Anda di halaman 1dari 4

Laju Fotosintesis pada Hydrilla Verticillata terhadap intensitas Cahaya dan Pemberian

NaHCO3 dengan Menghitung Jumlah Gelembung Udara yang Dihasilkan

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Cahaya matahari adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan yang ada di
biosfer. Secara sekilas, mungkin cahaya tidak begitu terlihat berpengaruh pada hewan dan
tumbuhan.Akan tetapi, jika ditelaah lebih lanjut akan terlihat bahwa energi berasal dari
oksigen dan pemecahan karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan. Tumbuhan
menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang berasal dari suatu reaksi kimia dengan bantuan
cahaya matahari. Reaksi tersebut termasuk salah satu bagian dari fotosintesis.
Fotosintesis adalah suatu proses yang terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil
dan bakteri fotosintetik, di mana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah
menjadi energi kimia berupa ATP dan NADPH (Syamsul Huda, 2011). Fotosintesis
sebagaian besar terjadi pada tumbuhan, namun tidak selamanya proses fotosintesis berjalan
lancar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju fotosintes yaitu kadar CO2, suhu, kadar
air, dan intensitas cahaya(Khoiri, 2010).Untuk mengetahui laju fotosintesis, dapat diuji
dengan melakukan percobaan Ingenhousz.
Percobaan Ingenhousz adalah salah satu percobaan yang digunakan untuk membuktikan
bahwa proses fotosintesis pada tumbuhan menghasilkan oksigen(Umrotul and Nulhakim,
2015). Tokoh yang mengenalkan percobaan ini adalah Jan Ingenhousz (Herniwati and
Tandisau, 2009). Oleh sebab itu, percobaan fotosintesis tersebut dinamakan percobaan
Ingenhousz. Pada percobaan ini tumbuhan yang digunakan adalah Hydrilla Verticillata.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui laju fotosintesis pada Hydrilla


Verticillata dengan menghitung jumlah gelembung udara yang dihasilkan dan
membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen.
Tinjauan pustaka

Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi didalam sel tubuh makhluk hidup.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan
katalisator enzim. Berdasarkan prosesnya, metabolisme dibagi menjadi dua yaitu, katabolisme dan
anabolisme.Katabolisme adalah proses penguraian senyawa yang kompleks menjadi yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim. Sedangkan anabolisme adalah penyusunan senyawa sederhana
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Fotosintesis adalah salah satu contoh anabolisme (Urry et
all., 2012).
Fotosintesis adalah suatu proses yang terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil
dan bakteri fotosintetik, di mana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah
menjadi energi kimia berupa ATP dan NADPH (Syamsul Huda, 2011),(Junge, 2019). Berikut
adalah reaksi fotosintesis
6 CO2 + 6H2O ->cahaya klorofil C6H12O6 + 6O2
Reaksi fotosintesis berlangsung di grana kloroplas. Grana terdiri dari tumpukan tilakoid, yaitu
struktur mirip vesikel yang memiliki ruang internal yang dikelilingi oleh membran Berikut adalah
reaksi fotosintesis (Hurd et all., 2014).
Proses fotosintesis tidak selamanya berjalan lancar. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses laju fotosintesis. Factor tersebut yaitu kadar CO2, suhu, kadar air, dan
intensitas cahaya (Khoiri, 2010). Laju fotosintesis dapat diuji dengan percobaan Ingenhousz.
Percobaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Priestley pada tahun 1772 dan diuraikan oleh van
Ingen-Housz pada tahun1779 yang menunjukkan bahwa proses fotosintesis dibantu oleh sinar
matahari yang masuk melalui stomata dan diserap jaringan tumbuhan lainnya (Barber, 2016).
Percobaan Ingenhousz menggunakan Hydrilla verticillata sebagai media percobaannya.
Hydrilla verticillate adalah tanaman yang hidup di air (Kumar et all., 2019). Oksigen yang
dihasilkan dari tanaman air berupa gelembung udara. Sehingga hasil dari fotosintesis dapat
terlihat dengan akurat.

Metode

A. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, gelas piala ukuran 200 ml,
corong gelas, dan pipa tetes. Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat mengamati gelembung
udara hasil fotosintesis. gelas piala ukuran 200 ml berfungsi sebagai tempat hydrilla dan air
ketika percobaan dilakukan. Corong gelas digunakan sebagai tempat menompang potongan
tanaman Hydrilla verticillate. Pipa tetes berfungsi sebagai alat untuk meneteska NaHCO3.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan NaHCO3, potongan tanaman
Hydrilla verticillate, dan air. NaHCO3 berfungsi sebagai factor yang mempengaruhi laju
fotosintesis. Potongan tanaman Hydrilla verticillate berfungsi sebagai media yang akan diamati.
Air berfungsi sebagai habitat tanaman Hydrilla verticillate.

B. Cara Kerja
Langkah pertama untuk melakukan percobaan Ingenhousz yaitu gelas piala diisi dengan
air secukupnya. Kedua potongan tanaman Hydrilla verticillate dimasukkan ke dalam gelas piala.
Ketiga, corong gelas dimasukkan kedalam gelas piala dalam posisi terbalik. Keempat potongan
Hydrilla verticillate diatur sehingga ujung potongan berada di corong dan menghadap keatas.
Kelima, potongan Hydrilla verticillate disinari dengan cahaya dan tunggu hingga gelembung
udara keluar dari potongan Hydrilla verticillate. Kenam … langsung tulis.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil

Berdasarkan gambar diatas, terdapat tiga buah grafik. Grafik


pertama menunjukkan hasil pengukuran laju reaksi fotosintesis di dalam
ruangan. Garis warna

B. Pembahasan

(Hutami and Harijono, 2014)

(Nur Sopiah Wahidah, Bambang Supriatno, 2018)


II. Daftar Pustaka
Herniwati and Tandisau, dan P. (2009) ‘PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
DARI ZAMAN KE ZAMAN (SEJUMLAH CATATAN SEJARAH PENEMUAN
TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH-TANAMAN SEBAGAI BAHAN
PERENUNGAN)’, I(3), pp. 6–11.//

Hutami, F. D. and Harijono (2014) ‘Effect of Solution Replacement and NHCO 3


Concentration on Cyanide Content Reduction in Cassava Flour Processing’, Jurnal Pangan
dan Agroindustri, 2(4), pp. 220–230.//

Khoiri, M. (2010) ‘DAN LAJU FOTOSINTESIS TANAMAN CABE MERAH ( Capsicum


annuum L ) SEBAGAI SALAH SATU’, p. 8.//

Nur Sopiah Wahidah, Bambang Supriatno, M. N. K. (2018) ‘Analisis Struktur dan


Kemunculan Tingkat Kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium Materi Fotosintesis’,
7260(2), pp. 70–76.//

Syamsul Huda (2011) ‘Laporan Praktikum Fotosintesis’. Surabaya, pp. 1–7.//

Umrotul and Nulhakim, L. (2015) ‘Jurnal penelitian dan pembelajaran IPA.’,


PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN KONSEP FOTOSINTESIS, 1(1), pp. 91–106.
Available at: https://www.neliti.com/id/publications/176915/pengembangan-media-
pembelajaran-film-animasi-sebagai-media-pembelajaran-konsep-f.//

Hurd, C. L., Harrison, P. J., Bischof, K. and Lobban, C. S. (2014) “Light and
photosynthesis,” in Seaweed Ecology and Physiology. 2nd edn. Cambridge: Cambridge
University Press, pp. 176–237. doi: 10.1017/CBO9781139192637.006.//

Barber, J. (2016) “‘Photosystem II: the water splitting enzyme of photosynthesis and the
origin of oxygen in our atmosphere,’” Quarterly Reviews of Biophysics. Cambridge
University Press, 49, p. e14. doi: 10.1017/S0033583516000093.//

Campbell//

Kumar, A., Cooper, C., Remillard, C. M., Ghosh, S., Haney, A., Braun, F., Conner, Z.,
Page, B., Boyd, K., Wilde, S. and Mishra, D. R. (2019) “Spatiotemporal monitoring of
hydrilla [Hydrilla verticillata (L. f.) Royle] to aid management actions,” Weed Technology.
Cambridge University Press, 33(3), pp. 518–529. doi: 10.1017/wet.2019.13.

Junge, W. (2019) “Oxygenic photosynthesis: history, status and perspective,” Quarterly


Reviews of Biophysics. Cambridge University Press, 52, p. e1. doi:
10.1017/S0033583518000112.

Anda mungkin juga menyukai