Fungsi dan tujuan negara adalah hal yang sangat penting bagi suatu negara, dimana tujuan
negara merupakan pedoman atau sesuatu yang harus dicapai bagaimana negara dapat tersusun dan
dapat diatur dengan baik. Adapun fungsi negara lebih menekan pada konsep untuk mencapai
tujuan negara tersebut. Dimana tujuan dan fungsi negara saling berkesinambungan atau saling
keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, karena fungsi negara itu dibentuk untuk
merealisasikan tujuan dari suatu negara yang bersangkutan. Berikut adalah tujuan negara menurut
beberapa ahli (Husodo, 2009):
1. Shang Yang
Tujuan negara menurut Sahang Yang ialah membentk kekuasaan. Untuk
pembentukan kekuasaan ini ia mengadakan perbedaan tajam antara negara dan rakyat.
Perbedaan ini diartikan sebagai perlawanan/kebalikan satu terhadap yang lain.
2. Aristoteles
Mengenai tujuan negara oleh Aristoteles dijelaskan, bahwa berhubung dengan
pahamnya bersifat universal, maka lebih diutamakan adalah negara. Oleh karena itu
pemerintah sebaik-baiknya ditujukan kepada kepentingan umum, berlandaskan keadilan
yang merupakan keseimbangan kepentingan diatas daun neraca Themis (Dewi keadilan
didalam mitologi Yunani). Oleh karena itu, tujuan dari negara adalah kesempurnaan
warganya yan berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di
dalam negara, dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa sebenarnya yang
berhak ia terima.
3. Plato
Plato mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk mengetahui
atau mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang yang dapat mengetahui
atau mencapai idea yang sesungguhnya itu hanyalah ahli-ahli filsafat saja, maka dari itu
pimpinan negara atau pemerintahan negara. Sebaiknya harus dipegang oleh ahli-ahli
filsafat saja.
Negara yang ada di dunia ini sifatnya tidak sempurna karena merupakan bayangan
belaka dari negara yang sempurna yang ada didalam dunia cita itu. Dunia cita itu termasuk
lapangan filsafat. Tujuan negara adalah untuk mencapai, mempelajari dan mengetahui cita
yang sebenarnya. Masyarakat baru berbahagia bila mana pengetahuannya tidak terbatas
kepada bayangan saja, tapi juga mengenal yang sebenarnya.
4. John Lock
Tujuan negara menurut John Locke adalah untuk memelihara dan menjamin
terlaksananya hak-hak asasi manusia.yang tertuang dalam perjanjian masyarakat. tiap-tiap
manusia menyerahkan hak-hak alamiahnya pada masyarakat, tetapi tidak semua., hanya
yang tidak diserahkan adalah hak-hak asasi tersebut. Karena hak-hak asasi ini menurut
john locke tidak dapat dilepaskan dari individu. tetapi Justru jaminan terhadap hak-hak
azasi inilah yang menjadi tujuan negara.bahkan kekuasaan penguasa pun dibatasi oleh
hak-hak asasinya. Jadi hal inilah yang tidak memungkinkan kekuasaan penguasa itu
bersifat mutlak.
5. Niccollo Machiavelli.
Tujuan negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan
terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Dan hanya dapat dicapai oleh
pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasaan absolut. Jadi usahanya itu menuju
kearah mendapatkan serta menghimpun kekuasaan yang sebesar-besarnya pada tangan
raja. Tetapi itu semuanya bukanlah merupakan tujuan negara yang terakhir, melainkan
hanya merupakan sarana saja untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kemakmuran
bersama. Jadi dengan demikian kalau dahulu tujuan negara itu selalu bersifat kultural,
sedangkan menurut Niccollo Machiavelli tujuan negara adalah semata-mata adalah
kekuasaan.
6. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, untuk mengetahui tujuan negara, maka terlebih dahulu
mengetahui tujuan manusia, yaitu kemuliaan yang abadi. Oleh karena itu negara
mempunyai tujuan yang luas, yaitu memberikan dan menyelenggarakan kebahagiaan
manusia untuk memberikan kemungkinan, agar dapat mencapai hidup tersusila dan
kemuliaan yang abadi, yang harus di sesuaikan dengan syarat-syarat keagamaan.
Setiap negara yang sudah berdiri dan merdeka dengan syarat dan ketentuan tertentu pasti
mempunyai tujuan–tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Begitu juga dengan negara
Indonesia mempunyai beberapa tujuan yang tercantum dalam UUD 1945. Tujuan negara Indonesia
terdapat dalam UUD 1945 alenia keempat yang berbunyi : "Kemudian daripada itu untuk
membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamian abadi, keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ".
Mengenai tujuan negara yang terkandung dalam UUD 1945 yang terdapat dalam alinea
keempat, Kaelan menjabarkan tujuan negara terbagi dua ( tujuan khusus dan tujuan umum):
Tujuan Khusus yaitu sebagai realisasinya adalah dalam hubungannya dengan politik dalam negeri
Indonesia yaitu:
Tujuan umum dalam arti lingkup kehidupan secara bangsa di dunia, realisasinya dalam
hubungan politik luar negeri Indonesia, yaitu diantara bangsa-bangsa didunia ikut melaksanakan
suatu ketertiban dunia yang berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta
keadilan sosial. Hal inilah yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
aktif.
Tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 akan
dijelaskan sebagai berikut:
Warga negara di dalam negeri juga tidak kalah pentingnya untuk dilindungi. Masyarakat
Indonesia yang mengganggu keamanan masyarakat lain perlu adanya penindakan, agar tidak
mengganggu masyarakat lain. contoh, tindak kriminal seperti, pencurian, pencopetan,
penodongan, pembunuhan dan aneka tindak kriminal lainnya yang sering meresahkan
masyarakat.
Faktanya, Indonesia belum mampu mensejahterakan secara umum. Salah satu faktor
penghambatnya adalah Indonesia belum mampu mengelola apa yang dimiliki oleh Indonesia
itu sendiri. Bisa dilihat sumber daya emas yang ada di pulau Papua, dikuasai oleh negara lain
dan Indonesia hanya mendapat sisanya saja. Contoh lain, untuk bahan yang di gunakan untuk
menghasilkan sumber energi listrik, di Indonesia masih menggunakan batu bara. Padahal batu
bara merupakan SDA yang tidak dapat diperbaharui. Jika batu bara dipakai terus menerus
dalam jumlah yang banyak, tidak menutup kemungkinan batu bara akan habis dengan cepat.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu adanya pengganti sumber energi yang bisa
menghasilkan listrik. Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang
mempunyai daerah perairan luas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Kendalanya dalam memanfaatkan itu semua Indonesia belum mampu sendiri, membutuhkan
bantuan dari negara lain dan itu tidak murah. Biaya yang diperlukan sangat mahal.
Tingkat pendidikan di Indonesia terbilang rendah hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
penghambat rendahnya akan tingkat pendidikan. Biaya yang mahal untuk mendapatkan
pendidikan, menjadikan tidak semua anak-anak bangsa Indonesia dapat mengenyam
pendidikan. Kondisi ekonomi yang menghambat mereka untuk berhenti sekolah. Semakin
tinggi tahap pendidikan, semakin tinggi pula biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Di sisi
lain anak-anak orang kaya yang tidak lagi memikirkan masalah biaya, mereka tinggal duduk
manis di bangku sekolah, tidak bersungguh-sungguh dalam belajar.
Tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945, komponen yang paling
terakhir adalah melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Tujuan ini yang merupakan dasar politik luar negeri yang bebas
aktif.
Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau
oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif artinya
dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama
internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain. Dalam melakukan politik luar
negri secara bebas dan aktif, ikut berperan aktif secara bebas seperti bangsa-bangsa yang lain
dalam menertibkan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi da keadilan
sosial.
Hidayat Nur Wahid, "Bunga Rampai Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan", (Jakarta: Komisi Yudisial
Republik Indonesia, 2007), hal. 187
Siswono Yudo Husodo, "Menuju Welfare State, Kumpulan Tulisan Tentang Kebangsaan, Ekonomi, dan
Politik", (Jakarta: Baris Bam, 2009), hal. 65.