Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS

MAHASISWA JUDUL PROGRAM

CAP-CUS (Capsicum frutescens L.-Staphylococcus aureus)


NASAL SANITIZER: POTENSI EKSTRAK ETANOLIKIK
DAUN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus SEBAGAI INOVASI TERBARU
PEMBUATAN ANTISEPTIK RONGGA HIDUNG

BIDANG KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN EKSAKTA

Diusulkan oleh:

Iin Fadhilah Tammasse C11114043 Angkatan 2014


Muhammad Fadly Hafid C11114357 Angkatan 2014
Muh. Auliyah Fadly C11114334 Angkatan 2014
Indah Try Meylani C11114071 Angkatan 2014
Ismi Nuranggraeni Guntur C11115380 Angkatan 2015

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN EKSAKTA

1. Judul Kegiatan : CAP-CUS (Capsicum frutescens L.-


Staphylococcus aureus) Nasal Sanitizer: Potensi Ekstrak Etanolikik Daun
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Staphylococcus aureus
sebagai Inovasi Terbaru Pembuatan Antiseptik Rongga Hidung
2. Bidang Kegiatan : PKM-PE
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Iin Fadhilah Tammasse
b. NIM : C11114043
c. Jurusan : Pendidikan Dokter
d. Universitas/Insitusi/Politeknik : Universitas Hasanuddin
e. Alamat Rumah dan No.Tel/HP : BTP Blok I No. 33 Jalan
Tamalanrea Raya Makassar 92045. telp. 0411 584415, hp. 082188833395
f. Email : iinfadhilahf@gmail.com
4. Anggota Kegiatan Pelaksana/Penulis : 4 Orang
5. Dosen Pendamping :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Muh. Nasrum Massi Ph.D
b. NIDN : 0010096703
c. Alamat Rumah dan No.Tel/HP : Jl. Pelanduk No. 28 Makassar, telp.
0411-872280, hp. 0811412202
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemenristekdikti : Rp. 9.225.000
b. Sumber Lain (Sebutkan) : Rp. 0; Sumber lain:
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 Bulan

Makassar, 3 Juli 2017


Menyetujui
Dosen Pendamping Ketua Pelaksana Kegiatan

(Prof. Dr. Muh. Nasrum Massi, Ph. D) (Iin Fadhilah Tammasse)


NIDN. 0010096703 NIM . C11114043

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni


Universitas Hasanuddin

(Dr. Ir. Abd. Rasyid J, M.Si.)


NIP. 19650303 199103 1 00
iii

RINGKASAN

Infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu penyakit yang masih sangat
sering dijumpai pada masyarakat utamanya di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Salah satu mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan
adalah Staphylococcus aureus. Dibutuhkan sebuah upaya yang efektif dan efisien
sebagai langkah preventif untuk mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan
yang secara tidak langsung juga bermanfaat dalam mengurangi penggunaan
antibiotik serta mengurangi potensi terjadinya resistensi. Pada penelitian ini akan
dilakukan percobaan untuk menguji potensi ekstrak etanolikik daun cabai rawit
(Capsicum frutescens L.) dalam mereduksi bakteri Staphylococcus aureus sistem
pernapasan. Tahapan pelaksanaan penelitian antara lain, ekstraksi daun cabai
rawit, uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT), uji antibakteri ekstrak etanolikik daun
cabai rawit, pengamatan dan pengukuran zona hambatan. Pada penelitian ini
didapatkan ekstrak etanolikik daun cabai rawit 100%, ektrak dengan pelarut eter
dan ektrak dengan pelarut butanol, aktivitas daya hambat ektrak etanolik daun
cabai terhadap Staphylococcus aureus, serta rancangan formula Nasal Sanitizer
Ekstrak Etanolik Daun Cabai dengan Basis NaCl 19%.

Kata Kunci : Staphylococcus aureus, nasal sanitizer, ekstrak etanolik daun cabai
rawit
iv

DAFTAR ISI

Halaman Sampul.................................................................................................. i

Halaman Pengesahan...........................................................................................ii

Ringkasan...........................................................................................................iii

Daftar Isi.............................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1

BAB 2 TARGET LUARAN............................................................................... 2

BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................2

3.2 Rancangan Penelitian........................................................................ 2

3.3 Prosedur Penelitian............................................................................3

3.4 Alur Penelitian...................................................................................5

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI....................................................................... 6

4.1 Perolehan Ekstrak Etanolikik Daun Cabai Rawit..............................6

4.2 Aktivitas Daya Hambat Ektra ..........................................................7

4.3 Formulasi Nasal Sanitizer ................................................................. 7

BAB 5 POTENSI HASIL....................................................................................7

5.1 Manfaat artikel ilmiah....................................................................... 7

5.2 Peluang perolehan paten....................................................................7

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.............................................. 7

6.1 Formulasi ekstrak etanolik daun cabai.............................................. 7

6.2 Pembuatan kemasan produk..............................................................7

6.3 Penyusunan paten dan artikel ilmiah.................................................7

6.4 Penyusunan laporan akhir..................................................................7

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 8

Lampiran Bukti pendukung kegiatan..................................................... 8


BAB 1. PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu penyakit yang masih sangat
sering dijumpai pada masyarakat utamanya di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Umumnya, infeksi saluran napas disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme seperti virus dan bakteri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2005).

Berdasarkan data yang diperoleh dari National Health and Nutrition


Examination Survery tahun 2001, diketahui bahwa prevalensi infeksi saluran napas di
Amerika Serikat adalah sebesar 32,40% yang utamanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus (Elvina Hartlan, 2010). Menurut Ramadhaniati (2006),
diketahui bahwa bakteri penyebab infeksi saluran napas bawah non-tuberculosis
terbanyak adalah Streptococcus pneumonia,Klebsiella pneumonia, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas sp. dan Proteus sp.

Salah satu mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan adalah


Staphylococcus aureus. Bakteri ini merupakan salah satu flora normal yang hidup di kulit dan
hidung manusia. Namun Bakteri ini dapat bersifat patogen yang berbahaya dan menimbulkan
berbagai penyakit akut maupun kronik.

Untuk menghentikan pertumbuhan bakteri, pada umumnya digunakan obat-


obatan golongan antibiotik yang diketahui memiliki kemampuan dalam menghalangi
pertumbuhan bakteri. Namun, penggunaan antibiotik secara terus menerus dapat
mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap bakteri dan mengakibatkan susahnya
penanganan infeksi akibat bakteri tersebut (Dellit T et al., 2013).

Dibutuhkan sebuah upaya yang efektif dan efisien sebagai langkah preventif
untuk mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan yang secara tidak langsung
juga bermanfaat dalam mengurangi penggunaan antibiotik serta mengurangi potensi
terjadinya resistensi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
antiseptik hidung (nasal sanitizer) non- antibiotik dengan memanfaatkan senyawa-
senyawa pada tanaman.

Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk menguji
potensi ekstrak etanolikik daun cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dalam
mereduksi bakteri patogen sistem pernapasan. Bakteri patogen yang akan diuji pada
penelitian ini adalah Staphylococcus aureus. Hal ini dilakukan guna mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak etanolikik daun cabai rawit terhadap daya tahan bakteri
saluran pernapasan dan menguji konsentrasi ekstrak etanolikik daun cabai rawit yang
paling efektif untuk mereduksi jumlah bakteri saluran pernapasan.

1
Luaran yang diharapkan adalah dihasilkannya suatu produk berupa antiseptik hidung
(nasal sanitizer) sebagai cara alternatif dalam pencegahan infeksi bakteri patogen
guna menekan insidensi infeksi saluran pernapasan.

BAB 2. TARGET LUARAN

Luaran yang diharapkan berupa formula, artikel publikasi ilmiah dan disertai
adanya potensi HaKI mengenai CAP-CUS (Capsicum frutescens L.-Staphylococcus
aureus) nasal sanitizer dengan potensi ekstrak etanolikik daun cabai rawit Ccapsicum
frutescens L.) terhadap Staphylococcus aureus sebagai inovasi terbaru pembuatan
antiseptik rongga hidung.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental labolatorik dengan


menggunakan bakteri gram positif Staphylococcus aureus sebagai objek penelitian.
Perlakuan yang diterapkan adalah pemberian antibakteri ekstrak etanolikik daun
cabai rawit pada kultur masing-masing bakteri.

Sampel bakteri patogen sistem pernapasan diambil dari biakan bakteri S.


aureus di Laboratorium Mikrobiologi Hasanuddin University Medical Research
Centre (HUM-RC) Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar.
Bakteri patogen ditumbuhkan pada medium kemudian diberi perlakuan. Analisis data
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologis di Laboratoriun
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan membandingkan
diameter hambatan kemudian dirata-ratakan lallu dianalisis dengan menggunakan
regresi linear.

3.2 Prosedur Penelitian

A. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, dilakukan kegiatan sebagai berikut:


1. Menyiapkan alat dan bahan

Peneliti melakukan pemilihan dan pembelian daun cabai rawit di Kelurahan


Paccelekkang, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa. Alat yang dipersiapkan
antara lain, mortal 10 cm, masker gantung, batang pengaduk, etanolik 96%, botol
semprot, reagen botol amber mulut sempit, timbangan digital 200gr, cawan petri,
beaker gelas 500 cc, corong 7.5 cm, labu ukur 250 ml dan 500 ml, handskun,
kertas saring. Bahan etanolik P.A dan aquadest.

2
2. Pembuatan ekstrak etanolikik daun cabai rawit

Proses pertama yang dilakukan dalam tahap ini yaitu determinasi tanaman,
kemudian daun cabai dikeringkan sebelum proses ekstraksi. Proses ekstraksi
dilakukan dengan metode maserasi. Daun cabai rawit yang sudah dikeringkan,
dihancurkan sampai berukuran kecil lalu direndam dengan etanolik 70%.
Campuran ini kemudian dikocok supaya tercampur rata dan didiamkan selama 24
jam. Setelah 24 jam campuran ini disaring dengan kain untuk didapat sari-sarinya.
Pencampuran dan penyaringan ini dilakukan dua hari secara berturut-turut.
Maserat yang diperoleh kemudian diletakkan di atas water bath suhu 70oC untuk
menghilangkan pelarutnya sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental
daun cabai dideterminasi untuk mengetahui secara kualitatif kandungan flavonoid.

B. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengambilan bakteri biakan S. aureus di Laboratorium Mikrobiologi


Hasanuddin University Medical Research Centre (HUM-RC) Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar

2. Ekstraksi Daun Cabai Rawit

Daun cabai rawit segar dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hari,
kemudian dilakukan pengovenan selama 1-2 jam hingga daun cabai mengering
dan dihancurkan. Perendaman daun dilakukan dalam cairan etanolik 96% selama
1 hari. Daun cabai rawit selanjutnya disaring dan dilakukan evaporasi
menggunakan rotary evapor bertempat di Laboratorium Fitokimia Politeknik
Kesehatan Farmasi (Poltekkes Farmasi) Makassar.

3. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji KLT dilakukan di Laboratorium Fitokimia Poltekkes Farmasi Makassar


untuk mengetahui ada tidaknya senyawa aktif yang terdapat dalam ektrak
etanolikik daun cabai rawit. Pengujian ini dilakukan dengan cara melarutkan
kembali ekstrak metanolik lalu ditotolkan pada lempeng KLT silika gel G-60 F254.
Lempeng KLT yang telah berisi ekstrak aktif kemudian dielusi dalam chamber
dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (2:1) sampai mencapai batas alir.
Lempeng KLT diangin-anginkan dan pita atau noda senyawa dideteksi
menggunakan lampu UV 254 dan 366 nm. Ekstrak dari daun cabai rawit setelah

3
dipisahkan pada lempeng KLT, diuji efektifitasnya menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus.

4. Uji Antibakteri Ekstrak Etanolikik Daun Cabai Rawit

Alat-alat dan bahan yang digunakan dicuci, dibungkus, dan disterilkan


terlebih dahulu. Alat-alat gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, Erlenmeyer,
pipet volume dimasukkan ke dalam oven dan disterilkan pada suhu 175 C selama
2 jam. Alat dan bahan yang tidak tahan pemanasan kering seperti media, tips
dimasukkan ke dalam autoklaf (pemanasan basah) pada suhu 121 C selama 15
menit.

Pembuatan Muller Hilton Agar (MHA), ditimbang MHA sebanyak 8,5 gram
lalu dilarutkan dalam air suling hingga 250 ml kemudian dipanaskan di atas
penangas air supaya larut sempurna. Lalu ukur PH-nya hingga 7,0 ± 0.2
kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit dengan
tekanan 1 atm. Penyiapan bakteri uji ada 3 yaitu: 1) Peremajaan bakteri. Bakteri
uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Dari stok murni diambil 1 ose
dan diinokulasi dengan cara digoreskan secara steril ke dalam medium Natrium
Agar (NA) miring, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 C selama
1x 24 jam. 2) Pembuatan suspense bakteri. Uji bakteri hasil peremajaan yang
telah diinkubasi selama 24 jam disuspensikan 1 ose dalam larutan fisiologis NaCl
0,9 %, steril (Mc Fanland 0,5) sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi steril. 3)
Pengujian aktivitas antimikroba. Disiapkan medium Muller Hilton Agar (MHA)
dan dituang secara aseptik ke dalam cawan petri sebanyak 20 ml kemudian
ditambah suspense bakteri sebanyak 0,2 ml dengan metode tuang, kemudian
dihomogenkan agar bakteri terdistribusi secara merata.

Uji bakteri dengan metode difusi sumuran dengan cara membuat 4 sumuran
pada media yang telah diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus 200 µl
untuk formula ekstrak 100%, ekstrak + pelarut butanol, ektrak + pelarut eter, dan
Aqudest

5. Pengamatan dan Pengukuran Zona Hambatan

Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah masa


inkubasi 1x24 jam. Zona hambatan diu\kurn dengan menggunakan jangka sorong.

4
3.3 Alur Penelitian

5
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI

4.1 Perolehan Ekstrak Etanolikik Daun Cabai Rawit


Dalam penelitian ini didapatkan 100 gr ektrak daun cabai rawit dari 700 gr
daun segar yang dikumpulkan. Pengumpulan daun cabai rawit dilaukan dengan
cara manual dipetik langsung di kebun milik warga di Kelurahan Paccelekkang,
Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa. Pembuatan ektraksi etanolikik
dilakukan sebanyak 2 kali. Pembuatan ekstraksi pertama etanolikik daun cabai
100% dilakukan pengenceran hingga didapatkan 6 jenis konsentrasi ekstraksi
etanolikik daun cabai rawit dengan menggunakan pelarut etanolik, konsentrasi
100%, 75%, 50%, 25%, 5%, 1%. Uji antibakteri yang dilakukan pada cawan
berisi Staphylococcus aureus dengan memasukkan keenam jenis konsentrasi
ekstraksi etanolikik daun cabai rawit didapatkan tidak terdapat zona hambat di
sekitar cakram disk.
Pembuatan ekstraksi etanolikik daun cabai rawit menggunakan metode
yang sama dengan pembuatan ekstraksi pertama. Pada proses pengenceran larutan
polar ehanol diganti menggunakan larutan butanol dan eter

4.2 Aktivitas Daya Hambat Ektrak Etanolik Daun Cabai TTerhadap


Staphylococcus aureus
Tabel 1. Aktivitas daya hambat ektrak etanolik daun cabai terhadap
Staphylococcus aureus
No Konsentrasi Bahan Kode Diameter Zona Hambat

1 Eksrak daun cabai 100% A 3 cm

2 Ekstrak + eter B 4,5 cm

3 Ekstrak + buthanol C 2,85 cm

4 Aquadest D 2,4 cm

Tabel di atas menunjukkan aktivitas, ektrak daun cabai 100% memiliki


daya hambat 3 cm, ektrak daun cabai rawit dengan pelarut eter 4,5 cm, ektrak
daun cabai rawit dengan pelarut buthanol 2,85 cm, dan kontrol negatif aquadest
memperlihatkan daya hambat 2,4 cm. Keseluruhan konsentrasi ekstrak
memperlihatkan daya hambatnya dan ekstrak etanolik daun cabai rawit dengan
pelarut eter memiliki daya hambat paling luas (4,5 cm).

Dari hasil yang didapatkan, peneliti menemukan adanya daya hambat yang
diperlihatkan oleh kontrol negatif aquadest dengan daya hambat sebesar 2,4 cm
yang dalam ekspektasinya kontrol negatif tidak memperlihatkan daya hambat
terhadap koloni Staphylococcus aureus.

4.3 Formulasi Bahan Nasal Sanitizer Ekstrak Etanolik Daun Cabai Rawit

6
Tabel 2. Formula Nasal Sanitizer Ekstrak Etanolikik Daun Cabai dengan
Basis NaCl 19%
Nama Penimbangan Bahan
Satuan Fungsi
Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3

Ekstrak
etanolik Bahan
gram 4 6 8
daun cabai aktif
rawit

NaCl 19% ml 100 100 100 Pelarut

Gliserin gram 10.25 10.25 10.25 Emolient

Olive oil gram 3 3 3 Pewangi

Pembuatan nasal sanitaizer berdasarkan penelitian yang dibuat Shu pada


tahun 2013.Ekstrak etanolik daun cabai rawit ditimbang sebanyak 4 gram dan
dilarutkan ke dalam larutan NaCl 19% sebanyak 56,05 ml dan diaduk sampai larut.
Ekstrak etanolik daun cabai rawit ditambahkan sebanyak 3 tetes olive oil dan
diaduk sampai homogen.

BAB 5. POTENSI HASIL

Potensi yang diharapkan dari penelitian ini formula, artikel publikasi


ilmiah dan disertai adanya potensi Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) mengenai
nasal sanitizer.

5.1 Manfaat artikel ilmiah

Hasil penelitian dalam bentuk artikel ilmiah ini dapat dijadikan sebagai
salah satu refrensi bagi dunia kesehatan dan bagi penelitian lanjutan.

5.2 Peluang perolehan paten

Saat ini di Indonesia masih belum terdapat produk nasal sanitizer berbahan
ekstrak etanolik daun cabai rawit, penelitian ini dapat menjadi langkah awal
dalam pengembangan produk nasal sanitizer berbahan esktrak etanolik daun cabai
rawit

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Formulasi ekstrak etanolik daun cabai


6.2 Pembuatan kemasan produk
6.3 Penyusunan paten dan artikel ilmiah

7
6.4 Penyusunan laporan akhir

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Tampakan zona hambat pada cawan petri Pengambilan ekstrak oleh laboran

Berbagai konsentrasi ekstrak etanolik daun Peremajaan bakteri Staphylococcus


cabai rawit aureus

Pengambilan biakan Staphylococcus aureus

Anda mungkin juga menyukai