Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENGAYAAN HISTOLOGI

BLOK BIOLOGI SEL DAN GENETIKA


“SITOSKELETON”

Tutor:
dr. Abdurrahman Hasymi
dr. Muhammad Fauzan
Disusun Oleh : Kelompok 3 B2
Muh. Aliah Anugerah Ilham 11020190183
Anindita Chaerunnisa 11020190184
Tendri Nasyrah Azzahra 11020190185
Chairul Fikri 11020190186
Indhi Aulia Tasya 11020190187
Alifya Alza Adawiya L 11020190188
Muhammad Tsaqif Amdisyah 11020190189
A. Tenri Dio Bangsawan 11020190190
Rosdiana 11020190191
Jihan Muthi’ah Hana Wijaya 11020190192
Reza Farelim Wardana 11020190230

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan pengayaan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan pengayaan ini,
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan
guna memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan pengayaan ini, terutama
kepada:
1. dr. Edward Pandu Wiriansyah, Sp.P sebagai Koordiator Blok Biologi Sel
dan Gennetika.
2. dr. Rasfayanah, M.Kes sebagai Sekretaris Blok Biologi Sel dan Genetika .
3. dr. Abdurrahman Hasymi selaku tutor.
4. dr. Muhammad Fauzan selaku tutor.

Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala


kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.

Makassar, 30 Oktober 2019

KELOMPOK 3 B2
A. SITOSKELETON
Sitoskeleton (cyto = sel, skeleton = rangka) adalah kerangka sel yang
tersusun dari protein-protein berbentuk benang-benang halus (filamen) dalam
sitoplasma dan membentuk anyaman atau jala sehingga memberikan kekuatan pada
sel. Struktur ini berfungsi sebagai kerangka struktural sel.

Fungsi utama sitoskeleton adalah sebagai kerangka sehingga dapat memberikan


bentuk kepada sel. Sitoskeleton juga berperan dalam berbagai hal , antara lain :
1. Pengaturan gerakan sitoplasma yaitu siklosis, rotasi, dan sirkulasi
2. Proses eksositosis dan endositosis
3. Pertumbuhan dan pembelahan (mitosis dan meiosis)
4. Sekresi dan ekskresi molekul
5. Komunikasi antarsel

Peran sitoskeleton dalam proses eksositosis dan endositosis terjadi saat


mikrofilamen melingkari membran sel serta membentuk kuncup hingga akhirnya
terlepas dari membran sel dan membentuk gelembung atau vesikel berisi bahan
yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari sel.
Peran sitoskeleton dalam proses pembelahan diawali dengan keberadaan
mikrotubulus yang berbentuk bintik kecil, misalnya bintang, sehingga disebut aster.
Daerah tempat munculnya aster disebut microtubule-organizing center (MTOC)
atau sentrosom. Filamen memancar dari aster memanjang ke arah tepi sel.
Pada masa pembelahan sel, mikrotubulus akan membentuk benang yang
menghubungkan kromatid dengan kutub sel. Pada tahap anafase, benang tersebut
akan memendek sehingga kromatid tertarik ke arah kutub sel. Cincin mikrotubulus
dan mikrofilamen berada pada daerah ekuator sehingga membrane sel terpisah agar
setiap sel anak mempunyai membran tersendiri. Matriks pada tahap sitokinesis
tersebut mengandung banyak vesikel yang berisi pektin, selulosa dan hemiselulosa
dari badan golgi sebagai komponen penyusun dinding sel. Matriks dan senyawa
tersebut akan melebur dan membentuk sekat diantara dua buah inti di daerah
mikrotubus kutub untuk membentuk membrane sel.
Berdasarkan struktur dan diameternya filamen-filamen tersebut dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu mikrotubulus(mikrotubula/mikrotubuli), mikrofilamen(filamen
aktin), filamen intermedia(filamen sedang). Ketiga filamen tersebut merupakan
protein dinamis yang selalu terakit dan terurai, berikatan satu sama lain dalam
ikatan protein yang bervariasi membentuk system rangka sel yang menyelubungi
sitoplasma untuk mendukung sitoplasma dan memelihara posisi nucleus di
dalamnya.

B. MIKROFILAMEN (FILAMEN AKTIN)

Mikrofilamen (microfilamentous) adalah struktur sitoskeleton yang paling tipis.


Struktur ini terdiri dari protein aktin dan paling banyak di bagian tepi membran sel.
Protein struktural ini membentuk sel, dan berperan dalam pergerakan sel dan
pergerakan organel sitoplasma. Mikrofilamen tersebar di seluruh sel dan digunakan
sebagai jangkar pada sambungan sel. Mikrofilamen aktin juga membentuk struktur
inti mikrovili dan trama cytoskeletalis terminalis (terminal web) tepat di bawah
membran plasma. Di jaringan otot, filamen aktin mengisi sel dan berikatan dengan
protein miosin untuk menimbulkan kontraksi otot. Aktivitas kontraktil dalam sel
otot terutama terjadi akibat adanya interaksi antara aktin dan protein terkaitnya,
myosin. Akan terdapat dalam mikrofilamen terpolarisasi yang halus (diameter 5-
7nm), yang terdiri atas subunit globular yang tersusun berupa heliks ganda.
Terdapat beberapa jenis aktin dan protein tersebut terdapat dalam sel sebagai
filamen F-aktin terpolarisasi yang diselipkan oleh subunit G-aktin globular bebas.

Di dalam sel, mikrofilamen aktin (F-aktin) dapat disusun dalam berbagai


bentuk.

1. Dalam otot rangka, mikrofilamen membuat susunan stabil yang berintegrasi


dengan filamrn myosin tebal (16-nm).
2. Di kebanyakan sel, mikrofilamen membentuk selubung atau jejaring tipis,
tepat di bawah plasmalemma. Filamen ini berhubungan dengan perubahan
bentuk sel seperti perubahan yang terjadi selama endositosis, eksositosis,
dan pergerakan sel.
3. Mikrofilamen berhubungan erat dengan sejumlah organel, vesikel dan
granula dalam sitoplasma dan membentuk suatu cincin filamen “purse-
string” dengan konstriksinya yang menimbulkan pembelahan sel mitotic.
4. Pada sel-sel yang bergerak perlahan, filamen aktin tersusun menjadi berkas
kontraktil paralel yang disebut serabut, stres (stress fibers)
Penyusun mikrofilamen yaitu elemen fibrosa yang terdiri dari protein aktin
dan mikrofilamen myosin, serta tropomyosin yang banyak terdapat di sel otot.
Filamen myosin banyak terdapat di sel otot lurik dan sel yang memiliki tonjolan
gerak. Aktin merupakan protein globular dengan berat molekul 42.000 Dalton yang
masing-masing berdiameter 4 nm terpilin sebagai heliks filamen aktin (F-aktin)
terdiri dari dua untaian molekul-molekul berbentuk bundar yang disebut G-aktin.
Protein globular merupakan protein terbanyak yang terdapat di dalam sel organisme
eukariotik yaitu 5% dari seluruh protein dalam sel.

Karakteristik aktin antara lain labil sehingga mudah terakit dan mudah
terurai. Filamen aktin terdapat di semua sel eukariotik, namun filamen tersebut
dapat ditemukan dalam jumlah banyak dalam sel otot lurik dan sel otot jantung.
Bersama dengan filamen myosin, aktin dapat menyebabkan kontraksi otot melalui
mekanisme peluncuran antara kedua jenis protein fibrillar tersebut.

Filamen aktin memiliki fungsi dalam jenis sel yang bukan termasuk sel otot
yaitu membentuk kerangka sel dengan susunan bersilang dan terlibat di dalam
system kontraktil Bersama dengan myosin, sehingga bertanggung jawab terhadap
gerakan sel atau bagian dari sel. Mikrovili mengandung berkas filamen aktin
sehingga mempunyai kemampuan untuk bergerak. Selain itu, aktin juga berperan
pada sitokinesis, aliran plasma, gerakan sel, dan gerakan mikrovili intestinal.
Filamen aktin juga berperan dalam perlekatan sel dengan sel lainnya yang berada
di dalam satu macam jaringan. Meskipun filamen aktin dalam sel otot stabil secara
structural, pada sel selain otot, filamen tersebut mudah terurai dan dirakit kembali.
Polimerisasi filamen aktin agaknya berada dalam kendali langsung dari perubahan-
perubahan kecil pada kadar ion Ca2+ dan siklik AMP. Sejumlah besar protein
pengikat-aktin dengan berbagai aktivitas telah diperlihatkan dalam berbagai sel dan
mencakup.
C. FILAMEN INTERMEDIAT

Filamen intermediat atau filamen sedang merupakan benang yang tidak


teratur dari protein sitoskeleton yang tidak mudah rusak dan larut, tidak kaku dan
memiliki daya rentang yang sangat tinggi, serta merupakan benang berongga yang
terdiri dari lima protofilamen. Molekul yang menyusun benang tersebut
mempunyai bobot molekul yang bervariasi antara 40.000-200.000 Dalton.
Diameter filamen intermedia berada di antara diameter mikrofilamen dan
mikrotubulus yaitu antara 8-19 nm dan banyak terdapat pada desmosome, sel saraf,
sekitar inti sel, dan menjulur ke arah perifer. Selain itu, filamen ini sering dijumpai
pada sel yang mengalami stress mekanik misalnya, pada sel epitelium, akson sel
saraf, dan otot polos. Mikrofilamen intermedia dalam bentuk jarigan dan berkas
berfungsi mendukung struktur sitoplasma secara tidak langsung

karena filamen ini sering kali berhubungan dengan mikrotubulus dan mikrofilamen.
Karakteristik filamen ini menimbulkan elastisitas dan resistensi terhadap kerusakan
selama pergerangan sel.

Filamen intermediat (filamentum intermedium) lebih tebal daripada


mikrofilamen, seperti yang diisyaratkan oleh namanya. Beberapa protein
sitoskeleton yang membentuk filamen intermediat telah berhasil diidentifikasi dan
ditentukan lokasinya. Filamen intermediat bervariasi di antara jenis sel dan
memiliki distribusi spesifik sesuai jenis sel. Sel epitel mengandung filamen
intermediat keratin. Di sel kulit, filamen ini berakhir di sambungan sel, tempat
filamen menstabilkan bentuk sel dan perlekatannya dengan sel sekitar. Filamentum
vimentini banyak ditemukan di sel mesenkim. Filamentum desmini terdapat di otot
polos dan otot lurik. Protein neurofilamentum ditemukan di sel saraf dan prosesus-
prosesusnya. Gliofilamentum ditemukan di sel glia astrosit sistem saraf.
Filamenturn intermedium lamini ditemukan di lapisan dalam membran nukleus.

Berdasarkan urutan asam amino penyusunnya, filamen intermedia dapat


diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu tipe 1 terdiri dari keratin bersifat asam, basa
atau netral; tipe II terdiri dari vimentin pada sel-sel mesenkim dan kultur sel; tipe
III terdiri dari protein penyusun neurofilamen pada sel saraf; dan tipe IV terdiri dari
protein lamina nucleus. Protein yang menghubungkan filamen satu dengan filamen
lain atau dengan komponen sel lainnya, misalnya membrane sel, disebut protein
aksesori. Jenis dari protein aksesori dapat memengaruhi kecepatan dan perluasan
polimerisasi filamen.

D. MIKROTUBULUS

Mikrotubulus merupakan filamen dengan diameter terbesar yaitu 24nm dan


tebal 5 nm, yang terdiri dari tiga belas protofilament. Setiap protofilament
merupakan struktur dimer yang terdiri dari molekul polipeptida globular tubulin
(BM 50.000) yang merupakan protein sejenis, yaitu tubulin alpha dan tubulin beta,
dan hanya dapat dijumpai pada sel organisme eukariotik. Tubulin dari ekstrak otak
vertebrata berbentuk dimer dengan BM 100.000.

Mikrotobulus berperan pada alur transport partikel dan makromolekul di


dalam vesikel atau vakuola terutama dari RE ke badan golgi kemudian ke
membrane sel. Selain itu, mikrotubulus juga berperan dalam proses
pengganbungan lisosom primer dengan fagosom yang pergerakannya berlangsung
melalui alur mikrotubulus, serta perpindahan pgimen (melanosome) pada melanosit
juga terjadi di sepanjang mikrotubulus. Perpindahan vesikel atau vakuola
disebabkan oleh adanya rotasi mikrotubulus yang menimbulkan gerakan cairan atau
molekul dalam medium.

Jika molekul tubulin dirakit menjadi mikrotubulus, maka molekul tersebut


tersusun berderet membentuk protofilament sebanyak tiga belas benang berdekatan
dan tersusun secara lilitan (spiral). Masing-masing mikrotubulus dihubungkan
dengan jembatan intermikrotubular hingga membentuk seperti pipa. Tubulin akan
mengalami perubahan pada waktu pembelahan sel dan menyebabkan perubahan
panjang mikrotubulus.

Mikrotubulus terdapat di dalam semua sel, kecuali pada bakteri dan


ganggang yang letaknya tersebar di dalam sitoplasma membentuk berkas
memanjang. Mikrotubulus juga dapat ditemukan pada silia organisme eukariotik.
Silia memiliki Sembilan pasang mikrotubulus yang mengelilingi dua mikrotubulus
dengan bagian tengah sebagai pusatnya. Jika terjadi pergerakan silia, maka terjadi
pergeseran antarmikrotubulus yang berdekatan. Gerakan ini memerlukan energi
yang bersumber dari penguraian ATP. Selain itu, mikrotubulus terdapat di
sepanjang serabut pada sel saraf.

Mikrotubulus memiliki kutub positif untuk pertumbuhan yang cepat dan


kutub negative untuk pertumbuhan yang lambat. Mikrotubulus tidak berkerut atau
berkontraksi. Suatu jaringan bergerak karena pergeseran mikrotubulus satu dengan
lainnya seperti mekanisme gerakan sel otot, sehingga sel secara keseluruhan
berkerut (memendek) atau kendur (kembali memanjang seperti semula).

Selama evolusi organisme eukariotik, gen pengkode tubulin digandakan


selama proses pembelahan, penelitian terkait evolusi organisme menunjukkan
bahwa urutan gen pengkode tubulin alpha dari berbagai spesies yang berbeda,
misalnya manusia dan ragi lebih menunjukkan kemiripan dibandingkan dengan
urutan tubulin alpha dan tubulin beta dari spesies yang sama.
Berdasarkan karakteristik mikrotubulus saat diawetkan dalam larutan
laksatif, maka mikrotubulus dapat dikelompokkan menjadi mikrotubulus stabil dan
mikrotubulus stabil. Mikrotubulus stabil dapat diawetkan dengan seluruh larutan
fiksatif, sedangkan mikrotubulus labil, hanya dapat diawetkan dengan larutan
fiksatif aldehid pada suhu sekitar 4oC. mikrotubulus stabil berada pada sel dalam
jaringan dewasa atau sudah terdeferensiasi, sedangkan mikrotubulus labil berada
pada sel yang berada dalam tahap pembelahan sehingga mikrotubulus terus
menerus terakit dan terurai.

Sebagian besar karaktreristik mikrotubulus yang stabil disebabkan oleh


adanya interaksi antara mikrotubulus dengan protein khusus pengikatnya yaitu
microtubule-associated dan memacu interaksi antara mikrotubulus dengan
komponen sel lainnya, Aktivitas mikrotubulus dapat mengalami modifikasi akibat
adanya variasi MAPs dan konsentrasi ion kalsium.

Mikrotubulus labil yang terdapat di dalam sitoplasma atau mikrotubulus


sitoplasma, mempunyai beberapa tugas yaitu memberikan bentuk sel, membantu
gerakan serakan sel dan menentukan bidang pembelahan sel,pergesekan silia dan
ekor spermatozoa serta fungsi transmisi sel saraf.
KESIMPULAN

Perbedaan ketiga filamen penyusun sitoskeleton terlihat pada bentuk,


susunan, dan fungsinya. Mikrotubulus berbentuk jaringan dan berkas paralel
dengan susunan tunggal yang berfungsi memberi kekakuan pada daerah stioplasma
dan menyebabkan elastisitas untuk penonjolan selular. Mikrofilamen berbentuk
jaringan atau berkas paralel dengan susunan tunggal yang akan membentuk daerah
tegang pada sitoplasma dan mendukung perluasan membrane plasma. Sedangkan,
filamen intermediat dalam bentuk jaringan dan berkas berfungsi mendukung
struktur sitoplasma secara tidak langsung karena filamen ini sering kali
berhubungan dengan mikrofilamen dan mikrotubulus.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai