Anda di halaman 1dari 48

BAB I

ADAPTASI PERTUMBUHAN DAN DIFERENSIASI SELULER

Adaptasi adalah perubahan bentuk, jumlah, fenotip, aktivitas metabolik, atau fungsi sel yang
bersifat reversible dalam merespon perubahan lingkungan sekitar. Beberapa bentuk adaptasi
sel yaitu:1

1. Atrofi
Yaitu mengecilnya ukuran suatu organ atau jaringan karena menurunnya jumlah dan
ukuran sel. Atrofi dapat bersifat fisiologis maupun patologis.1

Contoh kasus:1,2
-Atrofi yang bersifat fisiologis: mengecilnya duktus thyroglossus saat masa
pertumbuhan, mengecilnya ukuran uterus setelah melahirkan., atrofi pada endometrium,
epitel vagina dan payudara pada pasien menopause.
-Atrofi yang bersifat patologis: imobilisasi pada pasien patah tulang menyebabkan atrofi
pada otot rangka, atrofi otot pada pasien cachexia.

Preparat:
Pada endometrium kistik atrofi, jaringan endometrium tipis dan didominasi oleh stratum
basalis, dengan permukaan dilapisi epitel kolumner selapis. Subepitel tampak stroma
endometrium seluler, diantaranya dijumpai kelenjar-kelenjar endometrium tubular, kecil-
kecil, dalam jumlah minimal dan sebagian kelenjar endometrium mengalami dilatasi
kistik.

Histologi Patologi

Gambar 1.1. Endometrium fase proliferasi.3 Gambar 1.2. Endometrium Atrofi

1
Gambar 1.3 Jumlah kelenjar endometrium
minimal, kecil-kecil sebagian dilatasi kistik

2. Metaplasia
Merupakan perubahan reversible dimana salah satu tipe sel matur (epitelial atau
mesenkimal) digantikan oleh tipe sel matur lainnya. Hal ini merupakan respon sel yang
sensitif terhadap jejas sehingga digantikan oleh tipe sel yang lain yang lebih dapat
beradaptasi terhadap lingkungan sekitar.1

Contoh kasus:1,2
 Perubahan epitel kolumner bersilia berlapis semu (pseudostratified) menjadi epitel
skuamosa komplek yang terjadi di traktus respiratorius akibat iritasi kronik pada
perokok.
 Pada Barret Esophagus terjadi metaplasia skuamosa komplek tidak berkeratin
menjadi sel kolumner selapis, yang diakibatkan oleh refluks asam lambung
 Infeksi kronik pada endoservik menyebabkan metaplasia epitel kolumner sekretori
menjadi epitel skuamosa komplek non keratin.

Preparat:
Jaringan endoservik yang dilapisi epitel kolumner sekretori selapis sebagian mengalami
metaplasia skuamosa. Stroma berupa jaringan ikat fibrokolagen diinfiltrasi ringan sel-sel
radang limfosit dan neutrofil, kelenjar endoservik rasmus dilapisi epitel kolumner
sekretori.

2
Histologi Patologi

Gambar 1.4 Ektoserviks dilapisi epitel Gambar 1.6 Metaplasia skuamosa immatur
skuamosa komplek tidak berkeratin (panah
merah), endoserviks dilapisi epitel kolumner
selapis (panah hijau).

Gambar 1.5 Area peralihan antara esofagus


dan gaster. Esofagus dilapis epitel skuamosa
komplek tidak berkeratin (SS), gaster dilapisi Gambar 1.7 Metaplasia skuamosa matur
epitel kolumner selapis dengan kelenjar
gastrika di lapisan lamina propria (GM).3

3
Gambar 1.8 Barret Esophagus terjadi
metaplasia intestinal, dimana epitel skuamosa
tidak berkeratin (kiri) menjadi epitel kolumner
dengan sel goblet (kanan).1

3. Hipertropi
Merupakan peningkatan ukuran sel sehingga menyebabkan membesarnya ukuran suatu
organ. Pada hipertrofi, ukuran sel menjadi lebih besar tanpa penambahan jumlah sel baru.
Membesarnya ukuran sel disebabkan oleh sintesis dan penambahan komponen struktural
intraseluler. Hipertropi dapat bersifat fisiologis maupun patologis.1

Contoh kasus:1
- Fisiologis: Hipertropi uterus pada saat kehamilan yang distimulasi oleh hormon
estrogen yang bekerja pada otot polos. Terjadi peningkatan sintesis protein di dalam sel
otot polos sehingga ukuran sel membesar.
- Patologis: Hipertropi otot jantung yang disebabkan karena beban kerja yang berat.

Preparat:
Miometrium pada ibu pasca melahirkan dengan plasenta akreta, dijumpai sel-sel
leiomiosit yang ukurannya membesar pada miometrium.

Histologi Patologi

Gambar 1.9 Makroskopik pada normal uterus Gambar 1.11 Ukuran sel menjadi lebih besar pada
(kanan) dan uterus graviditatis (kiri).1 uterus graviditatis

4
Gambar 1.10 Otot polos uterus terdiri atas sel-sel
bentuk spindel pada uterus normal. (C) Sel-sel
berukuran besar pada uterus graviditatis.1

4. Hiperplasia
Merupakan peningkatan jumlah sel pada suatu organ atau jaringan akibat respon terhadap
stimulus. Hiperplasia dan hipertropi merupakan dua proses yang berbeda namun
keduanya dapat terjadi secara bersamaan, dan dapat diakibatkan oleh stimulus yang sama.
Hiperplasia hanya dapat terjadi jika jaringan mengandung sel-sel yang dapat membelah
sehingga menyebabkan bertambahnya jumlah sel. Hal ini dapat bersifat fisiologis
maupun patologis
Contoh Kasus:1
-Fisiologis: Proliferasi dari epitel kelenjar payudara pada massa pubertas dan kehamilan
akibat stimuluasi hormonal.
-Patologis: hiperplasia endometrium akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron.
Preparat:
Kasus berasal dari Benign prostat hyperplasia pada jaringan prostat, dijumpai asini-asini
dan duktuli-duktuli proliferasi, sebagian melebar kistik, dilapisi epitel kolumner selapis
infolding kedalam lumen yang berisi corpora amilacea atau massa amorf eosinofilik,
dikelilingi oleh stroma fibromuskuler hiperplasia.

5
Kasus
Pustaka

Gambar 1.12 Prostat normal, terdiri dari kelenjar Gambar 1.14 Asini dan duktuli hiperplasia,
yang dikelilingi stroma jaringan ikat fibrokolagen.3 sebagian dilatasi kistik, sebagian infolding ke
dalam lumen (panah hijau) berisi corpora
amilacea (panah merah)

Gambar 1.13 Kulit normal, terdiri dari lapisan Gambar 1.15 Hiperplasia lapisan epidermis pada
epidermis dengan keratin dan dermis.3 kasus psoriasis.2

Akumulasi intrasellular
Pada beberapa keadaan akibat berbagai jejas, dapat dijumpai substansi abnormal di dalam
sel. Akumulasi substansi inidapat terletak pada sitoplasma, di dalam organel (khususnya
lisosom) atau di dalam inti (nukleus).1

5. Fatty Change
Istilah steatosis dan fatty change merupakan akumulasi abnormal dari lipid di dalam
parenkim sel, baik dalam bentuk trigliserida, kolesterol/ kolesterol ester maupun fosfolipid.
Penyebab dari steatosis adalah toksin, malnutrisi, diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia.
Organ yang paling sering terkena adalah hati dan jantung.1,2

6
Contoh kasus: Fatty liver pada peminum alkohol dan fatty liver yang berhubungan dengan
obesitas dan diabetes.1
Preparat: kasus berasal dari jaringan hati terdiri dari sel-sel hepatosit (sel parenkim hati)
yang tersusun radier, diantaranya dijumpai vakuola-vakuola jernih (vakuola lemak) di dalam
sitoplasma sel hepatosit.

Histologi Patologi

Gambar 1.16 Jaringan hepar normal yang dilapisi Gambar 1.18 Jaringan hepar yang tersusun atas
kapsul jaringan ikat fibrokolagen, subkapsuler sel-sel hepatosit, tampak pula vakuol lemak
dijumpai sel-sel hepatosit.3 intrasitoplasmik

Gambar 1.17 Sel-sel hepatosit normal, bentuk Gambar 1.19 Vakuola lemak berwarna jernih di dalam
sitoplasma sel hepatosit.
polihedral, dengan ini bulat-oval, sebagian
binukleated.3

6. Hyaline Change
Merupakan perubahan intraseluler atau ekstraseluler yng memberikan gambaran
massa warna pink homogen dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin. Perubahan ini
disebabkan karena perubahan yang bervariasi dan tidak mewakili pola akumulasi bahan

7
spesifik. Contohnya deposit hialin intraseluler deposit Russel bodies, droplet re-absorbsi,
Mallory alcoholic hyaline. Akumulasi ekstraselular lebih sulit dianalisis.1,2

Contoh kasus pada penderita hipertensi dan diabetes mellitus, dimana dinding arteriole
terutama pada ginjal menjadi hialinisasi, yang disebabkan oleh ekstravasasi protein
plasma dan deposisi protein di membran basal.1

Preparat: contoh kasus berasal dari ginjal, berkapsul jaringan ikat. Subkapsuler tampak
glomerulus-glomerulus dan tubulus-tubulus dengan lumen berisi eosinofilik massa amorf
(hyaline) dan sebagian besar nekrosis.

Histologi Patologi

Gambar 1.20 Gambar mikroskopik renal normal, Gambar 1.21 Jaringan ginjal tampak tersusun atas
lapisan kortek (kanan) tersusun atas glomerulus tubulus-tubulus
(G) dan tubulus (T), sedangkan bagian medula
(kiri) tersusun atas tubulus-tubulus. Dijumpai pula
vena (V) dan arteri (A).3

Gambar 1.22 Lumen tubulus berisi massa amorf


eosinifilik (hyalin)

7. Hydrophic Change (cellular swelling, degenerasi vakuolar, edema selular)


Adalah perubahan akut yang reversibel sebagai respon dari jejas non letal. Perubahan
ini berupa akumulasi air di intrasitoplasmik akibat sel tidak dapat mempertahankan
homeostasis cairan dan ion. Ditandai dengan ukuran sel yang membesar, sitoplasma

8
jernih (adanya vakuola), inti di tengah, pembuluh darah terkompresi sehingga organ
menjadi pucat.1,2

Contoh kasus: Dapat dilihat pada hepar (hepatitis, hipoksia), miokardium (hipoksia,
intoksikasi fosfat), trofoblast (mola hidatidosa).1

Preparat:
Secara mikroskopik : Sediaan dari kuretase endometrium, mola hidatidosa terdiri dari
villi-villi khorionik berlapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas sebagian mengalami
hiperplasi tidak terpolar. Stroma mengalami perubahan hidrofik (edematik) beberapa
membentuk sisternae, avaskuler, tampak juga jaringan desidua graviditatis dan beku
darah.

Histologi Patologi

Gambar 1.23 Gambar villi khorealis normal yang Gambar 1.25 Villi-villi khorealis mengalami
terdiri dari mesemkimal (M), dilapisi oleh sel-sel perubahan hidrofik yang membentuk sisterna dan
sitotrofoblast (C), sinsitiotrofoblast (S), dan avaskular
intermediet (I).3

Gambar 1.24 Jaringan hepar normal yang dilapisi Gambar 1.26 Jaringan hepar pada pasien hepatik
kapsul jaringan ikat fibrokolagen, subkapsuler toksik yang menunjukkan degenerasi hidrofik
dijumpai sel-sel hepatosit.3 pada zona sentrilobular. Hepatosis dengan nukleus

9
letak di sentral dan sitoplasma dipenuhi oleh
cairan.

BAB II
RADANG DAN PENYEMBUHAN

1. Radang kronis non spesifik Adalah proses inflamasi yang telah berlangsung lama,
akibat stimulasi yang persisten, dicirikan dengan sebukan sel mononuklear (makrofag, sel
radang limfosit dan sel plasma), kerusakan jaringan dan jaringan penyembuhan. Non
spesifik mengacu pada etiologi yang tidak jelas jenis bakteri, kuman penyebabnya.1,2
Contoh kasus:
Radang kronis non spesifik pada regio perianal.
Mikroskopis: Sediaan berasal dari regio perianal, dilapisi epitel skuamous kompleks tidak
berkeratin. Subepitel tampak jaringan ikat fibrokolagen bersebuk padat sel radang limfosit
dan sel plasma.

Contoh kasus Contoh kasus

Gambar 2.28 Radang kronis non spesifik regio


Gambar 2.27 Sel limfosit dan sel plasma perianal, tampak infiltrasi sel radang limfoist dan
menginfiltrasi jaringan ikat sel plasma.

2. Radang kronik granulomatosa spesifik (TBC)


Adalah radang kronik granulomatosa yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberkulosis.1

Makroskopik :
Jaringan diambil dari operasi pengangkatan KGB (kelenjar getah bening) di regio leher.

10
Mikroskopik :
Sediaan dari KGB, dijumpai tuberkel (granuloma) terdiri dari nekrosis kaseosa di
bagian sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epithelioid, sel radang limfosit, sel plasma,
dan sel datia langhans (giant cell Langhans).

Gambar 2.29 Tuberkel-tuberkel di dalam Gambar 2.30 Nekrosis kaseosa di bagian


kelenjar getah bening dikelilingi sel sentral tuberkel (tanda panah)
radang limfosit (tanda panah)

Gambar 2.31 Sel datia langhans Gambar 2.32 Granuloma epiteloid, sel
(arrowhead) dan sel epiteloid (panah) datia langhans , infiltrasi sel radang
limfosit (panah)

3. Radang akut supuratif

Adalah suatu proses inflamasi yang menghasilkan pus dalam jumlah banyak, terdiri dari
banyal sel radang neutrofil, sel mati. Infeksi oleh bakteri patogen seperti stafilococcus,
paling sering memberikan reaksi radang jenis ini. Kumpulan pus yang besar terlokalisir
dikelilingi oleh jaringan ikat disebut abses.1,2
Contoh kasus:
Appendisitis akut supuratif

11
Mikroskopis: tampak jaringan apendiks dilapisi sel epitel kolumner dengan sel goblet,
lamina propia berupa jaringan ikat fibrokolagen bersebuk padat sel radang neutrofil dan
limfosit.

Histologi Patologi

Gambar 2.33 Jaringan appendiks normal.3 2.34 Jaringan appendiks diinfiltrasi padat sel
radang neutrofil, limfosit serta debris nekrotik

Gambar 2.35. Jaringan appendiks normal


Gambar 2.36. Sel radang neutrofil, limfost.
Histiosit dan sel debris

12
4.Gout

Proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal amorf pada jaringan sekitar sendi
berupa radang kronik granulomatosa yang ditandai oleh akumulasi fokal dari makrofag
yang teraktifasi (sel histiosit), yang disebabkan karena adanya benda asing (gout
kristal).1,2

Mikroskopik:
Dijumpai kristal urat (tophus) yang dikelilingi oleh sel datia benda asing, limfosit, dan
epiteloid septa jaringan ikat fibrokolagen. Tophus yaitu massa kristal urat, berupa
massa amorf basofilik.

Gambar 2.37 Tophus Gambar 2.38 Kristal asam urat di


kelilingi sel datia benda asing dan sel
radang limfosit

Gambar 2.39 Kristal asam urat Gambar 2.40 Kristal asam urat
dikelilingi sel datia benda asing

13
5. Tiroiditis Hashimoto (Tiroiditis kronis limfositik)
Adalah radang yang disebabkan oleh gangguan autoimmun pada tiroid. Penyebab
utama karena adanya defek pada T-cell. Respon imun meliputi respon seluler dan
humoral.1
Makroskopik :
Tiroid diliputi kapsul, pada potongan permukaan tampak pucat, warna abu-
kecoklatan,kenyal, agak friable.
Mikroskopik :
tampak folikel-folikel tiroid atrofik dengan sebagian lumen berisi massa koloid, dilapisi
epitel kuboid, pada beberapa area dilapisi sel Hurthle/oxyphil. Stroma terdiri dari sel-
sel limfoid proliferasi sebagian membentuk struktur limfolikel dengan germinal center
aktif.

Histologi Patologi

2.41 Jaringan tiroid normal Gambar 2.42 Asini tiroid dikeliligi stromal
limfoid, tampak limfolikel-limfolikel

Gambar 2.44 Asini tiroid atrofi


Gambar 2.43 Folikel tiroid normal

14
2.45 Sel hurthle: sel poligonal, inti bulat 2.46 Asini yang atrofi dilapisi sel
dengan sitoplasma bergranula hurthle

6. Jaringan granulasi
Adalah jaringan fibrosa yang terbentuk akibat proses penyembuhan. Secara histologi
ditandai dengan proliferasi pembuluh darah dan fibroblast.1

Makroskopik : jaringan tampak bewarna merah muda.

Mikroskopik :
terdiri dari proliferasi fibroblast dan pembuluh darah kecil dengan infiltrasi sel radang
limfosit dan PMN. Jika akut celah-celah vaskuler dilatasi dengan eksudasi. Pada kasus
yang lanjut tampak fibroblast proliferasi dipisahkan kolagen padat dengan infiltrasi
ringan sel radang PMN.

15
Histologi Patologi

Gambar 2.47. Jaringan kulit normal


Gambar 2.48 Proliferasi fibroblast dan
pembuluh darah

Gambar 2.49 Infiltrasi sel radang


netrofil dan proliferasi pembuluh darah

7. Keloid

Definisi: pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa yang padat daan meluas melebihi
batas luka asli, tidak mengalami regresi spontan dan cenderung tumbuh kembali setelah
eksisi.1,2
Makroskopik :
Berupa penonjolan (nodul) dari permukaan kulit, keras dengan permukaan licin dan
mengkilat.
Mikroskopik :

16
Epidermis berlapis epitel skuamosa kompleks datar/atrofi, sedangkan di dermis akan
terbentuk kolagen baru (banyak sedikitnya kolagen akan menentukan konsistensi
nodul). Pada stadium fibroblastik, serat-serat kolagen akan tersusun seperti kumpara,
fasikel pendek atau bentukan noduler (nodul yang menonjol menyebabkan epidermis
atrofi). Tidak dijumpai adneksa kulit (folikel rambut, glandula sebasea dan sudorifera).

Patologi

Gambar 2.50 Penampang jaringan kulit Gambar 2.51 Jaringan ikat fibrokolagen yang pada
normal

Gambar 2.52 Epitel skuamosa atrofi, di dermis


tampak jaringan ikat fibrokolagen, tidak ada
adneksa kulit

8. Nasal polyp inflammatory

17
Adalah suatu lesi non neoplastik, tetapi lesi tersebut dapat memenuhi kavum nasi atau
meluas masuk ke kavum kranial atau orbita. Subtipe inflamasi merukan lesi tersering,
biasanya dapat diakibatkan oleh rhinitis, alergi dan inflamasi.

Makroskopis:
Dijumpai lesi multipel dan dapat mengenai kedua kavum nasi. Polip bewarna
translucent pada potongan memberi gambaran edematik serta bertangkai.

Mikroskopik :
Massa tumor berbentuk polipoid dilapisi epitel pseudostratifikasi bersilia sering dengan
metaplasia skuamosa. Akan dijumpai stroma jaringan ikat fibrokolagen yang edematik
dan infiltrasi sel-sel radang limfosit dan sel plasma termasuk eosinophil. Dijumpai sel-
sel basal yang menebal serta tampak kelenjar dilatasi kistik.

Patologi Patologi

Gambar. Tampak stroma jaringan ikat edematik


Gambar. Lesi berbentuk polipoid, yaitu terdiri (tanda panah) dan infiltrasi sel-sel radang
dari 3 sisi dilapisi epitel pseudostratifikasi limfosit, sel plasma dan eosinophil (panah
bersilia. merah).

BAB III

18
TUMOR-TUMOR JINAK

1. Lipoma
Adalah tumor jinak mesenkimal berasal dari sel lemak matur (adiposit) yang
berproliferasi, dapat berupa fibrolipoma (lipoma diantara jaringan ikat fibrokolagen),
angiolipoma (lipoma disertai pembuluh darah proliferasi) dan miolipoma (lipoma
diantara jaringan otot ). Lipoma adalah tumor mesenkimal tersering pada manusia.4
Lipoma dapat tumbuh hingga ukuran besar, biasanya berkapsul ketika berada di
superfisial tetapi cenderung tidak berbatas tegas ketika berada di struktur yang lebih
dalam.5
Predileksi :
Pada jaringan subkutan, punggung, bahu, leher, dapat juga dijumpai di retroperitoneal,
mediastinum atau daerah yang banyak mengandung lemak.4
Makroskopik:
Ukuran bervariasi (1-25 cm), berbatas tegas, sering diliputi kapsul tipis. Pada potongan
berwarna kuning , konsistensi lunak.4
Mikroskopik :
Tampak sel-sel adiposa hiperplasia, uniformis, dengan inti kecil terletak ditepi,
sitoplasma jernih tersusun dalam lobulus-lobulus yang dipisahkan oleh septa jaringan
ikat fibrokolagen diantaranya dapat dijumpai pembuluh darah kecil hiperemis.4

Gambar 3.53 Sel-sel lemak matur Gambar 3.54 Massa tumor berkapsul jaringan ikat fibrokolagen.
(adiposit) subkutis. Sel adipose dengan inti kecil di tepi, tampak septa jaringan ikat
fibrokolagen tipis dan pembuluh darah kecil

2. Leiomioma
Adalah neoplasma jinak yang berasal dari sel otot polos. Paling sering pada uterus
(Leiomyoma uteri). Terjadi pada 20% wanita diatas 35 tahun, kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih, nulipara, postmenopause.6 Ada beberapa subtipe antara lain leiomioma

19
antara lain : Cellular leiomyoma, Atypical leiomyoma, epithelioid leiomyoma, myxoid
leiomyoma dan vascular leiomyoma.7
Predileksi :
Leiomioma submukosa terletak di bawah endometrium, leiomioma subserosa/di bawah
lapisan serosa, leiomioma subperitoneal di bawah lapisan peritoneal, dapat berbentuk
sessile atau pedunculated, dapat ruptur sehingga menimbulkan perdarahan masif atau
intramural (intertitial) terdapat di dalam otot.6

Makroskopik :
Sediaan berasal dari jaringan uterus, massa berbatas tegas, tidak berkapsul, padat, dapat
soliter/multiple, berbentuk nodul-nodul putih sampai keabuan, pada potongan berjaras-
jaras.6
Mikroskopik :
Terdiri dari sel-sel otot polos (leiomyosit) hiperplasia, uniformis dalam ukuran, bentuk
spindel, tersusun dalam “whorl like (seperti kumparan) atau interlacing pattern”,
fasikuler, batas tumor tegas dari daerah sekitarnya.6

Histologi Patologi

Gambar 3.55 Leiomyocyte uteri Gambar 3.56 Massa tumor berbentuk nodul
berbatas tegas tersusun atas sel otot polos
(leiomiosit)

Gambar 3.57 Sel leiomiosit berbentuk


3. Hemangioma spindle tersusun seperti kumparan dan
interlacing
20
Adalah tumor jinak berasal dari pembuluh darah. Ada 2 jenis hemangioma yang
tersering yaitu : capillary dan cavernous hemangioma.
Hemangioma kapilare (Capillary hemangioma): lebih sering terdiri dari jalinan
pembuluh kapiler yang berisi darah. Tumor ini hanya mengenai satu segmen pembuluh
darah dimana endotel tumbuh keluar dan membentuk pembuluh darah.8

Predileksi:
Paling sering dijumpai di kulit, jaringan subkutan, membran mukosa dari kavum oral
dan bibir.

Makroskopis:
Gambaran makroskopis hemangioma bervariasi tergantung ukuran dan kedalaman
tumor. Pada tumor yang kecil dan superfisial/permukaan biasanya berupa macula
kemerahan/ bercak merah cerah, batas tegas dan datar. Pada tumor yang lebih dalam
dan besar biasanya berupa massa tumor padat berwarna biru-keunguan. Sering pada
bayi sejak lahir dan anak-anak, terutama dijumpai pada muka atau kepala, bersifat
unilateral.

Mikroskopik :
Sediaan terdiri atas epidermis berlapis epithel skuamosa kompleks, dermis berupa
jaringan fibrokolagen dengan glandula sudorifera, folikel rambut. Di bawahnya tampak
massa tumor terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil seukuran kapiler dengan
endotel proliferasi, lumen berisi RBC, dikelilingi stroma jaringan ikat fibrous.8

Histologi Patologi

Bagan 1

Gambar 3.59 Massa tumor terdiri dari


Gambar 3.58 Pembuluh kapiler pada pembuluh darah kecil (kapiler)
area dermis. proliferasi.

21
Gambar 3.60 Pembuluh darah kecil (kapiler)
dengan sel endotel proliferasi, lumen berisi
eritosit.

Hemangioma kavernosa (Cavernous hemangioma)


Lebih jarang dibanding capillary hemangioma. Sering mengenai organ visceral terutama
hepar, dengan bentuk tumor kecil, merah tua atau biru, multipel, jarang membesar, tidak
berkapsul dan dapat menginfiltrasi jaringan sekitarnya.8
Mikroskopis : rongga atau sinusoid berisi darah yang dilapisi endotel. Sering ditemukan
trombosis, kalsifikasi dan rekanalisasi.

Gambar 3.61 Rongga-rongga atau sinusoid Gambar 3.62 Rongga atau sinusoid dilapisi sel
berisi sel darah merah (eritrosit) endotel, lumen berisi sel darah merah
(eritrosit)

4. Pleomorfik adenoma

22
Adalah salah satu jenis tumor jinak campur pada kelenjar liur yang paling sering
dijumpai (60% dari tumor kelenjar liur). Banyak terdapat pada orang dewasa muda dan
umur pertengahan. Bersifat jinak, akan tetapi dapat rekurens, biasanya pada tumor yang
multifokal. Delapan puluh persen dijumpai pada kelenjar liur parotis.9
Makroskopis:
Massa umumnya soliter, berbatas tegas, bulat/oval, berkapsul dengan ukuran 2-6 cm.
Pada potongan berwarna putih-keabuan, kadang berlendir/licin mengkilap, konsistensi
padat-lunak.9

Mikroskopik :
Tumor berkapsul jaringan ikat fibrokolagen dengan sel yang member gambaran
pleomorfisme, tersusun atas sel epitel dan mioepitel hyperplasia dan elemen stroma
mengalami perubahan miksoid, mukoid, khondroid atau khondromiksoid. Komponen
sel epitel bisa berupa sel kuboid, sel basaloid atau sel skuamosa. Membentuk pola
seperti lembaran, pita atau kelenjar. Komponen sel mioepitel berupa sel berbentuk
spindel, plasmasitoid atau sel jernih.

Histologi Patologi

Gambar 3.63 Kelenjar parotis Gambar 3.64 Tumor berkapsul jaringan ikat
fibrokolagen

Gambar III.65 Komponen sel mioepitel Gambar III.66 Komponen sel epitel tersusun
berupa sel berbentuk spidel, plasmasitoid, membentuk kelenjar
dan sel jernih 23
Gambar 3.67 Stroma khondromiksoid Gambar 3.68 Stroma miksoid

5. Schwannoma = Neurilemoma = Peripheral neuroglioma


Tumor jinak dari syaraf perifer yang berasal dari sel schwann dan elemen lain dari
peripheral nerve sheath, seperti fibroblas. Tumor berupa massa yang menempel pada
syaraf perifer, syaraf cranial, spinal nerve roots.10
Predileksi :
Intrakranial, kepala-leher atau ekstremitas bagian flexor. Schwannoma jarang dijumpai
di subkutan atau dermis.10

Makroskopis:
Massa umumnya berkapsul, ukuran beberapa-10 cm. Pada potongan kecoklatan,
mengkilap dengan bagian berwarna kekuningan. Kadang dijumpai area perdarahan dan
perubahan kistik.10

Mikroskopik :
Tumor berkapsul jaringan ikat fibrokolagen. Gambaran klasik terdiri dari area Antoni
A adalah area yang dipadati oleh sel-sel spindel, uniform, inti sel membentuk
palisading, tersusun back to back, masing-masing dibatasi oleh serat retikuler yang
halus. Dua palisading yang bertetangga, disertai sitoplasma sel schwann dan serat
retikuler yang secara keseluruhan disebut Verocay bodies. Sering juga dijumpai
hialinisasi vaskuler dan lipid laden macrophage. Area antoni B tampak sel-sel schwan
individual tersebar longgar dalam matrix myxoid, jernih.10

24
Histologi Patologi

Gambar 3.69 pleksus saraf pada jaringan Gambar 3.70 Antoni A danAntoni B
payudara.

Gambar 3.71 Antoni A (sel schwan yang hiperselular Gambar 3.72 Antoni A
tersusun palisading) dan verocay bodies

25
Gambar 3.73 Antoni B (sel schwan yang
hiposelular diantara stroma miksoid)

6. Meningioma
Adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel meningothelial yang melekat pada
duramater. Lokasi tersering di intrakranial, orbital, intravertebral. Sering terjadi pada
orang dewasa dewasa terutama wanita.11

Makroskopik :
Berupa massa bulat, berbatas tegas, kenyal sampai padat, lobular, menempel pada
duramater.11

Mikroskopik :
Terdiri dari atas sel-sel meningothelial yaitu sel-sel berukuran besar, uniformis, inti
bulat-oval, beberapa inti dengan pseudoinklusi. Sel meningothelial membentuk struktur
lobular dibatasi septa jaringan ikat fibrokolagen tipis. Struktur sel seperti kumparan,
psammoma bodies dan kalsifikasi dapat dijumpai.

26
Histologi Pathologi

Gambar 3.74 Sel meninges normal pada jaringan Gambar 3.75 Sel meningothelial membentuk
otak. struktur lobular dibatasi septa jaringan
ikatfibrokolagen tipis.

Gambar 3.76 Struktur sel meningothelial Gambar 3.77 Struktur sel meningothelial
seperti kumparan seperti kumparan
.

Gambar 3.78 Psammoma body


27
7. Nevus Pigmentosus

Adalah tumor jinak yang yang berasal dari melanosit, yaitu sel dendritik yang
menghasilkan pigmen. Tumor melanositik tersering, biasanya orang kulit putih yang
memiliki 20-30 nevi, namun berkurang pada orang usia Asia dan Afrika, lokasi tersering di
kepala, leher dan trunkus pada ras kaukasia, pada ras Asia Afrika biasanya di akral.12

Makroskopis:
Makula, papula, warna tan-brown, berpigmen, kadang ada erosi dan ulserasi bisa dekat
folikel rambut.

Mikroskopis:
Dijumpai sarang-sarang sel nevi hiperplasia dengan inti bulat, kromatin halus, sitoplasma
eosinofilik, sebagian dengan pigmen melanin intrasitoplasmik.13

BAB IV

TUMOR-TUMOR GANAS

Gambar 3.79 Sarang-sarang sel nevi hiperplasia (tanda panah),


sebagian dengan pigmen intrasitoplasmik (segitiga)

28
BAB IV
TUMOR GANAS

1. Hodgkin Lymphoma
Adalah neoplasma ganas dari jaringan limfoid dan kelenjar getah bening. Penyakit ini
secara morfologis ditandai dengan ditemukannya Reed-sternberg cell/RS cell (neoplastic
giant cell) yang dianggap sebagai elemen neoplastik sejati dari Hodgkin disease. Identifikasi
RS cell dan variantnya sangat penting dalam diagnosis. Sel RS klasik adalah sel besar
(diameter 45 µm), dengan binukleasi atau lobulated, keduanya seperti mata burung hantu
(inclusion-like, owl-eyed) dikelilingi oleh sebuah halo yang jernih. Sitoplasmanya banyak
dan amphophilic.1
Klasifikasi utamanya :1
(1). Subtipe klasik :
- Nodular sclerosis
- Mixed cellularity
- Lymphocyte rich
- Lymphocyte depleted

(2). Lymphocyte predominant

Histologi Histopatologi

Gambar 4.80 kelenjar getah bening Gambar 4.81 Reed-sternberg cell/RS cell
: sel besar dengan binukleasi atau
normal
lobulated, keduanya seperti mata burung
hantu (inclusion-like, owl-eyed), insert.1

29
A B

Gambar 4.82 A. Sel-sel lacunar , HE 100x, B. Sel-sel popcorn, HE 400x

Nodular sclerosis adalah jenis yang paling banyak. Ciri khasnya terdapat sel lakunar
(variant RS cell) dan adanya kolagen band yang membagi jaringan limfoid menjadi nodul-
nodul yang berbatas tegas (circumscribed). Fibrosis bisa sedikit atau banyak, sel-sel
neoplastik ditemukan pada latar belakang yang polimorfik dari limfosit kecil, eosinofil,
plasma dan makrofag.1

2. Retinoblastoma
Adalah tumor mata ganas yang terjadi pada anak, yang timbul dari sel-sel neuroepitelial.
Sering terjadi pada usia kurang dari 4 tahun dan timbul sebagai tumor kongenital, dapat
multifokal atau bilateral. Tumor juga dapat regresi secara spontan. Pada kasus-kasus familial
khususnya tumor yang multiple dapat tumbuh secara bilateral. Penderita dengan familial
retinoblastoma juga beresiko tinggi untuk menderita osteosarkoma dan soft tissue tumor
lainnya.14
Gambaran mikroskopik adalah tumor cenderung membentuk massa noduler terdiri dari
area undifferentiated berisi sel sel kecil bentuk bulat dengan inti besar hiperkromatik,
sitoplasma sedikit. Sedangkan area differentiated ditandai adanya gambaran Flexner-
Wintersteiner rosettes yang berisi kluster sel-sel kuboid dan kolumner yang tersusun
mengelilingi lumen sentral.14

30
Gambar 4. 83 Retina Gambar 4.84 Sel-sel kecil bentuk bulat dengan
inti besar hiperkromatik, sitoplasma sedikit.
Sebagian membentuk struktur roset (Flexner-
Wintersteiner rosettes, panah hitam), HE, 40x.

3. Keratinizing Squamous cell carcinoma (cervix)/SCC

Adalah tumor ganas cervix yang paling sering dijumpai. Terjadi pada usia mulai dekade
2 sampai usia tua, puncaknya usia 40-45 tahun, dan puncak prekanker yaitu usia 30 tahun
(karena infeksi oleh Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18/HPV dini).6
Gambaran makroskopiknya terdapat 3 bentuk yaitu : fungating (eksofitik), ulserasi,
papillary atau polipoid (endofitik). Gambaran mikroskopiknya, terdiri dari epidermis
berlapis epithel skuamosa kompleks berkeratin, dermis berupa jaringan ikat fibrokolagen
dengan infiltrasi sel radang limfosit, tampak glandula sebacea dan sudorifera, serta massa
tumor berstruktur pulau-pulau terdiri dari kelompok sel-sel relatif besar, inti pleomorfik,
hiperkromatik dan vesikuler, kromatin padat dan kasar sebagian anak inti prominent,
mitosis abnormal, sitoplasma luas eosinofilik sebagian jernih, berkeratin. Pada tipe
berkeratin ini, kelompok sel epitel tumbuh ke arah subepitel, di tengah massa ini terjadi
kornifikasi, dikenal sebagai epithelial pearl (mutiara tanduk). Sel-sel di sekelilingnya
tersusun konsentris, disekitar massa ini sering dijumpai limfosit.6

31
Histologi Histopatologi

Gambar 4.87 Serviks Gambar 4. 88 Pulau-pulau massa tumor

Gambar 4.89 Bentukan mutiara keratin dan massa tumor, HE,40x

4. Adenocarcinoma recti
Hampir 90% semua kanker di usus adalah adenokarsinoma. Sangat jarang terjadi pada
usia <40 tahun, insiden puncak adalah berkisar usia 60-79 tahun. Gambaran
makroskopiknya terdapat massa eksofitik polipoid (khususnya pada sekum dan kolon
ascenden) atau massa annuler dengan obstruksi seperti ‘napkin-ring’ (merupakan ciri khas
untuk kolon bagian distal).15
Gambaran mikroskopik sediaan terdiri dari massa tumor tersusun atas sel-sel kolumner
tinggi (tall columner cells) dan menyerupai epitel neoplastik adenomatosa, tetapi telah

32
menginvasi kedalam lapisan submukosa, muskularis propria atau di luar lapisan ini,
sebagian tumor menghasilkan musin ekstraseluler.15

Histologi Histopatologi

Gambar 4.90 lapisan-lapisan usus besar, Gambar 4.91 Adenocarcinoma recti, HE 40x
mukosa, submukosa (panah putih), tunika
muskularis (panah hitam), tunika serosa.

Gambar 4. 92 Sel-sel kolumner tinggi (tall columner cells) dan menyerupai epithelium neoplastic
adenomatosa (panah putih), dengan musin ekstraseluler (panah merah) yang telah menginvasi lapisan
submukosa (panah hitam), HE 100x.

33
Adenocarcinoma recti dengan komponen signet ring cell
Gambaran mikroskopik dari adenocarcinoma recti dengan komponen signet ring cell
(jumlah komponen signet ring cell <50% dari seluruh sel-sel neoplasia), yaitu sediaan terdiri
dari kelompok-kelompok sel dengan inti terletak di tepi, dengan sitoplasma luas jernih,
sebagian tampak “berenang“ diantara genangan musin yang dihasilkannya.15

Gambar 4.93 Signet ring cell: sel dengan inti terletak ditepi, sitoplasma mengandung musin, HE,
pembesaran 100x.

-
5. Rhabdomyosarcoma
Adalah sarkoma yang sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa
muda.4
Klasifikasi :4
- Embryonal rhabdomyosarcoma
Terutama pada bayi baru lahir sampai usia 15 tahun. Lokasi tersering di leher dan kepala.
- Alveolar rhabdomyosarcoma
Lebih jarang pada kasus kongenital. Terjadi pada usia 10 sampai15 tahun. Lokasi paling
sering di ekstremitas atas dan bawah.
- Pleomorphic rhabdomyosarcoma
Dikenal sebagai classic and most typical type. Paling sedikit. Sering terjadi pada usia
dewasa, dekade 6-7. Puncak insiden 45 tahun. Lebih sering pada laki-laki, Lokasi tersering
ekstremitas bawah, bisa juga di dinding perut, dada, ekstremitas atas,
abdominal/retroperitoneal, kepala dan leher.4
- Spindle cell/sclerosing rhabdomyosarcoma

34
Adalah varian yang sangat jarang, Dapat mengenai anak-anak maupun dewasa. Terdiri dari
populasi dominan sel-sel neoplastik bentuk spindel. Lokasi tersering di regio paratesticular.
Gambaran mikroskopik dari Pleomorphic rhabdomyosarcoma yaitu terdiri dari sel
besar, bulat atau pleomorfik, sitoplasma luas dan eosinofilik, inti terdesak ke tepi (tad
pole/racket cell), longgar, tersusun tidak teratur, terdapat bizzare cell dan giant cell.4

Histologi Histopatologi

Gambar 4.94 Otot skeletal, HE, 200x Gambar 4.95 Rhabdomyosarcoma, tampak
bizzare cell dan giant cell (panah putih)., HE,
100x,

Gambar 4.96 Tad pole/racket cell, HE, 100x.

35
6. Melanoma maligna
Umumnya timbul di area permukaan kulit pada wajah. Pada laki-laki banyak di area
telinga, punggung, lengan, sedangkan pada wanita banyak di tungkai bawah. Umumnya
dijumpai pada dewasa dan orangtua, puncak usia dekade ke-6. Bisa tumbuh secara in situ
atau invasif. Invasif melanoma dapat bersifat tumorigenik (fase pertumbuhan vertikal) atau
non tumorigenik (fase pertumbuhan radial). Semua jenis melanoma berasal dari melanosit
pada epidermal junction.16
Gambaran mikroskopik adalah individual sel melanoma sangat besar dibandingkan
dengan sel nevus. Inti besar dengan kontur irreguler dan pigmentasi, kromatin klumping
terletak di tepi membran inti, anak inti prominent, sitoplasma eosinofilik. Sel-sel ini tumbuh
sebagai ekspansil, nodul seperti balon (poorly formed nests) atau individual sel-selnya
terdapat dalam berbagai tingkatan di epidermis dan dermis.16

Histologi Histopatologi

Gambar 4.97 Lapisan kulit Gambar 4.98 Melanoma maligna, sel-sel


dengan inti besar, kromatin clumping, anak inti
prominent, sitoplasma eosinofilik dengan
pigmen melanin, HE, 100x.

7. Chondrosarcoma

36
Gambaran umum semua tumor ini adalah pembentukan tulang rawan neoplastik.
Insiden sekitar separuh dari insiden osteosarcoma, nomor tiga terbanyak setelah myeloma
dan osteosarcoma. Terjadi pada usia 40 tahun atau lebih. Pria lebih sering dibanding wanita.
Hampir 85% kasus timbul secara denovo (primer). Berdasarkan tempat, dibedakan menjadi
intramedula dan jukstakorteks (periosteal chomdrosarcoma).4
Secara histologis dibedakan menjadi :4
- konvensional (hialin dan/atau miksoid)
- sel jernih
- dediferensiasi
- mesenkim

Histologi Histopatologi

Gambar 4. 99 Jaringan tulang rawan, HE, 400x Gambar 4. 100 Chondrosarcoma, terdiri dari
sel-sel tulang rawan neoplastik, HE, 400x

8. Teratoma Immatur
Teratoma imatur adalah suatu tumor yang berasal dari 2 atau 3 lapisan sel germinal
yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm disertai dengan sejumlah jaringan imatur, biasanya
berupa neuroektodermal embrionik/neuroektodermal primitive (komponen jaringannya
menyerupai yang ada pada fetus atau embrio). Tumor ini jarang. Biasa pada usia muda
prepubertas dan wanita muda (usia rata-rata 18 tahun).6
Gambaran makroskopik berupa tumor dengan ukuran besar dengan permukaan luarnya
licin, umumnya unilateral. Pada potongan tampak struktur solid, area nekrosis, kistik, dan
perdarahan, dapat juga dijumpai rambut, kartilago, tulang dan kalsifikasi.6
Gambaran mikroskopiknya, terdapat bermacam-macam jaringan yang dari komponen
ektoderm (epitel skuamosa kompleks, folikel rambut, syaraf/jaringan otak, komponen

37
okuli/mata), komponen mesoderm (kartilago, tulang, otot, jaringan lemak) dan komponen
endoderm (kelenjar seromukosa, pelapis epitel respiratori/pseudostratified bersilia, pelapis
epitel intestinal), dan dijumpai fokus-fokus komponen neuroektodermal embrionik/
neuroektodermal primitive. Tumor memiliki resiko penyebaran ke ekstraovarium dan
dibagi menjadi derajat (grading) histologi 1-3 berdasarkan atas jumlah dari komponen
neuroektodermal.6

Histologi Histopatologi

Gambar 4.101 Ovarium, HE, 40x Gambar 4.102 Teratoma dengan salah satu
komponen mesodermal, jaringan tulang rawan,
HE, 40x.

A B

Gambar 4.103 A. HE, 100x dan B, HE, 40x, komponen neuroektodermal di dalam komponen
ektodermal ( jaringan otak)

38
Gambar 4.104 Komponen mesodermal, jaringan lemak matur,HE,40x,

Gambar 4.105 Komponen endodermal, kelenjar salivari, HE, 40x

9. Invasive carcinoma of no special type (NST) of the breast


Adalah neoplasia sel epitel dari terminal unit sistem duktal-lobular payudara yang telah
menembus membrana basalis masuk ke dalam stroma. Karsinoma jenis ini merupakan
karsinoma terbanyak. Tumor ini sering menghasilkan respon berupa jaringan ikat
fibrokolagen desmoplastik yang menggantikan jaringan lemak normal pada payudara, yang
terasa keras pada saat perabaan. Kadang terlihat peau de orange, dan jika massa tumor
menempel pada muskulus pektoralis atau fasia dinding dada bagian dalam dapat
menimbulkan retraksi atau dimpling.17
Gambaran makroskopis berupa massa tumor yang sering berupa massa berwarna putih,
padat, dengan tepi irregular, diantara jaringan lemak. Sel-sel tersusun membentuk pulau-
pulau dan kelenjar yang invasi/menyusup ke stroma jaringan ikat desmoplastik yang
diinfiltrasi sel radang limfosit dan sel plasma. Sel dengan inti pleomorfik, kromatin
kasar ( clumping ), sebagian vesikuler, anak inti menonjol, dapat dijumpai mitosis
atipik/abnormal, sitoplasma eosinofilik, netrofil.17

39
Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah proliferasi neoplastik yang hanya terbatas pada
sistem duktal-lobular payudara. Komponen DCIS membentuk pola
komedokarsinoma/komedonekrosis, tampak duktus dilapisi sel neoplasia dengan zona
nekrosis di sentral.17

Histologi Histopatologi

Gambar 4.106 Jaringan payudara, dijumpai Gambar 4.107 Karsinoma duktal invasif, sel-
asini dan duktuli sel tumor telah menembus membran basalis
dan melakukan nvasi ke stroma. Sel-sel tumor
dengan inti pleomorfik, anak inti mencolok,
sitoplasma eosinofilik, HE, 40x.

Gambar 4.108 Komponen karsinoma in situ dengan komedo nekrosis (tanda panah) di sentral, membrana
basalis masih utuh/int

40
10. Basal cell carcinoma / Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal (KSB) didefinisikan sebagai keganasan yang berasal dari sel-sel
basal di epidermis interfolikular dan atau folikel rambut. Sinonim keganasan ini adalah
basalioma atau epitelioma sel basal. Karsinoma sel basal merupakan keganasan tersering
pada manusia (±80% dari seluruh kanker kulit) dengan paparan radiasi sinar ultraviolet
sebagai faktor resiko paling utama.

Subtipe histologi karsinoma sel basal berdasarkan resiko rekurensi dibagi menjadi dua
kelompok:

Resiko rendah Resiko tinggi


Nodular BCC Basosquamous carcinoma
Superficial BCC Sclerosing BCC
Pigmented BCC Infiltrating BCC
Infundibolocystic BCC BCC with sarcomatoid differentiation
Fibroepithelial BCC Micronodular BCC

Makroskopik:
Gambaran klasik berupa papul atau nodul telangiektatik, dapat disertai ulkus atau erosi
(rodent ulcer).

Gambar 4. 109. Karsinoma sel basal berupa nodul dengan rodent ulcer

Mikroskopik:
Gambaran morfologi bervariasi dengan bentukan nodular, Gambar 4.110. Histologi normal dari
kulit, terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan folikel rambut serta adneksa kulit.

pulau-pulau atau sarang-sarang massa tumor terdiri dari sel-sel basaloid yang tersusun
palisading pada bagian tepi, inti hiperkromtik, sitoplasma sempit diantara stroma jaringan
ikat fibrokolagen dengan perubahan fibromiksoid yang menghasilkan retraksi antara stroma
dan massa tumor (slit-like retraction).

41
Histologi Patologi

Gambar 4.110. Histologi normal dari kulit, terdiri Gambar 4.111. Massa tumor membentuk struktur
dari lapisan epidermis, dermis dan folikel rambut nodular dengan inti tersusun palisading pada bagian
serta adneksa kulit. perifer (tanda panah).

Gambar 4.112. KSB dengan varian adenoid


cystic.

11. Myxoid liposarcoma


Tumor ganas dibentuk oleh sel-sel bulat hingga spindel dari sel-sel primitif non
lipogenik dan sel-sel lipoblast small signet-ring cell didalam stroma miksoid yang prominen
serta ditandai dengan pola vaskular yang bercabang.4

42
Sering terjadi pada usia muda, dengan usia puncak dekade ke 4 dan 5. Lokasi tersering pada
deep soft tissue dari ekstremitas.

Makroskopik:
Massa tumor berbatas tegas dan multinodular. Pada potongan seperti massa agar dan
berkilau.4

Gambar 4. 113. Massa tumor berbatas tegas dan pada potongan terlihat berkilau/licin.

Mikroskopik:
Massa tumor menunjukkan pola nodular dengan selularitas pada bagian perifer dari lobulus.
Dijumpai sel-sel dengan inti bulat-oval, sel-sel non lipogenik dengan bentukan signet ring
lipoblast diantara stroma miksoid yang kaya akan vaskularisasi yang membentuk struktur
arborizing “ chicken wire “, delicate. Secara morfologi akan kehilangan sel-sel dengan inti
pleomorfik, giant cell dan area dengan banyak mitosis. 4

Patologi Ilustrasi

Gambar 4.114. Sel-sel bulat-oval diantara stroma Gambar 4.116. Ilustrasi dari vaskularisasi “chicken
fibromiksoid dan pembuluh darah “chicken wire”. wire” atau kendang ayam.

43
Gambar 4.115. Sel-sel signet ring lipoblast.

12. Adenocarcinoma prostat


Adenokarsinoma prostat adalah karsinoma invasif yang terdiri dari sel-sel epitel prostat
neoplastik dengan diferensiasi dalam berbagai pola histomorfologi, termasuk kelenjar, cord,
sel tunggal, dan lembaran serta tidak dijumpai lapisan sel basal.19

Makroskopik:
Permukaan potongan adenokarsinoma prostat bervariasi. Massa tumor berbatas tegas,
berwarna cokelat keputihan atau kuning. Tumor lain terdiri dari lesi yang secara halus
mengganggu jaringan fibromuskuler yang memisahkan transisi dan zona perifer atau
mengubah kapsul prostat. Tumor lebih sering dijumpai pada zona lateral / perifer jika
dibandingkan zona anterior dimana lebih sering dijumpai benign prostat hyperplasia
(BPH).19

Gambar 4.117. Makroskopik adenokarsinoma prostat. Tampak massa tumor


bewarna putih dengan batas tidak tegas.

44
Mikroskopik:
Gambaran histologis pada adenokarsinoma jika dibandingkan dengan kelenjar jinak, dapat
dibedakan dari :19
 Nukleus
a) Nukleoli prominen
b) Pembesaran nukleus
c) Nukleus hiperkromasi
d) Gambaran mitosis
e) Apoptotic bodies
 Sitoplasma
a) Sitoplasma amfofilik
b) Batas luminal yang tegas
 Kandungan intraluminal
a) Blue-tinged mucinous secretions
b) Blue-tinged mucinous secretions

45
Selain dari gambaran sel pada adenokarsinoma prostat, juga melihat gambaran pola
berdasarkan kriteria gleason score :

Gambar 4.118. Makroskopik adenokarsinoma prostat berdasarkan kriteria gleason score.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Abbas AK, Aster JC, editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 9th
edition. Philadelphia: Elsevier; 2015. p.34-38, 61-65

2. Strayer DS, Rubin E, editors. Rubin’s Pathology Clinicopathologic Foundations of Medicine.


7th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012. p.3-17

3. Young B, Woodford P, O’Dowd G. Wheather’s Functional Histology A Text and Colour Atlas.
6th edition. Churcil Livingstone: Elsevier; 2014. p 276,297,364,372

4. GP Nielsen, Mandal N in Christopher DM Fletcher, Julia A Bridge, Pancreas CW Hogendoom,


Fredrick Martens. WHO Classification of tumours of Soft Tissue and Bone 4th ed. Lyon (IARC)
2013 p20-21

5. Juan Rosai. Rosai and Ackerman's Surgical Pathology 11th ed. New York (Elsevier)
2018.p2140-2141.

6. E.Oliva, ML carcangiu, SG carinelli, P.Ip In, et al . In Robert J Kurman. Maria luisa carcangiu
, Simorangkir C. WHO Classification of Tumour of female Reproductive Organs 4 thed.
Lyon(IARC) 2014.p135-136.

7. Robert J.Kurman, Lora HE, Ronnet BM. Blaustein Pathology of Female Genital Tract. 6 thed.
New York (Springer) 2011.p453-454.

8. Calonje J.E in Fletcher C.D.M, Brigde J.A, Hogendoorn, Martens F. WHO Classification of
Tumour of Soft Tissue and Bone. 4th ed. Lyon (IARC) 2013.p331-332.

9. Bell D, Buliardiek J, Gnepp D.R, Hunt J.L in Adel K, El-Naggar, Chan J..K.C, Jennifer R,
Grandis, Takata T, Slootwerg P.J. WHO Classification of Head and Neck Tumour 4 th ed. Lyon
(IARC) 2017.p33.

10. Scheithauer B.W, Louis D.N, Hunter S, Woodruff J.M, Antonescu C.R in Louis DN, Ohgaki
H, Wieistler O.D, Cavenee W.K. WHO Classification of Tumour of the Central Nervous
System revised 4th ed. Lyon (IARC) 2016. p213.

11. Perry A, Louis D.N, Budka H, Von Deimling A et al in Louis D.N, Ohgaki H, Wieistler O.D,
Cavenee W.K. WHO Classification of Tumour of the Central Nervous System revised 4 th ed.
Lyon (IARC) 2016. p232.

12. Patterson J.W Weedon’s Skin Pathology 4th ed. Chuchill Livingstone (Elsevier) 2016.p82-83

13. Alexander J.F, Lazar in Abbas K, Fausto M. Robbins Basic Pathology 8 th ed. London (Elsevier)
2016.p853

47
14. Font RL, Crovatto JO, Rao NA. Tumours of the Retina. In : Tumours of the Eye and Ocular
adnexa. 4th series. Washington DC, AFIP; 2006. p86-103.

15. Bosman FT, Carneiro F, Hruban RH, Theise ND. Tumours of the Colon and Rectum. In : WHO
Classification of Tumours of the Digestive System. Lyon, IARC; 2010. p134-8.

16. Lebolt PE, Burg G, Weedon D, Sarasin A. Melanocytic Tumours. In : Pathology and Genetics
Skin Tumours. Lyon, IARC Press; 2006. p52-65.

17. Lakhani SR, Ellis IO, Schnitt SJ, Tan PH, van de Vijner MJ. Invasive Carcinoma of No Special
Type and Intraductal Proliferative Lesions. In : WHO Classification of Tumours of the Breast.
4th ed. Lyon, IARC; 2012. p34-8, p90-4.

18. Elder D, Massi D, Scolyer R, Willemze R. Keratinocytic/epidermal tumour. In : WHO


Classification of skin tumour. 4th ed. Lyon, IARC:2017. p26-34.

19. Moch H, Humprey P, Ulbright T, Reuter V. Asinar adenocarcinoma. In : WHO Classification


of tumours of the urinary system and male genital organs. 4th ed. Lyon, IARC: 2016. p138-64.

48

Anda mungkin juga menyukai