Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri pengolahan produk barecore merupakan industri pengolahan

kayu yang salah satunya ada di kota Lumajang, seperti PT Kanawood Indo

Makmur yang ada di Jalan Raya Tempeh KM 7 Lumajang – Jatim,

Indonesia. Produk barecore adalah kayu olahan yang disusun dengan

potongan inti dan selanjutnya potongan kayu tersebut harus melewati

pengeleman dan pengepresan. Potongan inti ini adalah potongan kayu kecil-

kecil yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran yang sudah

disesuaikan oleh perusahaan, potongan kayu tersebut awalnya berasal dari

kayu balken yaitu kayu yang berbentuk balok, kemudian kayu tersebut

dipotong kecil-kecil berbentuk persegi panjang dan selanjutnya permukaan

kayu tersebut dihaluskan disetiap sisinya. Potongan kayu inti tersebut yang

sudah dipotong kecil-kecil dan sudah dihaluskan disetiap sisinya selanjutnya

kayu inti tersebut disusun dalam bentuk papan setengah jadi untuk produksi

mebel (furniture) yang berupa lembaran seperti papan.

Sulitnya memasarkan produk barecore di pasar luar negeri maka

persaingan antar perusahaan pengolahan kayu barecore di pasar luar negeri

juga sering terjadi. Persaingan perusahaan tidak hanya terjadi di pasar luar

negeri saja karena di Indonesia sendiri khususnya di kota Lumajang

persaingan antar perusahaan pengolahan kayu barecore juga terjadi.

Persaingan bukan disebabkan oleh penjualan produk berecore, tetapi

1
2

persaingan tersebut disebabkan berdasarkan pembelian bahan baku, karena

di Indonesia khususnya di kota Lumajang sangatlah terbatasnya bahan baku

kayu sengon, bahkan PT Kanawood Indomakmur biasanya mendatangkan

bahan baku dari kota tetangga, khususnya dari kota Jember, Bojonegoro,

Blitar, Situbondo dan Mojokerto.

Perusahaan bersaing mendapatkan bahan baku karena jenis bahan

baku kayu yang digunakan oleh industri barecore sangatlah sama yaitu

menggunakan bahan baku kayu sengon yang biasanya disebut kayu Albazia.

Karena bahan baku itulah yang bisa menimbulkan persaingan perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produksi di dalam

perusahaan.

Bahan baku kayu sengon atau kayu Albazia merupakan bahan baku

yang paling utama dan sangatlah penting bagi suatu industri pengolahan

kayu bare core dalam menjalankan proses produksinya. Dengan banyaknya

persaingan perusahaan pengolahan kayu barecore dalam mendapatkan

bahan bakunya, jadi banyak pula perusahaan pengolahan kayu di Lumajang

yang melakukan berbagai cara untuk mengelola persediaan bahan baku

dengan sebaik mungkin. Selanjutnya untuk melakukan pembelian bahan

baku yang diperlukan dalam proses produksinya maka perusahaan perlu

merencanakan pembeliaan bahan baku terlebih dahulu. Perusahaan harus

melihat prosedur pembelian bahan baku terlebih dahulu sebelum melakukan

pembelian bahan baku, karena cara pembelian bahan baku yang baik dan

sesuai dengan apa yang dibutuhkan perusahaan akan sangat menunjang

kegiatan produksi perusahaan. Dengan menyikapi kondisi yang terdapat di


3

industri pengolahan kayu, industri pengolahan kayu harus memiliki strategi

yang tepat dalam menjaga kelancaran proses produksi kedepannya dan

perusahaan juga harus mempunyai strategi untuk menjaga persediaan bahan

baku agar kedepannya perusahaan tidak mengalami krisis persediaan bahan

baku.

Perusahaan Industri Pengolahan kayu harus dapat mempertahankan

persediaan bahan baku, bagaimana agar perusahaan tetap mempunyai

persediaan bahan baku yang cukup dan selalu setabil dalam menjalankan

proses produksinya, khususnya pada PT Kanawood Indo Makmur. Diluar

sana banyak perusahaan pengolahan kayu yang sering mengelami

kekurangan persediaan bahan baku yang biasanya disebut krisis bahan baku.

Banyak perusahaan pengolahan kayu yang berani menginvestasikan

sebagian besar modalnya dengan berupa bahan baku, agar modal

perusahaan dapat berputar dan produksi didalam perusahaan bisa terus

berjalan.

Sulitnya menjaga persediaan bahan baku di dalam perusahaan

pengolahan kayu itu sangatlah sulit, karena peran persediaan bahan baku

kayu dalam usaha pengolahan kayu itu sangatlah penting. Agar perusahaan

lebih gampang untuk menjaga persediaan bahan bakunya dan agar

perusahaan tidak mengalami krisis bahan baku, maka didalam perusahaan

perlu dilakukan perbaikan terhadap pola perencanaan bahan baku dan

pengendalian persediaan bahan baku, agar tingkat persediaan bahan baku di

dalam perusahaan bisa mencapai tingkat yang optimal.

Melalui penelitan terdahulu dari Shildah Rohmawati (2016)


pengendalian bahan baku dilakukan sebagai bentuk dari tindakan korektif
4

yang dimulai dari bahan baku sebagai input hingga bahan baku melewati
proses produksi. Ini dilakukan agar sesuai dengan rencana berupa target
produksi pada perusahaan tersebut. Sehingga kebutuhan akan suatu bahan
baku dapat disesuaikan dengan target produksi dengan menganalisis
kebutuhan baku. Pengendalian bahan baku bertujuan menjaga ketersediaan
bahan baku agar proses produksi terus berlangsung. Pengendalian dilakukan
baik secara kuantitas dan kualitas produk akhir perusahaan.

Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan di atas, bahwa kebutuhan

bahan baku kayu sengon atau yang biasanya di sebut kayu albazia tidak

selalu tersedia khususnya di kota Lumajang sendiri, maka dengan

terbatasnya bahan baku kayu sengon di kota Lumajang biasanya PT

Kanawood Indo Makmur mendatangkan bahan baku kayu sengon dari luar

kota lumajang, contohnya mendatangkan bahan baku dari kota Jember,

Bojonegoro, Blitar, Situbondo dan Mojokerto.

Permasalahan lain yang dihadapi juga terletak pada petani kayu

sengon, karena harga kayu sengon selalu mengalami kenaikan dan

penurunan, pada saat harga kayu sengon mengalami harga yang murah,

maka para petani tidak mau menjual kayu sengon tersebut. Namun di sisi

lain proses produksi barecore di PT Kanawood Indo Makmur harus tetap

berjalan untuk memenuhi permintaan para konsumen.

1.2 Batasan Masalah

Mengenai permasalah yang akan dibahas dalam batasan masalah ini,

maka peneliti akan membatasi pembahasan agar peneliti bisa lebih fokus

pada inti permasalah yang akan diteliti. permasalahan yang akan diteliti

yaitu mengenai tentang pengendalian bahan baku kayu guna menjamin

kelangsungan proses produksi barecore, yang akan membahas tentang

bahan baku yang terdiri atas perencanaan bahan baku, pembelian bahan
5

baku, persediaan bahan baku dan proses produksi pada PT Kanawood Indo

Makmur.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam penelitian ini

yaitu bagaimana pengendalian bahan baku barecore guna menjamin

kelangsungan proses produksi PT Kanawood Indo Makmur ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka

tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian

bahan baku barecore guna menjamin kelangsungan proses produksi PT

Kanawood Indo Makmur.

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan agar bisa mengetahui pentingnya pengendalian

persediaan bahan baku perusahaan dan bisa memberikan masukan

untuk perusahan agar perusahaan dapat mengambil langkah dan

keputusan guna melakukan evaluasi untuk kebijakan selanjutnya

dalam upaya pemenuhan ketersediaan bahan baku.

2. Bagi Penulis

Bagi penulis bisa meningkatkan pengetahuan mengenai pengendalian

bahan baku dan persediaan bahan baku.

3. Bagi Pembaca

Bagi Pembaca dapat memberi pengetahuan mengenai pengendalian

bahan baku tentang pengendalian bahan baku perusahaan manufaktur.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Landasan Teori

2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi

“Suatu sistem informasi dapat didefinisikan secara teknis sebagai


suatu rangkaian yang komponen-komponennya saling terkait
mengumpulkan (dan mengambil kembali), memproses, menyimpan dan
mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan
dan mengendalikan perusahaan” (Ardana dan Lukman, 2016: 05).

“Sistem merupakan serangkaian bagian yang saling tergantung dan


bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem pasti tersusun
dari sub-sub sistem yang lebih kecil yang juga saling tergantung dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan” (Siti, 2017:05).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

akuntansi adalah menjelaskan tentang suatu sistem yang terdiri dari

unsur-unsur yang berkaitan dengan sistem informasi serta materi yang

dibutuhkan oleh pengguna.

2.1.1.2 Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi (SIA) baru mulai dipopulerkan sekitar

tahun 1980-an. Sebelumnya bidang ilmu ini lebih dikenal dengan nama

(SA). Untuk mengetahui apakah kedua istilah ini (SIA,SA) sama atau

berbeda, berikut ini dikutip satu definisi SA sebagai bahan perbandingan

menurut Ardana dan Lukman (2016: 45):

a. SA adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang


dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.

6
7

b. SIA adalah sekumpulan sumber dana dan daya (resources), seperti


orang dan peralatan yang dirancang untuk mentranformasi data
keuangan dan data lainnya menjadi informasi. informasi ini
dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan yang sangat
beragam.

“Sistem akuntansi adalah susunan formulir, catatan, peralatan,


termasuk komputer dan perlengkapan serta alat komunikasi, tenaga
pelaksananya dan laporan yang di koordinasi secara erat yang didesain
untuk mentranformasikan data keuangan menjadi informasi yang
dibutuhkan manajemen” (Etik, 2017:06).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

informasi akuntansi adalah suatu prosedur-prosedur yang digunakan

untuk menyampaikan data kegiatan yang berhubungan dengan informasi

keuangan.

2.1.1.3 Sistem Informasi Akuntansi Pembelian

Mulyadi dalam penelitian Siti (2017:23) menyatakan bahwa

”sistem akuntansi pembelian merupakan bagian dari sistem akuntansi

yang dirancang dan digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan

barang yang diperlukaan oleh manajemen.”

Berdasarkan pengertian di atas menjelaskan bahwa sistem

akuntansi pembelian termasuk bagian yang sangat penting untuk

perusahan yang di perlukan untuk pengadaan barang.

2.1.1.4 Siklus Pembelian

Ardana dan Lukman (2016:161) menyatakan bahwa siklus


pembelian adalah:
Siklus pembelian merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelian
yang terjadi secara berulang-ulang dan diikuti dengan proses
perekaman data dan informasi bisnis. Rangkaian kegiatan dalam
siklus pembelian diawali dengan aktifitas permintaan pembelian
dari fungsi gudang, atau bagian yang meminta barang, dilanjutkan
dengan proses seleksi pemasok dan menyiapkan order pembelian
oleh fungsi pembelian, penerimaan barang oleh gudang atau bagian
8

penerima barang, dan proses pencatatan pembelian utang oleh


bagian akuntansi. Pada saat jatuh tempo faktur, dilakukan proses
pembayaran oleh fungsi keuangan dan proses pencatatan
pembayaran utang oleh fungsi akuntansi.

Penerima Br.

Pemasok

akuntansi Gudang/
yang
Meminta
Keuangan

Pembelian

Gambar 1. Fungsi-Fungsi Terkait Dalam Siklus Pembelian


Sumber: Ardana I Cenik dan Lukman Hendro (2016:161).

2.1.1.5 Pengertian Manajemen Produksi

Manajemen produksi di dalam perusahaan merupakan kegiatan

yang cukup penting bagi perusahaan. Dapat dikatakan bahwa produksi

merupakan dapurnya dari suatu perusahaan. Apabila kegiatan di

dapurnya perusahaan atau bisa dinamakan proses produksi tersebut tiba-

tiba berhenti, maka semua kegiatan dalam perusahaan tersebut akan ikut

berhenti juga. Dengan demikian, seandainya di dalam perusahaan

terdapat berbagai macam hambatan atau gangguan yang mengakibatkan

tersendatnya kegiatan produksi. Maka kegiatan didalam perusahaan

tersebut akan terganggu juga.


9

Sofjan dalam penelitian Wardani (2014:8) menyatakan bahwa


“manajamen produksi adalah kegiatan untuk mengatur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa
sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta
bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah
kegunaan (Utility) sesuatu barang atau jasa.”

“Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan


pengawasan untuk menambah, mempertinggi untuk menciptakan faedah
baru, baik faedah bentuk faedah waktu, faedah tempat maupun gabungan
dan beberapa faedah tersebut dengan mengggunakan sumber daya yang
dimiliki organisasi tersebut” (Sri dalam penelitian Shildah, 2016:12).

Kata produksi berasal dari kata production yang secara umum


dapat diartikan membuat atau menghasilkan suatu barang dari berbagai
bahan lain. Sedangkan arti dari manajemen adalah mengelola yang
mempunyai fungsi-fungsi antara lain yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengangkat pegawai, dan mengawasi.
Jadi manajemen produksi mempunyai ruang lingkup merencanakan,
mngorganisasikan, mengarahkan, mengangkat petugas dan mengawasi
kegiatan produksi agar diperoleh produk yang direncanakan
(Wardani,2014:09).

2.1.1.6 Pengertian Proses Produksi

Gitosudarmo dalam penelitian Eva (2016:16) menyatakan bahwa

“Proses produksi adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-

bahan pembantu, tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat

perlengkapan yang dipergunakan”.

Arman dalam penelitian Eva (2016:16) menyatakan bahwa “Proses

produksi yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan

baku menjadi produk”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas bahwa proses produksi

adalah untuk menghasilkan barang atau jasa yang dilakukan oleh

perusahaan dengan melibatkan bahan dasar, bahan-bahan pembantu,

tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang

dipergunakan.
10

2.1.1.7 Unsur-Unsur Kelancaran Proses Produksi

Assauri dalam penelitian Eva (2016:18) Proses produksi dapat


dikatakan lancar jika ditunjang oleh unsur-unsur produksi. Pengoperasian
sistem produksi dan operasi tersebut mencakup :
1) Penyusunan rencana produksi dan operasi.
2) Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
3) Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
4) Pengendalian mutu.
5) Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).

Berikut ini merupakan uraian dari unsur-unsur kelancaran proser


produksi di atas :
1. Penyususnan rencana produksi dan operasi.
Kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi harus dimulai
dengan penyusunan produksi dan operasi. Dalam rencana produksi
dan operasi harus tercakup penetapan target produksi, scheduling,
dispatching, dan follow-up. Perencanaan kegiatan produksi dan
operasi merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian sistem
produksi dan operasi.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan dan
kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi
produksi dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau
masukan bagi produksi dan operasi ditentukan baik tidaknya
pengadaan bahan serta rencana dan pengendalian persediaan yang
dilakukan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
Yang digunakan dalam proses produksi dan operasi harus selalu
terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga dibutuhkan
adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan
ini akan dicakup tentang penting dan penerapan dari kegiatan
pemeliharaan atau perawatan, macam-macam kegiatan
pemeliharaan atau perawatan, syarat-syarat bagi terlaksananya
kegiatan pemeliharaan atau perawatan yang efektif dan efisien,
serta proses pelaksanaan kegiatan pemeliharaan atau perawatan
mesin dan peralatan.
4. Pengendalian mutu.
Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan
operasi. Dalam rangka ini perlu dipelajari kegiatan pengendalian
mutu yang harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya.
Pembahasan yang tercakup dalam pengendalian mutu adalah
maksud dan tujuan dari kegiatan pengendalian mutu, peran
pengendalian mutu, peran pengendalian proses, dan produk dalam
pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta
pengendalian mutu secara statistik (satistical quality control).
11

5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia).


Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan
oleh kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber
daya manusianya. Dalam pembahasan manajemen tenaga kerja atau
sumber daya manusia akan mencakup pengelolaan tenaga kerja
dalam produksi dan operasi, desain tugas dan pekerjaan, serta
pengukuran kerja (work measurement).

Berdasarkan pengertian diatas kelancaran proses produksi

merupakan tujuan utama yang diharapkan perusahaan, terutama pada

perusahaan industri pengolahan kayu. Jadi dengan adanya unsur-unsur

kelancaran proses produksi maka perusahaan dapat menghasilkan

produk-produk yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang sudah

ditetapkan oleh perusahaan.

2.1.1.8 Pengertian Bahan Baku

Bahan baku adalah suatu bahan yang diperoleh untuk dipergunakan

dalam menjalankan proses produksi. Ada beberapa bahan baku yang

sudah diolah menjadi produk bahan jadi dan pemakaiannya dapat

ditelusuri secara langsung atau diikuti jejaknya. Tidak semua bahan baku

itu merupakan barang mentah yang biasanya disebut barang yang belum

melewati proses pengolahan sama sekali sehingga bahan baku tersebut

bisa di bilang bahan baku masuk yang nantinya akan mengalami proses

pengolahan terlebih dahulu.

Bahan baku ada juga yang berupa barang setengah jadi yaitu

barang yang telah mengalami proses produksi dari perusahaan lain atau

pemasok. Jadi jika perusahaan mendapatkan bahan baku masuk atau

input dalam bentuk barang setengah jadi, maka perusahaan bisa langsung
12

merubah bahan baku masuk tersebut, di rubah menjadi output atau

barang keluar.

Pardede dalam penelitian Shildah 2016:14) menyatakan bahwa

“bahan baku mentah adalah bahan-bahan yang belum mengalami jenis

pengolahan apapun bagi perusahaan yang bersangkutan”.

Astyningtyas (2015:12) menyatakan bahwa “bahan baku adalah

sejumlah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan

dipergunakan atau diolah menjadi produk yang akan dihasilkan oleh

perusahaan”.

Berdasarkan pengertian yang dijelaskan diatas bahwa bahan baku

merupakan hal yang sangat mempengaruhi proses produksi, baik

pengaruh secara kualitas maupun secara kuantitas bahan baku.

2.1.1.9 Karakteristik Kuantitas Bahan Baku

Kuantitas bahan baku yaitu bahan baku yang berkaitan dengan

jumlah target produksi yang dibutuhkan oleh perusahan. Jumlah bahan

baku harus ditentukan dan dilakukan dengan optimal, agar pemesanan

bahan baku yang berkaitan dengan jumlah tersebut tidak akan mengalami

kelebihan atau kekurangan. Sehingga biaya bahan baku perusahaan bisa

lebih ditekankan lagi untuk mengurangi pengeluaran biaya bahan baku

perusahaan.

2.1.1.10 Karakteristik Kualitas Bahan Baku

Dilihat dari segi kualitas, kualitas bahan baku tidak kalah

pentingnya dengan bahan baku yang dilihat dari segi kuantitas bahan

baku. Jadi artinya hasil dari proses produksi yang berkualitas itu bisa
13

juga dipengaruhi oleh bahan baku yang berkualitas. Oleh karena itu,

kualitas bahan baku menjadi hal yang sangat penting untuk

dipertimbangkan, sehingga perusahaan wajib memiliki standarisasi

kualitas produksi.

Ahyari dalam penelitian Shildah Rohmawati (2016:15) menyatakan

bahwa “kualitas bahan baku yaitu suatu bentuk pengendalian terhadap

baik buruknya kualitas produk perusahaan akan ditentukan oleh baik

buruknya kualitas bahan baku yang dipergunakan”.

2.1.1.11 Standar Bahan Baku

Standar Bahan baku merupakan komponen yang sangat penting

dalam melakukan proses produksi dan perlu dibentuk suatu standarisasi

produk. Standarisasi produk ditentukan agar bahan baku yang di dapat

dari pemasok sudah ditentukan standarisasinya sesuai dengan keinginan

perusahaan.

Gitosudarmo dalam penelitian Shildah Rohmawati (2016:16)


menyatakan bahwa standar bahan baku yaitu:
Beberapa negara besar di dunia seperti Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Jepang, Jerman Barat, dan Rusia mempunyai standar
sendiri. Sering didapati spesifikasi yang berlainan di anatara
mereka tetapi barangnya dapat dikatakan sama. Sebagai contoh,
dalam standar JIS (Jepang), bahan baku untuk paku adalah low
carbon wire rod JIS G 3505 SWRM 12, yang dapat dikatakan sama
dengan standar Amerika AISI 1012. Dengan data seperti itu,
kiranya tidak akan dialami kesukaran memperoleh barang yang
sama dari sumber lain. Dewasa ini Indonesia telah menggiatkan
pula usaha-usaha melakukan Standarisasi Industri Indonesia (SII).

2.1.1.12 Pengertian Pengendalian

Terry dalam penelitian Astyningtyas (2015:01) menyatakan

bahwa “pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan


14

apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu

pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-

perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan

standart.”

Shildah (2016:16) menyatakan bahwa Pengendalian dilakukan


karena adanya rencana yang ditetapkan sebelumnya kemudian dilakukan
kriteria penilaian pelaksanaan kerja, hingga perencanaan dan pengawasan
memiliki hubungan yang erat. Oleh karena itu, dari pengendalian
diperoleh data yang nantinya digunakan sebagai input untuk menentukan
tindakan lanjut dalam usaha-usaha perbaikan pelaksanaan kegiatan dalam
perusahaan tersebut pada masa yang akan datang. Fungsi pengendalian
memiliki unsur atas fungsi perencanaan dan fungsi pengawasan yaitu
sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses awal dalam sebuah
manajemen. Perencanaan ini mempunyai sifat penting tentang tindakan
apa yang akan dilakukan kedepannya, khususnya untuk sebuah
perusahaan karena berhubungan dengan keberlangsungan perusahaan
tersebut. Mengartikan tentang perencanaan yaitu serangkaian keputusan
yang diambil sekarang, untuk dikerjakan pada waktu yang akan datang.
b. Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk mengukur kinerja agar sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan pengawasan ada
karena ada rencana yang telah ditentukan, maka tanpa adanya
pengawasan dari rencana yang ada akan terjadi penyimpangan-
penyimpangan dari rencana tersbut. Oleh karena itu perencanaan dan
pengawasan memiliki hubungan erat.

Berdasarkan definisi pengendalian di atas dapat disimpulkan bahwa

pengendalian merupakan adanya fungsi perencanaan dan pengawasan di

dalam manajemen perusahaan sehingga pengendalian berlaku sebagai

tindakan korektif sesuai dengan rencana dan pengawasan sebelumnya.

2.1.1.13 Perencanaan Bahan Baku

Setiap perusahaan sebelum melakukan proses produksi pasti akan

didasari oleh sebuah perencanaan terlebih dahulu. Karena sebuah

perencanaan bahan baku itu akan menjadi acuan seberapa besar


15

kebutuhan bahan baku yang akan dibutuhkan perusahaan dan seberapa

banyak bahan baku yang akan dipesan oleh perusahaan. Dengan

direncanakannya bahan baku terlebih dahulu, maka proses produksi akan

berjalan dengan lancar.

Supriyanto dalam penelitian Shildah Rohmawati (2016:16) bahwa


fungsi-fungsi perencanaan bahan baku yaitu:
a. Fungsi Biaya
Merupakan fungsi untuk merencanakan dan menciptakan laba bagi
perusahaan dengan melakukan usaha penghematan biaya dan selalu
dapat melakukan penurunan biaya material pada kondisi biaya yang
wajar. Perencanaan bahan baku berfungsi untuk mengatur
bagaimana cara agar pemenuhan kebutuhan bahan baku yang
diperlukan dengan menekan biaya serendah mungkin tetapi hasil
produksi tetap terpenuhi sesuai dengan rencana.
b. Fungsi Perolehan
Merupakan fungsi untuk mengadakan jumlah pasokan material
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan proses produksi.
Perencanaan bahan baku berfungsi mengatur jadwal pasokan bahan
baku agar tidak terjadi keterlambatan yang mengakibatkan
terhentinya proses produksi. Dengan perencanaan bahan baku dapat
berfungsi sebagai penekanan biaya atas bahan baku untuk
mendapatkan laba semaksimal mungkin. Sehingga pembiayan yang
dikeluarkan oleh perusahaan tidak berlebihan karena bahan baku
yang over. Fungsi lain juga dapat diperoleh jika melakukan sebuah
perencanaan bahan baku yaitu untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku perusahaan dengan mengalirkan material secara tepat waktu
dari pemasok.

Dengan direncanakannya persediaan bahan baku terlebih dahulu

maka perusahaan akan mendapatkan laba yang maksimal. Oleh karena

itu perencanaan persediaan bahan baku bisa berfungsi sebagai penekanan

biaya. Sehingga perusahaan bisa menghemat biaya dan perusahaan tidak

perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk biaya bahan baku.

2.1.1.14 Pembelian Bahan Baku

Nurlela dalam penelitian Kamalludin (2016:06) menyatakan bahwa

dalam pembelian bahan baku ada tiga prosedur yang perlu diperhatikan.
16

a. Permintaan Pembelian
Merupakan pesanan tertulis dari bagian gudang yang menangani
persediaan, atau supervisi departemen yang bertanggungjawab
mengenai persediaan, yang ditunjukkan kedepartemen pembelian
sebagai permintaan kebutuhan bahan, formulir ini berbuat rangkap
tiga diantaranya satu ditunjukaan ke departemen pembelian, satu
lagi dikirim kebagian yang mengajukan permintaan yang terakhir
sebagai arsip.
b. Pesanan Pembelian
Merupakan permintaan tertulis ke supplier bahan, yang dikirim
oleh departemen pembelian. Dalam pesanan pembelian ini memuat:
1) Jumlah bahan yang diminta
2) Harga dan syarat-syarat pembelian.

3) Formulir ini dibuat rangkap empat:


- Satu dikirim ke supplier,
- Satu dikirim ke departemen akuntansi,
- Departemen penerimaan,
- Yang terakhir untuk departemen pembelian
Untuk pengendalian terhadap pesanan pembelian ini, pesanan
pembelian hendaknya di buat untuk setiap terjadinya pembelian.
c. Penerimaan Bahan
Merupakan laporan tertulis yang di buat oleh departemen
penerimaan bahan. Formulir ini dibuat rangkap empat yang dikirim
ke departemen pembelian, departemen akuntansi, departemen
pergudangan dan terakhir untuk departemen penerimaan sendiri

2.1.1.15 Pengendalian Bahan Baku

Shildah (2016:16) menyatakan bahwa bahan baku bagi suatu


perusahaan memiliki fungsi yang sangat penting karena berpengaruh
terhadap keberlangsungan proses produksi. Suatu proses produksi
dimulai dari bahan baku (input) masuk dalam pengolahan hingga
menghasilkan barang atau jasa. Proses produksi dapat berlangsung jika
bahan baku tersedia atau kondisi sebaliknya dapat terjadi dengan
terganggunya proses produksi dapat dipengaruhi oleh bahan baku
tersebut. Oleh karena itu, bahan baku yang menjadi unsur vital dalam
proses produksi perlu untuk dikendalikan. Pengendalian bahan baku
berupa pengendalian dalam perusahaan mengenai tersedianya bahan baku
untuk keperluan proses produksi.
Ahyari dalam penelitian Shildah (2016:16) menyatakan bahwa
bahan baku dalam suatu perusahaan merupakan unsur yang sangat
penting dalam perusahaan yang bersangkutan. Ketiadaan bahan baku
dalam suatu perusahaan, akan berarti terhentinya proses produksi dari
dalam perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, di dalam
perusahaan di dalam sebuah perusahaan tersedianya persediaan bahan
baku untuk keperluan proses produksi merupakan suatu hal yang mutlak
diperlukan.
17

Astyningtyas (2015:11) menyatakan bahwa pengendalian bahan


baku yang efektif sebagai berikut:
1. Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi
yang efisien dan tidak terganggu.
2. Menyediakan cukup persediaan dalam periode dimana pasokan
(musiman, siklus atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi
perubahan harga.
3. Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya
minimum serta melindungi bahan baku dari kehilangan akibat
kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan akibat penanganan.
4. Meminimalkan item yang tidak aktif, kelebihan atau usang dengan
melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.
5. Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke
pelanggan.
6. Menjaga agar jumlah modal yang di investasikan dalam persediaan
berada ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan
perencanaan manajemen.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

bahan baku tidak hanya dilakukan dalam input dan proses dari bahan

baku. Namun pengendalian juga dilakukaan saat bahan baku melewati

proses keluaran. Bahan baku akan keluar dari bagian persediaan sebagai

penyimpanan kemudian melewati proses produksi.

2.1.1.16 Analisis Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan bahan baku di setiap perusahan sangat berbeda,

Besarnya kebutuhan bahan baku akan disesuaikan dengan kebutuhan

bahan baku yang diperlukan. Untuk pelaksanaan proses produksi yang

ada di dalam perusahaan, sehingga cara melakukan peramalan kebutuhan

bahan baku juga berbeda.

Cara menganalisis mengenai bahan baku yang ada di dalam proses

produksi perusahaan bisa dilakukan dengan cara menggunakan metode-

metode peramalan. Dalam buku pengendalian produksi yang


18

disampaikan oleh Ahyari dalam penelitian Shildah (2016:22) yaitu

sebagai berikut:

1. Tingkat penggunaan bahan baku untuk mengadakan peramalan


kebutuhan bahan baku dari suatu perusahaan akan dapat dilakukan
dengan perhitungan atas dasar tingkat penggunaan bahan yang
berlaku dan dipergunakan di dalam perushaan yang bersangkutan.
Tingkat penggunaan bahan atau yang sering disebut dengan
material usage rate ini akan dapat dipergunakan untuk menyusun
perkiraan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi
apabila diketahui produk apa dan berapa jumlah unit masing-
masing yang akan diproduksikan di dalam perusahan yang
bersangkutan. Tingkat penggunaan bahan ini pada umunya akan
relatif tetap di dalam perusahaan tersebut, kecuali terdapat
perubahan yang terjadi pada produk akhir perusahaan, atau di
dalam bahan baku itu sendiri.
2. Rata-rata bergerak metode rata-rata bergerak berarti peramalan
kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi untuk
waktu yang akan datang akan didasarkan kepada rata-rata
pemakaian bahan baku pada waktu yang telah lalu. Apabila
perusahaan yang bersangkutan ini menggunakan metode rata-rata
bergerak, maka data yang diambil untuk menghitung rata-rata
tersebut adalah data pemakian nyata dari bahan baku yang terbaru,
atau merupakan data pemakaian bahan baku yang terakhir.
3. Trend garis lurus dengan mempergunakan metode ini, maka
manajemen perusahaan mempunyai anggaran dasar bahwa
pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi
perusahaan dari waktu ke waktu akan mempunyai tingkat
perubahan yang tetap.
4. Trend garis lengkung peramalan pemkaian bahan baku untuk
kepentingan proses produksi dalam suatu perusahaan dengan
mempergunakan trend garis lurus di atas adalah mendasarkan diri
kepada anggapan bahwa perusahaan jumlah unit bahan baku yang
dipergunakan tersebut adalah selalu sama dari satu periode ke
periode yang lain. Bentuk persamaan dan cara penyelesian dari
trend garis lengkung ini, hanya memerlukan beberapa penyesuaian.
5. Penyimakan peramalan kebutuhan bahan metode yang sering
digunakan di dalam penyimakan peramalan kebutuhan bahan baku
di dalam perusahan adalah analisis korelasi atau analisa
penyimpangan. Analisa korelasi ini akan melihat seberapa kuat
hubungan yang ada di antara peramalan kebutuhan bahan baku
yang telah disusun di dalam perusahaan dengan kenyataan
pemakaian yang ada di perusahaan tersebut.
19

2.1.1.17 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan

normal usaha yang disebut persediaan barang jadi. Selain itu barang

dalam proses produksi yang disebut persediaan barang dalam proses dan

dalam bentuk bahan untuk selanjutnya digunakan dalam proses produksi

yang disebut persediaan bahan baku dasar. Persediaan-persediaan

tersebut disimpan dengan tujuan untuk mengantisipasi pemenuhan

permintaan.

Rangkuti dalam penelitian Angga, dkk (2013:02) menyatakan


bahwa persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk
memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu
persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu
atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi pemenuhan
permintaan. Permintaan akan sumber daya internal ataupun eksternal ini
meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau
produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-
komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.

Begitu pentingnya persediaan sehingga merupakan elemen utama

terbesar dari modal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam

keadaan berputar dimana secara terus-menerus mengalami perubahan.

Freddy dalam penelitian Wardani (2014:10) menyatakan bahwa


persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan
mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan pabrik
yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-
barang, serta selanjutnya menyampaikan pada pelanggan atau konsumen.
Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat
yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya
persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumsi atau
sebaliknya tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai dengan
kepentingan produksi.
20

Schroeder dalam penelitian Mieke (2013:07) persediaan atau


inventory adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan
produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan.

Beberapa penulis menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu

sumber daya yang menganggur dari berbagai jenis yang memiliki nilai

ekonomis yang potensial. Definisi ini memungkinkan seseorang untuk

menganggap peralatan atau pekerja-pekerja yang menganggur sebagai

persediaan, tetapi kita menganggap semua sumber daya yang

menganggur selain dari pada bahan sebagai kapasitas.

2.1.1.18 Sifat Pentingnya Persediaan

Stevenson dalam penelitian Kamalludin (2016:09) menyatakan

bahwa “persediaan merupakan bagian vital dari bisnis. Persediaan bahan

baku hanya perlu untuk operasi, tetapi juga berkontribusi terhadap

kepuasan pelanggan.”

2.1.1.19 Alasan Diperlukannya Persediaan

Wardani (2014:10) menyatakan bahwa alasan diperlukannya

persediaan oleh suatu perusahaan pabrik adalah sebagai berikut:

a. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk


memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain yang
disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
b. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian
membuat skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dari
yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan
mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-
bahan yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
c. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
21

d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin


kelancaran arus produksi .
e. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
f. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-
baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat
dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi
tersebut
g. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya (Wardani 2014:10).

2.1.1.20 Klasifikasi Persediaan

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan

pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan

tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan

berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan untuk

menetapkan dan menjamin ketersediaan sumber daya yang tepat pada

waktu yang tepat.

Handoko dalam penelitian Astyningtyas (2015) menyatakan bahwa


persediaan dapat dibedakan menjadi 5 bagian berdasarkan pada
posisinya, yaitu :
a. Persediaan bahan mentah (raw materials)
Persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam
produksi. Bahan mentah ini dapat diperoleh dari sumber-sumber
alam atau dibeli dari para pemasok dan atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
b. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased
parts/components)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-
komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara
langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
c. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses
produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
d. Persediaan barang dalam proses (work in process)
Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-
tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi
suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
22

e. Persediaan barang jadi (finished goods)


Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau
diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada
pelanggan.

2.1.1.21 Fungsi Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung

antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi

lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi

permintaan.

Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan

fungsinya sebagai berikut :

a. Fungsi Penting (Decoupling)

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-

operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan”

(independence). Persediaan “decouples” ini memungkinkan

perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen tanpa

tergantung pada pemasok.

Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak

akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya baik jumlah

ataupun waktu pengiriman. Persediaan barang diperlukan untuk

memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari konsumen.

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut

fluctuation stock.
23

b. Fungsi “Economic Lot Sizing”

Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk

penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang

besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan

akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara

lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau pembelian dan

biaya transporti.

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat

memproduksi dan membeli sumber daya dalam kuantitas yang

dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan “lot size” ini

perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan karena

perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,

dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya

persediaan.

d. Fungsi Persediaan Cadangan

Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ke tidak

pastian. Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai

kesalahan peramalan. Waktu siklus produksi (lead time) mungkin

lebih dalam dari yang diprediksi. Jumlah produksi yang ditolak

(reject) hanya biasa diprediksi dalam proses. Persediaan cadangan

mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau

memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.


24

e. Fungsi Persediaan Antisipasi

Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penuruan

persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau

kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke

konsumen, suatu perusahan dapat memelihara persediaan dalam

rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan

tenaga kerja.

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang

dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-

data masa lalu. Untuk itulah persediaan diperlukan untuk mengisi

kekosongan yang ada pada saat-saat tertentu. Selain itu perusahaan

juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman

dan permintaan akan barang-barang sehingga memerlukan

kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan

pengaman (safety inventories).

f. Fungsi Persediaan Pipeline

Sistem persediaan dapat diibaratkan sebagai sekumpulan

tempat (stock point) dengan aliran diantara tempat persediaan

tersebut. Pengendalian persediaan terdiri dari pengendalian aliran

persediaan dan jumlah persediaan akan terakumulasi ditempat

persediaan. Jika aliran melibatkan perubahan fisik produk, seperti

perlakuan panas atau perakitan beberapa komponen, persediaan

dalam aliran tersebut persediaan setengah jadi (work in process).

Jika suatu produk tidak dapat berubah secara fisik tetapi


25

dipindahkan dari suatu tempat penyimpanan ke tempat

penyimpanan lain, persediaan disebut persediaan transportasi.

Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi

disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total

investasi perubahan dan harus dikendalikan.

g. Fungsi Transit Stock (Persediaan dalam Pengiriman)

Fungsi Persediaan dalam pengiriman Transit Stock adalah

persediaan yang masih dalam pengiriman atau transit yang sering

pula disebut work in process stock. Terdapat dua jenis persediaan

dalam pengiriman :

1) Transit Stock Persediaan yang masih berada dalam truk,

kapal, dan kereta api.

2) Internal Transit Stock Persediaan yang masih menunggu

untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

h. Fungsi Persediaan Lebih

Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena

kelebihan atau kerusakan fisik yang terjadi. Oleh karena itu,

banyak perusahaan yang menginvestasikan modal terhadap bahan

baku perusahaan. Itu semu disebabkan karena dengan ketersediaan

bahan baku maka proses produksi dapat berjalan terus menerus

sehingga perusahaan mampu untuk memenuhi kebutuhan pasar.


26

2.1.1.22 Jenis-Jenis Persediaan

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatanya

menambah atau mengubah daya guna bahan baku menjadi bahan baku

atau barang jadi.

Assauri dalam penelitian Wardani (2014:15) menyatakan bahwa


Jenis Persediaan menurut fungsinya yang terdapat pada perusahaan
manufaktur adalah sebagai berikut:
a. Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan
karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-
barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang
dibutuhkan pada saat itu. Adapun keuntungan yang diperoleh dari
adanya Lot Size Inventory adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economis)
karena adanya operasi atau “production run” yang lebih lama.
c. Adanya pengematan didalam biaya angkutan.
b. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diramalkan.
c. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan,
berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan
untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.

Berbagai jenis persediaan tidak hanya dilihat dari fungsi

persediaan. Persediaan itu dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut

jenis atau posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu

sebagai berikut:

a. Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu persediaan dari

barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang

mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari

suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi

perusahaan pabrik yang menggunakannya.


27

b. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan

barang-barang yang terdiri dari bagian yang diterima dari

perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan

bagian lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

c. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang

perlengkapan (Supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau

bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk

membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam

bekerjanya suatu perusaahan, tetapi tidak merupakan bagian atau

komponen dari barang jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in

process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang

keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan

yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses

kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (Finished goods stock) yaitu barang-barang

yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk

dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.1.1.23 Pengendalian Persediaan

Pada kebanyakan perusahaan, persediaan merupakan bagian yang

besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan terlalu besar ataupun

yang terlalu kecil akan menimbulkan masalah-masalah bagi perusahaan.

Persediaan yang terlalu besar akan menyebabkan biaya-biaya yang

timbul karena adanya persediaan tersebut menjadi besar. Sedangkan


28

persediaan yang terlalu kecil akan dapat mengganggu kelancaran proses

produksi disamping mempertinggi biaya pemesanan.

2.1.1.24 Pengertian pengendalian persediaan

Dalam suatu perusahaan kelancaran kegiatan operasi harus

didukung oleh beberapa kegiatan penting. Assauri dalam penelitian

Ahmad Kamalludin, 2016:12 menyatakan bahwa ”salah satu kegiatan

penting dari urutan kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain

dalam seluruh operasi perusahaan sesuai dengan apa yang sudah

direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun

biayanya.” .

Dari pengertiaan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

persediaan adalah salah satu aktivitas untuk menetapkan besarnya

persediaan dengan memperhatikan keseimbangan antara besarnya

persediaan yang disimpan.

2.1.1.25 Tujuan Pengendalian Persedian

Assauri dalam penelitian Iqra Wardani (2014:23) menyatakan


bahwa tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah dinyatakan
sebagai usaha untuk:
1. Menjaga jangan sampai peusahaan kehabisan persediaan sehingga
dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan
tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang
timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari
karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pengendalian persediaan untuk memperoleh kualitas yang lebih dan

jumlah yang tepat dari bahan atau barang yang tersedia pada waktu yang

dibutuhkan dengan biaya yang minimum untuk kepentingan perusahaan.


29

2.1.1.26 Syarat Tersedianya Persediaan

Assauri dalam penelitian Iqra Wardani (2014:22) menyatakan bahwa:


a. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan
pengaturan tempat/barang yang tetap dan identifikasi bahan/barang
tertentu.
b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang
dapat dipercaya terutama penjaga gudang.
c. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan
bahan/barang.
d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.
e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang
dipesan, yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam
gudang.
f. Pemeriksaan fisik/barang yang ada dalam persediaan secara
langsung.
g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah
dikeluarkan, barang-barang yang telah lama dalam gudang , dan
barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat

mencapai persediaan yang optimum, maka harus memenuhi beberapa

syarat pengendalian persediaan, agar dapat tercapainya persediaan yang

optimum.

2.1.1.27 Pengawasan Persediaan Bahan Baku

Kelancaran proses produksi dapat dipengaruhi oleh adanya

tindakan pengawasan persediaan bahan baku. Berbeda dengan tindakan

pengendalian bahwa pengawasan berupa tindakan tanpa adanya tindakan

korektif. Pengawasan persediaan bahan baku sangat dibutuhkan oleh

perusahaan agar mengetahui ketersediaan bahan baku serta menjaga

pasokan bahan baku.

Pengertian mengenai pengawasan persediaan bahan baku yaitu


merupakan salah satu kegiatan dari urutan-urutan kegiatan yang
bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan
tersebut sesuai dengan apa yang telah direncakan terlebih dahulu baik
waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. (Shildah 2016:17)
30

2.1.1.28 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku

Wardani (2014:17) menyatakan bahwa Besar kecilnya persediaan


yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan
terhadap
gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau
mengganggu jalannya produksi.
b. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi
yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume
penjualan yang direncanakan
c. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk
mendapatkan biaya pembelian yang minimal
d. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan
di waktu yang akan datang.
e. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan
material
f. Harga pembelian bahan mentah
g. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang
h. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya

Berdasarkan beberapa faktor yang memepengaruhi persediaan di

atas dapat disimpulkan, walaupun persediaan memberikan banyak

manfaat, perushaan harus berhati-hati dalam menentukan persediaan,

karena masalah persediaan merupakan pembelanjaan aktif, dimana

perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam persediaan dengan

cara sebaik mungkin.

2.1.1.29 Biaya-Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan

Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya

variable dan untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu

diperhatikan adalah bagaimana perusahaan dapat meminimalkan biaya-

biaya. Biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan.


31

Freddy dalam penelitian Wardani (2014:19) adalah sebagai berikut:


1. Biaya Penyimpanan (Holding cost/carring costs) yaitu terdiri dari
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas
persediaan, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata
persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai
biaya penyimpanan antara lain:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,
pendingin ruangan , dan sebagainya)
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative
pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan
c. Biaya keusangan
d. Biaya perhitungan fisik
e. Biaya asuransi persediaan
f. Biaya pajak persediaan
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya
Biaya-biaya tersebut merupakan variable apabila bervariasi dengan
tingkat persediaan.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement
costs). Biaya-biaya ini meliputi:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat-menyurat
e. Biaya pengepakan, penimbangan
f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
h. Biaya utang lancar dan sebagainya
Pada umumnya biaya perpesanan (diluar biaya bahan dan
potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan bertambah
besar. Tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan
setiap kali pesan, jumlah pesanan per-periode turun, maka biaya
pemesanan total akan turun.
3. Biaya penyiapan (manufacturing atau set up costs). Hal ini terjadi
apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri ”dalam
pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-
up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari:
a. Biaya-biaya mesin-mesin menganggur
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c. Biaya penjadwalan
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya
Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per-
periode sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan
per periode.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah
biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
32

permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya yang


kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan pelanggan
c. Biaya pemesanan khusus
d. Biaya ekspedisi
e. Selisih harga
f. Terganggunya operasi
g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama
karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs
yang sulit diperkirakan secara objektif.

2.1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai

referensi antara lain:

a. Astyningtyas Wulandari (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Sengon (Studi

Kasus Pada CV Langgeng Makmur Bersama Sumbersuko

Lumajang)” menyimpulkan bahwa pengendalian merupakan,

pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan

dalam organisasi terhadap komponen organisasi.

b. Shildah Rohmawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengendalian Bahan Baku Bare Core dalam Menjamin Kontinuitas

Produksi pada PT Papan Jaya Di Lumajang” menyimpulkan bahwa

PT Papan Jaya melakukan pengendalian bahan baku secara kuantitas

dan juga kualitas, dimulai dari adanya penerimaan order produk bare

core dari marketing. Kemudian menurunkan dalam sebuah

perencanaan bahan baku. Kebutuhan bahan baku berupa tingkat

penggunaan bahan diperoleh dari perhitungan berdasarkan acuan

randoman sebesar 52% maka akan diketahui perencanaan kebutuhan


33

bahan baku pada periode tersebut. Namun pada proses produksi, ada

peningkatan randoman sebagai suatu target untuk mengurangi

pemakaian bahan baku secara tidak langsung akan mengurangi

pembiayaan perusahaan sehingga margin yang didapatkan oleh

perusahaan lebih banyak. Peningkatan randoman tersebut dilakukan

dengan pengendalian pada penggunaan bahan baku dengan metode

kontrol kualitas bahan baku, sistem kerja, dan pengawasan terhadap

pembuangan sampah produksi. Penggunaan bahan baku menjadi

acuan dalam persediaan bahan baku perusahaan. Pengendalian yang

dilakukan dengan metode FIFO dan safety stock untuk menstabilkan

bahan baku pada persediaan. Perencanaan sebuah kebutuhan bahan

baku telah ditentukan, maka relisasi bahan baku dilakukan dengan

pengendalian bahan baku pada pembelian bahan baku. Bahan baku

PT Papan Jaya berupa balken atau STBR (Sawn Timber) yang

diperoleh dari shawmill binaan dan juga sistem comot, pembelian

setiap hari, pembelian di luar kabupaten Lumajang, sistem

penyimpanan dan pemeriksaan bahan baku.

c. Iqra Wardani (2014) penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengendalian Persediaan Bahan Baku dalam Upaya Menekan Biaya

Produksi pada PT Eastern Pearl Flour Mills Di Makassar”

menyimpulkan bahwa total biaya persediaan menurut metode yang

dijalankan perusahaan lebih tinggi dari total biaya persediaan

menurut metode EOQ. Yang membedakan adalah biaya pemesanan


34

berdasarkan metode perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan

metode EOQ yang diakibatkan frekuensi pembelian yang berbeda.

d. Angga Prihartono, Ika Sisbintari, Sugengiswono (2014)

penelitiannya yang berjudul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku

dalam Upaya Menjaga Kontinyuitas Produksi pada Perusahaan Tahu

UD Sadar Jaya Lumajang” menyimpulkan bahwa pengendalian

persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan tahu UD

Sadar Jaya Lumajang Penggunaan bahan baku disesuaikan dengan

jumlah produksi yang dilakukan. Apabila permintaan meningkat,

maka produksi juga akan ditingkatkan. Dapat disimpulkan bahwa

peningkatan permintaan konsumen terhadap produk tahu gandaria

akan mempengaruhi penggunaan bahan baku kedelai di UD Sadar

Jaya Lumajang. Semakin meningkat permintaan maka penggunaan

bahan baku kedelai juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Dalam mendapatkan bahan baku, UD Sadar Jaya Lumajang bekerja

sama dengan supplier dari Distributor Lumajang. Supplier mendapat

kedelai petani. Perusahaan biasanya membeli kedelai dalam jumlah

yang besar, karena pembelian dalam jumlah besar akan lebih murah

dari pada pembelian dalam eceran. Disamping itu, pembelian bahan

baku dalam jumlah besar akan menghemat biaya untuk pemesanan

karena perusahaan tidak perlu melakukan pemesanan berulang kali.

e. Mieke Adiyastri Veronica (2013) penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras dengan

Metode Economic Order Quantity (EOQ) Multi Produk guna


35

Meminimumkan Biaya pada CV Lumbung Tani Makmur di

Banyuwangi” menyimpulkan bahwa Penelitian dengan rancangan

riset tindakan untuk dasar perencanaan pembelian bahan baku

optimal dengan pendekatan model joint economic order quantity

(JEOQ) dengan dua pendekatan, yaitu : (1) pendekatan JEOQ tanpa

mempertimbangkan variasi siklus produksi beras, dan (2)

pendekatan JEOQ dengan mempertimbangkan variasi siklus

produksi beras. Bahan baku yang dimaksud adalah padi “lemes”

(padi IR64 dan padi Ciherang), dan padi “kaku” (IR66 dan IR74),

untuk diproduksi menjadi beras kualitas A (dengan merk kemasan

Jalak Bali), kualitas B (dengan merk kemasan Lumbung Padi), dan

kualitas C (beras standard Bulog).


36

2.1.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran diperlukan untuk memberikan gambaran

sistematika yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang dihadapi

para peneliti. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

dilihat pada gambar dibawah ini :

PT Kanawood Indo Makmur

Perencanaan Bahan Baku

Pembelian Bahan Baku

Persediaan Bahan Baku

Proses Produksi

Kesimpulan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran


Sumber data: Penulis, 2018

Bagi perusahaan, mengolah bahan baku menjadi produk jadi dengan

kualitas yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi

persaingan global. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi

diperlukan proses produksi yang lancar, kelancaran proses produksi dapat

meningkatkan pendapatan perusahaan. Dalam proses produksinya,


37

perusahaan membutuhkan perencanaan dalam pengadaan bahan baku.

Oleh karena itu perusahaan membutuhkan pengendalian terhadap

persediaan bahan baku, sehingga bahan baku yang nantinya akan diproses

tidak mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas. Proses produksi

yang dijalankan perusahaan efektif dan menghasilkan produk sesuai

dengan target yang ditentukan perusahaan.

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Bahan baku bagi

suatu perusahaan memiliki peran penting terhadap kelangsungan proses

produksi. Pengendalian bahan baku dilakukan agar kegiatan proses

produksi tetap lancar. Bahan baku perlu dikendalikan saat dimulai dari

aktivitas masukan dari bahan baku tersebut hingga keluaran dari bahan

baku tersebut. Bentuk masukan bahan baku dilakukan dengan penentuan

jumlah persediaan yang tepat dengan menggunakan analisis kebutuhan

bahan baku, sehingga dapat diketahui persediaan bahan baku, dan

pembelian bahan baku sebagai proses pengadaan bahan baku.

Apabila jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan

perusahaan maka akan menyebabkan ketidaklancaran proses produksi,

sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku yang

terlalu banyak akan menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar,

begitu pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat

mencukupi kebutuhan untuk proses produksi. Setiap perusahaan selalu

dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mengefisiensikan biaya

produksinya agar dapat tercapai jumlah produksi yang maksimal. Biaya-


38

biaya produksi tersebut meliputi biaya pengelolaan bahan baku, biaya

proses produksi hingga biaya pemasaran produk yang telah jadi. Biaya

pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan salah satu dari

jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar, sehingga diperlukan

adanya pengendalian persediaan bahan baku.


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan proses yang bertahap, yakni dari

perencanaan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu penelitan,

pengumpulan data dan hasil penelitian. Penulisan penelitian yang akan

dilakukan yaitu penelitian secara deskriptif yang bersifat kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif lebih menenkankan analisisnya pada proses

penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati. Penulis menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas tidak berhubungan

dengan angka-angka tapi lebih mengarah untuk mendeskripsikan,

menganalisis, menggambarkan, menguraikan, akuntansi pembelian bahan

baku pada PT Kanawood Indo Makmur.

3.2 Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Kanawood Indo Makmur yang beralamat

di Jalan Raya Tempeh KM 7 Lumajang – Jatim, Indonesia. Perusahaan ini

bergerak dibidang industri pengolahan kayu. Produksi yang dihasilkan

yaitu produksi kayu tempel (bare core). Pemilihan lokasi penelitian ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa PT Kanawood Indo Makmur sudah

tersedia data yang dibutuhkan dalam penelitian.

39
40

3.3 Sumber dan Jenis Data

3.3.1 Sumber Data

Sumber data menurut Husein dalam penelitian Qodariyah (2017:44)

menjelaskan bahwa:

a. Data internal merupakan data yang di dapat dari dalam perusahaan

atau organisasi dimana riset dilakukan.

b. Data eksternal merupakan data yang didapat dari biro pusat statistik.

Berdasarkan pengertian sumber data di atas menjelaskan data

internal dan data eksternal, untuk memperoleh data yang baik dalam

penelitian teknik analisis data kualitatif deskriptif. Berarti peneliti perlu

menggunakan data internal, karena peneliti mendapatkan data langsung

dari perusahaan manufaktur PT Kanawood Indo Makmur Lumajang

mengenai data pengendalian persediaan bahan baku.

3.3.2 Jenis Data


Husein dalam penelitian Qodariyah (2017:44) menyatakan bahwa:
a. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang bisa dilakukan oleh peneliti.
b. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain
misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram.

Berdasarkan pengertian jenis data di atas menjelaskan jenis data

primer dan data sekunder, data primer merupakan sumber data penelitian

yang diperoleh secara langsung dengan melalui wawancara langsung

dengan narasumber. Sedangkan jenis data sekunder merupakan data yang

umumnya berupa arsip atau catatan, tabel, diagram yang terdapat di PT

Kanawood Indo Makmur Lumajang.


41

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Sugiyono (2013:224) meyatakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Imam (2015: 141)

menyatakan bahwa ada tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu

observasi (pengamatan), wawancara dan kriteria penyususnan pertanyaan,

dokumentasi.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data hanya menggunakan

dua macam teknik pengumpulan data yaitu teknik pengumpulan data

dokumentasi dan wawancara.

3.4.1 Wawancara
Teknik pengumpulan data wawancara merupakan pertemuan tentang

dua pihak yang melakukan komunikasi tanya jawab langsung dengan

narasumber untuk memperoleh data yang diinginkan. kegiatan ini

dilakukan secara terbuka agar mendapat informasi data perusahaan yang

akurat dan lengkap.

3.4.2 Dokumentasi

Teknik pengumpulan data Dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang menggunakan dokumen-dokumen yang ada di

perusahaan dan mempelajari dokumen-dokumen, catatan-catatan, maupun

formulir di perusahaan yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data dokumentasi sangat berguna karena

untuk mengetahui data-data yang akan dipakai dalam penelitian. Data yang

diperoleh dengan metode dokumentasi berupa profil perusahaan, struktur


42

organisasi perusahaan beserta tugas masing-masing bagian dan dokumen-

dokumen lainnya yang berkaitan dalam sistem pengendalian bahan baku.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Sistem informasi akuntansi

b. Pengendalian persediaan bahan baku

3.5.2 Definisi Konseptual Variabel

a. Sistem Informasi Akuntansi

Krismiaji dalam penelitian Qodariyah (2017:45) menyatakan

bahwa “sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang

memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang

bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan dan

mengoperasikan bisnis.”

b. Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Kelancaran proses produksi sangat ditentukan oleh tersedianya

bahan baku dalam jumlah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Hal ini disebabkan karena bahan baku merupakan faktor

utama dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu perusahaan.

3.5.3 Definisi Operasional Variabel

1. Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi adalah data yang di rubah menjadi

informasi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk

merencanakan, mengendalikan dan mengoperasikan.


43

2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian persediaan bahan baku adalah suatu sistem

persediaan dengan serangkaian kebijakan pengendalian untuk

menentukan tingkat persediaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau

kekurangan persediaan bahan baku.

3.6 Teknik Analisis Data


Anwar (2011:115) menyatakan bahwa “teknik analisis data adalah
mendeskripsikan teknik analisis apa saja yang akan digunakan oleh
peneliti untuk menganalisis data yang akan dikumpulkan tersebut
ditentukan oleh masalah penelitian yang sekaligus mencerminkan
karakteristik tujuan apakah untuk eksplorasi, deskripsi atau menguji
hipotesis.”

Sugiyono dalam penelitian Siti (2017:46) menyatakan bahwa teknik


analisis data kualitatif adalah:
a. Dilakukan pemilahan dan juga penyusunan klasifikasi data.
b. Dilakukan penyuntingan data
c. Dilakukan konfirmasi data yang memerlukan verifikasi data dan
pendalaman data
d. Dan terakhir dilakukan analisis data sesuai dengan konstruksi
pembahasan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif,

yang artinya peneliti mendapatkan data yang ada di lapangan maupun dari

tinjauan pustaka selanjutnya peneliti mengolah data tersebut dengan

sedemikian rupa sehingga bisa memberikan data yang akurat dan

sistematis mengenai permasalahan di perusahaan.


44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah berdiri pabrik kayu PT Kanawood Indo Makmur bermula

dari usaha kecil rumahan yang memproduksi alat elektronik berupa sound

sistem, dengan naman NETRON, kemudian bergerak ke usaha

wooldworking dan furniture yang berdiri sejak tahun 2013. Sebuah

perusahaan yang bergerak dalam bidang furniture dan wooldworking

dimana barecore adalah salah satu produk unggulan. Yang lebih tepatnya

perusahaan pengolahan kayu balok yang di proses menjadi barang

setengah jadi untuk di ekspor ke negara Taiwan dan China. Perusahaan PT

Kanawood Indo Makmur berlokasi di Jl. Raya Tempeh KM 7 desa Besuk,

Kec. Tempeh, Kab.Lumajang. Perusahaan ini di dirikan oleh bapak

Antonius Wijanto dan ibu Marisca Muktiwidjojo.

4.1.1.2 Tujuan Perusahaan

PT Kanawood Indo Makmur bertujuan untuk menjadi pemimpin

industri kerajinan kayu dan furniture di Indonesia dan berusaha untuk

memiliki bisnis jangka panjang dengan menyediakan layanan dan kualitas

produk yang sangat baik kepada klien. Untuk mencapai hal ini, perusahan

percaya komunikasi adalah faktor kunci karena akan membantu semua

pihak yang terlibat menemukan peluang baru di pasar, berbagai kesulitan

44
45

dan akhirnya memperkuat hubungan. Selain itu perusahaan melibatkan

komunitas sebanyak mungkin dengan sumber materi dan mitra lokal dan

terpercaya yang perusahaan ketahui, karena itu mendukung komunitas

perusahaan dengan menciptakan hubungan yang berarti. Kami

menempatkan pelanggan dan klien di pusat. Perusahaan memberi nilai,

tantangan dan penghargaan kepada orang-orang yang telah membantu atas

pencapaian perusahaan dan mendorong untuk kinerja keuangan yang

berkelanjutan. Perusahaan membangun masa depan berdasarkan pondasi

bisnis keluarga.

Tujuan pembangunan kegiatan pengolahan kayu desa Besuk

kecamatan Tempeh kabupaten Lumajang adalah merupakan busines untuk

menyediakan bahan mebeler (furniture) dari bahan dasar kayu sengon atau

kayu keras lainnya yang ada di dalam negeri, membantu pemerintah dalam

menyediakan lapangan kerja khususnya yang ada di kabupaten Lumajang,

karena sebagai dampak positif dengan adanya industri akan memberi

peluang menyerap tenaga kerja dan lapangan usaha.


46
PRESIDENT
Anthony VICE PRESIDENT
Larry
4.1.1.3 Struktur Organisasi PT Kanawood Indo Makmur INTERNAL
CONTROL
Endro

FINANCE MARKETING I.T MANUFACTURING PURCHASING FACTORY


Steve/Marisca Anthony Chandra Prastowo Elly Harijadi
H.R.D
Vitta
ACCOUNTING EXIM
Budi Sugyono P.P.I.C KA. PRODUCTION MEKANIK LOGIS KEAM DEVE HUMAS
Ratno Agus Indarto Hamim TIK UMUM ANAN LOP &
PEMBELIAN Kris Gatot Shelter MENT LEGAL
TAX Q.C UMUM
Arie Vivin *Evi
MESIN
BARECORE
*Wahyu Dedi BENGKEL PEMBAN
RPPBI KASIR Saiful GUNAN
*Adi Haryono *Yayuk
LISTRIK PABRIK
KD PERAWATAN
GUDANG *Mujadi FINGER JOINT
FORK PEMBELIAN BANGUNAN R&D
KAYU *Akuwan
KERING LIFT KAYU Antok
*Anton
GUDANG SOPIR
KAYU LUNCH BOX &
PEDANG PERAWATAN PENJUALAN
*Madin PERA GRADER MOBIL
*Trihadi LOKAL
GUDANG *Agus Budianto WATAN LUAR Gatot
KAYU
BASAH GRADER
&
TALLY
SAWMILL/VACUM
Gambar 3. Struktur Organisasi *Toyib

Sumber: Perusahaan PT KANAWOOD INDO MAKMUR

46
47

4.1.1.4 Tugas-Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Perusahaan

Adapun tugas-tugas dan tanggung jawab yang terdapat di perusahaan

PT Kanawood Indo Makmur:

a. Finance atau Acounting, yakni bertanggung jawab atas segala

pembukuan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan.

b. Marketing, yakni bertugas untuk memasarkan produk-produk

perusahaan kedalam negeri maupun keluar negeri.

c. I.T, yakni bertugas untuk memprogram software untuk laporan

produksi dan berkaitan dengan komputer.

d. Manufacturing, yakni bertanggung jawab memimpin seluruh divisi

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

e. Purchasing, yakni bertanggung jawab atas semua hal yang berkaitan

dengan pembelian baik pembelian logistik maupun pembelian bahan

baku.

f. Q.C, yakni bertanggung jawab atas kualitas produk perusahaan.

g. PPIC (Plan Production Inventori Control), yakni bertugas sebagai

perencana seluruh aktifitas produksi baik dari seluruh bahan baku,

proses sampai dengan pengiriman.

h. Mekanik, yakni betugas untuk menjaga dan merawat semua yang

berhubungan dengan mesin produksi.

i. Logistik, yakni bertanggung jawab untuk melakukan pembelian

barang-barang baik sparepart maupun alat penunjang produksi.

j. Umum, yakni bertugas untuk mengurusi perbaikan infrastuktur

pabrik.
48

k. H.R.D atau personalia, bertugas untuk menerima karyawan, PHK

karyawan, mengontrol kedisiplinan karyawan dan menerima daftar

hadir atau absen dari masing-masing bagian.

l. Keamanan, yakni bertugas untuk menjaga keamanan kawasan

pabrik.

m. Humas, berkaitan dengan perijinan pabrik dan laporan ke dinas.

4.1.1.5 Jumlah Karyawan Perusahaan

Jumlah karyawan yang terdapat di PT Kanawood Indo Makmur

kurang lebih sebanyak 474 karyawan yang terbagi di beberapa bagian:

Tabel 1.
Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Karyawan
Laki-Laki 301
Perempuan 173
Jumlah 474

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur


49

Tabel 2.
Jumlah Karyawan Berdasakan Jabatan dan Tingkat Pendidikan
Jenis
Jabatan Pendidikan kelamin jumlah
L P
Manager Operasional Sarjana 1 - 1
Produksi
Kepala Bagian Sarjana 6 1 7
Staf SMA/Sederajat/Sarjana 4 1 5
BagianTeknik/Mandor SMA/Sederajat 4 - 4
Operator/Pekerja SD/SMP/SMA/sederajat 280 171 451
Keamanan/Satpam SMP/SMA/Sederajat 6 - 6
JUMLAH 474
Keterangan:
Kepala Bagian : Personalia, Keuangan, EXIM, PPIC, Produksi, Wood Working,
MKL
Staf : IT, Gd. Kayu/Basah, Grader, PPIC

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur

4.1.2 Hasil Pengumpulan Data

Proses produksi sangat sederhana, sebagaimana tertuang dalam

bagan alur produksi tersebut, adapun proses produksi di awali dengan

penerimaan Log kayu sengon dari masyarakat sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan kemudian proses sesuai dengan rencana produksi yang

dikehendaki.
50

4.1.2.1 Alur Proses Produksi

Proses produksi dari LOG kayu atau kayu glondongan sampai

menjadi hasil produksi dapat dilihat dalam bagan alur sebagai berikut:

Alur proses produksi kayu gergajian

LOG Proses Kupas Kulit Bansaw


Kayu Pembelahan

Kayu
Gergajian Pengeringan Kayu Gergajian Kering
Persegi
Gambar 4. Alur Proses Produksi Kayu Gergajian

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur

Alur proses produksi barcore

LOG PROSES PROSES


kayu SAW MILL PENGERINGA
N

DOUBLE SINGGLE SHAPPER


PLANER MULTIRIP PLANER

BARE CORE

PENGEPAKAN
Gambar 5. Alur Prose Produksi Barecore

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur


51

4.1.2.2 Persiapan Bahan Baku

Hamparan hutan rakyat di kabupaten lumajang 90% ditanami dengan

tanaman sengon sehingga untuk bahan baku pengolahan kayu tidak perlu

mendatangkan dari luar daerah, cukup dari masyarakat lumajang bahan

baku untuk produksi kayu gergajian sudah memenuhi target.

4.1.2.3 Kapasitas Kebutuhan Bahan Baku

Bahan baku berupa LOG kayu yang berasal dari kabupaten

Lumajang maupun luar kabupaten Lumajang dengan rencana kebutuhan

bahan baku kayu sengon kurang lebih 100.000 M3 per tahun yang

bersumber dari kayu rakyat.

Tabel 3.
Bahan Baku
Rencana
No Jenis bahan baku Asal kapasitas
(M3)/tahun
Kabupaten
1 Bahan baku kayu sengon Lumajang /luar 100.000 M3
dan kayu keras lainnya kabupaten
Lumajang

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur

4.1.2.4 Promosi Penjualan Produk

Promosi penjualan produk pada PT Kanawood Indo Makmur tidak

memiliki divisi khusus untuk marketingnya. Segala promosi perusahaan

dilakukan oleh owner sendiri karena perusahaan ini termasuk perusahaan

perseorangan.
52

4.1.2.5 Pemasaran Produk

Hasil produksi dalam perusahaan PT Kanawood Indo Makmur ada

empat hasil produksi mulai dari barecore, lunch box, finger joint dan stick

prayer tapi dalam penelitian ini lebih memfokuskan pemasaran hasil

produksi barecore. Hasil produksi PT Kanawood Indo Makmur di kirim

ke beberapa negara sesuai dengan kebutuhan produknya, antara lain :

a Barecore diekspor ke Taiwan dan Cina

b Lunch Box diekspor ke Taiwan dan Cina

c Finger Joint diekspor ke Taiwan dan Cina

d Stick Prayer dikirim lokal yaitu ke Surabaya


53

4.1.2.6 Alur Keuangan Perusahaan Dalam Melakukan Pembelian Bahan

Baku

Sumber dana di PT Kanawood Indo Makmur berasal dari owner

langsung dengan alur permintaan dana untuk purchasing sebagai berikut:

Permintaan pembelian barang dari masing-masing


divisi diajukan ke bagian purchasing

Purchasing cek stok barang


di logistik

Diajukan ke owner sebagai otoritas


semua pembelian barang / pengeluaran
keuangan

Disetujui Tidak
disetujui

Pembelian dilakukan
oleh purchasing

Gambar 6. Alur Keuangan Pembelian Bahan Baku


Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur
54

4.1.2.7 Data Persediaan Bahan Baku 2015 Selama 6 Bulan Produksi

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang di peroleh dari PT

Kanawood Indo Makmur, berikut adalah rincian kebutuhan bahan baku per

bulan:

Tabel 4.
Persediaan bahan baku per bulan

Hasil
bulan Kayu (M3) Lem (kg) Dempul (kg) produksi
(M3)
Januari 439,1070 200 300 14,8509
Februari 332,9161 150 200 6,4413
Maret 272,1972 100 150 22,9269
April 824,3647 300 400 60,2770
Mei 1174,9900 500 650 146,3786
Juni 973,8697 400 500 109,8240
Juli 602,4523 200 300 40,7648

Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur

4.1.2.8 Alur Penyimpanan Hasil Produksi

Alur penyimpanan barang ini untuk mengurangi kekurangan dan

kerusakan hasil produksi, jadi bahan baku di simpan dengan baik sehingga

siap untuk dipasarkan:

menerima dari di simpan kedalam menyalurkan barang


bagian produksi gudang kepada customer
penyimpanan

Gambar 7. Alur Penyimpanan hasil produksi


Sumber : Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur
55

4.1.2.9 Flowchart Pembelian, Penerimaan dan Peyimpanan Bahan Baku

Supplier
Bahan Baku

LOG SAWN TIMBER


(Bahan Baku Veneer) (Bahan Baku Barecore)

1. Masuk ke produksi Masuk ke area


Lunch Box
gudang basah
2. Stok Log diletakkan
di area Log Yard

Masuk ke Klin Dry


(Chamber pengering
bahan baku)

keluar KD stok
diletakkan di gudang
kayu kering
Gambar 8. Flowchart Pembelian, Penerimaan dan Peyimpanan Bahan Baku
Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur

4.1.2.10 Wawancara

Pertanyaan Wawancara:

A. Tahun berapa PT Kanawood Indo Makmur di dirikan dan siapa nama

pendirinya?

B. Jenis bahan baku kayu apa saja yang di pilih oleh PT Kanawood Indo

Makmur dalam melakukan produksi barecore ?

C. Bagaimana kalau suatu saat mengalami kelangkaan bahan baku atau

kekurangan bahan baku? Dan langkah apa yang akan di ambil jika

perusahaan mengalami kelangkaan dan kekurangan bahan baku?


56

D. Strategi apa yang dilakukan untuk menjaga pengendalian bahan baku?

E. Seperti apa sistem pembelian produk barecor antara PT Kanawood Indo

Makmur dengan buyer ?

F. Seperti apa standart produk yang terdapat di PT Kanawood Indo Makmur

supaya bisa di terima oleh pasar?

G. Bagaimana standart bahan baku yang terdapat pada PT Kanawood Indo

Makmur?

H. Rata-rata pemesanan produk barecore kepada PT Kanawood Indo

Makmur?

I. Seperti apa kuantitas pembelian bahan baku yang di tentukan oleh PT

Kanawood Indo Makmur?

J. Seperti apa sistem pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT

Kanawood Indo Makmur?

K. Terdapat kendala apa saja saat melakukan pembeliaan bahan baku?

L. Berapa keperluan bahan yang di perlukan pada PT Kanawood Indo

Makmur?

M. Dari mana saja pasokan pembelian bahan baku dan apa ada kesepakatan

terlebih dahulu dengan pemasok?

N. Seperti apa cara-cara penyimpanan bahan baku dan apa ada cara khusus

untuk menyimpan bahan baku?

O. Seperti apa cara mengendalikan bahan baku yang dilakukan oleh PT

Kanawood Indo Makmur?


57

P. Ada berapa jumlah bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan dan ada

berapa pemasok yang melakukan pengiriman ke perusahaan? Dan ada

berapa persediaan pengamanan bahan baku?

Q. Seperti apa bentuk pembiayaan yang di keluarkan dari pembelian bahan

baku?

R. Dalam melakukan pembelian bahan baku, apa sudah sesuai dengan

rencana di lapangan dan apakah sudah sesuai dengan target perusahaan?

S. Berapa sift kerja yang ada di PT Kanawood Indo Makmur dan setiap sift

ada berapa jam waktu kerja?

Jawaban hasil wawancara:

A. PT Kanawood Indo Makmur di dirikan pada tahun 2018 dan di dirikan

oleh Bapak Antonius Wijanto, Bapak Laurance dan Ibu Marisca

Muktiwidjojo.

B. Jenis bahan baku kayu sengon yang berbentuk Balken dan LOG

C. Akan terjadi penurunan hasil produksi dan langkah yang akan di ambil

yaitu:

1 Menyetok persediaan bahan baku

2 Menaikkan sedikit harga beli bahan baku

3 Tidak terlalu tinggi standart bahan baku

D. Strategi yang dilakukan untuk menjaga pengendalian bahan baku:

1 Perusahaan memberikan uang DP kepada suplier

2 Menaikan sedikit harga bahan baku

3 Menjalin mitra kerja dengan suplier

4 Mempercepat proses pembayaran


58

E. Sistem pembelian produk barecore antara PT Kanawood Indo Makmur

dengan buyer:

1 Buyer mengontrol langsung barang yang akan dibeli

2 Membuat kesepakatan mengenai harga, kualitas dan jumlah

3 Mengajukan purchase order

F. Untuk Grade A

1 Joint harus rapat

2 Tidak ada kayu busuk

3 Tidak lubang

4 Tidak basah

5 Tidak nonor/bluestin

6 Kuat rapat dan rata

7 Mata dan hati kayu tidak mau

8 Dempul tidak kotor

9 10cm dari setiap sisi harus bersih

Untuk Grade B

1 10cm harus grade A dan bersih

2 Tidak terlalu banyak dempul

3 Polos tidak bolak balik

4 Bluestain bagus

5 Tidak busuk dan basah

6 Hati kayu bagus

7 Mata kayu tidak mau

8 Joint harus rapat


59

9 Kuat rapat rata

10 Tidak nonor

G. Standart dan jenis bahan baku

1 Grade A balken

a. Ukuran tebal = 6,2 dan 5,2 cm

Lebar = 8.3, 10, 12.3, 14.3 dan 15.3 cm

Panjang = 130 cm

b. Polos tiap sisi (1 cm kanan dan kiri)

c. Busuk tidak mau

d. Nonor (hati kayu) dan bluestin (jamur) tidak mau

e. Pecah ujung tidak mau

f. Hati panjang dan tali air tidak mau

g. Masih segar (max 7 hari dari proses potong kayu)

2 Grade ON balken

a. Ukuran sama untuk semua grade

b. Polos tiap sisi (2cm kanan dan kiri)

c. Busuk tidak mau

d. Nonor (hati kayu) dan bluestin (jamur) tidak mau

e. Pecah ujung tidak mau

f. Hati panjang dan tali air tidak mau

g. Masih segar

3 ALL grade

a. Ukran sama untuk semua grade

b. Pelos 60% dari luas permukaan lebar


60

c. Busuk tidak mau

d. Nonor (hati kayu) tidak mau

e. Hati panjang, bluestin (jamur) dan tali air bagus

f. Pecah tidak mau

H. Rata-rata pemesanan produk barecore setiap bulannya mencapai:

40 container yang di bagi dari 30 container grade A dan 10 container

grade B

I. Kuantitas pembelian bahan baku:

1 Kuantitas pembelian ditentukan dengan purchase order

2 Kuantitas pembelian ditentukan dengan ketersediaan bahan baku

3 Kuantitas pembelian dianggarkan 10% lebih besar dari P.O

Perhitungan :

a. Container grade A = memerlukan 107 M3 bahan baku grade A

b. Container grade B = memerlukan 107 M3 bahan baku:

 60% bahan baku grade A

 40% bahan baku ON grade / ALL grade

Jadi kuantitas pembelian adalah :

 Pembelian

30 container x 107 M3 grade A = 3.210 M3 grade A

10 container x 107 M3 = 1070 M3

1070 x 60% (grade A) = 642 M3 grade A

1070x 40% (grade ON) = 428 M3 grade ON

 10% dari P.O

Grade A = 3.210 + 642 M3 x 10% = 385,2 M3


61

Grade ON = 428 M3 x 10% = 42,8 M3

 Kuantitas bahan baku

Pembelian + 10% dari P.O

Grade A = 3852 + 385,2 = 4237,2 M3

Grade ON = 428 + 42,8 = 470,8 M3

4708M3

J. Sistem pembelian di PT Kanawood Indo Makmur:

Perusahaan mengeluarkan P.O kepada suplier kayu kemudian perusahaan

akan mengirimkan grader untuk mengontrol kualitas dan jumlah bahan

baku. Pembayaran akan dilakukan apabila perusahaan menerima invoice

penagihan dari suplier kayu dan keluarnya BAP.

K. Kendala saat melakukan pembelian bahan baku:

1 Harga jual barang jadi

2 Harga beli bahan baku

3 Ketersediaan bahan baku

4 Persaingan dari perusahaan lain

L. Keperluan bahan baku adalah:

Grade A = 4237,2 M3

Grade ON/ALL = 470,8 M3

4708 M3

M. Dari mana saja pasokan pembelian bahan baku dan apa ada kesepakatan

terlebih dahulu dengan pemasok :


62

1 Bahan baku PT Kanawood Indo Makmur dipasok dari petani yang

ada di wilayah Lumajang dan wilayah luar Lumajang bisa di bilang

pasokan dari seluruh wilayah Jawa Timur.

2 Sebelum melakukan pembelian bahan baku PT Kanawood Indo

Makmur melakukan kesepakatan/kontrak terlebih dahulu dengan

petani kayu.

N. Proses penyimpanan dan perlakuan bahan baku :

1 Penataan bahan baku basah (sticking)

2 Pengeringan dalam kiln dry untuk mengurangi kadar air hingga

mencapai 8 - 10%

3 Penyimpanan diruang tertutup dan tidak lembab

O. Seperti apa cara mengendalikan bahan baku yang dilakukan oleh PT

Kanawood Indo Makmur :

1 Mengadakan kontrak kerja dengan para pengusaha kayu gergaji dan

petani kayu

2 Membuat persediaan bahan baku

3 Menggunakan bahan baku sebaik mungkin

4 Melakukan permainan grade untuk menarik suplier kayu

P. Ada berapa jumlah bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan dan ada

berapa pemasok yang melakukan pengiriman ke perusahaan? Dan ada

berapa persediaan pengamanan bahan baku ?

1 Kapasitas perhari mencapai 200 m3 kita kalikan dengan hari efektif

kerja grader 26 hari. Jadi bahan baku yang masuk tiap bulan

=200x26 = 5200 m3
63

2 Jumlah pemasok bahan baku yang memasok bahan baku ke PT

Kanawood Indo Makmur ada 17 pemasok.

3 Persediaan bahan baku pengaman yang ada di PT Kanawood Indo

Makmur ada 200 m3

Q. Seperti apa bentuk pembiayaan yang di keluarkan dari pembelian bahan

baku :

1 Biaya karyawan

2 Biaya transport

3 Biaya konsumsi

4 Biaya admin dan PPN

R. Dalam melakukan pembelian bahan baku PT Kanawood Indo Makmur

sudah sesuai dengan target perusahaan dan sudah sesuai dengan rencana

yang ada di lapangan.

S. Ada 2 sift kerja yang ada di pt kanawood indo makmur yaitu sift pagi dan

sift malam. Setiap sift ada 7,5 jam waktu kerja.

4.1.3 Hasil Analisis Data

Supaya proses produksi terus berjalan, perusahaan harus bisa

mengendalikan bahan baku, untuk menjamin kelancaran dalam

kelangsungan proses produksi, perusahaan menggambarkan dengan

flowchart seperti di bawah ini:


64

Bagian Pembelian Bagian Penyimpanan bagian produksi

1 2 3

mulai penerimaan bahan masuk ke bagian


baku gudang kayu kering
Permintaan pembelian
ke bagian purchasing Masuk ke area DOUBLE
gudang basah PLANER

Purchasing cek
stok barang di Masuk ke MULTIRIP
logistik pengering bahan
baku
SINGGLE
PLANER
Diajukan ke bagian
keuangan masuk ke bagian
gudang kayu kering SHAPPER

di setujui 2 BARE CORE


perusahaan untuk 3
melakukan
pembelian mengeluarkan PENGEPAKAN
P.O kepada
suplier kayu
pabrik selesai
mengeluarkan grader mulai
P.O kepada mengecek kualitas
suplier kayu dan jumlah bahan
baku di lapangan

2
perusahaan menerima
invoice penagihan dari
supplier kayu

perusahaan
melakukan
pembayaran kepada
supplier kayu

Gambar 9. Alur Proses Produksi Barecore PT Kanawood Indo Makmur


Sumber: Perusahaan PT Kanawood Indo Makmur
65

Prosedur yang diterpakan di PT Kanawood Indo Makmur dalam

menjamin kelangsungan proses produksi barecore:

a Bagian pembelian:

Sebelum melakukan pembelian bahan baku bagian gudang harus

mengecek sisa persediaan bahan baku terlebih dahulu, jika persediaan

bahan baku sudah mulai habis, divisi bagian gudang barecore harus

mengajukan permintaan pembelian kepada purchasing.

Bagian purchasing mengecek ke bagian gudang, apa benar

persediaan bahan baku sudah mulai habis dan wajib untuk membeli

bahan baku lagi, setelah mengecek bahan baku di bagian gudang dan

perusahaan memang lagi membutuhkan bahan baku, selanjutnya

bagian purchasing mengajuakan laporan pembelian kebagian

keuangan.

Bagian keuangan cuma bertugas untuk menyetujui atau tidak

melakukan pembelian bahan baku, jika persediaan bahan baku di

dalam gudang mulai habis, maka bagian keuangan wajib menyetujui

pembelian bahan baku, selanjutnya perusahaan mengeluarkan P.O.

Setelah mengeluarkan P.O kepada supplier kayu, perusahaan

menugaskan bagian grader untuk mengecek kualitas dan jumlah

bahan baku kayu di lapangan.

Perusahaan mendapatkan invoice penagihan dari supplier kayu,

setelah mendapatkan penagihan dari supplier kayu, perusahaan wajib

melakukan pembayaran kepada supplier kayu.


66

b Bagian penyimpanan:

Bagian penyimpanan awal mulanya menerima bahan baku

masuk ke gudang, setelah melakukan penerimaan bahan baku

selanjutnya bahan baku tersebut di masukan ke area gudang basah

setelah itu kayu di masukan ke mesin pengering bahan baku yg

gunanya untuk mengeringkan kayu yang basah, setelah dikeringkan

kayu tersebut masuk kedalam gudang yang namanya gudang kayu

kering.

Bagian penyimpanan bahan baku bertugas untuk menerima dan

menyimpan bahan baku agar bahan baku tidak mengalami kerusakan,

sehingga bahan baku sudah siap untuk di produksi.

c Bagian produksi:

Sebelum melakukan proses produksi barecore bahan baku kayu

harus di keringkan terlebih dahulu, selanjutnya kayu akan di simpan di

gudang kayu kering setelah bahan baku dimasukan ke gudang kayu

kering perusahaan mulai melakukan produksi yang pertama harus

melewati proses produksi double planer.

Proses double planer yaitu proses untuk menghaluskan

permukaan kayu bagian atas dan bagian bawah, sehingga waktu di

produksi sebagai barecore nanti kayu bisa langsung di tempel, tidak

perlu di haluskan lagi.

Proses multirip yaitu proses untuk membelah kayu menjadi

beberapa bagian supaya tebal, panjang, lebar kayu tersebut terbelah

sama ukurannya.
67

Proses singgle planer yaitu berguna untuk menghaluskan

permukaan kayu yang mau di proses menjadi barecore.

Proses shapper adalah proses untuk menyerut permukaan kayu

yang bergelombang agar permukaan kayu yang mau di produksi

menjadi barecore bisa menjadi sama rata.

Setelah melalui beberapa proses barulah kayu-kayu tersebut

mulai di tempel menjadi barecore yang biasanya di sebut kayu

tempel, selanjutnya barecore masuk ke bagian pengepakan dan siap

untuk di jual.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian bertujuan untuk melihat masalah yang

berhubungan dengan faktor-faktor penyebab dan akibatnya yang

ditimbulkan di dalam perusahaan yaitu sebagai berikut:

4.2.1 Pengendalian Bahan Baku Kayu Guna Menjamin Kelangsungan

Produksi Barecore

PT Kanawood Indo Makmur sudah melakukan pengendalian bahan

baku sehingga perusahaan tidak sampai mengalami kekurangan bahan

baku yang bisa mengakibatkan tidak lancarnya proses produksi.

4.2.1.1 Pengendalian Bahan Baku Supaya Proses Produksi tidak Berhenti

Pengendalian bahan baku di PT Kanawood Indo Makmur sangatlah

baik tetapi walaupun pengendalian bahan baku perusahaan cukup baik PT

Kanawood Indo Makmur juga pernah mengalami krisis bahan baku setelah

pernah mengalami krisis bahan baku perusahaan tidak mau terulang lagi

mengalami krisis bahan baku. PT Kanawood Indo Makmur mempunyai


68

cara sendiri untuk menjaga pengendalian bahan baku supaya tidak sampai

kekurangan bahan baku dan proses produksi terus berjalan. Cara

perusahaan untuk mengendalikan bahan baku yaitu perusahaan

mengadakan kontrak kerja dengan pengusaha penggergajian kayu dan para

petani kayu supaya disaat lagi ada krisis bahan baku perusahaan tidak

bingung untuk mencari bahan baku kayu. Perusahaan juga sudah membuat

tempat khusus untuk menaruh bahan baku sehingga persediaan bahan baku

tidak sampai habis dan perusahaan selalu berusaha menggunakan bahan

baku sebaik mungkin dan semaksimal mungkin supaya tidak banyak sisa

bahan baku yang dibuang.

4.2.1.2 Kelancaran Proses Produksi

Kelancaran proses produksi tidak cuma dipengaruhi oleh banyaknya

bahan baku saja, tetapi kelancaran proses produksi juga dipengaruhi oleh

banyaknya karyawan dibagian produksi. PT Kanwood Indo Makmur

mempunyai 451 karyawan di bagian produksi sehingga proses produksinya

menjadi lebih cepat dan lebih maksimal. tetapi walaupun persediaan bahan

baku sudah tercukupi dan karyawan bagian produksi sudah banyak,

perusahaan PT Kanawood Indo Makmur juga pernah mengalami tidak

memenuhi target pemesanan barecore yang di ekspor ke luar negeri. Tidak

tercapainya target bukan cuma di pengaruhi oleh bahan baku dan

karyawan saja tetapi di pengaruhi oleh alam juga, yaitu tidak keringnya

bahan baku kayu karena cuaca lagi musim hujan jadi bahan baku kayunya

banyak yang basah sehingga tidak bisa di produksi.


69

4.2.1.3 Akuntansi Yang Dipakai Dalam Perusahan

PT Kanawood Indo Makmur sudah menggunakan catatan akuntansi

yang baik. Sudah di buktikan melalui laporan produksi bulanan untuk

menghitung keluar masuknya bahan baku yang berkaitan dengan produksi

di dalam perusahaan.

4.2.2 Pengendalian Internal Atas Sistem Informasi Akuntansi

PT Kanawood Indo Makmur sudah menjalankan sistem akuntansi

secara efisien dan efektif sudah bisa mendukung pengendalian bahan baku

perusahaan khususnya dalam proses pengadaan bahan baku. Pengendalian

bahan baku yang baik harus diimbangi dengan perhitungan sistem

akuntansi yang baik juga. Dengan perhitungan sistem akuntansi yang baik

bisa menghindarkan dari kesalah pahaman seperti penyimpangan dan

hilangnya bahan baku yang bisa mengakibatkan ruginya perusahaan.

Untuk membuktikan kalau PT Kanawood Indo Makmur sudah

menerapkan sistem akuntansi dengan baik bisa dilihat dari:

4.2.2.1 Struktur Organisasi

Sistem informasi akuntansi pembelian kalau dilihat dari struktur

organisasi PT Kanawood Indo Makmur bagian purchasing dan

manufacturing sudah memiliki tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri

dan tidak ada perangkapan tugas sehingga bisa membuat pekerjaan

menjadi maksimal hal ini menandakan bahwa PT Kanawood Indo

Makmur sudah membuktikan sistem informasi akuntansi dengan baik.

Karena dengan adanya tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri seperti ini

bisa menghindari kecurangan dalam perhitungan pembelian bahan baku.


70

Dengan adanya sistem informasi akuntansi bisa memudahkan bagian

manufacturing untuk mengecek persediaan bahan baku yang ada di

gudang begitu pula dengan bagian purchasing bisa memudahkan untuk

melakukan pembayaran pembelian bahan baku.

4.2.2.2 Sistem Pengendalian Bahan Baku

Sistem pengendalian bahan baku sangatlah penting bagi perusahaan

manufactur. Dalam sistem pengendalian bahan baku PT Kanawood Indo

Makmur sudah sesuai prosedur tetapi walaupun pengendalian bahan baku

di perusahaan cukup baik belum tentu perusahaan mempunyai persediaan

bahan baku yang cukup untuk memenuhi proses produksi. Karena untuk

memproduksi barecore harus ada kayu kering mungkin kendalanya ada di

bagian klin dry atau tempat pengering kayu, pada musim-musim tertentu

biasanya perusahaan mengeluh tidak bisa memenuhi target karena kayu

tidak kering. Berdasarkan hal tersebut peneliti mengusulkan pada waktu

musim-musimg tertentu khususnya musim hujan yang biasanya menjadi

kendala proses produksi karena kayu tidak kering. Mungkin perusahaan

bisa menambah karyawan di bagian klin dry atau tempat pengering kayu

atau mungkin perusahaan bisa menambah tempat untuk pengeringan kayu.

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan beberapa penjelasan

dari hasil penelitian seperti yang sudah tertulis dalam perumusan masalah

“bagaimana pengendalian bahan baku bare core guna menjamin

kelangsungan proses produksi PT Kanawood Indo Makmur ?”,

bahwasanya PT Kanawood Indo Makmur sudah bisa dikatakan maksimal

dalam melakukan pengendalian bahan baku dalam melakukan kelancaran


71

proses produksi, walaupun perusahaan biasanya mengalami kekurangan

target tetapi di PT Kanawood Indo Makmur ini tidak sampai kekurangan

bahan baku kayu dari supplier jadi perusahaan terus produksi dan tidak

sampai berhenti mengalami krisis bahan baku atau mengalami

pemberhentian proses produksi.

4.2.2.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku

PT Kanawood Indo Makmur sudah menerapkan sistem informasi

akuntansi persediaan dengan baik, karena apa yang telah di butuhkan

sistem informasi akuntansi persediaan bahan baku, PT Kanawood Indo

Makmur sudah memenuhi terlihat dari adanya peralatan, prosedur-

prosedur, sumber daya manusia, formulir, catatan dan laporan yang sudah

memadai.
72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang mengenai

bagaimana pengendalian bahan baku barecore guna menjamin

kelangsungan proses produksi PT Kanawood Indo Makmur yaitu

pengendalian bahan baku di PT Kanawood Indo Makmur sudah cukup

baik walaupun ada sedikit kekurangan bahan baku pada saat waktu-waktu

tertentu dan masalah tersebut mengenai tentang target produksi karena

tidak keringnya kayu di gudang. penulis melihat dan menemukan hal-hal

yang perlu diperbaiki oleh perusahaan yaitu harus di tingkatkan kinerja

karyawan agar bisa memenuhi target perusahaan khususnya dalam gudang

klien dry yaitu gudang persediaan bahan baku kayu kering, supaya pada

musim-musim tertentu perusahaan tidak mengalami kekurangan bahan

baku karena persediaan bahan kayu keringnya tidak kering.

5.2 Saran

Berdasarkan apa yang telah diteliti dan apa yang telah di bahas

sebelumnya penulis mencoba mengajukan beberapa saran untuk PT

Kanawood Indo Makmur dan untuk peneliti selanjutnya sebagai bahan

dalam pengambilan keputusan, yaitu:

1 Sebelum melakukan proses produksi hendaknya para pengawas

meneliti terlebih dahulu bahan baku yang mau diproduksi menjadi

barecore supaya hasil dari produksi lebih maksimal lagi dan bisa

72
73

memenuhi standart kuantitas dan kualitas yang sudah ditentukan

oleh perusahaan dan dalam melakukan proses pengeringan kayu,

hendaknya perusahaan bisa menambah karyawan atau menambah

klin dry atau tempat pengeringan kayu untuk bisa lebih cepat

melakukan pengeringan kayu supaya tidak menjadi kendala dalam

melakukan proses produksi.

2 Untuk peneliti selanjutnya hendaknya para peneliti lebih

memfokuskan penelitian pada proses produksi karena kendala yang

ada di perusahaan itu pasti ada dibagian produksi salah satunya di

bagian pengeringan kayu (klin dry).


74

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, K. 2016. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Dengan


Metode EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) pada PT Mustika Bahan
Jaya Desa Besuk Kec. Tempeh Kab. Lumajang, STIE Widya Gama
Lumajang: Lumajang

Angga P.dkk. 2014. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dalam Upaya


Menjaga Kontinyuitas Produksi pada Perusahaan Tahu UD. Sadar Jaya
Lumajang. Universitas Jember: Jember

Ardana, I.C., & Lukman, H. 2016 Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Pertama.
Jakarta : Mitra Wacana Media, Jakarta

Astyningtyas, Wulandari. 2015. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Kayu Sengon (Study Kasus pada CV Langgeng Makmur Bersama
Sumbersuko Lumajang), STIE Widya Gama Lumajang: Lumajang.

Etik, Z.J. 2017. Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penggajian dan


Pengupahan pada CV Mirai Alam Sejahtera, STIE Widya Gama
Lumajang: Lumajang.

Eva Andriani, S.A. 2016. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan
Baku dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi (Studi Kasus pada
Gaharu Lumajang Community), STIE Widya Gama Lumajang: Lumajang.

Gunawan, I.. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga.
Bagian Penerbit PT. Bumi Aksara: Jakarta

Husein, Umar. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Rajawali Pers, Edisi Kedua: Jakarta.

Ika, Ayu K., and P.Didit Krisnadewara. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Kayu Sengon dengan Metode Eoq ( Studi pada PT Dharma Satya
Nusantara Temanggung), Univetsitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta.

Iqra, Wardani. 2014. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam


Upaya Menekan Biaya Produksi pada PT Eastern Pearl Flour Mills di
75

Makasar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar:


Makasar.

Mieke Adiyastri Veronica, T. 2013. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan


Baku Beras Dengan Metode Economic Order Quantity (Eoq) Multi
Produk Guna Meminimumkan Biaya pada CV Lumbung Tani Makmur di
Banyuwangi. Skripsi Tidak Diterbitkan.Universitas Jember Fakultas
Ekonomi: Jember

Sanusi. A.. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh. Bagian Penerbit
Salemba Empat: Jakarta

Shildah, Rohmawati. 2016. Pengendalian Bahan Baku Bare Core dalam


Menjamin Kontinuitas Produksi pada PT Papan Jaya di Lumajang.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Universitas Jember: Jember.

Siska. Lili Syafitri. Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Barang Dagang


pada PT Sungai Budi di Palembang, STIE MDP: Palembang

Siti, L.Q. 2017. Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Bahan Baku
dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi pada PT Mustikatama
Group, STIE Widya Gama Lumajang: Lumajang.

Anda mungkin juga menyukai