KONJUNGTIVITIS VIRAL
Oleh:
Pembimbing :
dr. Helmi Muchtar, Sp.M
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. Fatrialis Akbar
Umur : 18 Th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Rajabasa Indah
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Menikah
MRS : 13 Agustus 2019
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada hari jum’at, 13 Agustus 2019 Pukul 13.45.
Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri terasa merah sejak 3
terdapat secret pada pagi hari, sedikit gatal, seperti ada pasir
mata kanan dan kiri terasa gatal dan sering mengeluarkan air
OD Pemeriksaan Mata OS
6/6 Visus 6/6
- Koreksi -
- Tekanan Intra Okular -
Bergerak Ke Segala Bergerak Ke Segala
Pergerakan Bola Mata
Arah Arah
Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Palpebra Superior
Edema (+) Edema (+)
Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Palpebra Inferior
Edema (+) Edema (+)
Lakrimasi (-) Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (-)
Hiperemis (+), Hiperemis (+),
Konj. Tarsalis
Kemosis (+) Kemosis (+)
Injeksi Injeksi
Konj. Bulbi
Konjungtiva (+) Konjungtiva (+)
Hiperemis (+) Konj. Fornics Hiperemis (+)
Jernih Kornea Jernih
Putih Sklera Putih
Normal, Hipopion Normal, Hipopion
Camera Oculi Anterior
(-), Hifema (-) (-), Hifema (-)
Refleks Cahaya (+) Pupil Refleks Cahaya (+)
Normal Iris Normal
Jernih Lensa Jernih
Gambar 1. Gambaran mata pasien.
V. DIAGNOSIS BANDING
- Konjungtivitis Bakteri
- Konjungtivitis Alergi
- Konjungtivitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
Konjungtivits Virus ODS
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
- Flamergi ed (Naphazoline HCI 0,25 mg dan Pheniramine
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Etiologi
peradangan yang tidak spesifik dengan penyebab yang beragam. Virus merupakan
agen infeksi yang umum ditemukan selain konjungtivitis bakterial, alergi, dan lan-
lain.3
Berbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab
tipe I walaupun HSV tipe II dapat pula menyebabkan konjungtivitis terutama pada
neonatus.
Penyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus varicella-zoster
mirip dengan infeksi oleh adenovirus namun lebih parah dan hemoragik.
akibat shedding partikel virus dari lesi ke dalam sakus konjungtiva. Infeksi oleh
virus Vaccinia saat ini sudah jarang ditemukan seiring dengan menurunnya
insiden infeksi smallpox. Infeksi HIV pada pasien AIDS pada umumnya
anterior juga pernah dilaporkan. Konjungtivitis yang terjadi pada pasien AIDS
cenderung lebih berat dan lama daripada individu lain yang immunokompeten.
Konjungtivitis juga kadang dapat ditemukan pada periode terinfeksi virus sistemik
2.2 Patofisiologi
aksesori (Kraus dan Wolfring) serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva
membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme
pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta
infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus
tersebut.3
Konjungtivitis folikuler virus akut dapat muncul sebagai gejala yang ringan dan
tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering
mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini
dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering
disertai nyeri tekan. Sindrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak
lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan
konjungtivitis).1,2
b. Keratokonjungtivitis epidemika:
Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus subgroup D tipe
8, 19, 29, dan 37. Konjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. Awitan
sering pada satu mata kemudian menyebar ke mata yang lain. Mata pertama
biasanya lebih parah. Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata,
diikuti dalam 5-14 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel, dan
kemosis, dan hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering muncul folikel dan
luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai
primer HSV atau pada episode kambuh herpes mata. Sering disertai keratitis
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang
bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitis yang terjadi mumnya folikuler
di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. Nodus
preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis
HSV.1,2
d. Konjungtivitis hemoragika akut
Konjungtivitis hemoragika akut disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan
kadang-kadang oleh virus coxsakie tpe A24. Yang khas pada konjungtivitis
tipe ini adalah masa inkubasi yang pendek (sekitar 8-48 jam) dan berlangsung
singkat (5-7 hari). Gejala dan tandanya adalah rasa sakit, fotofobia, sensasi
benda asing, banyak mengeluarkan air mata, edema palpebra, dan perdarahan
dapat terjadi uveitis anterior dengan gejala demam, malaise, dan mialgia.
Transmisi terjadi melalui kontak erat dari orang ke orang melalui media sprei,
putih-mutiara, dengan daerah pusat yang non radang. Nodul molluscum pada
tepian atau kulit palpebra dan alis mata apat menimbulkan konjungtivitis
folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan
nyeri tekan. Selanjutnya dapat terbentuk parut palpebra, entropion, dan bulu
mata salah arah. Lesi palpebra dari varicella dapat terbentuk di bagian tepi
phlyctenula dan dapat melalui tahap-tahap vesikel, papula, dan ulkus. Kornea
konjungtiva nampak seperti kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti
(bengkak, merah, nyeri) dan beberapa hari kemudian akan muncul infiltrasi di
kornea yang bisa menurunkan visus pasien untuk sementara waktu. Sebagian dari
konjungtiva.2
kultur dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang
dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan di identifikasi dengan uji netralisasi.
diagnosis klinis merupakan diagnosis yang paling mudah dan praktis. Pada
kornea dengan fiksasi Bouin dan pilasan papanicolaou, tetapi tidak tampak
klinisnya.
e. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut
Diagnosis utama adalah dari gambaran klinisnya.
2. Konjungtivitis Viral Kronis
dari konjungtiva pada varicella dan dari vesikel konjungtiva pada zooster
c. Blefarokonjungtivitis campak
yang lain dan penyakit mata merah lainnya terkait dengan penatalaksanaannya.
virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat
dan
obyektif
Penurunan +++ +/++ +++ - - -
Visus
Nyeri ++/+++ ++ ++ - - -
Fotofobia + +++ +++ - - -
Halo ++ - - - - -
Eksudat - - -/++ +++ ++ +
Gatal - - - - - ++
Demam - - - - -/++ -
Injeksi + ++ +++ - - -
siliar
Injeksi ++ ++ ++ +++ ++ +
konjungtiva
Kekeruhan +++ - +/++ - -/+ -
kornea
Kelainan Midriasis Miosis Normal/ N N N
COA
Tekanan Tinggi Rendah N N N N
intraokular
Sekret - + + ++/+++ ++ +
Kelenjar - - - - + -
preaurikular
2.4 Komplikasi
Infeksi pada kornea (keratitis) dan apabila tidak ditangani bisa menjadi
ulkus kornea
2.5 Penatalaksanaan
a. Demam faringokonjungtiva
b. Keratokonjungtivitis epidemika
Hingga saat ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan
superinfeksi bakteri.
c. Konjungtivitis herpetik
tahun atau pada orang dewasa yang umumnya sembuh sendiri dan
menggunakan kain steril dengan hati-hati, oenetesan obat anti virus, dan
suatu proses singkat yang sembuh sendiri menjadi infeksi berat yang
Pengobatan yang khas hingga saat ini tidak ada dan dapat diberikan
simtomatik.
selama 10 hari)
c. Keratokonjungtivitis campak
Tidak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang
cukup tinggi, sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting. Penularan
mencuci tangan dengan bersih, tidak menyentuh mata dengan tangan kosong,
untuk menghindari kontak dengan orang lain seperti di lingkungan kerja / sekolah
2.6 Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh
spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak
PEMBAHASAN
Keluhan penderita yaitu mata kanan kemerahan disertai rasa nyeri, keluar kotoran
serta cairan berwarna bening ,kelopak mata kanan bagian atas sedikit bengkak,
dan terasa gatal. Kemerahan pada mata merupakan tanda dari berbagai penyakit
mata, sehingga untuk membedakannya perlu dilihat gejala lainnya. Pada pasien
ini terdapat kotoran berwarna bening yang keluar terus menerus, hal ini mengarah
peradangan pada bagian konjungtiva dari mata, dimana pada konjungtiva terdapat
kelenjar tersebut. Untuk penyebab dari infeksi tersebut, pada pasien ini lebih
mengarah ke konjungtivitis viral dilihat dari warna kotoran yang bening. Pada
konjungtivitis bakteri, sekret biasanya berwarna kuning, kental dan biasa keluar
dalam jumlah besar sehingga mata agak sulit dibuka. Sedangkan konjungtivitis
alergi, biasanya pasien memiliki riwayat atopi atau alergi pada keluarga, serta ada
akut bisa dibedakan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada keratitis, pasien
biasanya mengeluhkan mata silau, mata kabur, nyeri serta sulit untuk membuka
mata. Gejala tersebut tidak terdapat pada pasien ini. Selain itu dari pemeriksaan
fisik, biasanya terlihat infiltrat pada kornea, peri corneal vascular injection
(PCVI), edema kornea dan bisa tampak ulkus pada kornea pasien. Sedangkan
pada uveitis, pasien juga bisa mengeluhkan nyeri pada mata, mata merah, dan dari
pemeriksaan fisik bisa tampak miosis dan hipopion. Dan pada glaukoma, pasien
mengeluhkan nyeri hebat pada mata disertai mual muntah, dan penurunan
penglihatan. Dari pemeriksaan fisik, tampak bilik mata depan dangkal serta
Selain itu terdapat pula edema minimal pada palpebra serta conjunctival vascular
gejala dan tanda seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada konjungtivitis
kultur. Hal ini dilakukan untuk lebih memastikan penyebab dari konjungtivitis
tanpa diberikan terapi. Komplikasi dari penyakit ini juga tidak sering terjadi.
Namun perlu diperhatikan pencegahan agar tidak menular kepada orang lain