Anda di halaman 1dari 39

1.Menghadapi revolusi industri 4.0 tentu bukan hal mudah.

Sederet hal perlu


dipersiapkan, misalnya saja dengan merubah metode pembelajaran dalam dunia
pendidikan yang ada saat ini.

"Negara perlu merubah tiga hal dari sisi edukasi," ujar Darmono. Yang paling
fundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir anak-anak zaman sekarang.
Selanjutnya, sekolah harus bisa mengasah dan mengembangkan bakat seorang anak.
Terakhir, institusi pendidikan tinggi seharusnya mampu mengubah model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan zaman kiwari.

Pemerintah, lanjut Darmono, perlu memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan
anak-anak, misalnya dengan menyediakan teknologi yang mumpuni.

LIHAT KE HALAMAN ASLI

IDRIS APANDI

Widyaiswara dan Penulis

TERVERIFIKASI

Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat, Penulis Artikel
dan Buku, Trainer Menulis, Pembicara Seminar-seminar Pendidikan. No. HP 0878-2163-
7667

FOLLOW

Mewujudkan Pembelajaran Abad 21 dan HOTS melalui Penguatan Keterampilan Proses


Guru dalam PBM

4 September 2018 19:51 |Diperbarui: 4 September 2018 20:51


Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru yang harus
semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Mengapa demikian?
Karena K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru dalam melaksanakan pembelajaran
abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses
belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual
dengan menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik
Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang


memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1)
Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4)
Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh
Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS
(Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS
(Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi
juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).

Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi
dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan)
SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka guru sebagai ujung tombak pebelajaran
harus mampu merencanakan dan melaksanakan PBM yang berkualitas. Menurut Surya
(2014:333) proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu bentuk interaksi antara
pihak pengajar dan pelajar yang berlangsung dalam situasi pengajaran dan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Dalam interaksi itu akan terjadi proses komunikasi timbal
balik antara pihak-pihak yang terkait yaitu antara guru dan selaku pengajar dan siswa
selaku pelajar.
Perilaku belajar yang terjadi pada pada diri siswa timbul sebagai akibat perilaku
mengajar pada guru yang terkait melalui melalui suatu bentuk komunikasi. Jenis
komunikasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar disebut sebagai komunikasi
instruksional yag didalamnya terkait komunikasi dua arah antara pengajar dan pelajar.
Oleh karena itu, komunikasi jenis ini disebut sebagai komunikasi dialogis. Dengan
komunikasi jenis ini, terjadilah perilaku mengajar dan perilaku belajar yang saling terkait
satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan insruksional.

Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 dan HOTS, guru harus memiliki keterampilan
proses yang baik dalam pembelajaran. Keterampian proses dapat diartikan sebagai
keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan
pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran
berpusat kepada siswa (student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan
masalah. Peran guru dalam PBM bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai
fasilitator.

.3. Macam macam Model Metode Pembelajaran

Metodologi pembelajaran memiliki beberapa jenis atau model dengan cara penyampaian dan
bentuk yang tidak sama. Disetiap jenisnya memiliki kekurangan dan kelebihan pada masing-
masing model. Sehingga seorang pengajar setidaknya mengetahui berbagai model pembelajaran
agar bisa menyesuaikan metode yang cocok dengan keadaan murid.

Metode Cerama

Metode pertama adalah ceramah. Ceramah adalah metodologi pembelajaran yang penyampaian
informasi pembelajaran kepada murid dilakukan dengan cara lisan. Metode ini sangat cocok
diterapkan di tempat dengan jumlah pendengar dengan yang cukup besar.

Metode ceramah bisa aplikasikan di dalam kelas atau di dalam gedung dengan jumlah murid
yang cukup banyak. Dengan menggunakan metode ini, seorang pengajar akan lebih mudah
menjelaskan materi-materinya. Bahkan proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif.

Ada banyak tujuan dari metode pembelajaran ini. Salah tujuannya adalah bisa membantu murid
untuk belajar tanpa harus memiliki buku pembelajaran. Akan tetapi, metode pembelajaran ini
juga memiliki beberapa kekurangan dan keunggulan, berikut ini penjelasannya.

 Keunggulan Metode Ceramah

Dengan Menggunakan metode ini maka suasana kelas akan lebih kondusif dan tenang. Seorang
pengajar lebih memiliki porsi besar dalam mengatur kegiatan kelas dan setiap murid memiliki
kegiatan yang sama.
Efisiensi waktu dan tenaga juga cukup baik. Salah satunya adalah setiap murid dapat dengan
cepat dan mudah menerima informasi yang disampaikan guru. Sehingga pelajaran dapat berjalan
dengan efektif dan lancar.

Selain itu, metode ceramah juga bisa bermanfaat untuk membiasakan murid untuk
memaksimalkan pendengarannya dalam mendapatkan suatu informasi. Metode ini sangat tepat
digunakan untuk murid yang memiliki kecerdasan yang bagus. Hal tersebut karena ketika
seorang murid menerima informasi bisa lebih mudah dalam memahaminya.

 Kekurangan Metode Ceramah

Selain terdapat keunggulan yang baik, metode ceramah ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Dalam menggunakan metode ini maka kondisi kelas akan dipegang dan di atasi sepenuhnya oleh
guru. Bahkan guru juga menjadi kurang tahu perkembangan anak didiknya secara pasti.

Dengan menggunakan metode ceramah ini proses timbal balik dan pemahaman seorang anak
akan berbeda. Bahkan lebih parahnya anak tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh
guru dengan baik.

Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan sebuah metode pembelajaran yang berkaitan dengan pemecahan
suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang. Metode yang satu ini sangat cocok
diterapkan pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu banyak.

Dalam praktiknya metode diskusi ini lebih mengutamakan interaksi yang terjadi antar individu.
Serta untuk merangsang daya pikir pada setiap peserta diskusi.

Macam-macam Diskusi

Metode diskusi juga memiliki beberapa jenis diskusi. Setiap jenis diskusi tersebut memiliki
keunggulan masing-masing. Nah setiap guru harus lebih tau mengetahui jenis-jenis diskusi
tersebut supaya dapat dipraktekkan kepada anak didiknya dengan baik. Berikut ini macam-
macam diskusi menurut jenis penyampaiannya:

 Diskusi Formal

Diskusi formal dapat ditemukan di berbagai lembaga. Misalnya saja di pemerintah dan semi
pemerintah. Dalam diskusi yang satu ini dibutuhkan adanya ketua sebagai pengatur jalannya
diskusi. Serta seorang penulis atau notulen untuk mencatat setiap apa yang terjadi di dalam
proses diskusi.

Pada umumnya acara yang dilakukan tersebut berbentuk formal seperti yang dilakukan oleh para
wakil rakyat di acara sidang DPR.
Jika pada praktiknya di lingkup sekolahan maka harus dapat mengumpulkan siswa dalam jumlah
yang cukup banyak. Karena metode ini dilakukan secara formal maka setiap tindakan dalam
diskusi ini harus mendapatkan izin dari moderator. Hal tersebut perlu dilakukan agar keadaan
tetap kondusif dan proses diskusi bisa berjalan dengan baik.

 Diskusi non-Formal

Dalam diskusi non-formal aturan tidak seketat seperti yang ada pada jenis diskusi formal.
Karena, diskusi ini tidak bersifat formal atau resmi. Contoh yang paling sederhana dalam diskusi
non formal ini adalah diskusi yang berlangsung di dalam keluarga. Setiap anggota keluarga
mempunyai hak untuk berbicara sesuai kapasitasnya.

Perlu diingat bahwa dalam diskusi non formal tidak harus ada moderator ataupun notulen acara.
Seandainya di dalam dunia pendidikan, dapat berupa kegiatan kelompok belajar. Pada setiap
anggota kelompok belajar akan saling berbagi informasi atau pertanyaan untuk dipecahkan dan
di cari solusinya secara bersama-sama.

 Diskusi Panel

Metode diskusi panel terdapat dua jenis anggota diskusi, yaitu anggota aktif dan tidak aktif. Bagi
anggota aktif mereka akan ikut terlibat di dalam forum diskusi. Sebaliknya anggota yang tidak
aktif, mereka tidak akan melibatkan diri di dalam diskusi lebih sederhananya hanya sekadar
menjadi pendengar.

Para anggota tidak aktif adalah bagian dari beberapa kelompok yang saat itu menjadi anggota
aktif atas nama kelompok mereka.

 Diskusi Symposium

Metode diskusi symposium hampir mirip dengan diskusi formal, hanya saja diskusi ini dalam
penyampaian pendapat dilakukan oleh beberapa orang pemrasaran. Setiap anggota yang menjadi
penasaran akan menyampaikan ke depan banyak orang secara bergantian.

Nah, disitulah mereka akan menyampaikan pendapat-pendapatnya sendiri. Ciri yang melekat
pada diskusi ini adalah tidak mencari kebenaran untuk suatu masalah, Namun hanya sebagai
sarana menyampaikan pendapat saja.

 LectureDiscussion

Metode diskusi ini tidak jauh beda dengan diskusi ceramah. Dalam praktiknya diskusi ini
bertujuan untuk mendiskusikan suatu permasalahan. Misalnya saja seorang guru memberikan
masalah kepada beberapa kelompok muridnya untuk didiskusikan.

Kemudian guru memberikan sedikit pengarahan untuk memecahkannya. Setiap kelompok akan
mendiskusikannya dengan anggota kelompoknya dan hasil diskusi dilaporkan kepada guru.
Ada jenis metode diskusi di sekolahan yang dilihat dari orang yang berperan di dalam diskusi,
sebagai berikut:

1. Guru berperan sebagai pusat diskusi, yaitu guru memiliki peran yang lebih dominan di dalam
diskusi dibanding dengan muridnya. Biasanya peran murid dalam metode ini akan cenderung
lebih sedikit.

2. Murid sebagai pusat diskusi, yaitu murid memiliki peran yang cukup besar di dalam jalannya
diskusi. Para murid dituntut lebih aktif pada jenis diskusi jenis ini.

 Keunggulan Metode Diskusi

Dengan menggunakan metode diskusi proses belajar mengajar dapat membangun suasana kelas
yang lebih menarik dan tidak membosankan. Karena, setiap murid akan terfokus pada masalah
yang sedang didiskusikan bersama-sama. Setiap murid akan dituntut untuk berani
menyampaikan pendapatnya serta berpikir secara mendalam.

Selain itu, metode diskusi ini mengajarkan kepada para murid untuk mampu bersikap kritis dan
sistematis dalam berpikir. Serta mampu untuk bersikap toleran dalam menemukan temannya
yang memiliki pendapat yang berbeda. Dan yang paling penting adalah pengalaman setiap murid
mengenai etika dalam bermusyawarah.

Pada umumnya hasil dari diskusi ini adalah berupa kesimpulan dari masalah akan dapat dengan
mudah diingat oleh para murid. Hal itu terjadi karena, para murid mengikuti alur berdiskusi dan
mendapatkan hal-hal yang menurut mereka menarik.

 Kelemahan Metode Diskusi

Dalam metode ini pastinya setiap murid dituntut untuk aktif, dan tentu tidak semua murid
mampu mengikuti metode tersebut. Metode ini lebih cenderung diisi oleh siswa yang memang
dianggap pandai dan para murid yang berani berbicara. Maka dari itu, bagi murid yang kurang
berani, mereka akan memiliki peluang yang kecil untuk bisa berpartisipasi dalam jalannya
diskusi.

Berbeda lagi jika seorang guru memang mewajibkan setiap muridnya untuk bicara. Jika guru
tidak mampu mengatur jalannya diskusi, maka arah perdiskusian tidak akan terarah dengan baik
dan bisa jadi jalannya diskusi akan keluar dari pembahasan. Maka dapat disimpulkan bahwa
metode diskusi membutuhkan banyak waktu bahkan bisa jadi tidak berjalan dengan efektif.

Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang dalam menyampaikan suatu informasi dilakukan
melalui interaksi antara guru dan murid. Metode yang satu ini adalah suatu cara untuk
menyampaikan pelajaran sekolah dengan cara seorang guru memberikan pertanyaan kepada
muridnya. Selain itu, metode ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman murid
terhadap materi- materi yang disampaikan oleh guru.
Dalam metode Tanya jawab ini berisi interaksi antara guru dan murid. kedua belah pihak harus
sama-sama aktif dalam proses jalannya pembelajaran. Setiap murid juga dituntut aktif tanpa
menunggu dari guru memberikan pertanyaan.

Seperti yang kita sudah kita ketahui bahwasanya bertanya merupakan salah satu cara untuk
mengetahui sejauh mana para murid dapat menerima informasi yang disampaikan guru. Oleh
karena itu, bertanya adalah metode pembelajaran yang dianggap penting dan bagus dalam
membimbing setiap murid. Metode bertanya juga memiliki manfaat dalam produktifitas murid
dan keefektifan belajar.

Ada banyak fungsi bertanya dalam proses pembelajaran. Di antaranya adalah untuk menggali
informasi, mengetahui pemahaman dan juga keinginan murid. Dengan adanya pertanyaan yang
di berikan pada murid, mereka akan kembali memusatkan perhatiannya kepada materi yang
sedang disampaikan.

 Keunggulan Metode Tanya Jawab

Dengan menggunakan metode Tanya jawab ini setiap murid dapat dipancing untuk berfikir dan
berani menyampaikan pendapatnya. Alhasil murid akan berusaha untuk fokus saat mengikuti
proses pelajaran di kelas. Selain itu, peran guru dalam memberikan pelajaran serta pemahaman
kepada murid bisa berjalan dengan lebih baik.

 Kelemahan Metode Tanya Jawab

Metode ini memang cukup bagus dalam membangun mental setiap murid, namun ada dampak
negatif yang dihasilkan. Misalnya saja ketika proses tanya jawab ada berbeda pendapat, maka
bisa jadi terjadi perdebatan yang dapat menghabiskan waktu yang tidak sedikit.

Maka bisa dikatakan bahwa metode ini memiliki kelemahan pada efisiensi waktu, bila hal
tersebut benar-benar terjadi. Selain itu, untuk memberikan kesimpulan juga membutuhkan waktu
yang tidak sedikit, karena pasti setiap murid memiliki pendapat yang berbeda.

Metode Ceramah Plus

Metode ceramah plus adalah perkembangan dari metode ceramah yang sudah dijelaskan diatas
tadi. Pengertian metode cemarah plus ini adalah sistem pembelajaran yang menggunakan lisan
serta dikombinasikan dengan metode yang lain.

Contoh kombinasinya berikut di bawah ini:

 Metode ceramah plus tanya jawab

Pada umumnya metode ini sama seperti yang dilakukan oleh guru, ketika selesai menyampaikan
materi guru akan memberikan waktu kepada para murid untuk bertanya tentang materi yang
belum di pahami. Jika murid sudah mengerti ataukah belum, atau pertanyaan-pertanyaan terkait
materi yang telah disampaikan. Biasanya metode ini dilakukan pada akhir dari sesi pembelajaran.
 Metode ceramah plus diskusi dan tugas

Pada metode yang satu ini diawali dengan memberikan materi secara lisan terlebih dahulu.
Kemudian setelah selesai, maka setiap murid dibentuk kelompok diskusi. Dan diakhir sesi ada
pembagian tugas untuk setiap individu atau kelompok.

 Metode ceramah plus demonstrasikan dan latihan

Sama seperti dua kombinasi yang sebelumnya, metode ini berisi gabungan dari penyampaian
materi secara lisan. Selain itu juga perlu meragakan materi serta latihan.

Metode Demonstrasi

Pengertian metode demonstrasi adalah metode dengan menggunakan benda, alat, ataupun bahan-
bahan informasi yang dapat memberikan gambaran yang nyata. Selain itu, untuk memperjelas
informasi juga bisa dengan bentuk praktikum mengenai materi yang disampaikan. Penggunaan
benda atau alat bisa memudahkan setiap murid memahami materi yang telah disampaikan oleh
guru.

 Keunggulan metode demonstrasi

Dengan menggunakan metode demonstrasi ini, setiap murid dapat dengan mudah memahami
materi dengan cara menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru. Serta dapat memperjelas
materi yang rumit menjadi lebih mudah untuk dipahami. Sebagai bukti mengenai teori atau
materi yang disampaikan melalui lisan dengan jelas.

 Kekurangan metode demonstrasi

Selain memiliki keunggulan, metode demonstrasi ini memiliki kekurangan. Dan bisa menjadikan
masalah apabila benda yang dijadikan demonstrasi berukuran kecil. Karena hal tersebut akan
mempersulit murid untuk mengamati benda tersebut.

Bahkan metode ini berjalan tidak kondusif apabila dilakukan dengan jumlah murid yang terlalu
banyak. Pastinya setiap murid akan berebut tempat untuk melihat benda yang dijadikan
demonstrasi. Menggunakan metode ini namun seorang guru tidak menguasai materinya dengan
baik bisa menyebabkan masalah.

Karena guru tidak mampu menjelaskan materinya dengan baik. Bahkan bisa jadi murid tidak
akan menjadi paham mengenai materi yang disampaikan guru.

Metode Latihan (Drill)


Pengertian metode latihan atau drill adalah metode yang dapat digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran atau informasi melalui bentuk latihan-latihan. Metode latihan mendidik murid
ini berfungsi untuk melatih keterampilan fisik serta mental.

Metode latihan memiliki berbagai tujuan. Nah salah satu tujuannya adalah untuk melatih mental
setiap murid untuk terbiasa dalam hal-hal tertentu. Sedangkan latihan adalah teknik mendidikan
murid agar memiliki dan mengembangkan keterampilan.

Dalam penerapan metode latihan ini, perlu diperhatian beberapa hal, misalnya saja sebagai
berikut:

Jenis latihan yang digunakan berbeda dengan latihan sebelumnya. Situasi yang berbeda bisa jadi
memberikan kondisi respon yang berbeda pula. Untuk mengetahui tujuan dari adanya latihan,
perlu dikaitkan dengan nilai latihan serta keseluruhan pelajaran di sekolah. Manfaatnya adalah
untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh latihan terhadap hasil proses belajar mengajar.

Menurut Syaiful Sudjana dan Sagala, penilaian biasanya digunakan untuk mengetahui
keterangan dari suatu keterampilan dari sesuatu yang sudah dipelajari. Selain itu, juga bisa
sebagai sarana untuk mendorong setiap murid menguasai keterampilan yang dimiliki secara
tepat.

Metode ini sangat berkaitan dengan pembentukan kecerdasan motorik anak seperti kecerdasan
dalam menyelesaikan permasalahan pada situasi dan kondisi tertentu.

Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, seorang pengajar harus senantiasa
memperhatikan muridnya. Terutama terkait perhatian dan minat mereka terkait materi yang
sedang dipelajari.

 Keunggulan Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan dapat membangun kecerdasan motorik dan keterampilan-


keterampilan yang dimiliki murid. Misalnya saja membuat menggambar, tulisan yang menarik,
ataupun menghafal sesuatu. Selain itu, murid juga bisa mendapatkan kecerdasan mental.

Misalnya saja bisa memahami berbagai tanda dan simbol ataupun olahrasa. Bahkan dapat
membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik, serta bisa meningkatkan ketepatan dan kecepatan
dalam mengerjakan sesuatu.

 Kelemahan Metode Latihan Keterampilan

Metode ini juga memiliki kekurangan. Misalnya saja bisa mengurangi ide, kreatifitas dan inisiatif
seorang murid. Hal tersebut disebabkan karena murid terlalu diarahkan untuk sesuai dengan apa
yang diinginkan gurunya. Selain itu, bisa saja menghambat bakat murid. Setiap siswa yang
sudah terbiasa dengan rutinitasnya bisa saja mudah merasa bosan dan jenuh. Bahkan fek yang
paling buruk adalah kesulitan dalam menyesuaikan lingkungan baru.
Metode Perancangan

Pengertian Metode Perancangan adalah metode pembelajaran dengan cara memberikan tugas
pada setiap murid. Tugas yang diberikan guru adalah untuk merancang sebuah proyek yang
nantinya akan diteliti sebagai obyek kajian murid. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memancing para murid supaya bisa menciptakan suatu hal baru.

 Keunggulan Metode Perancangan

Metode perancangan ini adalah untuk mengajarkan kepada murid agar membuka cakralawa
berpikir yang lebih luas. Dengan sudut padang yang baru, murid akan lebih mudah dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Dari sini murid akan belajar dalam mengaplikasikan setiap
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang terpadu sampai menjadi kebiasaan. Hal tersebut
dilakukan agar setiap pengetahuan yang dimiliki murid dapat bermanfaat untuk kehidupan.

 Kelemahan Metode Perancangan

Metode ini juga memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya adalah membutuhkan dukungan
negara dalam penerapannya. Sedangkan negara sendiri belum bisa mendukung hal ini. Selain
itu, untuk menerapkan metode ini juga membutuhkan orang yang ahli untuk menjalankan metode
ini.

Yang tidak boleh dilupakan lagi adalah pembahasan materi harus senantiasa dicocokan dengan
kebutuhan murid. Sedangkan kemungkinan untuk selalu berubah-ubah cukup besar, bisa jadi
akan jauh dari pokok pembahasan materi.

Metode Percobaan

Pengertian metode percobaan adalah jenis metode pembelajaran dengan bentuk memberikan
kesempatan kepada murid untuk mengerjakan suatu percobaan. Metode percobaan ini bisa
dilakukan perorangan atau kelompok. Untuk mengerjakannya pun juga dibutuhkan beberapa kali
dengan menggunakan alat dan tempat yang dikhususkan.

Misalnya saja melakukan percobaan di dalam laboratoriun kimia. Dalam mengerjakan metode
ini, setiap murid mengerjakan percobaan dengan beberapa proses. Seperti penyiapan bahan dan
alat, percobaan, pengamatan dan pencatatan hasil dari percobaan. Kemudian hasil akhirnya akan
diserahkan kepada guru. Dan biasanya dengan melakukan presentasi hasil percobaan tiap
individu atau kelompok.

Tujuan dari pelaksanaan metode percobaan adalah agar setiap murid secara mandiri berusaha
untuk mencari solusi permasalah yang sedang dihadapi. Dengan adanya metode ini juga
bermanfaat agar murid terbiasa berpikir secara kritis, sistematis dan ilmiah.

 Kelebihan Metode Percobaan


Kelebihan dari metode ini adalah dapat membuat murid menjadi lebih berani dapat memberikan
suatu kesimpulan atau kebenaran. Hal itu karena apa yang mereka sampaikan merupakan hasil
dari percobaan yang telah mereka dilakukan sendiri.

Di dalam praktiknya, murid juga dapat mengembangkan sikap dalam mengeksplorasi mengenai
ilmu yang telah didapatnya. Hasil yang diinginkan dengan menggunakan metode ini adalah
supaya kelak para murid dapat menciptakan atau menemukan hal-hal baru yang bermanfaat bagi
sekitar. Teruntuk kepentingan umat manusia dan kebanggaan negara.

 Kekurangan Metode Percobaan

Kelemahan dari metode percobaan ini terletak pada alat yang digunakan untuk percobaan.
Karena biasanya alat untuk percobaannya kurang memadai dengan jumlah murid. Karena harga
dari alat-alat percobaan juga cukup mahal. Sehingga setiap murid akan memiliki kesempatan
yang terbatas untuk melakukan percobaan.

Karena percobaan dengan alat yang terbatas harus dilakukan secara bergilir. Sering kali suatu
eksperimen atau percobaan membutuhkan waktu yang cukup banyak. Sehingga murid harus
meninggalkan percobaan atau eksperimen tersebut untuk mengejar materi yang belum
disampaikan.

Selain itu, metode ini hanya tepat digunakan pada beberapa bidang saja seperti teknologi modern
dan sains.

4. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Pembelajaran

Dalam memilih dan menganalisis metode pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain:

1. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan,


perbedaan individu lainnya.
2. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil
kurang tepat digunakan.
3. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila
jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila
ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain
jangkauan suara guru.
4. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Bila
metode eksperimen yang akan dipakai, maka alat-alat untuk eksperimen harus tersedia,
dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
5. Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Metode
ceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru yang mudah payah, kurang kuat
berceramah dalam waktu yang lama. Dalam hal ini ia sebaiknya menggunakan metode
yang lain yang tidak memerlukan tenaga yang banyak. Metode diskusi menuntut keahlian
guru yang agak tinggi, karena informasi yang diperlukan dalam metode diskusi kadang-
kadang lebih banyak daripada sekedar bahan yang diajarkan.
6. Sifat bahan pengajaran. Ini hampir sama dengan jenis tujuan yang dicapai seperti pada
poin 2 diatas. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat metode ceramah,
ada yang lebih baik dengan metode driil, dan sebagainya. Demikianlah beberapa
pertimbangan dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam proses interaksi
belajar mengajar.

Disamping itu masih banyak redaksi-redaksi lain yang menawarkan hal yang hampir sama, akan
tetapi terdapat sedikit perbedaan yang akan penulis ungkap disini.

Metode apapun yang digunakan oleh pendidik atau guru dalam proses pembelajaran, yang perlu
diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM.

1. Pertama, berpusat kepada anak didik. Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu
yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar.
2. Kedua, belajar dengan melakukan. Supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya,
sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
3. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain
sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi
sosial.
4. Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan
pendidikan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik.
5. Kelima, mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan masalah. Proses
pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang
kreativitas dan imanjinasi anak untuk menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi
anak didik.

Sedangkan syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar
siswa.
2. Metode yang digunakan dapat merangsang siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti
melakukan inovasi dan ekspotasi.
3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa.
5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam tehnik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Hal-hal diatas perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam rangka memilih dan menentukan
metode pembelajaran yang akan digunakan, karena kebanyakan pendidik hanya menggunakan
satu metode saja yang hal itu akan membuat peserta didik menjadi bosan dan akan mengabaikan
proses pembelajaran.

5. 1. Pengertian Keterampilan Proses IPA

Keterampilan Proses IPA adalah suatu pendekatan yang menekankan kepada fakta
dan pendekatan konsep , yang digunakan dalam pembelajaran IPA yang didasarkan
pada langkah-langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh
para ilmuwan pada waktu membangun atau dalam membuktikan suatu teori.
Funk (1979) menyampaikan bahwa ada beberapa macam pendekatan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran IPA, yaitu pendekatan yang mendekatkan pada fakta,
menekankan pada konsep dan mendekatkan pada proses. Pendekatan-pendekatan ini
dalam praktiknya tidaklah berdiri sendiri tetapi seringkali merupakan suatu
kombinasi, tunggal lebih cenderung kemana arah pengembangannya. Pendekatan
proses didasarkan atas kegiatan yang bisa dilakukan oleh para ilmuwan dalam
mengembangkan dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Ketrampilan proses dianggap sangat penting untuk pembelajaran IPA. Wynnie
Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan untuk itu, yaitu berikut ini.

1. Pengubahan ide-ide kearah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang lebih
cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan. Pengujian yang
digunakan ini berhubungan erat dengan penggunaan ketrampilan proses.
2. Pengembangan-pengembangan dalam IPA tergantung pada kemampuan
melakukan ketrampilan proses dalam perilaku ilmiah, itulah sebabnya mengapa
pengembangan keterampilan proses mendapat perhatian.
3. Peranan keterampilan proses sangat besar dalam pengembangan konsep-konsep
ilmiah.

Carin (1992) menyampaikan pula beberapa alasan tentang pentingnya


keterampilan proses, yaitu sebagai berikut.

1. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tak
terpisahkan dari media penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekedar
mengetahui materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait puia dengan bagaimana cara
mengumpulkan fakta, dan menghubungkan fakta untuk membuat suatu
penafsiran atau kesimpulan. Ilmuwan menggunakan berbagai proses empiris
dan analisis dalam usahanya untuk menjelaskan misteri alam semesta. Prosedur
ini disebut proses IPA.
2. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang
dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai macam ilmu tetapi jnga
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, Semiawan dkk. (1992) mengemukakan beberapa alasan yang melandasi
perlunya pendekatan pembelajaran, yaitu:
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini maka tidaklah mungkin lagi
seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada para siswanya. Jika pun
dipaksakan untuk melaksanakan, para guru akan mengambil jalan pintas yaitu
mengajarkan secara terburu-buru dengan metode ceramah. Akibatnya, siswa
mendapatkan banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan
pengetahuan, meliputi keterampilan memformulasikan hipotesis, menamakan
variabel, membuat definisi yang operasional, melakukan eksperimen,
menginterpretasi data, dan melakukan penyelidikan.
2. Keterampilan Mengobservasi

Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan


yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk
mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian-
kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa
mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh
imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. Sejalan dengan Esler dan Esler
serta Abruscato, Carin (1992) mengemukakan bahwa mengobservasi adalah menjadi
dasar akan suatu objek atau kejadian dengan menggunakan segenap pancaindera
(atau alat bantu dari pancaindera) untuk mengidentifikasi sifat dan karakteristik.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi
misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan
organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk
ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka
pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? Atau
bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk
menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu
diskusi.
3. Keterampilan Mengklasifikasi

Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan


yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda
berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut.
Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan
untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. Sedangkan Carin
(1992) menyatakan bahwa mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek,
kejadian, atau informasi tentang objek ke dalam kedalam kelas menurut metode atau
sistem tertentu. Skema klasifikasi digunakan dalam IPA (juga pada ilmu-ilmu lainnya)
untuk mengidentifikasi benda atau kejadian da untuk memperlihatkan persamaan,
perbedaan, dan hubungan-hubungannya.
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya
memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun-
daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem
klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan
tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin
sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun
skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi organisme-
organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau
gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber
klasifikasi
4. Keterampilan Mengukur

Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui


kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok
dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan
bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi.
Sedangkan menurut Carin (1992) mengukur adalah membuat observasi kuantitatif
dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non
konvensional.
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat
ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan
menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan
pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan
dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran
dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Misalkan, siswa
diajarkan untuk mengetahui bahwa mengukur berat menggunakan timbangan dan
mengukur panjang menggunakan mistar atau pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk
memperkirakan ukuran suatu objek sebelum melakukan pengukuran dengan alat ukur
tertentu.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat
sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada
tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat
ukur. Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa menggunakan potongan kayu,
benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam
pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan
untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas)
dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter (m).
Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk
pengukuran benda sebenarnya.

B. Keterampilan Mengomunikasikan, Menginferensi, Memprediksi, Mengenal


Hubungan Ruang dan Waktu, Mengenal Hubungan-hubungan Angka

1. Keterampilan Mengkomunikasikan

Menurut Abruscato mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan


yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan
Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar
yang menjelaskan benda- benda serta kejadian- kejadian secara rinci.
Mengapa keterampilan mengomunikasikan perlu dikembangkan? Telah kita
ketahui bersama bahwa komunikasi merupakan hal yang penting untuk semua usaha
manusia. Komunikasi yang jelas dan tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan
ilmiah. Ilmuwan mengomunikasikan sesuatu secara lisan atau secara tertulis, dapat
dengan menggunakan diagram, peta, grafik, persamaan matematika, dan berbagai
peragaan visual.kemampuan untuk memilih penjelasan yang tepat tentang benda,
organisme, dan kejadian merupakan dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara
efektif.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan
menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya
siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan
kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan
beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara
geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan deskripsi tentang objek yang diamati
di depan kelas.
2. Keterampilan Menginferensi

Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga


sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato (1998)
menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah
menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yang kita observasi. Carin
(1992) mengemukakan bahwa menginferensi adalah membuat kesimpulan didasarkan
pada alasan yang dijelaskan oleh observasi.
Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara yang terkait dengan adanya
dugaan-dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid berdasarkan observasi yang didapat
merupakan keterampilan penting untuk belajar secara inkuiri. Latihan inkuiri
memerlukan siswa untuk memperhatikan sesuatu di balik informasi yang tampak untuk
menginferensi hubungan-hubungan baru.
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu
apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi
benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan
ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis
inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga
belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.

3. Keterampilan Memprediksi

Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi pada
observasi yang akan dating atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan
datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi
menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan
datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn
menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau
dugaan- dugaan.
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa
kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Perlu di
perhatikan bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi
tentang hubungan-hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tidak
didasarkan pada observasi hanya merupakan suatu terkaan, dan ini bukanlah yang
diharapkan dalam kegiatan mempredikasi pada keterampilan proses. Contoh kegiatan
untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik)
lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam
berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
4. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu

Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler
(1948) meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau
terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah
beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu
merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan penjelasan- penjelasan
hubungan- hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.
Keterampilan ini penting karena semua benda menempati tempat dalam suatu ruang
pada waktu tertentu.
Proses ini dapat dipecah ke dalam bermacam-macam kategori temasuk bentuk,
arah, dan susunan yang berkaitan dengan ruang-waktu, gerak dan kecepatan,
kesimetrisan, dan kecepatan perubahan. Kegiatan untuk melatih keterampilan ini
termasuk kegiatan menamakan dan mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua
dan tiga dimensi, mengenal bentuk-bentuk benda tiga dimensi dan bayangannya,
membuat pernyataan tentang simetri dari benda-benda. Selanjutnya untuk membantu
mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu-ruang, seorang guru
dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (segiempat, segitiga, lingkaran) dan bentuk-bentuk tiga dimensi (seperti
kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya
terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia
berada di barisan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.
5. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan

Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler


(1984) meliputi kegiatan menemukan hubungan kuantitatif di antara data dan
menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin
(1992) mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan-
aturan atau rumus- rumus matematika untuk menghitung jumlah atau menentukan
hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato (1988) menggunakan bilangan
merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses. Kita memerlukan
bilangan untuk menyatakan suatu ukuran, mengurutkan, dan mengklasifikasi benda-
benda. Lamanya waktu pada kegiatan untuk mengguanakan bilangan tergantung pada
program matematika di sekolah. Perkembangan keterampilan siswa bertambah jika
mereka bekerja pada proses ini yang mencakup pengidentifikasian pasangan (set) dan
bilangannya, pengurutan, penghitungan rata-rata, penggunaan desimal, dan
penggunaan puluhan. Garis bilangan dapat digunakan sebagai suatu cara grafik untuk
mengajarkan bilangan positif dan negatif.
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah
menentukan nilai π (baca: phi) dengan mengukur suatu rangkaian silinder,
menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan-
latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan benda-
benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk mengembangkan
keterampilan ini. Contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang
hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”
C. Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel, Membuat
Definisi Oprasional, Menginterpretasi Data

Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi memformulasi hipotesis,


mengontrol variabel, membuat definisi operasional dan menginterpretasi data.
Keterampilan Proses IPA ini merupakan kombinasi dari keteramplan IPA dasar seperti
mengobservasi, melakukan pengukuran, dan sebagainya. Keterampilan proses IPA yang
terintegrasi biasanya diperkenalkan kepada siswa yang telah memiliki keterampilan
dasar IPA yang mendasar. Keterampilan proses IPA ini bisa juga dikembangkan dari
kegiatan belajar belajar IPA yang terdapat dalam buku paket SD atau yang setara
untuk mata pelajaran anak Sekolah Dasar.
Untuk lebih jelasnya keterampilan proses IPA yang erintegrasi tersebut, baiklah
akan kita coba mendalami satu per satu, agar pemahaman kita pada masing-masing
keterampilan tersebut menjadi lebih baik.

1. Memformulasi Hipotesis

Memformulasi hipotesis adalah memformulasi dugaan yang masuk akal yang dapat
diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan
sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit,
apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”.
Dari formulasi ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh
apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena
itu di dalam formulasi hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel
respon. Hipotesis diformulasikan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat diformulasikan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil
pengamatan atau diformulasikan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori.
Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus
menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau
teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan
teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa
perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a)
memformulasi hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-
cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung
hipotesis tersebut.
2. Mengontrol Variabel

Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu
situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang
penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel
yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah
sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan
dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu
dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-
variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu.
Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula
hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan
lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi.
Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu
berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen,
dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang
berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor
lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan
pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang
dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur
eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala
sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada
saat dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu
dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Kita mula-
mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata
menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan
pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu
tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel
penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita
telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut.
Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan
bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu
(variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah : (a)
pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel
yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam
suatu percobaan.
3. Membuat Definisi Operasional

Membuat definisi operasional adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan


pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Suatu defenisi operasional
mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah
tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan
apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis
“Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka
suhu air PDAM akan semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang
dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml;
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan
60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin,
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap
peneliti dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel
yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang
ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan
pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel
kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional
adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek
konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan
perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
4. Menginterpretasi Data

Sebelum melakukan penyelidikan, sebaiknya terlebih dahulu belajar bagaimana


caranya menginterpretasi data atau menafsirkan hasil observasi kuantitatif.
Interpretasi data biasanya melibatkan organisasi data ke dalam tabel atau
gambar/bagan. Interpretasi data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat gambar
atau grafik dari hasil pengamatan, biasanya melibatkan usaha-usaha peulisan, hasil
observasi, membuat kesimpulan, inferensi/penafsiran dan merekomendasi.
Kesimpulan biasanya berkenaan dengan ringkasan dari hasil pengamatan. Sedangkan
inferensi adalah pernyataan umum yang berfungsi untuk menjelaskan atau membuat
kesimpulan menjadi bermakna. Rekomendasi adalah saran untuk tindakan di masa
yang akan datang berdasarkan kesimpulan dan inferensi yang telah dibuat.

Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut


interpretasi data. Interpretasi data sangat penting karena makna dan pengertian yang
diperoleh dapat diasumsikan dengan baik. Bila kita melihat keterampilan proses
dalam IPA, perlu diingat bahwa IPA dimulai dari suatu pernyataan. Sering terjadi,
hipotesis yang dibuat berfungsi untuk memprediksi/meramalkan jawaban untuk
pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian penyelidikan dirancang dan dilaksanakan.
Dari hasil penyelidikan biasanya diperoleh data hasil percobaan. Data yang
dihasilkan kemudian diinterpretasi, misalnya angka-angka ditransfer ke dalam kata-
kata atau kalimat untuk menjelaskan hasil. Terakhir si peneliti harus memutuskan apa
arti dari kata-kata tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan antara lain.
Apakah ramalan yang telah dibuat cukup akurat? Apakah satu variabel mempengaruhi
variabel yang lain? Pertanyaan lain yang mungkin muncul adalah Apakah yang harus
dikerjakan berikutnya? Apakah yang harus diberitahukan kepada orang lain tentang
penyelidikan yang dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah bagian dari
data interpretasi.

6. MEDIA PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN MEDIA
Menurut Heinich dkk (1996), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah
saluran komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk
disampaikan kepada penerima pesan.
Tujuan penggunaan media secara umum adalah untuk memfasilitasi komunikasi. Dan
tujuan penggunaan media pembelajaran antara lain :
1) Meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran,
2) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
3) Memberikan arahan tentang tujuan yang akan dicapai,
4) Menyediakan evaluasi mandiri,
5) Memberi rangsangan kepada guru untuk kreatif,
6) Menyampaikan materi pembelajaran,
7) Membantu pebelajar yang memiliki kekhususan tertentu.

B. PRINSIP PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN MEDIA


Dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu melakukan hal-hal
berikut, yaitu : memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan pembelajaran, menentukan
jembatan atau penghubung antara pengetahuan, keterampilan, dan prilaku siswa dengan tujuan
yang akan dicapai melalui pembelajaran, menetukan metode dan format media yang cocok atau
tepat, menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan
melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.
Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau ditunjukan,
misalnya : berupa clip charts, slide, audio, film video, atau komputer multimedia, yang dapat
bersifat visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang tercetak, atau kata-kata yang
disimpan secara lisan.
Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangan; untuk memilih format kita harus
memperhatikan :
1. Situasi atau setting pembelajaran (misalkan kelompok kecil, kelompok besar, atau individu)
2. Variabel siswa (seperti kecenderungan sebagai pembaca, bukan pembaca)
3. Atau sifat dari tujuan pembelajaran seperti kognitif, efektif, psikomotor, atau interpersonal.
Dalam menyediakan media pembelajaran , guru dapat dihadapkan pada 3 kondisi yaitu :
a) Memilih dari bahan media yang sesuai benar dengan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
b) Memilih dari bahan media yang kurang sesuai dengan tuuan sehingga perlu dimodifikasi, atau
c) Merancang media baru.

C. Menggunakan media untuk pembelajaran


Untuk menggunakan media pembelajaran seorang guru haruslah memperhatikan :
a) Memahami media yang akan digunakan dan dengan menyajikan dan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin tentang media yang akan digunakan.
b) Menyiapkan media dan mencobanya sebelum digunakan di depan kelas
c) Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan penggunaan media, seperti tempat
duduk,ventilasi, penerangan, suasana dan kondisi kelas
d) Menyiapkan siswa, misal dengan menyampaikan garis besar materi pelajaran, latar belakangnya,
keuntunganmempelajarinya, atau penekanan terhadap hal-hal penting
e) Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.
Media Pembelajaran merupakan penataan informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi
belajar. Lingkungan adalah tempat terjadinya pembelajaran sekaligus tempat dimana metode,
media, dan peralatan yang diperlukan menyampaikan informasi dan membimbing siswa dalam
belajar.
Media pembelajaran (Heinich dkk 1996) antara lain :
a) media tidak diproyeksikan
b) media diproyeksikan
c) Audio
d) Media gerak
e) Komputer
f) Media radio dan televisi.
Untuk lebih jelasnya kita telaah satu demi satu :
1. Media tidak diproyeksikan
1) Objek nyata adalah benda yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
2) Model representasi benda asli dalam bentuk tiga dimensi
3) Bahan tercetak adalah majalah, atau bahan bacaan lain yang berisi penjelasan dan ilustrasi
tentang topik-topik dalam pembelajaran IPA
4) Bahan ilustrasi dapat berupa fotografik dan yang bersifat nonfotografik

2. Media diproyeksikan
1) Transparansi untuk memakai alat overhead projector
2) Slide adalah suatu format kecil transparansi fotografi yang secara individual dipasangkan pada
alat proyeksi.

3. Audio
Media audio adalah rekaman dan transmisi suara manusia atau suara lainnya berisi
informasi atau penjelasan tentang tofik pembelajaran, untuk diperdengarkan oleh siswa. media
audio bisa berbentuk kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards.

4. Media gerak
Media gerak adalah bentuk media yang menyajikan topik pembelajaran dalam bentuk
narasi dan gambar yang bergerak. Bentuk media gerak ini bisa berupa film atau video.

5. Komputer
Yaitu untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Contoh program praktikum IPA,
pembelahan sel, petunjuk keselamatan di laboratorium, dan sebagainya.
6. Media radio dan televisi.
Adalah sajian suara mnusia atau suara lainnya berisi informasi atau penjelasan tentang
topik pembelajaran yang disampaikan secara langsung atau melalui proses perekaman, disiarkan
melalui radio untuk diperdengarkan oleh siswa.
Televisi adalah seri gambar yang bergerak yang disertai dengan suara manusia atau suara
lainnya yang relevan dengan gambar yang disajikan terkait dengan topik oembelajaran yang
disampaikan secara langsung atau melalui proses perekaman.

ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN IPA

A. Pengertian Alat Peraga


Pengertian alat peraga menurut Gagne adalah komponen sumber belajar di lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Menurut Briggs adalah wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran.
Dengan demikian alat peraga merupakan sesuatu yang digunakan untuk
mengomunikasikan materi pembelajaran agar terjadi proses belajar.
Menurut Schramm bahwa alat peraga adalah suatu teknik untuk menyampaikan pesan
sehingga sehingga alat peraga sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran.
Miarso secara makro adalah sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya
proses belajar .

B. Tujuan menggunakan alat peraga :


a) memperjelas informasi atau pesan pembelajaran
b) memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting
c) memberi variasi dalam pengajaran
d) memperjelas struktur pengajaran
e) memotivasi siswa belajar.
C. Bentuk alat peraga bisa seperti :
a) Buku, koran, majalah (bahan-bahan cetakan)
b) Alat-alat audio dan visual
c) Sumber-sumber masyarakat( monumen,candi dan peninggalan sejarah lainnya)
d) Koleksi benda-benda seperti benda-benda mata uang kuno
e) Prilaku guru ketika mengajar yang dicontokan kepada siswa

MENDESAIN ALAT PERAGA IPA DI SD

Mendesain alat peraga IPA di SD meliputi merancang, memilih dan membuat alat peraga
IPA yang sesuai untuk mengajarkan suatu konsep, prinsip dan teori-teori IPA di SD.
Mendesain alat peraga dapat pula berarti menampilkan bentuk asli atau memodifikasi
benda asli menjadi sebuah model tertentu.
Sebelum kita membuat alat peraga sederhana terlebih dahulu kita harus menganalisis
materi IPA. Sarana utama dari menganalisis materi IPA adalah :
1. Terjabarnya tema/materi pokok/pokok bahasan
2. Terpilihna pendekatan dan metode yang efektif dan efisien
3. Terpilihnya alat peraga atau sarana pembelajaran yang tepat atau cocok
4. Terjadinya alokasi yang sesuai.
Dalam menganalisis tersebut perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
1. Metode dan pendekatan seperti apa yang sesuai ?
2. Apakah diperlukan alat peraga ?
3. Bagaimana pengelolaan kelas bila mengerjakan metode percobaan ?
4. Bagaimana cara mendesain alat peraga ?

Dalam mendesain alat peraga perlu memperhatikan konsep yang mendasari kegunaan alat
atau prinsip kerja alat tersebut. Ada tiga kelayakan untuk memilih alat peraga yang baik :
a) kelayakan praktis
yaitu atas dasar praktis yakni :
1. Pengenalan dan pemahaman guru dengan jenis alat peraga
2. Ketersediaan alat peraga dilingkungan belajar setempat
3. Ketersediaan waktu untuk mempersiapkannya
4. Ketersedian sarana dan fasilitas pendukungnya
5. Keluwesan, yaitu: mudah dibawa serta mudah dipergunakan pada waktu kapan dan digunakan
oleh siapa saja.

b) kelayakan teknis / pedagogis


yaitu alat peraga yang dipilih harus memenuhi ketentuan kualitas yaitu:
1. Relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Merangsang motivasi terjadinya proses belajar yang optimal

c) kelayakan biaya.
Disamping itu alat peraga IPA sederhana yang kita buat harus memiliki nilai bantu
terhadap pelajaran IPA yang dapat kita nyatakan dengan output pedagogis, yaitu hasil interaksi
dari kegunaan alat peraga dengan yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar.
Adapun alat dan bahan yang kita butuhkan untuk membuat alat peraga IPA yang sederhana
hendaknya bisa diperoleh dari lingkungan sekitar rumah dan sekolah.

CONTOH ALAT PERAGA PADA PELAJARAN IPA


Standar Kompetensi : Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester :V/I

A. Jenis Alat Peraga yang Dapat di Pergunakan


Jenis alat peraga yang kami coba buat adalah ”Model Pernapasan Pada Manusia”.
tujuan pembuatan alat peraga ini yaitu untuk mengetahui proses pernapasan manusia yang di
ajarkan pada Materi pembelajaran tentang sistem pernapasan pada manusia di kelas V semester
Satu. Dimana Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut .

Alat dan bahan yang di butuhkan :


1. Botol bekas air mineral
2. 2 ( dua ) Sedotan plastik bekas
3. Sumbat dari plastik
4. Korek api
5. Karet gelang
6. Solasiban / lakban
7. 3 ( tiga ) buah balon karet

B. Prosedur Pembuatan dan Cara Kerja Alat Peraga


1. Prosedur pembuatan alat peraga
Adapun prosedur atau cara pembuatan alat peraga Model Pernapasan pada manusia
adalah sebagai berikut :
a) Sediakan Alat dan bahan yang dibutuhkan ( Botol bekas air mineral, 2 ( dua ) Sedotan pelastik
bekas, Sumbat plastik, Korek api, Karet gelang, Solasiban / lakban, 3 ( tiga ) buah balon karet ).
b) Gunting bagian bawah botol bekas air mineral sesuai yang di inginkan atau kurang lebih sekitar
seperempat bagian dari botol tersebut.
c) Buat pipa bercabang tiga dari sedotan plastik
d) Sumbat kedua cabang pipa menggunakan balon karet yang kemudian di ikat oleh karet gelang,
supaya tidak terlepas. ( salah satu cabang sebagai tempat keluar masuk udara )
e) Tinggal satu balon yang tersisa, kemudian gunting balon karet tersebut dibagian mulutnya.
f) Masukan pipa cabang yang sudah disumbat oleh balon ke dalam botol bekas yang telah kita
gunting, dimana salah satu pipa yang tidak disumbat diletaka kan menjorok ke atas ( ke bagian
mulut botol)
g) Tutup bagian atas botol dengan sumbat plastik yang telah diberi lubang agar pipa yang
menjorok ke mulut botol bisa keluar sebagai jalan masuk udara .
h) Tutup bagian bawah botol dengan balon karet yang telah dipotong bagian mulutnya, kemudian
ikat menggunakan karet / lakban (solasiban).
i) Jika sudah rapat, alat peraga sudah siap untuk digunakan.
j) Kurang lebih bentuknya akan seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1.2 Alat peraga model pernapasan manusia

2. Cara Kerja Alat peraga


Cara Kerja dari Alat peraga Model pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :
a) Tarik balon karet yang dijadikan penutup botol plastik bagian bawah ke arah luar.
Apa yang terjadi dengan balon karet yang ada di dalam tabung ?
Apakah ada udara masuk atau keluar ?
b) Tekan balon karet yang dijadikan penutup botol plastik bagian bawah ke arah dalam.
Apa yang terjadi dengan balon karet yang ada di dalam tabung ?
Apakah ada udara masuk atau keluar ?
c) Lepaskan balon karet yang dijadikan penutup botol plastik ke bagian seperti semula.
Apa yang terjadi dengan balon karet yang ada di dalam tabung ?
Apakah ada udara masuk atau keluar ?
d) Hasil pengamatan kemudian di tulis di buku tugas. Untuk mengetahui hasil kerja dari alat peraga
tersebut. Dengan cara mengisi ke tabel seperti berikut ini :
Keadaaan Balon karet di dalam botol Udara di botol
balon plastik plastik
karet
yang
dijadikan
penutup mengembang menguncup masuk keluar
tabung
plastik
transparan
Di tekan
Di tarik
Di
lepaskan

Ketika karet penutup botol plastik transparan di tarik, ruangan di dalam pipa bertambah
besar sehingga tekanan udara di dalam tabung plastik menjadi rendah, kemudian menarik udara
dari luar masuk sehingga balon di dalam botol plastik menjadi mengembang.
Sedangkan ketika karet penutup botol plastik bagian bawah ditekan, ruangan di dalam pipa
plastik menjadi menyempit dan tekanan udara di dalam tabung plastik semakin tinggi, sehingga
udara di dalam pipa keluar maka terjadilah balon di dalam botol plastik menguncup atau
mengempis. Begitu pula ketika karet penutup botol plastik dilepaskan, maka akan kembali
seperti semula.
Kejadian ini sama seperti proses pernapasan pada manusia.
7. Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk
pembelajaran yang akan dilaksanakannya:

Efektivitas Media Pembelajaran

Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran dalam
mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa memahami materi
pembelajaran yang akan disajikan. Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media
pembelajaran yang akan digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan,
siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh
media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media
pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model
peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam
apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta
sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari,
bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya
menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media
pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin
siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan
tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah
media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang
digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil
pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

Taraf Berpikir Siswa

Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-benda
yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila dibandingkan media
yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau
tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh
media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah tidak
serumit media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA. Media pembelajaran yang sering
digunakan untuk materi ini misalnya torso (model 3 dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama
menggunakan gambar atau torso, tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas) gambar dan torso harus
dibedakan. Media pembelajaran di SD tentunya tidak boleh serinci media pembelajaran untuk
siswa SMP dan SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf
berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin
bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh
hasil pembelajaran yang diharapkan.

Interaktivitas Media Pembelajaran

Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di kelas
adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan media
pembelajaran? Makin interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih
mendorong siswa untukterlibat aktif dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi tentang
operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD yang dapat digunakan
adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat
juga menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang
operasi hitung bilangan bulat. Bila siswa diberikan tontonan video, tentunya interaksi yang
terjadi antara siswa dengan media pembelajaran hanya satu arah saja: dari media ke siswa.
Sedangkan bila menggunakan media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang
dioperasikan pada sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu lebih tinggi.
Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam
bentuk multimedia interaktif.
Ketersediaan Media Pembelajaran

Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang sangat efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi.
Tetapi jika media yang sedemikian tidak tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat
merancang pembelajaran secara logis sudah tersedia di sekolah, atau paling tidak bila tidak
dimiliki masih dapat diperoleh dengan mudah, misalnya dengan meminjam atau membuat
sendiri. Jumlah media yang akan digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah siswa di
kelas. Bila media pembelajaran digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara berkelompok atau
individual, maka jumlah media pembelajaran yang tersedia harus mencukupi.

Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran

Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media yang satu ini: minat
siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding
menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh
media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata
benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu
yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa apakah merupakan kata kerja,
kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa
tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang familiar dengan
siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut dengan warna-warna yang semarak.

Kartu mana yang lebih menarik buat siswa?

Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran

Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu tidak
akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya.
Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya
kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi
apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan media
pembelajaran tersebut.
Alokasi Waktu

Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar waktu
untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran yang
notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan
materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus dikesampingkan
bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu
seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh
guru.

Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran

Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas. Media pembelajaran yang
dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas
yang baik. Media pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat
digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi
perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya suatu media pembelajaran. Contoh
media pembelajaran yang menggunakan sumber energi untuk pengoperasiannya kadangkala
justru dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung bila aliran listrik mati.

Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran

Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media pembelajaran. Ada
media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam penggunaannya dapat mengakibatkan
kecelakaan atau siswa terluka. Media pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran
yang aman bagi mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya
penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan
kimia bersifat korosif.

Kualitas Teknis Media Pembelajaran

Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media
pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media pembelajaran
juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia
media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka sebaiknya guru
memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal dari segi keterbacaan tulisan atau
gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan sebagainya.
Demikian tulisan tentang prinsip-prinsip memilih media dalam pembelajaran, semoga dapat
bermanfaat untuk anda.

8. Jenis-Jenis Media Pembelajaran dan Contohnya


Dengan melihat jenis jenis media pembelajaran menurut para ahli diatas, maka dapat
dismipulkan bahwa ada beberapa macam media pembelajaran seperti berikut ini :

Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan.
Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran. Dilihat dari sifat pesan yang diterima,
media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal
(bunyi-bunyian dan vokalisasi).

Contoh media : radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dll.

Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual
menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena melalui
media ini perangkat lunak (software) yang melengkapi alat proyeksi ini akan dihasilkan suatu
bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi yang diinginkan.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media
visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta
yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual.

Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak :

 Media visual diam contohnya foto, ilustrasi, flashcard,gambar pilihan dan potongan
gambar, film bingkai, film rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain-
lain.
 Media visual gerak contohnya gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan
sebagainya.

Media Audio Visual

Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau
dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu madia audio visual diam, dan
media audio visual gerak.

 Media audiovisual diam diantaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara,
buku bersuara.
 Media audio visual gerak diantaranya film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dll.

Media Serbaneka

Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan dengan potensi di suatu daerah, di
sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pengajaran.
Contoh media serbaneka di antaranya adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber
belajar pada masyarakat.

 Papan (board) yang termasuk dalam media ini diantaranya : papan tulis, papan buletin,
papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.
 Media tiga dimensi diantaranya : model, mock up, dan diorama.
 Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya . contoh pemanfaatan
realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan mengajak siswanya
langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.
 Sumber belajar pada masyarakat diantaranya dengan karya wisata dan berkemah

Demikianlah artikel mengenai jenis jenis media pembelajaran menurut para ahli dan contohnya
lengkap. Semoga ulasan diatas bermanfaat dan bisa menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi
kita semua dalam memahami apa saja macam macam media pembelajaran yang bisa digunakan
oleh para pendidik dan guru.

9. Karakteristik Alat Peraga

Alat peragayang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu. Ruseffendi


(dalam darhim, 19986:14) menyatakan bahwa alat peraga yang di gunakan harus memiliki sifat
sebagai berikut:

1. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat).


2. Bentuk dan warnanya menarik.
3. Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit).
4. Ukurannya sesuai (seimbang)dengan ukuran fisik anak.
5. Dapat mengajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman)
6. Sesuai dengan konsep pembelajaran.
7. Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman)
8. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang abstrak bagi
siswa.
9. Bila kita mengharap siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok) alat peraga itu supaya
dapat di manipulasikan , yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan,
dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya) dan lain-lain.
10. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak)

Syarat-syarat Alat Peraga

Alat peraga yang dapat digunakan terbagi dua jenis yaitu alat peraga benda asli dan
benda tiruan. Agar fungsi dan manfaat alat peraga sesuai dengan yang diharapkan, perlu
diperhatikan beberapa syarat yaitu :

1. Sederhana bentuknya dan tahan lama (terbuat dari bahan yang tidak cepat rusak)
2. Kalau bisa dibuat dari bahan yang mudah diperoleh dan murah
3. Mudah dalam penyimpanan dan penggunaannya
4. Memperlancar pengajaran dan memperjelas konsep matematika bukan sebaliknya
5. Harus sesuai dengan usia anak
6. Jika memungkinkan, dapat digunakan untuk beberapa topik misalnya dadu untuk
menghitung luas volume, peluang dan unsur-unsur bangun ruang
7. Bentuk dan warnanya menarik sehingga lebih menarik perhatian siswa.

Kriteria Alat Peraga

Alat peraga yang tidak memenuhi kriteria dapat menyebabkan kegagalan dalam
penggunaannya.untuk itu perlu diketahui kriteria yang harus dipenuhi dalam penggunaan alat
peraga:

 Tujuan, yaitu tujuan dari pengajaran matematika itu sendiri, apakah untuk penanaman
konsep, pemahaman konsep atau pembinaan ketrampilan
 Materi Pelajaran, Pembelajaran matematika pada umumnya menggunakan pendekatan-
pendekatan spiral. Sifat pendekatan tersebut memungkinkan suatu materi diajarkan pada
tingkat berikutnya dengan ruang lingkup dan taraf kesukaran yang lebih. Ini
menyebabkan menjadi prasyarat bagi materi lainnya.
 Strategi Belajar mengajar, alat peraga yang digunakan dapat mendukung strategi belajar
mengajar, contohnya mencari volume balok akan lebih dimengert siswa jika ditampilkan
dengan alat peraga balok.
 Kondisi, perlu diperhatikan kondisi lingkungan, ruang kelas, luar kelas, jumlah siswa
 Siswa, jika memiliki beberapa pilihan alat peraga untuk 1 materi, harus disesuaikan
dengan keinginan siswa

10. ALAT PERAGA

“PROSES TERJADINYA HUJAN ”

Desain Pembuatan Alat Peraga

Mata Pelajaran : IPA


Kelas/Semester : 6/1

Standar Kompetensi/Kompetensi Isi


Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk
hidup

Tujuan
Agar siswa lebih memehami secara nyata dan detail tentang proses terjadinya hujan, serta
menumbuhkan sikap ingin tahu yang tinggi sehingga membantu proses pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai