Matra Ambulance Belum Rapi
Matra Ambulance Belum Rapi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ambulan merupakan salah satu komponen EMS (Emergency Medical Services) yang
tersedia 24 jam per hari di sebagian besar rumah sakit. Erdo˘gan et al,. (2008) berpendapat
bahwa efektivitas dari kualitas layanan komponen EMS dapat ditentukan berdasarkan pada
kriteria ganda, termasuk waktu respon ratarata, jenis pelayanan EMS pada masing-masing
staf rumah sakit dan peralatan medis yang digunakan. Pada persoalan ini, indikator yang
sering digunakan dalam menentukan kualitas layanan EMS adalah perbandingan antara
jumlah permintaan yang dipenuhi pada batas waktu tertentu, 8 hingga 10 menit. Sehingga
dalam model perencanaan, jumlah permintaan selalu ditentukan dengan menggunakan
konsep coverage, dimana terdapat suatu titik permintaan diasumsikan dapat dipenuhi oleh
ambulan jika waktu respon rata-rata mempunyai batas waktu. Zaharudin et al. (2009)
menambahkan bahwa tingkat resiko kematian seorang pasien sangat bergantung pada waktu
respon ambulan terhadap permintaan layanan ambulans. Waktu respon yang didefinisikan
adalah waktu saat operator menerima panggilan permintaan layanan ambulans, sehingga
waktu respon menjadi komponen penting dalam menentukan kualitas kinerja EMS.
Amponsah et al,. (2010) memberikan pandangan bahwa komponen EMS merupakan layanan
perawatan yang bersifat out-of-hospital yang disediakan oleh rumah sakit serta menyediakan
transportasi bagi pasien yang memerlukan perawatan medis ke rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang
sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis.Kebanyakan ambulance adalah
kendaraan bermotor, meskipun helikopter, pesawat terbang, dan perahu juga
digunakan.
Interior ambulance memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah
beberapa personel gawat darurat medis.Hal ini juga berisi berbagai perlengkapan dan
peralatan yang digunakan untuk memberi pertolongan kepada pasien saat perjalanan.
Emergency Ambulance (Ambulans Gawat Darurat) adalah unit transportasi
medis yang didesain khusus yang berbeda dengan moda transportasi lainnya.
Ambulans gawat darurat didesain agar dapat menangani pasien gawat darurat,
memberikan pertolongan pertama dan melakukan perawatan intensif selama dalam
perjalanan menuju rumah sakit rujukan. Ambulans gawat darurat juga harus
memenuhi aspek hygiene dan ergonomic.Selain itu ambulans gawat darurat juga
harus dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas yang
professional di bidang pelayanan gawat darurat.
Kebutuhan akan ambulans gawat darurat menjadi sangat penting sebagai pilar
utama dalam rantai pelayanan kesehatan dan emergency respons plan baik di rumah
sakit maupun public service/.perusahaan. Ambulans gawat darurat merupakan sarana
pelayanan medis darurat diluar rumah sakit (pra hospital) dengan kata lain sarana
kesehatan (gawat darurat) menghampiri pasien/korban bukan pasien / korban yang
menghampiri sarana kesehatanan. Dengan demikian respons time pertolongan darurat
dapat terlaksana secara cepat dan tepat, dan terhindar dari keterlambatan.
Pada kejadian kecelakaan transportasi, industri, rumah tangga, Serangan
jantung, dan kegawat daruratan medis lain memerlukan pelayanan Ambulans Gawat
Darurat yang memiliki peralatan memadai, petugas yang professional dan kecepatan
dalam merespons setiap keadaan darurat. Selain itu Evakuasi pasien kritis antar rumah
sakit baik didalam maupun antar kota juga tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan
Ambulans Gawat Darurat.
Dalam rangka mengembangkan pelayanan pra rumah sakit tersebut Pro
Emergency menyelenggarakan pelayanan Ambulans Gawat Darurat yang dilengkapi
peralatan gawat darurat (Emergency kit) yang lengkap dan dioperasikan oleh petugas
yang terlatih.
C. Sejarah Ambulance
KataAmbulance awal sederhana dua roda gerobak digunakan untuk membawa
prajurit sakit atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri.Kata ambulance
berasal dari ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau bergerak. Ambulance
pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas medis yang
dikembangkan di akhir 1700-an di Perancis oleh Dominique-Jean Larrey, ahli
bedah-in-chief di tentara Napoleon.
Larrey mencatat bahwa butuh waktu hampir 1(satu) hari penuh untuk tentara
yang terluka harus dibawa ke rumah sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar
dari mereka meninggal pada saat itu "dari ingin bantuan". Untuk memberikan
bantuan lebih cepat dan menyediakan transportasi cepat, dia merancang kereta
yang ditarik kuda-dikelola oleh petugas medis dan asisten dengan ruang untuk
beberapa pasien dengan tandu.
Korps ambulance pertama militer di Amerika Serikat diselenggarakan pada
tahun 1862 selama Perang Sipil sebagai bagian dari pasukan Uni. Layanan
ambulans pertama sipil di Amerika Serikat diselenggarakan 3(tiga) tahun
kemudian oleh Cincinnati Commercial Rumah Sakit. Pada pergantian abad ini,
paling rumah sakit besar memiliki ambulans sendiri pribadi.Ambulans bermotor
pertama kali pergi ke dalam operasi di Chicago pada tahun 1899.
Di daerah di mana tidak ada rumah sakit besar, mobil jenazah pemakaman
setempat sering kendaraan hanya mampu membawa seorang pasien di tandu, dan
banyak rumah pemakaman juga menyediakan layanan ambulans.Akibatnya,
desain dan konstruksi ambulans dan mobil jenazah terkait erat selama bertahun-
tahun tetap.
Kebanyakan ambulans awal yang hanya ditujukan untuk transportasi pasien.
Setelah tim dokter atau kebakaran departemen penyelamatan diterapkan
pertolongan pertama, pasien dimasukkan ke bagian belakang ambulans untuk naik
cepat ke rumah sakit. Dalam beberapa kasus, dokter berkuda bersama, namun
sebagian besar waktu pasien melaju sendirian dan tanpa pengawasan.
Di Amerika Serikat yang berubah secara dramatis ketika pemerintah federal
melewati Jalan Keselamatan Act pada tahun 1966.Diantara banyaknya standar,
tindakan baru menetapkan persyaratan untuk desain ambulans dan perawatan
medis darurat.Ambulans dengan rendah tersampir, tubuh jenazah seperti
digantikan oleh van bertubuh tinggi untuk mengakomodasi personil dan peralatan
tambahan.Radio dipasang.Banyak ambulans membawa peralatan canggih seperti
defibrilator jantung, bersama dengan gudang obat menyelamatkan nyawa dan
obat-obatan. Hari ini, ambulans datang dalam berbagai bentuk dan ukuran.Desain
yang sederhana dilengkapi untuk memberikan dukungan hidup dasar, atau BLS,
sedangkan yang lebih besar, desain yang lebih canggih dilengkapi untuk
memberikan dukungan kehidupan yang maju, atau ALS. Ambulans dapat
dioperasikan oleh perusahaan swasta, rumah sakit, api lokal atau departemen
polisi, atau organisasi kota-berjalan terpisah.
D. Struktur Ambulance
Produsen Ambulans membeli komponen banyak dari pemasok lain daripada mereka
membuat sendiri. Ini termasuk taksi kendaraan dan chasis, peringatan lampu dan sirene,
radio, sebagian besar komponen sistem kelistrikan, pemanas dan komponen AC, komponen
oksigen sistem, dan berbagai badan trim potongan seperti jendela, mengunci, menangani,
dan engsel.
Jika ambulans memiliki tubuh yang terpisah, kerangka tubuh biasanya terbuat dari
aluminium yang dibentuk atau diekstrusi.Dinding luar dicat lembaran aluminium, dan
dinding interior biasanya lembar aluminium ditutupi dengan lapisan vinyl atau plastik
dilaminasi.subfloor dapat dibuat dari kayu lapis atau mungkin menggunakan plastik sarang
tawon terbuka berintikan dilaminasi pada lembar aluminium.Yang meliputi lantai interior
biasanya vinyl, mulus industri-kelas yang membentang sebagian sampai masing-masing
pihak untuk membersihkan dengan mudah.
Lemari Interior dalam kompartemen pasien biasanya terbuat dari aluminium dengan
transparan, panel plastik tahan pecah di pintu. Meja dan permukaan dinding di daerah
tindakan, daerah segera berlawanan kepala pasien dan dada di bagian depan kiri tubuh
ambulans, biasanya ditutup dengan lembaran halus dari stainless steel untuk melawan efek
dari darah dan cairan tubuh lainnya. Interior dan kursi berlapis kain daerah lainnya
memiliki bantalan busa tahan apidengan penutup vinyl.Interior menangani dan rel terbuat
dari stainless steel. Lainnya potongan trim interior dapat dibuat dari berbagai karet atau
bahan plastik.
Desain Ambulance
Tipe I : Ambulans memiliki tubuh modular, atau dilepas, dibangun di atas chassis truk. Taksi
truk terhubung ke tubuh melalui jendela kecil, tapi penghuni taksi harus pergi ke
luar kendaraan untuk memasuki tubuh ambulans.Desain ini menggabungkan
kemampuan tubuh lebih besar modular dengan berjalan-melalui aksesibilitas
Tipe II : Digunakan van ambulans dengan atap terangkat. Karena konstruksi van, para
penumpang taksi dengan mudah dapat memasuki tubuh dari dalam, walaupun ruang
interior terbatas.
Tipe III : Ambulans memiliki tubuh modular dibangun di atas chassis van cut-jauhnya.
Mempersiapkan Chassis
* Kabel tambahan akan ditambahkan ke taksi, chassis, dan sistem kelistrikan mesin untuk
mengakomodasi lampu peringatan dan sirene dan untuk membawa kekuatan untuk tubuh.
saklar tambahan dan kontrol yang ditambahkan ke dasbor seperti yang diperlukan.
Pemanasan dan sistem AC juga dapat dimodifikasi.
* Lubang yang dibor di frame dan kendaraan rel mounting bracket dipasang untuk mendukung
tubuh ambulans. Rel frame dapat dipotong dengan panjang yang tepat bagi tubuh.
Kualitas Ambulance
Rancangan ambulans diatur oleh beberapa standar, dan produsen harus mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk memastikan kepatuhan dengan standar-standar. Setiap sistem diperiksa dan diuji
untuk instalasi dan operasi yang tepat sebagai bagian dari proses manufaktur. Selain itu, setiap bahan,
dari aluminium dalam tubuh dengan busa di kepala bersandar, disertifikasi oleh produsen untuk
memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan
Tulisan “ambulance” yang berada di depan, samping kanan-kiri dan belakang kendaraan memang
sengaja ditulis terbalik. Alasannya agar pengguna jalan lain dapat melihat tulisan “ambulance”
dengan mudah melalui spion kendaraan mereka dan diharapkan akan memberikan space yang
dibutuhkan untuk memudahkan perjalanan ambulance tersebut.
Tenaga medis dan peralatan pada ambulance
Sebelum mengetahui petugas -petugas atau tenaga medis yang bertugas serta peralatan yang ada
di ambulance, kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis ambulance. Jenis ambulance terdiri
dari ambulance transport, ambulance gawat darurat, ambulance rumah sakit lapangan, dan ambulance
pelayanan medis bergerak.Petugas atau tenaga medis dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan
dengan jenis ambulance.
a. Ambulance transport
Jenis ambulan ini mempunyai fungsi hanya membawa pasiean ke rumah sakit ataupun ke pusat-
pusat pelayanan medis misal: pusat dialisis. Jenis ambulan ini bisa berupa mobil van, bis, ataupun alat
transportasi lain.
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/ tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam
perjalanan. Petugas :
1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi
1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD (pertolongan pertama gawat darurat)
Peralatan :
Tabung oksigen dengan peralatannya
Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC
Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll)
Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya
Ambulance adalah alat transfortasi untuk membawa oaring sakit ataupun terluka menuju rumah
sakit. Kata Ambulance digunakan untuk mendiskripsikan alat transfortasi yang memiliki alat
medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit atau untuk membawa pasien kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut (www.essay.se.2008)
Kata Ambulance secara umum dihubungkan dengan kendaraan motor emergency dengan
peralatan emergency untuk apsien dengan penyakit akut ataupun trauma, yang sekarang disebut
sebagai ambulance emergency,
Jenis ambulance yang lain yaitu ambulance yang dikhususkan untuk hanya membawa
pasien kerumah sakit. Jenis ambulance ini tidak dilengkapi dengan peralatan bantuan dasar
hidup dan biasanya staf paramedic pada ambulance jenis ini mempunyai kualifikasi lebih
rendah jika dibandingkan dengan staf paramedic pada ambulance emergency.
Jenis ambulan ini bisa berupa mobil,van,kapal boat,ambulan udara.
1. PERSAYARATAN AMBULANCE GAWAT
DARURAT Syarat ambulance gawat darurat antara lain
:
a.Idealnya sampai di tempat pasien dalam waktu 6-8 menit agar dapat mencegah
kematian karena sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti jantung atau
perdarahan massif (“to save life and limb”).
b.Berkomunikasi dengan rumah sakit dan ambulance lainnya.
c.Melakukan pertolongan pada persalinan.
d. Melakukan transformasi pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit atau dari
rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
e. Menjadi rumah sakit lapangan dalam penanggulangan bencana.
f. Mampu menanggulangi gangguan A (Airway), B(Breathing), C(Circulation)
dalam batas-batas Bantuan Hidup Dasar (BHD).
g. Juga dilengkapi dengan alat-alat ekstriksi, fiksasi, stabilisai dan transfortasi.
h. Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawat daruratan medic.
2. TEHNIS KENDARAAN
a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
b. Warna kendaraan putih
c. Penggunaan pengatur urada AC dengan pengendali di ruang penemudi.
d. Pintu belakang dapat dibuka kea rah atas.
e. Ruang penderita tidak dipisahkan dari raung pengemudi.
f. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat.
g. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien.
h. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya 2(dua) tandu,tandu dapat dilipat.
i. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan
tindakan.
j. Gantungan infuse terletaksekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat
penderita. k.Stop kontak khusus 12 V DC diruang penderita.
l. Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat
digerakkan. m.Meja yang dapat dilipat.
n. Lemari obat dan peralatan.
o. Tersedia peta wilayah dan detailnya.
p. Penyimpanan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air
limbah q. Sirene 2(dua) nada.
r. Lampu rotator warna merah dan biru.
s. Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi.
t. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia.
catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap 15-
30 menit.
d.Petugas memakai serangam ambulance dengan identitas yang jelas.
4. TUJUAN PENGGUANAAN :
Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit, pengangkutan penderita gawat
darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau
ke rumah sakit, sebagai kendaraan transport rujukan.
Petugas :
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
1 (satu) perawat berkemampuan PPGD
1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS (advanced trauma
life support/advanced cardiac life support)
Peralatan :
Peralatan rescue :
Medis :
Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
Peralatan medis PPGD
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Peralatan monitor jantung dan nafas
Alat monitor dan diagnostik
Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
Minor surgery set
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonox atau gas anastesi
Kantung mayat
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
Ambulan gawat darurat ini yang ada pada RS PKT Bontang.
TUJUAN PENGGUNAAN :
Petugas :
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
1 (satu) perawat berkemampuan PPGD atau BTLS/BCLS
(basictrauma life support/basic cardiac life support)
1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Peralatan :
Peralatan rescue :
Lemari obat dan peralatan
Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar
Peta wilayah setempat dan detailnya
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin
Medis :
Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang
Peralatan medis PPGD
Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi
Suction pump manual dan listrik 12 V DC
Peralatan monitor jantung dan nafas
Alat monitor dan diagnostik
Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa
Minor surgery set
Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya
Entonox atau gas anastesi
Kantung mayat
Sarung tangan disposable
Sepatu boot
TUJUAN PENGGUANAN :
Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan. Digunakan sebagai ambulans
transport.
Petugas :
1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi
Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan
Paramedis lain sesuai kebutuhan
Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS
Peralatan :
Peralatan rescue :
Peta wilayah setempat
Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku
Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin.
Medis :
Laringoscope # Aminophiline
Orapharingeal airway # Cylocard 100 mg
Nasopharingeal airway # Neurobion 5000
Endo Tracheal Tube # Lidocain 2%
Mouth Gage # Diazepam
Magil Forcep # Valium 10 mg
Tounge spatle # Nitrogliserin sublingual
Suction Canule # Adrenalin/ Epineprin
Xylocain jelly # Sulfas atropine 0,25 mg
# Kalmethason
B.BREATHING # Buscopan
Elastis perban
Aluminium foil
Tabung oksigen ½ m3
(portable) Regulator/ Flowmeter
oksigen Scoope streceher
Spalk/ bidai
Long spinal
board Urinal/
pispot
Nierbeken
Head immobilizer
Kendrick extrication
divice Elektrik suction
Manual
suction
Handscoen
Masker
Alat tenun
Safety belt
Peraturan lalin khusus untuk ambulance
1. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan
nyawa orang lain.
2. Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi
ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati.
Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan
melintas dengan hati-hati.
3. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat,
memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta
benda.
4. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu,
setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
5. Dengan adanya pengecualian tentang beberapa peraturan lalin untuk ambulance, bukan berarti
ambulance bebas dikemudikan dengan kecepatan yang ugal-ugalan. Ada batasan kecepatan
yang diperbolehkan dalam mengemudi ambulance, yaitu 60 km/jam ketika berangkat
mengambil penderita dan maksimum 40 km/jam ketika membawa pasien di dalamnya. Hal ini
dikarenakan kecepatan yang tinggi akan menyebabkan stress pada pasien, terlebih lagi jika
sirine dibunyikan. Dan perlu digaris bawahi, jika ambulance membawa pasien dengan
penyakit jantung, sirine TIDAK BOLEH dibunyikan. Jadi, ambulance hanya diperbolehkan
menyalakan lampu rotator saja, akibat bunyi sirine akan berakibat fatal pada pasien penyakit
jantung.
RUANG LINGKUP
Pada saat penderita mengalami kegawatan medik, maka seharusnya secepatnya ada pelayanan
gawat darurat yang membantu penderita.Setelah diberikan pertolongan medik, maka penderita
kemudian dibawa ke rumah sakit, ini disebut sebagai evakuasi medik primer (“primary medevac”).
Penderita yang ada di suatu rumah sakit, mungkin akan dirujuk ke rumah sakit lain, ini disebut
sebagai evakuasi medik sekunder (“secondary medevac”).
Tentu saja sistem sedemikian memerlukan ambulance dan paramedik dalam jumlah yang tidak sedikit.
Ini dapat dilakukan melalui 2 cara :
IMPLEMENTASI
Di Indonesia, banyak penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau kegawat-daruratan yang lain
yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit karena penatalaksanaan yang tidak
memadai. Padahal angka kematian di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika
ada pelayanan gawat darurat yang dapat segera menghampiri penderita, dan dalam perjalanan
penderita kemudian didampingi oleh paramedik dan ambulance yang memadai.Oleh karena itu
masyarakat perlu mengerti fungsi ambulance dan mudah mendapatkan ambulance.
Harus segera dimaklumi, bahwa pada hakekatnya pelayanan gawat darurat yang seharusnya
pergi ke penderita, dan bukan penderita yang dibawa ke pelayanan gawat darurat. Ini mengandung
konsekuensi, bahwa ambulans yang datang ke penderita, dan kemudian membawanya ke rumah
sakit, haruslah merupakan suatu “Unit Gawat Darurat berjalan”, sebaiknya dengan perlengkapan
gawat darurat yang lengkap, dan petugas medik yang ber-keterampilan dalam penanganan gawat
darurat.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai sekarang
masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya sebagian kecil saja dilakukan dengan
ambulan.Dan ambulannya bukan ambulan yang memenuhi syarat tetapi ambulan biasa. Bila ada
bencana dengan sendirinya para korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa
koordinasi yang baik.
Jika Anda akan mengemudikan sebuah ambulans, diperlukan suatu pengetahuan danketerampilan
khusus dalam mengemudi ambulans sehingga meskipun respon harus dilakukan secara cepat namun
perlu dihindari kecerobohan yang mungkin akan membahayakan pasien, orang lain maupun kru
ambulance itu sendiri.
1. Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman, Anda harus :Sehat secara fisik.
2. Anda tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat. Anda dalam mengoperasikan
ambulans, tidak juga kondisi medis yang mengganggu Anda saat mengemudi.
3. Sehat secara mental.
4. Emosi terkontrol.
5. Mengemudikan ambulans bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu
dan sirine.
6. Bisa mengemudi di bawah tekanan
7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi jangan terlalu
percaya diri dengan menantang resiko.
8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi berbeda
ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain
tanpa harus marah.
9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang seperti
marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang lainnya.
11.Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap tekanan
perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
B. Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan
emergensi.Pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir, larangan
menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga menggariskan bahwa
jika seorang pengemudi ambulans mengemudikan kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan
orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya - bisa berupa surat tilang, gugatan pengadilan,
atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan
pengoperasian ambulans:
Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi peraturan ketika
ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi pasien darurat.Ketika
ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi
kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk am
Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak menjadikan
pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan ambulans dengan
ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas
dengan hati-hati.
Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan nyawa dan
hak milik orang lain.
Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat,
memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah
memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam praktek ambulans dan juga
paling sering disalahgunakan.Saat menyalakan sirine, pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik
pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri.
Di bawah ini beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat darurat.
1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan jika
pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus menerus dapat
menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul
stress. Pengemudi kendaraan bermotor
2. Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulans jika sirine terlalu sering
dinyalakan.Beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulans seringkali menyalahgunakan
sirine dalam keadaan non-emergensi.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa semua
pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan,
dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi menjadi panik
jika mendengar bunyi sirine.
5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa berhenti tepat
pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan di depan Anda.
6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti orang lain.
Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti, sehingga dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Ingatlah bahwa peraturan di beberapa negara mungkin
memperbolehkan Anda untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan emergensi yang
sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain. Pengecualian dalam hal ini, mencakup
aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan peraturan lain serta sejumlah batasan
larangan. Namun jangan lupa untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan-
peringatan, hindari menikung tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah.Pastikan bahwa
pengemudi ambulans dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans sedang
berjalan.
Syarat penderita
Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap (memenuhi syarat)
untuk ditransportasikan, yaitu:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi – resusitasi : bila diperlukan, perdarahan
dihentikan, luka ditutup, patah tulang di fiksasi dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :
a. Kesadaran
b. Pernafasan
c. Tekanan darah dan denyut nadi
d. Daerah perlukaan
Untuk mengangkat penderita gawat darurat dengan cepat & aman ke RS / sarana kesehatan yang
memadai, tercepat & terdekat.
a. Panduan mengangkat penderita
• Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
• Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa
• Selalu komunikasi, depan komando
• Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan
• Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat
• Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)
• Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)
• Jangan memutar tubuh saat mengangkat
• Panduan tersebut juga berlaku saat
menarik/mendorong b. Pemindahan emergency :
• Tarikan baju
• Tarikan selimut
• Tarikan lengan
• Ekstrikasi cepat (perhatikan kemungkinan terdapat fraktur servical)
“ human crutch ” – satu / dua penolong, yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul dari
samping
2.Respons
Pengemudi harus dapat mengemudi dalam berbagai cuaca. Cara mengemudi harus
dengan cara defensif (defensive driving). Rotator selalu dinyalakan, sirene hanya dalam
keadaan terpaksa. Mengemudi tanpa mengikuti protokol, akan mengakibatkan cedera lebih
lanjut, baik pada diri sendiri, lingkungan maupun penderita.
3. Kontrol TKP
Diperlukan pengetahuan mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara parkir, serta
kontrol lingkungan.
4. Akses ke penderita
Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang hancur, tetap harus memakai
prosedur yang baku
6. Ekstrikasi
Mengeluarkan penderita dari jepitan memerlukan keahlian tersendiri. Penderita mungkin
berada di jalan raya, dalam mobil, dalam sumur, dalam air ataupun dalam medan sulit
lainnya. Setiap jenis ekstrikasi memerlukan pengetahuan tersendiri, agar tidak
menimbulkan cedera lebih lanjut.
Fasilitas pelayanan ambulance Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang memberikan pelayanan :
3. Pengantaran jenazah.
6. Melayani Latihan Ecakuasi Bencana Industri dengan Tim yang sudah teruji dan handal.
Ambulance
Ambulan Gawat Darurat Rumah Sakit PUPUK KALTIM adalah Ambulan yang secara operasional
pengelolaannya diserahkan kepada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit PUPUK KALTIM,
menjadi sarana untuk rujukan pasien dari dan keluar RS PUPUK KALTIM
Armada Ambulance
Jumlah kendaraan ambulance Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang berjumlah 5(lima)unit dengan
rincian 1(satu)unit ambulance Unit Gawat Darurat lengkap dengan DC Syock+ Face Maker, 1(satu)
unit Ambulance Infeksius, 1(satu) unit Ambulance Non Infeksius dan 2(dua) unit ambulance
Jenasah
Informasi
Pelayanan Ambulans merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu
untuk fasilitas kesehatan disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk
kepentingan kesehatan pasien.
Pelayanan Ambulans hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan kasus
gawat darurat dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
Pelayanan Ambulans dilakukan juga untuk penjemputan dari rumah pasien untuk dibawa ke
Rumah Sakit .
Pelayanan Ambulans 118, yang dilengkapi dengan radio komunikasi dan alat
bantu pertolongan terbaru di dalam ambulans serta tim yang terlatih.
Pengelolaan mobil Ambulance memuat pedoman secara rinci tentang persiapan, pelaksanaan,
pemantauan, dan pelaporan administrasi.
Semua usaha membantu penderita akan sia-sia bila waktu yang diperlukan untuk mendapatkan
bantuan gawat darurat terlalu lama.
Di beberapa kota, maka menelpon nomor 118 sudah akan tersambung ke pusat komunikasi gawat
darurat medik.
Rumah Sakit PKT Bontang untuk layanan ambulance dapat menghubungi ke nomor telpon 0548 –
41118 Kami akan melayani kerumah/ ketempat kejadian.
PERSIAPAN AMBULANS
PEMERIKSAAN AMBULANS
MESIN MATI
MESIN HIDUP
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan pemeriksaan berikut:
1. Tes fungsi indikator di dashboard.
2. Periksa meteran yang terletak di dashboard.
3. Tes fungsi rem.
4. Tes fungsi rem tangan.
5. Tes fungsi setir.
6. Periksa fungsi wiper.
7. Tes fungsi lampu.
8. Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun kompartemen pasien.
9. Periksa perlengkapan komunikasi.
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN
MENGOPERASIKAN AMBULANS
ATURAN DI JALAN
1. Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan untuk respon gawat
darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No 22
Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai
dengan urutan berikut:
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
b. ambulans yang mengangkut orang sakit;
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;
d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi
tamu negara;
f. iring-iringan pengantar jenazah; dan
g. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan (warning device)
berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135: Kendaraan
yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas
Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan
bunyi sirene.
3. Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki kewaspadaan tinggi,
mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh.
SIRENE
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan, pepohonan, semak belukar dan
radio tape dapat menghalangi bunyi sirene.
4. Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi panik karena suara sirene.
5. Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain. Gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.
1. Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat 5,
lampu isyarat- isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna merah.
2. Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada.
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat darurat.
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area bahaya dan jalur
evakuasi.
2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau
kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.
4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di belakang lokasi kejadian (dari
arah datang), sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat
sebelum tanda lain diletakkan.
5. Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah ambulans
Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.
6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada orang lain yang memandu,
karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan pandangan ke arah belakang.
1. Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat darurat jika
dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke ambulans.
2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti lokasi yang berbahaya atau
pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar harus terpasang dan pasien
diimobilisasi dengan spinal board.
STABILISASI
TRANSPORTASI
PENENTUAN TUJUAN
1. Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori di atas adalah:
a. Henti nafas atau henti jantung
b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
c. Kejang berulang atau sedang terjadi
d. Trauma mayor
e. Amputasi
f. Pasien luka bakar
g. Persalinan iminen
h. Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan keputusan
chief ambulans
SEBELUM BERANGKAT
1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan pasien, lanjutkan
penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
1. Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan bahwa Anda siap (atau tidak
siap) untuk pengiriman selanjutnya
2. Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
TIBA DI TEMPAT
1. Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum menikah
2. Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat mengancam jiwa, maka perawatan
dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu.
Situasi ini harus dicatat dengan baik
4. Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa, mereka harus
dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan
perawatan dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan
5. Jika orang tua atau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan transportasi dapat dilakukan
dengan pemberitahuan kepada pihak keamanan (Polisi).
PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL
1. Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum ditetapkan, tindakan resusitasi
harus terus dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk waktu, tempat dan nama
kru yang ada
3. Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya
4. Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenang
1. Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan pencarian atau dicarikan
jalur lain yang dapat diaksses
TINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL
BENCANA MASSAL
1. Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak mampu mengatasi kebutuhan
2. Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan RHA, melaporkannya
dan mendirikan lokasi triase awal
3. Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang
OPERASI STANDAR PENGELOLAAN
MOBIL AMBULANCE
Ditetapkan oleh :
Direktur
I.PENGERTIAN
II.Tujuan
1. Tercapainya pelayanan penderita gawat darurat secara cepat, tepat ,cermat dan professional.
III.KEBIJAKAN
2. Perawat IGD menerima panggilan darurat / kasus yang memerlukan pertolongan ambulans
3. Identitas pelapor dicatat (nama, alamat, nomer telpon), data tersebut diserahkan ke kru ambulan
4. Petugas kru ambulan memastikan laporan tersebut dengan menghubungi nomor telpon pelapor
5. Perawat IGD menghubungi sopir ambulans, apabila sopir tidak ada ditempat, perawat
IGD yang mengemudikan ambulans
6. Kecepatan kendaraan maksimum 40 km/jam di jalan biasa dan 80 km/jam di jalan bebas
hambatan/tol
8. Pada saat sudah mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu rotator.
9. Sebisa mungkin mentaati peraturan lalu lintas yang ada
14.Pengendara mobil Ambulance hanya dapat dilakukan oleh pengemudi yang ditugaskan,
terkecuali karena satu dan lain hal yang mengharuskan diganti oleh pengemudi lain.
V.UNIT TERKAIT
3.UnitICU/ICCU
PEMAKAIAN AMBULANCE
Ditetapkan oleh :
Direktur
I. PENGERTIAN
III. KEBIJAKAN
3. Dalam menuju TKP sopir harus disertai perawat, sedang perawat UGD tidak
harus dengan sopir
4. Untuk kasus gawat darurat, jarak jangkau pelayanan ke TKP tidak boleh lebih
dari 30 menit
IV. PROSEDUR
3. Identitas pelapor dicatat (nama, alamat, nomer telfon), data tersebut diserahkan ke
TPIP
5. Perawat UGD menghubungi sopir ambulans, apabila sopir tidak ada ditempat,
perawat UGD yang mengemudikan ambulans
6. Kecepatan kendaraan maksimum 40 km/jam di jalan biasa dan 80
km/jam di jalan bebas hambatan/tol
8. Pada saat sudah mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu rotator.
9. Sebisa mungkin mentaati peraturan lalu lintas yang adaPetugas membuat/mengisi laporan
keadaan penderita selama transportasi,yang disebut adalah lembar catatan penderita yang
mencakup identitas,waktu dan keadaan penderita.
V.UNIT TERKAIT
1. IGD
2. KEBIDANAN
3. PERAWATAN UMUM
4. RAWAT JALAN
5. HUMAS
PENGGUNAAN AMBULANCE
Ditetapkan oleh :
PROSEDUR Tanggal Terbit
Dr. Nurul Fathoni M.Kes
Direktur
I.PENGERTIAN :
Prosedur penggunaan ambulance adalah prosedur yang mengatur tentang tata cara
penggunaan ambulance.
II.TUJUAN :
Pengangkutan penderita dan tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan
tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan.
III.KEBIJAKAN :
IV.PRTOSEDUR :
konsultassi ke RS lain.
4.Team ambulance berangkat menuju tujuan sambil melapor ke perawat jaga untuk
diketahui.
V.UNIT TERKAIT :
2. Perawatan
3. ICU
5. Kamar Bedah
PENGGUNAAN AMBULANCE JENAZAH
Tanggal Terbit
PROSEDUR
Dr. Nurul Fathoni M.Kes
Direktur
I.PENGERTIAN :
- Jenazah adalah orang yang keadaannya telah menunjukkan hilangnya tanda kehidupan dan
tidak ada harapan hidup kembali.
II.TUJUAN :
III.KEBIJAKAN :
1.Sopir bertanggung jawab atas kesiapan mobil dan keselamatan dalam perjalanan
2.Ambulance harus dikemudikan oleh sopir ambulance (jika berhalangan digantikan oleh sopir
yang sudah ditunjuk)
IV.PROSEDUR :
1.Apabila ditemukan kasus kematian diruang rawat inapmaka petugas perawatan segera
setelah pasienmeninggal melanjutkan perawatan jenazah.
2.Petugas perawatan membuat surat kematian dan membuat laporan kematian dalam hal ini
yang membuatkan adalah dokter penanggung jawab pasien/ dokter umum IGD
3.Setelah pasien siap di transfer keruang jenazah, petugas membuat serah terima jenazah ke
petugas ruang jenazah
4.Pasien selesai perawatan jenazah petugas ruang jenazah segera menghubungi coordinator shif
untuk disiapkan ambulance
5.Sopir menyiapkan ambulance, jika sudah siap sopir segera menghubungi petugas ruang jenazah
7.Keluarga pasien membayar perincian dan mendapatkan kwitansi perincian serta mendapat
surat kematian
9.Setelah selesai mengantarkan jenazahdan kembali keIGD sopir menulis laporan kegiatan pada buku
registrasi penggunaan ambulance
V.UNIT TERKAIT :
1.IGD
2.PERAWATAN UMUM
3.KAMAR JENAZAH
4.KEBIDANAN
5.HUMAS