, Dingin, Obat-
obatan, Lain-lain

3) Kesehatan Mulut : Normal


4) Integritas Kulit : Normal
5) Luka : Ya
- Lokasi : Bagian pelipis
- Eksudat : Tidak ada
6) Dekubitus : Tidak
7) Tanda-tanda Infeksi: Tidak
8) Pemeriksaan Penunjang ( Laboraturium/ Radiologi ) Tidak ada
pemeriksaan khusus
I. POLA SEKSUAL/REPRODUKSI
1) Pola seksualitas setelah sakit : Terganggu
2) Gangguan : □ Luka
3) Perdarahan di luar haid : □ Tidak
4) ♂ a. Penis : Normal
b. Sekret : Tidak ada
c. Skrotum : Normal
J. POLA KOPING - TOLERANSI STRESS
1) Suasana hati : Stabil
2) Emosi : Cemas
3) Kepribadian : Terbuka

30
4) Komunikasi : Jelas
5) Pertahanan/ Koping
a. Pengambilan Keputusan : Berdua
b. Cara untuk mengatasi kecemasan : Sendiri
c. Mekanisme Koping yang digunakan : Sendiri
6) Sistem Nilai Kepercayaan
- Apakah Agama/ Kepercayaan penting bagi anda? : Agama dijadikan
sebagai pedoman bagi pasien
- Ajaran agama yang dilakukan ? : Sholat
- Ketaatan dalam beragama : Sering dilakukan
- Menginginkan informasi tentang : Penyakit yang diderita,
Perubahan aktifitas sehari-hari, Tindakan/pengobatan dan
perawatan yang diberikan, Perawatan setelah di rumah
7) Dukungan keluarga : Sering dilakukan
K. POLA PERSEPSI DIRI
1) Apa yang pasien sukai dari dirinya sendiri ?
Pasien menyukai semua bagian dalam dirinya, terutama badannya
2) Bagaimana pasien mendeskrisikan kelebihannya?
Pasien mampu bekerja lebih baik dibandingkan dengan teman atau
sejawanya dalam bekerja
3) Bagaimana pasien mendeskripsikan kekurangannya?
Pasien tidak merasa bahwa kekurangannya menjadi suatu hambatan
dalam hidupnya
4) Apa bakat/ prestasi yang pernah diraih?
Dalam sehari mampu bekerja melebihi target
5) Apa yang ingin pasien ubah dari dirinya jika mungkin untuk diubah?
Tidak ada yang ingin di rubah dan pasien bersyukur
6) Bagaimana pasien mendeskripsikan kelebihan fisik yang dimiliki?
Dengan memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk beraktifitas
7) Bagaimana pasien mendeskripsikan kekurangan fisiknya?
Pasien tidak merasa kekurangan dalam hal fisik karena semua memiliki
kelebihan dan kekurangan

31
8) Apakah pasien merasa rendah diri terhadap orang lain (secara fisik)?
Pasien tidak merasa rendah diri
9) Apakah Anda mampu mencapai apa yang diharapkan?
Pasien merasa mampu mencapai apa yang diharapakan karena kondisi
anaknya lebih baik dari pada dia
10) Apakah Anda puas dengan kehidupan Anda?
Pasien merasa cukup puas karena anaknya sudah bekerja
L. POLA PERAN HUBUNGAN
1) Keluhan terkait peran : Tidak ada masalah karena anaknya sudah
berkeluarga dan bekerja
2) Pemberi perawatan di rumah : Anaknya
3) Peran pasien dalam keluarga : Sebagai kepala keluarga
4) Apakah pasien merasa nyaman dengan perannya: Merasa nyaman
5) Sumber dukungan sosial : Keluarga
6) Komunikasi dengan anggota keluarga: Bagus
7) Konflik peran/ perubahan peran yang dirasakan: Tidak ada
8) Kemampuan keluarga dalam merawat pasien: Cukup mampu, karena di
rawat bersama anaknya
M. SPIRITUAL- KEPERCAYAAN
 Faith (makna hidup)
- Agama : Islam
- Makna ber-agama: Agama di jadikan sebagai pedoman
 Importance & Influence
- Bagaimana peran agama bagi hidup pasien: Agama menjadikan hidup
pasien lebih terarah
 Community
- Apakah pasien menjadi anggota dari kegiatan keagamaan? Pasien ikut
dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian
- Peran organisasi keagamaan selama pasien sakit? Pasien tidak ikut
program kegiatan keagamaan

32
 Address and Application
- Bagaimana makna sakit saat ini bagi pasien? Sakit dijadikan sebagai
semangat untuk bisa pulih dan beraktifitas kembali
- Bagaimana kegiatan keagamaan pasien saat sakit? Sering di lakukan
- Apakah pasien membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan
spiritualnya? Pasien bisa melakukannya secara mandiri
N. Masalah Keperawatan Yang Muncul :
 Defisit Nutrisi
 Berat Badan Lebih
 Risiko Defisit Nutrisi
 Gangguan mobilitas fisik
 Gangguan integritas Kulit/ Jaringan
 Bersihan Jalan Napas tidak efektif
 Pola napas tidak efektif
 Risiko Ketidakseimbangan Cairan
 Gangguan Pola Tidur
 Nyeri Akut
 Ansietas

Tanggal Data Masalah Keperawatan


12-12-2022 DS : Ketidakseimbangan nutrisi
- Pasien mengatakan datang ke RS dengan kurang dari kebutuhan tubuh
keadaan lemas
- Pasien mengatakan mual muntah saat
makan dan nafsu makan menurun
DO :
- Wajah pasien tampak pucat
- Bibir tampak kering
12-12-2022 DS : Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri pada perut
( P ) : Nyeri saat bergerak

33
( Q ) : Nyeri Perut
( R ) : Nyeri seperti ditusuk
( S ) : Skala nyeri 5
( T ) : Hilang timbul
DO :
- Ekspresi wajah pasien tampak menahan
sakit
- Pasien tampak memegang sekitaran lokasi
nyeri
12-12-2022 DS : Kerusakan integritas
- Pasien mengatakan ada luka pada kaki kulit/jaringan
kanan
DO :
- Tampak adanya luka pada kaki kanan
- Luka tampak kering

Tanggal Jam No Diagnosa Keperawatan


12-12-2022 09:00 1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
ketidakmampuan mencerna makanan
12-12-2022 09:10 2 Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
12-12-2022 09:15 3 Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d perubahan status nutrisi

O. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan
mencerna makanan
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d perubahan status nutrisi

34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Keperawatan


Nama Pasien : Tn. M TTL : Tanak Beak, 31-12-1961
Diagnosa : DM Tipe 2 No RM : 452330

Tgl Dx. Kep SLKI SIKI Rasional EBN


(SDKI)
13-12- Ketidakseimbangan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi Hubungan
2022 nutrisi kurang ( L.03030 ) ( I.03119 ) ( I.03119 ) dukungan
dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan 1. Identifikasi status 1. Untuk menggali keluarga dalam
b/d ketidakmampuan tindakan nutrisi sejauh mana
pemenuhan
mencerna makanan keperawatan 2. Identifikasi alergi nutrisi yang
nutrisi dengan
selama 3x24 jam dan intoleransi diberikan
keberhasilan
diharapkan masalah makanan 2. Agar pasien
adaptasi,.
nutrisi dapat 3. Identifikasi mengetahui
teratasi dengan makanan yang mempunyai alergi
Andika Bagus

kriteria hasil : disukai makanan atau Setiawan


1. Porsi makanan 4. Anjurkan makan tidak (2018)
yang dihabiskan sedikit tapi sering 3. Agar pasien bisa
meningkat 5. Monitor berat meningkatkan
2. Nyeri abdomen badan nafsu makannya
menurun 6. Lakukan oral 4. Untuk
3. Frekuensi hygiene sebelum meningkatkan
makan makan keinginan nafsu
membaik makannya
4. Nafsu makan 5. Untuk
membaik mengetahui berat
5. Membrane badan pasien
mukosa 6. Untuk mencegah
membaik timbulnya bakteri
14-12- Nyeri akut b/d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri A systematic

35
2022 pencedera fisik ( L.08066 ) ( I.08238 ) ( I.08238 ) review of non-
Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk pharmacological
tindakan karakteristik, mengetahui interventions
keperawatan durasi frekuensi, tentang nyeri used for pain
selama 3x24 jam kualitas dan yang di alamai relief after
maka tingkat nyeri intensitas nyeri oleh pasien orthopedic
pasien menurun 2. Identifikasi skala 2. Untuk surgical
dengan kriteria nyeri mengetahui nyeri procedures
hasil : 3. Identifikasi faktor berkurang atau Fan, M., &
1. Keluhan nyeri yang memperberat tidak Chen, Z. (2020)
menurun dan memperingan 3. Agar nyeri yang
2. Skala nyeri nyeri muncul
berkurang dari 4 4. Ajarkan tekhnik berkurang
menjadi 3/2 non farmakologis 4. Memandirikan
3. Ekspresi wajah nafas dalam pasien dalam
pasien tidak kepada pasien memperingan
tampak 5. Evaluasi nyeri dengan
menahan rasa kemampuan pasien relaksasi nafas
sakit dalam melakukan dalam
4. Nyeri dari tekhnik non 5. Melihat
sering muncul farmakologis nafas keberhasilan
menjadi jarang dalam edukasi tekhnik
muncul 6. Kolaborasi dengan nafas dalam
5. Pasien tidak tim kesehatan kepada pasien
memegang area lainnya untuk 6. Untuk
yang pemberian obat memastikan
mengalami farmakologis tindakan yang
nyeri sesuai untuk
kebutuhan pasien
dan mempercepat
pengurangan
nyeri pasien

36
15-12- Kerusakan integritas Integritas Kulit Perawatan Luka Perawatan Luka Penerapan
2022 kulit/jaringan b/d Dan Jaringan ( I.14564 ) ( I.14564 ) teori self care
perubahan status ( L.14125 ) 1. Monitor 1. Untuk menggali orem dalam
nutrisi Setelah dilakukan karakteristik luka sejauh mana
asuhan
tindakan (warna, ukuran, proses
keperawatan
keperawatan bau) penyembuhan
diabetes
selama 3x24 jam 2. Monitor tanda- luka
millitus,.Ratna
maka kerusakan tanda infeksi 2. Untuk mencegah
jaringan menurun 3. Bersihkan dengan timbulnya infeksi
Sitorus Lestari

dengan kriteria cairan Nacl 3. Untuk (2020)


hasil : 4. Jadwalkan membersihkan
1. Elastisitas perubahan posisi bakteri yang
meningkat setiap 2 jam atau dapat
2. Kerusakan sesuai kondisi menyebabkan
jaringan pasien infeksi
menurun 5. Jelaskan tanda dan 4. Agar pasien
3. Kerusakan gejala infeksi mampu
lapisan kulit mempertahankan
menurun kondisinya
4. Nyeri menurun dengan senyaman
5. Perdarahan mungkin
menurun 5. Agar pasien bisa
menghindari
gejala dan
penyebaran
infeksi

37
CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal Implementasi dan Respon Evaluasi TTD


Dx kep dan jam
13-12-2022 1. Mengidentifikasi status nutrisi Jam : 11:30
08:25 - Pasien mengatakan mual S:
dan muntah berkurang - Pasien mengatakan tidak
- Pasien mengatakan sudah terlalu mual dan muntah
ada nafsu makan jika makan
walaupun sedikit - Pasien mengatakan makan
Ketidakseimbangan 08:30 2. Mengidentifikasi alergi dan sedikit tapi sering
nutrisi kurang dari intoleransi makanan O:
kebutuhan tubuh b/d - Pasien mengatakan tidak - Pasien terlihat lebih
ketidakmampuan ada alergi pada makanan senang
mencerna makan 08:40 3. Mengidentifikasi makanan - pasien tampak
yang disukai menghabiskan setengah
- Pasien mengatakan porsi makanan yang
menyukai semua makanan diberikan
09:00 4. Memonitor berat badan A:
- BB pasien 63 - Masalah nutrisi teratasi

09:15 5. Melakukan oral hygiene P:


sebelum makan - Pertahankan intervensi
- Pasien mengatakan makan - Menganjurkan pasien
menggunakan sendok makan sedikit tapi sering
14-12-2022 1. Mengidentifikasi lokasi, Jam : 19:00
14:15 karakteristik, durasi frekuensi, S:
kualitas dan intensitas nyeri - Pasien mengatakan nyeri
- Pasien merasa nyeri sudah berkurang
Nyeri akut b/d agen dibagian perut - Pasien mengatakan skala
pencedera fisik ( P ) : Nyeri saat bergerak nyeri 3
( Q ) : Nyeri Perut - Pasien mengatakan

( R ) : Nyeri seperti ditusuk nyerinya berkurang jika


istirahat dan minum obat
( S ) : Skala nyeri 4

38
( T ) : Hilang timbul
14:20 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:

- Skala nyeri 4 - Pasien tampak tidak terlalu

14:30 3. Mengidentifikasi faktor yang memegangi perutnya

memperberat dan memperingan - Pasien tampak tenang


nyeri A:
- Pasien mengatakan nyeri - Nyeri akut teratasi
terjadi saat melakukan sebagian
aktivitas P:
- Pasien mengatakan nyeri - Lanjutkan Intervensi
hilang saat istirahat dan - Observasi nyeri secara
minum obat konprehensif termasuk
14:45 4. Mengajarkan tekhnik non lokasi, karakteristik,
farmakologis nafas dalam durasi, frekuensi, kualitas
kepada pasien nyeri
- Setelah melakukan - Evaluasi kemampuan
tekhnik nafas dalam pasien dalam melakukan
pasien terlihat tenang tekhnik non farmakologi
14:50 5. Mengevaluasi kemampuan nafas dalam
pasien dalam melakukan - Kolaborasi dengan tim
tekhnik non farmakologis nafas kesehatan lainnya untuk
dalam pemberian obat
- Pasien terlihat mengikuti farmakologi
instruksi setelah di
edukasi tekhnik nafas
dalam
- Pasien mengatakan
lumayan nyaman setelah
dilakukan tekhnik nafas
dalam
15:00 6. Berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk
pemberian obat farmakologis
- Pasien mengatakan setelah
di berikan obat nyerinya

39
akan berkurang, akan
tetapi beberapa jam
setelahnya nyerinya
muncul lagi
15-12-2022 1. Memonitor karakteristik luka S :13:00
08:15 (warna, ukuran, bau) - Pasien mengatakan luka
- Luka sedang, tampak pada kaki kanan sudah
berwarna kemerah- lebih membaik
merahan dan sudah O:
tampak mulai kering - Luka tampak kering
08 :20 2. Memonitor tanda-tanda infeksi - Tidak ada infeksi pada
- Tidak ada tanda-tanda bagian luka
terjadinya infeksi A:
Kerusakan integritas 08:30 3. Membersihkan dengan cairan - Masalah kerusakan
kulit/jaringan b/d Nacl kulit/jaringan teratasi
perubahan status - Dibersihkan setiap P:
nutrisi melakukan perawatan luka - Pertahankan intervensi
08:35 4. Menjadwalkan perubahan - Monitor tanda-tanda dan
posisi setiap 2 jam atau sesuai gejala terjadinya infeksi
kondisi pasien
- Pasien mengatakan
merasa nyaman dengan
perubahan posisi setiap 2
jam
09:00 5. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Pasien mengatakan
memahami tanda-tanda
dan gejala infeksi

40
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada tahapan ini penulis memaparkan hasil dari “Perawatan Klien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berbasis Teori Adaptasi Callista Roy” di
Ruang ICU RSUD Praya. Selain itu penulis akan membahas mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Klien masuk ruang ICU pada tanggal 10-12-2022. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, observasi langsung kepada klien dan
melakukan pemeriksaan fisik.
Data Subjektif :
- Data subjektif pada tinjauan kasus Diabetes Mellitus dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilihat dari
pengkajian klien didapatkan mengatakan badannya lemas, mual, muntah
setiap makan dan nafsu makan menurun. Dari data subjektif, kelemahan
yang terjadi pada klien satu karena mual yang dialami sudah lama dan
kadar gula darah yang semakin naik disebabkan insulin tidak bekerja
dengan baik di dalam sel diagnosis. Prioritas utama yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena merupakan
masalah utama yang harus segera diatasi.
Data Objektif :
- Data objektif klien terdapat mual karena penderita diabetes yang sudah
lama dan mengalami penurunan nafsu makan sehingga insulin tidak
bekerja dengan baik.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatannya yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, yang ditandai dengan mual muntah saat makan dan

39
lemas karena insulin tidak bekerja dengan baik sehingga nafsu makan
menurun.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien yaitu dengan
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, yang ditandai
dengan mual muntah dan lemas.
Interverensi yang digunakan SLKI & SIKI:
 SLKI
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Nyeri abdomen menurun
3) Frekuensi makan membaik
4) Nafsu makan membaik
5) Membrane mukosa membaik
 SIKI
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering
5) Monitor berat badan
6) Lakukan oral hygiene sebelum makan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada klien mendapatkan apidra insulin
3x12 unit serta mendapat latus 0-10 unit.
Dari implementasi, insulin apidra dan latus karena insulin pada pasien
diabetes mellitus tidak bisa memproduksi insulin dengan baik di dalam
tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Dosis
insulin di tentukan pada kebutuhan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari tindakan keperawatan selama 3 hari pada klien, menunjukkan
bahwa klien sudah membaik dengan di tandai gula darah menurun, tidak
lemas, tidak terlihat pucat, keadaan umum cukup. Pada catatan

42
perkembangan, klien mengalami kemajuan, serta menunjukkan
penyembuhan nafsu makan bertambah dibuktikan dengan tidak mual
muntah saat makan dan tidak lemas.

43
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien yang


mengalami Diabetes Millitus Tipe 2 pada Tn.M dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Ruang ICU
RSUD Praya.
Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pengkajian berdasarkan data yang di peroleh hasil pengkajian pada
klien mengalami penurunan nafsu makan dan mual muntah
dikarenakan gula darah lebih tinggi.
2) Diagnose keperawatan utama yang diperoleh yaitu Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berbasis teori Adaptasi Callista
Roy.
3) Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada klien adalah sesuai
dengan konsep teori Adaptasi Callista Roy.
4) Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sesuai dengan
standar teori Adaptasi Callista Roy.
5) Evaluasi keperawatan pada klien setelah melakukan pengkajian sampai
implementasi pada perawatan Diabetes Millitus dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masih harus
dilanjutkan sesuai dengan terapi yang sudah dianjurkan
B. Saran
1) Bagi Perawat
Saya menyarankan perawat dapat menjadikan pertimbangan yang
baik dan komperhensif dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus berhubungan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Misalnya
dalam pengkajian atau perawatan, perawat lebih bisa dekat dengan

42
klien dengan menggunakan teori Adaptasi Callista Roy untuk
memberikan dukungan atau menyiapkan hal yang di perlukan oleh
klien agar keadaan klien normal kembali dan juga dapat memberikan
terapi medis sesuai dengan kebutuhan klien.
2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan karya ilmiah ini dapat dijadikan data dasar dalam
penelitian selanjutnya serta penelitian ini dapat dikembangkan dengan
teori terbaru beserta didukung jurnal penelitian.

45
DAFTAR PUSTAKA

Andra, W & Yessie Puteri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah


1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Cabral, Eva. 2016. Modus Adaptasi Pasien Diabetes Mellitus


Terhadap Penyakit Yang di Derita Dengan Pendekatan
Konsep Model Sister Calista Roy.

Ketut, N., & Brigitta. 2019. Keperawatan Medikal Bedah 1.


Halaman 385-410. Yogyakarta: PT Pustaka Baru

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.
Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika. Riskesdas . 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Republik Indonesia. Jakarta.

Rohmah, Sheilatur. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Tandra, Hans. 2017. Segala Sesuatu Yang Harus Anda


Ketahui Tentang Diabetes.. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

WHO.2016. Global Report On Diabetes: World Health Organization


Wujayanti, Evi., dkk.2019. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada
Pasien DiabetesMellitus. ( Jurnal Ilmiah Stikes PPNI Mojokerto).

46

Anda mungkin juga menyukai